Peran Pendidikan agama islam dalam pengembangan sikap toleransi beragama siswa di SMP Waskito pamulang

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 5

D. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II : KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Agama Islam ... 7

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 7

2. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam ... 10

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 15

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 17

B. Konsep Sikap Toleransi Dalam Islam... 19

1. Pengertian dan Ciri-Ciri sikap... 19


(2)

3. Komponen Sikap... 24

4. Pengertian Toleransi... 25

5. Dasar dan Landasan Toleransi ... 27

6. Aspek-Aspek Toleransi... 32

C. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Pengembangan Sikap Toleransi Beragama ... 37

D. Hipotesa Penelitian ... 39

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian ... 40

B. Populasi dan Sampel ... 42

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Teknik Analisa Data ... 46

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Waskito Pamulang... 48

B. Pengolahan Data ... 55

C. Analisa Data ... 71


(3)

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

1. Variabel Penelitian ... 41

2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 45

3. Struktur Organisasi SMP Waskito Pamulang ... 51

4. Keadaan Guru dan Karyawan ... 52

5. Keadaan Siswa/I SMP Waskito Pamulang ... 52

6. Sarana dan Prasarana SMP Waskito Pamulang ... 54

7. Daftar Nilai Raport Siswa Kelas III ... 56

8. Bekerja Sama Antar Umat Beragama ... 58

9. Guru Agama Mengajarkan Kerja Sama Antar Umat Beragama ... 58

10.Bermain Tanpa Membeda-bedakan Agama... 59

11.Menjenguk Teman Yang Sakit... 60

12.Memakai Simbol Agama Di Sekolah... 60

13.Menumbuhkan Sikap Keterbukaan dan Penghormatan Atas Keyakinan dan Kepercayaan ... 61

14.Memberikan Hadiah Kepada Teman Yang Berbeda Agama... 62

15.Membantu Teman Yang Berbeda Agama Jka dalam kesulitan ... 62

16.Mengucapkan Selamat Hari Raya Ketika Hari-Hari Besar... 63

17.Mengunjungi Hari-Hari Besar Agama Lain... 64

18.Menumbuhkan Dialog Antar Umat Guna Menciptakan Toleransi ... 64

19.Islam Mempunyai Aturan Tertentu Maka Aqidah Tidak Boleh Dicampuradukan…. ... 65


(5)

20.Akidah Tidak Menjadi Penghalang Untuk Hidup Bergaul ... 66

21.Toleransi Terhadap Agama Lain Memiliki Batasan Yang Ketat... 66

22.Toleransi dan Cara Hidup Berdampingan Harus Ditumbuhkembanghakn Melalui Pemahaman Agama Yang Baik ... 67

23.Perbedaan Bukan Menjadi Penghalang Untuk Bekerjasama ... 68

24.Agama Menjadi Alat Pemersatu Umat Beragama Sebagai Bagian Dari Toleransi... 68

25.Mengunjungi Teman Yang Berbeda Agama Ketika Meningal Dunia... 69

26.Menghibur Teman Yang Ditinggal Oleh Kerabatnya... 70

27.Sikap Toleransi dan Pluralitas Menjadi Pegangan Dalam Masyarakat ... 70

28.Tabulasi Item dan Skor ... 71

29.Distribusi Hasil Penelitian ... 73


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penelitian Skripsi 2. Jawaban Hasil Wawancara Penelitian Skripsi 3. Bimbingan Skripsi

4. Perubahan Judul Skripsi 5. Permohonan Ijin Penelitian 6. Riset/Wawancara Penelitian

7. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah 8. Angket


(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tercurah selalu kepada manusia yang mulia yang dimuliakan oleh Allah Panglima Besar Nabi Muhammad SAW.

Selama penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan data, maupun biaya yang tidak sedikit, dan sebagainya. Namun dengan niat, tekad dan kesungguhan hati serta dorongan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan meskipun disadari masih terasa banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Bapak H. Matani dan Ibunda Hj. Tasmah serta kakak-kakak dan adik yang selalu yang selalu mencurahkan perhatian, kasih sayang, motivasi dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Rosyada. M.A.; Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syraif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. H. Abdul Fatah Wibisono M.A.; Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, dan Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag.; Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.


(8)

4. Bapak Drs. H. Akyas Azhari; Dosen Pembimbing Akademik Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak DRS. H.A. Basuni, M.Ag yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya guna memberi bimbingan dan arahan kepada penulis.

6. Bpk. Ir. RM. Djarot Istiarso ; Ketua Yayasan Pendidikan Waskito, Bpk. Drs. Ipong ; Kepala Sekolah SMP Waskito Pamulang, Bpk. Udin, S.Ag, Ibu Novita Sari S.Pdi, Ibu putri dan Dewan guru serta staf Karyawan Waskito yang telah membatu penulis dalam memperoleh informasi dan data-data penelitian dalam penyusunan skripsi ini..

7. Bapak/Ibu Dosen dan karyawan dilingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syrif Hidayatullah Jakarta.

8. Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta stafnya yang telah membantu menyediakan buku-buku untuk keperluan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku, khususnya kelas A PAI periode 2002-2003 (Vita, Sholahudin, Dien2, Chozyn, Ida, Adym, Yuni, Ira, Sahal, , Wastoni, Dasukih dan lainnya yang tidak disebutkan satu persatu) yang telah memberikan semangat dan informasinya dalam penyusunan skripsi ini. Dan juga teman-temanku IKRAR 03 (Ikatan Kreativitas Remaja) yang telah memberikan kesibukan dan pengalaman yang berharga disela-sela penyusunan skripsi ini.

10.Serta segenap pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(9)

Akhirnya tak ada yang dapat penulis lakukan melainkan memohon kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada anda semua sebagai imbalan dan jasa atas apa yang anda lakukan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, November 2006 M Penulis


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia terdiri dari berbagai pulau yang dihuni oleh suku bangsa yang memiliki adat istiadat bahasa dan agama. Di Indonesia sendiri setidaknya ada enam agama yang diakui oleh negara, yaitu ; Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Melihat kemajemukan ini sudah semestinya Indonesia mempunyai kesadaran sosiologis yang dijadikan sebagai landasan demi terciptanya kerukunan antar umat beragama, landasan tersebut adalah sikap toleransi yang harus ditumbuhkembangakan demi terciptanya suasana yang harmonis, aman dan damai dan dapat bergandeng tangan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Sebab selama ini banyak sekali kasus yang terjadi karena sentimen agama yang mengakibatkan terjadinya konflik berkepanjangan.

Untuk itu masyarakat Indonesia setidaknya memiliki dasar untuk mengembangkan sikap plural yaitu sikap keberagamaan yang mengajarkan manusia untuk hidup bergaul dengan berbagai kelompok beragama yang berbeda sebagai dasar untuk mengembangakan sikap toleransi beragama. Indonesia ini juga dibangun di atas pluralitas agama, etnis, dan kepercayaan, bahasa dan manifestasi kultural yang lain. Keragaman itulah yang memungkinkan terjadinya harmoni dalam suasana dialogis dan dinamika dalam semangat saling menopang, sehingga NKRI bisa tetap tegak sampai saat ini. Dan pola hidup berdampingan secara damai harus dikembangkan menjadi kesadaran utuh akan kebenaran yang dimanifestasikan dalam


(11)

kesediaan untuk saling memberi dan menerima atas nilai-nilai yang datang dari agama dan kepercayaan yang berbeda.1 Toleransi dan pluralitas ini menjadi acuan untuk membangun bangsa agar menjadi bangsa yang memiliki kesadaran tinggi dalam menjunjung kerukunan umat beragama yang majemuk ini.

Sikap dasar yang memungkinkan kemajemukan dan pluralisme agama dalam masyarakat adalah toleransi, toleransi adalah hal yang sangat mendasar yang harus dikembangkan, tidak hanya toleransi yang bersifat negatif yang berarti meniadakan, tidak memerangi dan tidak memusuhi. 2

Selain itu manusia yang merupakan mahkluk sosial mempunyai peranan yang penting dalam mengembangkan toleransi beragama sehingga terjalin rasa kekeluargaan dan persahabatan yang didasari nilai-nilai agama.

Sedang dalam Islam sikap toleransi beragama sangat dijunjung tinggi kebebasan dan hak hidup seseorang. Karena agama Islam sendiri merupakan ajaran kebenaran yang diturunkan kepada manusia untuk dipahami, dihayati, dan dijadikan pegangan serta prinsip dalam mengatur seluruh kehidupannya. Agama Islam bila dilihat dari sudut normatif adalah ajaran suci, penuh kedamaian, kemuliaan dan menghargai kemanusiaan yang selalu mengajarkan hidup harmonis. Begitu juga dengan agama-agama yang lain mengajarkan kerukunan dan kasih sayang terhadap sesama manusia, maka pengembangan sikap tolerasansi beragama sangat penting

1

Cak Imin, Belajar Pluralisme Dari Bola, ( Jakarta : Rakyat Merdeka 2006), h. 14 2

Bahtiar Efendi, Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan, (Yogyakarta : Galang Press, 2000), h. 51


(12)

diperhatikan bagi kita semua dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang plural dan majemuk ini.

Di dalam ajaran Islam ada beberapa prinsip mengenai toleransi. Prinsip itu terdapat dalam Al Quran antara lain : “ Katakanlah hai Muhammad bahwa telah datang kebenaran dari Tuhanmu. Oleh karena itu barang siapa yang mau, berimanlah barang siapa yang tidak mau, biarlah. ” ( Q.S. 18:29). Juga dalam surat lain disebutkan : “ Tidak ada paksaan dalam (memeluk sesuatu) agama karena telah jelas mana yang benar dan mana yang salah. ” ( Q.S. 2 : 256). Dari kutipan ayat tersebut ada beberapa prinsip mengenai toleransi dalam ajaran Islam diantaranya yaitu tidak boleh ada paksaan dalam beragama, manusia berhak untuk memilih dan memeluk agama yang dinyakininya dan beribadah menurut keyakinannya itu, Allah tidak melarang hidup bermasyarakat dengan mereka yang tidak sepaham atau tidak seagama, asal mereka itu tidak memusuhi umat Islam.3

Jadi jelas sikap toleransi beragama dalam Islam sudah diatur sedemikian rupa sehingga ada batasan-batasan tertentu yang harus dijalankan oleh seseorang. Dalam pengembangan ajaran toleransi itu yang bersumber dari kesadarannya dan untuk memperkokoh ajaran tersebut diperlukan pendidikan agama Islam sebagai pedoman dalam menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia yang tercermin dalam kehidupan pribadi dan sosial yang

3

Departemen Agama Republik Indonesia, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum, Sosial dan Politik, (Jakarta : Bulan Bintang, 1989), Cet I, h. 80-81


(13)

mampu mengamalkan ajaran agamanya serta mampu menghormati agama lain dalam rangka kerukunan antar umat beragama.

Dengan diselenggarakannya pendidikan agama yang memiliki pandangan yang luas dan sikap terbuka serta mementingkan dan meningkatkan pembinaan akhlak mulia, kerukunan antar pemeluk agama diharapkan dapat terwujud dan toleransi positif pun dapat berkembang dalam masyarakat.4 Dengan menelaah masalah di atas maka betapa besar urgensi pendidikan untuk diterapkan dan dikembangkan dalam kehidupan beragama. Karena itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang penulis angkat menjadi sebuah judul “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Pengembangan Sikap Toleransi Beragama Siswa Di SMP Waskito Pamulang. ”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengenai hal ini penulis ingin mengetahui dan melihat beberapa hal:

1. Gambaran mengenai konsep toleransi beragama dalam Islam, toleransi yang penulis maksud adalah menghargai agama atau keyakinan orang lain dan memberikan kebebasan dalam menjalankan agama masing-masing.

2. Kontributsi pendidikan Islam dalam pengembangan beragama kepada anak didik. Adapun rumusan permasalah adalah sebagai berikut: Bagaimana toleransi beragama yang dilaksanakan di SMP Waskito Pamulang ?

4

Harun Nasution, Islam Rasional ; Gagasan dan Pemikiran, ( Bandung : PT. Mizan, 1995) Cet I, h. 258-261


(14)

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah pemahaman penulis dalam penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan (Libray reseach)

2. Sebagai dasar pemahaman dan perumusan peran pendidikan agama Islam dalam upaya pengembangan sikap toleransi beragama antar siswa di sekolah.

3. Sebagai kontribusi bagi masyarakat Islam umumnya dan siswa khususya.

4. Sebagai langkah awal bagi yang akan mendalami tentang peran pendidikan agama Islam sebagai pengembangan sikap toleransi beragama siswa di sekolah.

D. Sistematika Penyusunan

Dalam penyusunan ini penulis menyusun skripsi ini terdiri dari beberapa bab yang masing-masing mencangkup beberapa sub-bab yaitu:

Bab I : Pendahuluan, mencangkup latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penyusun.

Bab II : Tinjauan teoritis, membahas tentang pendidikan agama Islam ; Pengertian pendidikan agama Islam, dasar-dasar pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam, dan ruang lingkup Pendidikan agama Islam. Serta konsep toleransi dalam Islam yang meliputi ; Pengertian dan ciri-ciri sikap, Pengertian toleransi dalam pandangan Islam, dasar dan landasan toleransi dalam Islam, aspek-aspek toleransi dalam Islam dan peran pendidikan agama Islam dalam pengembangan sikap toleransi beragama.


(15)

Bab III : Metodologi penelitian yang terdiri dari populasi dan sample, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

Bab IV : Hasil penelitian, meliputi gambaran umum SMP Waskito Pamulang, pengolahan data, analisis data, pengujian hipotesis dan interpretasi data.


(16)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum menjelaskan tentang pendidikan agama Islam terlebih dahulu penulis ingin menjelaskan tentang pendidikan secara umum, pendidikan Islam kemudian pendidikan agama Islam yang dikemukakan beberapa ahli yang dapat dilihat dari dua segi yaitu dari segi bahasa dan dari segi istilah.

Dalam bahasa Indonesia pendidikan berasal dari kata “didik” yang dapat awalan “Pe” dan akhiran “an” yang berarti proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.1

Menurut Ahmad D. Darimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani, siterdidik menuju kepribadian yang utama.2

Tim dosen FIP-IKIP Malang menyimpulkan bahwa pendidikan adalah aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan membina

1

Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonsia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1988 ), Cet. Ke-1, h. 204

2

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung : PT. Al Ma’rif, 1986), Cet. Ke-6, h. 19


(17)

potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilannya).3

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah rangkaian aktivitas yang teratur dan sistematis yang dilakukan secara sadar oleh orang yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan dan kepribadian anak dengan jalan membina potensi-potensi pribadi yang dimilikinya baik jasmani maupun rohani.

Ketika kata Islam dimasukan dalam pendidikan (pendidikan Islam) memiliki arti pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang didasarkan kepada ajaran Islam yaitu Al Quran dan Hadits. Kata Islam sendiri berasal dari bahasa arab ; aslama, yuslimu, islaman yang berarti berserah diri, patuh dan tunduk.4

Beberapa para ahli merumuskan pendidikan Islam sebagai berikut :

1. Menurut A.D. Marimba “Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani maupun rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran tertentu.” 5

2. Menurut Zuhairini, dalam bukunya dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah “Usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadia anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikirkan, memutuskan dan

3

Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Suarabaya : Usaha Naional, 1998), Cet. Ke-3, h. 7

4

Zaid Husein, Kamus Al Muyassar, (Pekalongan : PT. Raja Murah,tth), h. 44 5


(18)

berbuat berdasarkan nilai Islam serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam”6

3. Sedangkan menurut Zakiah Darajat menyebutkan “ Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakini secara menyeluruh serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam itu suatu pandangan hidupnya demi keselamatan hidup didunia dan akhirat kelak”7

4. Menurut M. Arifin, pendidikan Islam adalah “ proses membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik agar menjadi manusia dewasa sesuai dengan tujuan pendidikan Islam”8

5. Menurut Henry Noer Aly, pendidikan Islam adalah “Usaha berproses yang dilakukan menusia secara sadar dalam membimbing menuju kesempurnaan berdasarkan Islam”9

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan sistematis berupa bimbingan dan arahan terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik, berdasarkan nilai-nilai Islam menuju

6

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992 ), cet. Ke-1, h. 152 7

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), cet. Ke-2, h. 86 8

M. Arifin, Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1996), cet. Ke-4, h. 16 9


(19)

terciptanya kepribadian yang utama atau insan kamil dan keselamatan hidup dunia dan akhirat.

2. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam

Bangunan yang kokoh tentulah memerlukan pondasi yang kuat, pondasi tersebut pada gilirannya dapat menompang dan mempertahankan bangunan tersebut sesuai cita-cita yang diharapkan. Begitu pula pendidikan agama Islam, sesuatu yang sangat fundamental karena dari sanalah manusia berharap perkembangan peradaban manusia yang mempunyai akhlak yang baik dan tentunya bernafaskan agama.

Setidaknya dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu segi yuridis, religius, dan sosial.10

a. Dasar Yuridis/Hukum

Yaitu dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung maupun tidak langsung dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama. Secara yuridis pendidikan agama Islam ini memeiliki tiga dasar yaitu :

a). Dasar ideal, pancasila pertama : “ Ketuhanan Yang Maha Esa ”

b). Dasar Struktural/Konstitusi : Dalam Undang-undang Dasar 1945, yang telah diamandemen, BAB XIII tentang pendidikan pasal 31 ayat 1-5 dikatakan :

1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

10

Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1983), Cet. Ke-8, h. 28


(20)

2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam undang-undang. 4) Negara memprioritaskan pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari

anggaran belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasioanal.

5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.11

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional terdapat beberapa Bab dan pasal yang dapat dijadikan dasar bagi pendidikan agama di Indonesia yaitu :

a) Bab II Dasar, fungsi dan tujuan, pasal 2 : “Pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ”. b) Bab II prinsip penyelenggaraan pendidikan pasal 4 ayat (1) satu : “pendidikan

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif

11

Jimly Asy-Shiddiqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat, (Jakarta : Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002), h. 54


(21)

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa”.12

c) Bab V peserta didik, pasal Ia : “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agamanya yang dianut dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.”

d) Bab VI jalur dan jenis pendidikan, bagian kesembilan, pendidikan keagamaan, pasal 30 :

(1) Pendidikan keagaman diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengajarkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal dan informal.

(4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentul lain yang sejenisnya.13

e) Sedangkan untuk pendidikan dasar (SD dan SMP) disebutkan dalam Bab VI jenjang, jalur, dan jenis pendidikan, bagian kedua pasal 18 yang berbunyi :

12

Darmaningtyas, et.al, Membongkar Ideologi Pendidikan, (Yogyakarta : Resolusi Press, 2004) Cet ke-1, h. 236

13


(22)

(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasai jenjang pendidikan menengah.

(2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah Pertama (SMP) dan madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.14

b. Dasar Religius

Yaitu dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam Al Quran maupun Sunnah. Dalam Islam melaksanakan pendidikan agama adalah perintah dari Allah dan merupakan ibadah kepada-Nya. Diantara ayat-ayat dan sunnah yang menujukkan adanya perintah tersebut adalah :

íóÇóÃóíóåóÇ ÇáÐöíúäó ÃóóãóäõæúÇ ÞõæúÇ

ÃäúÝõÓóßõãú æóÃåúáöíúßõãú

äóÇÑðÇæóÞõæúÏõåóÇ ÇáäóÇÓõ æóÇ

úáÍöÌóÇÑóÉõ ÚóáóíúåóÇ ã

áóÆößóÉñ ÛöáóÇ

Ùñ ÔöÏóÇÏñáóÇ óíÚúÔõæúäó Çááå ãÂ

ÃãóÑóåõãú æóíóÝúÚóáõæúäó ãóÇ

íõÄúãóÑõæúäó ( ÃáÊÍÑíã : 6 )

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api nereka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah

14


(23)

terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selau mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At Tahrim : 6)

Úóäú ÃÈöí åõÑóíúÑóÉó ÑóÖöíó Çááåõ Úóäúåõ

ÞóÇáó : ÞóÇ áó ÑóÓõæúáõ Çááå Úóáóíúåö

æóÓóáóãó : ãóÇ ãöäú ãóæúáõæúÏò ÅáóÇ íõæúáóÏõ

Úóáóì ÇúáÝöØúÑóÉö Ýóà ÈóæóÇåõ

íóåõæúÏóÇäóåõ ÃæúíóäúÕõÑóÇäóåõ

ÃæúíãÌöÓóÇ äóåõ (ÑæÇå ÃÇÈÍÇ Ñì )

Artinya : “Dari Abu Hurairah, ia menceritakan : sesungguhnya Nabi Saw bersabda ; tiap-tiap bayi dilakirkan dalam keadaan fitrah (suci) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Bukhari) 15

Ayat dan Hadits tersebut diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa dalam agama Islam ada perintah untuk mendidik baik keluarga sendiri maupun kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya.

c. Dasar Sosial Psikologis

Seluruh manusia dalam kehidupannya ini selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama. Disadari atau tidak, setiap manusia membutuhkan kepercayaan kepada Tuhan yang akan menolongnya menghadapi kekurangan atau

15

Zainudin Hamidy, Terjemah Shahih Bukhari, ( Jakarta : Logos, 1996), Cet. Ke-9, Jilid 2, h. 89


(24)

kegelisahan akibat tidak terpenuhinya kebuituhan-kebutuhan dalam hidup, terutama kebutuhan yang psikis dan pokok.16

Sedang menurut Ahmad Tafsir sendiri bawa manusia mempunyai kecenderungan beriman kepada kekuasaan tertinggi, yang menguasai jagad raya ini, kecenderungan itu dibawa sejak lahir.17 Bagi seorang muslim akan merasa tenang dan tentram hatinya apabila ia selalu mendekat dan mengabdi kepada Allah SWT, sebagaimana diterangkan di dalam firmannya :

ÃáóÐöíúäó ÂãóäõæúÇ æóÊÜóØúãóÆöäõ

ÞõáõæúÈõåõãú ÈöÐö ßúÑöÇááåö ÃáóÇ

ÈöÐößúÑöÇááåö ÊóØúãóÆöäõ ÇúáÞõáõæúÈõ (

ÇáÑÚÏ : 28)

Artinya : “ (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-Lah hati menjadi tentram”. (Q.S. Ar-Ra’d : 28 )

Jadi pada dasarnya semua manusia yang hidup di dunia ini membutuhkan agama, manusia akan merasa tenang dan tentram hatinya dikala mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Karena itu mereka akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Itulah sebabnya bagi orang

16

Zakiah Darajat, Kesehatan Mental dalam Keluarga, ( Jakarta : Pustaka Anatar, 1993), Cet. Ke-3, h. 28

17

A. Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam perspektif Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1994) h. 32.


(25)

Islam diperlukan adanya pendidikan agama Islam agar dapat mengarahkan fitrah mereka ke arah yang benar sehingga mereka dapat beribadah sesuai dengan ajaran Islam.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dr. Zakiah Darajat menjelaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam berintikan 3 aspek yaitu iman, ilmu, dan amal yang pada dasarnya berisi :

1. Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dan pelbagai kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.

2. Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulnya merupakan motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan ( agama dan umum) maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah yang beriman dan berilmu pengetahuan, karena ia tidak pernah mengenal henti untuk mengejar ilmu dan teknologi baru dalam rangka mencari keridhaan Allah SWT. 3. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan

hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghanyati ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup baik dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT


(26)

melalui ibadah shalat, umpamanya dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan pemanfaatan hasil usaha.18

Sedangkan menurut Abdul Majid didalam bukunya bahwa tujuan dari pendidikan agama Islam sendiri di sekolah adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jejang pendidikan agama yang lebih tinggi ( Kurikulum PAI : 2002).19

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah terwujudnya kepribadian manusia insan kamil yang seimbang antara jasmani dan rohani, pribadi dan masyarakat (sebagai makhluk induvidu dan makhluk sosial) agar dapat bermanfaat didunia dalam upaya menghadapi masa depan serta selamat di akhirat.

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Secara garis besar ruang lingkup pendidikan agama Islam terdiri dari bidang aqidah, ibadah dan akhlak. Adapaun bidang lainnya dapat diberikan setelah anak dapat memahami dan mengaplikasikan ketiga pokok diatas.

18

Zakiah Darajat, op.cit, h. 89 19

Abdul Majid, S. Ag, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-2, h. 135


(27)

Menurut Zuhairini ajaran pokok Islam meliputi masalah keimanan (aqidah), keislaman (Syariah) dan masalah akhlak yang penjelasannya sebagai berikut :

a. Aqidah adalah bersifat itiqad batin mengajarkan keesaan Allah SWT. Esa sebagai Tuhan yang mencipta dan mengatur alam ini.

b. Syariah adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukumnya guna mengatur antara manusia dengan Tuhan dan mengatur hidup dan kehidupan manusia.

c. Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal diatas, mengajarka tentang cara pergaulan hidup manusia. 20

Adapun beberapa pendapat ulama tentang ruang lingkup pendidikan agama Islam yang diberikan terhadap anak didik ialah :

a. Menurut Umar Bin Khatab, seorang anak hendaknya diajarkan berenang, berkuda, pepatah yang berlaku dan sajak-sajak yang terbaik. Semua ini diajarkan setelah anak mengetahui prinsip-prinsip ajaran Islam, menghafal Al Quran dan Al hadits. b. Ibnu Sina mengemukakan bahwa pendidikan anak sebaiknya dimulai dengan

mempelajari Al Quran kemudian diajarkan syair-syair pendek yang berisi tentang kesopanan setelan anak selesai menghafal Al Quran dan mengerti tata bahasa arab disamping diberi pemahaman dan bimbingan agar mereka dapat mengamalkan ilmunya sesuai bakat kesediaannya.

20

Zuihairini, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, ( Surabaya : Usaha Nasioanl, 1983 ), Cet. Ke-8, h. 11


(28)

c. Abu Thawam berpendapat, setelah anak hafal Al Quran hendaknya anak tersebut diajarkan menulis, berhitung dan berenang.21

Pendapat para ulama diatas dapat dipahami bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam yang paling utama adalah Al Quran baik keterampilan membaca, menghafal, menganalisa dan sekaligus mengamalkan ajaran yang terkandung didalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar ajaran yang terkandung di dalam Al Quran tertanam dalam jiwa anak didik sejak dini.

Adapun ruang lingkup pendidikan agama Islam di sekolah yang dalam kurikulum GBPP menengah meliputi “ keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dirinya sendiri makhluk lain dan lingkungannya. Disamping itu ruang lingkup bahan pendidikan agama Islam yang meliputi unsur pokok keimanan, ibadah, Al Quran, akhlak, muamalah, syariah dan tarikh”. 22

a. Bidang aqidah : ini merupakan bidang yang sangat prinsipal bagi ajaran Islam, yaitu bertugas untuk mengajarkan makhluk untuk percaya kepada Allah.

b. Bidang aqidah : bidang ini merupakan implemenatsi bagi pengakuan seorang hamba kepada Tuhannya dan cenderung diartikan sebagai ritual ( Ibadah mahdah langsung) bentuknya berupa shalat, puasa, zakat, dan haji.

21

Armai Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Ciputat Prees, 2000), Cet. Ke-1, h. 19

22

Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta : Dirjen depdikbud, 1995) Cet. Ke-3, h. 2


(29)

c. Bidang akhlak : bidang ini menekankan pada perilaku moral seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari.

B. KONSEP SIKAP TOLERANSI DALAM ISLAM 1. Pengertian dan Ciri-Ciri Sikap

Sebelum menjelaskan pengertian toleransi, penulis terlebih dahulu menjelaskan mengenai sikap. Secara etemilogi sikap dalam bahasa inggris disebut attitude. Sedangkan pengertian sikap secara istilah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

Menurut Abu Ahmad, sikap adalah kesadaran induvidu yang menentukan perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi.23

Menurut Drs. Hanifan Bambang Purnomo, sikap merupakan organisasi keyakinan-keyakinan seseorang mengenai sesuatu objek atau situasi yang sedikit banyak bersifat ajeg, dan yang memberikan dasar pada orang tersebut untuk bertindak atau berbuat respon dalam cara tertentu yang dipilihnya. Arti dari pengertian ini adalah bahwa sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna bagaimana sesorang itu bertindak.24

Dari berbagai macam pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya sikap adalah suatu tindakan seseorang atau kecenderungannya untuk mereaksi

23

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999). Cet ke-2, h. 162 24

Hanifan Bambang Purnomo, Memahami Dunia anak-anak, (Bandung : Mandar Maju, 1999). Cet ke-1, h. 110


(30)

terhadap suatu objek, adapun objeknya tersebut bisa orang atau benda dengan cara tertentu yang dipilihnya. Dengan demikian mengindikasikan bahwa sikap selalu diarahkan kepada suatu objek, tanpa objek maka tidak ada sikap.

Hal tersebut sesuai dengan pengertian sikap yang dirumuskan oleh Sarlito Wirawan yang mengatakan bahwa sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.25

Untuk mengetahui sikap secara lebih jelas lagi, maka Drs. Hanifan Bambang Purnomo menguraikan tentang ciri-ciri sikap sebagai berikut :

a. Sikap itu adalah sesuatu yang tidak di bawa sejak lahir. Ini berarti bahwa manusia pada waktu lahir belumlah membawa sesuatu sikap tertentu. Karena sikap tidak di bawa sejak manusia dilahirkan, maka sikap itu mempunyai segi kecenderungan yang agak tetap, sikap mempunyai kecenderungan yang stabil. Sehubungan dengan itu maka terlihat pentingnya faktor pengalaman dan pembentukan atau pengubahan sikap. b. Sikap itu selalu adanya hubungan antara induvidu dengan objek. Oleh

karena itu sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan obyek-obyek, melalui proses pengenalan atau persepsi terhadap obyek tersebut. Hubungan yang bersifat positif atau negativ antara induvidu dengan obyek tertentu akan menimbulkan sikap teretntu pula dari induvidu terhadap obyek yang bersangkutan.

25

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta : Bulan Bintang, 2000), cet ke-8, h. 94


(31)

c. Sikap dapat tertuju kepada suatu objek saja atau sekumpulan objek. Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif atau tidak senang kepada seseorang, maka orang itu akan mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan sikap yang negatif pula kepada kelompok dimana orang tersebut yang menjadi obyek sikap tergabung.

d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar. Kalau sesuatu sikap itu telah terbentuk dan telah merupakan salah satu nilai dalam kehidupan seseorang maka secara relativ sikap itu akan sulit mengalami perubahan, dan kalau berubah maka prosesnya akan membutuhkan waktu yang agak lama. Tetapi sebaliknya bila sesuatu sikap itu belum begitu mendalam maka sikap itu menjadi tidak lama bertahan.

e. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motif. Ini berarti bahwa sesuatu sikap terhadap sesuatu obyek tertentu itu akan selalu diikuti adanya perasaan tertentu. apakah perasaan yang bersifat positif atau senang dan negatif atau tidak senang terhadap obyek tertentu.26

2. Pembentukan dan Perubahan Sikap

Terbentuknya suatu sikap banyak terpengaruhi oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap, ia akan berkembang manakala mendapat pengaruh. Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar induvidu, hubungan didalam kelompok,

26


(32)

komunikasi surat kabar, buku, radio, televisi dan sebagainya, terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dalam kehidupan sehari-hari seperti keluarga banyak memiliki peran penting dalam pembentukan dan perubahan sikap seseorang.

Seperti yang dikemukakan diatas sikap itu terbentuk dalam perkembangan induvidu, karenanya faktor pengalaman mempunyai peranan yang sangat penting. Disampin itu faktor induvidu sendiri yang menentukan terbentuknya sikap juga tak kalah pentingnya. Jadi secara garis besarnya ada dua faktor pokok yang yang mempengaruhi pembentukan perubahan sikap yaitu :

a. Faktor individu itu sendiri atau faktor dalam. Bagiamana individu menanggapi dunia luarnya adalah bersifat selektif. Ini berarti apa yang dating dari luar tidak semuanya begitu saja akan diterima, tetapi induvidu mengadakan seleksi di mana-mana saja yang akan diterimanya atau ditolak.

b. Faktor luar. Yang dimaksud disini adalah keadaan di luar diri, yang merupakan rangsangan atau stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Dalam hal ini dapat berjalan dengan langsung dalam arti adanya hubungan secara langsung antara induvidu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok, dan secara tidak langsung yaitu dengan perantaraan hasil budaya manusia itu.27

Menurut Sarlito Wirawan, sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam cara :

27


(33)

a. Adopsi. Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus lama-kelamaan secara bertahap di serap kedalam diri induvidu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

b. Diferensiasi. Dengan berkembangan intelejensi, bertambahnya pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya diangap sejenis sekarang di pandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

c. Intergrasi. Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.

d. Trauma. Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.28 Dengan uraian diatas jelaslah bahwa peranan komunikasi di dalam pembentukan sikap cukup penting. Karena walaupun sikap relatif ajeg tetapi perubahan sikap tetap diharapkan untuk menyesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai bersama. Di dalam penyampaianya komunikasi itu perlunya mengetahui mengenai Fram of reference atau kerangka acuan pihak lain.

3. Komponen Sikap

Umumnya para ahli psikologis yang membahas sikap memberikan tiga aspek atau komponen sikap, yaitu kognetif, afektif dan konatif (behavior). Ketiga

28


(34)

komponen tersebut saling berkaitan dan tidak mungkin dipisahkan satu dengan lainnya. Penjelasan komponen tersebut adalah sebagai berikut :

Kompenen kognitif berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek. Misalnya, orang tahu bahwa uang itu bernilai, karena mereka melihat harganya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap kita terhadap uang itu mengandung pengertian bahwa kita tahu tentang nilai uang. Namun demikian tidak semua pengetahuan mengenai suatu objek disebut sikap. Hanya pengatahuan yang disertai kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan itulah yang dimaksud sikap.

Komponen afektif menunjukkan pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek. Objek disini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Misalnya, jika seseorang mengatakan bahwa mereka senang uang, ini melukiskan perasaan mereka terhadap uang.

Komponen konatif atau behavior melibatkan salah satu predisposisi untuk bertindak sebagai objek. Misalnya, karena uang adalah sesuatu yang bernilai orang menyukainya, dan mereka berusaha mendapatkan gaji yang besar, komponen ini dipengaruhi oleh komponen kognitif. 29

Tiga komponen diatas bekerja secara kompleks dan merupakan bagian yang menentukan sikap seseorang terhadap suatu objek. Komponen kognitif akan menjawab apa yang dipirkan atau dipersepsikan tentang objek, komponen afektif dikaitkan dengan apa yang dirasakan terhadap objek (senang atau tidak senang),

29


(35)

sedangkan komponen konatif berhubungan dengan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek. Dengan demikian sikap yang ditampilkan seseorang merupakan hasil dari proses berfikir (kognatif) merasa (afektif) dan kecenderungan untuik bertindak (konatif) sebagai reaksi terhadap suatu objek.

Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwasanya sikap merupakan reaksi seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan didasari pada pengetahuan akan pikirannya (komponen kognitif) merasa (komponen afektif) dan kecenderungan untuk bertindak (komponen konatif).

4. Pengertian Toleransi

Ada beberapa pendapat para tokoh yang mengemukakan pengertian toleransi ini. Dengan kamus umum bahasa Indonesia., W.J.S. Poerwadarminta mengungkapkan bahwa toleransi berasal dari kata “toleran” yakni sikap atau sifat tenggang rasa (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakukan) yang lain atau yang bertentangan dengan pendiriannya sendiri.30

Sahibi Naim dalam bukunya “kerukunan antar umat beragama”, menerangkan bahwa istilah toleransi berasal dari bahasa inggris yaitu; tolerance yang berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa melakukan

30

W.J.S, Poerwaderminta, Kamus Umum Bahasa Imdonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1982), Cet. Ke-5, h. 1084


(36)

persetujuan. Dalam bahasa Arab toleransi biasanya disebut dengan “tasamuh”, yang berarti bersikap membiarkan, murah hati, ramah, lunak dan berhati ringan.31

Dalam percakapan sehari-hari, disamping kata toleransi, juga dipakai kata "tolerer". Kata ini adalah bahasa Belanda berarti membolehkan, membiarkan ; dengan pengertian membolehkan atau membiarkan yang pada prinsipnya tidak perlu terjadi. Jadi toleransi mengandung konsensi, artinya pemberian yang hanya didasarkan kepada kemurahan dan kebaikan hati, dan bukan didasarkan kepada hak.32

Dalam ajaran Islam, sikap dalam hidup beragama, di samping harus yakin dengan agamanya sendiri, juga tidak boleh memaksakan keyakinan itu kepada orang lain bahkan harus menghargai dan menghormati agama dan keyakinan orang lain. Sikap inilah yang dikembangkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Sewaktu beliau di Madinah, ketika Islam berkembang dalam masyarakat yang majemuk. 33

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa toleransi adalah sikap memberikan kebebasan kepada setiap orang yang berbeda baik dalam pendapat, sudut pandang, agama dan keyakinan tanpa ada rasa benci dan permusuhan atau pertentangan. Namun, perlu adanya suatu pendekatan dengan cara dialog atau

31

Sahibi Naim, Toleransi Dalam Pergaulan Antar Umat Beragama, (Jakarta : PT. Gunung Agung,1983), h. 60

32

Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A, Fikih Hubungan Antar Agama, (Jakarta : Ciputat Press, 2003), Cet. Ke- 2, h. 13

33

Abu Bakar Aceh, Toleransi Nabi Muhammad dan Para Sahabatnya, (Solo : Ramadhani, 1984), h. 67


(37)

bermusyawarah untuk saling memberikan argumentasi dan informasi tentang apa yang diterima sebagai kebenaran, sehingga tidak menimbulkan konflik. Dan toleransi terjadi dan berlaku kerena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain itu tanpa mengorbankan prinsip sendiri

5. Dasar dan Landasan Toleransi

Toleransi dan kerukunan hidup antar umat beragama di Indonsia merupakan faktor yang sangat urgen dan strategis, tanpa adanya toleransi dan kerukunan hidup, hubungan antar umat beragama akan menjadi rawan dan mudah terganggu, dan ganguan ini akan mengakibatkan terjadinya instabilitas dalam kehidupan sosial dan politik yang tentunya tidak diinginkan oleh pemerintah.34

Untuk itu agar menjadi lebih toleran dan lebih arif dalam menjalani hidup berdampingan secara damai antar kelompok umat beragama maka perlu dasar landasannya.

Dasar dan landasan toleransi beragama disebutkan dalam undang-undang dasar 1945, pasal 29 :

(1). Negara berdasar atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa.

34

Dr. Faisal Ismail, Islam, Idealitas ilahiyah dan Realitas Insaniyah, ( Yogyakarta : Tiara Wacana Group, 1999), Cet. Ke-1, h. 195


(38)

(2). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agmanya masing-masing dan nuntuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.35 .

Declaration of Human Rights, pasal 18 :

“ Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, keinsyafan batin dan agama ; dalam hal ini termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan dan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaannya dengan cara mengajarkannya, melakukannya, beribadat dan menepatinya, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, dan baik ditempat umum maupun yang tersendiri ”.

Covenant on Civil and Poloical Rights, Pasal 18 :

(1) Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, keinsyafan batin dan agama. Hak itu mencakup kebebasan untuk memeluk atau menerima agama atau kepercayaan pilihannya, serta kebebasan untuk baik secara pribadi atau pun besama anggota masyarakat lingkungannya serta secara terbuka atau pun tertutup, menyatakan agama atau kepercayaannya melalui ibadah, ketaatan, tindakan dan ajaran.

(2) Tak seorangpun dapat dikenakan paksaan sehingga mengakibatka tergangunya kebebasan untuk memeluk atau menerima agama atau kepercayaan pilihannya.

(3) Kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaannya hanya dapat dikenakan pembatasan menurut ketentuan-ketentuan hukum dan yang perlu

35

Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1977), Cet. Ke-1, h. 132


(39)

untuk menjaga keselamatan umum, ketertiban, kesehatan atau moral atau hak-hak dasar serta kebebasan orang lain.

(4) Negara-negara peserta dalam perjanjian ini mengikat diri untuk menghormati kebebasan orang tua dan dimana berlaku, wali hukum, untuk menjamin pendidikan agama dan moral anaknya menurut keyakinan masing-masing.36 Sedangkan dalam Islam sendiri banyak sekali ayat-ayat Al Quran yang menerangkan dasar dan landasan dari toleransi itu sendiri yang seharusnya dijadikan pandangan hidup. Dalam hal ini beberapa ayat diantaranya :

æóáóæúÔÂÁó ÑóÈõßó óáà ãóäó ãóäú Ýöí

ÇúáÇóÑúÖö ßõáõåõãú ÌóãöíúÚðÇÃÝóÃóäúÊó

ÊõßúÑöåõ ÇáäóÇÓó ÍóÊóì íóßõæúäõæúÇ

ãõÄúãöäöíúäó ( íæäÓ 99)

Artinya : “ Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang ada dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman senua ? ” (Q. S. Yunus: 99)

Þõáú ÃÊõÍÂÌõæúÇäóäóÇÝöí Çááåö

æóåõæóÑóÈõäóÇ æóÑóÈõßõãú

æóáóäóÇÃÚúãóÇáõäóÇ æóáóßõãú

36


(40)

ÃÚúãóÇõáßõãú æóäóÍúä

õ

á

ó

å

õ

ã

õ

Î

ú

á

ö

Õ

õ

í

ú

ä

ó

(

ÇáÈÞÑÉ : 139)

Artinya : “ Katakanlah : ‘Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu ; Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati ” (Q.S. Al Baqarah : 139)

Þõáú íóÇÃíõåóÇÇúáßóÇÝöÑõæúäó

.áóÇÃÚúÈõÏõãóÇÊóÚúÈõÏõæúäó.

æóáóÇÃäúÊõãú ÚöÇÈöÏõæúäó ãóÇÃÚúÈõÏõ.

æóáóÇÃäóÇÚóÇÈöÏõãóÇÚóÈóÏúÊõãú.

æóáóÇÃäúÊõãú ÚóÇÈöÏõæúäó ãóÇÃÚúÈõÏõ.

áóßõãú Ïöíúäõßõãú æóáöíó Ïöíúäó. ( ÃáßÇÝÑæä

1-6)

Artinya : “ (1) katakanlah hai orang-orang kafir, (2) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, (3) Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, (4) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (5) Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, (6) untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku ” (Q.S. Al Kafirun : 1-6)

áóÇÅßúÑóÇåó Ýöí ÇáÏöíúäö ÞóÏúÊóÈóíóäó

ÇáÑõÔúÏõãöäó ÇúáÛóíö Ýóãóäú íóßúÝõÑúÈöÇ


(41)

ÝóÞóÏöÇÓúÊóãúÓóßó ÈöÇúáÚõÑúæóÉö

ÇúáæõËúÞóí áóÇÇúäÝöÕóÇãó áóåóÇ æóÇááåõ

ÓóãöíúÚõ Úóáöíúãñ (ÇáÈÞÑÉ 256)

Artinya : “ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada ‘Thaghut’ dan berimanlah kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhuk tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui ” (Q.S. Al Baqarah : 256 ) 37

Melihat dari perspektif Al-Qur’an di atas, toleransi dalam Islam tidak dapat diartikan mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk mengikuti ibadah-ibadah keagamaan lain, kompromi agama tidak mungkin dilakukan umat Islam, biarlah dalam hal ibadah itu masing-masing melaksanakan sesuai dengan keyakinan masing-masing.38

Maka dasar-dasar toleransi yang bersumber dari firman Allah ini sangat penting untuk dikembangkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dalam kehidupan beragama, Islam membolehkan adanya kerjasama dalam masalah perniagaan atau muamalah dengan cara yang adil dan

37

Drs. Suryan A. Jamrah, Toleransi Beragama Dalam Islam, ( Yogyakarta : PD. Hidayat, 1986 ), Cet. Ke- 1, h. 43

38

Ibid, h. 43


(42)

bijaksana dengan landasan saling menghormati hak-hak mereka masing-masing tanpa adanya permusuhan dan perselisihan diantara mereka.

Selain itu ajaran toleransi beragama telah dipraktekan oleh Nabi Muhammad Saw dengan masyarakat lainnya. Di dalam buku "Islam Pribumi" dijelaskan bahwa Pada tahun hijriah, di Madinah pada waktu itu sedang terjadi pergolakan sosial atau konflik horizontal yang demikian panas antara suku Bani Aus dan Khazraj, dua aliran besar penganut agama Yahudi. Motifnya adalah perebutan ekonomi dan otoritas politik. Kondisi itu sudah lama mengendap diantara dua suku tersebut. Kedatangan Nabi Muhammad serta sahabatnya ke Madinah telah mampu memberi nuansa baru dan berhasil mempersatukan dua suku yang bertikai tersebut, bahkan kemudian bisa juga dipersatukan dengan kaum Muslimin Makkah. Hal ini kemudian diwujudkan dengan dokumen abadi yang dikenal dengan Piagam Madinah, piagam tersebut telah menjamin sebuah kebebasan kepada pemeluk agama berbeda untuk menjalankan keyakinannya sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing. Bahkan dalam pasal 25 Piagam Madinah, disebutkan bahwa antara kaum Mukmin dan kaum Yahudi pada hakikatnya adalah satu golongan. Yahudi dan Islam dipersilahkan melaksanakan ajarannya masing-masing, dengan satu catatan bahwa diantara golongan itu jangan sampai terjadi pertikaian anatar sesamanya.39

Inti utama dari semua ini adalah tujuan hidup manusia yaitu mencari ketentraman dan kebahagiaan batin. Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam

39

Zuhairi Misrawi, Islam Pribumi ; Mendialogkan Agama Membaca Realitas, (Jakarta : PT. Erlangga, 2003), Cet. Ke-1. h. 198-199


(43)

pergaulan hidup antar umat beragama merupakan bagian usaha menciptakan kemaslahatan umum serta kelancaran hubungan antara manusia yang berlainan agama yang erat kaitannya dengan relasi sosial dan interaksi sosial yang terjadi dalam masyrakat itu sendiri.

6. Aspek-Aspek Toleransi

Aspek-aspek toleransi menurut pandangan Islam sebagai berikut : a. Toleransi Kehidupan Antar Umat Beragama

Al-Qur’an banyak memberikan petunjuk pada umat islam untuk bersikap toleransi kepada penganut agama lain. Beberapa perinsip tersebut adalah:

1. Tidak ada paksaan untuk memeluk satu agama

2. Tidak mencaci maki sesembahan pemeluk agama lain

3. Islam tidak menghalangi pemeluk agama lain untuk melakukan ibadah dan upacara keibadatan ritualnya

4. Islam memerintahkan untuk selalu berbuat baik. 5. Dialog dengan cara yang bijak dan arif.

6. Islam tidak melarang berbuat baik dan berlaku adil terhadap pemeluk agama lain.40

Untuk merealisasikan hal tersebut hendaknya memilki sikap: 1. Menghormati alam pikiran orang lain

2. Menghormati status sosial orang lain.41

40

Yudhi Munadi, Toleransi Beragama Pada Masa Rasulullah Saw di Madinah, (Penelitian Induvidual Dosen, Fakultas Ilmu Tarbiyah, 2000), h. 17


(44)

b. Toleransi Kehidupan Intern Umat Islam

Beberapa prinsip ajaran Islam dalam menata kehidupan sesama muslim yang di jelaskan dalam surat Al- Hujurat: 9-12 yang intinya sebagai berikut:

1. Prinsip kedamaian (islah)

2. Prinsip persatuan dan persaudaraan 3. Prinsip persamaan

4. Prinsip perasaan kasih sayang. 42

Dengan demikian toleransi perlu dijalin dan bekerja sama dalam mengembangkan sikap saling menghormati, serta bagaimana cara menciptakan memelihara hubungan baik dengan umat seagama. Namun yang perlu digaris bawahi bahwa Islam melarang adanya hubungan, kerjasama atau tukar menukar dalam hal aqidah ibadah mahdah dengan pemeluk agama lain. Prinsip ini ditegaskan dalam firman Allah A.Q Al Kafirun : 1-6 :

Þõáú íóÇÃíõåóÇÇúáßóÇÝöÑõæúäó

.áóÇÃÚúÈõÏõãóÇÊóÚúÈõÏõæúäó.

æóáóÇÃäúÊõãú ÚöÇÈöÏõæúäó ãóÇÃÚúÈõÏõ.

æóáóÇÃäóÇÚóÇÈöÏõãóÇÚóÈóÏúÊõãú.

æóáóÇÃäúÊõãú ÚóÇÈöÏõæúäó ãóÇÃÚúÈõÏõ.

41

Imam Munawir, Sikap Islam Terhadap Kekerasan, Damai, Toleransi dan Solidaritas, ( Surabaya : Bina Ilmu : 1984 ), Cet. Ke-1, h. 105

42


(45)

áóßõãú Ïöíúäõßõãú æóáöíó Ïöíúäó. ( ÃáßÇÝÑæä

1-6)

Artinya : “ (1) katakanlah hai orang-orang kafir, (2) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, (3) Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, (4) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (5) Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, (6) untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku ” (Q.S. Al Kafirun : 1-6 )

Dalam hal ini, perlunya toleransi dalam pergaulan hidup, baik intern umat beragama maupun antar umat beragama. Toleansi dalam pergaulan hidup antar umat beragama harus didasarkan kepada tiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk agama itu sendiri dan mempunyai bentuk ibadah dengan sistem dan cara tersendiri. Atas dasar itu, maka diperlukan sebuah toleransi dalam pergaulan antar umat beragama. 43

Di samping itu, diperlukan strategi penyebarluasan konsep teologi kerukunan antar umat beragama yang disusun dalam suatu dialog intensif oleh pemuka agama. Harun Nasution menyatakan, bahwa konsep teologi kerukunan, yaitu:

1. Mencoba melihat kebenaran yang ada dalam agama lain. 2. Memperkecil perbedaan yang ada di antara agama-agama. 3. Menonjolkan persamaan-persamaan yang ada dalam agama. 4. Memupuk rasa persaudaraan se-Tuhan.

43


(46)

5. Memusatkan usaha pada pembinaan individual dan masyarakat manusia yang baik, yang menjadi tujuan beragama dari semua agama monoteis.

6. Mengutamakan pelaksanaan ajaran-ajaran yang membawa kepada toleransi beragama.

7. Menjauhi praktek serang menyerang antar agama.44

Ketujuh uraian di atas, merupakan nilai-nilai toleransi beragama yang cukup relevan untuk dikembangkan melalui lembaga pendidikan baik formal maupun informal. Upaya untuk mensosialisasikan dan merealisasikannya menjadi prioritas baik dalam proses belajar mengajar maupun pola interaksi sehari-hari demi terciptanya hubungan yang sehat, dan harmonis.

Adapun dalam menunjang pendidikan agama Islam di sekolah yang menyangkut materi toleransi beragama telah dijelaskan secara umun didalam pelajaran PAI itu sendiri yang disampaikan oleh guru yang bersangkutan. Adapun materi tersebut antara lain :

Toleransi merupakan sikap yang harus dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya, di sekolah dalam satu kelas yang agamanya berbeda-beda, kita tetap menjaga kerukunan dan menjaga nama baik sekolah. Dalam masyarakat di mana kita bertempat tinggal bisa juga terdiri dari berbagai agama, etnis, kita harus bisa menjadi contoh bertoleransi sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar tercipta ketentraman di lingkungan masyarakat sekitar.

44

Muslih Usa dan Aden Wijdan, Pendidikan Islam Dalam Peradaban Industrial, (Yogyakarta : Adikarya Media, 1997), Cet-1, h. 126


(47)

Fungsi toleransi dalam kehidupan bermasyarakat antara lain.

1. Mendorong manusia agar saling tolong-menolong dan hormat-menghormati karena pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup sendiri.

2. Menumbuhkan sifat jujur dalam masyarakat. 3. Menumbuhkan sifat hormat-menghormati.

4. Menjauhkan sifat sombongkarena sombong adalah awal kerusakan. 1

Dari uraian diatas jelas hidup berdampingan dan berdamai di lingkungan masyarakat dan sekolah sangat diperlukan ditengah-tengah kehidupan yang majemuk, karena pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain.

C. PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA

Sebagaimana diketahui bahwa Islam menjunjung tinggi perbedaan dan perbedaan itu sebagai “Rahmatan Lil Alamin” . Banyak sudah bukti yang dapat direkam oleh sejarah yang menggambarkan tentang toleransi dalam Islam baik itu dalam kitab suci Al Quran maupun perilaku/sikap Nabi sendiri terhadap agama atau golongan tertentu. Maka atas dasar ini kita sebagai umat Muslim tentunya hidup berdampingan secara damai itu harus selalu dijalankan pada saat kondisi/situasi dewasa ini yang erat kaitannya dengan kemajemukan agama di masyarakat, maka

1

Drs. Achmadi Wahid, M. Ag, Pendidikan Agama Islam Untuk SMP, (Jakarta : Ganeca Exact, 2005), hal. 86


(48)

amat pentinglah kalau dibicarakan peran pendidikan agama Islam sebagai langkah awal untuk pengembangan sikap toleransi beragama.

Dengan demikian pendidikan agama Islam merupakan salah satu aspek penting untuk mengembangkan sikap toleransi keberagamaan, dan dilihat dari tujuan pendidikan agama Islam itu sendiri adalah untuk membentuk manusia seutuhnya yang memiliki pengetahuan dan perilaku yang lain yaitu menjadi manusia yang sempurna (Insan Kamil) untuk mencapai kebahagian. Secara jelas pendidikan agama Islam mempunyai peran penting bagi kehidupan manusia karena seseorang yang sudah sampai pada puncak keimanan dan pengetahuan serta moral yang tinggi akan mempunyai sikap toleransi yang amat besar.

Dan menurut DR. H.M. Rasjidi sebaik-baik sikap yang harus kita ambil ialah agar masing-masing agama menyadari benar-benar adanya perbedaan-perbedaan antara setiap agama didunia ini. Konsekwensinya ialah, bahwa yang pokok dalam mengahadapi perbedaan-perbedaan itu umat sesuatu agama harus bersikap toleran terhadap umat agama yang lain secara sungguh-sungguh, baik dalam kata maupun tindakan.45

Bagi pemeluk agama Islam, soal toleransi ini terdapat dalam Al Quran surat Haj : 39-40. yang artinya : “Tentu izin perang diberikan kepada orang yang telah diperangi, karena sesungguhnya mereka itu telah dirugikan. Sunguh, Allah Maha Kuasa untuk menolong mereka itu. Yaitu orang-orang yang diusir dari kampung

45

DR. H.M. Rasjidi, Empat Kuliah Agama Islam Pada Perguruan Tinggi, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1974 ), Cet. Ke-8, h. 46


(49)

halaman mereka tanpa alasan, kecuali karena mereka berkataa. Tuhan kami hanyalah Allah. Sekiranya Allah tidak menahan sekelompok manusia dengan kelompok yang lain, tentunya biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah, ibadat Yahudi dan masjid-masjid yang didalamnya banyak disebut nama Allah, sudah dihancurkan. Sudah pasti, Allah akan menolong mereka yang menolong agamaNya. Sungguh Allah itu Maha Kuasa dan Perkasa.” (Q.S. Haj : 39-40)

Dan dalam rangka toleransi antara lain telah ditentukan bahwa orang yang menyiarkan sesuatu agama, tidak diperbolehkan memakai paksaan, baik paksaan kasar maupun halus, yakni dengan mempergunakan daya penarik materiil.46

Oleh karena itu Islam memberikan batasan terhadap persoalan agama. Aqidah tidak dapat dicampuradukan, tetapi dalam masalah sosial/muamalah Islam membolehkan adanya kerja sama dengan pihak pemeluk agama lain. Sebab Islam adalah agama yang universal yang didalamnya mengatur kehidupan manusia termasuk dalam mengembangkan nilai-nilai agama yaitu toleransi sehingga akan terwujud masyarakat yang rukun damai dan tentram.

D. Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah anggapan sementara terhadap permasalahan yang penulis angkat dalam skripsi ini sampai terbukti melalui data yang terkumpul yang sebenarnya perlu diuji, setelah hipotesis yang dimaksud diuji dengan menggunakan

46

Ibid


(50)

analisis statistic dan terbukti sebenarnya, maka hipotesis tersebut berubah menjadi prinsip atau fakta.

Adapun hipotesis penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif antara peran pendidikan agama Islam dalam pengembangan sikap toleransi beragama siswa.

Ha : Terdapat hubungan yang positif antara peran pendidikan agama Islam dalam pengembangan sikap toleransi beragama siswa.


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini adalah strategi yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data untuk menjawab dan memecahkan masalah yang dihadapi. Penelitian ini menggunakan metode servei dengan tehnik Korelasional. Dengan survai dapat dikumpulkan data kemudian menganalisa faktor-faktor untuk dicari peranannya terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam.

Tujuan korelasi adalah untuk mendeteksi anatara dua veriabel yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini penulis mempunyai dua veriabel yaitu ; veriabel X (pendidikan agama Islam) dan veriabel Y (Sikap toleransi beragama).

A. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya " Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek " mengatakan bahwa variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian pada suatu penelitian. 2

2

Suharsini Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, ( Jakarta : Rieneka Cipta, 1990 ), cet. Ke 12, h. 117


(52)

Tabel 1 Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Variabel X

Pendidikan Agama Islam

Nilai raport kelas II semester II

Variabel Y

Sikap Toleransi Beragama

- Sikap ektern

- Sikap Intern

a. Kerjasama antar umat beragama

b. Tidak membeda-bedakan agama lain. c. Menghormati agama

orang lain.

d. Selalu berbuat baik. e. Dialog antar agama. f. Tidak ada paksaan

untuk memasuki suatu agama.

g. Agama sebagai

pemersatu umat. a. Prinsip kedamaian

(islah).

b. Prinsip persatuan dan persaudaraan.

c. Prinsip persamaan. d. Prinsip perasaan dan


(53)

A. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.3

Sampel adalah sebagian induvidu yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama sehingga benar-benar mewakili populasi. 4

Dalam penelitian ini penulis membatasai populasinya yaitu yang diambil adalah kelas III siswa SMP Waskito Pemulang, yang terdiri dari lima kelas kemudian tiap-tiap kelas diambil perwakilannya sebanyak 10 siswa jadi pengambilan sample yang diambil sebanyak 50 siswa, sistem ini disebut juga dengan teknik penelitian simple random sampling.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini di SMP Waskito, jalan Raya Pamulang Permai 2 no. 75 Serua. Waktu penelitiannya bulan September s/d bulan Oktober 2006.

B. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan penulis mengunpulkan data guna melengkapi bahan dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut :

3

Herwan Rasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 1992), h. 42

4


(54)

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu mengumpulkan dan menelaah data yang diperoleh dari perpustakaan atau pustaka baik berupa artikel, buku-buku, surat kabar, majalah, jurnal, buletin mauupun sumber informasi lainnya yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas.

2. Penelitian Lapangan (field research)

Yaitu mengumpulkan dan menelaah data yang diperoleh dengan cara langsung turun ke lapangan (studi kasus) yaitu masuk kedalam lingkungan sekolah SMP Waskito Pamulang.

Dalam penelitian lapangan ini, penulis berusaha menganalisa apa yang ada dilapangan. Sehingga antara penelitian dan teori yang ada dapat dibuktikan relevansinya. Penelitian ini secara pokok melibatkan dua macam data yaitu data yang berkenaan dengan pendidikan agama Islam (X) yang diambil dari nilai raport dan yang berkenaan dengan pengembangan sikap toleransi beragama yang berasal dari angket.

Data penelitian untuk lapangan, penulis mengunakan tehnik pengumpula data sebagai berikut :

1. Observasi

Yaitu dengan cara meneliti dating langsung ke SMP Waskito Pamulang, untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan materi penelitian.


(55)

Interview adalah pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan dijawab dengan lisan pula. Dalam hal ini penulis mengadakan tanya jawab antar penulis dengan nara sumber yang ahli dalam bidang pendidikan agama, atau wawancara dengan kepala sekolah dan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam.

3. Angket (Kuesioner)

Questionner adalah suatu alat pengumpul data atau informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden. Angket ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang diri responden dan untuk mendapatkan data yang komperhensif.

Angket ini penulis susun kemudian disebarkan kepada 50 siswa. Amgket ini berbentuk pilihan ganda (tertutup), dimana item-item dalam angket tersebut berisi tentang peran pendidikan agama Islam dalam pengembangan sikap toleransi beragama, yang bertujuan untuk menjaring data mengenai sejauh mana peran pendidikan agama Islam dalam pengembangan sikap toleransi beragama siswa.

Tabel 2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Nomor Soal Jumlah

Toleransi Antar Umat Beragama

a. Kerjasama antar umat beragama.


(56)

b. Tidak

membeda-bedakan agama lain.

c. Menghormati agama orang lain.

d. Selalu berbuat baik.

e. Dialog antar agama.

f. Tidak ada

paksaan untuk memasuki suatu agama.

g. Agama sebagai pemersatu

umat.

3, 10, 16, 20

5, 6, 9, 14, 18, 19

4, 8, 7

11

12, 13

17

4

6

3

1

2

1


(57)

Data yang berasal dari penelitian kepustakaan disusun sebagai rumusan teori dan dijasikan ped0oman bagi penelitian lapangan. Sedangkan data-data yang berasal dari penelitian lapangan disebarkan melaui angket kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana peran pendidikan agama Islam dalam pengembangan toleransi beragama dikalangan siswa.

Setelah data-data terkumpul, kemudian dianalisa dengan mneggunkan tehnik analisis data kuantitatif frekuensi dengan memberikan persentase dan menggunakan tehnik analisis data kualitatif dalam bentuk kalimat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

1. Memperoleh nilai frekwensi dengan menggunakan rumus :

P = N

F

x 100%

F = Frekuensi

N = Jumlah Frekuensi/banyaknya individu P = Angka persentase

2. Mencari angka korelasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut : moment dari Carl Pearson ;

rxy =

[

2 2 2 2

]

) Y ( Y (N. . ) X ( X N. Y) X).( ( XY) N.( Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ Keterangan ;


(58)

rxy = Angka indeks kolerasi N = Number of Cases

ΣXy = Jumlah perkalian antara skor x dan skor y X = Jumlah skor x

Y = Jumlah skor y5

Teknik perhitungan data tersebut penulis memasukkan kedalam tabel kemudian dianalisa dan diinterpretasikan dari perhitungan prosentase.

Secara keseluruhan tehnik penulisan skripsi ini menggunakan beberapa aturan yang terdapat dalam buku pedoman penulisan skripsi tesis, dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2000.

5

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rajawali Press, 2003), cet. ke-IV, h. 181


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM SMP WASKITO PAMULANG

1. Sejarah Berdirinya

SMP Waskito merupakan sebuah institusi pendidikan formal yang sama dengan sekolah-sekolah lainnya. Sekolah ini berdiri di bawah yayasan Waskito yang diketuai oleh Bpk. Drs. Djarot yang lokasinya berada di Jl. Raya Pamulang Permai II No. 75 Serua Ciputat Tanggerang.

Yayasan ini menyelenggarakan kegiatan di bidang pendidikan dan sosial. Pada bidang pendidikan, yayasan ini mengelola lembaga yang lengkap mulai dari TK – SD – SMP dan SMK. Sedangkan di bidang sosial yayasan ini juga menyelenggarakan santunan kepada anak yatim dan fakir miskin. Selain mutunya yang berkualitas, sekolah ini juga termasuk yang menjadi pilihan dimasyarakat, maka tak heran sekolah ini termasuk sekolah yang banyak peminatnya yang didukung dengan berbagai fasilitas serta lokasi yang mudah dijangkau, tentunya semua ini menjadi sebuah kerja keras yang dilakukan oleh putri penerus bangsa.

Adalah R. Ayu Siti Suwastinah sebagai penggerak awal berdirinya sekolah Waskito. Sebagai Putri penerus bangsa beliau ini tergerak hatinya untuk mendirikan sekolah, Sebelum mendirikan sekolah Waskito ini pada mulanya pada tahun 1967 beliau mendirikan sekolah yang berada di jalan Setia Budi di daerah Jakarta Selatan


(60)

dengan tingkatan SD dan SMA. Selang beberapa waktu kemudian lokasi tersebut dipindahkan di daerah Pondok Labu beliau mendirikan sebuah sekolah dengan tingkatan SMP dan SMA yaitu pada tahun 1992. Karenakan tidak ada perkembangan yang signifikan yaitu letaknya yang kurang strategis maka lokasi atau sekolah tersebut belum banyak peminatnya, dan beliau memindahkan lokasi tersebut ke daerah yang menurutnya lebih tepat. Kemudian pada tahun 1991 beliau membuka sekolah lagi di daerah Pamulang yang berada dibawah penyelenggara yayasan pendidikan Waskito Barulah sekolah ini termasuk sekolah yang favorit yang mengalami banyak kemajuan dari tahun ke tahun. Seiring jalannya waktu sekolah Waskito ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, hal ini bisa dilihat dari jenjang pendidikan mulai dari TK sampai SMK yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan sekolah.

2. Visi dan Misi SMP Waskito Pamulang

a. Visi

Unggul dalam mutu, disiplin dalam mengatur waktu, teruji dalam prestasi dilandasi Iman dan Takwa.

b. Misi

• Meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya siswa SMP Waskito dengan tertumpu pada keimanan, ketakwaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

• Menumbuhkembangkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianutnya sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.


(61)

• Menumbuhkembangkan berdaya mutu yang berwawasan unggulan.

c. Strategi

1. Seragam Dalam Persepsi

a. Memiliki visi kearah pencapaian mutu (quality oriented) pendidikan.

b. Profesionalisme, disiplin menjadi teladan, akuntabilitas dengan memiliki komitmen untuk memajukan sekolah.

c. Optimalisasi dan realisasi program sekolah sebagai implementasi visi dan misi.

d. Membina penampilan sekolah berdasarkan wawasan wisata mandala. 2. Cepat dan tepat dalam layanan/tindakan

a. Menyusun standar layanan sekolah.

b. Penyempurnaan system kerja dan meningkatkan kualitas layanan.

c. Tertib dalam perencanaan, efektif dalam pelaksanaan tepat dan benar dalam pengawasan.

d. Pusat layanan informasi data base sekolah.

e. Optimalisasi layanan pembelajaran dan bimbingan yang mendorong aktifitas dan kretifitas siswa, baik melalui kegiatan intrakulikuler maupun ekstrakulikuler.

f. Pengadaan dan pengembangan sarana p4endukung kegiatan pendidikan secara berkelanjutan seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi.


(62)

d. Stuktur Organisasi SMP Waskito Pamulang Tabel 3

Kepala Sekolah Komite Sekolah

Waka Kurikulum Waka Kesiswaan

Bendahara Tata Usaha

Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas


(63)

e. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Waskito Pamulang Tabel 4

Nama L/P Jabatan

1 Budiyono, M.M L Kepala Sekolah 2 Drs. Ipong L Wakil Kepala Sekolah 3 Atik Widiyati, S. Pd p Guru Sejarah Geografi 4 Rita Asri Cahyani, A. Md p Guru Komputer 5 Himmatul Aliyah, A. Sp p Guru Matematika 6 Dra. Sri Rachmani p Guru Matematika 7 Farida Aryani, S. Pd p Guru PPKN

8 Ismidarsyah, S. Pd p Guru Bahasa Indonesia 9 Maemunah, S. Pd p Guru Bahasa Indo KTK 10 Eny Safariyah Aryani, S. Pd P Guru Bahasa Inggris

11 Sudiman L Guru Penjaskes

12 Nur'aini, S.E I P Guru Ekonomi 13 Nopita Sari, S. Pdi P Guru Agama Islam 14 Nurlela Purba, S.E.I P Guru Agama Kristen 15 Puryanti, A.Md P Guru Bahasa Inggris Lab 16 Kasno Fredizal, S. Pd L Guru Bahasa Inggris 17 Ema Heryati, S. Pd P Guru KTK

18 Ir. Endang Supriyadi L Guru Sejarah

19 Rudi L Guru Komputer

20 Teguh Supriyadi, A. Md L Guru Bahasa Inggris 21 Adistia Kartika Rini, A. Md P Guru Bahasa Cina

22 Dinar L Guru Bahasa Cina

23 Sri Handayani, S.E P Manajemen

24 Wulamdari P Bendahara

25 Putri, A. Md P Tata Usaha

26 Syafrudin, S. Ag L Tata Usaha Umum

f. Keadaan Siswa/I SMP Waskito Pamulang Tahun 2006/2007 Siswa-Siswi


(64)

Jumlah seluruh siswa SMP Waskito Pamulang adalah 457 orang terdiri dari putra dan putri, siswa kelas I berjumlah 147 orang, siswa kelas II berjumlah 126 orang dan siswa kelas III berjumlah 186 orang. Berikut data siswa menurut keadaan agama.

Tabel 5

Kelas

Agama Jenis Kelamin 1 2 3 Jumlah

Islam L P 46 62 45 48 72 69 163 179 Katolik L P 5 2 3 1 6 2 14 5 Protestan L P 12 16 11 11 17 15 40 42 Hindu L P 1 0 0 1 0 1 1 2 Budha L P 3 0 2 2 2 2 7 4


(65)

g. Sarana Dan Prasarana SMP Waskito Pamulang Tabel 6

Kondisi No Jenis Ruang/Sarana Jumlah Luas Baik Sedang Rusak

1 Ruang Teori/Kelas 10 400 √

2 Laboratorium IPA 1 36 √

3 Laboratorium Kimia 1 1 √

4 Laboratorium Biologi 1 1 √

5 Laboratorium Bahasa 1 56 √

6 Laboratorium Komputer 1 44 √

7 Ruang Perpustakaan 1 24 √

8 Ruang Serbaguna 1 200 √

9 Ruang UKS 1 24 √

10 Koperasi/Toko 1 12 √

11 Ruang BP/BK 1 12 √

12 Ruang Kep Sekolah 1 20 √

13 Ruang Guru 1 60 √

14 Ruang TU 3 18 √


(66)

16 Kamar Mandi/WC Guru 2 6 √ 17 Kamar Mandi/WC Murid 7 14 √

18 Gudang 1 9 √

19 Rumah Ibadah 1 42 √

18 Ruang Bendahara 1 40 √

19 Rumah Penjaga Sekolah 1 35 √

20 Ruang Band 1 9 √

B. PENGOLAHAN DATA

Data-data tentang peran pendidikan agama Islam dalam pengembangan sikap toleransi beragama di SMP Wakito Pamulang, didapatkan melalui nilai raport PAI, angket, wawancara dan studi dokumentasi. Wawancara penulis lakukan dengan ketua yayasan sekolah Waskito untuk mendapatkan gambaran umum SMP Waskito dan penulis juga melakukan wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, sedangkan angket diberikan kepada siswa kelas III.

Data yang akan penulis sajikan dalam skripsi ini adalah hasil dari nilai raport pendidikan agama Islam dan penyebaran angket tentang pengembagan sikap toleransi beragama di SMP Waskito Pamulang.


(67)

Tabel 7

Daftar Nilai Raport Siswa Mata Pelajaran PAI Kelas III Semester II

No Nama Siswa Nilai Raport

1 Melia Sintya Dewi 70

2 Amalia. S 66

3 Rini Karlinah 84

4 Ian Sidiq 87

5 Iswan Suswendi 65

6 Eka Larasati 87

7 Stepanie. R 73

8 Dinda Delisan Tahier 75

9 Rocky Aryanto 69

10 Hana Nur Julia 78

11 Chrysta Claudia 69

12 Ferdy Abdullah 65

13 Febiola Fujioka 87

14 Bagus Setiawan 64

15 Mariana Suci 87

16 Anita Rachmah 74

17 Reni Sartika 80

18 Yusuf Andika 87

19 Atiyatna Kusumadjati Putri 70

20 Sonny Suryadi 85


(68)

22 Hary Purnomo 60

23 Amni Ludira Nur Azmini 63

24 Sophian Ramadhan 80

25 Riza Oxy Adiatma 78

26 Rachmawati Pertiwi 80

27 FirmansyahYudino .S 65

28 Hartomo Adhy putra 81

29 M. Nurmasyah. P 60

30 Septian Darma 85

31 M. Sofyan. S 73

32 Indah Aditha 75

33 Putri Anne Destyana 85

34 Wempi. M 60

35 Didit Alfian 78

36 Bayu Adjie Nugroho 71

37 Ghaby Sabrina 83

38 Ario Bimo 76

39 Kevin Ricardo 60

40 Arumi. A 76

41 Virlandra Pratama 75

42 Sy. Putri Rizky 76

43 Syarah. IR 80

44 Rizky Akbar. S 66

45 Miya Wida Nimgsih 80

46 Eric Saputra 75

47 Tri Prasetyo. N 85


(69)

49 Esaka. J 60

50 Atyatna 60

Hasil Penyebaran Angket Tentang Pengembangan Sikap Toleransi Beragama Tabel 8

Bekerja sama antar umat beragama No

Soal

Alternatif Jawaban F %

1 a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah

20 30 -

40 60

Jumlah 50 100

Dari hasik angket diatas mengenai kerja sama antar umat beragama siswa dapat diketahui, yaitu yang menjawab selalu bekerja sama yaitu 20 orang (40 %), siswa yang menjawab kadang-kadang sebanyak 30 orang (60 %) dan yang menjawab tidak pernah bekerja sama antar umat beragama tidak ada. Hal ini berarti kerja sama antar umat beragama berjalan seperti biasa sesuai dengan aturan yang ada karena tidak ada jawaban yang tidak bekerja sama.

Tabel 9

Guru agama mengajarkan kerja sama antar umat beragama No

Soal


(70)

2 a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah

44 5 1

88 10 2

Jumlah 50 100

Pada kata katagori yang menyatakan guru agama selalu mengajarkan kerja sama antar umat beragama sebanyak 44 orang (88 %), kadang-kadang 5 orang (10 %) dan tidak pernah 1 orang (2 %). Hal ini berarti guru agama yang ada di Waskito selalu memberikan materi/penjelasan mengenai pentingnya kerja sama antar umat beragama disekolah.

Tabel 10

Bermain/bergaul tanpa membeda-bedakan agama No

Soal

Alternatif Jawaban F %

3 a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju

49 1

-

98 2

Jumlah 50

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa selalu bermain/bergaul dengan teman yang berbeda agama selalu dilakukan dengan sikap keterbukaan dan penghormatan tanpa melihat latar belakang agamanya, terbukti dengan jawaban siswa yang setuju dengn bermain tanpa membeda-bedakan agama sebanyak 49 orang (98


(71)

%) yang hampir keseluruhannya, dan kurang setuju hanya 1 orang (2 %), dan yang menjawab tidak setuju tidak ada.

Tabel 11

Menjenguk teman yang sakit No

Soal

Alternatif Jawaban F %

4 a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah

22 26 2

44 52 4

Jumlah 50 100

Pada table 9 dapat diketahui bahwa kebanyakan siswa yang mengatakan kadang-kadang menjenguk teman yang sakit sebanyak 26 orang (52 %), dan selalu sebanyak 22 orang (44 %) dan tidak pernah hanya 2 orang (4 %). Hal ini berarti siswa dapat dikatakan cukup perhatian jika ada temannya yang berbeda agama sakit.

Tebel 12

Memakai simbol-simbol agama di sekolah No

Soal

Alternatif Jawaban F %

5 a. Setuju b. Kurang Setuju

21 26

42 52


(72)

c. Tidak Setuju 3 6

Jumlah 50 100

Dari hasil angket yang disebarkan terdapat perbedaan yang cukup kontroversi antara setuju dengan tidak setuju mengenai pemakaian simbol-simbol agama dan hal ini cukup bersaing karena yang menjawab kurang setuju ada 26 orang (52 %), dan yang setuju sebanyak 21 orang (42 %) hal ini dapat dimaklumi karena masalah tersebut menyangkut hak pribadi seseorang dalam kehidupan beragama, dan yang menjawab tidak setuju hanya 3 orang (6 %).

Tabel 13

Menumbuhkan sikap keterbukaan dan penghormatan atas keyakinan dan kepercayaan

No Soal

Alternatif Jawaban F %

6 a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju

47 3

-

94 6

-

Jumlah 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan siswa menjawab setuju mengenai sikap keterbukaan dan penghormatan atas kepercayaan terhadap orang lain, hal ini berarti toleransi cukup berjalan dengan baik dikalangan siswa, terbukti


(73)

dengan jawaban siswa yang mengatakan setuju sebanyak 47 orang (94 %), dan yang mengatakan kurang setuju hanya 3 orang (6 %) dan yang menjawab tidak setuju tidak ada.

Tabel 14

Memberikan hadiah/makanan kepada teman yang berbeda agama No

Soal

Alternatif Jawaban F %

7 a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah

10 39 1

20 78 2

Jumlah 50 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pemberian hadiah/makanan kepada teman yang berbeda agama didalam kehidupan sehari-hari, dikebanyakan siswa menjawab kadang-kadang suka memberikan yang berjumlah 39 orang (78 %), selalu memberikan 10 orang (20 %) dan yang tidak pernah memberikan hanya 1 orang (2 %).

Tabel 15


(74)

No Soal

Alternatif Jawaban F %

8 a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah

26 24 - 52 48 -

Jumlah 50 100

Dari tabel 12 banyak siswa mengatakan bahwa mereka selalu membantu teman yang berbeda agama jika dalam kesulitan baik itu pekerjaan sekolah ataupun diluar sekolah, terbukti dengan jawaban siswa yang mengatakan selalu membantu temannya yang dalam kesulitan sebanyak 26 orang (52 %), tetapi banyak juga yang kadang-kadang terdapat 24 orang (48 %) dan yang mengatakan tidak pernah membantu temannya tidak ada.

Tabel 16

Mengucapkan selamat hari raya ketika hari-hari besar agama No

Soal

Alternatif Jawaban F %

9 a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah

21 15 14 42 30 28

Jumlah 50 100

Memang untuk masalah pengucapan selamat hari raya terhadap orang yang berbeda agama mempunyai sudut pandang yang berbeda, dan hal ini bisa dimaklumi dengan masing-masing jawaban menyangkut masalah tersebut. Dari tabel diatas


(75)

dapat diketahui bahwa masing-masing siswa mempunyai jawaban tersendiri yang jawabannya tidak jauh berbeda dengan siswa yang lain. Dan kebanyakan siswa menjawab selalu mengucapkan selamat pada perayaan hari-hari besar agama sebanyak 21 orang (42 %), dan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 15 orang (30 %) dan tidak pernah mengucapkannya 14 orang (28 %).

Tabel 17

Mengunjungi hari-hari besar agama lain No

Soal

Alternatif Jawaban F %

10 a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju

10 29 11

20 58 22

Jumlah 50 100

Pada tabel 14 masih mempunyai hubungan yang dekat dengan pernyataan diatas yaitu tabel 13 mengenai perayaan hari besar agama, dan untuk pernyataannya tidak jauh berbeda antara setuju dan tidak setuju. Jika dilihat tabel diatas dapat diketahui bahwa siswa kebanyakan tidak setuju untuk mengunjungi temannya yang merayakan hari besar agama yaitu sebanyak 29 orang (58 %), dan untuk jawaban yang setuju dan tidak setuju sangat tipis yaitu 10 orang yang setuju (20 %) dan tidak setuju 11 orang (22 %). Pernyataan tersebut tentunya memiliki pandangan tersendiri.


(76)

Tabel 18

Menumbuhkan dialog antar agama guna menciptakan toleransi beragama No

Soal

Alternatif Jawaban F %

11 a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju

46 4 - 90 8 -

Jumlah 50 100

Dari hasil angket yang disebarkan kebanyakan siswa mengatakan bahwa dialog antar umat beragama memang harus ditumbuhkan guna menciptakan toleransi beragama. Terbukti dengan jawaban siswa yang mengatakan setuju sebanyak 49 orang (90 %), tetapi ada juga yang mengatakan kurang setuju yaitu hanya 4 orang (8 %) dan yang menjawab tidak setuju tidak ada.

Tabel 19

Islam mempunyai aturan tertentu maka aqidah tidak boleh dicampuradukan No

Soal

Alternatif Jawaban F %

12 a. Setuju b. Kurang Setuju c. Tidak Setuju

45 4 1 90 8 2

Jumlah 50 100

Akidah memang menjadi dasar dalam menyakini ajaran agamanya masing-masing. untuk itu dari hasil angket yang disebarkan mengenai bahwa Islam


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh keteladanan guru pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa di SMP Waskito Pamulang

6 66 76

Peran pendidikan Islam dalam pengembangan sikap toleransi beragama di SMU Negeri 78 Kemanggisan Jakarta Barat

1 3 88

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA SIKAP TOLERANSI ANTARUMAT BERAGAMA TERHADAP SISWA Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Sikap Toleransi Antarumat Beragama Terhadap Siswa SMP Negeri 1 Selogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 3 15

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA SIKAP TOLERANSI ANTARUMAT BERAGAMA TERHADAP SISWA Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Sikap Toleransi Antarumat Beragama Terhadap Siswa SMP Negeri 1 Selogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 4 15

PENDAHULUAN Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Sikap Toleransi Antarumat Beragama Terhadap Siswa SMP Negeri 1 Selogiri Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 4 4

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DALAM SIKAP TOLERANSI BERAGAMA SISWA DI SMP MARDI SUNU SURABAYA.

0 2 96

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENUMBUHKAN NILAI-NILAI TOLERANSI BERAGAMA SISWA DI SMP NEGERI 1 NGUNUT TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENUMBUHKAN NILAI-NILAI TOLERANSI BERAGAMA SISWA DI SMP NEGERI 1 NGUNUT TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENUMBUHKAN NILAI-NILAI TOLERANSI BERAGAMA SISWA DI SMP NEGERI 1 NGUNUT TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENUMBUHKAN NILAI-NILAI TOLERANSI BERAGAMA SISWA DI SMP NEGERI 1 NGUNUT TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 14