Model Pembelajaran Terpadu Untuk Meningkatkan Penerapan Nilai Agama (Penelitian dan Pengembangan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah).

(1)

LEMBAR PERNYATAAN ……… i

LEMBAR PENGESAHAN ……… ii

ABSTRAK ………. iii

KATA PENGANTAR ………. iv

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ………... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……….. B. Rumusan Masalah ………... C. Pertanyaan Penelitian ……….. D. Definisi Operasional ………... E. Tujuan Penelitian ………. F. Manfaat Penelitian ………...

1 13 13 14 16 17

BAB II KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran Terpadu ………. 1. Konsep Pembelajaran ………..……… 2. Pengertian Pembelajaran Terpadu………... 3. Karakteristik Pembelajaran Terpadu………..………. 4. Prinsip dan Tujuan Pembelajaran Terpadu…….………. 5. Keunggulan Pembelajaran Terpadu………... 6. Ragam Model Pembelajaran Terpadu……….. B. Penerapan Nilai Agama ………..

1. Definisi Nilai ………..

2. Proses Pembentukan Nilai ……….. 3. Nilai Agama ……… C. Pendidikan Agama Islam Di Madrasah ………..

1. Konsep Pendidikan Agama Islam……… 2. Karakteristik Pendidikan Agama Islam………... 3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam……….. 4. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MTs……….. 5. Karakteristik Peserta Didik………. D. Konsep Model Pembelajaran Terpadu Untuk Meningkatkan

Penerapan Nilai Agama ……….. 1. Relevansi Pembelajaran Terpadu dengan PAI ………...

18 18 24 30 31 35 39 44 45 46 48 52 52 54 56 58 66 69 69


(2)

4. Hasil Penelitian yang Relevan………... 75

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Langkah-langkah Penelitian……… B. Teknik Pengumpulan Data……….. C. Lokasi dan Subyek Penelitian……….. D. Analis dan Interpretasi Data………….………... E. Tahap-tahap Pengembangan Model ……… F. Jadwal Penelitian………..

77 81 82 83 84 114

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu ……….. 1. Hasil Ujicoba Terbatas ……… 2. Hasil Ujicoba Lebih Luas ………... B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 1. Pelaksanaan Pembelajaran PAI Terpadu di MTs ……… 2. Desain Model Pembelajaran Terpadu ………. 3. Implementasi Model Pembelajaran Terpadu ……….. 4. Evaluasi Model Pembelajaran Terpadu ……….. 5. Dampak Penerapan Model Pembelajaran Terpadu ………. 6. Faktor-faktor Pendukung ……….

115 115 133 155 155 158 163 166 167 169

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………. B. Rekomendasi ………...

171 175 DAFTAR PUSTAKA ……….. 178 LAMPIRAN-LAMPIRAN ………. 181 RIWAYAT HIDUP


(3)

Tabel Hal.

2.1 Struktur Kurikulum Madrasah Tsanawiyah ……… 61

3.1 Tahap-tahap Penelitian dan Pengembangan ……… 79

3.2 Profil Guru PAI ……….. 85

3.3 Persepsi Guru Terhadap Tugas dan Tujuan Mengajar ……… 86

3.4 Persepsi Guru Terhadap Mata Pelajaran dan Model Pembelajaran PAI ……. 87

3.5 Pandangan Guru Terhadap Inovasi dan Pembelajaran Terpadu ………. 88

3.6 Persiapan Guru dalam Menerima Tugas Mengajar ……… 90

3.7 Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran ……….. 90

3.8 Pendapat Guru tentang Pengembangan Aspek-aspek Dalam RPP …………. 91

3.9 Pendapat Guru Tentang Pelaksanaan Pembelajaran PAI ……… 93

3.10 Pendapat Guru tentang Penerapan Nilai Agama ………. 95

3.11 Pendapat Siswa Tentang Aktivitas Bersekolah ……….. 96

3.12 Pendapat Siswa Tentang Cara Belajar PAI di Kelas ……….. 97

3.13 Persepsi Siswa Tentang Pembelajaran PAI ………... 99

3.14 Ketersediaan Buku Sumber, Media Pembelajaran dan Perpustakaan………. 101

3.15 Jadwal Penelitian ……… 114

4.1 Hasil Pretes dan Postes Ujicoba Terbatas ………... 125

4.2 Korelasi Pretes dan Postes1 ……… 125

4.3 Hasil Postes1 dan Postes2 ……….. 126

4.4 Korelasi Postes1 dan Postes2 ………... 126

4.5 Hasil Postes2 dan Postes3……… 127

4.6 Korelasi Postes2 dan Postes3 ………... 127

4.7 Hasil Postes3 dan Postes4 ………... 128

4.8 Korelasi Postes3 dan Postes4 ………... 128

4.9 Hasil Postes4 dan Postes5 ………... 129

4.10 Korelasi Postes4 dan Postes5 ………... 129

4.11 Hasil Penerapan Nilai Agama pada Ujicoba Terbatas………. 131


(4)

4.15 Hasil Postes1 dan Postes2 ……….. 139

4.16 Korelasi Postes1 dan Postes2 ………... 140

4.17 Hasil Postes2 dan Postes3……… 140

4.18 Korelasi Postes2 dan Postes3 ………... 141

4.19 Hasil Postes3 dan Postes4 ………... 141

4.20 Korelasi Postes3 dan Postes4 ………... 142

4.21 Hasil Pretes dan Postes MTs. Al-Gifari Bantani ………. 142

4.22 Korelasi Pretes dan Postes1 ……… 143

4.23 Hasil Postes1 dan Postes2 ……….. 143

4.24 Korelasi Postes1 dan Postes2 ………... 144

4.25 Hasil Postes2 dan Postes3……… 144

4.26 Korelasi Postes2 dan Postes3 ………... 145

4.27 Hasil Postes3 dan Postes4 ………... 145

4.28 Korelasi Postes3 dan Postes4 ………... 146

4.29 Hasil Pretes dan Postes MTs. Muta’allimin ……… 146

4.30 Korelasi Pretes dan Postes1 ……… 147

4.31 Hasil Postes1 dan Postes2 ……….. 147

4.32 Korelasi Postes1 dan Postes2 ………... 148

4.33 Hasil Postes2 dan Postes3……… 148

4.34 Korelasi Postes2 dan Postes3 ………... 149

4.35 Hasil Postes3 dan Postes4 ………... 149

4.36 Korelasi Postes3 dan Postes4 ………... 150

4.37 Hasil Penerapan Nilai Agama pada Ujicoba Lebih Luas………. 152


(5)

Gambar Hal. 2.1 Model-model Pembelajaran Terpadu ……….. 39 2.2 Struktur Pendidikan Agama Islam ……….. 63 2.3 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu ………... 70 Bagan

3.1 Alur Pengembangan Desain Pembelajaran Terpadu …………... 113 4.1 Dampak Pembelajaran yang Efektif Terhadap Hasil Belajar

Siswa ……… 168


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.

Masyarakat memandang pendidikan sebagai pewarisan kebudayaan atau niali-nilai budaya baik yang bersifat intelektual, keterampilan, keahlian dari generasi tua ke generasi muda agar masyarakat tersebut dapat memelihara kelangsungan hidupnya atau tetap memelihara kepribadiannya. Dari segi pandangan individu pendidikan berarti upaya pengembangan potensi-potensi yang dimiliki individu yang masih terpendam agar dapat teraktualisasi secara konkrit, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh individu tersebut juga masyarakat.

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan mempunyai fungsi ganda. Pada satu sisi pendidikan berfungsi untuk memindahkan nilai-nilai dalam upaya memelihara kelangsungan hidup suatu masyarakat dan peradaban, sedangkan disisi lain pendidikan berfungsi untuk mengaktualisasikan fitrah manusia agar dapat hidup secara optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dan mampu memikul tanggung jawab atas perbuatannya, sehingga memperolah kebahagiaan dan kehidupan yang sempurna.


(7)

Sebagai bangsa yang beragama, kita sebenarnya memiliki akar yang sangat kuat dalam hal kompetensi dan etika. Bahkan, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 secara khusus menekankan pentingnya pendidikan bagi peningkatan keimanan dan akhlak. Pasal 31 ayat (3) menyebutkan: ”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia ...”.

Meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia merupakan ranah Pendidikan Agama dan Keagamaan yang seyogyanya dirumuskan melalui pendekatan yang komprehensif, sehingga mampu menjelaskan realitas keagamaan yang sebenarnya. Hal tersebut sebagai landasan pengembangan cara, proses pengembangan dan pencapaian tujuan pendidikan.

Kegiatan pembelajaran merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan institusional. Tujuan setelah proses pembelajaran adalah sistem nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan karakteristik kepribadian siswa. Pembelajaran sebagai sebuah metode menghendaki adanya perekayasaan situasi terencana yang memberikan perlakuan tertentu, untuk mengetahui akibat-akibatnya terhadap peserta didik. Menggunakan metode secara terencana, sistematik, dan terkontrol baik dalam bentuk desain fungsional maupun faktoral melalui pengenalan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan melalui bentuk penggambaran konsep-konsep yang bersifat penghayatan dan pengamalan.

Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa:


(8)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di madrasah adalah pendidikan agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang sengaja didirikan dan diselenggarakan dengan hasrat dan niat (rencana yang sungguh-sungguh) untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam, sebagaimana tertuang atau terkandung dalam visi, misi, tujuan, program kegiatan maupun pada praktik pelaksanaan kependidikannya. Pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam merupakan salah satu perwujudan dari pengembangan sistem pendidikan Islam.

Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan iman, taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam (Arifin, 1994: 41). Dari tujuan pendidikan agama Islam tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan berpengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan seseorang, besar kecilnya pengaruh sangat tergantung pada berbagai faktor. Pendidikan agama dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama, sebab pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Karena itu


(9)

pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk sikap dan tingkah laku atau moral keagamaan yang selaras dengan tuntunan agama.

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam. Ditinjau dari segi isinya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi salah satu komponen dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran yang bertujuan mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik.

Materi Pendidikan Agama Islam dikembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syari’ah dan akhlaq. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman, syari’ah merupakan penjabaran dari konsep Islam, dan akhlak merupakan penjabaran konsep ihsan. Dari ketiga konsep dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu, teknologi, seni dan budaya.

Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah terdiri atas 4 mata pelajaran yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri: al-Qur'an-hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek akidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna. Aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek fikih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Aspek sejarah


(10)

kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

Output program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di madrasah adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia (budi pekerti yang luhur) yang merupakan misi utama dari diutusnya Nabi Muhammad S.a.w. di dunia ini. Pendidikan akhlak (budi pekerti) adalah jiwa pendidikan dalam Islam, sehingga pencapaian akhlak mulia (karimah) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Dalam hubungan ini, perlu ditegaskan bahwa pembelajaran PAI tidak identik dengan menafikan pendidikan jasmani dan pendidikan akal. Keberadaan program pembelajaran selain PAI juga menjadi kebutuhan bagi peserta didik yang tidak dapat diabaikan. Namun demikian, pencapaian akhlak mulia justru mengalami kesulitan jika hanya dianggap menjadi tanggung jawab mata pelajaran PAI.

Dengan demikian, pencapaian akhlak mulia harus menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk mata pelajaran non-PAI dan guru-guru yang mengajarkannya. Ini berarti meskipun akhlak itu tampaknya hanya menjadi muatan mata pelajaran PAI, mata pelajaran lain juga perlu mengandung muatan akhlak. Lebih dari itu, semua guru harus memperhatikan akhlak peserta didik dan berupaya menanamkannya dalam setiap proses pembelajaran. Jadi pencapaian akhlak mulia tidak cukup hanya melalui mata pelajaran PAI.

Selama ini pelaksanaan pendidikan agama yang berlangsung di sekolah masih mengalami banyak kelemahan. Mochtar Buchori (Muhaimin, 2005: 23)


(11)

menilai pendidikan agama masih gagal. Kegagalan ini disebabkan karena praktik pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai agama, dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis dan praxis dalam kehidupan nilai agama. Atau dalam praktik pendidikan agama berubah menjadi pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral, padahal intisari dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.

Kenyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Menteri Agama RI, Muhammad Maftuh Basyuni (Muhaimin, 2005:23), bahwa pendidikan agama yang berlangsung saat ini cenderung lebih mengedepankan aspek kognisi daripada afeksi dan psikomotorik. Pendidikan agama lebih berorientasi pada belajar tentang agama, sehingga hasilnya banyak orang yang mengetahui nilai-nilai ajaran agama, tetapi prilakunya tidak relevan dengan nilai-nilai ajaran agama yang diketahuinya. Pendidikan agama lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif, dan kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi “makna” dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik lewat berbagai cara, media dan forum.

Kualitas pendidikan nilai yang dibingkai dalam Pendidikan Agama selama ini belum sepenuhnya diakomodasikan oleh kurikulum pendidikan agama dan belum sepenuhnya diajarkan melalui pendidikan agama. Selain itu, materi


(12)

pendidikan agama termasuk materi-materi nilai yang disampaikan oleh guru agama dinilai masih bersifat normatif. Hal demikian bukanya tidak sah, tetapi cenderung mengabaikan realitas nyata yang justru disitulah peserta didik hidup dan berinteraksi. Sementara itu metodologi yang dipakai untuk mendekati materi agama cenderung bersifat indoktrinatif. Model pengajaran indoktrinatif menutup peluang bagi adanya pendalaman yang komprehensif akan suatu persoalan.

Metode indoktrinasi dikritik oleh Sidney Simon dari School of Education at the University of Massachusett. Menurut Simon, indoktrinasi dalam pendidikan moral akan menyebabkan siswa tidak mampu untuk menjelaskan pilihan keputusannya. Dia mengatakan “none of us has the right set of values to pass on to others people’s children”, (Lubis, 2008: xii). Dalam tinjauan populer, proses pembelajaran pendidikan agama yang di dalamnya memuat ajaran-ajaran nilai selama ini lebih menekankan pengembangan IQ (Intellectual Quotient) ketimbang EQ (Emotional Quotient) atau SQ (Spiritual Quotient).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Pandeglang, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas masih belum mencerminkan sebagai peserta didik yang berahlakul karimah, sebagian besar siswa masih belum mampu menyimak penjelasan guru dengan seksama, mereka sibuk bersenda gurau, tidak memperhatikan penjelasan guru, bertutur kata dan berprilaku tidak sopan, baik terhadap sesama teman ataupun guru, mengabaikan nasihat guru, tidak berani bertanya dan menanggapi pertanyaan, masih membantah larangan dan perintah guru dan prilaku-prilaku tidak terpuji lain masih nampak pada diri siswa. Kondisi sedemikian ini diperparah oleh


(13)

pergaulan siswa diluar sekolah yang lebih banyak membawa pengaruh negatif ketimbang pengaruh positifnya. Sementara kelemahan-kelemahan metode pendidikan dalam penyampaian nilai-niai agama juga dirasakan, indikasinya pembelajaran lebih di konsentrasikan pada pengembangan kognitif yang cirinya adalah hanya mewajibkan siswa didik untuk mengetahui dan menghafal konsep dan kebenaran tanpa menyentuh perasaan, emosi dan nuraninya. Selain itu tidak dilakukan praktik prilaku dan penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan di sekolah. Hal ini merupakan kesalahan metodologis yang mendasar dalam pengajaran agama bagi siswa dan akan memunculkan banyak sekali inkonsistensi antara apa yang diajarkan di sekolah dengan apa yang diterapkan anak di luar sekolah.

Menurut Zubaedi (Lubis, 2008: xiv), metode pembelajaran tradisional dinilai tidak mampu mencapai tujuan pendidikan karena kurang mengakomodir kelangsungan pengalaman peserta didik yang diperoleh dalam kehidupan keluarganya. Padahal peserta didik khususnya pada usia sekolah dasar masih mendambakan berlangsungya pengalaman di lingkungan keluarga dapat dialami pula di sekolah. Pengalaman anak yang masih bersifat global tentu menuntut penerapan model pembelajaran yang relevan dengan karakteristik mereka.

Orientasi pendidikan nasional agaknya masih bias kognitif dan cenderung kurang memberi perhatian pada pengembangan aspek sikap dan keterampilan. Orientasi pendidikan yang parsialistik ini sudah tidak relevan dikembangkan mengingat kita sudah bertekad memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sesuai tuntutan KTSP, pembelajaran di sekolah sudah


(14)

seharusnya dirancang untuk proses learning to know, learning to do, learning to be, serta learning to live together. Orientasi pendidikan yang parsialistik jelas akan merugikan peserta didik. Pasalnya, mereka akan cenderung mengetahui banyak hal tetapi kurang memiliki sistem nilai, sikap, minat maupun apresiasi secara positif terhadap apa yang diketahui. Akibatnya, anak memiliki perkembangan kepribadian yang kurang seimbang, aspek pandangan hidupnya berkembang, tapi aspek sikap hidup dan keterampilan hidup kurang berkembang. Ketidak seimbangan perkembangan intelektual dengan kematangan kepribadian yang dialami anak didik seperti pada gilirannya akan membentuk anak sebagai sosok spesialis yang kurang peduli dengan lingkungan sekitar dan cukup rentan terhadap distorsi nilai. Dari sini, dampak selanjutnya adalah anak akan mudah tergelincir dalam praktik pelanggaran moral karena sistem nilai yang seharusnya menjadi standar dan patokan berprilaku sehari-hari masih rapuh.

Peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pelaksana kurikulum di madrasah-madrasah Tsanawiyah dalam menginternalisasikan nilai-nilai Islam, masih cenderung bersifat rutinitas dengan melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan pada siswa, pemberian nasihat, ceramah keagamaan, pendidikan yang dilakukan belum disusun sebagai suatu pendidikan yang terarah, terpadu dan sistematis. Para guru hanya mengadopsi contoh yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam mengembangkan silabus, itupun hanya untuk memenuhi tuntutan administrasi belum mampu mendorong terwujudnya kurikulum yang kontekstual. Kondisi tersebut, karena tidak adanya kesiapan yang matang dari sekolah dan keterbatasan kreativitas Sumber Daya Manusia guru


(15)

Pendidikan Agama Islam. Dalam mengembangkan pola-pola pembelajaran guru masih belum siap mengembangkan kurikulum secara mandiri, guru-guru masih terkungkung dengan pola lama dengan sistem pembelajaran yang sentralistik.

Para guru semestinya dapat menjadikan mata pelajaran yang diajarkan sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan. Atau sekurang-kurangnya, setiap guru perlu mengungkap nilai-nilai yang dikandung mata pelajaran yang dipegangnya untuk menanamkan benih-benih moralitas pada diri siswa. Seperti dikemukakan oleh Harmin, Kirschenbaum dan Simon (Lubis, 2008: xxiii), sebuah pembelajaran harus dilakukan secara lengkap dengan meliputi tiga tahapan; Pertama, mengajar pada tahap fakta. Guru pada tahap ini menyampaikan informasi, kejadian-kejadian, fakta-fakta dan keterampilan termasuk penguasaan arti sebuah kata. Metode yang digunakan adalah hafalan, pengulangan materi-materi yang sudah diajarkan guru secara lisan dan tertulis. Kedua, mengajar pada tahap konsep. Siswa pada tahap ini diarahkan untuk mencari prinsip-prinsip yang ada dibalik fakta, membuat generalisasi, mengabstraksi, menganalisis, dan menafsirkan. Di sini, ditekankan keterampilan intelektual atau berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Ketiga, mengajar pada tahap nilai. Pada tahap ini siswa akan dibimbing untuk mengaitkan fakta dan konsep-konsep yang dipelajari pada mata pelajaran dengan kepentingan hidupnya. Peserta didik akan dibimbing untuk melihat hubungan antara bahan yang dipelajari dengan minat, perasaan, sikap, pendapat dan tingkah lakunya sendiri. Pada tahap ini ditekankan pada kehidupan pribadi peserta didik.


(16)

Upaya untuk mengkaji kembali pelaksanaan pembelajaran dan internalisasi nilai-nilai agama di Madrasah Tsanawiyah menghadapi berbagai persoalan mendasar, di antaranya terkait dengan relevansi materi pembelajaran, strategi pembelajaran, dan keterbatasan bahan bacaan yang dapat mendukung perkembangan keagamaan peserta didik.

Agar keluaran pendidikan menghasilkan SDM yang sesuai harapan, harus dibuat sebuah sistem pendidikan yang terpadu. Artinya, pendidikan tidak hanya terkonsentrasi pada satu aspek saja. Sistem pendidikan yang ada harus memadukan seluruh unsur pembentuk sistem pendidikan yang unggul.

Dalam hal ini, yang harus menjadi perhatian, yaitu : Sinergi antara sekolah, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan yang integral harus melibatkan tiga unsur di atas. Sebab, ketiga unsur di atas menggambarkan kondisi faktual obyektif pendidikan. Saat ini ketiga unsur tersebut belum berjalan secara sinergis, di samping masing-masing unsur tersebut juga belum berfungsi secara benar. Buruknya pendidikan anak di rumah memberi beban berat kepada sekolah dan menambah keruwetan persoalan di tengah-tengah masyarakat seperti terjadinya tawuran pelajar, seks bebas, narkoba, dan sebagainya. Pada saat yang sama, situasi masyarakat yang buruk jelas membuat nilai-nilai yang mungkin sudah berhasil ditanamkan di tengah keluarga dan sekolah menjadi kurang optimal. Apalagi jika pendidikan yang diterima di sekolah juga kurang bagus, maka lengkaplah kehancuran dari tiga pilar pendidikan tersebut.

Bertolak dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perlu penanganan yang serius dalam mengatasi kesenjangan-kesenjangan yang terjadi. Melalui


(17)

Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan dengan baik, diharapkan para siswa dapat menghindari sifat-sifat tercela tersebut. Peran Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat mengatasi dampak negatif melalui penggunaan model dan strategi pembelajaran yang dapat menjawab tantangan tersebut. Dalam mengkaji Pendidikan Agama Islam yang dapat meningkatkan kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, tidak dapat lepas dari unsur-unsur seperti: guru, siswa, kurikulum, lingkungan serta model pembelajaran yang digunakan. Aspek-aspek tersebut akan sangat menentukan hasil belajar yang diharapkan baik yang berupa dampak pengajaran maupun dampak pengiringnya.

Dengan demikian, pelaksanaan proses belajar mengajar PAI sebagai salah satu bentuk pendidikan nilai di madrasah Tsanawiyah khususnya perlu dikaji kembali, tidak lagi hanya menekankan pada aspek kognitif semata, tetapi lebih menitikberatkan pada pengembangan prilaku siswa. Upaya untuk mengakaji kembali PAI di madrasah ini semakin mendesak apabila dikaitkan dengan adanya krisis-krisis moral yang terjadi akibat perubahan-perubahan pesat yang menyangkut seluruh tata kehidupan manusia saat ini, yang ditandai munculnya konflik-konflik, ketegangan maupun hilangnya keseimbangan dalam kehidupan manusia, telah pula merubah tidak saja pada kebiasaan dan tingkah laku manusia, melainkan juga pada moral yang mendasarinya. Untuk itu fokus kajian yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah pada pengembangan model pembelajaran yang dapat meningkatkan penerapan nilai agama siswa, khususnya pada Mata Pelajaran PAI di Madrasah Tsanawiyah.


(18)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Model pembelajaran terpadu bagaimanakah yang dapat meningkatkan penerapan nilai Agama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah?”.

C. Pertanyaan Penelitian

Rumusan pertanyaan penelitian berdasarkan masalah pokok di atas adalah: 1) Bagaimana kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah

Tsanawiyah saat ini ?

2) Bagaimana model pembelajaran terpadu yang sesuai untuk meningkatkan penerapan nilai Agama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah ?

a. Bagaimana desain model pembelajaran terpadu yang sesuai untuk meningkatkan penerapan nilai Agama pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah ?

b. Bagaimana implementasi model pembelajaran terpadu yang dapat meningkatkan penerapan nilai Agama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah ?

c. Bagaimana evaluasi model pembelajaran terpadu yang dikembangkan untuk meningkatkan penerapan nilai Agama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah ?


(19)

3) Bagaimana hasil yang diperoleh siswa dalam belajar dengan pengembangan model pembelajaran terpadu pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah ?

D. Definisi Operasional

Ada dua variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu; pembelajaran terpadu dan penerapan nilai agama. Berikut ini dikemukakan definisi operasional masing-masing variabel untuk lebih memperjelas dalam mengungkap aspek-aspek dan ruang lingkup dalam penelitian ini serta untuk menghindari perbedaan pendapat yang mungkin terjadi. Definisi operasional variabel diuraikan sebagai berikut:

1) Pembelajaran terpadu

Pembelajaran terpadu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha memadukan beberapa pokok bahasan dalam rumpun bidang studi Agama Islam yang terdiri dari mata pelajaran Qur’an-Hadits, Akidah-Ahlak, dan Fiqih yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik, sehingga siswa memperoleh keutuhan dan keterpaduan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Untuk memperoleh kompetensi tersebut, proses pembelajaran mengutamakan aktivitas siswa dalam menyampaikan informasi, kejadian-kejadian, fakta-fakta dan keterampilan termasuk penguasaan arti sebuah kata, mencari prinsip-prinsip yang ada dibalik fakta, membuat generalisasi, mengabstraksi, menganalisis, dan menafsirkan, dan mengaitkan fakta dan konsep-konsep yang dipelajari pada mata pelajaran dengan


(20)

kepentingan hidupnya, serta perolehan pengalaman melalui dirinya sendiri, dimana peristiwa aktual dalam lingkungan siswa dijadikan dasar pembelajaran.

2) Penerapan nilai Agama

Penerapan yang dimaksudkan berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hukum, konsep, ide dan lain sebagainya ke dalam situasi baru yang kongkrit. Sedangkan penerapan nilai agama yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain baik terhadap sesama siswa maupun antara siswa dengan guru yang ditampilkan selama proses pembelajaran dimana kemampuan tersebut mencerminkan prilaku khas setiap individu dan merupakan aktualisasi dari nilai-nilai agama. Dalam proses pembelajaran, perilaku yang berkenaan dengan kemampuan penerapan nilai-nilai agama ini meliputi kemampuan bekerjasama dalam kelompok, disiplin dan tanggungjawab dalam melaksanakan tugas, bertutur kata dan berprilaku dengan sopan, saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain, tolong menolong, rendah hati serta berprasangka baik terhadap orang lain. Pengukuran aspek-aspek tersebut dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa baik secara individu maupun kelompok selama pembelajaran serta melalui skala sikap yang diberikan setelah proses pembelajaran. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah beberapa prilaku terpuji yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang dikembangkan melalui mata pelajaran PAI terpadu pada siswa madrasah Tsanawiyah.


(21)

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran terpadu yang sesuai dengan mata pelajaran PAI di Madrasah Tsanawiyah, tujuan lebih rinci dirumuskan sebagai berikut;

1) Memperoleh gambaran kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah saat ini.

2) Menemukan model pembelajaran terpadu yang sesuai untuk meningkatkan penerapan nilai Agama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah.

a) Mendeskripsikan desain model pembelajaran terpadu untuk meningkatkan penerapan nilai Agama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

b) Menemukan langkah taktis operasional dalam mengimplementasikan model pembelajaran terpadu untuk meningkatkan penerapan nilai Agama pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

c) Mendeskripsikan bentuk evaluasi model pembelajaran terpadu untuk meningkatkan penerapan nilai Agama pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

3) Untuk memperoleh gambaran hasil yang diperoleh siswa dalam belajar dengan pengembangan model pembelajaran terpadu dalam meningkatkan penerapan nilai Agama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah.


(22)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi elementer bagi para pelaku pendidikan Islam untuk selalu berinovasi mengembangkan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan penerapan nilai Agama;

2. Masukan bagi para pemegang kebijakan di tingkat pemerintahan khususnya para pengembang kurikulum;

3. Bagi peneliti lanjutan, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi awal untuk penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran terpadu khususnya pada mata pelajaran PAI di Madrasah Tsanawiyah.


(23)

77 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (Penelitian dan Pengembangan), yang bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran yang diharapkan dapat menghasilkan suatu desain pembelajaran yang dapat meningkatkan penerapan nilai Agama. Metode ini merujuk kepada teori Borg and Gall (1979: 624) yang mengemukakan “Educational Research and Development is a process used to develop and validate educational product”, tujuannya adalah berupaya untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madarasah Tsanawiyah (MTs).

Langkah-langkah umum dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan ini diambil dari teori Borg and Gall (1979: 625), yakni sebagai berikut:

1. Research and information collecting (penelitian dan pengumpulan informasi),

termasuk di dalamnya review literatur dan observasi kelas.

2. Planing (perencanaan), adalah menyusun perencanaan dan prosedur yang

akan ditempuh dalam penelitian, termasuk di dalamnya mendefinisikan keterampilan, menetapkan tujuan, menentukan urutan pelajaran, dan uji kemungkinan dalam skala kecil atau ujicoba terbatas.

3. Develop prelimenary form of product (pengembangan produk awal), yaitu

langkah penyusunan draft awal model, termasuk di dalamnya persiapan materi belajar, buku-buku yang digunakan dan evaluasi.


(24)

4. Prelimenary field testing (ujicoba model awal atau uji pendahuluan), melibatkan sekolah dalam uji coba terbatas. Dalam hal ini digunakan analisis data berdasarkan angket, hasil wawancara dan observasi.

5. Main product revision (revisi produk), merupakan langkah perbaikan dan

penyempurnaan yang dilakukan terhadap pelaksanaan ujicoba model pendahuluan pada ujicoba terbatas melalui beberapa siklus.

6. Main field testing (ujicoba utama), melibatkan sekolah dengan jumlah yang

lebih besar dalam ujicoba lebih luas. Data kuantitatif berupa pre-test dan post-test dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan, dan jika memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.

7. Operational product revision (revisi produk), dilakukan berdasarkan hasil

ujicoba utama dan berdasarkan evaluasi yang dilakukan selama model diujicobakan dalam rangka menghasilkan bentuk model yang ideal.

8. Operational field testing (ujicoba operasional), melibatkan sekolah dalam

jumlah yang lebih besar lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data angket, observasi dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisa.

9. Final product revision (revisi produk akhir), dilakukan berdasarkan hasil

ujicoba operasional.

10. Dissemination and distribution (penyebaran dan distribusi). Pada langkah ini

dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk akhir.

Mengacu pada langkah-langkah yang dikembangkan Borg and Gall tersebut, maka penelitian ini disederhanakan menjadi tiga langkah pengembangan, yaitu; (1) Studi Pendahuluan, (2) Pengembangan Model, dan (3) Uji Model.


(25)

Selanjutnya menurut Sukmadinata (2007: 187) bahwa untuk peneliti dari program S2 atau penyusunan tesis, kegiatan penelitian dan pengembangan ini dapat dihentikan sampai dihasilkan draft final, tanpa pengujian hasil.

Merujuk pada pendapat tersebut dan mengingat adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan ini, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip, prosedur dan langkah-langkah utama yang telah ditetapkan dan dikembangkan Borg and Gall diatas, penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagaimana dikemukakan Sukmadinata (2007: 184) yaitu; (1) Studi Pendahuluan, (2) Pengembangan Model, dan (3) Uji Model

Tabel 3.1

Tahap-tahap Penelitian dan Pengembangan (Dimodifikasi dari tulisan W.R. Borg dkk, 1991)

Studi Pendahuluan Pengembangan Model Uji Coba Model Kajian Literatur:

•Teori tentang model pembelajaran terpadu dan PAI

•Hasil penelitian yang relevan

Pra-survei Lapangan •Kondisi guru

•Proses pembelajaran •Kondisi siswa

•Sarana dan prasarana

Desain Model: •Tujuan

•Bahan ajar/ Materi •Media/sumber

•Prosedur Pembelajaran •Evaluasi

Ujicoba terbatas: •Desain model awal •Implementasi •Evaluasi

Ujicoba lebih luas •Desain model yang

sudah direvisi •Implementasi •Evaluasi

Model siap diuji cobakan (model Akhir) Hasil Kajian Literatur

dan Pra-survei

Evaluasi draft model (Pakar dan Guru)


(26)

1) Studi Pendahuluan

Kegiatan yang dilakukan pada studi pendahuluan adalah:

a. Mengkaji teori-teori mengenai pembelajaran Terpadu dan Pendidikan Agama Islam serta hasil penelitian terdahulu yang relevan.

b. Melakukan pra-survei ke lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti desain pembelajaran, pokok bahasan, guru, siswa, proses belajar-mengajar, dan sarana yang tersedia.

2) Pengembangan Model

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan model adalah:

a. Need Assessment dilakukan untuk mengetahui kebutuhan siswa terhadap strategi merancang materi pembelajaran, mengelola kelas, menyajikan materi serta evaluasi yang dapat meningkatkan penerapan nilai Agama. b. Menyusun desain model pembelajaran PAI yang meliputi; Standar

Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi, Tujuan pembelajaran, Metode, Strategi, Media, dan alat Evaluasi.

c. Merencanakan ujicoba lapangan yang meliputi; bentuk kegiatan, tempat kegiatan dan waktu.

d. Validasi model dengan mendiskusikan dengan para ahli kurikulum (dosen pembimbing) untuk memperbaiki draf awal model yang siap diujicobakan. 3) Ujicoba Model

Kegiatan ujicoba dilakukan pada kelas terbatas dan kelas yang lebih luas. Kegiatan yang dilakukan dalam ujicoba terbatas adalah implementasi desain


(27)

model pembelajaran yang ditetapkan pada satu kelas, kemudian dilakukan evaluasi proses, revisi untuk penyempurnaan.

B. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini akan dipaparkan dengan menggunakan teknik obeservasi, angket, wawancara, tes dan studi dokumentasi. Secara rinci teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi, digunakan untuk mengamati aktivitas, prilaku dan keadaan:

a. Guru Pendidikan Agama Islam, untuk memperoleh gambaran guru PAI dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas yang meliputi kemampuan mengajar, mengelola kelas, penguasaan materi, penggunaan media dan sumber belajar, sarana dan fasilitas yang tersedia serta teknik evaluasi yang digunakan.

b. Siswa, untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran PAI yang dilakukan siswa, aplikasi nilai-nilai Agama yang diperoleh melalui pembelajaran PAI yang diterapkan dalam bentuk pola prilaku, pola berpikir maupun sikap di dalam kelas selama proses pembelajaran, seperti sikap terhadap guru dan teman-temannya, perhatian dan keseriusan, disiplin, tanggung jawab, toleransi, sopan santun dan kejujuran.

2. Angket, ditujukan terhadap guru dan siswa untuk memperoleh data tentang kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran terpadu dalam


(28)

meningkatkan penerapan nilai Agama dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan model.

3. Wawancara, ditujukan terhadap guru PAI untuk memperoleh data tentang kondisi yang mendukung serta kendala yang dihadapi dalam mengembangkan penerapan nilai agama.

4. Tes, untuk memperoleh data perkembangan hasil belajar siswa selama mengikuti pembelajaran sebelum dan sesudah pertemuan pengembangan model pembelajaran terpadu, ditambah dengan tes skala sikap untuk mengukur penerapan nilai Agama siswa yang dilakukan sebelum dan setelah ujicoba model.

5. Studi Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh data tentang dokumen kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun guru, serta data pendukung dalam bentuk kegiatan lain yang relevan.

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat Madrasah Tsanawiyah yang berada pada tiga kecamatan berbeda di wilayah kabupaten Pandeglang, yaitu; untuk ujicoba terbatas dilaksanakan di MTs. Al-hidayah, sedangkan ujicoba lebih luas dilaksanakan di MTs. Al-Gifari Bantani kecamatan Karangtanjung, MTs. Muta’allimin kecamatan Cadasari dan MTs. Negeri Pandeglang 1 kecamatan Pandeglang. Alasan pemilihan keempat MTs ini didasarkan kepada lokasi yang cukup strategis disamping memiliki fasilitas dan sumber daya manusia (guru) yang memadai, sehingga diharapkan mendapat hasil yang diinginkan. Adapun


(29)

yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan siswa kelas VIII semester genap, tahun pelajaran 2009/2010.

D. Analisis dan Interpretasi Data

Untuk memberikan makna terhadap data yang sudah terkumpul, maka analisis data pada kegiatan ini dilakukan sesuai dengan jenis data, yaitu; (1) data yang diperoleh dari jawaban angket dijumlahkan dan dianalisa dengan menggunakan teknik prosentase kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan pendekatan deskripsi atau pemaparan, (2) data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi juga dianalisa dengan menggunakan pendekatan deskripsi atau pemaparan, sedangkan (3) data yang diperoleh dari hasil tes, sebelum diolah dengan uji t (t-test) dengan bantuan program SPSS 15.0 terlebih dahulu diadakan rekapitulasi data, kemudian dianalisa dan diinterpretasikan sesuai dengan hasil analisa statistik.

Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dari awal hingga akhir penelitian secara terus menerus mencakup kegiatan analisis data, refleksi dan tindakan. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data tersebut dilakukan penarikan kesimpulan dengan cara menjawab setiap pertanyaan penelitian dan mensintesakan jawaban-jawaban dalam sebuah kesimpulan penelitian secara menyeluruh.


(30)

E. Tahap Pengembangan Model

1. Hasil Penelitian Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk menjaring informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam saat ini yang dilakukan guru dalam kegiatan sehari-hari di kelas serta pemahaman guru kelas VIII MTs. terhadap pembelajaran Terpadu di Kabupaten Pandeglang.

Data dijaring berdasarkan jawaban terhadap instrumen angket yang disebarkan baik kepada guru mata pelajaran PAI dan kepada siswa kelas VIII MTs. pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data-data yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan ini dijadikan landasan bagi pengembangan pembelajaran terpadu pada mata pelajaran PAI yang diharapkan dapat meningkatkan penerapan nilai agama siswa.

Studi pendahuluan ini dilakukan di lima MTs. pada Rayon 1 Kabupaten Pandeglang dengan empat Kecamatan berbeda, yaitu; MTs. muta’allimin Kecamatan Cadasari, MTs. Hidayah Kecamatan Karangtanjung, MTs. Al-Gifari-Bantani Kecamatan Karangtanjung, MTs. Mathlabul Huda Kecamatan Kororncong dan MTs. Negeri Pandeglang 1 yang dijadikan sebagai obyek penelitian dengan jumlah responden 10 orang guru PAI dan 172 orang siswa. Melalui jawaban angket yang didapat dari responden, diperoleh temuan-temuan sebagai berikut:


(31)

a) Keadaan Guru Mata Pelajaran PAI

Guru adalah komponen utama yang menjadi penentu keberhasilan proses pembelajaran. Peran guru tidak hanya sebagai sumber belajar bagi siswa, melainkan juga sebagai motivator, fasilitator, administrator dan desainer pembelajaran. Untuk itu kompetensi guru harus menjadi pertimbangan utama agar pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan, maka latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti memberi pengaruh besar terhadap kinerja guru. Berkenaan dengan hal tersebut, profil guru mata pelajaran PAI yang menjadi responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Profil Guru PAI

Guru Pendidikan Pengalaman Mengajar

Di Mts Pengalaman Pelatihan AH EK MR AY ES MH WY NS ES OS S1 PAI S1 PAI S1 PAI S1 PAI S1 PAI S1 PAI S1 PAI S1 PAI S1 PAI S1 PAI 9 tahun 10 tahun 5 tahun 3 tahun 8 tahun 4 tahun 7 tahun 8 tahun 5 tahun 10 tahun MGMP MGMP MGMP MGMP MGMP MGMP MGMP MGMP MGMP, Work Shop MGMP, Work Shop

Data tersebut diatas menunjukkan bahwa semua guru memiliki latar belakang pendidikan yang sama, yaitu Sarjana (S1) Pendidikan Agama Islam (PAI), sehingga jawaban angket yang diberikan dianggap cukup berbobot dan memadai. Pengalaman mengajar yang dimiliki setiap guru, juga menunjukkan bahwa mereka mampu mengekspresikan apa yang dipikirkan dalam menjawab


(32)

pertanyaan-pertanyaan angket. Demikian juga dilihat dari segi pengalaman mengikuti penataran dan pelatihan berupa MGMP dan Workshop yang pernah diikuti dapat menambah pengetahuan dan wawasan, sehingga mereka cukup mampu menuangkan pikiran dan perasaannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan mata pelajaran PAI.

Proses pembelajaran di kelas juga sangat dipengaruhi oleh kondisi guru, yaitu tentang persepsinya terhadap tugas dan tujuan mengajar. Berkenaan dengan hal tersebut, gamabaranya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Persepsi Guru Terhadap Tugas Dan Tujuan Mengajar

Aspek Alternatif Jawaban F

Tugas Mengajar

Tujuan Mengajar

a. Mengajar adalah beban yang menjadi rutinitas sehari-hari b. Mengajar merupakan kewajiban yang harus dikerjakan

sesuai dengan kompensasi/gaji yang sudah diterima c. Mengajar merupakan tanggung jawab profesi

d. Mengajar merupakan pengabdian kepada masyarakat, agama, dan Negara

a. Memenuhi tuntutan profesi sebagai seorang guru

b. Membantu upaya olah pikir, sikap, dan perilaku siswa kea rah yang lebih baik

c. Mewariskan budaya leluhur supaya menghasilkan siswa yang berbudi pekerti luhur

d. Menstransfer ilmu pengetahuan dan mewariskan budaya sehingga para siswa menjadi kaum intelektual yang bisa dibanggakan

- - 3 7 3 5 1

1

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru menerima tugas mengajar sebagai pengabdian kepada masyarakat, agama dan Negara. Sedangkan tiga dari 10 orang guru menyatakan bahwa mengajar merupakan tanggung jawab profesi. Hal ini menunjukkan bahwa mengajar merupakan amal ibadah yang dilakukan dengan ikhlas demi mencerdaskan


(33)

kehidupan bangsa. Tujuan mengajar menurut sebagian besar guru untuk membantu upaya olah pikir, sikap dan prilaku siswa kearah yang lebih baik, disamping tuntutan profesi sebagai seorang guru.

Gambaran tugas dan tujuan mengajar yang dikemukakan guru tersebut menunjukkan bahwa guru dalam mengajar memiliki dasar yang cukup untuk mengembangkan diri dan melakukan inovasi guna membantu para siswanya memiliki pengetahuan yang cukup dan prilaku yang baik. Para guru menyadari bahwa tugas dan tujuan mengajar bukan hanya menyampaikan materi pelajaran melainkan juga proses pembentukan prilaku siswa kearah yang lebih baik.

Pengembangan pembelajaran yang tepat, juga diwarnai oleh cara pandang guru terhadap mata pelajaran PAI dan pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan. Mengenai hal tersebut, berikut temuan yang didapat dari hasil angket:

Tabel 3.4

Persepsi Guru Terhadap Mata Pelajaran dan Model Pembelajaran PAI

Aspek Alternatif Jawaban F

Pandangan terhadap Mata Pelajaran PAI

Model Pembelajaran yang sesuai untuk

PAI

a. Pelajaran untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman b. Pelajaran yang menuntut banyak hafalan

c. Pelajaran yang mempelajari fenomena keagamaan secara teoritis

d. Pelajaran untuk membentuk iman, takwa dan ahlak mulia peserta didik

a. Tidak perlu ada model khusus

b. Model apapun bisa diterapkan karena PAI sama dengan mata pelajaran lainnya

c. Model yang cocok di antaranya, kontekstual, kooperatif, terpadu, investigasi kelompok, dan lain-lain

d. lainnya,……..

2 - - 8 - 3 7 -


(34)

Delapan dari 10 orang guru menyatakan bahwa mata pelajaran PAI memiliki fungsi sebagai pelajaran untuk membentuk iman, takwa dan ahlak mulia siswa, dan dua orang guru menyatakan bahwa pembelajaran PAI bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman. Berkenaan dengan model pembelajaran yang relevan diterapkan pada mata pelajaran PAI, sebagian besar guru memilih menggunakan model pembelajaran yang khusus, yaitu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.

Pemahaman guru terhadap suatu model pembelajaran, tentu sangat dibutuhkan mengingat guru adalah satu-satunya pengendali siswa dalam proses pembelajaran di kelas dan hampir setiap hari berhadapan dengan siswa. Pembelajaran yang tradisional dan monoton hanya akan membuat siswa jenuh dan malas belajar, oleh karena itu guru dituntut untuk memahami dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan. Temuan yang didapat dari responden tentang pemahaman terhadap pembelajaran terpadu dan penerapannya terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Pandangan Terhadap Inovasi Pembelajaran dan Pembelajaran Terpadu

Aspek Alternatif Jawaban F

Inovasi Pembelajaran

Pemahaman Pembelajaran

Terpadu

a. Saya akan berusaha memahami dan mempraktikkannya b. Saya akan menunggu sampai inovasi tersebut digunakan

secara luas

c. Saya tetap akan menggunakan pembelajaran yang selama ini digunakan

d. Perlu dipelajari, dipahami, dan dipraktikkan a. baru mendengar

b. sangat paham c. paham

d. belum paham, dengan alasan …

2 - - 8 1 - 6 3


(35)

Penggunaan Pembelajaran

Terpadu

a. Sudah b. Belum c. Ragu-ragu d. Lainnya ……

6 4 - -

Dari 10 orang responden, delapan diantaranya memandang bahwa inovasi pembelajaran perlu dipelajari, dipahami dan dipraktekkan dan dua orang guru lainnya akan berusaha mempelajari dan mamahaminya. Sedangkan pemahaman dan penggunaan pembelajaran terpadu, masing-masing enam orang guru yang sudah paham dan menerapkannya, guru lainnya belum paham dan satu orang guru bahkan baru mendengar.

Jawaban responden di atas menggambarkan model pembelajaran terpadu sudah tidak asing lagi dan semua guru sangat terbuka untuk mempelajari, memahami dan mempraktekkannya dalam proses pembelajaran. Antusiasme guru tersebut merupakan hal yang positif mengingat tuntutan akan perubahan akan selalu ada dan tanpa henti sehingga gurupun senantiasa dipacu kreativitasnya untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan tersebut.

b) Kondisi Pembelajaran PAI saat ini

Pengembangan RPP dibuat oleh guru dengan tujuan agar proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan, seorang guru idealnya harus mempersiapkan diri sebelum mengajar siswa di kelas. Berikut temuan yang diperoleh dari responden tentang persiapan mengajar guru:


(36)

Tabel 3.6

Persiapan Guru Dalam Menerima Tugas Mengajar

Aspek Alternatif Jawaban F

Persiapan mengajar a. Membaca peraturan tentang pengembangan kurikulum b. Membaca buku pegangan

c. Membaca buku-buku sumber

d. Membaca Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran PAI

2 1 - 7

Data tersebut memberikan informasi bahwa sebagian besar responden terlebih dahulu mempelajari SK dan KD mata pelajaran PAI sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, dua responden lainnya bahkan membaca peraturan pengembangan kurikulum dan satu responden hanya membaca buku pegangan. Hal ini memperlihatkan bahwa guru-guru memiliki pemahaman terhadap acuan dasar dalam melakukan persiapan pengembangan rencana pembelajaran.

Semua guru menyatakan membuat RPP sebelum memulai kegiatan pembelajaran di kelas, namun hakikat kegunaan pembuatan Rencana Pembelajaran tersebut memiliki tujuan yang bervariasi, sebagaimana dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.7

Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran

Aspek Alternatif Jawaban F

Tujuan membuat RPP

a. Hanya sebagai kelengkapan administrasi pembelajaran b. Sebagai bahan laporan untuk Kepala Madrasah

c. Untuk mengetahui kekurangan dalam mengajar sehingga dapat memperbaikinya

d. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

3 - 2 5


(37)

Data diatas menunjukkan bahwa tujuh orang guru memahami kegunaan pengembangan rencana pembelajaran yaitu sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas, dua orang guru diantaranya beralasan untuk mengetahui kekurangan dalam mengajar sehingga dapat memperbaikinya. Tiga orang guru memberikan jawaban RPP dibuat hanya sebagai kelengkapan administrasi belaka, ini menunjukan bahwa guru tersebut belum memahami hakikat dan pentingnya perencanaan pembelajaran.

Untuk pengembangan aspek-aspek dalam perencanaan pembelajaran yang terdiri dari pengembangan materi, strategi, evaluasi dan tujuan evaluasi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Pendapat Guru tentang Pengembangan Aspek-aspek dalam RPP

Aspek Alternatif Jawaban F

Pengembangan Materi Pelajaran Pengembangan strategi Pembelajaran Pengembangan Evaluasi Tujuan Evaluasi

a. Menyesuaikannya dengan tingkat kesulitan materi yang ada dalam buku pegangan

b. Dibahas bersama-sama dengan guru mata pelajaran serumpun

c. Disesuaikan dengan kompleksitas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

d. Disusun sesuai dengan KKM tahun lalu

a. Disesuaikan dengan langkah-langkah yang terdapat dalam RPP yang telah dibuat

b. Terserah saya, sebab saya adalah raja di dalam kelas c. Sesuai dengan minat dan keinginan siswa, karena siswa

yang mau belajar

d. Disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan

a. mengembangkan soal berdasarkan materi buku pegangan b. mengembangkan soal berdasarkan materi yang sudah

diajarkan

c. mengembangkan soal sesuai dengan indikator

d. mengembangkan soal sesuai kisi-kisi dengan memper- hitungkan keluasan dan kedalaman materi

a. Penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan b. Kemampuan siswa mengikuti proses belajar-mengajar c. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan d. Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat

1 8 1 - 4 - - 6 2 4 - 4 8 2 - -


(38)

Data pada tabel tersebut menggambarkan bahwa dalam menentukan Kriteria Ketuntasan belajar, mayoritas guru tidak menentukannya sendiri melainkan dirumuskan bersama-sama gru mata pelajaran serumpun, hal ini dilakukan agar setiap guru memiliki persepsi yang sama terhadap kompleksitas materi pelajaran. Dalam pengembangan strategi pembelajaran, semua guru cukup memahami fungsi dan tujuan penggunaannya, yaitu enam orang memilih disesuikan dengan materi yang akan diajarkan dan dua orang guru memilih disesuikan dengan langkah-langkah yang telah dibuat dalam RPP. Demikian juga pada pengembangan dan tujuan evaluasi, hampir semua guru cukup mengerti dan memahami fungsi dan tujuan diadakannya evaluasi, yaitu pengembangan evaluasi didasarkan pada keluasan dan kedalaman materi yang telah diajarkan dan tujuannya adalah untuk mengetahui penguasaan materi selama siswa mengikuti proses pembelajaran.

Gambaran tersebut diatas menunjukkan bahwa dalam hal pengembangan aspek-aspek dalam RPP, hampir semua guru cukup memahami dan sudah melaksanakan dalam pembelajaran sehari-hari dikelas. Hal ini memperlihatkan adanya keterbukaan bagi mereka untuk terus mengembangkan diri.

c) Kinerja dan Kemampuan Guru

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, guru merupakan sumber belajar utama bagi siswa. Sepesat apapun kemajuan teknologi baik masa kini dan masa yang akan datang, tetap tidak akan mampu menggantikan posisi guru dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, baik buruknya output dan outcome siswa pada suatu


(39)

lembaga pendidikan, sangat dipengaruhi oleh kinerja dan kemampuan guru dalam mengajar dan mendidik.

Data tentang kinerja dan kemampuan guru dalam mengajar didapat melalui angket yang diberikan dan observasi ketika guru mengajar di kelas. Berikut ini adalah hasil angket yang diperoleh dari guru tentang pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas;

Tabel 3.9

Pendapat Guru tentang Pelaksanaan Pembelajaran PAI

Aspek Alternatif Jawaban F

Metode yang digunakan

Jenis tugas siswa

Bentuk evaluasi

a. Ceramah, Tanya Jawab, dan Diskusi b. Kontekstual

c. Kooperatif d. Terpadu

e. Lainnya, ………

a. Menjawab soal dalam LKS atau buku sumber b. Membuat rangkuman bab/buku

c. Mencari informasi selain dari buku sumber yang digunakan d. Mencari informasi dari nara sumber yang relevan dengan

tema/topik

e. Memberikan sumbangan pemikiran tentang masalah keagamaan yang terjadi di masyarakat sekitar

a. Tes tertulis bentuk pilihan ganda b. Tes tertulis bentuk uraian c. Tes lisan

d. Tes perbuatan melalui pengamatan performan sehari-hari e. Evaluasi hasil karya

6 4 5 4 - 6 2 1 - 1 9 9 7 6 -

Alternatif jawaban dalam angket pada bahasan tersebut diatas, responden boleh menjawab lebih dari satu pilihan. Data diatas memperlihatkan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru sebagian besar masih menggunakan metode konvensional yaitu dengan ceramah, tanya jawab dan diskusi, hanya sebagian kecil saja yang memilih telah menggunakan metode yang


(40)

lebih spesifik. Jenis tugas yang diberikan kepada siswa masih dominan penggunaan soal-soal yang terdapat dalam LKS dan buku sumber yang digunakan, dan oleh karena itu pula bentuk evaluasipun lebih cenderung berupa tes pilihan ganda dan soal uraian terbuka.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap guru dalam proses pembelajaran di kelas, hasilnya tidak jauh berbeda dengan hasil angket. Mayoritas guru masih dominan penggunaan metode ceramah dan Tanya jawab dilanjutkan dengan menjawab soal uraian. RPP yang mereka miliki tidak digunakan dan tidak melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dalam RPP. RPP hanya disimpan dan digunakan sebagai kelengkapan administrasi saja.

Kondisi demikian hampir dalam setiap pertemuan dan terjadi di semua madrasah, kondisi seperti ini tentu saja akan membuat siswa bosan dan jenuh. Guru dalam menerangkan materi pelajaran juga masih dominan menekankan hanya pada aspek kognitif berupa pengetahuan dan hafalan. Aspek afektif masih diberikan hanya dalam bentuk nasihat dan cerita-cerita sejarah Islam.

Pandangan guru tentang pentingnya penerapan nilai agama pada diri siswa melalui mata pelajaran PAI, metode yang digunakan dan tugas-tugas yang sesuai untuk mengembangkannya, terlihat pada hasil angket pada tabel berikut berikut:


(41)

Tabel 3.10

Pendapat Guru Tentang Penerapan Nilai Agama

Aspek Alternatif Jawaban F

Pengembangan penerapan nilai melalui PAI

Metode pembelajaran yang sesuai untuk membangun prilaku

siswa

Jenis tugas yang sesuai untuk membangun prilaku

siswa

a. mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain sesuai dengan SK dan KD (Qur’an-Hadis, Akidah Ahlak, Fikih, SKI) agar memiliki pemahaman yang utuh

b. mencari topik yang secara faktual terjadi di lingkungan sehari-hari

c. memberikan materi yang memerlukan pemikiran secara komprehensif

d. memberikan materi yang menuntut pemecahan masalah e. Lainnya, sebutkan ……

a. Ceramah, Tanya Jawab, dan Diskusi b. Kontekstual

c. Kooperatif d. Terpadu

e. Lainnya, ………

a. mengerjakan LKS yang sudah ada b. studi kasus, kemudian membuat laporan

c. menjawab soal yang diberikan guru dalam bentuk portofolio d. unjuk kerja (performance)

e. Lainnya, sebutkan ……

7 4 - 2 - 6 6 5 4 - 3 5 1 5 -

Data menunjukkan bahwa mayoritas guru berpendapat dengan memadukan beberapa mata pelajaran serumpun, akan membuat pemahaman siswa lebih utuh dan menyeluruh, namun dalam pemilihan metode yang tepat, hanya empat responden yang memilih pembelajaran terpadu, hal ini terjadi karena pemahaman mereka terhadap model pembelajaran tersebut masih kurang. Untuk jenis tugas yang diberikan kepada siswa, kaitannya dengan upaya menerapkan nilai-nilai agama sebagian besar responden memilih studi kasus dan unjuk kerja sebagai jenis tugas yang paling tepat diberikan.

Berdasarkan data-data pada tabel 3.9 dan 3.10 tersebut, dapat diambil kesimpulan kinerja guru dalam mengajar dan mendidik siswa di dalam kelas


(42)

masih cenderung konvensional dan inkonsisten. Pengetahuan, pemahaman dan dan harapan yang mereka inginkan dalam mengajar dan mendidik siswa tidak dituangkan dalam bentuk praktek di lapangan, mereka tidak mau berusaha untuk mewujudkannya dalam tindakan nyata. Sebesar apapun kemampuan seseorang tanpa dibarengi dengan tindakan nyata, tanpa kinerja yang baik, maka ibarat pohon yang tidak berbuah.

Namun demikian, peneliti cukup optimis apabila mereka diberi pandangan dan contoh yang positif tentang bagaimana menjadikan pembelajaran lebih kreatif, efektif dan bermakna, dengan sendirinya harapan itu akan berwujud dalam tindakan-tindakan nyata.

d) Kondisi dan Aktivitas Belajar Siswa

Data tentang kondisi dan aktivitas belajar siswa diperoleh melalui angket yang disebarkan kepada siswa kelas VIII ditambah observasi tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa di dalam kelas. Angket disebarkan di lima madarasah pada empat kecamatan berbeda dengan jumlah responden 172 siswa. Selanjutnya data hasil angket tentang bersekolah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11

Pendapat Siswa Tentang Aktivitas Bersekolah

Aspek Alternatif Jawaban F

Pergi Bersekolah

Belajar di Sekolah

a. Menyenangkan karena banyak teman

b. Menyenangkan karena mendapatkan banyak ilmu

c. Tidak menyenangkan karena banyak pelajaran yang susah dipelajari

d. Tidak menyenangkan karena banyak teman yang mengganggu

a. Membosankan karena pelajarannya tidak menyenangkan b. Banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada saya c. Terlalu berat karena pelajarannya banyak yang susah d. Membuat saya menjadi pandai

23 138

11 - 2 58

- 112


(43)

Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar siswa memiliki niat dan kemauan yang cukup besar untuk pergi dan belajar di sekolah demi memperoleh ilmu pengetahuan sehingga menjadikannya pandai. Hal ini menjadi indikasi bahwa siswa menyadari dengan sungguh-sungguh menjadikan sekolah sebagai tempat untuk menuntut ilmu demi masa depan yang lebih baik. Dan hanya sedikit saja yang menganggap belajar di sekolah sebagai beban.

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu rumpun bidang studi yang terdiri dari empat mata pelajaran yaitu; Qur’an-Hadits, Fiqih, Akidah-Ahlak dan SKI yang semuanya diajarkan secara terpisah di Madrasah Tsanawiyah. Berikut adalah gambaran tentang pendapat siswa terhadap cara mengajar yang dilakukan guru PAI di kelas. Alternatif jawaban dalam angket ini, siswa dibolehkan memilih lebih dari satu pilihan jawaban:

Tabel 3.12

Pendapat Siswa Tentang Cara Belajar PAI di Kelas

Aspek Alternatif Jawaban F

Cara belajar PAI yang dilakukan Guru

Cara belajar yang diinginkan

a. Banyak memberi tugas

b. Banyak membahas materi yang ada di buku

c. Banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab

d. Mengajak siswa belajar dengan cara yang menyenangkan a. mendengarkan guru menerangkan

b. diskusi kelompok c. menggunakan LKS d. praktek

e. belajar observasi di luar sekolah f. Lainnya, sebutkan ……

63 71 31 107 101 98 28 100

75 -

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa cara belajar yang diinginkan siswa adalah mendengarkan penjelasan guru dan itu dianggap sebagai


(44)

pembelajaran yang menyenangkan selain berupa praktek, dalam hal ini siswa terkesan pasif karena pengaruh guru yang sering mengajar dengan metode konvensional. Menurut pendapat siswa, guru juga banyak memberikan tugas dan hanya mengandalkan materi yang ada di dalam buku sumber. Dalam hal ini kesimpulannya adalah guru tidak cukup kreatif dalam mengembangkan materi pelajaran, padahal tidak sedikit siswa yang memilih diskusi sebagai cara belajar yang diinginkan.

Hasil angket tersebut juga diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Kebiasaan-kebiasaan guru mengajar menggunakan metode ceramah membuat siswa lebih menyukai mendengarkan penjelasan guru dalam membahas pembelajaran ketimbang metode-metode yang lain. Aktivitas siswa di dalam kelas pada umumnya adalah menulis, mendegarkan dan mengerjakan tugas atau latihan, itulah yang hampir terjadi setiap hari, sehingga tidak heran apabila siswa pasif dan tidak percaya diri, aktivitas Tanya jawab di kelas hanya didominasi oleh sebagian kecil siswa, sedangkan sebagian besar tidak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat dan bertanya. Hal ini menunjukan bahwa bagaimana siswa bisa berkembang, aktif dan kreatif apabila mereka dikungkung oleh cara mengajar guru yang tradisional tanpa mau mencoba dan mempraktekan hal-hal baik yang baru.

PAI di Madrasah Tsanawiyah adalah rumpun mata pelajaran yang wajib dikuasai siswa, karena PAI merupakan ciri khas yang melekat pada madrasah itu sendiri. Berkaitan denga hal tersebut, berikut gambaran tentang persepsi dan


(45)

manfaat mata pelajaran PAI yang dikemukakan siswa melalui jawaban angket yang diberikan:

Tabel 3.13

Persepsi Siswa Tentang Mata Pelajaran PAI

Aspek Alternatif Jawaban F

Pandangan siswa tentang Mata Pelajaran PAI

Manfaat Mempelajari PAI

a. Menarik dan menyenangkan

b. Banyak hapalannya dan kurang menarik

c. Pelajaran yang mudah dibandingkan dengan pelajaran lainnya

d. Pelajaran yang sulit dipahami dibandingkan dengan pelajaran lainnya

e. Lainnya, sebutkan ……

a. Menambah pengetahuan tentang Agama Islam b. Menambah pengetahuan tentang kehidupan beragama c. Menambah pengetahuan tentang kebesaran Allah SWT d. Banyak pengetahuan yang dapat digunakan dalam

kehidupan sehari-hari

e. Lainnya, sebutkan ………

112 54 76 12 - 88 46 76 56 -

Data tersebut menunjukan bahwa pada dasarnya siswa sangat menyenangi mata pelajaran PAI, menyenangkan dan lebih mudah dipelajari. Hanya sebagian kecil saja yang mengeluhkan banyaknya hafalan dan menganggapnya sulit. Mengenai manfaat yang diperoleh dari mempelajari PAI jawabannya cukup bervariasi namun pada intinya pilihan itu menggambarkan tentang pentingnya mempelajari agama Islam karena kegunaannya cukup besar dan beragam.

Kesimpulan yang didapat dari beberapa data yang diperoleh, baik dari hasil angket maupun observasi di kelas, menunjukan bahwa pada dasarnya siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju, akan tetapi semua itu hanya akan terjadi apabila adanya interaksi yang baik antara guru dan siswa untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih baik. Tentu saja dalam


(46)

mewujudkannya, guru memiliki peran yang sangat penting karena membutuhkan kreativitas dan kerja keras guru.

e) Ketersediaan Fasilitas, Sarana dan Prasarana

Berdasarkan temuan dari hasil angket dan observasi tentang ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran, khususnya pembelajaran PAI di madrasah yang menjadi sampel di wilayah Rayon 1 Kabupaten Pandeglang, dapat diuraikan sebagai berikut;

Secara geografis umum letak madrasah yang menjadi sampel merupakan wilayah yang cukup strategis baik dengan berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan. Kondisi madrasah berada di lingkungan yang aman sebagai pusat kegiatan pembelajaran, penduduk sekitar madrasah tidak terlalu padat sehingga menunjang suasana belajar yang tenang dan nyaman bagi siswa.

Gedung madrasah secara umum memenuhi syarat sebagai suatu lembaga pendidikan formal, artinya setiap madrasah memiliki ruangan yang cukup representatif, seperti ruang kelas, ruang guru, kantor kepala madrasah dan perpustakaan, walaupun jumlah ruang kelas dengan kapasitas siswa masih belum ideal. Kelemahan lainnya adalah sebuah madrasah layaknya memiliki ruang tempat beribadah berupa musholla, namun ini tidak dimiliki hampir oleh semua madrasah. Untuk praktek ibadah biasanya dilakukan di kelas masing-masing atau di ruang perpustakaan.

Kelengkapan fasilitas sumber belajar dan media pembelajaran kurang memadai, hal ini diungkapkan sebagian besar guru bahwa madrasah tempat mereka mengajar masih sangat kurang memiliki buku pelajaran dan


(47)

buku-buku penunjang terutama buku-buku-buku-buku PAI. Buku-buku-buku yang tersedia di perpustakaan hanya cukup untuk sebagian kecil siswa saja. Ruang multimedia dan laboratorium hanya terdapat di madrasah negeri, madrasah swasta tidak satupun yang memiliki, bahkan ruang kelaspun masih kurang bila ditinjau dari jumlah siswa yang ada. Sesuai dengan hasil observasi tentang kurangnya ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung, terutama ketersediaan media pembelajaran, maka proses pembelajaran di kelas berjalan dengan fasilitas seadanya. Hasil observasi yang dilakukan peneliti didukung oleh hasil angket yang diberikan guru, diperoleh data sebagai berikut;

Tabel 3.14

Ketersediaan Buku Sumber, Media Pembelajaran dan Perpustakaan

Aspek Alternatif Jawaban F

Buku PAI

Media Pembelajaran

Kelengkapan perpustakaan sekolah

a. Tersedia lebih dari satu jenis buku dengan jumlah cukup untuk setiap siswa

b. Tersedia satu jenis buku, cukup untuk setiap siswa c. Tersedia satu jenis buku untuk sebagian besar siswa d. Tersedia satu jenis buku, cukup untuk sebagian kecil siswa e. Tidak ada buku khusus PAI

a. Kitab suci alQur’an, Hadits, dan Kaligrafi b. Media elektronik: TV,radio, slide, Video (VCD) c. Gambar, foto, lukisan, koran, majalah

d. Grafik, tabel, diagram, dan bagan e. ………

a. Tersedia sumber bacaan seperti surat kabar dan majalah, dan buku sumber yang lengkap

b. Tersedia sumber bacaan dan buku sumber walaupun kurang lengkap

c. Tersedia buku sumber yang lengkap

d. Ketersediaan buku sumber kurang lengkap dan belum ada perpustakaan sekolah - 2 - 7 1 9 1 4 - 1 3 7 - -


(48)

Walaupun demikian, hal yang menggembirakan berdasarkan hasil observasi adalah kepemimpinan kepala madrasah menjalani fungsinya sebagai pimpinan yang baik. Kepala madrasah senantiasa memberikan motivasi dan arahan kepada semua guru untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran, termasuk anjurannya agar setiap guru aktif mengikuti pelatihan baik berupa MGMP maupun workshop yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diembannya. Pihak madrasahpun, baik kepala madrasah maupun yayasan senantiasa berupaya mengembangkan sarana dan prasarana fisik madrasah sebagai pendukung pembelajaran setahap demi setahap sesuai kemampuan yang dimiliki.

2. Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu a) Orientasi Model

Sebagaimana telah dipaparkan dimuka, bahwa pembelajaran terpadu merupakan sebuah model implementasi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Siswa terlatih untuk dapat mencari dan menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), otentik, bermakna dan aktif. Siswapun dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman itu bagi para siswa. Pengalaman


(49)

belajar yang lebih menunjukan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif.

Implementasi pengembangan model pembelajaran terpadu dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Pembelajaran terpadu yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Keterhubungan (Connected Model), yaitu suatu model pembelajaran terpadu yang sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan dihari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran maupun antar mata pelajaran (interdisiplin).

2) Pembelajaran terpadu model Keterhubungan lebih menekankan pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Selain itu, model ini juga secara nyata menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, atau satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan hari berikutnya serta ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan semester berikutnya.

Pembelajaran terpadu model Keterhubungan, memiliki beberapa ciri yaitu; (1) berpusat pada siswa, (2) proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta (3) pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Dari beberapa ciri tersebut menunjukkan bahwa model ini sejalan dengan aliran pendidikan moderen yaitu Progresivisme. Aliran pendidikan


(50)

progresivisme memandang pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru dan pada bahan ajar.

Tujuan utama sekolah adalah untuk meningkatkan kecerdasan praktis, serta untuk membuat anak lebih efektif dalam memecahkan berbagai problem yang disajikan dalam konteks pengalaman (experience) pada umumnya.

3) Pembelajaran terpadu model Keterhubungan memiliki beberapa keunggulan, diantaranya; (1) dengan mengaitkan ide-ide inter bidang studi, siswa memiliki keutuhan gambaran yang besar seperti halnya suatu studi yang terfokus pada satu aspek, (2) konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus menerus sehingga terjadi internalisasi, dan (3) mengaitkan ide-ide dalam bidang studi memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki dan mengasimilasi ide secara berangsur-angsur dan memudahkan proses transfer ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.

b) Penyusunan Draft Model

Sebagaimana penyusunan draf model pembelajaran pada umumnya, model pembelajaran terpadu yang dikembangkan dalam penelitian ini difokuskan pada; (1) perencanaan, (2) implementasi, dan (3) evaluasi.

1) Tahap Perencanaan

Berdasarkan data hasil kajian literatur dan prasurvey lapangan, maka langkah-langkah yang ditempuh untuk perencanaan pengembangan model pembelajaran


(1)

menggunakan pembelajaran terpadu yang dikembangkan memiliki tingkat

keberhasilan yang cukup berarti untuk meningkatkan kemampuan pemahaman

siswa dan berdampak besar terhadap olah pikir dan prilaku siswa dalam

menerapkan nilai agama. Keberhasilan ini dapat dipahami sebagai keberhasilan

pengembangan pembelajaran terpadu terhadap peningkatan penerapan nilai

agama. Oleh karena itu model ini disamping dapat dijadikan alternative dalam

memperbaiki kualitas pembelajaran, khususnya Pendidikan Agama Islam di

Madrasah Tsanawiyah, juga dampak pengiring yang ditimbulkan dari

penerapan model ini adalah siswa mampu mengaplikasikan nilai-nilai positif

dalam bentuk prilaku dari hasil pembelajaran yang diperolehnya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan model pembelajaran

terpadu yang dapat meningkatkan penerapan nilai agama siswa di Madrasah

Tsanawiyah, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi kepada berbagai

pihak terkait, diantaranya:

1.

Guru Pendidikan Agama Islam;

Hasil penelitian ini secara empiris telah terbukti dapat meningkatkan penerapan

nilai agama siswa, karenanya disarankan agar model yang telah dihasilkan ini

dapat dijadikan salah satu solusi dan alternative bagi para guru dalam

mengatasi kesulitan tersebut, khususnya bagi para guru yang berkeinginan

untuk mengembangkan penerapan nilai agama siswa pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam.


(2)

2.

Kementerian Agama Bidang Pendidikan;

Sebagai penanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di madrasah,

hendaknya Kementerian Agama senantiasa proaktif melakukan upaya-upaya

pembinaan terhadap peningkatan kualitas guru. Pendidikan yang berkualitas

hanya dapat dihasilkan oleh guru yang berkualitas pula. Kualitas pembelajaran

di sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam menciptakan

suasana yang kondusif melalui berbagai metode mengajar dan model

pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan.

Mata pelajaran PAI sebagai salah satu materi yang harus dikuasai oleh siswa di

tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) harus diupayakan peningkatan mutunya

tidak hanya dari sisi kognitif melainkan juga psikomotor dan afektif. Model

pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini telah terbukti dengan

meyakinkan dapat meningkatkan penerapan nilai agama siswa. Oleh karena itu

hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan

dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas

pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, mengingat tuntutan

kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

menghendaki bahwa pelaksanaan pembelajaran PAI pada tingkat pendidikan

dasar maupun menengah diisyaratkan implementasinya lebih menekankan pada

pola pembentukan prilaku, yaitu terbentuknya siswa yang beriman, takwa dan

berakhlak mulia.


(3)

3.

Peneliti selanjutnya;

Pembelajaran terpadu memiliki banyak ragam atau model yang telah terbukti

dari berbagai penelitian, mampu meningkatkan kemampuan pemahaman utuh

siswa. Penelitian ini difokuskan pada pembelajaran terpadu yang

memperlihatkan bahwa model pembelajaran ini terbukti efektif untuk

meningkatkan penerapan nilai agama siswa pada mata pelajaran PAI di

madrasah Tsanawiyah. Hasil penelitian ini tentu memiliki banyak keterbatasan

dan kekurangan, sehingga dianggap perlu untuk dilaksanakan penelitian

lanjutan dalam bidang kajian yang lebih luas pada jenjang pendidikan yang

sama atau serupa di wilayah yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk dapat

lebih mempertegas hasil penelitian dan pengembangan ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. (1994). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta; Bumi Aksara. Asrori, M. (2008). Pikologi Pembelajaran. Bandung; Wacana Prima. Bahreisy. (1986). Tarjamah Riyadus Shalihin. Bandung; Al-Ma’arif.

Beane, A. J. (1995). Integrated Curriculum in the Middle School. ERIC Digest. [Oline]. Tersedia di: http://www.ericfacilitv.net/ericdigests/ed351095.html. diakses Selasa 2 Febuari 2010.

Borg, WR & Gall, MD. (1979). Educational Research An Introduction. New York: Longman Inc.

Budiningsih, A. (2004). Pembelajaran Moral Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta; Rineka Cipta.

Collin, G. dan Dixon, H (1991). Integrated Learning. Australia: Bookshelf Publishing. Daradjat, Z. (2001). Pembinaan Akhlak bagi Anak Sekolah Dasar dan SMTP. Jakarta; PT.

Logos Wacana Ilmu.

Darmawan, D. Konsep Dasar Pembelajaran, [Oline]. tersedia di alamat : http://www.rusmantp.wordpress.com, diakses Selasa, 28 April 2009

Depag RI.(2002). Al-qur’an dan Terjemah. Jakarta, Dirjen Kelembagaan Agama Islam. Depag RI.(1995). Pola Pembinaan Pendidikan Agama Islam Terpadu. Jakarta, Dirjen

Kelembagaan Agama Islam.

Depag RI.(2003). Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Madrasah. Jakarta, Dirjen Kelembagaan Agama Islam.

Depag RI.(2004). Desain Pengembangan Madrasah. Jakarta, Dirjen Kelembagaan Agama Islam.

Depag RI.(2004). Pedoman Umum Pengembangan Silabus MTs. Jakarta, Dirjen Kelembagaan Agama Islam.

Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curricula. Skyligh Publisisng Inc. Polatine 11 lions

Gazalba, S.(1981). Sistematika Filsafat. Buku IV, Teori Nilai. Jakarta; Bulan Bintang. Hakiim, L. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung; CV. Wacana Prima

Hamalik. (2008). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung; Remaja Rosda Karya.


(5)

Hermawan, Rusilana. Konsep Dasar Kurikulum, [Oline]. tersedia di alamat : http://www.rusmantp.wordpress.com, diakses Selasa, 28 April 2009

Hersh, R.H., Miller, J.P. & Fielding, G.D. (1980). Model of moral education: an appraisal. New York: Longman, Inc.

Ibrahim, Sudjana. N. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung; Sinar Baru Jazuli. (2000). “Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Pada Mata Pelajaran PAI

di SMU Bengkulu”. Tesis S2 UPI Bandung, tidak diterbitkan

Joyce, B. , Weill, M. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon. Berly: Cutchan Publ . Co.

Lubis, M. (2008). Evaluasi Pendidikan Nilai. Yogyakarta; Pustaka Belajar. Maryanto, A. (1994). Kurikulum Lintas Bidang Studi. Jakarta : Gramedia

Muhaimin. (2007). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada

Mulyana, R. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung, Alvabeta.

Mukhtar, M. (2001). Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta; Wacana Ilmu. Nasution, A. H, et al. (2001). Pendidikan Agama dan Ahlak Bagi anak dan Remaja.

Jakarta; Wacana Ilmu.

Nata, A. (2003). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung; Angkasa

Nurjaman, U. Desain Kurikulum PAI. [Oline]. Tersedia di alamat: http://zalva-kapeta.blogspot.com/2009_05_01_archive.html diakses Selasa, 12 Mei 2009 Oliva, P. F. (1992). Developing The Curriculum: Third Edition; United States, Harper

Collins Publisher

Prabowo, (2000). Pembelajaran Terpadu. [Oline]. Tersedia di alamat:

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu.html diakses hari selasa, 16 Februari 2010.

Puskur Balitbang Depdiknas. (2002). Pengembangan Kompetensi Lintas Kurikulum. [Oline]. Tersedia di alamat: http://www.puskur.or.id./kurikulum.html diakses hari selasa, 2 Maret 2010.

Rahman Saleh, A. (2000). Pendidikan Agama dan Keagamaan. Jakarta; PT. Gemawindu Panca Perkasa

Rahim, H. (2001). Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta; Wacana Ilmu. Ramayulis, Nizar, S. (2009). Filsafat Pendidikan Islam, jakarta; Kalam Mulia.


(6)

Rusman. Pendekatan dan Model Pembelajaran, [Oline]. tersedia di alamat : http://www.rusmantp.wordpress.com, diakses Selasa, 28 April 2009

Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum, Seri manajemen Sekolah Bermutu. Bandung; Mulia Mandiri Press.

Salamah. (2003). “Pengembangan Model Pembelajaran PAI untuk Meningkatkan Ahlak Siswa di SMU Banjarmasin”. Tesis S2 UPI Bandung, tidak diterbitkan

Sanjaya, W. (2008). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta; Kencana Prenada Media.

Subroto, Herawati. (1990). Modul Pembelajaran Terpadu. Jakarta; Universitas Terbuka. Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung; Remaja Rosda

Karya

Sukmadinata, N. S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung; Kesuma Karya

Sukmadinata, N. S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung; PT. Remaja Rosda Karya

Suparta, Noer Ali, H. (2002). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta; Amissco Suparta, Noer Ali, H. (2002). Pendidikan Islam Kini dan Mendatang. Jakarta; Amissco Suryana, A.T, et al. (1997). Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Bandung;

Tiga Mutiara.

Tim Pengembang PGSD. (1997). Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. DEPDIKBUD

Tyler, R. W. (1949). Basic Principles of Curriculum and Instruction. The University of Chicago Press.

Taba, H. (1962). Curriculum Development: Theory and Practice, New York, Harcourt Brace Jovanovich.


Dokumen yang terkait

Peran guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan motivasi beragama Siswa di Madrasah Tsanawiyah al-Fitroh Cipondoh Tangerang

9 79 89

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada mata pelajaran pendidikan agama islam (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016)

1 10 154

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN BAHASA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI MADRASAH TSANAWIYAH.

2 8 80

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PENGUATAN KESADARAN MORAL SPIRITUAL MURID SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

1 2 74

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA.

2 15 47

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DALAM ASPEK AKHLAK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 1 59

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN LIFE SKILLS PESERTA DIDIK :Studi pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama.

0 1 77

PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGAMALAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA MTs DI KALIMANTAN SELATAN :Suatu Penelitian dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MTs.

1 7 70

Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam

0 0 15

1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) - STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

0 0 7