PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PEGAWAI PADA BAGIAN TATA USAHA PUSLITBANG tekMIRA BANDUNG.

(1)

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... 3 DAFTAR GAMBAR ... 5 BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Masalah

... Err

or! Bookmark not defined.

1.2 Perumusan Masalah

... Err

or! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian

... Err

or! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat Penelitian

... Err

or! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN TEORI ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Landasan Teori


(2)

or! Bookmark not defined.

2.1.2 Konsep Kecerdasan Emosional

... Err

or! Bookmark not defined.

2.1.2 Konsep Komunikasi

... Err

or! Bookmark not defined.

2.1.3 Konsep Efektivitas Komunikasi

... Err

or! Bookmark not defined.

2.2 Kerangka Pemikiran

... Err

or! Bookmark not defined.

2.3 Hipotesis Penelitian

... Err

or! Bookmark not defined.

BAB III DESAIN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Objek Penelitian

... Err

or! Bookmark not defined.

3.1.1 Sejarah Puslitbang tekMIRA Kota Bandung ... Err


(3)

or! Bookmark not defined.

3.2 Metode Penelitian

... Err

or! Bookmark not defined.

3.3 Operasionalisasi Variabel

... Err

or! Bookmark not defined.

3.4 Sumber data

... Err

or! Bookmark not defined.

3.5 Populasi penelitian

... Err

or! Bookmark not defined.

3.6 Teknik dan Alat Pengumpul Data Penelitian

... Err

or! Bookmark not defined.

3.7 Uji Validitas dan Reabilitas Alat Pengumpul Data

... Err

or! Bookmark not defined.

3.8 Uji Persyaratan Analisis Data

... Err


(4)

or! Bookmark not defined.

3.10 Uji Hipotesis

... Err

or! Bookmark not defined.

BAB IV PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

4.1 Hasil Penelitian

... Err

or! Bookmark not defined.

4.1.1 Deskripsi Variabel

... Err

or! Bookmark not defined.

4.1.2 Pengujian Persyaratan Analisis Data

... Err

or! Bookmark not defined.

4.1.3 Uji Hipotesis

... Err

or! Bookmark not defined.

4.2 Pembahasan

... Err

or! Bookmark not defined.

1) Kecerdasan Emosional Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA ... Err


(5)

... Err

or! Bookmark not defined.

3) Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira ... Err

or! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan

... Err

or! Bookmark not defined.

5.2 Saran

... Err

or! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Pegawai dari Tingkat Pendidikan Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 1.2 Hasil Evaluasi Tengah Tahun Puslitbang tekMIRA Per Agustus 2011Error! Bookmark not d Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel X (Kecerdasan Emosional)Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.2 Operasionalisasi variabel Y (Efektivitas Komunikasi)Error! Bookmark not defined. Tabel 3.3 Daftar Penempatan Pegawai pada Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA


(6)

Tabel 4.6 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Mengelola Emosi DiriError! Bookmark not defin Tabel 4.7 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Memotivasi DiriError! Bookmark not defined. Tabel 4.8 Tanggapan Responden Mengenai Indikator EmpatiError! Bookmark not defined.

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Membina HubunganError! Bookmark not define Tabel 4.10 Tanggapan Responden Mengenai Variabel Efektivitas Komunikasi antar

Pegawai ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.11 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Credibility (Keterpercayaan)Error! Bookmark not Tabel 4.12 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Credibility (Keterpercayaan)Error! Bookmark not Tabel 4.13 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Credibility (Keterpercayaan)Error! Bookmark not Tabel 4.14 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Clarity (Kejelasan)Error! Bookmark not defined Tabel 4.15 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Continuity and Consistency

(Kesinambungan dan Kekonsistenan) ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.16 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Capability of Audience

(Kemampuan Pihak Penerima) ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.17 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Channels of Distribution (Saluran


(7)

Gambar 2.1 Model Berlo ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2.2 Model Proses Komunikasi Menurut Harold LasswellError! Bookmark not defined. Gambar 2.3 Model Proses Komunikasi Menurut Philip KotlerError! Bookmark not defined. Gambar 2.4 Model Proses Komunikasi Menurut Shanon dan WeverError! Bookmark not defined. Gambar 2.5 Variabel yang Mempengaruhi Perilaku dan KomunikasiError! Bookmark not defined. Gambar 2.6 Model Kerangka Pemikiran Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.7 Tanggapan Responden terhadap Variabel Kecerdasan EmosioanalError! Bookmark not defin Gambar 4.8 Tanggapan Responden terhadap Variabel Kecerdasan EmosionalError! Bookmark not defin Gambar 4.9 Tanggapan Responden terhadap Indikator Mengenali Emosi DiriError! Bookmark not defin Gambar 4.10 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Mengelola Emosi DiriError! Bookmark not def Gambar 4.11 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Memotivasi DiriError! Bookmark not defined. Gambar 4.12 Tanggapan Responden Mengenai Indikator EmpatiError! Bookmark not defined.

Gambar 4.13 Tanggapan Responden Mengenai Indikator Membina HubunganError! Bookmark not defin Gambar 4.14 Tanggapan Responden terhadap Variabel Efektivitas Komunikasi antar

Pegawai ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.15 Tanggapan Responden terhadap Indikator Credibility (Keterpecayaan)Error! Bookmark n Gambar 4.16 Tanggapan Responden terhadap Indikator Credibility (Keterpecayaan)Error! Bookmark n Gambar 4.17 Tanggapan Responden terhadap Indikator Credibility (Keterpecayaan)Error! Bookmark n Gambar 4.18 Tanggapan Responden terhadap Indikator Clarity (Kejelasan)Error! Bookmark not defined Gambar 4.19 Tanggapan Responden terhadap Indikator Clarity (Kejelasan)Error! Bookmark not defined Gambar 4.20 Tanggapan Responden terhadap Indikator Capability of Audience

(Kemampuan Pihak Penerima) ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.21 Tanggapan Responden terhadap Channels of Distribution (Saluran Pengirim


(8)

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan hal yang penting dilakukan oleh para pegawai yang bekerja di semua organisasi. Suatu penelitian (Applboum, 1974 : 63) menyebutkan bahwa tiga perempat (70%) waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi membaca, menulis dan mendengarkan (We spend an estimated three-fourths of our waking hours in some form of communications-reading, writing, speaking and listening) Komunikasi menentukan kualitas hidup kita. Oleh karena itu peran komunikasi menjadi sangat krusial disebabkan kenyataan bahwa pengorganisasian sebagian besar dilakukan dengan berkomunikasi.

Pengembangan keterampilan dalam berkomunikasi merupakan cara yang sukses bagi seorang pegawai dalam sebuah organisasi. Waktu terbanyak yang digunakan oleh pegawai adalah melakukan komunikasi dengan cara mendengar dan berbicara. Untuk itu pegawai harus mempunyai keterampilan berkomunikasi baik komunikasi interpersonal, komunikasi intrapersonal maupun komunikasi verbal, terlebih untuk bagian yang mengurusi sumber daya manusia bekerja dalam melayani semua pegawai. Keterampilan dalam berkomunikasi baik internal maupun eksternal suatu organisasi akan membantu kelancaran bekerja.

Salah satu organisasi pemerintah yang tidak luput dari kegiatan berkomunikasi secara interpesonal adalah Puslitbang tekMIRA, yaitu salah


(10)

satu organisasi pemerintah yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan mineral dan batubara yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Balitbang ESDM). Kegiatan dari organisasi ini tidak jauh dari kedudukan dan fungsinya sebagai tempat penelitian dan pengembangan batubara dalam setiap melayani jasa teknologi terhadap masyarakat. Karena sebagai salah satu organisasi pemerintahan tidak sedikit perusahaan yang mempercayai jasa teknologinya dalam penelitian dan pengembangan mineral dan batu bara. Peran komunikasi disini menjadi suatu kegiatan yang penting dalam membantu kelancaran memberikan jasa teknologi kepada setiap relasi, sehingga demi terciptanya keberhasilan dari setiap penelitian yang dilakukan maka Puslitbang tekMIRA membutuhkan setiap pegawai dapat melakukan komunikasi secara efektif.

Banyak kendala yang dihadapi oleh para pegawai dalam Puslitbang tekMIRA dalam upaya menciptakan komunikasi yang efektif dalam bekerja. Diantara kendala yang dihadapi adalah latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Akan menjadi sulit dalam berkomunikasi karena menurut hasil wawancara oleh Drs. Hasan Azhari sebagai Analisis Kepegawaian Madya mengatakan bahwa “kita memang sedikit minder atau canggung kepada orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, terkadang mereka- mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai kata-kata yang sulit dipahami oleh orang kebanyakan” dikutip pada tanggal 10 Mei 2012. Berdasarkan data yang diperoleh dari


(11)

Puslitbang tekMIRA dapat diketahui komposisi karyawannya jika dilihat dari latar belakang pendidikan.

Tabel 1.1

Jumlah Pegawai dari Tingkat Pendidikan Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung

Subbagian

Jenis Pendidikan Umum

Jumlah SD SLTP SLTA D3 S1 S2

Umum dan

Kepegawaian

5 4 31 1 5 1 47

Keuangan 0 0 12 7 1 20

Jumlah 5 (7,4%) 4 (5,97%) 43 (64,18%) 1 (1,49%) 12 (17,91%) 2 (2,99%) 67 (100%) Sumber : Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA 2012

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan sekolah dasar sebanyak 5 orang (7,4%), pendidikan SLTP sebanyak 4 orang (5,97%), pendidikan SLTA sebanyak 43 orang (64,18%), pendidikan D3 sebanyak 1 orang (1,49%), pendidikan S1 sebanyak 12 orang (17,91%) dan pendidikan S2 sebanyak 2 orang (2,99%). Sebagian besar tingkat pendidikan pegawai Puslitbang tekMIRA unit baian tata usaha adalah SLTA yaitu sebanyak 43 orang (mencapai 64.18%). Dengan adanya tingkat pendidikan yang bervriatif tersebut, tingkat untuk mencapai keberhasilan berkomunikasi dengan baik dianggap kurang baik


(12)

Dari hasil data yang diperoleh peneliti di Puslitbang tekMIRA Bandung, banyak target yang harus dicapai setiap tahunnya,diantaranya adalah usulan paten dan hak cipta dari setiap produk, sejumlah kegiatan penelitian dan pengembangan, sejumlah kontrak pelayanan jasa teknologi, pilot plant, demo plant atau rancangan/produk rancang bangun penerapan teknologi unggulan bidang energi dan sumber daya mineral sedangkan ada beberapa target yang belum dapat terealisasi, diduga salah satu penyebabnya yang paling dominan adalah disebabkan salah satunya kesalahan intruksi dari atasan ke bawahan karena fungsi komunikasi tidak begitu diterapkan secara baik. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh penulis dari bagian tata usaha Puslitbang tekMIRA Bandung yang melaporkan hasil evaluasi tengah tahun dari semua kegitan Puslitbang tekMIRA seperti terlihat pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.2

Hasil Evaluasi Tengah Tahun Puslitbang tekMIRA Per Agustus 2011

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target

Realisasi s/d Bulan Agustus

Meningkatnya pemanfaatan hasil

Jumlah Kegiatan Penelitian dan Pengembangan :

48 48


(13)

penelitian dan pengembangan teknologi mineral dan batubara

- Makalah ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal nasional maupun internasional dan laporan ilmiah

44 -

- Masukan/rekomendasi kebijakan 19 -

- Pilot plant, demo plant atau rancangan/produk rancang bangun penerapan teknologi unggulan bidang energi dan sumber daya mineral

13 -

Jumlah Kontrak Pelayanan Jasa Teknologi 5 -

Jumlah pembayaran gaji, operasional perkantoran dan pelayanan publik

3 3

Jumlah kapasitas kelembagaan (sertifikasi personil, penerapan sistem manajemen mutu, jumlah kerjasama kelitbangan)

6 -

Jumlah kegiatan penunjang kelitbangan lainnya

36 -

Jumlah kegiatan yang didanai oleh PNBP 30 - Sumber : Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung, 2011

Banyaknya target yang belum terealisasi seperti yang terlihat pada tabel 1.1 di atas terlihat bahwa sekitar 25% saja target yang tercapai pada laporan tengah tahun periode Agustus 2011, sehingga masih ada sekitar


(14)

75% yang harus dicapai pada tengah berikutnya agar target dapat tercapai pada laporan akhir tahun 2012. Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa pegawai diantaranya oleh Oyan Irianiwati sebagai Penata Usaha dan Suharno sebagai Penata Usaha mengatakan bahwa akibat dari kurangnya ketercapaian target akan hal itu yakni ketidakkompakan tim dalam bekerja menjadi hambatan dalam pencapaian target, sering terjadinya kecekcokkan dari masing-masing tim, sehingga adanya keterlambatan dalam bekerja, meskipun hal tersebut terbilang hal kecil, tetapi akibatnya akan merembet kemana-mana, ketidaksamaan persepsi dari masing-masing individu. Jelaslah target menjadi terlambat untuk dicapai, didominasi oleh adanya buruknya komunikasi, terlebih komunikasi dalam rekan sejawat, terkadang ada orang-orang yang acuh dengan pekerjaan, yang dikutip pada tanggal 10 Mei 2012 dan 11 Mei 2012.

Adapun hambatan dari kurangnya terealisasi pada hasil evaluasi tahun 2011 diakibatkan oleh proses komunikasi yang tidak terbuka, sesuai dengan hasil wawancara oleh Suharno sebagai Penata Usaha mengatakan

bahwa “kalau yang saya lihat disini sepertinya bisa dikatakan kurang. Saya bisa mengatakan kurang mengapa, karena saat rapat rata-rata para pegawai cenderung terdiam. Tetapi setelah rapat mereka malah menyampaikan aspirasi-aspirasi mereka di lingkungan informal. Disitulah saya kurang memahami, terbukti lah bahwa sering ada keluhan-keluhan yang telat penyelesainnya” yang dikutip pada 10 Mei 2012. Kurangnya keterbukaan


(15)

dalam dalam berkomunikasi akan berakibat fatal dalam setiap hasil ataupun proses pekerjaan, sehingga adanya keterbukaan dari setiap pegawai sangat dibutuhkan.

Mencermati masih belum optimalnya dalam pencapaian target program kerja yang telah diamati oleh peneliti yaitu diduga salah satunya dikarenakan kurangnya penerapan komunikasi dalam setiap kegiatan, dan faktor personal seperti suasana hati dan emosional dari masing-masing pegawai. Komunikasi di organisasi biasanya terjadi dalam dua kontek, yaitu komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan (internal communication) dan komunikasi yang terjadi di luar perusahaan (external communication). Didalam komunikasi internal baik secara vertikal, horizontal maupun diagonal sering terjadi kesulitan yang menyebabkan ketidaklancaran komunikasi atau dengan kata lain terjadi miss communication. Kesulitan ini terjadi disebabkan karena kesalahpahaman dalam pelaksanaan pekerjaan, yakni antara kedua belah pihak dalam mencerna proses, sehingga antara pesan yang disampaikan dengan pesan yang diterima berbeda persepsi atau arti seperti adanya sifat egois, kurangnya keterbukaan antara pegawai, kadang kala terjadinya konflik antara pegawai yang menyebabkan suasana kerja menjadi tidak kondusif dan sebagainya. Sehingga komunikasi tidak efektif dan tujuan organisasi pun sulit tercapai. Sesuai yang diungkapkan oleh Sarito sebagai Pemelihara Barang Inventaris menyebutkan, “memang emosi menentukan cara berperilaku kita, benar keadaan emosi seseorang akan mempengaruhi


(16)

cara berkomunikasi kita. Jadi bisa dikatakan faktor yang paling utama dalam penyebab kurangnya hasil evaluasi tersebut bisa jadi karena emosi pegawai yang tidak bisa dikontrol, seperti melalaikan pekerjaan karena

urusan pribadi. “ yang dikutip pada hari Senin, 11 Mei 2012. Berkaitan dengan itu, sudah selayaknya dicari faktor-faktor lain yang menyebabkan komunikasi Puslitbang tekMIRA masih belum efektif, sehingga harus dapat dikelola dengan baik.

Pentingnya pengelolaan komunikasi antar pegawai dalam hal ini, secara efektif tidak terlepas dari kedudukan dan fungsinya sebagai tempat penelitian dan pengembangan batubara dalam setiap melayani jasa teknologi terhadap masyarakat. Khususnya di wilayah kawasan industri, kegiatan penelitian dan pengembangan akan menjadi hal yang terpenting dari kegiatan industri, sehingga Puslitbang tekMIRA harus dapat melayani semua relasi yang telah mempercayai jasa teknologinya. Apalagi Puslitbang tekMIRA banyak menjalin kerja sama dan melayani jasa teknologi dengan banyak perusahaan.

Banyak faktor yang menyebabkan belum efektifnya komunikasi antar pegawai pada Puslitbang tekMIRA, diantarnya adalah tingkat pendidikan, persamaan persepsi, kemampuan intelektual, integritas sikap dan perilaku dalam aktivitas sehari-hari, keterpercayaan, kematangan tingkat emosional, bahasa, dan penggunaan sarana yang tepat

Salah satu yang menjadi faktor yang paling sensitif dalam meningkatkan efektifitas komunikasi adalah tingkat kecerdasan emosional


(17)

yang matang pada personal (Suranto Aw, 2011:85). Banyak menunjukkan sederetan bukti penelitian bahwa kecerdasan otak bukanlah unsur yang dominan dalam perkembangan karir seseorang, melainkan adalah kecerdasan emosional. Semakin tinggi jabatan seseorang dalam suatu perusahaan, maka semakin krusial peran kecerdasan emosional.

Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, atau banyak memiliki gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali yang berpendidikan formal lebih rendah bahkan banyak yang lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ) saja, padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi yang kini telah menjadi dasar penilaian baru. Saat ini begitu banyak orang berpendidikan dan tampak begitu menjajikan, namun karirnya terhambat atau lebih buruk lagi, tersingkir, akibat rendahnya kecerdasan emosional mereka. Organisasi tidak hanya membutuhkan ketrampilan teknik saja melainkan dibutuhkan kemampuan dasar seperti kecerdasan emosional untuk belajar dalam pekerjaan yang bersangkutan. Di antaranya, adalah kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi lisan, adaptasi, kreatifitas, ketahanan mental terhadap kegagalan, kepercayaan diri, motivasi, kerjasama tim dan keinginan memberi kontribusi terhadap perusahaan. Seseorang yang


(18)

memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mampu mengendalikan emosinya sehingga dapat menghasilkan optimalisasi pada fungsi kerjanya.

Pegawai yang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi akan mampu melakukan komunikasi interpersonal. pegawai yang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi akan mampu mengenali emosinya, dengan mampu mengenali emosi akan mampu mengendalikan emosi sehingga pegawai akan melayani pegawai lain dengan baik. Pegawai yang cerdas emosi juga mampu memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan mampu melakukan hubungan dengan orang lain. Dengan kemampuannya dalam memotivasi diri, mengenali orang lain dan mampu melakukan hubungan dengan orang lain maka pegawai akan mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan pegawai internal maupun eksternal. Sedangkan pada pegawai yang mempunyai kecerdasan emosi yang rendah maka mereka tidak mampu mengenali emosi orang lain, kurang mampu memotivasi diri dan mereka kurang mampu melakukan hubungan sosial dengan orang lain, hal ini menimbulkan pegawai kurang mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan pegawai lain atau rekan kerjanya.

Oleh karena itu dalam upaya memahami dan memecahkan masalah fenomena belum efektivnya komunikasi antar pegawai pada bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA dan hubungannya dengan masalah kecerdasan emosional, maka diperlukan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah tersebut, dan berdasarkan permasalahannya yang dikaji maka


(19)

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perilaku organisasi.

Orang yang cerdas emosi akan mampu mengenali emosi, mengendalikan emosi, memotivasi diri, empati dan hubungan sosial, dengan adanya kemampuan untuk mengenali emosi, mengendalikan emosi, memotivasi diri, empati dan hubungan sosial maka akan mampu melakukan komunikasi dengan orang lain.

Dalam konteks penelitian ini, tingkat kecerdasan emosional akan mempengaruhi kepribadian seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain, sehingga komunikasi dapat terjadi dua arah dan hambatan dalam berkomunikasi akan dapat diminimalisir.

Mengacu kepada keseluruhan paparan di atas, dalam upaya memahami dan memecahkan masalah belum efektivnya komunikasi antar pegawai pada bagian tata usaha Puslitbang tekMIRA, maka perlu dan penting dilakukan penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap efektivitas antar pegawai. Inilah yang menarik penulis untuk mengadakan penelitian, dan selanjutnya akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Efektivitas Komunikasi antar pegawai pada Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA kota Bandung.

1.2. Perumusan Masalah

Inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah bagaimana komunikasi yang efektif yang harus diterapkan oleh semua pegawai yang


(20)

berada di Puslitbang tekMIRA khususnya pada bagian tata usaha, karena pada bagian ini mereka bekerja dalam melayani semua pegawai yang bekerja, sehingga mereka harus terampil dalam hal berkomunikasi. Oleh karena itu perlu adanya suatu pendekatan tertentu terhadap pegawai dalam rangka mengembangkan efektivitas komunikasinya.

Banyak faktor yang menyebabkan belum efektivnya komunikasi antar pegawai pada Puslitbang tekMIRA, diantarnaya adalah tingkat pendidikan, persamaan persepsi, kemampuan intelektual, integritas sikap dan perilaku dalam aktivitas sehari-hari, keterpercayaan, kematangan tingkat emosional, bahasa, dan penggunaan sarana yang tepat. Dan ada satu hal faktor yang paling sering dilupakan tetapi ini sangat penting karena bersifat personal yaitu kecerdasan emosional. Diduga faktor kecerdasan emosional sangat berpengaruh terhadap efektivitas berkomunikasi antar pegawai, karena kecerdasan emosional akan membentuk kepribadian bagaimana orang dapat berhubungan dengan orang lain salah satunya yaitu melakukan komunikasi. Oleh karena itu masalah efektivitas komunikasi antar pegawai dalam penelitian ini akan dikaji dalam perspektif kecerdasan emosional.

Berdasarkan pernyataan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional dari setiap pegawai pada bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung ?


(21)

2. Bagaimana tingkat efektivitas komunikasi yang terjadi antar pegawai pada bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung ?

3. Adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap efektivitas komunikasi antar pegawai pada bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung ?

1.3. Tujuan Penelit ian

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh perbandingan teori yang diperoleh dari semasa kuliah dengan penerapannya pada bidang perilaku organisasi, khususnya di Puslitbang tekMIRA Bandung

Sedangkan secara khususs, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan bagaimana tingkat kecerdasan emosional dari setiap pegawai pada bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung

2. Mendeskripsikan bagaimana tingkat efektivitas komunikasi yang terjadi antar pegawai pada bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung

3. Mendeskripsikan adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap efektivitas komunikasi antar pegawai pada bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung

1.4. Manfaat Penelit ian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak diantaranya sebagai berikut :


(22)

1. Kegunaan teoritis

Untuk mengembangkan ilmu bidang administrasi perkantoran yaitu mengenai kecerdasan emosional dan efektivitas komunikasi antar pegawai baik secara teori maupun dalam praktek yang sebenarnya di Puslitbang tekMIRA Bandung

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai bahan masukan atau input bagi Puslitbang tekMIRA Bandung agar mampu mengambil langkah-langkah yang tepat dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional dan efektivitas komunikasi antar pegawai yang baik dan berguna bagi para pegawai

b. Memberi dorongan para pegawai untuk bekerja lebih baik dan ikut serta menjaga atau meningkatkan kecerdasan emosional dan efektivitas komunikasi antar pegawai yang nantinya berguna bagi pegawai itu sendiri.


(23)

BAB III

DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah pegawai di Kantor Puslitbang tekMIRA Kota Bandung. Dalam hal ini penulis akan meneliti mengenai tingkat kecerdasan emosional terhadap efektivitas komunikasi antar pegawai. Adapun yang menjadi variabel bebasnya (independent variable) yaitu tingkat kecerdasan emosional sebagai variabel X dan variabel terikatnya (dependent variable) adalah efektivitas komunikasi sebagai variabel Y.

Penelitian ini dilakukan di Puslitbang tekMIRA yang beralamat pada Jalan Jendral Sudirman no. 623 Bandung.

3.1.1 Sejarah Puslitbang tekMIRA Kota Bandung

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan BatuBara, disingkat Puslitbang tekMIRA, lahir dari penggabungan Balai Penelitian Tambang dan Pengolahan Bahan Galian dengan Akademi Geologi dan Pertambangan pada 11 November 1976. Sebelum dikenal dengan sebutan Puslitbang tekMIRA, Institusi ini bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral (P3TM) sebagai perubahan dari nama Pusat Penelitian Teknologi Mineral (PPTM) yang waktu itu berada di bawah Direktorat Jenderal Pertambangan Umum (DJPU), Departemen Pertambangan dan Energi (DPE). Banyak karya nyata yang telah dihasilkan untuk kepentingan pengembangan usaha di


(24)

subsektor mineral dan batubara, serta tidak sedikit kontribusi yang diberikan untuk mendukung kebijakan DJPU maupun DPE.

Pada tahun 2000 terjadi perubahan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, menyusul era reformasi yang diikuti oleh demokratisasi di berbagai bidang, dan pemberlakuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Melalui Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 dan Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000, Departemen Pertambangan dan Energi (DPE) secara resmi berganti nama menjadi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM). Atas dasar Keppres tersebut, selanjutnya dikeluarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 150 Tahun 2000 dan Nomor 1915 Tahun 2000, yang keduanya mengatur tentang organisasi di lingkungan DESDM. Restrukturisasi yang terus berlanjut, antara lain menghasilkan reaktualisasi visi dan misi DESDM, pembentukan Badan Litbang ESDM berikut visi dan misinya, serta pergantian nama P3TM menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan batubara (Puslitbang tekMIRA) yang kini berada di bawah Badan Litbang ESDM.

3.1.2 Visi dan Misi Puslitbang tekMIRA Kota Bandung

Puslitbang tekMIRA mempunyai visi dan misi yang menjadi pedoman bagi pengembangan dan kemajuan perusahaan, yaitu sebagai berikut:


(25)

Menjadikan Puslitbang tekMIRA sebagai pusat penelitian dan pengembangan yang mandiri, profesional, dan unggul dalam pengembangan dan pemanfaatan mineral dan batubara.

Misi :

a. Menyelenggarakan litbang terapan untuk pengembangan mineral dan batubara;

b. Menyediakan layanan jasa teknologi dalam pengembangan mineral dan batubara;

c. Membantu merumuskan kebijakan pemanfaatan mineral dan batubara.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penelti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Tujuan adanya metode penelitian adalah untuk memberikan gambaran kepada peneliti mengenai langkah-langkah penelitian yang dilakukan, sehingga permasalahannya tersebut dapat dipecahkan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Moh. Nazir (2003:54) metode deskriptif adalah :

“Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,

suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada

masa sekarang”. Sedangkan tujuan dari peneltian ini adalah “Untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena


(26)

Ciri-ciri metode deskriptif menurut Moh. Nazir (2003:55) adalah :

“Bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang

ingin dipecahkan”.

3.3 Operasionalisasi Variabel

Penelitian ini memiliki variabel-variabel yang akan diteliti yang bersifat saling mempengaruhi. Dalam hal ini variabel-variabel ini dapat juga disebut sebagai objek penelitian. Variabel ini dapat diartikan sebagai sesuatu yang dijadikan objek penelitian sebagai faktor-faktor yang berperan dari peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Suharsimi Arikunto (2010:161) mengatakan bahwa variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2008:20) mengemukakan bahwa variabel dapat didefinisikan sebagai atribut dari seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obejek dengan objek yang lain.

Penelitian ini memiliki dua variabel yang akan diteliti, yaitu : 1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah


(27)

tingkat kecerdasan emosional. Dalam buku Goleman(1998:58-59) terdapat beberapa faktor dapat dijadikan indikator diantaranya adalah : a. Kesadaran diri (mengenali emosi diri)

Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri.

b. Mengelola emosi

Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri.

c. Motivasi diri

Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimiliki seseorang, maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.

d. Empati

Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.


(28)

e. Membina hubungan

Kini dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. 2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah efektivitas komunikasi. Menurut Scott. M Cutlip dan Allen (dalam Honiatri, 2004:20) terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai indikator diantaranya adalah :

1. Credibility (keterpercayaan)

Antara komunikator dan komunikan terdapat saling percaya 2. Context (pertalian)

Komunikasi dapat terjadi kalau situasi dan kondisi setempat tidak ada gangguan antara komunikator dan komunikan serta sarana atau media komunikasi saling berkaitan.

3. Content (isi)

Komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan, dalam hal ini komunikator dapat memahami maksud komunikator. Sehingga komunikan merasa puas. Begitu pula dengan


(29)

komunikator karena komunikator akan puas bila menerima tanggapan yang baik dari komunikan.

4. Clarity (kejelasana)

Komunikator harus menyampaikan pesan atau berita atau berita secara jelas, tujuan yang dicapai, istilahpun harus jelas

5. Continuity dan consistency (kesinambungan dan konsistensi) Komunikasi berlangsung terus dan pesan atau berita saling bertentangan (tidak berubah atau tetap)

6. Capabiltty of audience (kemampuan pihak penerima)

Komunikator harus memperhatikan kemampuan komunikasi dalam menerima pesan, agar tidak terjadi kesalahpahaman.

7. Channels of distribution (saluran pengirim berita)

Komunikator harus menggunakan media atau alat komuniaksi yang sudah biasa digunakan oleh umum misalnya media cetak atau media elektronik dan lain-lain

Tabel 3.1

Operasionalisasi variabel X (Kecerdasan Emosional)

Variabel Indikator Ukuran Skala No item

Kecerdasan emosional (X) Daniel Goleman Mengenali Emosi diri

1. Tingkat kemampuan mengenali emosi yang sedang dirasakan

2. Tingkat kemampuan mengenali

perbedaan kadar perasaan dan tindakan

3. Tingkat kemampuan mengenali penyebab


(30)

perasaan yang timbul

Mengelola emosi diri

1. Tingkat kemampuan mengatasi perasaan frustasi

2. Tingkat kemampuan menghibur diri sendiri

3. Tingkat kemampuan menangani

keteganan jiwa 4. Tingkat kemampuan

menggunakan emosi yang dirasakan untuk mengambil keputusan

5. Tingkat kemampuan menunda

kesenangan sesaat untuk mendapatkan hasil yang baik

Ordninal 4,5,6,7,8

Memotivasi diri

1. Tingkat kemampuan menguasai diri 2. Tingkat kemampuan

memberi dorongan kepada diri sendiri 3. Tingkat kemampuan

bertanggung jawab

Ordninal 9,10,11

Empati

1. Tingkat kemampuan merasakan perasaan orang lain

2. Tingkat kemampuan menerima atau mengerti perspektif orang lain

3. Tingkat kemampuan membaca emosi orang lain

Ordninal 12,13,14

Membina hubungan

1. Tingkat kemampuan memulai dan mempertahankan interaksi

2. Tingkat kemampuan bekerja sama dengan setiap orang


(31)

menyesuaikan dengan tepat dalam berinteraksi dengan orang lain

Sumber : Daniel. Goleman.( 1998:58-59)

Tabel 3.2

Operasionalisasi variabel Y (Efektivitas Komunikasi)

Variabel Indikator Ukuran Skala No

item Efektivitas

Komunikasi (Y)

Scott. M Cultip dan Allen H. Center

1. Credibility (keterperca yaan)

1. Tingkat kewibawaan seorang komunikator di hadapan komunikan 2. Tingkat daya tarik fisik

maupun non fisik 3. Tingkat keterpercayaan

terhadap komunikator 4. Tingkat keterpercayaan

terhadap komunikan

Ordinal 1,2,3,4

2. Context

(Pertalian)

1. Tingkat memahami situasi dan kondisi di lingkungan

2. Tingkat minimnya gangguan

3. Tingkat kualitas hubungan komunikan dan komunikator

Ordinal 5,6,7

3. Content

(Isi)

1. Pesan berupa fakta 2. Tingkat penggunaan

lambang dengan tepat 3. Memiliki satu

interpretasi

Ordinal 8,9,10

4. Clarity (Kejelasan)

1. Tingkat kejelasan maksud pesan

2. Tingkat ketercapaian tujuan isi pesan

3. Tingkat kepraktisan isi pesan

Ordinal 11,12,1 3 5. Continuity and consistency (kesinambu 1. Tingkat keberlangsungan proses komunikasi 2. Tingkat konsistensi

Ordinal 14,15,1 6


(32)

ngan dan konsistensi)

penyampaian pesan 3. Tingkat ketersediaan

feed back 6. Capability

of audience (kemampua n pihak penerima)

1. Tingkat kecakapan komunikan menerima pesan

2. Tingkat pengetahuan yang luas

3. Tingkat sikap empati komunikan

4. Tingkat kematangan fisik maupun non fisik

Ordinal 17,18,1 9,20

7. Channels of distribution (saluran pengiriman berita)

1. Tingkat ketersediaan media yang digunakan 2. Tingkat kesesuaian

media yang digunakan 3. Tingkat pemahaman

media yang digunakan

Ordinal 21,22,2 3

Sumber : Scott. M Cutlip and Allen H Center (dalam Honiatri, 2004:20)

3.4 Sumber data

Sumber data merupakan segala sesuatu yang dapat menghasilkan keterangan tentang data. Dalam penelitian yang dilakukan penulis, sumber data yang digunakan terdiri dari data primer dan dan sekunder. Kedua data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sumber data primer, merupakan sumber data yang diperoleh dan dikumpulkan penulis langsung dari objek penelitian melalui penyebaran angket yang diberikan pada pegawai Puslitbang tekMIRA Kota Bandung .

2. Sumber data sekunder, merupakan sumber data yang diperoleh penulis tidak berhubungan langsung dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder yaitu buku-buku literatur,


(33)

laporan-3.5 Populasi penelitian

Menurut Sugiyono (2004:72) mengemukakan bahwa “Populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunuai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010:173) “Populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian”.

Pertama-tama penulis harus menentukan secara jelas mengenai populasi yang akan menjadi sasaran penelitiannya yang disebut dengan populasi sasaran, dimana populasi sasaran adalah populasi yang nantinya akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian.

Populasi dalam peneltian ini adalah pegawai Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung yang masih aktif menjadi pegawai sampai penelitian dilakukan. Dimana dalam penelitian in baik variabel Kecerdasan Emosional maupun Efektivitas Komunikasi diukur dengan penilaian diri sendiri secara objektif melalui angket yang disebar untuk pegawai Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung. Alasannya adalah agar didapatkan gambaran yang objektif yang mendekati nilai sebenarnya.

Populasi target dari penelitian ini yaitu seluruh pegawai Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung dimana data seluruh pegawai Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :


(34)

Tabel 3.3

Daftar Penempatan Pegawai pada Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung

No. Unit Jumlah

1. Subbagian Umum dan Kepegawaian 44

2. Subbagian Keuangan 20

Jumlah 64

Sumber: Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA (2012)

Dengan demikian populasi target untuk pegawai Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Bandung berjumlah 64 responden.

3.6 Teknik dan Alat Pengumpul Data Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, perlu diadakan instrumen atau alat yang dapat digunakan sebagai pengumpul data yang diperoleh lebih akurat. Pengumpulan data merupakan prosedur dan merupakan prasyarat bagi pelaksanaan pemecahan masalah penelitian. Pengumpulan data ini diperlukan cara-cara dan teknik tertentu sehingga dapat terkumpul dengan baik.

Adapun sumber data dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data primer melalui penyebaran angket yang merupakan daftar pertanyaan yang disebut secara tertulis dan disusun sedemikian rupa sehubungan dengan masalah yang sedang diteliti kepada pegawai Bagian Tata Usaha


(35)

Puslitbang tekMIRA Bandung yang menjadi populasi penelitian. Cara mengumpulkan data primer dilakukan dengan mengajukan kuesioner kepada responden. Kuesioner tersebut dikonstruksi dalam dua jenis yang meliputi: (1) Instrumen tentang Kecerdasan Emosional, dan (2) Efektivitas Komunikasi. Item-item alat pengumpul data yang akan digunakan dalam kuesioner tersebut adakah item-item yang mirip dengan model skala yang dikembangkan oleh Likert.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:268) penggunaan angket yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner

2. Mengidentifkasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner 3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih

spesifik dan tunggal

4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisanya

Dalam hal ini angket dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian yang mengukur Kecerdasan Emosional sebagai variabel X yang terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, empati dan membina hubungan item pernyataan dan angket yang mengukur efektivitas komunikasi sebagai variabel Y yang terdiri dari credibility, context, content, clarity, continuity and consistency, capability of audience, and channels of distribution. item pernyataan.


(36)

Bentuk angket yang disebarkan adalah angket tertutup yaitu pada setiap pernyataan telah disediakan sejumlah alternatif jawabannya untuk dipilih oleh setiap responden dengan menggunakan kategori skala Likert penilaian lima dengan ukuran ordinal.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan Tanya jawab baik langsung maupun tidak langsung secara bertatap muka dengan sumber data (responden)

3. Studi Literatur

Usaha untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah dan variabel yang diteliti.

3.7 Uji Validitas dan Reabilitas Alat Pengumpul Data 3.7.1 Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kebenaran suatu instrumen. Menurut Masrti

Singarimbun dan Sofian Effendi (1989:122) mengatakan bahwa “Validitas

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang

ingin di ukur”

Suharsimi Arikunto (2010:211) mengatakan bahwa “ Suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument, suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas


(37)

Validitas menunjukkan ketepatan suatu instrument dalam mengukur apa yang ingin diukur. Dilihat dari cara pengujiaanya ada dua jenis validitas, yakni validitas eksternal dan validitas internal. Sebuah instrument dikatakan memiliki validitas eksternal apabila hasil pengukuran dari instrument mengenai suatu variabel sesuai denga hasil pengukuran yang diperoleh dari instrument lain mengenai variabel yang sama. Sedangkan sebuah instrument dikatakan memiliki validitas internal apabila item-item yang terdapat dalam suatu instrumen memiliki kesesuaian dengan misi instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap apa yang ingin diukur.

Sehubungan dengan penjelasan di atas, untuk menguji validitas angket penelitian yang digunakan ditempuh analisis daya beda item (item discriminality analysis). Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas internal instrumen penelitian, yakni melihar kesesuaian dari setiap item dengan keseluruhan instrument penelitian yang disusun untuk menjaring data variabel tertentu.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:213) analisis daya beda item dapat dilakukan dengan cara melihat koefisien korelasi antara skor item dengan skor secara keseluruhan dengan rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelai produck moment dengan angka dasar, berikut rumus:

= � −

� 2 2 2 2


(38)

X = Skor dalam Distribusi Variabel X Y = Skor dalam Distribusi Variabel Y N = Banyaknya data

Pemilihan item pernyataan yang dianggap memiliki validitas internal dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r

tabel untuk derajat bebas (db = N=2) dan tingkat kesalahan (α) tertentu.

Criteria yang digunakan adalah jika nilai hitung r lebih besar dari nilai

tabel r tabel (α, db = N – 2), maka item tersebut dikategorikan memiliki validitas internal dan layak digunakan dalam penelitian. Dan jika sebaliknya, yaitu nilai hitung r lebih kecil dari nilai tabel r, maka item tersebut dinyatakan tidak layak dan dikeluarkan dari angket.

Hasil uji validitas angket:

a. Variabel Kecerdasan Emosional terdiri atas 5 indikator, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi emosi diri, empati dan membina hubungan. Kelima indikator tersebut kemudian diuraikan menjadi 19 butir pernyataan angket. Hasil perhitungan validitas instrument variabel Kecerdasan Emosional diperoleh keterangan bahwa dari 19 butir pernyataan yang dibuat untuk variabel dinyatakan valid (tercantum pada lampiran) atau dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data.

b. Setelah melakukan uji validitas terhadap variabel Kecerdasan Emosional, maka penulis juga melakukan uji validitas pada variabel Efektivitas Komunikasi antar Pegawai yang terdiiri dari tujuh


(39)

indikator, yakni Credibility (keterpercayaan), Context (Pertalian), Content (Isi), Clarity (kejelasan), Continuity and Consistency (kesinambungan dan konsistensi), Capability of Audience (kemampuan pihak penerima) dan Channels of distribution (saluran pengirim berita). Tujuh indikator tersebut kemudian diuraikan menjadi 25 butir pernyataan angket. Hasil perhitungan validitas instrument variebel efektivitas komunikasi antar pegawai diperoleh keterangan dari 25 item butir angket untuk efektivitas komunikasi antar pegawai dinyatakan valid (tercantum pada lampiran) dan adapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Untuk dapat memenuhi instrumen penelitian yang sifatnya adalah selalu dapat dipercaya (reliable), maka digunakan uji reliabilitas, yaitu untuk mengetahui ketepatan nilai angket, artinya instrumen penelitian reliabel bila diujikan pada kelompok yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda hasilnya akan sama. Reliabel menurut Suharsimi Arikunto (2010:221) mengatakan bahwa “ sesuatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah

baik”

Pada penelitian ini reliabilitas dicari dengan menggunakan rumus

alpha atau Cronbach’s alpha (α) dikarenakan instrument pernyataan kuesioner yang dipakai meupakan rentangan antara beberapa nilai dalam hal ini menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5.


(40)

Rumus alpha atau Cronbach’s alpha (α) sebagai berikut :

11 =

� −1 1− � 2

�2

(Husein Umar, 2002:125 dan Suharsimi Arikunto, 2006:188) Dimana :

r11 = Reliabilitas instrument k = Banyak butir pernyataan

σt2 = Varians total

σb2 = Jumlah varians butir tiap pernyataan

Jumlah varians butir tiap pernyataan dapat dicari dengan cara mencari nilai varians tiap butir yang kemudian dijumlahkan sebagai berikut :

�=

2 2

Keterangan :

� = Nilai varians

x = Nilai skors yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pernyataan)

n = Banyaknya data

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut :


(41)

1. Jika koefisien internal seluruh item rhitung > rtabel dengan tingkat signifikasi 5% maka item penyataan dikatakan reliable

2. Jika koefisien internal seluruh item rhitug ≤ rtabel dengan tingkat signifikasi 5% maka item pernyataan dikatakan tidak reliabel.

Hasil uji reliabilitas angket:

a. Uji reliabilitas untuk variabel kecerdasan emosional. Untuk hasil perhitungan reliabilitas intstrumen variabel Kecerdasan Emosional diperoleh koefisien alpha=0,8851 sementara nilai tabel r pada α=0.05 dan db = n – 2 = 0,444 (tercantum pada lampiran). Dengan demikian nilai hitung r lebih besar dari nilai tabel r. sehingga instrument variabel Kecerdasan Emosional dinyatakn reliabel.

b. Uji reliabilitas untuk variabel efektivitas komunikasi antar pegawai. Hasil perhitungan reliabilitas instrument variabel efektivitas komunikasi antar

pegawai diperoleh koefisien alpha= 0,8951 sementara nilai tabel r pada α =

0.05 dan db = n – 2 = 0,444 (tercantum pada lampiran). Dengan demikian, nilai hitung r lebih besar dari nilai tabel r. sehingga instrument variabel Efektivitas Komunikasi antar Pegawai dinyatakan reliabel.

3.8 Uji Persyaratan Analisis Data

Mengingat sksla pengukuran dalam menjaring data penelitian ini seluruhnya diukur dalam skala ordinal, yaitu skala yang berjenjang yaitu jarak data yang satu dengan data yang lainnya tidak sama (Sugiyono,2004:70)


(42)

Tetapi dilain pihak,pengolahan data dengan penerapan statistik parametrik mensyaratkan data sekurang-kurangnya diukur dalam skala interval, maka terlebih dahulu data skala ordinal hasil pengukuran harus dinaikkan terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakan Metode Succesive Interval / MSI.

a. Uji Homogenitas

Peneliti menggunakan uji homogenitas untuk mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogeny. Uji statitiska yang akan digunakan adalah uji barlett dengan menggunakan Microsoft office excel. Kriteria yang peneliti gunakan adalah nilai hitung X2 > nilai tabel, maka H0 menyatakan skornya ditolak.

Rumus nilai hitung, X2=(In10)(Σ db n-1. Log.Si2) Keterangan:

Si2 = Varians tiap kelompok

db n-1 =Derajat Kebebasan tiap kelompok B = Nilai barlett = (Log S2 gab) (Σdbi)

S2 = Varians gabungan = S2 gab=

db 2

Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam pengujian homogenitas varians ini menurut Ating S dan Sambas Ali M (2006:295) adalah sebagai berikut :

1. Menentukan kelompok-kelompok data dan menghitung varians untuk tiap kelompok tersebut


(43)

3. Menghitung varians gabungan

4. Menghitung log dari varians gabungan 5. Menghitung nilai Barlett

6. Menghitung nilai

7. Menghitung nilai kritis dan titik kritis 8. Membuat kesimpulan

b. Uji linieritas

Untuk linieritas, dilakukan untuk mengetauhi hubungan antara variabel terikat dengan variabel bersifat linier. Uji linieritas dilakukan dengan uji kelinieran regresi.Langkah-langkah uji linieritas regresi adalah:

1. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg(a)) dengan rumus :

�( ) =

� 2

2. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg(b/a)) dengan rumus :

�( / ) = � �− � �

3. Menghitung Jumlah Kuadrat Residu (JKres)

= 12− ( / )( )

4. Menghitung rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi (RJKreg(a)) RJKreg(a)) = JKreg(a))

5. Menghitung rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi (RJKreg(b/a)) RJKreg(b/a)) = JKreg(b/a))


(44)

RJKres = −2

7. Mengurutkan data mulai dari data terkecil sampai data terbesar disertai pasangannya.

8. Mencari Jumlah Kuadrat Error (JKE)

= 2− � 2 �

9. Mencari Jumlah Kuadrat tuna Cocok (JKTC) JKTC = JKres– JKE

10.Mencari rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocol (RJKTC) � �� = � −��2

11.Mencari rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE)

� =

− �

12.Mencari nilai Fhitung

ℎ� � = � ��

13.Menentukan kriterian pengukuran: jika nilai uji F, nilai tabel F, maka distribusi berpola linier

14.Mencari nilai Ftabel pada taraf signifikansi 95% atau α=5% menggunakan rumus :

Ftabel=F(1-α)(db TC,db E) dimana db TC = k-2 dan db E = n-k

15.Membandingkan nilai uji F dengan nilai tabel F kemudian membuat kesimpulan, yakni Fhitung < Ftabel berarti linier.


(45)

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif. Analisis data deskriptif yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang telah terkumpul adanya.

Jenis data yang akan terkumpul dalam penelitian ini adalah data ordinal. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni untuk mengetahui pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Efektivitas Komunikasi antara Pegawai pada Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Kota Bandung. Setelah data terkumpul maka akan dipergunakan tabel distribusi frekuensi untuk memepermudah dalam menganalisis dan mengolah data guna mengetahui pengaruh dari variabel satu ke variabel lain.

Berdasarkan pemaparan tersebut, analisis data dalam penelitian ini akan diarahkan untuk menjawab permasalahan sebagaimana diungkapkan pada rumusan masalah. Untuk mempermudah dalam mendeskripsikan data penelitian, digunakan kriteria tertentu yang mengacu pada rata-rata kategori angket yang diperoleh responden. Penggunaan kategori ini digunakan sesuai dengan lima kategori yang dikembangkan dalam skala Likert dan digunakan dalam penelitian ini.

Sementara untuk kepentingan generalisasi dan menjawab permasalahan sebagaimana diungkapkan pada rumusan masalah, teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Analisis Regresi.


(46)

Riduwan (2006:148) menggunakan kegunaan analisis regresi sederhana adalah untuk memprediksi variabel terikat (Y) bila variabel (X) diketahui. Persamaan regeresi sederhana dirmuskan:

Ŷ = a + bX

Keterangan :

Ŷ = Efektivitas Komunikasi X = Kecerdasan Emosional a = Nilai konstanra harga Y jika X = 0

b = Nilai arah sebagai penentu nilai predikasi yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

Dimana :

= � �

2

� � �2− � 2

Sedangkan b dicari dengan menggunakan rumus :

= � �− � � �@− � 2 3.10 Uji Hipotesis

Adapun prosedur pengujian hipotesis ini adalah :

1. Rumuskan hipotesis ke dalam model statistic, yaitu :

H0: β = 0 : Besarnya pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Efektivitas Komunikasi antar Pegawai pada Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Kota Bandung tidak ditentukan oleh mengenali


(47)

emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan membina hubungan.

H0: β ≠ 0 : Besarnya pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Efektivitas Komunikasi antar Pegawai pada Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Kota Bandung ditentukan oleh mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan membina hubungan.

2. Menentukan taraf kemaknaan/nyata α :

α=0,05

3. Menentukan dan menghitung statistic uji F, sebagai berikut :

=� �( / )

4. Menentukan daerah titik kritis, sebagai berikut : dbreg = 1 dan dbres = n-2

Kesimpulan : besarnya pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Efektivitas Komunikasi antar Pegawai pada Bagian Tata Usaha Puslitbang tekMIRA Kota Bandung ditentukan oleh mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, empati dan membina hubungan.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulam sebagai berikut: 1) Gambaran kecerdasan emosional pada bagian tata usaha Puslitbang

tekMIRA ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa penerapan kecerdasan emosional yang terdiri atas mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi emosi diri, empati dan membina hubungan berada pada kategori baik. Hal ini akan berimplikasi terhadap efektivitas komunikasi antar pegawai pada bagian tata usaha Puslitbang tekMIRA. Berdasarkan indikator yang dijadikan kajian pada variabel kecerdasan emosional, indikator mengelola emosi diri memiliki jawaban responden tertinggi sedangkan indikator mengenali emosi diri memiliki jawaban responden terendah.

2) Gambaran efektivitas komunikasi antar pegawai pada bagian tata usaha Puslitbang tekMIRA ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa tingkat efektivitas komunikasi antar pegawai yang diukur dari indikator (1) Credibiliy (Keterpercayaan), (2) Context (Pertalian), (3) Content (Isi), (4) Clarity (Kejelasan), (5) Continuity and Consistency (Kesinambungan dan Konsistensi, (6) Capability of Audience (Kemampuan Pihak Penerima), dan (7) Channels of distribution


(49)

(Saluran Pengirim Berita) yang berada pada kategori cukup. Berdasarkan indikator yang dijadikan kajian pada variabel efektivitas komunikasi antar pegawai , indikator Capability of Audience (Kemampuan Pihak Penerima) memiliki jawaban tertinggi responden sedangkan indikator Credibiliy (Keterpercayaan) memiliki jawaban responden terendah.

3) Adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap efektivitas komunikasi antar pegawai pada bagian tata usaha Puslitbang tekMIRA ditunjukkan oleh hasil perhitungan dan hasil analisis data bahwa kecerdasan emosional yang terdiri dari atas mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi emosi diri, empati dan membina hubungan membawa pengaruh cukup baik terhadap efektivitas komunikasi antar pegawai pada bagian tata usaha Puslitbang tekMIRA.

5.2 Saran

1) Pada hasil peneltian menunjukan bahwa variabel kecerdasan emosional menunjukkan indikator mengenali emosi diri memiliki jawaban terndah dibandingkan dengan indikator-indikator yang lainnya. Oleh sebab itu maka dalam mengenali emosi diri para pegawai harus lebih paham dan lebih mengenal penyebab dari emosi itu sendiri, sehingga dalam berkomunikasi dengan orang lain dapat beradaptasi sebaik mungkin.

2) Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel efektivitas komunikasi antar pegawai menunjukkan indikator credibility


(50)

(keterpercayaan) memiliki jawaban responden terendah. Merujuk pada hasil tersebut untuk meningkatkan keterpercayaan sesama pegawai harus lebih memiliki rasa percaya sehingga komunikasi yang terjalin tidak akan mengalami kendala karena rasa percaya sudah tertanam pada individu masing-masing

3) Dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut, disarankan untuk menggunakan instrument yang memuat sejumlah pernyataan yang terbuka dan dilanjutkan dengan wawancara kepada responden yang lebih banyak. Selain itu untuk penelitian yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan efektivitas komunikasi antar pegawai dapat dikaji dari berbagai faktor yang lebih luas.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Hardjana M. (2003). Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Kanisius

Alisuf, M Sabri, (1993), Pengantar Psikologi Umum dan Pengembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya

Alo, Liliweri. (2001).Gatra-gatra komunikasi Antarbudaya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar

Applbaum, Ronald L. (1974), Strategies for Persuasive Communication. Columbus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Company,.

Arikunto, Suharsimi, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi.(2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Atkinson, R.L. (2000). Pengantar Psikologi. Jakarta: Interaksara

Aw, Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu

Badri, Munir Sukoco, (2007). Manajemen Administrasi Perkantoran Modern, Bandung : Erlangga

Cangara, Hafied. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Persada

Effendy, Onong Uchyana. (2004). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: Rosda Karya

Frieda, N.H. Moods, Emotion Episodes and Emotions”, New York: Guilford Press


(52)

Gibson, James L. et al. (1996). Organisasi:Perilaku, Struktur, Proses Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara

Ginanjar, Ary Agustian, (2002) Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ, Jakarta: Arga

Goleman, Daniel. (1998). Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ. Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama.

Honiatri, Euis. (2004). Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi SMK. Bandung: Armico

Ig Wursanto. (2003). Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi

Mitchael, Burgoon. (1974). Approaching Speech/Communication. New York: Holt, Rinehat & Winston

Muhammad, Arni. (2009). Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara

Mulyana, Deddy. (2005). Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy, (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia Patton, Patricia.(Terjemahan Anita B. haryanto).(2000). EQ Pengembangan

Sukses Lebih Bermakna. Jakarta : Mitra Media

Purwanto, Djoko. (2006). Komunikasi Bisinis Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta Raymond S. Ross. (1983). Speech Communication: Fundamentals and Practice.


(53)

Riduwan. (2006). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Penerbit Alfabeta

Robbins, P. Stephen. (2009). Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat Robert K Cooper dan Arymar Sawaf (1999). Kecerdasan Emosional Dalam

Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Shaleh, AR. (2004). Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana

Shapiro,LE alih bahasa Alex Tri Kancoro. (1998). How to be a child with a high EQ: a parents guide to emotional intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Stein, Steven J dan Book Howard E. (2002). Ledakan ES ( IS prinsip dasar Kecerdasan Emosional meraih Sukses ) Cetakan kesatu. Bandung: Kaifa Strernberg, Robert.J. (2001). Psikology in Search of the Human Mind. Orlando:

Hartcourt College Publisher

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis,Cetakan Keduabelas, Bandung Alfabeta

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulaeman, D. (1995). Psikologi Perkembangan. Bandung: Mandar Maju

T Hani Handoko (2003). Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. Cetakan kelimabelas Edisi II. Yogyakrta: BPPE


(54)

Ukas,Maman. (2004). Manajemen Konsep, Prinsip dan Aplikasi. Bandung: Agnini

Umar, Husein, (2002). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Widjaja. (2000).Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT Rineka Cipta


(1)

121

Dynna Widyawanti, 2012

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antara Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Saluran Pengirim Berita) yang berada pada kategori cukup. Berdasarkan indikator yang dijadikan kajian pada variabel efektivitas komunikasi antar pegawai , indikator Capability of Audience (Kemampuan Pihak Penerima) memiliki jawaban tertinggi responden sedangkan indikator Credibiliy (Keterpercayaan) memiliki jawaban responden terendah.

3) Adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap efektivitas komunikasi antar pegawai pada bagian tata usaha Puslitbang tekMIRA ditunjukkan oleh hasil perhitungan dan hasil analisis data bahwa kecerdasan emosional yang terdiri dari atas mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi emosi diri, empati dan membina hubungan membawa pengaruh cukup baik terhadap efektivitas komunikasi antar pegawai pada bagian tata usaha Puslitbang tekMIRA. 5.2 Saran

1) Pada hasil peneltian menunjukan bahwa variabel kecerdasan emosional menunjukkan indikator mengenali emosi diri memiliki jawaban terndah dibandingkan dengan indikator-indikator yang lainnya. Oleh sebab itu maka dalam mengenali emosi diri para pegawai harus lebih paham dan lebih mengenal penyebab dari emosi itu sendiri, sehingga dalam berkomunikasi dengan orang lain dapat beradaptasi sebaik mungkin.

2) Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel efektivitas komunikasi antar pegawai menunjukkan indikator credibility


(2)

122

(keterpercayaan) memiliki jawaban responden terendah. Merujuk pada hasil tersebut untuk meningkatkan keterpercayaan sesama pegawai harus lebih memiliki rasa percaya sehingga komunikasi yang terjalin tidak akan mengalami kendala karena rasa percaya sudah tertanam pada individu masing-masing

3) Dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut, disarankan untuk menggunakan instrument yang memuat sejumlah pernyataan yang terbuka dan dilanjutkan dengan wawancara kepada responden yang lebih banyak. Selain itu untuk penelitian yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan efektivitas komunikasi antar pegawai dapat dikaji dari berbagai faktor yang lebih luas.


(3)

Dynna Widyawati, 2012

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Hardjana M. (2003). Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi

Interpersonal. Yogyakarta : Kanisius

Alisuf, M Sabri, (1993), Pengantar Psikologi Umum dan Pengembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya

Alo, Liliweri. (2001).Gatra-gatra komunikasi Antarbudaya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar

Applbaum, Ronald L. (1974), Strategies for Persuasive Communication. Columbus, Ohio: Charles E. Merril Publishing Company,.

Arikunto, Suharsimi, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi.(2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Atkinson, R.L. (2000). Pengantar Psikologi. Jakarta: Interaksara

Aw, Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu

Badri, Munir Sukoco, (2007). Manajemen Administrasi Perkantoran Modern, Bandung : Erlangga

Cangara, Hafied. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Persada

Effendy, Onong Uchyana. (2004). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: Rosda Karya

Frieda, N.H. Moods, Emotion Episodes and Emotions”, New York: Guilford


(4)

Gibson, James L. et al. (1996). Organisasi:Perilaku, Struktur, Proses Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara

Ginanjar, Ary Agustian, (2002) Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi

dan Spiritual ESQ, Jakarta: Arga

Goleman, Daniel. (1998). Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional

Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ. Jakata: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Honiatri, Euis. (2004). Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi SMK. Bandung: Armico

Ig Wursanto. (2003). Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi

Mitchael, Burgoon. (1974). Approaching Speech/Communication. New York: Holt, Rinehat & Winston

Muhammad, Arni. (2009). Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara

Mulyana, Deddy. (2005). Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy, (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia Patton, Patricia.(Terjemahan Anita B. haryanto).(2000). EQ Pengembangan

Sukses Lebih Bermakna. Jakarta : Mitra Media

Purwanto, Djoko. (2006). Komunikasi Bisinis Edisi Ketiga. Erlangga : Jakarta Raymond S. Ross. (1983). Speech Communication: Fundamentals and Practice.


(5)

Dynna Widyawati, 2012

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Riduwan. (2006). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Penerbit Alfabeta

Robbins, P. Stephen. (2009). Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat Robert K Cooper dan Arymar Sawaf (1999). Kecerdasan Emosional Dalam

Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Shaleh, AR. (2004). Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana

Shapiro,LE alih bahasa Alex Tri Kancoro. (1998). How to be a child with a high

EQ: a parents guide to emotional intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Stein, Steven J dan Book Howard E. (2002). Ledakan ES ( IS prinsip dasar

Kecerdasan Emosional meraih Sukses ) Cetakan kesatu. Bandung: Kaifa

Strernberg, Robert.J. (2001). Psikology in Search of the Human Mind. Orlando: Hartcourt College Publisher

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis,Cetakan Keduabelas, Bandung Alfabeta

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulaeman, D. (1995). Psikologi Perkembangan. Bandung: Mandar Maju

T Hani Handoko (2003). Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. Cetakan kelimabelas Edisi II. Yogyakrta: BPPE


(6)

Ukas,Maman. (2004). Manajemen Konsep, Prinsip dan Aplikasi. Bandung: Agnini

Umar, Husein, (2002). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Widjaja. (2000).Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT Rineka Cipta


Dokumen yang terkait

Komunikasi Antar Pribadi Ayah Dan Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ayah terhadap Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja di SMA Swasta Al- Ulum, Medan)

0 44 140

Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Rumah Sakit Bangkatan Binjai

0 65 171

Prosedur tata cara penyelenggaraan diklat pegawai pada Puslitbang SDA Bandung

0 6 37

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Bagian Humas Puslitbang Tekmira Bandung

16 86 72

ANALISIS PENGARUH KOMUNIKASI DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP Analisis Pengaruh Komunikasi Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Pegawai Puskesmas Jatiroto Kabupaten Wonogiri.

0 2 17

ANALISIS PENGARUH KOMUNIKASI DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP Analisis Pengaruh Komunikasi Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Pegawai Puskesmas Jatiroto Kabupaten Wonogiri.

0 2 15

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI SWALAYAN Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Komunikasi Terhadap Kinerja Pegawai swalayan Relasi sukoharjo.

1 14 10

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI SWALAYAN Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Komunikasi Terhadap Kinerja Pegawai swalayan Relasi sukoharjo.

0 3 15

PENGARUH EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN.

0 3 50

Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Komunikasi Terhadap Kinerja Pegawai Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Komunikasi Terhadap Kinerja Pegawai Solo Grand Mall Surakarta.

0 2 15