EFEKTIVITAS SOFTWARE PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA KELAS VIII PADA TEMA ROKOK DAN KESEHATAN.

(1)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Operasional ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Software Pembelajaran ... 13

B. Pembelajaran IPA Terpadu Model Connected ... 17

C. Literasi Sains ... 21

D. Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi ... 35

E. Tinjauan Pembelajaran Tema Rokok dan Kesehatan ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 54

B. Desain Penelitian ... 54

C. Prosedur Penelitian ... 57

D. Subjek Penelitian ... 61

E. Instrumen Penelitian Tahap Ujicoba Model ... 61

F. Pengolahan Data ... 68

G. Pengembangan Software Pembelajaran IPA Terpadu ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Software Pembelajaran ... 74 B. Deskripsi Pembelajaran dengan Menggunakan Software Pembelajaran78 C. Dampak Implementasi Pembelajaran Terhadap Literasi Sains Siswa . 85


(2)

v D. Dampak Implementasi Pembelajaran Terhadap Literasi Sains Siswa

pada Aspek Konten, Konteks, Proses dan Sikap Sains ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 105

B. Rekomendasi ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi pendidikan yang intinya untuk mengaktualisasikan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer, yakni: (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan dan ketakwaan, etika dan estetika, serta akhlak mulia dan budi pekerti luhur; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali ilmu pengetahuan dan mengembangkan serta menguasai teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan ketrampilan teknis dan kecakapan praktis (Depdiknas, 2005). Kesemuanya ini bermuara pada bagaimana menyiapkan anak didik agar mampu menjalankan kehidupan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di sekitar mereka. Dengan demikian, pendidikan dalam hal ini menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu.

Mewujudkan tujuan pendidikan sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia salah satunya dapat dicapai dengan pembelajaran sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang bermakna. IPA adalah salah satu rumpun disiplin ilmu yang memiliki tujuan untuk


(4)

2 meningkatkan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Agar pembelajaran IPA ini lebih bermakna serta dapat berguna dalam meningkatkan kualitas SDM, maka perlu diciptakan pembelajaran IPA yang membuat siswa dapat mengaplikasikan ilmunya dalam menghadapi permasalahan di kehidupan sehari-hari. Dalam kata lain, dengan pembelajaran ini siswa menjadi melek sains atau memiliki literasi sains yaitu mampu mengaitkan dan menggunakan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari. Selain dalam pembelajarannya, untuk dapat memperbaiki sistem pendidikan nasional sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM perlu dievaluasi hasil pencapaian proses belajar siswa dan dibandingkan dengan standar internasional. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimanakah literasi sains siswa di Indonesia jika dibandingkan dengan standar internasional.

PISA – OECD (Programme for International Student Assesment – Organisation for Economic Co-Operation and Development) merupakan salah satu bentuk studi lintas negara yang memonitor dari sudut capaian peserta didik. Literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa, apakah akan meneruskan mempelajari sains atau tidak setelah itu. Literasi sains merupakan ranah utama PISA (Programme for International Student Assesment) tahun 2006, yang sebelumnya menjadi ranah minor di PISA 2000 dan 2003. Skor literasi sains siswa Indonesia berturut-turut adalah 393, 395, 395 untuk tahun 2003 dan 2006. Rerata skor dari semua negara peserta adalah 500 dengan


(5)

3 simpangan baku 100. Perolehan skor yang rendah tersebut bermakna bahwa siswa Indonesia mempunyai pengetahuan sains yang terbatas. Skor literasi sains yang rendah tersebut mencerminkan fenomena umum prestasi belajar IPA siswa Indonesia yang jelek.

Hasil studi PISA Nasional tahun 2006 menunjukkan bahwa tingkat literasi sains anak-anak Indonesia masih berada pada tingkatan rendah, yakni 29% untuk konten, 34% untuk proses dan 32% untuk konteks. Temuan tersebut merefleksikan hasil PISA-OECD tahun 2006. Studi PISA Nasional 2006 juga menyimpulkan bahwa peningkatan kinerja anak-anak Indonesia dalam PISA tidak akan terwujud sebelum terjadi perubahan signifikan dalam praktek pembelajaran IPA di sekolah. Rendahnya tingkat literasi sains anak-anak Indonesia seperti terungkap oleh PISA Nasional 2006 dan PISA Internasional sebelumnya perlu dipandang sebagai masalah yang serius (Firman, 2007).

Skor literasi sains siswa Indonesia pada PISA 2009 adalah 383, dengan rerata skor dari negara OECD adalah 501 (OECD, 2009). Jika dilihat dengan tahun-tahun sebelumnya, skor literasi sains siswa Indonesia tahun 2009 ini menduduki nilai terendah. Menurut analisis yang dilakukan OECD , skor literasi sains dalam rentang antara 335 ≤ 409 poin termasuk dalam kategori kecakapan level 1 atau lebih rendah dari itu. Kecakapan siswa pada level ini memiliki pengetahuan sains yang terbatas dan hanya bisa diterapkan pada beberapa situasi saja. Siswa pada level ini dapat


(6)

4 memberikan penjelasan ilmiah yang mudah dan mengikuti bukti-bukti yang diberikan secara eksplisit (OECD, 2009).

Rendahnya literasi sains siswa pada aspek konten dapat disebabkan oleh proses pembelajaran yang hanya menitikberatkan pada aspek hapalan, sehingga siswa tidak memahami apa yang ia pelajari tetapi hanya sebatas mengingat dan sewaktu-waktu dapat dengan mudah terlupakan. Rendahnya literasi sains siswa pada aspek proses lebih disebabkan oleh proses pembelajaran yang berpusat pada guru. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting (Mahyuddin, 2007), sehingga siswa hanya mempelajari sains sebagai produk bukan sebagai proses, sikap dan aplikasi. Rendahnya literasi sains siswa pada aspek konteks disebabkan oleh konteks-konteks dalam materi pelajaran tidak dihubungkan dengan lingkungan di sekitar siswa itu sendiri.

Depdiknas (2005) mengungkapkan bahwa lemahnya kemampuan literasi sains siswa disebabkan karena seluruh tema dan persoalan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada berbagai jenis objek dan tingkat organisasi tidak dikaji secara utuh dan terpadu. Pelaksanaan pendidikan IPA di Indonesia pada tingkat SMP/MTs masih mengajarkan IPA sebagai mata pelajaran yang terpisah (kimia, fisika, biologi) sehingga menyebabkan siswa tidak bisa menghubungkan kaitan antara mata pelajaran tersebut. Disamping itu siswa menjadi kurang bisa mengaplikasikan materi pelajaran ke dalam lingkungannya karena seolah-olah semuanya tidak saling berkaitan. Banyak


(7)

5 guru SMP/MTs yang belum begitu paham mengenai pembelajaran IPA yang terhubung dan masih memberikan pelajaran IPA secara parsial serta tidak menyampaikan keterkaitan antara mata pelajaran-mata pelajaran tersebut (Retmana, 2010).

Selama ini guru IPA telah terbiasa dengan pembagian tugas sebagai guru fisika dan guru biologi, sekarang mereka harus dapat mengajarkan fisika, biologi dan kimia secara keseluruhan, baik secara individu maupun dengan bekerja sama dalam team teaching. Pembelajaran IPA terpadu ini dimaksudkan agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih menunjukkan keterkaitan unsur-unsur konseptual yang berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar. Diharapkan keterkaitan konseptual yang dipelajari dari unsur-unsur dalam bidang studi IPA yang relevan akan membuat skema kognitif, sehingga peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam (Hidayat, 2009).

Salah satu materi IPA dalam kurikulum yang memiliki potensi untuk dikembangkan melalui pembelajaran IPA terpadu adalah zat adiktif dan psikotropika yang diajarkan di tingkat SMP/MTs. Materi ini sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, baik dilihat dari mata pelajaran kimia maupun biologi. Tema “Rokok dan Kesehatan” dapat dibahas secara terpadu berdasarkan kompetensi dasar kimia (mendeskripsikan sifat/pengaruh zat adiktif dan psikotropika) dan kompetensi dasar biologi


(8)

6 (mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan).

Dua unsur yang amat penting dalam suatu proses belajar mengajar adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Hamalik (Kustandi, 2011) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan atau isi pelajaran pada saat itu. Berdasarkan perkembangannya, media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Teknologi cetak merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Materi cetak dan visual merupakan dasar pengembangan dan penggunaan kebanyakan materi pembelajaran lainnya. Teknologi ini mengahasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak. Media ini hanya melibatkan indera penglihatan. Salah satu contoh dari media cetak adalah buku. Buku merupakan sumber belajar yang dibuat untuk keperluan umum dan biasanya seorang siswa yang membaca


(9)

7 buku masih membutuhkan bantuan orang lain untuk menjelaskan kandungannya. Dilihat dari sifat penyajian pesannya, buku cenderung informatif dan lebih menekankan pada sajian materi ajar dengan cakupan luas dan umum. Oleh karena sifatnya tersebut, maka proses komunikasi yang berlangsung menjadi satu arah dan pembacanya pasif.

Pada tahun 2006 PISA mengembangkan aspek penilaiannya pada teknologi. Siswa tidak hanya dituntut untuk memahami fenomena ilmiah yang terjadi di sekitarnya tetapi juga dapat menggunakan teknologi yang telah berkembang dalam mendukung siswa untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah dan dapat bersaing dalam era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan sains dan teknologi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses pembelajaran. Pengembangan komputer sebagai media pembelajaran telah lama dilakukan. Berbagai kelebihan yang dimiliki komputer membuat komputer merupakan media yang menarik untuk digunakan dan dikembangkan (Suwondo, 2008).

Dalam dunia pendidikan pengembangan pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (khususnya komputer) telah berjalan sejak lama. Penggunaan komputer dalam pendidikan biasanya berupa presentasi elektronik, pembelajaran berbantuan komputer, pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran berbasis internet. Pada


(10)

8 intinya peran komputer dalam pendidikan tidak lain hanya sebagai media dalam menyampaikan konsep-konsep materi pelajaran.

Di Indonesia, ketersediaan komputer di sekolah-sekolah baik yang ada di perkotaan maupun di daerah pedesaan sudah cukup memenuhi untuk diberdayakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Namun saat ini penggunaan komputer di sekolah-sekolah masih terbatas pada pembekalan keterampilan komputer melalui mata pelajaran TIK (teknologi informasi dan komunikasi), padahal komputer dapat dimanfaatkan dalam mata pelajaran lain khususnya sains.

Teknologi informasi dalam pendidikan diaplikasikan dalam bentuk multimedia yang berbentuk perangkat lunak (software), yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempelajari suatu materi. Penggunaan aplikasi software pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar akan meningkatkan efisiensi, motivasi, serta memfasilitasi belajar aktif, belajar eksperimental, konsisten dengan belajar yang berpusat pada siswa, dan memandu pebelajar untuk lebih baik. Software pembelajaran memberikan kontribusi nyata bagi dunia pendidikan, karena dapat digunakan untuk mengatasi perbedaan individual, mengajarkan konsep, melaksanakan perhitungan dan menstimulus belajar siswa. Selain itu software pembelajaran memberi bantuan tidak saja kepada siswa yang tergolong fast learner dan slow learner, melainkan juga pada siswa dengan kategori underchiever, melalui beragam bantuan dan tantangan yang bersifat repetitif, eksploratif dan pengayaan (enrichment) yang dinamis.


(11)

9 B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah penggunaan software pembelajaran IPA Terpadu berdasarkan model connected dapat meningkatkan literasi sains siswa kelas VIII pada tema rokok dan kesehatan ?”

Untuk lebih memperjelas rumusan masalah dalam penelitian ini, maka rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimanakah karakteristik software pembelajaran IPA terpadu model connected yang dikembangkan?

b. Bagaimanakah peningkatan literasi sains siswa kelas VIII pada tema rokok dan kesehatan yang diajar dengan menggunakan software pembelajaran IPA terpadu berdasarkan model connected dibandingkan dengan yang diajar menggunakan media cetak pada pembelajaran IPA terpadu model connected?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Menghasilkan software pembelajaran IPA terpadu berdasarkan model connected pada tema rokok dan kesehatan untuk siswa SMP kelas VIII b. Mendapatkan informasi berkaitan dengan peningkatan literasi sains

siswa kelas VIII pada tema rokok dan kesehatan yang diajar dengan software pembelajaran IPA terpadu berdassarkan model connected


(12)

10 c. Mendapatkan informasi berkaitan dengan peningkatan literasi sains siswa kelas VIII pada tema rokok dan kesehatan yang diajar dengan media cetak pada pembelajaran IPA terpadu berdasarkan model connected

d. Mendapatkan informasi berkaitan dengan tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan software pembelajaran IPA terpadu berdasarkan model connected

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain:

a. Bagi Siswa

1. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal melalui proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

2. Meningkatkan kesadaran siswa terhadap masalah yang berhubungan dengan kesehatan, khususnya dampak dari merokok dalam jangka panjang.

b. Bagi Guru

Menjadi alternatif dalam menerapkan pembelajaran IPA terpadu serta mengefektifkan waktu pembelajaran.


(13)

11 c. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian dapat dijadikan masukkan dan bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis dengan menggunakan model pembelajaran dan konsep yang berbeda.

E. Definisi Operasional

1. Pembelajaran dengan Menggunakan Software Pembelajaran IPA Terpadu Model connected

Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan alat bantu berupa software pembelajaran. Software ini digunakan pada pelaksanaan pembelajaran berdasarkan model connected, yang dilakukan dengan menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain dalam tema rokok dan kesehatan, sesuai dengan tahapan pembelajaran berbasis literasi sains dan teknologi yang terdiri atas enam tahapan.

2. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA terpadu model connected yang dipadukan dengan pembelajaran berbasis literasi sains dan teknologi menggunakan alat bantu berupa media cetak.

3. Literasi Sains

Literasi sains yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemampuan melek sains siswa pada tema rokok dan kesehatan yang


(14)

12 diukur dengan tes bentuk pilihan ganda. Tes digunakan sebagai pretes dan postes. Cakupan literasi sains yang diukur meliputi konteks, konten, proses dan nilai/sikap.


(15)

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, design and develop (Thiagarajan, et al., 1974 dalam Priatna, 2009). Tahapan define (tahapan analisis kebutuhan) dilakukan untuk menyusun rancangan awal dan dilakukan melalui studi pustaka (pembelajaran/penilaian literasi sains dan IPA terpadu) dan analisis standar isi mata pelajaran IPA. Hasil tahapan define akan dijadikan pijakan untuk melakukan tahapan design yakni merancang model pembelajaran. Tahap develop dilakukan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk, menghasilkan produk yang teruji, dalam bentuk ujicoba model.

B. Desain Penelitian

Pada tahap define dilakukan analisis pendahuluan yang akan dijadikan pijakan untuk melakukan tahapan design. Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara kepada guru IPA yang bersangkutan di salah satu sekolah SMP Negeri Ketapang Kalimantan Barat. Selain melakukan wawancara terhadap guru IPA, peneliti juga melakukan wawancara terhadap laboran laboratorium komputer di sekolah tersebut.


(16)

55

Berdasarkan analisis kurikulum dan standar isi mata pelajaran IPA, salah satu tema yang bisa digunakan adalah rokok dan kesehatan. Tema tersebut dapat dibahas secara terpadu berdasarkan kompetensi dasar kimia (mendeskripsikan sifat/pengaruh zat adiktif dan psikotropika) dan kompetensi biologi (mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan).

Pada tahap design dilakukan perancangan produk, seperti pembuatan software pembelajaran dan perangkat bahan ajar. Pada tahap ini peneliti merancang software yang akan dikembangkan dalam bentuk story board. Setelah produk telah siap maka dilakukan validasi untuk menilai apakah rancangan produk bisa dipakai di lapangan atau tidak. Validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta di lapangan. Validasi pada tahap ini dilakukan oleh dosen ahli. Setelah dilakukan validasi, maka diketahui kelemahan/kekurangan yang terdapat pada produk awal. Kelemahan/kekurangan tersebut kemudian dikurangi dengan cara memperbaiki produk awal yang sudah jadi.

Dalam bidang pendidikan, desain produk dapat langsung diuji coba setelah divalidasi dan direvisi (Sugiyono, 2011). Maka, uji coba tahap awal dilakukan pada kelompok kecil, baik itu produk berupa software maupun butir soal instrumen penelitian yang akan digunakan sebagai pretes dan postes. Hasil uji coba yang dilakukan pada tahap awal kemudian dianalisis dan direvisi kembali.


(17)

56

Pada tahap develop dilakukan uji coba produk pada kelompok terbatas, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah software yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran lebih efisien dibandingkan dengan media cetak. Untuk itulah pada tahap ini dilakukan uji coba model (software) yang dilakukan dengan cara quasy eksperiment dengan bentuk pretest-postest control group design, yaitu suatu bentuk eksperimen dengan menggunakan kelas kontrol dan dapat digambarkan sebagai berikut:

Kelas Eksperimen T1 X1 T2

Kelas Kontrol T1 - T2

(Fraenkel dan Wallen, 2007)

Keterangan : T1 : Pretest

X1:Pembelajaran menggunakan software pembelajaran IPA terpadu berdasarkan model connected

X2: Pembelajaran IPA terpadu model connected menggunakan media cetak T2 : Postest

Secara umum tahapan penelitian menggunakan metode R&D yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1

Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and Development Potensi dan

Masalah

Pengumpulan data

Desain Produk

Validasi Desain

Revisi Desain Ujicoba

Produk Revisi

Produk Ujicoba


(18)

57

C. Prosedur Penelitian 1. Tahap define

a. Melakukan analisis standar isi mata pelajaran IPA SMP

b. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran terpadu model connected.

c. Melakukan studi kepustakaan mengenai penilaian kemampuan literasi sains

d. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap sains terhadap sains melalui telaah konteks, konten dan sikap

e. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif melalui telaah konteks, konten dan kompetensi

2. Tahap design

a. Analisis wacana

b. Membuat peta sekuensi pembelajaran c. Membuat story board

d. Membuat software pembelajaran

e. Membuat perangkat bahan ajar, berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian.

f. Melakukan validasi instrumen penelitian, penilaian kelayakan software dilakukan oleh dosen pakar media dan materi, sedangkan instrumen pretest-postest judgment dilakukan oleh dosen ahli. g. Melakukan revisi instrumen penelitian berdasarkan saran dan


(19)

58

h. Menguji coba butir soal instrumen penelitian dan menganalisis hasil uji coba soal instrumen penelitian.

i. Memperbaiki instrumen penelitian.

j. Menentukan sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian. k. Mempersiapkan surat izin penelitian.

k. Menghubungi Guru IPA yang bersangkutan untuk menentukan waktu penelitian.

l. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tahap develop

a. Pertemuan pertama digunakan untuk pretes, hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal literasi sains siswa pada tema rokok dan kesehatan.

b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pembelajaran menggunakan software pembelajaran IPA terpadu berdasarkan model connected pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol

c. Pertemuan terakhir dilakukan postes untuk melihat kemampuan literasi sains siswa pada tema rokok dan kesehatan.

d. Dilakukan pemberian angket dan wawancara untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan software pembelajaran IPA terpadu berdasarkan model connected pada tema rokok dan kesehatan.


(20)

59

Pada tahap ini peneliti dibantu oleh tiga orang observer untuk mengamati kegiatan peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan tahap ini dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2011 – 1 November 2011. Jadwal pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3. 1 Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Pertemuan

ke

Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

1 Senin, 24

Oktober 2011

60 menit 20 menit

Pretest

Pembagian kelompok dan tugas

2 Kamis, 27

Oktober 2011

3 x 40 menit

Penyampaian materi dan diskusi kelompok

3 Senin, 31

Oktober 2011

2 x 40 menit

Diskusi kelas

4 Selasa, 1

November 2011

2 x 40 menit

Postest

Pengisian angket Wawancara

4. Tahap analisis

a. Pengumpulan data.

b. Pengolahan data dengan menggunakan metode statistika. c. Penganalisisan semua data penelitian.

d. Pembahasan hasil penelitian. e. Penarikan kesimpulan dan saran.

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka digunakan alur penelitian seperti yang digambarkan pada Gambar 3.2 di bawah ini:


(21)

60

Gambar 3. 2 Alur Penelitian Analisis Standar Isi

Mata Pelajaran IPA SMP

Studi Kepustakaan Pembelajaran dan Penilaian Literasi Sains

Studi Kepustakaan IPA Terpadu

Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif melalui telaah konteks, konten dan kompetensi

Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap sains terhadap sains melalui telaah konteks,

konten dan sikap

Pembuatan peta konsekuensi pembelajaran

Pembuatan story board Analisis wacana

Pembuatan software pembelajaran

Penyusunan RPP dan Instrumen Penelitian

Penentuan Validitas Isi RPP dan Instrumen Penelitian

Uji Coba Butir Soal Instrumen

Penentuan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest Pretest

KBM dengan Pembelajaran menggunakan software

pembelajaran IPA Terpadu Berdasarkan Model Connected

KBM dengan Pembelajaran Konvensional

Postest Wawancara, Angket,

Skala Sikap

Analisis Data dan Pembahasan

Kesimpulan

Perbaikan Validasi


(22)

61

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII pada salah satu SMP Negeri di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat sebanyak 32 siswa (kelas eksperimen) dan 34 siswa (kelas kontrol). Subjek dipilih dengan cara purposive sampling , yaitu peneliti memilih sampel berdasarkan kebutuhan dan sampel dianggap representatif.

E. Instrumen Penelitian Tahap Ujicoba Model

Instrumen penelitian tahap ujicoba model merupakan alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian pada tahap develop. Dalam pengembangan instrumen ini, dilakukan dua hal yaitu penyusunan instrumen dan validitas instrumen. Pada penelitian ini instrumen yang disusun meliputi soal tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang digunakan pada pretes dan postes, pedoman wawancara dan angket sikap siswa terhadap pembelajaran. Secara rinci instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian Tahap Ujicoba Model

No Instrumen Deskripsi Instrumen Target

1 Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja yang digunakan bertujuan untuk membantu dan mengarahkan siswa dalam kegiatan kelompok yang dilakukan pada saat pembelajaran. Lembar kerja ini juga bertujuan untuk melihat kemampuan berkomunikasi dan kerja sama antar anggota dalam kelompok

Mengembangkan kemampuan

kognitif analisis siswa terutama dalam

memecahkan masalah secara berkelompok

2 Tes PG Jumlah soal yang digunakan adalah 25 buah soal. Distraktor yang digunakan berjumlah 4

Mengukur

kemampuan literasi sains siswa


(23)

62

buah (A, B, C dan D). Tes ini diberikan pada saat pretest dan postest

3 Lembar Observasi

Lembar observasi berisi pernyataan-pernyataan mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas apakah sesuai dengan RPP yang dibuat apa tidak

Melihat kesesuaian anatara RPP yang dibuat dengan pembelajaran yang terjadi di kelas 4 Angket (skala

Likert)

Jumlah pernyataan yang diberikan sebanyak 20 buah. Angket diberikan kepada siswa setelah peostes atau setelah kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan

Mengetahui tanggapan/respon siswa mengenai pembelajaran yang telah dilakukan 5 Pedoman

Wawancara

Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur untuk memperjelas jawaban siswa yang ambigu. Wawancara dilakukan pada saat pembelajaran sedang belangsung dan setelah pembelajaran

Menggali

kelemahan maupun keunggulan dari pembelajaran yang telah dilakukan

1. Penyusunan Instrumen Penelitian a. Tes Tertulis

Tes tertulis yaitu kumpulan butir soal yang digunakan untuk mengukur aspek konten, konteks, proses dan sikap sains siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Butir soal yang disusun sebanyak 25 soal pilihan ganda.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Literasi Sains

No Aspek Literasi Sains Nomor Soal

Konten

1 Sistem Pernapasan Manusia 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 21

2 Kapasitas Vital Paru-paru 10, 11, 12

3 Zat Adiktif 13, 14, 15, 16, 17, 18,

19, 20, 22, 23, 24, 25 Proses

1 Mengidentifikasi isu sainsitif 1, 2, 4, 5, 12, 17, 18, 23


(24)

63

2 Menjelaskan fenomena secara sainstifik

3, 8, 13, 14, 15, 20, 21

3 Menggunakan bukti sainstifik 6, 7, 9, 10, 11, 16, 19, 22, 24, 25

Konteks

1 Organ Pernapasan 1, 2, 3, 4

2 Inspirasi dan Ekspirasi 5, 6, 7, 8, 9 3 Kapasitas Vital Paru-paru 10, 11, 12 4 Hari Tanpa Tembakau Sedunia 13

5 Bayi Prematur 14, 15, 16

6 Rokok 17, 18, 19

7 Rokok Tembakau 20, 21

8 Penanda Nikotin 22, 23

9 Tar dan Nikotin 24, 25

Sikap/Nilai

1 Menyatakan kebutuhan logika dan proses yang hati-hati dalam menggambarkan kesimpulan

13, 22, 25

2 Mengatasi kesulitan untuk memecahkan masalah secara ilmiah

7, 23

b. Angket Sikap Terhadap Pembelajaran

Angket dalam penelitian ini disusun berdasarkan skala Likert, yang berfungsi untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada kelas eksperimen. Pernyataan dalam angket berjumlah 20 butir yang terdiri atas 14 pernyataan positif dan 6 pernyataan negatif. Pernyataan-pernyataan tersebut memuat sikap siswa terhadap pelajaran IPA terpadu dengan bantuan software dan konten bahan ajar. Kisi-kisi angket yang digunakan dirangkum dalam Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Indikator Angket Siswa

No Indikator No. Pernyataan

1 Sikap siswa terhadap materi pembelajaran


(25)

64

2 Sikap siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu dengan bantuan software pembelajaran

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 15, 16, 17, 18, 19, 20

c. Pedoman Wawancara

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2002). Salah satu tujuan wawancara menurut Sugiyono (2011) adalah “Untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam”.

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara yang tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2011). Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

2. Validasi Instrumen Penelitian

Analisis terhadap instrumen penelitian yang berupa tes terdiri atas uji validitas, uji reliabilitas, analisis tingkat kesukaran soal dan analisis daya pembeda. Analisis validitas dan reliabilitas dilakukan untuk mengkaji tingkat kesulitan dan keajegan pertanyaan tes, menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya, sehingga diperoleh soal-soal yang termasuk kategori


(26)

65

mudah, sedang atau sukar. Sedangkan menganalisis daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk kategori rendah dengan siswa kategori tinggi prestasinya (Sudjana, 2006).

Pengujian instrumen berdasarkan hasil uji coba soal terhadap siswa kelas IX yang berjumlah 27 siswa dengan instrumen tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 34 butir soal.

a. Uji Validitas

Menghitung validitas item butir soal dengan menggunakan program Anates V4 Program.

Kriteria validitas item butir soal sebagai berikut: 0,80 < rxy ≤ 1,00 = sangat tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 = tinggi 0,40 < rxy≤ 0,60 = cukup 0,20 < rxy≤ 0,40 = rendah

0,00 < rxy≤ 0,20 = sangat rendah

( Arikunto, 2010 ) b. Uji Reliabilitas

Menghitung seluruh reliabilitas seluruh soal tes menggunakan program Anates V4 Program. Hasil reliabilitas yang didapat sebesar 0,87 yang tergolong pada derajat kehandalan tinggi. Tolak ukur untuk menafsirkan derajat kehandalan suatu tes adalah sebagai berikut:


(27)

66

0,00 – 0,20 = hampir tidak ada

0,21 – 0,40 = derajat keterandalan rendah 0,41 – 0,60 = derajat keterandalan sedang 0,61 – 0,80 = derajat keterandalan tinggi

0,81 – 1,00 = derajat keterandalan sangat tinggi c. Taraf Kesukaran

Menghitung taraf kesukaran soal yaitu bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal menggunakan Anates V4 Program.

Kriteria indeks kesukaran soal sebagai berikut: P = 0,00 : soal terlalu sukar

0,00 < D ≤ 0,30 : soal sukar 0,30 < D ≤ 0,70 : soal sedang 0,70 < D ≤ 1,00 : soal mudah

P = 1,00 : soal sangat mudah d. Daya Pembeda

Menghitung daya pembeda bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana butir soal mampu membedakan siswa yang menguasai materi dan siswa yang tidak menguasai materi, hal ini dilakukan dengan Anates V4 Program.

Klasifikasi daya pembeda soal dapat dilihat sebagai berikut: 0,00 – 0,20 = kurang baik

0,21 – 0,40 = cukup 0,41 – 0,70 = baik


(28)

67

Secara keseluruhan hasil analisis uji coba dirangkum dalam Tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal No Pokok Uji Daya Pembeda (%) Tingkat Kesukaran (%)

Validitas Tindak Lanjut

1 28,57 92,59 Tidak Valid Tidak digunakan

2 57,14 51,85 Valid Digunakan

3 28,57 77,78 Valid Digunakan

4 57,14 62,96 Valid Digunakan

5 71,43 37,04 Valid Digunakan

6 71,43 59,26 Valid Digunakan

7 71,43 74,07 Valid Digunakan

8 42,86 81,48 Valid Digunakan

9 71,43 44,44 Valid Digunakan

10 71,43 37,04 Valid Digunakan

11 42,86 70,37 Valid Tidak digunakan

12 57,14 29,63 Valid Digunakan

13 57,14 29,63 Valid Digunakan

14 42,86 22,22 Valid Digunakan

15 28,57 40,74 Valid Digunakan

16 57,14 70,37 Valid Tidak digunakan

17 0,00 96,30 Tidak Valid Tidak digunakan

18 14,29 66,67 Valid Digunakan

19 0,00 44,44 Valid Digunakan

20 85,71 33,33 Valid Digunakan

21 42,86 70,37 Tidak Valid Tidak digunakan

22 42,86 77,78 Valid Digunakan

23 57,14 81,48 Valid Digunakan

24 14,29 96,30 Valid Tidak digunakan

25 0,00 0,00 NAN Tidak digunakan

26 42,86 51,85 Valid Digunakan

27 100,00 62,96 Valid Digunakan

28 28,57 18,52 Valid Digunakan

29 42,86 81,48 Valid Digunakan

30 57,14 74,07 Valid Digunakan

31 28,57 85,19 Tidak Valid Tidak digunakan

32 14,29 96,30 Valid Tidak digunakan

33 57,14 55,56 Valid Digunakan


(29)

68

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar dalam bentuk skor atau nilai yang merupakan data utama yang digunakan dalam menguji hipotesis, sedangkan data kualitatif merupakan data pendukung yang dianalisis dengan cara deskriptif.

1. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis data pretes dan postes. Pengolahan data hasil pretes dan postes bertujuan untuk mengetahui hasil belajar berupa penguasaan konten, konteks, proses dan sikap yang dimiliki siswa sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol dan eksperimen.

Analisis data yang diuji secara statistika dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menskor tiap lembar jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes c. Mengubah nilai dalam bentuk persentase dengan cara:

Nilai Siswa (%) = ∑

∑ X 100%

d. Menghitung nilai rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa Nilai rata-rata =


(30)

69

e. Menentukan peningkatan literasi sains siswa dengan cara menghitung Normalized Gain (%) pada keseluruhan literasi sains dan tiap aspek (konten, konteks, proses, dan sikap) untuk keseluruhan siswa, dengan rumus:

Gain ternormalisasi (%) = X 100%

Kategori Gain ternormalisasi menurut Meltzer (Ege, 2010) adalah sebagai berikut:

≤ 0,20 = sangat rendah 0,21 – 0,40 = Rendah 0,41 – 0,60 = sedang 0,61 – 0,80 = tinggi

0,81 – 1,00 = sangat tinggi

f. Menilai tingkat penguasaan semua aspek literasi sains siswa berdasarkan kategori kemampuan berikut:

Tabel 3.6 Tafsiran Kategori Kemampuan (Arikunto, 2010)

Nilai (%) Kategori Kemampuan

81 – 100 Sangat baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 Kurang

0 – 20 Sangat kurang

g. Melakukan analisis statistik skor pretes dan postes untuk menguji signifikansi. Tahap-tahap analisis sebagai berikut:


(31)

70

1) Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan penafsiran sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas >0,05 maka data terdistribusi normal.

2) Uji homogenitas (F) menggunakan uji Levene dengan program SPSS versi 17.0 dengan penafsiran sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi pada kolom asymp. Sig (2-tailed) atau probabilitas >0,05 maka data homogen

3) Jika data terdistribusi normal maka dilanjutkan menggunakan Independent Sample t – Test pada program SPSS versi 17.0 dengan penafsiran sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) >0,05 maka H0 diterima dan dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretes maupun postes pada kelas eksperimen dengan kontrol. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretes dan postes kelas eksperimen dengan kontrol

4) Jika data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan uji nonparametrik berupa U Mann Whitney menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan penafsiran sebagai berikut:

Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) >0,05 maka H0 diterima dan dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretes maupun postes pada kelas eksperimen dengan


(32)

71

kontrol. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata pretes dan postes kelas eksperimen dengan kontrol

2. Analisis Data Sikap

Angket digunakan untuk menganalisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu menggunakan software pembelajaran. Analisis data dilakukan dengan menghitung persentase masing-masing jawaban siswa untuk setiap pernyataan.

Angket tanggapan siswa dipersentasekan dengan menggunakan rumus:

Persentase = ( )

( )

× 100%

Persentase yang diperoleh kemudian ditafsirkan dalam bentuk kalimat sebagai berikut:

0% = tidak ada 1 – 25% = sebagian kecil 26 – 49% = hampir setengahnya 50% = setengahnya

51 – 75% = sebagian besar 76 – 99% = pada umumnya 100% = seluruhnya


(33)

72

3. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif yang dilakukan adalah analisis data hasil wawancara yang diperoleh dari perwakilan masing-masing kelompok kerja, yaitu sebanyak 10 orang. Hasil wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa dan pendapat siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran IPA terpadu dengan bantuan software pembelajaran.

G. Pengembangan Software Pembelajaran IPA Terpadu

Pengembangan software pembelajaran IPA terpadu dengan tema rokok dan kesehatan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perancangan Software Pembelajaran

a. Dilakukan analisis kurikulum, yakni mengkaji standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai acuan pembelajaran. Analisis karakteristik pembelajar dan analisis mengenai setting di mana media atau model pembelajaran akan diterapkan. Berdasarkan tema yang telah ditetapkan yaitu rokok dan kesehatan, maka ditentukan kompetensi dasar yang berhubungan dengan tema.

b. Perancangan yang dituangkan dalam bentuk story board

c. Produksi, proses pembuatan animasi, menyusun teks, perekaman suara dan sebagainya yang dilanjutkan dengan proses pemograman. Pada tahap ini peneliti menggunakan jasa seorang profesional dalam pembuatan software.


(34)

73

d. Ujicoba pemanfaatan dan penyempurnaan atau revisi berdasarkan judgment dosen ahli serta penggandaan

e. Evaluasi, berdasarkan masukan dari siswa ketika dilakukan ujicoba kemudian software yang dikembangkan diperbaiki

2. Ujicoba Software Pembelajaran

Uji coba dilakukan pada siswa kelas IX SMP Lab-School UPI Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012, pemilihan ini didasari pertimbangan bahwa kelas IX sudah memiliki pengetahuan yang memadai terhadap konten yang disajikan , memiliki kemampuan untuk memberikan pendapat terhadap isi maupun tampilan software yang dikembangkan.

3. Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Software Pembelajaran

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran menggunkaan software digunakan laboratorium bahasa yang ada di SMP Negeri 3 Ketapang dengan menggunakan 29 komputer lab ditambah dengan 3 laptop dari peneliti.


(35)

105

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik software yang dihasilkan pada penelitian ini antara lain: menyajikan konsep terpadu dalam tema rokok dan kesehatan, menyajikan dampak negatif yang ditimbulkan rokok terhadap kesehatan, memvisualisasikan organ-organ pernapasan dan proses pernapasan, berorientasi pada konteks nyata yang terjadi dalam kehidupan di sekitar siswa, dan mengembangkan pembelajaran mandiri

2. Pembelajaran IPA terpadu model connected menggunakan software pembelajaran dapat meningkatkan literasi sains siswa. Berdasarkan uji signifikansi diketahui bahwa peningkatan kelas eksperimen berbeda signifikan dibandingkan kelas kontrol.


(36)

106

B. Rekomendasi

Pada penelitian ini software yang dihasilkan tidak mencakup indikator mengatasi kesulitan untuk memecahkan masalah secara ilmiah. Untuk itulah penulis menyarankan perbaikan di masa selanjutnya agar software yang dikembangkan memenuhi kebutuhan siswa dalam mengatasi kesulitan untuk memecahkan masalah secara ilmiah.


(37)

107

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y. H. ( - ). Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota Bandung Berdasarkan Literasi Sains. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/D%20- %20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20BIOLOGI/195512191980021%20-%20YUSUF%20HILMI%20ADISENDJAJA/PENELITIAN%20ANALIS IS%20BUKU%20LITERASI%20SAINS.pdf. [10 Februari 2011].

Agus, A., dan Setiadi, R. (2001). Dasar-dasar Pemrograman Software Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Agustin, R. R. (2009). Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Generik Sains, Keterampilan Berpikir Kritis, dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI pada Topik Interaksi Antar Molekul. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi revisi XI). Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Depdiknas. (2005). Materi Latihan Terintegrasi: Ilmu Pengetahuan Alam Biologi. Jakarta: Depdiknas.

Echols, J.M dan Hassan Shadily. (2003). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

Ekohariadi. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi literasi sains siswa Indonesia berusia 15 tahun. Jurnal Pendidikan Dasar. 10, 28-41.

Firman, H. (2007). Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Puspendik.

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2007). How To Design And Evaluate Research In Education, 6thEdition. Singapore: McGrawHill.

Hidayat, N. (2009). Pengembangan Pembelajaran Terpadu Model Connected untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran IPA. Dalam Jurnal Inovasi Kurikulum. [Online]. Vol 1 No:4, 15 halaman. [11 Mei 2010].


(38)

108

Holbrook, J. (1998). A Source Book for Teacher of Science Subjects. UNESCO. Holbrook, J. (2000). Interdisciplinary Education In Science. Krakow: Jagiellonian

University.

Holbrook, J. (2005). Making Chemistry Teaching Relevant. Chemical Education International. 6(1), 1-12.

Karim, S., Kaniawati, I., Fauziah, Y.N., dan Sopandi, W. (2008). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar. Semarang: PT. Bengawan Ilmu. Kustandi, C dan Sutjipto, B. (2011). Media Pembelajaran Manual dan Digital.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Mahyuddin. (2007). Pembelajaran Asam Basa Dengan Pendekatan Konstektual Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI.

Munadi, Y. (2010). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Munir. (2001). Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Mimbar Pendidikan: UPI Press.

Nemtwig, P., Parchmann, I., Reinhard, D., Cornelia, G., and Bernd, R. (2000). Chemie im Kontext – From Situated Learning in Relevant Contexts to a Systematic Development of Basic Chemical Concepts. Amerika: American Chemical Society.

OECD. (2003). PISA 2009 Assesment Framework :Key Competencies in Reading, Mathematic and Science.

OECD. (2006). PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World Executive Summary.

OECD. (2009). PISA 2009 Assesment Framework: Key Competencies in Reading, Mathematics, and Science.

PISA. (2000). The PISA 2000 Assesment of Reading, Mathematical and Scientific

Literacy. [Online]. Tersedia:

http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/44/63/33692793.pdf. [26 Februari 2011].

Priatna, D. R. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu pada Topik Perubahan Materi untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(39)

109

Puskur Balitbang. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas.

Retmana, L. R. (2010). Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi. (2001). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sholehuddin, D. (2009). Penggunaan Media Animasi Komputer untuk Meningkatkan Pemahaman Level Mikroskopis dan Penguasaan Konsep Siswa pada Pokok Bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Tesis S2 UPI Bandung.

Shwartz, Y. (2005). The Importance of Involving High-School Chemistry Teacher in the Process of Defining the Operational Meaning of Chemical Literacy. International Journal of Science Education. 27.(3).323-344.

Suanda, D. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suwondo. (2008). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Gelombang Elektromagnetik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Tim Abdi Guru. (2007). IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.


(1)

73 d. Ujicoba pemanfaatan dan penyempurnaan atau revisi berdasarkan

judgment dosen ahli serta penggandaan

e. Evaluasi, berdasarkan masukan dari siswa ketika dilakukan ujicoba kemudian software yang dikembangkan diperbaiki

2. Ujicoba Software Pembelajaran

Uji coba dilakukan pada siswa kelas IX SMP Lab-School UPI Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012, pemilihan ini didasari pertimbangan bahwa kelas IX sudah memiliki pengetahuan yang memadai terhadap konten yang disajikan , memiliki kemampuan untuk memberikan pendapat terhadap isi maupun tampilan software yang dikembangkan.

3. Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Software Pembelajaran

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran menggunkaan software digunakan laboratorium bahasa yang ada di SMP Negeri 3 Ketapang dengan menggunakan 29 komputer lab ditambah dengan 3 laptop dari peneliti.


(2)

105 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik software yang dihasilkan pada penelitian ini antara lain: menyajikan konsep terpadu dalam tema rokok dan kesehatan, menyajikan dampak negatif yang ditimbulkan rokok terhadap kesehatan, memvisualisasikan organ-organ pernapasan dan proses pernapasan, berorientasi pada konteks nyata yang terjadi dalam kehidupan di sekitar siswa, dan mengembangkan pembelajaran mandiri

2. Pembelajaran IPA terpadu model connected menggunakan software pembelajaran dapat meningkatkan literasi sains siswa. Berdasarkan uji signifikansi diketahui bahwa peningkatan kelas eksperimen berbeda signifikan dibandingkan kelas kontrol.


(3)

106

B. Rekomendasi

Pada penelitian ini software yang dihasilkan tidak mencakup indikator mengatasi kesulitan untuk memecahkan masalah secara ilmiah. Untuk itulah penulis menyarankan perbaikan di masa selanjutnya agar software yang dikembangkan memenuhi kebutuhan siswa dalam mengatasi kesulitan untuk memecahkan masalah secara ilmiah.


(4)

107 DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y. H. ( - ). Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota Bandung Berdasarkan Literasi Sains. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/D%20- %20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20BIOLOGI/195512191980021%20-%20YUSUF%20HILMI%20ADISENDJAJA/PENELITIAN%20ANALIS IS%20BUKU%20LITERASI%20SAINS.pdf. [10 Februari 2011].

Agus, A., dan Setiadi, R. (2001). Dasar-dasar Pemrograman Software Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Agustin, R. R. (2009). Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Generik Sains, Keterampilan Berpikir Kritis, dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI pada Topik Interaksi Antar Molekul. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi revisi XI). Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Depdiknas. (2005). Materi Latihan Terintegrasi: Ilmu Pengetahuan Alam Biologi. Jakarta: Depdiknas.

Echols, J.M dan Hassan Shadily. (2003). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

Ekohariadi. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi literasi sains siswa Indonesia berusia 15 tahun. Jurnal Pendidikan Dasar. 10, 28-41.

Firman, H. (2007). Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Puspendik.

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2007). How To Design And Evaluate Research In Education, 6thEdition. Singapore: McGrawHill.

Hidayat, N. (2009). Pengembangan Pembelajaran Terpadu Model Connected untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran IPA. Dalam Jurnal Inovasi Kurikulum. [Online]. Vol 1 No:4, 15 halaman. [11 Mei 2010].


(5)

108 Holbrook, J. (1998). A Source Book for Teacher of Science Subjects. UNESCO. Holbrook, J. (2000). Interdisciplinary Education In Science. Krakow: Jagiellonian

University.

Holbrook, J. (2005). Making Chemistry Teaching Relevant. Chemical Education International. 6(1), 1-12.

Karim, S., Kaniawati, I., Fauziah, Y.N., dan Sopandi, W. (2008). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar. Semarang: PT. Bengawan Ilmu. Kustandi, C dan Sutjipto, B. (2011). Media Pembelajaran Manual dan Digital.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Mahyuddin. (2007). Pembelajaran Asam Basa Dengan Pendekatan Konstektual Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI.

Munadi, Y. (2010). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Munir. (2001). Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Mimbar Pendidikan: UPI Press.

Nemtwig, P., Parchmann, I., Reinhard, D., Cornelia, G., and Bernd, R. (2000). Chemie im Kontext – From Situated Learning in Relevant Contexts to a Systematic Development of Basic Chemical Concepts. Amerika: American Chemical Society.

OECD. (2003). PISA 2009 Assesment Framework :Key Competencies in Reading, Mathematic and Science.

OECD. (2006). PISA 2006: Science Competencies for Tomorrow’s World Executive Summary.

OECD. (2009). PISA 2009 Assesment Framework: Key Competencies in Reading, Mathematics, and Science.

PISA. (2000). The PISA 2000 Assesment of Reading, Mathematical and Scientific

Literacy. [Online]. Tersedia:

http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/44/63/33692793.pdf. [26 Februari 2011].

Priatna, D. R. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu pada Topik Perubahan Materi untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(6)

109 Puskur Balitbang. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu

SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas.

Retmana, L. R. (2010). Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi. (2001). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sholehuddin, D. (2009). Penggunaan Media Animasi Komputer untuk Meningkatkan Pemahaman Level Mikroskopis dan Penguasaan Konsep Siswa pada Pokok Bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Tesis S2 UPI Bandung.

Shwartz, Y. (2005). The Importance of Involving High-School Chemistry Teacher in the Process of Defining the Operational Meaning of Chemical Literacy. International Journal of Science Education. 27.(3).323-344.

Suanda, D. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suwondo. (2008). Model Pembelajaran Multimedia Interaktif Gelombang Elektromagnetik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Tim Abdi Guru. (2007). IPA Terpadu untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

PROFIL LITERASI SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN.

10 18 51

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA MENGAPA TUBUHKU BISA MERASAKAN PERUBAHAN SUHU.

3 18 79

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA FLUIDA DENGAN MODEL GUIDED DISCOVERY DAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP.

0 4 57

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERDASARKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA PENJERNIHAN AIR.

1 1 51

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA AIR DAN KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP.

2 3 44

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA SMP (Studi Pengembangan Pada SMP di Kabupaten Lebak).

0 1 43

PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN MULTIMEDIA PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMP.

1 3 50

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERDASARKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA PENJERNIHAN AIR - repository UPI T IPA 1204755 Title

0 0 6

EFEKTIVITAS BAHAN AJAR IPA TERPADU TIPE CONNECTED PADA TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA - repository UPI T IPA 1404549 Title

0 0 3

EFEKTIVITAS SOFTWARE PEMBELAJARAN IPA TERPADU MODEL CONNECTED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA ASPEK KONTEN DAN KONTEKS TEMA ROKOK DAN KESEHATAN | Asniar | Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) 8317 17424 1 SM

0 0 9