T2 832013006 BAB III

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan digunakan. Oleh karena itu, dalam bab ini, peneliti akan menguraikan skala yang digunakan dalam mengukur perilaku agresif, pola asuh orang tua dan konsep diri. Bersamaan dengan itu, akan diuraikan pula populasi dan sampel, serta teknik analisis data yang akan digunakan.

3.1Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel independent yaitu : a. Pola asuh otoriter (X1). b. Konsep diri (X2).

2. Variabel dependent yaitu : Perilaku agresif (Y).

3.2 Defenisi Operasional 3.2.1 Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter (authoritarian parenting) menurut Baumrind (1991) adalah pola asuh yang gagasan pengasuhan yang membatasi dan bersikap menghukum dan mendikte remaja untuk mengikuti petunjuk orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha orang tuanya. Orang tua otoriter menggunakan ketegasan fisik seperti hukuman fisik dan mencabut hak anak. Pola asuh otoriter akan diukur dengan menggunakan skor angka peringkat dari tiga aspek yang dikembangkan oleh Baumrind (1991). Untuk mendapatkan gambaran dari sampel, maka penelitian ini menggunakan skor


(2)

total semua aspek. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin menunjukkan pola asuh otoriter yang tinggi.

3.2.2 Konsep Diri

Fitts (1971) mengatakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam ia berinteraksi dengan lingkungannya. Fitts juga mengemukakan bahwa konsep diri mempunyai pengaruh yang kuat terhadap tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, dengan mengetahui konsep diri seseorang maka akan lebih memudahkan untuk meramalkan dan memahami tingkah lakunya.

Konsep diri akan diukur dengan menggunakan enam aspek yang dikembangkan oleh Fitts (1971). Untuk menilai dari aspek tersebut, akan digunakan skor angka peringkat dari aspek-aspek konsep diri yang digunakan dalam penelitian ini.

3.2.3 Perilaku Agresif

Buss dan Perry (1992) memberikan definisi perilaku agresif sebagai perilaku atau kecenderungan perilaku yang niatnya untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun non fisik.

Perilaku agresif akan diukur dengan menggunakan 4 aspek yang dikembangkan oleh Buss dan Perry (1992). Untuk menilai dari aspek tersebut, akan digunakan skor angka peringkat dari aspek-aspek perilaku agresif yang digunakan dalam penelitian ini.

3.3Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi merupakan subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Arikunto (2002) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.


(3)

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 4 Ambon kelas I dan II yang berjumlah 612 siswa.

Sampel dalam penelitian ini adalah 150 siswa. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah sampling Purposif atau sampel pertimbangan. Dalam sampling pertimbangan atau purposif, pertimbangan peneliti memegang peranan, bahkan menentukan obyek mana yang dapat dianggap menjadi anggota sampel (Syarifudin, 2002). Kriteria dalam penelitian ini adalah kelas I dan II sesuai dengan nomor urut absen, dan per kelasnya akan diambil masing-masing 15 siswa.

Adapun ciri-ciri dari populasi penelitian ini dapat dikelompokan berdasarkan jenis kelamin dapat dibedakan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Populasi berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Populasi

1. Laki-laki 65 siswa

2. Perempuan 85 siswa

Total 150 siswa

Data lebih jauh diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendiskripsikan pengaruh pola asuh otoriter orang tua dan konsep diri terhadap perilaku agresif siswa SMA N 4 Ambon.

Alat ukur yang digunakan untuk menjaring data dan informasi mengenai pola asuh otoriter, konsep diri, dan perilaku agresif menggunakan skala psikologi, dengan alasan skala psikologi memiliki keunikan yang khas seperti: stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkapkan indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan, selalu berisi banyak item, dan respon partisipan tidak diklasifikasikan dalam benar atau salah. Semua


(4)

jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.

Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan skala likert dengan 5 alternatif jawaban, yakni: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

3.4 Skala

3.4.1 Skala Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter diukur dengan menggunakan skala pola asuh otoriter oleh Baumrind (1991). Item akan disusun melalui pernyataan favorable (pernyataan positif)dan unfavorable (pernyataan negatif).

Penjabaran dari aspek pola asuh otoriter, indikator, dan sebaran total item sebagai blue print alat ukur yang nantinya akan dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Blue Print Skala Pola Asuh Otoriter

NO ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL

1. Batasan perilaku

Mengikuti aturan-aturan yang diterapkan orang tua tanpa memiliki kebebasan

1,6, 14,

18 32 5

Pengontrolan orang tua yang bersifat diktator

3, 5, 22,

30 23 5

2.

Kualitas hubungan emosional orang

tua-anak

Mendapat hukuman

jika melanggar perintah 12, 13, 29 21, 28 5 Kurangnya komunikasi

dengan orang tua 24, 26, 31 19, 25 5

3. Perilaku

mendukung

Jarang mendapatkan hadiah dari orang tua jika memperoleh keberhasilan

7, 8, 9 17 5

Tidak adanya perhatian dari orang tua akan

kebutuhan-kebutuhannya

2, 4, 27 10 5

Jumlah Aitem 20 8 28


(5)

Untuk proses try out, jumlah aitem diperbanyak menjadi 32 aitem. Penjabaran dari aspek pola asuh otoriter, indikator dan sebaran total aitem untuk try out alat ukur dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3

Sebaran Aitem Pola Asuh OtoriterUntuk Try Out

NO. ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL

1. Batasan perilaku

Mengikuti aturan-aturan yang

diterapkan orang tua tanpa memiliki kebebasan

1,6, 14,

18 11*, 32 6

Pengontrolan orang tua yang bersifat diktator

3, 5, 22,

30 20*, 23 6

2. Kualitas hubungan emosional orang tua-anak Mendapat hukuman jika melanggar perintah 12, 13,

29 21, 28 5

Kurangnya komunikasi dengan orang tua

24, 26,

31 19, 25 5

3. Perilaku

mendukung

Jarang mendapatkan hadiah dari orang tua jika memperoleh keberhasilan

7, 8, 9 16*, 17 5

Tidak adanya perhatian dari orang tua akan kebutuhan-kebutuhannya

2, 4, 27 10, 15* 5

Jumlah Aitem 20 12 32

TOTAL 32

Keterangan: tanda (*) adalah aitem yang ditambah 3.4.2 Skala Konsep Diri

Skala yang digunakan untuk mengukur konsep diri berdasarkan aspek-aspek dan indikator-indikator yang dikemukakan oleh Fitts (1971). Aspek tersebut mengemukakan bahwa konsep diri mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku seseorang dan dengan mengetahui konsep diri,


(6)

seseorang akan lebih mudahkan untuk meramalkan dan memahami perilakunya (Fitts, 1971). Item pernyataan akan disusun dalam pernyataan favorable (pernyataan positif) dan unfavorable (pernyataan negatif).

Penjabaran dari aspek konsep diri, indikator, dan sebaran total item sebagai blue print alat ukur yang nantinya akan dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.4:

Tabel 3.4

Blue Print Skala Konsep Diri

NO ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL

1. Keluarga

Kepuasan dan kedekatan dengan keluarga

1, 2, 3, 4 5 5

2. Akademik

Mampu menilai diri sendiri dalam bidang akademik

6, 7, 8, 9 10 5

3. Fisik

Mampu menilai keadaan dirinya antara lain, kesehatan, penampilan, dan keadaan tubuh

11, 12,

13, 14 15 5

4. Moral

Mempresepsikan hubungan dengan Tuhan berdasarkan nilai-nilai moral agama

16, 17,

18, 19 20 5

5. Pribadi Kepuasan terhadap

dirinya

21, 22,

23, 24 25 5

6. Sosial

Interaksi dengan orang lain maupun

lingkungannya

26, 27,

28, 29 30 5

Jumlah Aitem 24 6 30

TOTAL 30

Seluruh aitem asli dari Fitts (1971) yang telah dimodifikasi oleh penulis digunakan dalam proses try out. Penjabaran dari aspek konsep diri, indikator dan sebaran aitem untuk try out alat ukur dapat dilihat pada Tabel 3.5.


(7)

Tabel 3.5

Blue Print Konsep Diri Untuk Try Out

NO ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL

1. Keluarga

Kepuasan dan kedekatan dengan keluarga

1, 2, 3, 4 5, 31* 6

2. Akademik

Mampu menilai diri sendiri dalam bidang akademik

6, 7, 8, 9 10, 32* 6

3. Fisik

Mampu menilai keadaan dirinya antara lain, kesehatan, penampilan, dan keadaan tubuh

11, 12,

13, 14 15, 33* 6

4. Moral

Mempresepsikan hubungan dengan Tuhan berdasarkan nilai-nilai moral agama

16, 17,

18, 19 20, 34* 6

5. Pribadi Kepuasan terhadap

dirinya

21, 22,

23, 24 25, 35* 6

6. Sosial

Interaksi dengan orang lain maupun

lingkungannya

26, 27,

28, 29 30, 36* 6

Jumlah Aitem 24 12 36

TOTAL 36

Keterangan: tanda (*) adalah aitem yang ditambah 3.4.3 Skala Perilaku Agresif

Perilaku agresif diukur dengan menggunakan skala perilaku agresif yang dikembangkan oleh Buss dan Perry (1992). Item disusun melalui pernyataan favorable (pernyataan positif) dan unfavorable (pernyataan negatif).

Penjabaran dari aspek perilaku agresif, indikator, dan sebaran total item sebagai blue print alat ukur yang nantinya akan dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.6.


(8)

Tabel 3.6

Blue Print Perilaku Agresif

NO ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL

1. Agresi Fisik Melukai 2, 13, 34 8 4

Menyakiti 5, 22, 36 29 4

2. Agresi Verbal

Menghina 4, 33, 35 21 4

Mencaci maki 14, 30,

32 27, 4

3. Kemarahan

Marah 1, 23 9, 18 4

Benci 12, 25,

28 19 4

4. Permusuhan Merasa curiga 7, 10, 15,

20, 17 5

Jumlah Aitem 21 8 29

TOTAL 29

Seluruh aitem asli dari Buss dan Perry (1992) yang telah dimodifikasi oleh penulis digunakan dalam proses try out. Penjabaran dari aspek konsep diri, indikator dan sebaran aitem untuk try out alat ukur dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Blue Print Perilaku Agresif Untuk Try Out

NO ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL

1. Agresi Fisik Melukai 2, 13, 34 8, 16* 5

Menyakiti 5, 22, 36 11*, 29 5

2. Agresi Verbal Menghina 4, 33, 35 6*, 21 5

Mencaci maki 14, 30, 32 27, 4

3. Kemarahan Marah 1, 23, 31* 9, 18 5

Benci 12, 25, 28 19 4

4. Permusuhan Merasa curiga

3*, 7, 10, 15, 20,

24*,

17, 26* 8

Jumlah Aitem 24 12 36

TOTAL 36


(9)

3.5 Daya Diskriminasi dan Reliabilitas Alat Ukur 3.5.1 Uji Daya Diskriminasi Aitem

Azwar (2012) menyatakan bahwa daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Misalnya dalam skala yang diukur untuk mengungkapkan perilaku agresif, maka aitem yang berdaya beda tinggi adalah aitem yang mampu menunjukkan mana individu atau kelompok individu yang memiliki agresivitas tinggi dan mana yang tidak. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala iti sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem-total.

Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasar korelasi aitem total, biasanya digunakan batasan rᵢₓ≥0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rᵢₓ kurang dari 0,30 dapat diiterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2012).

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas meruapakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajengan, kestabilan, dan konsistensi, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adlah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2013). Penentuan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach. Nilai koefisien alpha


(10)

yang dianggap reliabel adalah jika memenuhi nilai minimal 0.60 (Ghozali, 2009).

3.6 Uji Asumsi Klasik

Supramono dan Haryanto (2005) menyatakan bahwa sebelum melakukan pengujian hipotesis, data perlu terlebih dahulu diuji agar memenuhi Criteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE), sehingga dapat menghasilkan parameter penduga yang sahih.

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data itu berdistribusi normal, Selain itu dari hasil pengujian normalitas juga dapat menunjukkan bahwa sampel yang diambil berdistribusi normal atau hampir berdistribusi normal (Arikunto, 2006). Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat grafik histogram, P-P Plot Test, dan uji one sample kolmogorov smirnov.

3.6.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Sebab jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinearitas. Pengujian akan dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor

(VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance ≤ 0.10 dan VIF ≥10 (Ghosali, 2009).

3.6.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan


(11)

ke pengamatan yang lain. Jika varians tetap maka terjadi problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat scatterplot (nilai prediksi dependenn ZPRED dengan residual SRESID). Apabila titik pada grafik scatterplot menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2000).

3.6.4 Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Jika penyimpangan tersebut tidak signifikan, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah linear (Hadi, 2000). Hasil uji linieritas dengan p<0.05 maka dapat dikatakan adanya hubungan yang linear antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.7 Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian, teknik analisis data yang digunakan adalah: Analisis Regresi Berganda. Analisis regresi berganda bermaksud untuk mengetahui bagaimana keadaan variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi (Sugiyono, 2006).


(1)

seseorang akan lebih mudahkan untuk meramalkan dan memahami perilakunya (Fitts, 1971). Item pernyataan akan disusun dalam pernyataan

favorable (pernyataan positif) dan unfavorable (pernyataan negatif).

Penjabaran dari aspek konsep diri, indikator, dan sebaran total item sebagai blue print alat ukur yang nantinya akan dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.4:

Tabel 3.4

Blue Print Skala Konsep Diri

NO ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL

1. Keluarga

Kepuasan dan kedekatan dengan keluarga

1, 2, 3, 4 5 5

2. Akademik

Mampu menilai diri sendiri dalam bidang akademik

6, 7, 8, 9 10 5

3. Fisik

Mampu menilai keadaan dirinya antara lain, kesehatan, penampilan, dan keadaan tubuh

11, 12,

13, 14 15 5

4. Moral

Mempresepsikan hubungan dengan Tuhan berdasarkan nilai-nilai moral agama

16, 17,

18, 19 20 5

5. Pribadi Kepuasan terhadap dirinya

21, 22,

23, 24 25 5

6. Sosial

Interaksi dengan orang lain maupun

lingkungannya

26, 27,

28, 29 30 5

Jumlah Aitem 24 6 30

TOTAL 30

Seluruh aitem asli dari Fitts (1971) yang telah dimodifikasi oleh penulis digunakan dalam proses try out. Penjabaran dari aspek konsep diri, indikator dan sebaran aitem untuk try out alat ukur dapat dilihat pada Tabel 3.5.


(2)

Tabel 3.5

Blue Print Konsep Diri Untuk Try Out

NO ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL

1. Keluarga

Kepuasan dan kedekatan dengan keluarga

1, 2, 3, 4 5, 31* 6

2. Akademik

Mampu menilai diri sendiri dalam bidang akademik

6, 7, 8, 9 10, 32* 6

3. Fisik

Mampu menilai keadaan dirinya antara lain, kesehatan, penampilan, dan keadaan tubuh

11, 12,

13, 14 15, 33* 6

4. Moral

Mempresepsikan hubungan dengan Tuhan berdasarkan nilai-nilai moral agama

16, 17,

18, 19 20, 34* 6

5. Pribadi Kepuasan terhadap dirinya

21, 22,

23, 24 25, 35* 6

6. Sosial

Interaksi dengan orang lain maupun

lingkungannya

26, 27,

28, 29 30, 36* 6

Jumlah Aitem 24 12 36

TOTAL 36

Keterangan: tanda (*) adalah aitem yang ditambah

3.4.3 Skala Perilaku Agresif

Perilaku agresif diukur dengan menggunakan skala perilaku agresif yang dikembangkan oleh Buss dan Perry (1992). Item disusun melalui pernyataan favorable (pernyataan positif) dan unfavorable (pernyataan negatif).

Penjabaran dari aspek perilaku agresif, indikator, dan sebaran total item sebagai blue print alat ukur yang nantinya akan dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.6.


(3)

Tabel 3.6

Blue Print Perilaku Agresif

NO ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL

1. Agresi Fisik Melukai 2, 13, 34 8 4 Menyakiti 5, 22, 36 29 4

2. Agresi Verbal

Menghina 4, 33, 35 21 4 Mencaci maki 14, 30,

32 27, 4

3. Kemarahan

Marah 1, 23 9, 18 4

Benci 12, 25,

28 19 4

4. Permusuhan Merasa curiga 7, 10, 15,

20, 17 5

Jumlah Aitem 21 8 29

TOTAL 29

Seluruh aitem asli dari Buss dan Perry (1992) yang telah dimodifikasi oleh penulis digunakan dalam proses try out. Penjabaran dari aspek konsep diri, indikator dan sebaran aitem untuk try out alat ukur dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Blue Print Perilaku Agresif Untuk Try Out

NO ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL

1. Agresi Fisik Melukai 2, 13, 34 8, 16* 5 Menyakiti 5, 22, 36 11*, 29 5

2. Agresi Verbal Menghina 4, 33, 35 6*, 21 5 Mencaci maki 14, 30, 32 27, 4 3. Kemarahan Marah 1, 23, 31* 9, 18 5 Benci 12, 25, 28 19 4 4. Permusuhan Merasa curiga

3*, 7, 10, 15, 20,

24*,

17, 26* 8

Jumlah Aitem 24 12 36

TOTAL 36


(4)

3.5 Daya Diskriminasi dan Reliabilitas Alat Ukur 3.5.1 Uji Daya Diskriminasi Aitem

Azwar (2012) menyatakan bahwa daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Misalnya dalam skala yang diukur untuk mengungkapkan perilaku agresif, maka aitem yang berdaya beda tinggi adalah aitem yang mampu menunjukkan mana individu atau kelompok individu yang memiliki agresivitas tinggi dan mana yang tidak. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala iti sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem-total.

Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasar korelasi aitem total, biasanya digunakan batasan rᵢₓ ≥0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rᵢₓ kurang dari 0,30 dapat diiterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2012).

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas meruapakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajengan, kestabilan, dan konsistensi, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adlah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2013). Penentuan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach. Nilai koefisien alpha


(5)

yang dianggap reliabel adalah jika memenuhi nilai minimal 0.60 (Ghozali, 2009).

3.6 Uji Asumsi Klasik

Supramono dan Haryanto (2005) menyatakan bahwa sebelum melakukan pengujian hipotesis, data perlu terlebih dahulu diuji agar memenuhi Criteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE), sehingga dapat menghasilkan parameter penduga yang sahih.

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data itu berdistribusi normal, Selain itu dari hasil pengujian normalitas juga dapat menunjukkan bahwa sampel yang diambil berdistribusi normal atau hampir berdistribusi normal (Arikunto, 2006). Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat grafik histogram, P-P Plot Test, dan uji one sample kolmogorov smirnov.

3.6.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Sebab jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinearitas. Pengujian akan dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor

(VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance ≤ 0.10 dan VIF ≥10 (Ghosali, 2009).

3.6.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan


(6)

ke pengamatan yang lain. Jika varians tetap maka terjadi problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat scatterplot (nilai prediksi dependenn ZPRED dengan residual SRESID). Apabila titik pada grafik scatterplot menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2000).

3.6.4 Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut. Jika penyimpangan tersebut tidak signifikan, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah linear (Hadi, 2000). Hasil uji linieritas dengan p<0.05 maka dapat dikatakan adanya hubungan yang linear antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.7 Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian, teknik analisis data yang digunakan adalah: Analisis Regresi Berganda. Analisis regresi berganda bermaksud untuk mengetahui bagaimana keadaan variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi (Sugiyono, 2006).