PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI LINGKARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VIII.
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI LINGKARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA SMP KELAS VIII
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Kumala Kusuma Putri NIM. 13301241020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
ii
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI LINGKARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA SMP KELAS VIII Oleh:
Kumala Kusuma Putri NIM. 13301241020
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan saintifik berupa RPP dan LKS pada materi lingkaran untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII. Selain itu, penelitian ini mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran mencakup komponen mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model ADDIE, yang meliputi Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu lembar penilaian perangkat pembelajaran untuk mengukur kevalidan, angket respon guru, angket respon siswa, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk mengukur kepraktisan, serta tes prestasi belajar matematika siswa untuk mengukur keefektifan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran dikatakan valid dan praktis jika memenuhi kriteria baik, sedangkan dikatakan efektif jika persentase ketuntasan siswa yang mencapai KKM lebih dari 75%. Perangkat pembelajaran diimplementasikan di SMP Negeri 7 Bojonegoro dengan subjek penelitian siswa kelas VIII G.
Penelitian ini menghasilkan perangkat pembelajaran berupa empat RPP dan satu LKS. Perangkat pembelajaran memenuhi kriteria valid untuk RPP dengan skor rata–rata 1,00 dari skor maksimal 1,00 untuk skala guttman dan skor rata–rata 4,15 dari skor maksimal 5,00 untuk skala likert, sedangkan untuk LKS dengan skor rata–rata 4,21 dari skor maksimal 5,00. Perangkat pembelajaran memenuhi kriteria praktis dengan skor rata–rata 4,44 untuk angket respon guru, skor rata–rata 4,15 untuk angket respon siswa dari skor maksimal 5,00, dan rata-rata persentase 93,33% untuk lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dari persentase maksimal 100%. Berdasarkan analisis hasil tes prestasi belajar matematika, perangkat pembelajaran memenuhi kriteria efektif ditunjukkan dengan persentase ketuntasan siswa sebesar 87,10%.
Kata Kunci: pendekatan saintifik, perangkat pembelajaran, prestasi belajar matematika
(3)
iii
DEVELOPMENT OF LEARNING SET
BASED ON SCIENTIFIC APPROACH IN THE TOPIC OF CIRCLE TO IMPROVE STUDENTS' MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT
FOR JUNIOR HIGH SCHOOL GRADE VIII Author:
Kumala Kusuma Putri NIM. 13301241020
ABSTRACT
This study aims to produce learning set using scientific approach which comprises lesson plan and student worksheet in the topic of circle to improve students' mathematics learning achievement for junior high school grade VIII. Other than that, this study describes the quality of learning set in terms of aspects of validity, practicality, and effectiveness. Learning using scientific approach consists of observing, asking, collecting information, associating, and communicating.
Type of this study is research and development with ADDIE model, which includes Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation. The instruments which are used in the research namely the evaluation sheets of learning set to measure validity, questionnaire of response from teacher, questionnaire of response from student, and observation sheet of learning implementation to measure the practicality, and mathematics learning achievement tests to measure the effectiveness of the learning set. Learning sets are considered valid and pratical if comply good criteria, while said to be effective if the percentage of students completeness in minimum completeness criteria achieve more than 75%. The learning set are implemented in SMP Negeri 7 Bojonegoro with the subject of research are 8th grade students class G.
This research produce learning set in the form of four lesson plan and one student worksheet. Learning sets comply the validity criteria for lesson plan with the average score of 1.00 from maximum score of 1.00 for guttman scale and the average score of 4.15 from maximum score of 5.00 for likert scale, while for student worksheet with the average of 4,21 from maximum score of 5.00. The learning sets comply the practicality criteria with an average score of 4.44 for the questionnaire of respone from teacher, 4.15 for the questionnaire of responses from student, from a maximum score of 5.00, and an average persentage of 93,99% for observation sheet of learning implementation. Based on the result analysis of the mathematics learning achievement tests, the set comply the effectiveness criteria, are indicated by the percentage of students completeness in minimum completeness criteria of 87.10%.
(4)
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Kumala Kusuma Putri
NIM : 13301241020
Jurusan : Pendidikan Matematika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Judul Skripsi : Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik pada Materi Lingkaran untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Kelas VIII
Menyatakan bahwa skripsi ini benar – benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Apabila ternyata pernyataan ini terbukti tidak benar, saya siap menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Yogyakarta, 29 Juni 2017 Yang menyatakan,
Kumala Kusuma Putri NIM. 13301241020
(5)
(6)
(7)
vii MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk (urusan yang lain).
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (Q.S. Al Insyirah: 6-8)
Saya tidak bilang teori itu tidak perlu. Praktik itu memang berdasarkan teori. Tetapi praktik itu bukan semata-mata teori yang dipraktikkan, ini hidup bukan
buku yang gampang diatur. (Putu Wijaya)
Seeing things from different of point of view can help us understand why other people act the way they do.
(Sean Covey)
All the world's stage. (William Shakespeare)
Jangan menyerah untuk terus bertanya tentang mengapa kita hidup dan apa tujuan kita hidup. Saat kau menyerah, romantisme dalam hidupmu akan berakhir.
(8)
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulilah. Segala puji bagi Allah SWT karena-Nya saya dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Hasil tugas akhir skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Allah SWT, sang pemilik kehidupan yang telah memberikan terbaik untuk
saya.
2. Kedua orang tua, Wiwit Handayani dan Muhajir, serta adik, Nafa Nurhayunda yang telah mendukung dengan maksimal berupa materi, semangat, dan doa.
3. Keluarga besar civitas akademika UNY yang telah mendukung setiap aktivitas perkuliahan saya.
4. Sahabat seperjuangan Pendidikan Matematika Internasional 2013 FMIPA UNY yang telah mengajarkan banyak hal.
(9)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa mencurahkan berkat, karunia, dan anugerah serta bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas akhir skripsi yang berjudul
“PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS
PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI LINGKARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VIII” dengan lancar.
Keberhasilan penyusunan tugas akhir skripsi ini tidak terlepas dari adanya kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, bersamaan dengan penyelesaian proposal skripsi, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Hartono, selaku Dekan FMIPA UNY yang telah memberikan ijin
penelitian dan mengesahkan tugas akhir skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ali Mahmudi, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
3. Bapak Dr. Sugiman, selaku dosen penasihat akademik yang telah memberikan izin dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Marsigit, M. A., selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu berkenan membimbing dengan sabar serta memberikan saran dan masukan yang membangun tugas akhir skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
(10)
x
5. Bapak Musthofa, M. Sc., Ibu Endang Listyani, M. S., dan Ibu Eminugroho Ratna Sari, M. Sc. selaku validator instrumen dan perangkat pembelajaran yang telah memberikan penilaian, saran, dan komentar sehingga produk yang dikembangkan disusun dengan baik.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY yang telah memberikan banyak bekal masa depan bagi penulis.
7. Bapak Drs. Ahmadi, M. Pd selaku Kepala SMP Negeri 7 Bojonegoro yang telah memberikan izin penelitian di SMP Negeri 7 Bojonegoro.
8. Bapak Sutrisno, S. Pd selaku guru matematika SMP Negeri 7 Bojonegoro yang telah memberikan izin penelitian.
9. Seluruh siswa kelas VIII G SMP Negeri 7 Bojonegoro atas kerjasama dan partisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
10. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tugas akhir skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, Juni 2017 Kumala Kusuma Putri
(11)
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
ABSTRAK...ii
ABSTRACT...iii
SURAT PERNYATAAN...iv
LEMBAR PERSETUJUAN...v
HALAMAN PENGESAHAN...vi
MOTTO...vii
PERSEMBAHAN...viii
KATA PENGANTAR...ix
DAFATR ISI...xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR...xvi
DAFTAR LAMPIRAN...xix
BAB 1 PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Identifikasi Masalah...5
C. Pembatasan Masalah...5
D. Rumusan Masalah...6
E. Tujuan Penelitian...6
(12)
xii
BAB II KAJIAN TEORI...8
A. Deskripsi Teori...8
1. Teori Belajar Konstruktivisme...8
2. Pembelajaran Matematika...11
3. Pendekatan Saintifik...15
4. Prestasi Belajar Matematika...25
5. Perangkat Pembelajaran...32
6. Lingkaran...44
7. Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik...46
8. Kriteria Kualitas Produk...49
B. Kerangka Berpikir...52
C. Penelitian yang Revelan...54
D. Pertanyaan Penelitian...58
BAB III METODE PENELITIAN...60
A. Jenis Penelitian...60
B. Desain Penelitian...60
C. Subjek Penelitian...63
D. Jenis Data...63
E. Pengembangan Instrumen Penelitian...64
F. Teknik Analisis Data...68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...76
A. Hasil Penelitian...76
(13)
xiii
2. Tahap Design (Desain) ...81
3. Tahap Development (Pengembangan)...96
4. Tahap Implementation (Implementasi)...123
5. Tahap Evaluation (Evaluasi)...133
B. Pembahasan...134
C. Keterbatasan Penelitian...139
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...140
A. Simpulan...140
B. Saran...142
DAFTAR PUSTAKA...143
(14)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pedoman Penskoran terhadap Hasil Penilaian menggunakan Skala
Guttman...68
Tabel 2. Pedoman Penskoran terhadap Hasil Penilaian menggunakan Skala Likert...69
Tabel 3. Pedoman Konversi Skor Skala Lima...69
Tabel 4. Pedoman Kriteria Kevalidan untuk Skala Guttman...70
Tabel 5. Pedoman Kriteria Kevalidan untuk Skala Likert...71
Tabel 6. Pedoman Penskoran Angket Respon Guru dan Siswa...72
Tabel 7. Pedoman Kualifikasi Angket Respon Guru dan Siswa...73
Tabel 8. Kualifikasi Keterlaksanaan Pembelajaran...74
Tabel 9. Pedoman Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal...75
Tabel 10. Rumusan KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi...78
Tabel 11. Indikator Pencapaian Kompetensi untuk Setiap Pertemuan...82
Tabel 12. Tujuan Pembelajaran untuk Setiap Pertemuan...82
Tabel 13. Materi Pembelajaran untuk Setiap Pertemuan...84
Tabel 14. Rincian Aspek Penilaian dan Jumlah Butir Pernyataan dalam Lembar Penilaian...93
Tabel 15. Rincian Apek Penilaian dan Jumlah Butir Pernyataan dalam Lembar Penilaian...94
Tabel 16. Rincian Aspek dan Jumlah Butir Pernyataan Angket Respon Siswa...94
(15)
xv
Tabel 17. Rincian Aspek dan Jumlah Butir Pernyataan Angket Respon
Guru...95
Tabel 18. Rincian Kegiatan dan Jumlah Butir Pernyataan Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran...96
Tabel 19. Hasil Validasi Instrumen Penilaian RPP...112
Tabel 20. Hasil Validasi Instrumen Penilaian LKS...112
Tabel 21. Hasil Validasi Angket Respon Siswa...113
Tabel 22. Hasil Validasi Angket Respon Guru...113
Tabel 23. Hasil Validasi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran...113
Tabel 24. Hasil Validasi Tes Prestasi Belajar...114
Tabel 25. Penilaian RPP oleh Dosen Ahli dengan Skala Guttman...115
Tabel 26. Penilaian RPP oleh Dosen Ahli dengan Skala Likert...115
Tabel 27. Penilaian LKS oleh Dosen Ahli...117
Tabel 28. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba...124
Tabel 29. Hasil Angket Respon Siswa...130
Tabel 30. Hasil Angket Respon Guru...130
Tabel 31. Hasil Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran...131
(16)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pendekatan Saintifik...19
Gambar 2. Tampilan Penulisan Identitas RPP...97
Gambar 3. Tampilan Kompetensi Inti...98
Gambar 4. Tampilan Kompetensi Dasar...98
Gambar 5. Tampilan Indikator...98
Gambar 6. Tampilan Skema Pembelajaran...99
Gambar 7. Tampilan Materi Ajar...100
Gambar 8. Tampilan Metode Pembelajaran...100
Gambar 9. Tampilan Media, Alat Pembeljaran, dan Sumber Belajar...101
Gambar 10. Tampilan Pembukaan dalam Pembelajaran...101
Gambar 11. Tampilan Kegiatan Inti...102
Gambar 12. Tampilan Penutup...103
Gambar 13. Tampilan Evaluasi/ Penilaian...103
Gambar 14. Tampilan Sampul...104
Gambar 15. Tampilan Daftar Isi...105
Gambar 16. Tampilan Petunjuk Umum...106
Gambar 17. Tampilan Judul LKS...106
Gambar 18. Tampilan Pendahuluan...107
Gambar 19. Tampilan Indikator dan Tujuan Pembelajaran...107
Gambar 20. Tampilan Apersepsi...108
(17)
xvii
Gambar 22. Tampilan Menanya...109
Gambar 23. Tampilan Mengumpulkan Informasi...109
Gambar 24. Tampilan Mengasosiasi...109
Gambar 25. Tampilan Mengkomunikasikan...110
Gambar 26. Tampilan Kesimpulan...110
Gambar 27. Tampilan Tugas Mandiri...110
Gambar 28. Tampilan Daftar Pustaka...111
Gambar 29. Aktivitas Pembelajarn Sebelum Revisi...118
Gambar 30. Aktivitas Pembelajaran Sesudah Revisi...118
Gambar 31. Soal Tugas Mandiri Sebelum Revisi...119
Gambar 32. Soal Tugas Mandiri Sesudah Revisi...119
Gambar 33. Kunci Jawaban Sebelum Revisi...119
Gambar 34. Kunci Jawaban Sesudah Revisi...119
Gambar 35. Kata Perintah Sebelum Revisi...120
Gambar 36. Kata Perintah Sesudah Revisi...120
Gambar 37. Sampul Sebelum Revisi...120
Gambar 38. Sampul Sesudah Revisi...120
Gambar 39. Apersepsi Sebelum Revisi...121
Gambar 40. Apersepsi Sesudah Revisi...121
Gambar 41. Kata Penghubung Sebelum Revisi...121
Gambar 42. Kata Penghubung Sesudah Revisi...121
Gambar 43. Pendahuluan Sebelum Revisi...121
(18)
xviii
Gambar 45. Kalimat pada Soal Sebelum Revisi...122
Gambar 46. kalimat pada Soal Sesudah Revisi...122
Gambar 47. Bagian LKS Sebelum Revisi...122
(19)
xix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
1. Analisis Kurikulum...149
2. Peta Kebutuhan LKS...151
3. Pedoman Wawancara...152
4. Skema Pengembangan Perangkat Pembelajaran...154
LAMPIRAN B 1. Kisi – Kisi Lembar Penilaian RPP...156
2. Lembar Penilaian RPP...159
3. Deskripsi Lembar Penilaian RPP...165
4. Kisi – Kisi Lembar Penilaian LKS...171
5. Lembar Penilaian LKS...172
6. Deskripsi Lembar Penilaian LKS...178
7. Kisi – Kisi Angket Respon Siswa...183
8. Angket Respon Siswa...184
9. Kisi – Kisi Angket Respon Guru...187
10.Angket Respon Guru...188
11.Kisi – Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran...191
12.Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran...192
13.Kisi – Kisi Soal TesPrestasi Belajar Matematika...195
(20)
xx LAMPIRAN C
1. Hasil Validasi Instrumen Penelitian...232
2. Hasil Validasi Soal Tes Prestasi Belajar Matematika...256
3. Penilaian RPP oleh Validator I...265
4. Penilaian RPP oleh Validator II...271
5. Penilaian RPP oleh Validator III...277
6. Penilaian LKS oleh Validator I...283
7. Penilaian LKS oleh Validator II...289
8. Penilaian LKS oleh Validator III...295
9. Contoh Pengisian Angket Respon Siswa...301
10.Hasil Angket Respon Guru...307
11.Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran...310
12.Contoh Hasil Tes Prestasi Belajar Matematika...322
LAMPIRAN D 1. Tabulasi Data Penilaian Kualitas RPP...326
2. Tabulasi Data Penilaian Kualitas LKS...329
3. Tabulasi Pengisian Angket Respon Siswa...331
4. Tabulasi Pengisian Angket Respon Guru...333
5. Tabulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran...334
(21)
xxi LAMPIRAN E
1. Surat Pemohonan Validasi Instrumen Penelitian...340
2. Surat Permohonan Validasi Perangkat Pembelajaran...343
3. Surat Keterangan Validasi Instrumen dan Perangkat Pembelajaran...346
4. Surat Permohonan Izin Penelitian...349
5. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 7 Bojonegoro...350
6. Dokumentasi Kegiatan Implementasi...351
7. SK Pembimbing...353
8. SK Penguji...355
LAMPIRAN F 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...357
2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk Siswa...417
(22)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan Indonesia sendiri dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah untuk mencetak generasi bangsa yang beriman dan bertakwa, berbudi luhur, cerdas, dan kreatif. Tujuan pendidikan kemudian diimplementasikan dalam kurikulum. Indonesia mengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan kurikulum 2013. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Tujuan tersebut kemudian diuraikan dalam beberapa mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk mewujudkan tujuan tersebut. Salah satu indikator keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar. Menurut Mulyasa (2014: 189) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar
(23)
2
pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Arifin (2013: 12) prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Penelitian ini menggunakan prestasi belajar yang ditinjau dari aspek pengetahuan (kognitif). Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain (Arifin, 2013: 12 – 13):
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa daya serap siswa dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan
Programme for International Student Assessment (PISA) merupakan studi internasional tentang pendidikan pada negara-negara tertentu. TIMSS mengukur prestasi matematika dan sains, sedangkan PISA mengukur kemampuan membaca, matematika, dan sains. Indonesia menjadi salah satu negara yang telah mengikuti TIMSS sejak tahun 1999 dan PISA sejak tahun 2000. Menurut hasil TIMSS 2015, Indonesia mendapatkan skor matematika 397 dimana rata-rata TIMSS berkisar di skor 500, menempatkan Indonesia di nomor 45 dari 50 negara (Krisiandi, 2016). Hasil PISA pada tahun 2015 menunjukkan bahwa rangking Indonesia untuk matematika adalah 63 dari 70 negara. Berdasarkan uraian tersebut, Indonesia masih tergolong negara
(24)
3
yang mempunyai prestasi kurang memuaskan jika diukur dari TIMSS dan PISA. Lebih khusus lagi, menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2016, daya serap Ujian Nasional mata pelajaran matematika pada tingkat SMP tahun 2015/2016 juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, khususnya pada bangun geometri. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2015, data hasil daya serap Ujian Nasional mata pelajaran matematika pada tahun 2014/2015 untuk tingkat SMP secara nasional pada bangun geometri yaitu 50,04%, sedangkan pada tahun 2015/2016 untuk tingkat SMP yaitu 47,19%.
Pencapaian prestasi belajar pastinya tidak terlepas dari faktor – faktor yang mempengaruhinya. Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d) kondisi peserta didik. Faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar siswa (Mulyasa, 2014: 190 – 191).
Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa faktor instrumental mempengaruhi prestasi belajar. Faktor instrumental sendiri menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan atau sumber dan program. Salah satu kelengkapan sarana yang diperlukan adalah perangkat pembelajaran. Perangkat Pembelajaran adalah sesuatu atau beberapa persiapan yang disusun guru dalam pelaksanaan dan evaluasi agar pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan
(25)
4
memperoleh hasil seperti yang diinginkan (Nazarudin, 2007: 113). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan komponen perangkat pembelajaran. Menurut Trianto (2008: 148) lembar kegiatan siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS dibuat dengan memperhatikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang diterapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus (Majid & Rochman, 2014: 261).
Berdasarkan hasil observasi di SMP N 7 Bojonegoro, RPP dan LKS yang digunakan oleh guru matematika belum memuat langkah untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan yang didapat. RPP yang digunakan guru adalah RPP dengan metode ceramah, sedangkan LKS yang digunakan berupa ringkasan materi dan latihan soal. Dengan demikian, siswa menjadi sulit untuk memahami materi yang diajarkan dan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar matematika. Salah satu cara untuk dapat menguasai materi yaitu dari pengalaman yang didapatkan oleh siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk belajar dari pengalaman yaitu dengan pendekatan saintifik. Pendekatan siantifik memberikan pengalaman-pengalaman yang nyata kepada siswa, sehingga siswa mudah untuk memahami materi dengan mengkonstruk pengetahuan yang didapat.
(26)
5
Materi matematika geometri yang dapat didekati dengan pendekatan saintifik salah satunya adalah lingkaran. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, perlu adanya pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang mendukung kegiatan pembelajaran di kelas. LKS yang dikembangkan tentunya menekankan pada pendekatan saintifik yang terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Demikian pula RPP yang dikembangkan disusun menggunakan pendekatan saintifik. Dengan adanya pengembangan perangkat pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi adanya beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dengan berpusat pada guru.
2. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa.
3. LKS yang digunakan hanya berisi ringkasan materi dan latihan soal.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti dibatasi pada pengembangan perangkat pembelajaran matematika berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa
(27)
6
(LKS) dengan pendekatan saintifik. Materi yang dipilih dalam penelitian ini dibatasi pada materi lingkaran.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) berbasis pendekatan saintifik pada materi lingkaran untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII?
2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) berbasis pendekatan saintifik pada materi lingkaran untuk meningkatkan prestasi belajara matematika siswa SMP kelas VIII ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan hasil pengembangan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) berbasis pendekatan saintifik pada materi lingkaran untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII
2. Mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) berbasis pendekatan saintifik pada materi lingkaran untuk meningkatkan
(28)
7
prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut :
1. Bagi siswa
Siswa SMP Negeri 7 Bojonegoro dapat memanfaatkan LKS yang dihasilkan tersebut sebagai panduan belajar matematika bagi siswa di kelas atau sebagai sarana belajar mandiri bagi siswa di rumah.
2. Bagi guru
Guru dapat memanfaatkan perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan juga dapat digunakan sebagai wacana untuk meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang berupa RPP dan LKS yang dapat diterapkan di SMP Negeri 7 Bojonegoro.
3. Bagi peneliti
Peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman mengenai pengembangan perangkat pembelajaran dan peneliti juga dapat meningkatkan kreativitas dalam membuat perangkat pembelajaran sesuai materi dan minat siswa sesuai dengan tuntutan zaman.
(29)
8 BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget dengan nama
individual cognitive constructivist theory dan Vygotsky dalam teorinya yang disebut socialcultural constructivist theory (Yaumi & Hum, 2013: 41). Menurut Suparno, paham konstruktivistik pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif tempat terjadinya proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Seseorang yang belajar berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus – menerus. Konstruksi berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba – tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta – fakta, konsep, atau kaidah
(30)
9
yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Thobroni & Mustofa, 2013: 107 – 108).
Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup. Kontruktivisme melandasi pemikirannya bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang given dari alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif manusia itu sendiri. Setiap kita akan menciptakan hukum dan model mental kita sendiri, yang kita pergunakan untuk menafsirkan dan menerjemahkan pengalaman. Belajar, dengan demikian semata – mata sebagai suatu proses pengaturan model mental seseorang untuk mengakomodasi pengalaman – pengalaman baru (Suyono & Hariyanto, 2014: 105).
Sedangkan, belajar dalam pandangan konstruktivisme betul – betul menjadi usaha individu dalam mengkonstruksi makna tentang sesuatu yang dipelajari. Konstruktivisme merupakan jalur alami perkembangan kognitif. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa siswa datang ke ruang kelas dengan membawa ide – ide, keyakinan, dan pandangan yang perlu diubah atau dimodifikasi oleh seorang guru yang memfasilitasi perubahan ini, dengan merancang tugas dan pertanyaan yang menantang seperti membuat dilema untuk diselesaikan oleh peserta didik (Yaumi & Hum, 2013: 42).
(31)
10
Dari keterangan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa teori konstruktivisme memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya (Thobroni & Mustofa, 2013: 107 – 108).
Sementara itu Driver and Bell dalam Hamzah (2008) mengemukakan karakteristik pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut (Suyono & Hariyanto, 2014: 106):
a. siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
b. belajar harus mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa,
c. pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan dikonstruksi secara personal,
d. pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar,
e. kurikulum bukanlah sekadar hal yang dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.
Ada sejumlah prinsip – prinsip pemandu dalam konstruktivisme (Suyono & Hariyanto, 2014: 107).
a. Belajar merupakan pencarian makna. Oleh sebab itu pembelajaran harus dimulai dengan isu – isu yang mengakomodasi siswa untuk secara aktif mengkonstruk makna.
b. Pemaknaan memerlukan pemahaman bahwa keseluruhan (wholes) itu sama pentingnya seperti bagian – bagiannya. Sedangkan bagian – bagian harus dipahami dalam konteks keseluruhan. Oleh karenanya, proses pembelajaran berfokus terutama pada konsep – konsep primer dan bukan kepada fakta – fakta yang terpisah.
(32)
11
c. Supaya dapat mengajar dengan baik, guru harus memahami model – model mental yang dipergunakan siswa terkait bagaimana cara pandang mereka tentang dunia serta asumsi – asumsi yang disusun yang menunjang model mental tersebut.
d. Tujuan pembelajaran adalah bagaimana setiap individu mengkonstruksi makna, tidak sekadar mengingat jawaban apa yang benar dan menolak makna milik orang lain. Karena pendidikan pada fitrahnya memang antardisiplin, satu – satunya cara yang meyakinkan untuk mengukur hasil pembelajaran adalah melakukan penilaian terhadap bagian – bagian dari proses pembelajaran, menjamin bahwa setiap siswa akan memperoleh informasi tentang kualitas pembelajarannya.
2. Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran matematika di sekolah pastinya harus menggunakan matematika sekolah bukan matematika sebagai "ilmu". Matematika sebenarnya dapat digolongkan menjadi formal dan informal, terapan dan murni. Berdasarkan pembagian ini, kita dapat membagi kegiatan matematika menjadi 4 (empat) macam, di mana masing-masing mempunyai ciri yang berbeda-beda (Shirley, 1986: 34 dalam Marsigit, 2007: 8):
a. matematika formal-murni, termasuk matematika yang dikembangkan pada Universitas dan matematika yang diajarkan di sekolah;
b. matematika formal-terapan, yaitu yang dikembangkan dalam pendidikan maupun di luar, seperti seorang ahli statistik yang bekerja di industri.
(33)
12
c. matematika informal-murni, yaitu matematika yang dikembangkan di luar institusi kependidikan; mungkin melekat pada budaya matematika murni.
d. matematika informal-terapan, yaitu matematika yang digunakan dalam segala kehidupan sehari-hari, termasuk kerajinan, kerja kantor dan perdagangan.
Menurut Ebbutt dan Straker (dalam Marsigit, 2015: 2-3), matematika adalah sebagai berikut:
a. Matematika adalah kegiatan penelurusan pola dan hubungan. Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah:
1) memberi kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan.
2) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan dengan berbagai cara.
3) mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan, dsb.
4) mendorong siswa menarik kesimpulan umum.
5) membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara pengertian satu dengan yang lainnya.
b. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan.
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah:
1) mendorong inisiatif dan memberikan kesempatan berpikir berbeda.
(34)
13
2) mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah dan kemampuan memperkirakan.
3) menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaat dari ganggapnya sebagai kesalahan.
4) mendorong siswa menemukan struktur dan desain matematika. 5) mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya. 6) mendorong siswa berfikir refleksif.
7) tidak menyarankan penggunaan suatu metode tertentu. c. Matematika adalah kegiatan problem solving.
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah:
1) menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika.
2) membantu siswa memecahhkan persoalan matematika menggunakan caranya sendiri.
3) membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan matematika.
4) mendorong siswa untuk berpikir logis, konsisten, sistematis dan mengembangkan sistem dokumentasi/ catatan.
5) mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk memecahkan persoalan.
6) membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan berbagai alat peraga. media pendidikan matematika seperti: jangka, kalkulator, dsb.
(35)
14
d. Matematika merupakan alat berkomunikasi
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah: 1) mendorong siswa mengenal sifat matematika.
2) mendorong siswa membuat contoh sifat matematika. 3) mendorong siswa menjelaskan sifat matematika.
4) mendorong siswa memberikan alasan perlunya kegiatan matematika.
5) mendorong siswa membicarakan persoalan matematika. 6) mendorong siswa membaca dan menulis matematika.
7) menghargai bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika.
Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah harus memerhatikan ruang lingkup matematika sekolah. Ada sedikit perbedaan antara matematika sebagai "ilmu" dengan matematika sekolah, perbedaan itu dalam hal (Halim, 2012: 71-73):
a. Penyajian
Penyajian matematika tidak harus diawali dengan teorema maupun definisi, tetapi haruslah disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa.
b. Pola pikir
Pembelajaran matematika sekolah dapat menggunakan pola pikir deduktif maupun pola pikir induktif. Hal ini harus disesuaikan dengan topik bahasan dan tingkat intelektual siswa.
(36)
15 c. Semesta pembicaraan
Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa, matematika yang disajikan dalam jenjang pendidikan juga menyesuaikan dalam kekomplekan semestanya; semakin meningkat tahap perkembangan intelektual siswa, semesta matematikanya pun semakin diperluas. d. Tingkat keabstrakan
Seperti pada poin sebelumnya, tingkat keabstrakan matematika juga harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual siswa.
Dengan demikian, matematika sebagai ilmu dengan matematika sekolah mempunyai perbedaan dalam hal penyajian, pola pikir, semesta pembicaraan, dan tingkat keabstrakan. Sedangkan, karakteristik matematika sekolah adalah matematika sebagai kegiatan penelurusan pola dan hubungan, matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan, matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving), dan matematika sebagai alat komunikasi.
3. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran di dalamnya mencakup
(37)
16
komponen: mengamati, menanya, mencoba/ menggali informasi/ eksperimen, menalar/ mengasosiakan/ mengolah informasi, menyajikan/ mengkomunikasikan (Saefuddin dan Berdiati, 2014: 43). Menurut Hosnan (2014: 34) implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan – tahapan 5M. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Pendekatan saintifik sendiri tentunya juga memuat kriteria – kriteria tertentu. Kriteria – kriteria tersebut adalah sebagai berikut (Saefuddin dan Berdiati, 2014: 43 – 44).
a. Materi pembelajaran berbasis fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa, dna interaksi edukatif guru – siswa terbebas dari prasangka yang serta – merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
(38)
17
c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Semua pendekatan pembelajaran pastinya memiliki tujuan masing– masing termasuk pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik memiliki beberapa tujuan yang didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah (Hosnan, 2014: 36) :
a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
(39)
18
c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
f. Untuk mengembangkan karakter siswa.
Selain memiliki tujuan, pembelajaran dengan metode saintifik juga memiliki karakteristik sebagai berikut (Kurniasih & Sani , 2014: 33) : a. Berpusat pada siswa.
b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d. Dapat mengembangkan karakter siswa.
Pendekatan saintifik memiliki prinsip dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Hosnan (2014: 37) beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran berpusat pada siswa.
b. Pembelajaran membentuk students self concept. c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
(40)
19
f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
Menurut Daryanto (2014: 59) proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai-nilai-nilai atau sifat-sifat non ilmiah.
Gambar 1. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Observasing
(mengamat i)
Quest ioning (menanya)
Associat ing (menalar)
Experiment al (mencoba)
Net w orking (membent uk jejaring)
(41)
20
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut: a. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi (Daryanto, 2014: 60).
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi (Daryanto: 2014, 61). b. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang
(42)
21
hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam (Hosnan, 2014: 49).
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan
(43)
22
untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat (Daryanto, 2014: 65).
c. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat (Hosnan, 2014: 57).
d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
(44)
23
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan (Daryanto, 2014: 70).
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di
(45)
24
memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia (Hosnan, 2014: 68).
e. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya (Daryanto, 2014: 80).
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (Daryanto, 2014: 80).
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang dimulai dari alam (kontekstual) kemudian dikonstruksi menjadi konsep matematika. Siswa secara aktif berkelompok mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan hasil diskusi. Semua
(46)
25
pembelajaran berpusat pada siswa, sedangkan guru hanya bertugas menjadi fasilitator. Langkah – langkah pendekatan saintifik yang dilaksanakan secara sistematis diharapkan mampu untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
4. Prestasi Belajar Matematika
Menurut Grivin dan Ebert (Uno, Umar, dan Panjaitan, 2014: 297) prestasi merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang untuk mengetahui sejauh mana seseorang mencapai prestasi yang diukur atau dinilai. Menurut Dessler (Uno, Umar, dan Panjaitan, 2014: 297) prestasi adalah juga suatu hasil yang dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan.
Mengacu pada pandangan tentang prestasi di atas, nampak bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya (Mulyasa, 2014: 189).
Sedangkan menurut Arifin (2013: 12) kata "prestasi" berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi "prestasi" yang berarti "hasil usaha". Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan.
Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasilan yang diperoleh peserta
(47)
26
didik setelah menempuh kegiatan belajar matematika untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik tersebut.
Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain (Arifin, 2013: 12 – 13):
a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai "tendensi keingintahuan (curiosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia".
c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah
(48)
27
kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
Adapun indikator prestasi dalam ranah kognitif (pengetahuan) sebagai berikut (Syah, 2012: 217):
1. Pengamatan : dapat menunjukkan, membandingkan, dan menghubungkan.
2. Ingatan : dapat menyebutkan dan menunjukkan kembali.
3. Pemahaman : dapat menjelaskan dan mendefinisikan dengan lisan sendiri.
4. Aplikasi/ Penerapan : dapat memberikan contoh dan dapat menggunakan secara tepat.
5. Analisis : dapat menguraikan dan mengklasifikasikan/ memilah – milah.
6. Sintesis : dapat menghubungkan materi – materi, sehingga menjadi kesatuan baru, menyimpulkan, dan menggeneralisasikan (membuat prinsip umum).
(49)
28
Pencapaian prestasi belajar pastinya tidak terlepas dari faktor – faktor yang mempengaruhinya. Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d) kondisi peserta didik. Faktor tersebut baik secara terpisah maupun bersama – sama memberikan kontribusi tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik (Mulyasa, 2014: 190 – 191).
Menurut Makmun (1999) (dalam Mulyasa, 2014: 190 – 191) mengemukakan komponen – komponen yang terlibat dalam pembelajaran, dan berpengaruh terhadap prestasi belajar, adalah
... (1) masukan mentah (raw – input), menunjukkan pada karakteristik individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran, (2) masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan atau sumber dan program, dan (3) masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.
Uraian di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai faktor yang melatarbelakanginya (Mulyasa, 2014: 191).
(50)
29
Untuk meningkatkan prestasi belajar, hal – hal di bawah ini perlu diperhatikan (Mulyasa, 2014: 198 – 199) :
a. Hendaknya dibentuk kelompok belajar, karena dengan belajar bersama peserta didik yang telah paham dapat diberitahu oleh peserta didik yang telah paham dan peserta didik yang telah paham menjadi lebih menguasai karena menerangkan kepada temannya. b. Semua pekerjaan dan latihan yang diberikan oleh guru hendaknya
dikerjakan segera dan sebaik – baiknya, ingat maksud guru memberi tugas – tugas tersebut adalah untuk latihan ekspresi dan latihan ekspresi adalah cara terbaik untuk penguasaan ilmu/ kecakapan. c. Mengesampingkan perasaan negatif dalam membahas atau berdebat
mengenai suatu masalah/ pelajaran. Karena perasaan negatif dapat menghambat ekspresi dan mengurangi kejernihan pikiran.
d. Rajin membaca buku/ majalah yang bersangkutan dengan pelajaran. e. Selalu menjaga kesehatan agar dapat belajar dengan baik, tidur
teratur, makan bergizi serta cukup istirahat.
f. Waktu rekreasi gunakan sebaik – baiknya, terutama untuk menghilangkan kelelahan.
g. Untuk mempersiapkan dan mengikuti ujian harus melakukan persiapan minimal seminggu sebelum ujian berlangsung. Dalam hal ini antara lain perlu dipersiapkan: (a) persiapan yang matang untuk menguasai isi pelajaran, (b) mengenal jenis pertanyaan (jenis) tes
(51)
30
yang akan ditanyakan (apakah tes essay atau objektif), (c) berlatih untuk mengkombinasikan isi dan bentuk tes.
Tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi. Menurut Benyamin S Bloom, kawasan tersebut meliputi (1) kognitif, (2) afektif, (3) psikomotor (Hamzah & Satria, 2014: 60). Pada penelitian ini, prestasi belajar yang akan diukur adalah kawasan kognitif yang berkaitan dengan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi lingkaran. Menurut Syah (2012: 211) mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan.
Tes prestasi dimaksudkan sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar (learning) (Azwar, 1987: 7). Sedangkan menurut Sudjana dan Ibrahim (2001: 100) tes prestasi belajar mengukur penguasaan atau abilitas tertentu sebagai hasil dari proses belajar.
Jadi, tes prestasi belajar adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah mendapatkan pengalaman belajar.
Suatu tes prestasi yang baik tentulah didasari oleh prinsip dasar dalam pengukuran yang jelas sehingga dapat menjadi alat yang positif dalam proses belajar – mengajar. Norman E. Gronlund (1977) dalam bukunya penyusunan tes prestasi merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi sebagai berikut (Azwar, 1987: 16 – 19):
(52)
31
a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.
b. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksi atau pengajaran.
c. Tes prestasi harus berisi item – item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.
d. Tes prestasi harus dirancang agar cocok dengan tujuan penggunaan hasilnya.
e. Tes prestasi harus dibuat sereliabel mungkin dan kemudian harus ditafsirkan hasilnya dengan hati – hati.
f. Tes prestasi harus digunakan untuk meningkatkan belajar para siswa.
Ada dua jenis tes prestasi belajar yaitu tes baku (standarlized tests) dan tes buatan guru (tidak baku). Tes baku artinya tes yang telah disusun oleh para ahli melalui beberapa uji coba, sehingga memiliki validitas dan reliabilitas yang dapat diandalkan. Penelitian yang menggunakan tes baku hasilnya lebih dapat dipercaya. Peneliti juga tidak perlu repot sebab tinggal memakainya. Akan tetapi mencari tes baku untuk prestasi belajar dan tujuan tertentu agak sulit mendapatkannya. Oleh sebab itu umumnya peneliti membuat sendiri sesuai dengan tujuan dan keperluan penelitian (Sudjana & Ibrahim, 2001: 100).
(53)
32
Tes prestasi belajar buatan guru ada dua macam, yakni tes objektif dan tes essay (menjelaskan). Tes objektif yang disusun dalam bentuk benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan isian pendek, saat ini banyak digunakan dalam penelitian pendidikan. Sedangkan tes essay jarang digunakan sebab kurang praktis dan terlalu subjektif, sekalipun tes ini banyak keunggulannya dari tes objektif (Nana Sudjana & Ibrahim, 2001: 100).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memutuskan bahwa penelitian ini menggunakan instrumen tes objektif dengan model pilihan ganda (Multiple-Choice) dan tes subjektif dengan model essay yang mempunyai banyak keunggulan.
5. Perangkat Pembelajaran
Proses Pembelajaran di sekolah haruslah diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa (Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013). Untuk itu diperlukan perencanaan pembelajaran sehingga pelaksanaan proses pembelajaran dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Perencanaan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menyusun suatu perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran memiliki peranan penting bagi seorang guru sebelum memulai proses pembelajaran. Untuk
(54)
33
mempersiapkan berbagai kegiatan pembelajaran di kelas, guru hendaknya menyusun perangkat pembelajaran agar dapat menunjang proses pembelajaran.
Perangkat Pembelajaran adalah sesuatu atau beberapa persiapan yang disusun guru dalam pelaksanaan dan evaluasi agar pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diinginkan (Nazarudin, 2007: 113). Menurut Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran. Sedangkan menurut Ibrahim (2003: 3) dalam Trianto (2014: 96) perangkat pembelajaran adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: buku siswa, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi, atau Tes Hasil Belajar (THB), serta media pembelajaran.
Jadi, perangkat pembelajaran adalah bagian dari perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru agar proses pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diinginkan. Perangkat pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada: (a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan (b) Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
(55)
34
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Di dalam dunia pendidikan pastinya semua memiliki awal. Awal dari proses pembelajaran itu sendiri adalah sebuah perencanaan pembelajaran. Perencanaan dalam pembelajaran tersebut ditulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Bedasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: "perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar." Sesuai dengan permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. Menurut Permendikbud No 65 tahun 2013 RPP merupakan gambaran langkah – langkah pembelajaran yang dibuat oleh guru untuk sekali pertemuan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Dengan demikian, RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengordinasikan komponen pembelajaran, yakni: kompetensi dasar, materi standar, indikator
(56)
35
hasil belajar, dan penilaian (Syafruddin & Adriantoni, 2016: 94). Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang diterapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus (Majid & Rochman, 2014: 261).
Menurut Permendikbud No 65 tahun 2013 komponen RPP terdiri atas:
1) Identitas sekolah, yaitu nama satuan pendidikan 2) Identitas mata pelajaran atau tema/ subtema 3) Kelas/ semester
4) Materi pokok
5) Alokasi waktu ditentukan sesuai kebutuhan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang akan dicapai 6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
8) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir – butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi 9) Metode pembelajaran, digunakan oleh guru untuk mewujudkan
(57)
36
mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai
10) Sumber belajar, berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar yang relevan
11) Langkah – langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup
12) Penilaian hasil belajar.
Langkah – langkah pembelajaran berbasis pendekatan saintifik kemudian dijabarkan sebagai berikut:
1) Kegiatan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dirancang untuk memfasilitasi siswa dengan cara:
a) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran
b) Memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari – hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional, dna internasional
c) Mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari
d) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai
(58)
37
e) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti berisikan penerapan dari model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan mata pelajaran. Kompetensi inti mencakup 3 aspek, yaitu:
a) Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan.
b) Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitias mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Untuk mendorong siswa menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individu maupun kelompok disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah.
c) Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menyaji, dan mencipta. Untuk
(59)
38
mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penelitian dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah.
3) Kegiatan penutup
Dalam kegiatan penutup, guru dan siswa baik secara individu maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a) Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil – hasil yang diperoleh selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran.
b) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
c) Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik secara individu maupun kelompok.
d) Menginformasi rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
Dalam penyusunan RPP, menurut Permendikbud No 65 Tahun 2013 ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Perbedaan individual siswa 2) Partisipasi aktif siswa
(60)
39 3) Berpusat pada siswa
4) Pengembangan budaya membaca dan menulis 5) Pemberian umpan baik dan tindak lanjut RPP
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, kompetensi penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik – terpadu 8) Penerapan IPTEK yang disesuaikan dengan kondisi b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Salah satu sumber belajar dan media pembelajaran yang dirasa dapat membantu siswa maupun guru dalam proses pembelajaran adalah LKS. Lembar kegiatan siswa atau sering disingkat dengan LKS adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik (Syafruddin & Adriantoni, 2016: 101).
LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya (Depdiknas, 2004: 18). Sedangkan menurut Trianto (2008: 148) mendefinisikan bahwa lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan lembar kegiatan siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa
(61)
40
untuk melakukan kegiatan yang terprogram (Syafruddin & Adriantoni, 2016: 102).
Jadi, lembar kegiatan siswa (LKS) bisa diartikan lembaran-lembaran yang digunakan peserta didik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran, serta berisi tugas yang dikerjakan oleh siswa baik berupa soal maupun kegiatan yang akan dilakukan peserta didik. Prinsipnya lembar kegiatan siswa adalah tidak dinilai sebagai dasar perhitungan rapor, tetapi hanya diberi penguat bagi yang berhasil menyelesaikan tugasnya serta diberi bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan (Syafruddin & Adriantoni, 2016: 102).
Berikut ini merupakan tujuan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) menurut Achmadi (dalam Syafruddin & Adrianto, 2016: 112): 1) Mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. 2) Membantu siswa mengembangkan konsep.
3) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
4) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran.
5) Membantu siswa dalam memperoleh informasi tentang konsep yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara sistematis.
6) Membantu siswa dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran.
(62)
41
Menurut Hadi Sukamto (dalam Syafruddin & Adrianto, 2016: 113), kegunaan lembar kegiatan siswa (LKS) adalah sebagai berikut: 1) Memberikan pengalaman konkret bagi siswa.
2) Membantu variasi belajar. 3) Membangkitkan minat siswa.
4) Meningkatkan retensi belajar mengajar.
5) Memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien.
Menurut Darmodjo & Kaligis (1992: 41-46), LKS yang baik seharusnya disusun dengan memenuhi 3 syarat yaitu
1) Syarat Didaktik
Syarat didaktik berhubungan dengan LKS yang mengikuti asas-asas pembelajaran efektif di kelas. Asas-asas tersebut antara lain:
a) Memperhatikan perbedaan individu sehingga dapat digunakan oleh seluruh siswa dengan kemampuan yang berbeda;
b) Menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai petunjuk bagi siswa untuk mencari informasi bukan sebagai alat pemberi informasi; c) Memiliki variasi stimulan melalui berbagai media dan
kegiatan siswa sehingga dapat memberikan kesempatam kepada siswa untuk menulis, menggambar, berdialog
(63)
42
dengan temannya, menggunakan alat, menyentuh benda nyata dan sebagainya;
d) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral dan estetika pada diri anak, sehingga tidak hanya ditunjukkan untuk mengenal fakta dan konsep akademis;
e) Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa
2) Syarat Kontruksi
Syarat kontruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan kejelasan dalam LKS yang meliputi:
a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa;
b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas
c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
d) Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka, pertanyaan dianjurkan isian jawabannya merupakan hasil dari pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas
e) Mengacu pada sumber belajar yang masih dalam kemampuan dan keterbacaan siswa
(1)
142
analisis hasil pre-test dan post-test tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan memiliki kualitas efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa karena persentase ketuntasan siswa pada post-test lebih dari 75%.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. LKS yang digunakan pada saat pembelajaran seharusnya dapat membantu siswa dalam mengkonstruk pengetahuan yang didapat sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik.
2. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik pada langkah mengumpulkan informasi, seharusnya tidak hanya mencari informasi pada sumber-sumber, melainkan melakukan kegiatan agar siswa belajar mengkonstruk pengetahuan dari pengalaman mereka.
3. Perlunya manajemen waktu yang tepat dalam kegiatan pembelajaran agar uji coba perangkat pembelajaran terlaksana secara maksimal.
(2)
143
DAFTAR PUSTAKA
Agus, N. A. (2008). Mudah Belajar Matematika 2. Jakarta: Pusat Perbukuan dan Departemen Pendidikan Nasional.
Arifin, M. E. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Saintifik pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras untuk Siswa SMP Kelas VIII. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang, Malang.
Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Aufika, H. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis
Problem Based Learning (PBL) pada Materi Perbandingan dan Skla untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
As'ari, A. R., et al. (2014). Matematika SMP/MTs Kelas VIII Semester 2. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Azwar, S. (1987). Test Prestasi: Fungsi dan Pengembangan, Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Liberty.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2015). Laporan hasil ujian nasional SMP/MTS tahun pelajaran 2014/2015. Jakarta: BSNP.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2016). Laporan hasil ujian nasional SMP/MTS tahun pelajaran 2015/2016. Jakarta: BSNP.
Darmodjo, H dan Kaligis, J,R.E. (1992). Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud. Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Depdikbud. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Depdiknas. (2004). Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar Sekolah Menengah Atas.
Erba, F. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Materi Lingkaran dengan Pendekatan Guided Discovery untuk Siswa Kelas VIII SMP. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang, Malang.
(3)
144
Fatchuliyah, A. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Saintifik pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung di Tingkat SMP. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang, Malang.
Fathani, A. H. (2012). Matematika: Hakikat & Logika. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hamzah & Satria. (2014). Assessment Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kawiyah, S. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Semester 2. Disertasi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Matematika Kelas VII Edisi Revisi. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kemdikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah.
. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013. . (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 103 tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah. . (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun
2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
(4)
145
. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Krisiandi. (2016). Daya Imajinasi Siswa Lemah. Kompas [online]. Diakses dari http://national.kompas.com/read/2016/12/15/23091361/daya.imajinasi.siswa .lemah pada tanggal 1 Maret 2017.
Kurniasih, I. & Sani, B. (2014). Sukses Mengimplementasikan K13: Memahami Berbagai Aspek dalam K13. Yoyakarta: Kata Pena.
Majid, A. (2013). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Majid, A. & Rochman, C. (2015). Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marsigit. (2007). Revitalisasi Pendidikan Matematika. Jurnal Varidika Surabaya. Hlm 8.
Marsigit. (Januari 2003). Metodologi Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan dalam Kunjungan Guru-Guru SD Wilayah Binaan III Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat di FMIPA UNY.
Marsigit. (Oktober 2015). Pendekatan Saintifik dan Implementasinya dalam Kurikulum 2013. Makalah disajikan dalam Workshop Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di LPPMP UNY. Marsigit, Elly, et al. Matematika 2 untuk SMP/ MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Mulyasa, H. E. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyatiningsih, E. (2011). Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik. Yogyakarta: UNY Press.
Nazarudin. (2007). Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik, dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta: Teras.
Nieveen, N. (1999). Prototyping to Reach Product Quality. Dalam van den Akker, J., Branch, R.M., Gustafson, K., Nieveen, N., & Plomp, T. (Eds). Design Approaches and Tools in Educational and Training. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.
(5)
146
Nugroho, H. & Meisaroh L. (2009). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan dan Departemen Pendidikan Nasional.
Nuharini, D. & Wahyuni, T. (2008). Matematika Konsep dan Aplikasinya 2 Untuk SMP/ MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Nurdin, S. & Adrianto. (2016). Kurikulum dan Pembelajaran. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Purwandari, Y. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Statistika Menggunakan Pendekatan Kontekstual Berorientasi pada Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Kelas VIII. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Purwanto, N. (2013). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal Kreano Vol. 3 No. 1. Hlm 69-71.
Saefuddin, H. A. & Berdiati, I. (2014). Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saputri, N. C. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Menerapkan Aktivitas dalam Teori Van Hiele untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Materi Lingkaran Kelas VIII SMP. Skripsi, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. & Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. (2016) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suherman, E. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Penerbit JICA.
Suyono & Hariyanto. (2014). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(6)
147
Thobroni, M. dan Mustofa, A. (2013). Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wawancara dan Praktik Pembelajaran dalam Pengemabangan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Aksara Bumi.
Tris, J. & Tasari. (2011). Matematika Jilid 2 untuk SMP dan MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Uno, H. B. (2007). Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Pembelajaran Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Gorontalo: PT Bumi Aksara.
Uno, H. B., Umar, M. K., & Panjaitan, K. (2014). Variabel Penelitian dalam Pendidikan dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Ina Publikatama.
Walle, J. A. V. D. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Edisi Keenam. (Terjemahan Suyono). Jakarta: Penerbit Erlangga. (Edisi asli diterbitkan tahun 2007 oleh Perason Education Inc.)
Widodo, C. S. & Jasmadi. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar Kompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Yaumi, M. & Hum, M. (2014). Prinsip - Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan dengan Kurikulum 2013 Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.