PENGARUH METODE PROYEK Pengaruh metode proyek terhadap kemampuan kerjasama anak usia dini kelompok B di RA Perwanida 03 Mojo Andong Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.

PENGARUH METODE PROYEK
TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA ANAK USIA DINI
KELOMPOK B DI RA PERWANIDA 03 MOJO ANDONG
BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mencapai derajat sarjana S-1
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Disusun oleh :
VIKA NURHALIMAH
A520080063

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

PENGARUH METODE PROYEK
TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA ANAK USIA DINI
KELOMPOK B DI RA PERWANIDA 03 MOJO ANDONG BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Vika Nurhalimah*)
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode proyek terhadap kemampuan
kerjasama anak usia dini kelompok B di RA Perwanida 03 Mojo Andong Boyolali Tahun Pelajaran
2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis eksperimen dengan metode
pre-eksperimen design yaitu one group prettest-posttest. Subjek eksperimen penelitian ini adalah RA
Perwanida 03 Mojo kelompok B sejumlah 30 anak. Tekhnik analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah t-tes dengan program SPSS 16.0 for windows. Hasil t-tes diperoleh nilai thitung ≤ttabel yaitu -25.062 ≤ -1.699 dengan probabilitas sebesar 0.00000000000000000000335 < α =0,05
maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh metode proyek terhadap kemampuan kerjasama anak
usia dini kelompok B di RA Perwanida 03 Mojo Andong Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kata Kunci: metode proyek, kemampuan kerjasama

PENDAHULUAN
Kemampuan kerjasama perlu ditanamkan kepada anak usia dini sebagaimana
dijelaskan oleh Hidayatullah (2010:6) bahwa salah satu tujuan pendidikan TK/RA diharapkan
setelah lulus siswa memiliki kemampuan menjalin kerjasama dalam kelompok. Kemampuan
kerjasama yang ditunjukkan oleh anak TK adalah kemampuan mereka melakukan kerjasama
dalam kelompok dengan adanya timbal balik dari individu atau kelompok secara keseluruhan,
memberikan kontribusi terhadap anak lainnya dengan cara saling membantu, memberikan
dorongan, mengkritik dan menghargai pekerjaan orang lain.

Metode pembelajaran yang digunakan di TK sesuai dengan pedoman pembelajaran
TK Depdiknas (2006:13) diantaranya adalah metode bercerita, metode bercakap-cakap,
metode tanya jawab, metode karya wisata, metode demonstrasi, metode sosiodrama dan main
peran, metode eksperimen, metode proyek, metode pemberian tugas.
Diantara metode-metode tersebut metode yang memberikan kesempatan kepada anak
untuk dapat menggunakan alam sekitar dan kehidupan sehari-hari sebagai pembahasan
melalui kegiatan kelompok adalah metode proyek.
Namun banyak terjadi kesalahan pembelajaran diantaranya pola pelayanan dalam
pembelajaran cenderung masih konvensional, kurangnya pemahaman guru terhadap
pentingnya kegiatan kelompok, sehingga kemampuan kerjasama anak dengan anak lain
kurang dapat berkembang secara optimal.
Banyaknya guru yang kurang memperhatikan pentingnya pemilihan metode
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, banyaknya guru yang belum menggunakan
metode proyek sebagai salah salah satu metode pembelajaran di TK.
Pada penelitian ini dilakukan tindakan untuk mengetahui pengaruh metode proyek
terhadap kemampuan kerjasama. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada
pengaruh metode proyek terhadap kemampuan kerjasama anak usia dini di RA Perwanida 03
Mojo Andong Boyolali tahun pelajaran 2011/2012?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode proyek terhadap
kemampuan kerjasama usia dini di RA Perwanida 03 Mojo Andong Boyolali tahun pelajaran

2011/2012.

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka hipotesis tindakan adalah
ada pengaruh metode proyek terhadap kemampuan kerjasama anak usia dini kelompok B di
RA Perwanida 03 Mojo Andong Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
Dalam penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat, yaitu Memberikan sumbangan
ilmiah dalam ilmu Pendidikan anak usia dini, terutama tentang pendekatan pembelajaran
yang memberikan kesempatan anak untuk dapat menjalin kerjasama. Sebagai referensi pada
penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kemampuan kerjasama anak usia
dini dan metode proyek. Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bagi pendidik
dan calon pendidik, dapat menambah pengetahuan tentang hubungan metode proyek terhadap
kemampuan kerjasama dan untuk memperbaiki pembelajaran khususnya pada kemampuan
kerjasama anak dengan metode proyek. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam mengembangkan kemampuan sosial
anak terutama kemampuan bekerjasama. Bagi anak didik diharapkan dapat memperoleh
pengalaman langsung mengenai pembelajaran secara aktif, kreatif, menyenangkan dan
bermakna melalui metode proyek.
LANDASAN TEORITIS
Pengertian Kemampuan Kerjasama
Kemampuan kerjasama merupakan bentuk dari interaksi sosial, interaksi sosial dapat

terwujud jika ada kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial terjadi anatara orangperorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok, antara suatu kelompok manusia
dengan kelompok lainnya. Individu yang lainnya ataupun antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kerjasama adalah melakukan sesuatu kegiatan
atau usaha yang ditangani oleh 2 orang (pihak) atau lebih.
Syani, (2002:156) menjelaskan bahwa kerjasama adalah bentuk proses sosial, dimana
didalamnya terdapat aktifitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama
dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing.
Saputra (2005:39) menjelaskan bahwa kerjasama adalah gejala saling mendekati
untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama yang merupakan suatu sifat
ketergantungan manusia, memungkinkan dan mengharuskan setiap kelompok insan atau
sosial untuk selalu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kerjasama adalah melakukan suatu
kegiatan atau usaha yang ditangani oleh dua orang (pihak) atau lebih dengan saling
membantu, saling mengurus kepentingan bersama dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Manfaat Belajar kerjasama (kooperasi)
Adapun manfaat kerjasama adalah menurut Nasution (1995:146) bahwa:
1) Kerja kelompok dapat mempertinggi hasil belajar
2) Keputusan kelompok lebih mudah diterima oleh setiap anggota apabila mereka turut
memikirkan dan memutuskan bersama

3) Melalui kegiatan kelompok dapat mengembangkan perasaan sosial dan pergaulan sosial
yang baik
4) Group Terapy

Bentuk –Bentuk Kerjasama
Menurut Saputra (2005:42), jenis kerjasama dibedakan menjadi dua, yaitu ditinjau
dari kedudukan atau setatus pelaku dan dari proses kerjanya.
Adapun kerjasama ditinjau dari kedudukan atau status pelakunya adalah:
1) Kerjasama Setara
Bentuk kerjasama yang terjadi antar orang yang mempunyai kedudukan yang sama,
anak dengan anak.
2) Kerjasama Tak Setara
Bentuk kerjasama yang terjadi antar orang yang berbeda posisi, namun kedua belah
pihak saling membutuhkan untuk kepentingan masing-masing.
Adapun kerjasama ditinjau dari proses kerjanya dapat dibedakan atas:
1) Kerjasama Berkawan
Kerjasama berkawan dilakukan dengan berkumpul bersama-sama untuk menambah
kesenangan dalam rangka melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab mereka.
2) Kerjasama Suplementer
Kerjasama dilakukan untuk mencapai tujuan yang sama, namun tidak dapat

dilakukan sendiri. Kerjasama dilakukan secara langsung, setiap anggota harus berkumpul
untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara bersama-sama.
3) Kerjasama Berbeda
Kerjasama yang dilakukan melalui pembagian tugas secara teratur, kegiatan
terbagi-bagi tidak sama bagi setiap orang, dan jika kegiatan lebih kompleks lagi
diperlukan keahlian atau spesialisasi.
Bentuk kerjasama dalam penelitian ini adalah kerjasama setara dengan proses
kerjasama berkawan. Kerjasama setara yang dilakukan oleh anak dengan anak lainnya dalam
satu kelompok kecil. Proses kerjasama berkawan antara teman sebaya dengan cara berkumpul
untuk menambah kesenangan dalam rangka melaksanakan tugas kelompoknya.
Indikator Kemampuan Kerjasama
Indikator kemampuan kerjasama pada anak usia dini mengacu pada Peraturan Mentri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan
Anak Usia Dini Depdiknas (2009:28). Didalam peraturan tersebut memuat standar
pencapaian perkembangan anak usia dini yang kemudian dijabarkan dalam bentuk indikator
pencapaian. Dalam penelitian ini indikator disesuaikan dengan kurikulum TK tahun 2010
Provinsi Jawa Tengah.
Tabel 1.1 Indikator Kemampuan Kerjasama (kooperasi)
Anak usia 5-6 Tahun
Lingkup

Perkembangan
Sosial
emosional

Tingkat
pencapaian
Perkembangan
Bersikap
kooperatif dengan
teman

Indikator
1. Bersedia bermain dengan teman
sebaya dan orang dewasa
2. Mengajak teman untuk bermain
atau belajar
3. Bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Kerjasama

Kemampuan sosial termasuk kemampuan kerjasama dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor dari luar rumah atau luar keluarga. Namun
ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan sosial anak yaitu faktor pengalaman
awal yang diterima anak ( Rachmawati, 2004:4.15).
Adapun Faktor-faktor tersebut adalah:
1) Faktor lingkungan keluarga
Diantara faktor-faktor yang terkait dengan keluarga yang berpengaruh terhadap
kemampuan sosial salah satunya kemampuan kerjasama adalah hal-hal sebagai berikut;
a) Status sosial ekonomi keluarga
Apabila perekonomian keluarga cukup anak mempunyai peluang untuk
mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang mungkin tidak akan didapat jika
keadaan ekonomi keluarga tidak memada. Misalkan membentuk club olahraga,
mengikuti bimbingan seni, ataupun bergabung dalam kelompok sosial tertentu yang
membutuhkan biaya.
Hal ini bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kemampuan kerjasama
anak. Kemampuan kerjasama anak tergantung pada bagaimana anak dan orang tua
menyikapi keadaan ekonomi keluarga. Dengan status ekonomi yang memadai ataupun
dengan status ekonomi menengah kebawah apakah mereka dapat bersikap bijaksana
atau tidak.
b) Keutuhan keluarga

Keluarga yang lengkap memberikan kesempatan yang lebih kepada anak untuk
dapat menjalin kerjasama dalam kehidupan sehari-hari, berinteraksi dengan temantemannya. Sedangkan keluarga yang broken home akan berpengaruh terhadapa
kemampuannya dalam berinteraksi dengan teman-temannya karena mungkin anak
merasa malu dan kurang percaya diri..
c) Sikap dan kebiasaan orang tua
Tingkah laku orang tua sebagai pemimpin kelompok dalam keluarga
berpengaruh terhadap kemampuan interaksi anak. Orang tua yang otoriter akan
membuat anak sulit untuk berkembang dan menjalin hubungan dengan lingkungan
sosial diluar. Menjadikan anak bersikap penakut, mudah menyerah, berprilaku pasif dan
tidak memiliki inisiatif. Sikap tersebut menjadikan anak sulit untuk diterima dalam
kelompok. Sehingga kemampuan kerjasama anak terhambat.
2) Faktor dari luar rumah
Pengalaman anak yang didapatkan dari lingkungan luar rumah melengkapi
pengalaman dari dalam rumah. Lingkungan luar rumah anak diantaranya adalah
lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
a) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat mempunyai peranan penting dalam pembentukan pribadi anak.
Lingkungan masyarakat yang baik akan memunculkan perilaku yang baik pula
sedangkan lingkungan yang kurang baik tentu dapat membawa hal buruk terhadap
perkembangan kemampuan anak. Anak meniru perilaku yang ditunjukkan oleh

orang disekitarnya atau biasa disebut dengan imitasi, sehingga anak akan
menunjukkan sikap atau perilaku yang dapat diterima dalam masyarakat tempat
tinggalnya.
b) Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa
(murid) dibawah pengawasan guru. Guru adalah orang yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik melalui interaksi
edukatif. Interaksi edukatif adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat
dicapai secara maksimal jika guru dapat menyampaikan dengan baik.
Dalam sebuah pembelajaran dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat
yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran
sesuai dengan pedoman pembelajaran TK Depdiknas (2006:13) diantaranya adalah
metode tanya jawab, metode bermain peran, metode bercerita, metode pemberian
tugas, metode demonstrasi, metode karya wisata dan metode proyek.
Metode Proyek
Menurut Katz dan Chard dalam metode proyek adalah an in-depth investigation of a
topic worth learning more about. The investigation is usually undertaken by a small group of children
within a class, sometimes by a whole class, and occasionally by an individual child

http://ceep.crc.uiuc.edu/eecearchive/digests/1994/lk-pro94.html. Pernyataan tersebut dapat
dipahami bahwa metode proyek merupakan suatu metode pembelajaran yang mendalami
suatu topik tertentu yang dipelajari oleh anak secara individu maupun kelompok.
Metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan
menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara kelompok.
Metode proyek berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep ”learning by doing”
dikembangkan oleh William H. Kalpatrich. Metode proyek adalah proses penguasaan anak
tentang bagaimana melakukan sesuatu pekerjaan yang terdiri atas serangkaian tingkah laku
untuk mencapai tujuan, misalnya naik tangga, melipat kertas, memasang tali sepatu,
(Moeslichatoen, 2004:137).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode proyek adalah cara pemberian
pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dalam persoalan sehari-hari yang dapat
dipecahkan secara berkelompok maupun individu dimana bahan yang digunakan
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga lebih bermakna.
Tujuan Metode Proyek
Setiap metode pembelajaran mempunyai tujuan masing-masing yang ingin dicapai oleh setiap
pembelajaran yang dilakukannya. Begitu pula pembelajaran dengan metode proyek
mempunyai tujuan sebagai berikut:
Masitoh, dkk (2005:200) mengemukakan tujuan metode proyek untuk
mengembangkan kemampuan anak dalam bersosialisasi, bekerjasama, tolong menolong,
disiplin dan aspek moral anak. Bersosialisasi dengan anak yang lain dalam satu kelompok
untuk mengadakan hubungan yang dapat menimbulkan kecenderungan berfikir, merasakan,
bertindak lebih kepada tujuan kelompok daripada diri sendiri untuk mencapai tujuan bersama
dengan cara bekerjasama, saling tolong menolong dalam pemenuhan kebutuhan dalam
rangka mewujudkan tujuan kelompok, berempati dan saling menghargai antara satu dengan
yang lainnya.
Menurut Moeslichatoen (2004:146) metode proyek mempunyai tujuan melatih anak
memperoleh pengetahuan ketrampilan memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari baik
secara mandiri maupun dalam kelompok, ketrampilan bekerja secara terpadu untuk mencapai
tujuan kelompok, ketrampilan bekerjasama secara harmonis, bekerja secara tuntas.
Menurut Semiawan (1987:37) metode proyek bertujuan untuk memantapkan
pengetahuan yang dimiliki anak, dan memungkinkan anak memperluas wawasan
pengetahuannya dari satu mata pelajaran tertentu. Pengetahuan yang diperolehnya menjadi
lebih berarti dan kegiatan belajar mengajar akan menjadi menarik, karena pengetahuan itu

lebih bermanfaat baginya untuk mengapresiasikan lingkungannya, memahami serta
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat Metode Proyek bagi Anak Usia Dini
Rachmawati (2010:61) menyebutkan beberapa manfaat dari metode proyek,
diantaranya adalah:
1) Memberikan pengalaman kepada anak dalam mengatur dan mendistribusikan kegiatan.
2) Belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaan masing-masing.
3) Memupuk semangat gotong royong dan kerjasama diantara anak yang terlibat
4) Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan
dalam melaksanakan pekerjaan dengan cermat.
5) Mampu mengeksplorasi bakat, minat dan kemampuan anak
6) Memberikan peluang kepada setiap anak baik individual maupun kelompok untuk
mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki

Kelebihan dan Kekurangan Metode Proyek
Menurut Roestiyah (1994:80) Metode Proyek mempunyai kelebihan yaitu:
1) Anak-anak bekerja sendiri dalam ruangan sekolah
2) Mendekatkan kehidupan anak disekolah dengan kehidupan masyarakat
3) Mengubah keadaan statis menjadi dinamis
4) Anak belajar bersungguh-sungguh dan bekerjasama
5) Anak-anak bertanggungjawab penuh pada pekerjaannya
6) Tatatertib berjalan karena kesadarannya wajar
7) Anak-anak dibiasakan menghadapi masalah
8) Pengetahuan yang diperolah fungsional
9) Dapat mengembangkan bakat-bakat individual.
Segala sesuatu tidak lepas dari kekurangan, ada pun yang menjadi kekurangan dari
penerapan metode proyek adalah:
1) Tiap mata pelajaran mempunyai kesulitan sendiri, hal mana tidak dapat dipenuhi dalam
proyek total
2) Segala sesuatu menjadi sangat luas
3) Sukar untuk memilih proyek-proyek yang sangat tepat
4) Hasilnya tergantung pada kecakapan guru untuk menyelenggarakan sesuatu
5) Menyiapkan tugas bukan suatu pekerjaan yang mudah
Bentuk-Bentuk Pembalajaran Proyek
Hartanti (2005:54) menjelaskan tiga bentuk pembelajaran proyek yang dapat
dilakukan untuk menyajikan bahan pelajaran agar anak dapat mengolah sendiri untuk
menguasai bahan tersebut.
1) Pembalajaran Proyek Total
Bentuk pembalajaran proyek total ini menghendaki seluruh bidang pengembangan
melebur menjadi satu kesatuan dalam satu pola pembelajaran. Setiap bidang
pengembangan menunjukkan keterkaitan dengan bidang lainnya membentuk satu
kesatuan yang utuh.
2) Pembalajaran Proyek Parsial
Penggabungan antara bidang pengembangan yang berdiri sendiri dengan bidang
pengembangan yang saling berhubungan. Bidang pengembangan yang bediri sendiri

diberikan dengan model lama (biasa) sedangkan bidang pengembangan yang saling
berkaitan diberikan dengan bentuk proyek.
3) Pembalajaran Proyek Okasional
Bentuk proyek ini hanya dilaksanakan pada saat-saat tertentu saja yang
memungkinkan dilaksanakan pembelajaran proyek, baik secara total maupun parsial.
Dalam penelitian ini peneliti hendak menggunakan metode proyek total untuk mencari
ada atau tidaknya perngaruh terhadap kemampuan kerjasama anak.
Tahap-Tahap Pelaksanaan Metode Proyek Total
Adapun tahapan-tahapannya menurut Semiawan (1992:84) adalah:
1) Tahap Perencanaan Proyek
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam merencanakan kegiatan
menggunakan metode proyek adalah:
a) Mempelajari pokok-pokok garis besar program pengajaran dari bidang pengembangan
yang menjadi tema dari proyek.
b) Membuat diagram kaitan antara tema dengan pokok bahasan dari bidang
pengembangan lain untuk dipelajari.
c) Merumuskan tujuan pembelajaran dengan tema proyek.
d) Menentukan materi pembelajaran dari pokok bahasan masing-masing bidang
pengembangan yang dikaitkan dengan tema proyek.
e) Menentukan langkah-langkah dalam kegiatan belajar-mengajar termasuk metode dan
pendekatan.
f) Merencanakan organisai kelas sesuai dengan kegiatan belajar mengajar (misal bekerja
dalam kelompok).
g) Merencanakan kegiatan tindak lanjut
h) Menyiapkan penilaian kegiatan belajar mengajar.
2) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Proyek
Pada tahap ini guru mengemukakan tema proyek, kemudian mengajak siswa untuk
menelaah materi, dapat dilakukan dengan mengaitkan tema dengan berbagai bidang
pengembangan. Setelah anak paham guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok,
tiap kelompok melaksanakan tugas masing-masing. Guru membimbing tiap kelompok dan
memberi bantuan jika ada yang memerlukan. Setelah selesai anak diajak untuk
membereskan alat dan melakukan kegiatan penutup.
3) Tahap Tindak Lanjut
Pada tahap tindak lanjut guru dapat mengajak anak untuk mengadakan pameran
hasil karya yang dibuat oleh anak. Pameran ini bertujuan untuk memberikan penghargaan
atas usaha anak. Kegiatan yang telah anak lakukan menjadi lebih berkesan, sehingga anak
merasa dihargai dan mempunyai semangat untuk belajar lagi.
4) Tahap Penilaian Kegiatan Proyek
Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dengan metode
proyek. Penilaian metode proyek sama halnya dengan penilaian kegiatan pembelajaran
dengan metode pembelajaran yang lainnya, yakni penilaian lebih ditekankan pada proses
pembelajaran. Adapun bentuk penilaian berupa uraian atau cecklist yang telah disiapkan
dengan mengacu pada keberhasilan pencapaian indikator yang telah ditetapkan.
Peranan Metode Proyek Dalam Pengembangan Kemampuan Kerjasama
Kegiatan dengan metode proyek dalam pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan kerjasama adalah kegiatan yang dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar kepada anak usia dini dengan melibatkan mereka secara aktif dalam kegiatan proyek
yang dilakukan secara kelompok. Peranan metode proyek memberikan kesempatan bagi anak

untuk berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai pekerjaan dan tanggungjawab yang
dilaksanakan secara kelompok dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Metode proyek adalah metode pembelajaran yang tepat untuk merangsang dan
memantapkan perkembangan intelektual dan sosial anak. Salah satu kemampuan sosial anak
adalah kemampuan dalam berinteraksi, salah satu pola interaksi sosial adalah kerjasama.
Anak usia 5-6 tahun diharapkan dapat menunjukkan sikap kerjasama. Hal ini sesuai
dengan peraturan pemeritah no 58 bahwa indikator yang harus dicapai pada usia 5-6 tahun,
diantaranya anak senang bermain dengan teman (tidak bermain sendiri), anak dapat
melaksanakan tugas kelompok, anak dapat memuji teman atau orang lain.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan metode proyek
memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat aktif dan berinteraksi dengan cara
bekerjasama dengan teman sebayanya dalam suatu kelompok.
Kerangka Berfikir
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri.
Sebagian besar tujuannya dapat terpenuhi jika berhubungan dengan orang lain. Agar dapat
berhubungan baik maka dibutuhkan kemampuan berinteraksi yang baik. Salah satu
kemampuan berinteraksi adalah kemampuan kerjasama. Kemampuan kerjasama merupakan
kemampuan yang harus dimiliki setiap anak ketika mereka berada dalam suatu kelompok
kerja. Dengan kerjasama anak dapat lebih mudah dalam mencapai tujuan bersama, anak dapat
saling bertukar pendapat dan saling bersosialisasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kerjasama adalah metode
pembelajaran. Ada beberapa metode pembelajaran di TK diantaranya adalah metode tanya
jawab, metode bermain peran, metode bercerita, pemberian tugas, metode demonstrasi,
metode karya wisata dan metode proyek. Salah satu metode yang mempengaruhi kemampuan
kerjasama adalah metode proyek. Metode proyek merupakan metode pembelajaran dengan
memberikan pengalaman belajar dengan memberikan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi anak dalam kehidupan sehari-hari. Metode proyek memberikan kesempatan anak
untuk bekerjasama
Metode proyek
Kemampuan Kerjasama
Gambar 1.1 Metode Proyek berpengaruh terhadap kemampuan kerjasama.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di di RA Perwanida 03 Mojo Andong yang terletak di
Dusun Magersari kelurahan Mojo kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali. Adapun
penelitian ini dikhudsuskan pada kelompok B semester kedua pada tahun pelajaran
2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena peneliti ingin mencari ada atau
tidaknya pengaruh dari metode proyek terhadap kemampuan kerjasama. Penelitian
eksperimen menggunakan hipotesis dan melalui pengamatan, peneliti menguji hipotesis
tersebut dalam kondisi eksperimen, kondisi eksperimen yaitu kondisi yang sudah
dimanipulasi sedemikian rupa (Darmadi, 2011:36).
Menurut Sugiyono (2011:109) penelitian eksperimen dikelompokkan menjadi 4 yaitu
Pre-Eksperimental Design, True Eksperimental Design, Factorial Design dan Quasi
Eksperimental Design.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan desain One Group Pretes-Postes
Design karena penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok yaitu kelompok eksperimen.

Didalam rancangan ini dilakukan dua kali observasi, yaitu observasi sebelum eksperimen
(O1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (O2) disebut posttest. Prettest dan
posttest dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara
sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah diberikan perlakuan.
Gambar 3.1 Desain Penelitian dalam Sugiyono,2011:75

Keterangan:
: Uji awal sebelum diberi perlakuan (pretest)
: Uji akhir setelah diberi perlakuan (posttest)
: Perlakuan pada siswa berupa pembelajaran dengan menggunakan metode proyek
Adapun prosedur penelitian ini adalah:
1. Pretest
Pretest dilakukan dengan observasi awal untuk mengetahui kemampuan
kerjasama anak. Pada observasi awal subjek tidak diberikan perlakuan. Pembelajaran
yang digunakan sudah berupa pembelajaran kelompok tetapi kegiatan yang dilakukan
masih konvensional, anak-anak mengerjakan tugas dan LKS secara individual.
2. Memberikan perlakuan
Perlakuan dilakukan dengan menggunakan metode proyek. Perlakuan dilakukan
satu kali sesuai dengan butir amatan.
3. Posttest
Posttest dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan
berpengaruh atau tidak terhadap kemampuan kerjasama anak. Untuk mengetahui
pengaruhnya maka dilakukan pengolahan data. Kemudian menarik kesimpulan apakah
metode proyek berpengaruh terhadap kemampuan kerjasama.
Dalam penelitian ini data diperoleh melalui metode observasi berstruktur untuk
mengetahui data kemampuan kerjasama, karena peneliti telah mengetahui aspek-aspek dari
aktivitas yang diamati yang relevan dengan tujuan penelitian.
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan statistik. Terdapat dua macam
statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini, yaitu analisis deskriptif dan
analisis inferensial.
Dalam penelitian ini hipotesis diuji dengan menggunakan uji t. Siregar (2010:257)
menjelaskan bahwa uji t untuk satu variabel dikategotikan menjadi dua yaitu uji t dengan satu
arah kiri atau kanan (one tail) dan uji t dengan dua arah (two tail). Dalam penelitian ini uji t
yang digunakan adalah uji t satu variabel dengan dua arah (two tail). Adapun uji t dapat
dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi data kemampuan kerjasama anak sebelum dilakukan eksperimen
Data observasi awal kemampuan kerjasama anak diperoleh skor tertinggi 21, skor
terendah 8 dan mean 12.97.

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Data Observasi Awal Kemampuan Kerjasama
Kelompok Eksperimen
No

Interval

Frekuensi

Presentase %

Kategori

1 x>20

1

3%

Tinggi

2 15≤x