PENGGUNAAN PROGRAM GOOGLE SKETCHUP DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
mbar Judul
Disusun Oleh: SUNATA NIM. 1004644
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(2)
DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI
UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA
Oleh Sunata
S.Pd UPI Bandung, 2009
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
Sekolah Pascasarjana © Sunata 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
(4)
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian... 8
E. Definisi Operasional ... 9
BAB II LANDASAN TEORETIS ... 11
A. Pembelajaran Matematika ... 11
B. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 12
C. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 18
D. Pembelajaran Matematis Berbantuan Google SketchUp ... 21
E. Pembelajaran Langsung ... 23
F. Sikap Siswa ... 23
G. Penelitian yang relevan ... 25
H. Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
A. Desain Penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
(5)
D. Teknik Pengumpulan Data ... 40
E. Tahap Penelitian ... 40
F. Waktu Penelitian ... 46
G. Prosedur Penelitian ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Hasil Penelitian ... 48
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110
A. Kesimpulan ... 110
B. Saran ... 110
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain pretes dan postes ... 27
Tabel 3.2 Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel Terikat, dan Variabel Kontrol ... 28
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas ... 32
Tabel 3.4 Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 32
Tabel 3.5 Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 33
Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ... 34
Tabel 3.7 Uji Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis... 34
Tabel 3.8 Koefisien Daya Pembeda ... 35
Tabel 3.9 Uji Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis... 36
Tabel 3.10 Koefisien Tingkat Kesukaran Soal ... 37
Tabel 3.11 Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis... 37
Tabel 3.12 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji coba Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 38
Tabel 3.13 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 46
Tabel 4.1 Pengelompokan Siswa ... 49
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis 50 Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 52
Tabel 4.4 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 53
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Postes Kemampuan Pemahaman Matematis 54 Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Postes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 55
(7)
Tabel 4.8 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 57 Tabel 4.9 Rata-rata Gain Kemampuan Pemahaman Matematis ... 58 Tabel 4.10 Uji Normalitas Gain Kemampuan Pemahaman Matematis
Kelas Eksperimen ... 60 Tabel 4.11 Uji Normalitas Gain Kemampuan Pemahaman Matematis
kelas langsung ... 61 Tabel 4.12 Uji Homogenitas Postes Kemampuan Pemahaman Matematis 62 Tabel 4.13 Analisis Independent Samples Gain Kemampuan Pemahaman
Matematis ... 62 Tabel 4.14 Uji Normalitas Gain Kemampuan Pemahaman Matematis
Kelas Eksperimen ... 66 Tabel 4.15 Uji Normalitas Gain Kemampuan Pemahaman Matematis
Kelas langsung ... 69 Tabel 4.16 Uji Homogenitas Postes Kemampuan Pemahaman Matematis .. 70 Tabel 4.17 Uji Interaksi Kemampuan Pemahaman Matematis ... 71 Tabel 4.18 Statistik Deskrpsi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis . 72 Tabel 4.19 Uji Normalitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis
Kelas Eksperimen ... 74 Tabel 4.20 Uji Normalitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis
Kelas Langsung ... 76 Tabel 4.21 Uji Rata-rata Pretes Kemampuan Komunikasi ... 77 Tabel 4.22 Statistik Deskrpsi Postes Kemampuan Komunikasi Matematis 78 Tabel 4.23 Uji Normalitas Postes Kemampuan Komunikasi Matematis
Kelas Eksperimen ... 79 Tabel 4.24 Uji Homogenitas Postes Kemampuan Komunikasi ... 80 Tabel 4.25 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kemampuan Komunikasi
Matematis ... 81 Tabel 4.26 Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 82
(8)
Tabel 4.28 Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen ... 83 Tabel 4.28 Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Kelas Langsung 84 Tabel 4.29 Uji Homogenitas Postes Kemampuan Komunikasi ... 85 Tabel 4.30 Perbedaan Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi Matematis 86 Tabel 4.31 Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Kelas
Eksperimen ... 90 Tabel 4.32 Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis
Kelas Langsung ... 92 Tabel 4.33 Uji Homogenitas Postes Kemampuan Komunikasi Matematis . 93 Tabel 4.34 Uji Interaksi Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 94 Tabel 4.35 Sikap Siswa Kelas Eksperimen Terhadap Pelajaran
Matematika ... 96 Tabel 4.36 Sikap Siswa Kelas Eksperimen Terhadap Pembelajaran dengan
Google SketchUp ... 97 Tabel 4.37 Sikap Siswa Kelas Eksperimen Terhadap Soal Pemahaman dan
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar Utama Layar Google SketchUp ... 19
Gambar 2.2 Gambar Langkah-langkah membuat rectangle ... 19
Gambar 3.1 Alur yang dipakai dalam pengolahan data ... 42
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian ... 44
Gambar 4.1 Rata-rata Skor Tes Kemampuan Pemahaman Matematis... 48
Gambar 4.2 Q-Q Plot Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Kelas Eksperimen ... 55
Gambar 4.3 Q-Q Plot Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Kelas Langsung ... 57
Gambar 4.4 Normal Q-Q Plot Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Level Tinggi Kelas Eksperimen ... 61
Gambar 4.5 Normal Q-Q Plot Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Level Sedang Kelas Eksperimen ... 61
Gambar 4.6 Normal Q-Q Plot Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Level Rendah Kelas Eksperimen ... 62
Gambar 4.7 Normal Q-Q Plot Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Level Tinggi Kelas Langsung ... 63
Gambar 4.8 Normal Q-Q Plot Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Level Sedang Kelas Langsung ... 64
Gambar 4.9 Normal Q-Q Plot Gain Kemampuan Pemahaman Matematis Level Rendah Kelas Langsung ... 64
Gambar 4.10 Uji Interaksi Kemampuan Pemahaman Matematis ... 68
Gambar 4.11 Q-Q Plot Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen ... 70
(10)
Gambar 4.12 Q-Q Plot Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Langsung ... 72 Gambar 4.13 Q-Q Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas
Eksperimen ... 79 Gambar 4.14 Q-Q Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas
Langsung ... 80 Gambar 4.15 Normal Q-Q Plot Gain Kemampuan Komunikasi Level Tinggi 84 Gambar 4.16 Normal Q-Q Plot Gain Kemampuan Komunikasi Level
Sedang ... 84 Gambar 4.17 Normal Q-Q Plot Gain Kemampuan Komunikasi Level
Rendah ... 85 Gambar 4.18 Normal Q-Q Plot Gain Kemampuan Komunikasi Level Tinggi
Kelas Langsung ... 86 Gambar 4.19 Normal Q-Q Plot Gain Kemampuan Komunikasi Level
Sedang Kelas Langsung ... 87 Gambar 4.20 Normal Q-Q Plot Gain Kemampuan Komunikasi Level
Rendah ... 87 Gambar 4.21 Uji Interaksi Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 90 Gambar 4.22 Interaksi antara Pembelajaran dengan Level Kemampuan
Pemahaman Siswa ... 100 Gambar 4.23 Interaksi antara Pembelajaran dengan Level Kemampuan
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1 Silabus ... 112
Lampiran A.2 RPP Kelas Eksperimen ... 114
Lampiran A.3 Modul Kelas Eksperimen ... 131
Lampiran A.4 LKS Kelas Eksperimen ... 143
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 158
Lampiran B.2 Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 160
Lampiran B.3 Alternatif Jawaban dan Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 163
Lampiran B.4 Kisi-kisi Skala Sikap Siswa ... 165
Lampiran B.5 Skala Sikap Siswa ... 166
Lampiran B.6 Lembar Observasi ... 168
Lampiran C.1 Analisis Data Uji Coba Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 170
Lampiran C.2 Analisis Data Uji Coba Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 175
Lampiran D.1 Daftar Nilai Awal Siswa Kelas Kontrol ... 181
Lampiran D.2 Daftar Nilai Awal Siswa Kelas Eksperimen ... 182
Lampiran D.3 Hasil Pretes & Postes Kemampuan Pemahaman Matematis 183
Lampiran D.4 Uji Statistik Data Kemampuan Pemahaman Matematis ... 187
(12)
Lampiran D.7 Uji Statistik Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 191
Lampiran D.8 Uji Statistik Postes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 193
Lampiran D.9 Uji Statistik Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 195
Lampiran D.10 Uji Statistik Gain Kemampuan Pemahaman Matematis ... 197
Lampiran D.11 Uji Statistik Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 198
Lampiran D.12 Uji Statistik Interaksi n-Gain Kemampuan Pemahaman Matematis ... 199
Lampiran D.13 Uji Statistik Interaksi n-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 206
Lampiran D.14 Pengolahan data skala sikap... 213
Lampiran E.1 Foto-Foto Penelitian... 216
(13)
ABSTRAK
Sunata (2014). “Penggunaan Program Google SketchUp dalam Pembelajaran Geometri untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa.”, SPs UPI, Bandung.
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan Program Google SketchUp dan pembelajaran langsung, interaksi antara pembelajaran yang digunakan dengan kategori kemampuan siswa dalam hal kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa, serta sikap siswa terhadap pembelajaran dengan Program Google SketchUp. Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan kelompok kontrol tes awal dan tes akhir. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa di salah satu SMP Negeri di Lembang dengan sampel penelitian siswa kelas VIII sebanyak dua kelas yang dipilih secara purposif. Kelompok eksperimen memperoleh pembelajaran dengan Program Google SketchUp dan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran langsung. Untuk mendapatkan data hasil penelitian digunakan instrumen berupa tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis, skala sikap, dan jurnal siswa. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan terhadap data tes awal, tes akhir, dan gain ternormalisasi kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis, serta terhadap data tes kedua kelompok dilakukan uji perbedaan rata-rata antara dua populasi dan ANOVA dua jalur. Analisis kualitatif dilakukan untuk menelaah sikap siswa terhadap pembelajaran Program Google SketchUp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran Program Google SketchUp lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung, peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran Program Google SketchUp lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung, terdapat suatu interaksi antara pembelajaran yang digunakan dengan kategori kemampuan (tinggi, sedang, dan rendah) siswa dalam hal kemampuan pemahaman matematis, terdapat suatu interaksi antara pembelajaran yang digunakan dengan kategori kemampuan (tinggi, sedang, dan rendah) siswa dalam hal kemampuan komunikasi matematis, serta sikap siswa positif terhadap pembelajaran dengan Program Google SketchUp.
(14)
v
“The Use of Google SketchUp Program in Teaching of Geometric to improve students Comprehension of Mathematical Communication,”
Post Graduate UPI, Bandung. Email : [email protected]
Drs.Turmudi, M.Ed, M.Sc, Ph.D, Dr. Stanley P. Dewanto., M.Pd (Universitas Pendidikan Indonesia)
Abstract
This study is intended to investigate the impovement of students’ comprehension of mathematical communication by using Google SketchUp and direct instruction, the interaction between students' learning ability and learning method in term of students' comprehension and mathematical communication skills, and also students' attitudes toward Google SketchUp. The study used quasi experimental design and employed control group with pretest and control final test. The population of study was eight grade students of a public Junior High school in Lembang and two classes were choosen as a sample. Experimental group was treated through Google SketchUp and control group was treated through direct instruction learning. The data were collected from students’ understanding of mathematical communication test, Likert scales, and student journal. The data were analyzed using quantitative and qualitative method. The quantitative data were analyzed using pretest and posttest and the normalized gain, test of the mean difference test and two-ways ANOVA. The qualitative data were analyzed using students' attitudes toward Google SketchUp learning. The finding of this study suggested that Google SketchUp learning was effective in improving students' comprehension of mathematical communication. Moreover, the result showed that there is interaction between students' learning ability (high, medium, andlow) in terms of students' comprehension of mathematical communication and also positive students' attitude toward Google SketchUp learning.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kemajuan teknologi yang semakin pesat berdampak pada kehidupan manusia. Hadirnya teknologi yang menjadikan kehidupan lebih baik dan cepat dimanfaatkan oleh ahli pendidikan dalam menunjang pembelajaran lebih baik. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memainkan peranan penting dalam upaya mencapai tujuan dan cita-cita pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu, semua bangsa yang sedang membangun, dituntut untuk mampu mengembangkan dan memanfaatkan IPTEK, sebagai salah satu syarat untuk dapat memacu laju pembangunan di setiap sektor. Persaingan untuk memperoleh kesempatan terbaik dalam berbagai hal pada era informasi dan globalisasi saat ini semakin ketat.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia adalah dengan mengembangkan program pendidikan, khususnya pendidikan matematika. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menjadikan hidupnya lebih baik. Pendidikan matematika secara substansial memuat pengembangan kemampuan berfikir yang berlandaskan kaidah-kaidah penalaran secara logis, kritis, sistematis, dan akurat. Dengan matematika, kita dapat berlatih berfikir secara logis, dan dengan matematika, ilmu pengetahuan lain bisa berkembang dengan cepat.
Mempelajari betapa pentingnya belajar matematika, tidak terlepas dari perannya dalam berbagai kehidupan, misalnya berbagai informasi dan gagasan banyak dikomunikasikan atau disampaikan dengan bahasa matematika, serta banyak masalah yang dapat disajikan ke dalam model matematika. Selain itu, dengan mempelajari matematika seseorang terbiasa berpikir secara sistematis, ilmiah, menggunakan logika, kritis, serta dapat meningkatkan daya kreativitasnya. Terkait dengan peran matematika, Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa matematika itu penting baik sebagai alat bantu, sebagai ilmu (bagi ilmuwan), sebagai pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap. Banyak
(16)
perhatian yang difokuskan pada pemahaman siswa terhadap konsep dan juga pada keterampilan berpikir, penalaran, dan penyelesaian masalah dalam matematika (Henningsen dan Stein, 1997).
Aktivitas pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru bisa menjadi penyebab rendahnya kemampuan berpikir matematis siswa. Apabila guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi, sementara siswa pasif mendengarkan dan menyalin, sesekali guru bertanya dan siswa menjawab, guru memberi contoh soal. Sehingga terjadilah pembelajaran mekanistik, pembelajaran bermakna yang diharapkan tidak terjadi (Usdiyana dkk, 2009). Selama ini pembelajaran matematika lebih bersifat latihan mengerjakan banyak soal yang hampir sama dengan contoh, akibatnya kemampuan berfikir matematis siswa kurang berkembang. Penelitian Supardi (2009) juga mengungkapkan bahwa siswa sekolah menengah memiliki kemampuan analisis matematis yang rendah, hal ini disebabkan karena rendahnya pemahaman matematika siswa. Permasalahan ini merupakan tantangan yang harus segera diatasi dan dicari solusi bagaimana agar pembelajaran matematika lebih menarik dan simpel sehingga dapat menarik minat siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya.
Uraian di atas memaparkan, bahwa perlu diupayakan pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Di samping itu, pembelajaran matematika yang diberikan harus dapat mengasah siswa agar mereka memiliki kemampuan dasar dalam matematika, siswa mampu menyelesaikan masalah, menemukan dan mengkomunikasikan ide-ide yang muncul dalam benak siswa. Terkait dengan peningkatan kemampuan tersebut, Sumarmo (2006) mengemukakan bahwa kemampuan dasar matematika yang diharapkan bisa dimiliki siswa pada setiap jenjang sekolah, dapat diklasifikasikan dalam lima standar yaitu kemampuan: (1) mengenal, memahami, dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide matematika; (2) menyelesaikan masalah matematik (mathematical problem solving); (3) bernalar matematik (mathematical reasoning); (4) melakukan
(17)
koneksi matematik (mathematical connection); dan (5) komunikasi matematik (mathematical communication). Untuk itu, dalam pembelajaran matematika diharapkan siswa memiliki kemampuan pemahaman dan kemampuan komunikasi matematis yang baik.
Kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa dapat berkembang dengan baik jika dalam proses pembelajaran matematika diberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan ide-ide matematisnya. Sejalan dengan itu Pimm (1996) menyatakan bahwa anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik di saat mereka saling mendengarkan ide yang satu dan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka.
Terkadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi, artinya materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal (Sanjaya, 2010). Untuk menghindari semua itu, perlu penyusunan strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar. Disamping itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong terciptanya kemudahan-kemudahan dalam mengakses informasi dan memperkecil waktu yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan tersebut, sehingga proses yang dibutuhkan untuk mencapai pemahaman terhadap suatu pelajaran dapat lebih cepat. Selanjutnya Sanjaya (2010:162) mengatakan bahwa dengan kemajuan teknologi, guru dapat menggunakan berbagai media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media komunikasi, bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik.
Teknologi yang digunakan dalam dunia pendidikan seperti komputer, kalkulator grafik, televisi dan lain sebagainya disebut dengan ICT. Berdasarkan penelitian (Kulik dalam Dahlan, 2009) dinyatakan bahwa dibandingkan dengan
(18)
pembelajaran konvensional, pembelajaran interaktif dengan media komputer mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam matematika, kecepatan siswa dalam penguasaan konsep yang dipelajarinya lebih tinggi, retensi siswa lebih lama, dan sikap siswa semakin positif. Program-program komputer sangat tepat untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran konsep-konsep yang menuntut ketelitian yang tinggi, konsep atau prinsip yang perlu disajikan secara repetitif dan penyelesaian dalam tampilan grafik yang cepat dan akurat.
Umumnya kemampuan siswa di sekolah terbagi atas tiga level; siswa level tinggi (siswa kelompok atas, biasanya siswa ini memiliki kemampuan di atas teman-teman sekelasnya); siswa level sedang (siswa kelompok menengah, biasanya memiliki kemampuan rata-rata pada umumnya); dan yang ketiga siswa level rendah (siswa kelompok bawah, biasanya memiliki kemampuan di bawah rata-rata kelasnya). Perlu strategi dalam pembelajaran untuk siswa pada level tinggi dan pada level rendah. Jika dalam pembelajaran guru menyamaratakan perlakuan kepada siswanya, secara otomatis ada ketimpangan hasil yang diperoleh antara siswa level rendah dan level tinggi. Ketimpangan yang terjadi mungkin saja siswa pada level rendah menjadi bosan karena tidak mengerti apa yang diajarkan gurunya, atau siswa pada level tinggi menjadi bosan, karena pembelajaran tersebut kurang menantang dan kurang memperhatikan perbedaan individual siswa (Indrajaya, 2011).
Salah satu cara untuk mengatasi perbedaan individual siswa antara lain dengan pembelajaran berbantuan komputer, sebagaimana menurut Glass (Dahlan, 2009), komputer dapat dimanfaatkan untuk mengatasi perbedaan individual siswa, mengajarkan konsep, melaksanakan perhitungan dan menstimulir belajar siswa. Siswa dapat mengatur kecepatan belajarnya disesuaikan dengan tingkat kemampuannya.
Mereka dapat mengulang beberapa kali sampai benar-benar menguasai materi yang harus difahaminya. Ini sangat ideal bagi siswa yang tergolong level rendah. Bagi siswa yang kemampuannya tinggi (fast learner), mereka dapat diberi pengayaan (enrichment) sehingga mereka akan merasa tertantang dan mendapat
(19)
kesempatan untuk melakukan eksplorasi konsep secara lebih mendalam (Indrajaya, 2011).
Komputer dapat digunakan untuk mengajar, sebagai fasilitas pembelajaran beberapa topik pelajaran, membantu siswa untuk belajar bagaimana menggunakan teknologi (Almeqdadi, 2000). Dengan menggunakan komputer, guru bisa meminta siswa untuk mengeksplorasi, investigasi, interpretasi, representasi serta memecahkan masalah matematika dengan software yang cukup interaktif (King & Schneider dalam Samantha, 2004).
Beberapa program komputer dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang interaktif dan dinamis. Media pembelajaran yang interaktif dan dinamis yaitu bahwa media tersebut dapat digunakan secara mandiri maupun kelompok serta mampu memberikan pemahaman kepada penggunanya atas permasalahan matematika simbolik yang beraneka ragam (Marjuni, 2007). Dengan bantuan programnya, komputer dapat memberi akses pada siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi konsep matematika, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik dalam konsep tersebut.
Program Google SketchUp adalah suatu sofware atau program untuk mengeksplorasi dan menyajikan ide dalam bentuk 3D. Dengan Program Google SketchUp, kita dapat membuat konstruksi berbagai bangun dimensi dua dan dimensi tiga. Google SketchUp dimanfaatkan sebagai bantuan dalam pembelajaran matematika, karena kemudahannya dalam membantu menuangkan gambar dalam bentuk 3D yang bisa dilihat dari berbagai arah.
Selain dalam bidang pendidikan, riset-riset dalam bidang rekayasa juga banyak yang menggunakan software ini sebagai alat bantu pemodelan dan perancangan desain bangunan.
Adanya kemampuan-kemampuan yang dimiliki Google SketchUp tersebut memungkinkan tumbuhnya minat, motivasi dan sikap positif siswa khususnya terhadap matematika, selain sesuai dengan karakteristik konsep matematika yang memerlukan penyajian secara tepat dan akurat, membutuhkan gambaran proses, menumbuhkan kegiatan eksplorasi dan menjadikan konsep matematika yang
(20)
dapat disajikan sebagai materi pembelajaran yang menarik, sehingga diharapkan akan meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa.
Menyikapi permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika sekolah seperti yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis melalui model pembelajaran geometri menggunakan program Google SketchUp di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis memberi judul: Penggunaan Program Google SketchUp dalam Pembelajaran Geometri untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa.
B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Rumusan Masalah
1) Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran geometri berbantuan Program Google SketchUp lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung?
2) Apakah peningkatan kemampuan Komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran geometri berbantuan Program Google SketchUp lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung?
3) Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran dan level (tinggi, sedang dan rendah) terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa? 4) Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran dan level (tinggi,
sedang dan rendah) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa? 5) Bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika berbantuan
Program Google SketchUp?
(21)
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji dalam penilitian ini, masalah penelitian dibatasi dengan pembatasan sebagai berikut: 1) Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII di salah satu SMP Negeri di
Lembang dengan pertimbangan bahwa siswa SMP dalam kemampuan dasar matematika relatif masih rendah, sehingga lebih membutuhkan penanganan dalam upaya peningkatan kemampuan matematika tingkat tinggi.
2) Konsep yang diteliti hanya dibatasi pada konsep bangun ruang, karena saat dilakukan penelitian, topik tersebut telah disesuaikan dengan waktu pada program semester.
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran geometri berbantuan Program Google SketchUp lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan Komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran geometri berbantuan Program Google SketchUp lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung.
3. Mengetahui terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran dan level (tinggi, sedang dan rendah) terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa.
4. Mengetahui terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran dan level (tinggi, sedang dan rendah) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
5. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika berbantuan Program Google SketchUp.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(22)
Penerapan aktivitas pembelajaran matematika berbantuan Program Google SketchUp dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa.
2. Bagi Guru
Penerapan aktivitas pembelajaran matematika berbantuan Program Google SketchUp dapat dijadikan sebagai selingan dalam kegiatan pembelajaran matematika. Karena untuk pembelajaran matematika kegiatan eksplorasi, penemuan, dan pemecahan masalah lebih baik digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa.
3. Bagi sekolah
Tindakan yang dilakukan dengan menerapkan pembelajaran matematika berbantuan Program Google SketchUp dapat menjadi salah satu cara yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa.
4. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk menindaklanjuti suatu penelitian dalam ruang lingkup yang lebih luas.
E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Pemahaman matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah a. Pemahaman instrumental, yang mencakup kemampuan pemahaman
konsep tanpa kaitan dengan yang lainnya dan dapat melakukan perhitungan sederhana.
b. Pemahaman relasional, yang mencakup kemampuan menyusun strategi penyelesaian yang dapat mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya.
2. Komunikasi matematis siswa yang ditelaah dalam penelitian ini ialah kemampuan siswa dalam: (1) memodelkan situasi-situasi dengan menggunakan tulisan, baik secara konkret, gambar, grafik, atau metode-metode aljabar; (2) membaca dengan pemahaman suatu representasi
(23)
matematika tertulis; (3) menjelaskan ide atau situasi matematis secara tertulis; dan (4) mengungkapkan kembali suatu uraian matematika dalam bahasa sendiri.
3. Program Google SketchUp adalah suatu sofware atau program untuk mengeksplorasi dan menyajikan ide dalam bentuk dua dimensi atau tiga dimensi (Bangun ruang).
4. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) adalah merupakan pembelajaran yang bersifat informatif, dimana guru memberi dan menjelaskan materi pelajaran, siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan yang disampaikan guru, siswa belajar sendiri-sendiri, kemudian siswa hanya mencatat, mendengarkan, bertanya, dan mengerjakan soal secara individu maupun secara berkelompok.
5. Sikap adalah suatu tanggapan/respon untuk bertindak atau bereaksi secara sadar sebagai dampak dari pandangan atau keyakinan tentang suatu objek. Respon tersebut mendorong seseorang untuk menerima atau menolak objek atau ide tersebut sehingga berdampak pada perilakunya terhadap objek tersebut. Sikap siswa yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sikap siswa terhadap pelajaran matematika, pembelajaran dengan penerapan pembelajaran matematika berbantuan Program Google SketchUp, dan soal-soal pemahaman dan komunikasi matematis.
(24)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dan desain pretest-postest kelompok tanpa acak. Pada penelitian ini ada dua kelas subjek penelitian, yaitu kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran matematika berbantuan program Google SketchUp dan kelas kontrol yang melaksanakan pembelajaran secara langsung. Kedua kelompok diberikan pretest dan posttest.
Sudjana dan Ibrahim (2009: 44) menyatakan bahwa penelitian kuasi eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang tidak terkontrol secara ketat atau penuh, pengontrolan disesuaikan dengan kondisi yang ada (situasional). Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah menggunakan pembelajaran matematika berbantuan program Google SketchUp, sedangkan variabel terikat adalah kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran matematika berbantuan program Google SketchUp, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa.
Desain kuasi eksperimen yang digunakan berlandaskan pada Sudjana dan Ibrahim (2010: 44), yaitu desain pretest-postest kelompok tanpa acak. Desain rencana penelitian untuk eksperimen sebagai berikut:
Tabel 3.1
Desain Pretest-Posttest Kelompok Tanpa Acak Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen Y1 X Y2
(25)
Keterangan:
Y1 : Pretest kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis Y2 : Posttest kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis X : Pembelajaran matematika berbantuan program Google SketchUp
Pengaruh penggunaan pembelajaran matematika berbantuan Google SketchUp terhadap kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa yang lebih mendalam terlihat bahwa penelitian ini melibatkan kategori kemampuan siswa (tinggi, sedang dan rendah). Keterkaitan antar variabel bebas, terikat, dan kontrol disajikan dalam model Weiner (Lindawati, 2010) yang disajikan pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel. 3.2 Tabel Weiner tentang Keterkaitan Antar Variabel Bebas, Terikat dan Kontrol Kemampuan yang diukur
Kemampuan Pemahaman
(KP)
Kemampuan Komunikasi
(KK) Pembelajaran PG(A) PL(B) PG(A) PL(B)
Kelompok Siswa
Tinggi (T) KPAT KPBT KKAT KKBT Sedang (S) KPAS KPBS KKAS KKBS Rendah (R) KPAR KPBR KKAR KKBR
KPA KPB KKA KKB
Keterangan:
PG (A) : Pembelajaran matematika berbantuan Google SketchUp. PL (B) : Pembelajaran dengan pembelajaran langsung.
Contoh: KPAT adalah kemampuan pemahaman siswa kelompok tinggi yang pembelajarannya dengan pembelajaran matematika berbantuan Google SketchUp
KKBS adalah kemampuan komunikasi siswa kelompok sedang yang pembelajarannya dengan pembelajaran langsung.
(26)
KPA adalah kemampuan pemahaman siswa yang pembelajarannya dengan pembelajaran matematika berbantuan Google SketchUp.
B. Populasi, dan Responden Sampel Penelitian
Fakta yang diungkap pada bagian latar belakang masalah menyebutkan bahwa, prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika di Indonesia masih rendah. Hal ini didasarkan pada penelitian Sunata (2009), Lindawati (2010) yang melibatkan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai subjek penelitiannya.
Pemilihan siswa SMP sebagai responden sampel penelitian didasarkan pada pertimbangan tingkat perkembangan kognitif siswa SMP masih pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke operasi formal, sehingga ingin dilihat bagaimana penerapan pembelajaran matematika dengan berbantuan Google SketchUp bagi siswa SMP, sehingga dengan pertimbangan inilah maka dipilih populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di Lembang.
Kemampuan siswa SMP di provinsi-provinsi di Indonesia umumnya mempunyai kemampuan sedang. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil Ujian Nasional (UN) tingkat nasional khususnya nilai matematika pada tahun pembelajaran 2007/2008 yaitu 6,69 (Puspendik, 2008) berada pada kategori sedang (klasifikasi B). Peneliti memilih SMP-SMP yang ada di Jawa Barat, hal ini karena SMP-SMP yang ada di Jawa Barat mempunyai kemampuan sedang. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil Ujian Nasional (UN) untuk provinsi Jawa Barat khususnya nilai matematika pada tahun pembelajaran 2007/2008 yaitu 7,31 (Puspendik, 2008) berada pada kategori sedang (klasifikasi B), sehingga dianggap dapat mewakili SMP-SMP pada umumnya di Indonesia.
Sekolah Menengah Pertama yang ada di Jawa Barat, dipilih salah hanya satu SMP Negeri di Lembang, karena SMP ini mempunyai karakteristik yang serupa dengan populasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil UN Matematika dalam pembelajaran 2008/2009 (Puspendik, 2009) yang berada
(27)
pada kategori sedang (klasifikasi B). Selain itu, peneliti berdomisili di Bandung, sehingga dapat memudahkan komunikasi dengan responden penelitian. Serta karena keterbatasan tenaga, waktu, dan supaya biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan memilih SMP di provinsi lain.
Terkait dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, peneliti memilih sekolah level menengah, karena sekolah dengan level ini kemampuan akademik siswanya heterogen, dapat mewakili siswa dari tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Dari keterangan yang diperoleh dari kepala sekolah di SMP tersebut, bahwa sekolah ini termasuk dalam sekolah level menengah.
Responden sampel dalam penelitian ini, dipilih siswa kelas tujuh SMP yang didasarkan pada pertimbangan antara lain: siswa kelas VII merupakan siswa baru yang berada dalam masa transisi dari SD ke SMP, sehingga masih belum stabil dalam belajar, sedangkan siswa kelas VIII dimungkinkan gaya belajarnya sudah stabil sehingga mudah untuk diarahkan. Demikian pula dengan kelas IX sedang dalam persiapan mengikuti Ujian Nasional.
Lima kelas VIII yang ada di SMP tersebut yang setiap kelompok kelasnya memiliki karakteristik yang sama, dipilih dua kelas secara acak dengan cara mengundi untuk dijadikan sampel penelitian. Teknik acak kelas ini digunakan karena setiap kelas dari seluruh kelas yang ada mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Terpilihlah kelas VIII C dan VIII E sebagai sampel penelitian, kemudian dari dua kelas tersebut dipilih secara acak, satu kelas digunakan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi digunakan sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini terpilih siswa kelas VIII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII E sebagai kelas kontrol.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Lembang yang dijadikan subyek penelitian adalah sebuah sekolah yang terletak di daerah Kabupaten
(28)
Bandung Barat Provinsi Jawa Barat, beralamat di Cibodas Lembang. Sekolah ini memiliki jumlah siswa setiap kelasnya rata-rata 40 orang.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes dan non-tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri dari tes kemampuan Pemahaman dan Komunikasi matematis dalam bentuk jawaban singkat dan uraian, sedangkan instrumen dalam bentuk non-tes skala sikap siswa dan lembar observasi. Masing-masing instrumen tersebut selengkapnya diuraikan sebagai berikut. 1. Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Tes diberikan kepada siswa untuk mengukur kemampuan Pemahaman dan Komunikasi matematis siswa sebelum dan sesudah proses pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Materi yang diujikan adalah materi dimensi tiga, yaitu Bangun Ruang Kubus, Balok, Prisma dan Limas. Instrumen tes kemampuan pemahaman matematis terdiri dari tiga soal berbentuk uraian, dan instrumen tes komunikasi matematis terdiri dari tiga soal uraian.
Penyusunan tes instrumen di awali dengan pembuatan kisi-kisi soal, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan soal, membuat alternatif jawaban dan aturan skor untuk masing-masing butir soal. Sebelum digunakan, instrumen diujicobakan terlebih dahulu untuk memeriksa validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Instrumen tes diujicobakan kepada siswa kelas IX salah satu SMP Negeri di Lembang sebanyak 35 orang siswa. Perhitungan hasil uji coba tersebut adalah sebagai berikut.
a. Validitas Butir Soal
Menurut Sudijono (2001), validitas dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal tersebut. Untuk menguji validitas tiap butir soal, skor-skor yang ada pada item tes dikorelasikan dengan skor total.
(29)
Perhitungan validitas butir soal akan dilakukan dengan rumus korelasi Product Momen dengan angka kasar (Arikunto, 2009: 78), yaitu:
} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxyKeterangan : rxy= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = banyaknya sampel
X = skor soal nomor ke-i setiap siswa Y = Skor total setiap siswa
Kemungkinan interpretasinya dengan taraf signifikan 0,05 yaitu: (i) Jika rhit≤ rtabel , maka korelasi tidak signifikan (ii) Jika rhit > rtabel , maka korelasi signifikan
Interpretasi berdasarkan nilai koefisien korelasi validitas butir soal disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < 1,00 Sangat tinggi 0,60 < 0,80 Tinggi 0,40 < 0,60 Cukup 0,20 < 0,40 Rendah
0,20 Kurang
Sumber : Arikunto (2009)
Data uji coba diolah dengan bantuan Microsoft Excel 2013. Perhitungan dengan software Anates versi 4.0. Rangkuman uji validitas tes kemampuan pemahaman matematis disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.4
Data Hasil Uji Validitas Tes Pemahaman Matematis
Nomor Soal Korelasi Interpretasi Validitas Signifikansi
1 0,706 Tinggi (baik) Signifikan
2 0,800 Tinggi (baik) Sangat Signifikan 3 0,796 Tinggi (baik) Sangat Signifikan
(30)
Tiga butir soal yang digunakan untuk menguji kemampuan pemahaman matematis tersebut berdasarkan kriteria validitas tes, diperoleh soal yang mempunyai validitas tinggi atau baik. Artinya, semua soal mempunyai validitas yang baik.
Untuk tes pemahaman matematis diperoleh nilai korelasi xy sebesar 0,61. Apabila diinterpretasikan berdasarkan kriteria validitas tes dari Guilford, maka secara keseluruhan tes pemahaman matematis memiliki validitas yang sedang atau cukup.
Tabel 3.5
Data Hasil Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Nomor Soal Korelasi Interpretasi
Validitas Signifikansi
4 0,674 Tinggi (baik) Signifikan
5 0,779 Tinggi (baik) Sangat Signifikan 6 0,723 Tinggi (baik) Sangat Signifikan
Tiga butir soal yang digunakan untuk menguji kemampuan komunikasi matematis tersebut berdasarkan kriteria validitas tes, diperoleh bahwa ketiga butir soal tersebut mempunyai validitas tinggi atau baik. Artinya, semua soal mempunyai validitas yang baik. Untuk kriteria signifikansi dari korelasi pada tabel di atas terlihat bahwa semua butir sangat signifikan.
Secara keseluruhan tes komunikasi matematis mempunyai nilai korelasi xy sebesar 0,58. Apabila diinterpretasikan berdasarkan kriteria validitas tes dari Guilford, maka secara keseluruhan tes komunikasi matematis memiliki validitas yang sedangatau cukup.
b. Reliabilitas Butir Soal
Menurut Arikunto (2009), suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2009). Untuk mengukur realibilitas digunakan perhitungan
Cronbach’s Alpha atau Koefisien Alpha (Arifin, 2009). Rumus yang
(31)
22 1 1 x i R R Keterangan:
= reliabilitas instrumen R = jumlah butir soal
2
i
= variansi butir soal 2
x
= variansi skor total
Tingkat reliabilitas dari soal uji coba kemampuan spasial dan penalaran matematis menggunakan interpretasi dari Guilford (Ruseffendi, 2005: 160), yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.6
Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Besarnya
Tingkat Reliabilitas 0,00
0,20 Kecil0,20
0,40 Rendah 0,40
0,70 Sedang 0,70
0,90 Tinggi0,90
1,00 Sangat tinggiRangkuman perhitungan reliabilitas dengan menggunakan Microsoft Excel 2013 dari hasil uji coba soal tes kemampuan spasial dan penalaran matematis dapat dilihat pada tabel dibawah ini, sedangkan untuk perhitungan realibilitas dengan program Anates versi 4.0
Tabel 3.7
Data Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan komunikasi Matematis
Kemampuan
InterpretasiPemahaman 0,760 Tinggi
Komunikasi 0,730 Tinggi
Berdasarkan tabel 3.7 diketahui bahwa reliabilitas hasil uji coba tes kemampuan Pemahaman termasuk kategori tinggi dan untuk tes kemampuan Komunikasi termasuk kategori tinggi. Artinya, tingkat ketepatan dan
(32)
konsistensi soal-soal tes yang digunakan dalam instrumen sudah layak untuk mengukur kemampuan Pemahaman dan Komunikasi matematis siswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Arikunto (2009) bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
c. Daya Pembeda
Arikunto (2009) mengungkapkan bahwa daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda suatu butir soal dikatakan tidak baik jika butir soal tersebut dapat dijawab benar oleh siswa yang berkemampuan tinggi maupun siswa yang berkemampuan rendah. Selain itu, jika suatu butir soal tidak dapat dijawab benar oleh siswa berkemampuan tinggi maupun siswa berkemampuan rendah, maka daya pembeda butir soal tersebut juga tidak baik.
Berdasarkan skor hasil uji coba tes kemampuan Pemahaman dan Komunikasi matematis, seluruh siswa dikelompokkan menjadi tiga kategori dengan jumlah siswa yang seimbang, yaitu kategori siswa yang mendapat skor tinggi, sedang dan rendah. Kelompok siswa yang mendapatkan skor tinggi disebut sebagai kelompok atas, sedangkan kelompok siswa yang mendapat skor rendah disebut sebagai kelompok bawah.
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda dari masing-masing butir soal tes kemampuan Pemahaman dan Komunikasi matematis, yaitu:
Soal
Maks
Skor
JS
JB
JB
DP
A B A.
Keterangan :DP = Daya pembeda
JBA = Jumlah skor dari kelompok atas (unggul) JBB = Jumlah skor siswa dari kelompok bawah (asor) JSA = Jumlah siswa dari kelompok atas
(33)
Daya pembeda instrumen tes kemampuan Pemahaman dan Komunikasi matematis menggunakan interpretasi sebagai berikut.
Tabel 3.8
Koefisien Daya Pembeda
Koefisien Daya Pembeda Interpretasi
DP 0,40 Sangat baik
0,30 DP < 0,40 Baik 0,20 DP < 0,30 Cukup
DP < 0,20 Tidak baik Sumber: Depdiknas (2006)
Rangkuman hasil uji daya pembeda tes kemampuan Pemahaman matematis disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.9
Data Hasil Uji Daya Pembeda Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Tes No
Soal
Indeks
Daya Pembeda Interpretasi
Keterangan
Kemampuan Pemahaman
Matematis
1 43,18 % Baik dipakai
2 52,27 % Sangat baik dipakai
3 47,73 % Baik dipakai
Kemampuan Komunikasi
Matematis
4 40,91 % Baik dipakai
5 56,82 % Sangat baik dipakai
6 45,45 % Baik dipakai
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk soal tes pemahaman matematis yang terdiri dari lima butir soal, terdapat tiga butir soal yang daya pembedanya baik yaitu soal nomor 1 dan 3 sedangkan soal nomor 2 daya pembedanya sangat baik. Untuk soal tes komunikasi matematis terdapat dua butir soal yang daya pembedanya baik yaitu soal nomor 4 dan 6, sedangkan soal nomor 5 daya pembedanya sangat baik.
(34)
d. Tingkat Kesukaran Soal
Butir-butir soal dikatakan baik, jika tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah (Arikunto, 2009). Analisis tingkat kesukaran soal perlu untuk dilakukan untuk mengetahui derajat kesukaran butir soal yang telah dibuat. Tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung menggunakan rumus berikut (Sudjana, 2010: 137):
I
N B Keterangan:
I = Indeks kesukaran untuk setiap butir soal
B = Jumlah nilai yang didapat seluruh siswa dalam menjawab soat yang dimaksudkan
N = Jumlah nilai maksimum ideal seluruh siswa pada butir soal
Klasifikasi interpretasi tingkat kesukaran butir soal yang digunakan, yaitu:
Tabel 3.10
Koefisien Tingkat Kesukaran Soal Koefisien Tingkat Kesukaran Interpretasi
TK > 0,70 Mudah
0,30 TK 0,70 Sedang
TK < 0,30 Sukar Sumber: Depdiknas (2006)
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Anates Versi 4.0. diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal tes pemahaman dan komunikasi matematis yang terangkum dalam Tabel 3.11 berikut ini:
Tabel 3.11
Data Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Tes No
Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi Keterangan Kemampuan
Pemahaman Matematis
1 62,50% Sedang dipakai
2 55,68% Sedang dipakai
3 42,05% Sedang dipakai
Kemampuan Komunikasi
4 27,27% Sukar dipakai
(35)
Matematis 6 50,00% Sedang dipakai Berdasarkan tabel 3.11 diketahui bahwa untuk soal tes pemahaman matematis terdiri dari tiga butir soal, terdapat 3 soal tes dengan tingkat kesukaran sedang, yaitu soal nomor 1, 2, dan 3. Sedangkan soal tes komunikasi matematis terdapat dua butir soal yang tingkat kesukarannya sedang, yaitu soal nomor 5 dan 6, sedangkan soal nomor 4 tingkat kesukarannya sukar.
Rekapitulasi dari semua perhitungan analisis hasil uji coba tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis disajikan secara lengkap dalam Tabel 3.12 di bawah ini:
Tabel 3.12 Rekapitulasi Analisis
Data Hasil Uji Coba Soal Tes Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Tes No
Soal Interpretasi Validitas Interpretasi Tingkat Kesukaran Interpretasi Daya Pembeda Interpretasi Reliabilitas Kemampuan Pemahaman Matematis
1 Tinggi
(baik) Sedang Baik
Tinggi 2 Tinggi
(baik) Sedang Sangat baik 3 Tinggi
(baik) Sedang Baik
Kemampuan Komunikasi Matematis
4 Tinggi
(baik) Sukar Baik
Tinggi 5 Tinggi
(baik) Sedang Sangat baik 6 Tinggi
(baik) Sedang Baik
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan terhadap hasil ujicoba tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis yang dilaksanakan di salah satu SMP Negeri di Lembang pada kelas IX, serta dilihat dari hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal, maka dapat disimpulkan bahwa soal tes tersebut layak dipakai sebagai acuan untuk mengukur kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa SMP kelas IX yang merupakan responden dalam penelitian ini.
(36)
2. Skala Sikap
Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing, dan soal-soal pemahaman dan komunikasi. Instrumen skala sikap dalam penelitian ini terdiri dari 20 butir pertanyaan dan diberikan kepada siswa kelompok eksperimen setelah semua kegiatan pembelajaran berakhir yaitu setelah postes.
Model skala yang digunakan adalah model skala Likert. Derajat penilaian terhadap suatu pernyataan tersebut terbagi ke dalam 4 kategori, yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Dalam menganalisis hasil skala sikap, skala kualitatif tersebut ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Pemberian nilainya dibedakan antara pernyataan yang bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat positif. Untuk pernyataan yang bersifat positif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, dan STS diberi skor 4. Menurut Sugiyono (2010), data interval skala sikap ini dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skor setiap jawaban dari responden.
Langkah pertama dalam menyusun skala sikap adalah membuat kisi-kisi. Kemudian melakukan uji validitas isi butir pernyataan dengan meminta pertimbangan teman-teman mahasiswa Pascasarjana UPI dan selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, mengenai isi dari skala sikap sehingga skala sikap yang dibuat sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan serta dapat memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Selanjutnya, dilakukan juga uji validitas skala sikap ini kepada beberapa orang siswa (kelompok terbatas) sebanyak empat orang dalam melihat keterbacaan kalimat-kalimat dalam angket tersebut.
Mengetahui sikap siswa, siswa mempunyai sikap positif atau negatif, maka rata-rata skor setiap siswa dibandingkan dengan skor netral terhadap
(37)
setiap butir skor, indikator dan klasifikasinya. Bila rata-rata skor seorang siswa lebih kecil dari skor netral, artinya siswa mempunyai sikap negatif. Sedangkan bila rata-rata skor seorang siswa lebih besar dari skor netral, artinya siswa mempunyai sikap positif.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dianalisis dari penelitian ini diperoleh melalui tes dan angket. Untuk melihat adanya peningkatan kemampuan Pemahaman dan komunikasi matematis siswa, kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing diberi pretes dan postes. Selanjutnya, untuk mengetahui tentang sikap positif siswa selama proses pembelajaran, yaitu melalui angket skala sikap dan lembar observasi.
E. Tahap Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dalam tiga tahap kegiatan, yaitu; tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti, antara lain:
a. Studi kepustakaan mengenai pembelajaran geometri berbantuan program Google SketchUp, kemampuan Pemahaman dan Komunikasi matematis siswa.
b. Menyusun instrumen penelitian melalui konsultasi dengan dosen pembimbing, kemudian menguji dan mengolah data hasil uji coba instrumen tersebut.
(38)
d. Melakukan observasi pembelajaran di sekolah dan berkonsultasi dengan pihak sekolah, yaitu guru bidang studi matematika untuk menentukan waktu, teknis pelaksanaan penelitian, serta meminta data tentang hasil ulangan harian siswa untuk mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan awal matematis.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan awal dalam tahap ini adalah memberikan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal Pemahaman dan Komunikasi matematis siswa. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan proses pembelajaran matematika materi geometri berbantuan program Google SketchUp di kelas eksperimen dan pembelajaran langsung di kelas kontrol. Peneliti bertindak sebagai guru pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Kelas eksperimen dan kelas kontrol mendapat perlakuan yang sama dalam hal jumlah jam pelajaran, materi yang diajarkan, serta soal-soal latihan dan tugas. Selain menggunakan buku paket yang disediakan pihak sekolah, kelas eksperimen diberi modul pembelajaran geometri berbantuan program Google SketchUp. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, materi pelajaran matematika yang diberikan adalah mengenai dimensi tiga, yaitu Bangun Ruang Kubus, Balok, Prisma dan Limas dengan jumlah pertemuan pembelajaran sebanyak enam kali pertemuan.
Setelah seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi tes akhir (postes). Soal tes akhir yang diberikan sama dengan soal tes awal (pretes), hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan Pemahaman dan Komunikasi matematis siswa. Waktu pelaksanaan tes yaitu 100 menit. Selain postes, kelas eksperimen diberikan juga angket skala sikap.
3. Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software SPSS 17.0, dan Microsoft Excel 2013.
(39)
a. Pengolahan Data Hasil Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Data hasil pretes dan postes diolah dan dianalisis secara kuantitatif. Dari hasil pretes dapat dilihat kemampuan siswa sebelum diberi pembelajaran, sedangkan melalui hasil postes dapat dilihat kemampuan siswa setelah pembelajaran. Peningkatan kemampuan masing-masing siswa dapat dilihat melalui skor gain ternormalisasi. Sebelum data diolah secara statistik, tahapan kegiatan yang dilakukan yaitu:
a) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan alternatif jawaban dan rubrik penskoran yang digunakan.
b) Peningkatan kemampuan Pemahaman dan Komunikasi matematis siswa dihitung dengan menggunakan Gain ternormalisasi (N-Gain).
N-gain = −
� � −
(Meltzer, 2002).
Hasil perhitungan indeks gain diinterpretasikan dengan menggunakan kategori menurut Hake (Meltzer, 2002) sebagai berikut:
N-gain < 0,3 : rendah 0,3 N-gain < 0,7 : sedang N-gain ≥ 0,7 : tinggi
Melihat gambaran secara umum pencapaian kemampuan Pemahaman dan Komunikasi matematis siswa dilakukan dengan penghitungan statistik deskriptif, yaitu rata-rata, simpangan baku, skor maksimal dan minimal. Uji hipotesis dilakukan setelah memeriksa normalitas dan homogenitas data.
Taraf signifikansi α = 0,05.
1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan dalam analisis selanjutnya.
Rumusan hipotesis yang diuji adalah:
(40)
H1 : sampel dari populasi berdistribusi tidak normal
Uji normalitas menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria pengujian, jika nilai signifikansi >�, maka H0 diterima (Trihendradi, 2008), jika dari uji itu diperoleh distribusi data normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas dan jika distribusi data tidak normal maka menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-Wihtney. 2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi (Ruseffendi, 1993: 373). Untuk mengetahui distribusi data tersebut homogen atau tidak, digunakanlah uji Homogeneity of Variances (Levene Statistic).
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : variansi pada tiap kelompok data homogen
H1 : tidak semua variansi pada tiap kelompok data adalah homogen
Uji statistiknya menggunakan Uji Levene dengan kriteria pengujian yaitu H0 diterima apabila nilai signifikansi > 0,05,( (Trihendradi, 2008). Jika distribusi data tidak homogen maka digunakan uji t’.
3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan tergantung dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas variansi data. Jika kedua data berdistribusi normal, dan variansi kedua kelompok data homogen, uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji Independent-Samples T Test (Uji-t). Dalam penelitian ini ingin dilihat perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa SMP berbantuan program Google SketchUp dan siswa yang belajar dengan pembelajaran langsung.
Hipotesis yang diajukan adalah: a. Uji dua pihak/arah (2-tailed)
(41)
H0 : � = �
Rata-rata skor pretes kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol H1 : � ≠ �
Rata-rata skor pretes kelas eksperimen berbeda dengan kelas kontrol
b. Uji sepihak/searah (one-tailed) H0 : � =�
Peningkatan kemampuan matematis kelas eksperimen tidak berbeda dengan kelas kontrol
H1 : � > �
Peningkatan kemampuan matematis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol
Kedua data jika berdistribusi normal maka akan di uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji Idependent-Samples T Test (Uji-t). Jika variansi kedua kelompok data homogen, nilai signifikansi yang diperhatikan adalah nilai pada baris “Equal variances assumed”, sedangkan jika variansi kedua kelompok data tidak homogen nilai signifikansi yang diperhatikan yaitu nilai pada baris “Equal variances not
assumed”. Selanjutnya, jika terdapat minimal satu data tidak berdistribusi
normal, maka uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji statistik nonparametrik, yaitu Uji Mann-Whitney karena dua sampel yang diuji saling bebas/independen (Ruseffendi, 1993). Untuk uji dua pihak, kriteria penerimaan H0 bila nilai signifikan >�/2.
4) Uji Interaksi
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah perlakuan (pembelajaran) yang diberikan memberikan kebermaknaan yang berarti bagi level kemampuan siswa yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Proses pengujian dilakukan dengan ANOVA-2 jalur. Dengan cara ini dapat diketahui pada level mana pendekatan pembelajaran baik diterapkan.
(42)
Rumusan hipotesis yang diuji adalah:
H0: tidak terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran dan level
kemampuan siswa
H1: terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran dan level terhadap
kemampuan siswa
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas: Jika probabilitas taraf signifikasni > 0,05, maka H0 diterima. Pada kondisi lain
hipotesis ditolak.
Lengkapnya alur pengolahan data yang akan dilakukan pada masing-masing pengujian dapat dilihat pada flow chart di bawah ini :
FLOW CHART
T Y
T
Y
DATA KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS
NORMAL NONPARAMETRIK UJI
UJI-T
UJI-T’
KESIMPULAN
KESIMPULAN
UJI NORMALITAS
UJI HOMOGENITAS
(43)
Gambar 3.1
Alur yang Dipakai dalam Pengolahan Data b. Pengolahan Data Skala Sikap
Perhitungan skor sikap siswa dilakukan dengan memberikan skor pada setiap pilihan respon pernyataan sikap siswa dengan model Skala Likert. Setelah data dikumpulkan, kemudian ditransformasi menjadi data interval menggunakan Microsoft Office Excel 2013.
F. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.13
Jadwal Kegiatan Penelitian Kegiatan
Bulan
Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan proposal
Seminar proposal
Pembuatan instrumen Pembuatan bahan ajar Mengurus perizinan Implementasi bahan ajar Pengumpulan data Pengolahan data Bimbingan penulisan
(44)
G. Prosedur Penelitian
Berikut ini disajikan diagram alur prosedur pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan Pembelajaran Geometri dengan pembelajaran
Langsung di Kelas Kontrol Mengembangkan dan
Validasi Instrumen Penelitian
Pemilihan Sampel Penelitian
Pretes
Pelaksanaan Pembelajaran Geometri berbantuan program
Google SketchUp di Kelas Eksperimen
Mengidentifikasi Masalah, Merumuskan Masalah,
(45)
Gambar 3.2 diagram Alur Penelitian Postes
Observasi dan Angket Sikap
Siswa
Pengumpulan Data Analisis Data
(46)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan dan saran yaitu:
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar berbantuan Program Google SketchUp lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran langsung.
2. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar berbantuan Program Google SketchUp lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran langsung.
3. Terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran yang digunakan dan level kemampuan siswa (tinggi, sedang dan rendah) terhadap kemampuan pemahaman matematis.
4. Terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran yang digunakan dan level kemampuan siswa (tinggi, sedang dan rendah) tehadap kemampuan komunikasi matematis.
5. Terdapat sikap positif siswa terhadap pembelajaran berbantuan Program Google SketchUp.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan, dan kesimpulan pada penelitian ini, saran atau rekomendasi yang dapat dikemukakan antara lain:
1. Pembelajaran matematika berbantuan Program Google SketchUp bisa dijadikan selingan mengajar berbasis komputer.
(47)
2. Peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika berbantuan Google SketchUp lebih terlihat pada level kemampuan rendah atau sedang. Oleh karena itu pembelajaran matematika berbantuan Google SketchUp perlu diterapkan pada kelompok siswa yang memiliki level kemampuan rendah atau sedang.
3. Hasil uji interaksi antara pembelajaran yang digunakan dengan level kemampuan siswa dalam hal kemampuan pemahaman matematis menunjukkan bahwa siswa level tinggi peningkatan kemampuannya lebih rendah dari level lainnya. Oleh karena itu untuk penelitian berikutnya perlu diperhatikan aktivitas belajar siswa level tinggi.
4. Pada penelitian ini hanya dikaji sikap siswa terhadap pembelajaran secara umum. Belum terungkap sikap siswa berdasarkan level kemampuannya. Oleh karena itu untuk penelitian lanjutan, perlu juga mengkaji sikap siswa berdasarkan level kemampuannya.
(48)
DAFTAR PUSTAKA
Almeqdadi, F.(2000). The Effect of Using The Geometr’s Sketchpad (GSP) on Jordanian Students’ Understanding Some Geometrical Consept. Journal Almeqdadi, F.
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R.(2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ariani dan Haryanto, D.(2010). Pembelajaran Multimedia di Sekolah. Jakarta: PT
Prestasi Pustakaraya.
Arifin, Z.(2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S.(2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi. Cet.5. Jakarta: Bumi Aksara.
He, C Jianguo & Ping, P.(2009). Experiment and Research of Google SketchUp Combine with Arc GIS in the Three-Dimensional Urban Geographic Information System. Kunming
Dahlan, J.A.(2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemahaman Matematik Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Melalui Pendekatan Open-Ended. Disertasi pada PPs UPI.Bandung: Tidak Dipublikasikan. Dahlan, J.A.(2009). Pengembangan Model Computer-Based E-Learning untuk
Meningkatkan High-Order Mathematical Thinking Siswa SMA. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi TA.2009/2010 UPI Bandung: Tidak Dipublikasikan.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Fleron, J. F.(2009). Google SketchUp: A Powerful Tool for Teaching, Learning
and Applying Geometry. West field State College, MA01086
Gani, R.A.(2007). Pengaruh Pembelajaran Metode Inkuiri Model Alberta terhadap Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi.UPI: Tidak diterbitkan.
Henningsen, M, & Stein, M. K.(1997). Mathematical Task and Student Cognition: Classroom Based faktors That Support and In hibit High Level Thinking and Reasoning. Journal for Research in Mathematics Education.28
Hudoyo, H.(1985). Teori Belajar Dalam Proses Belajar-Mengajar Matematika. Jakarta:Depdikbud.
(49)
Indrajaya, U.(2011). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Maple. Tesis.UPI: Tidakditerbitkan.
Jiang, Z.(2008), Explorations and Reasoning in the Dynamic Geometry Environment.[Online].Tersedia:
http://atcm.mathandtech.org/EP2008/papersfull/2412008_15336.pdf. (25 Januari2014).
Lindawati, S.(2010). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Tesis pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Majid, A.(2008). Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Remaja Rosdakarya
Marjuni, A.(2007). Media Pembelajaran Matematika dengan Maplet, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in
Diagnostics Pretest Scores”. American Journal of Physics. Vol. 70 (12)
1259-1268.
Mullis, I.V.S., Martin, M.O., & Foy, P.(with Olson, J.F., Preuschoff, C.,Erberber, E., Arora, A., & Galia, J.).(2008). TIMSS 2007 International Mathematics Report: Findings from IEA’s Trends in International Mathematics and Science Study at the Fourth and Eight Grade. Chestnut Hill, MA: TIMSS & PIRLS International Study Center, Boston College. [online]. Tersedia : http://timss.bc.edu/TIMSS2007/mathreport.html.[15 Juni 2014 ]
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: PT Rineka Putra.
NCTM. (2000). Principles And Standards For School Mathematics. Reston Virginia: The NCTM Inc.
Nirmala. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar.Tesis padaSPsUPI: Tidak Diterbitkan. Pimm, D.(1996). Meaningfull Communication Among Children: Data collection.
Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Reston Virginia: NCTM.
(50)
http://puspendik.com [15 Januari 2014].
Ruseffendi, E.T.(1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung: Diktat.
Ruseffendi, E.T.(1993). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Cetakan Pertama. Bandung : IKIP Bandung Press.
Ruseffendi, E.T.(2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito
Ruseffendi, E.T.(2005). Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru. Bandung: Tarsito
Ruseffendi, E.T.(2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Edisi Revisi. Bandung: Tarsito.
Sanjaya, W.(2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana prenada media group.
Samantha, H. J.(2004). Technology-Supported Mathematics Activities Situated Within an Effective Learning Environment The oretical Framework. citejournal.org/vol3/iss4
Sofyan, D.(2008). Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Sudarman, (2002). Pembelajaran Matematika Berbantuan Komputer Berspektif Konstruktivis. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. Malang: hal577–581.
Sudjana. (1996). Teknik Analisis Regresi & Korelasi.Bandung: Tarsito Sudjana. (2004). Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjana, N & Ibrahim.(2009). Penelitian Penilaian Pendidikan. Bandung. Sinarbaru Algensindo
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
(51)
Sudjono, A.(2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E. dan Sukjaya. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Sumarmo, U.(1987). Kemampuan dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi pada PPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Sumarmo, U.(2006). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah Menengah. [Online].Tersedia:
http://math.sps.upi.edu/?p=64.http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyz in g-Gain.pdf.(3 Januari 2014).
Sumarmo, U.(2010). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://math.sps.upi.edu/?p=58 (3 Januari 2014).
Sunata. (2009). Penerapan Pembelajaran Kreatif Model Trefingger untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Supardi. (2009). Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematika Siswa melalui Reciprocal Teaching. Tesis pada SPs UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.
Trihendradi, C.(2008). Step by Step SPSS 16 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
TIMSS. (2008). TIMSS Result 2007. [Online].
Tersedia: http: //nces.ed.gov/timssresult07/math07.asp (3 Januari 2014). Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika
(Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cipta Pustaka.
Turmudi. (2009). Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika, Referensi untuk Guru Matematika SMA/MA, Mahasiswa, dan Umum. Jakarta: PT Leuser Cita Pustaka.
(52)
Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 13 No.1
Whidiarso, W.(2008). Uji Hipotesis Komparatif.
(53)
Lampiran A.1 Silabus
SILABUS
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama(SMP) Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII/Genap Tahun Pelajaran : 2011/2012
Pokok Bahasan : Bangun Ruang Sisi Datar Standar Kompetensi : Geometri dan Pengukuran
5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Hasil Belajar
Waktu 5.1. Mengidentifikasi
sifat-sifat kubus balok, prisma dan limas serta
bagian-bagiannya
Menyebutkan unsur-unsur kubus, balok, prisma dan limas, serta
mengidentifikasi sifat-sifatnya
1. Menggambar bangun kubus, balok, prisma dan limas
2. Menyebutkan unsur-unsur kubus, balok, prisma dan limas 3. Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas
4. Memahami teorema Euler
2 x 40’
5.2. Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas
Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas
Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas dalam berbagai bentuk
2 x 40’
5.3. Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas
Menentukan luas permukaan kubus dan balok
1. Mengetahui rumus luas permukaan kubus dan balok 2. Menghitung luas permukaan kubus dan balok
3. Menggunakan rumus luas permukaan untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
(54)
Menentukan luas permukaan prisma dan limas
4. Mengetahui rumus luas permukaan prisma dan limas 5. Menghitung luas
permukaan prisma dan limas
6. Menggunakan rumus luas permukaan untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan prisma dan limas
2 x 40’
Menentukan volume kubus dan balok
7. Mengetahui rumus volume kubus dan balok
8. Menghitung volume kubus dan balok 9. Menggunakan rumus
volume untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan kubus dan balok
2 x 40’
Menentukan volume prisma dan limas
10.Menemukan rumus volume prisma dan limas
11.Menghitung volume prisma dan limas 12.Menggunakan rumus
volume untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan prisma dan limas
(55)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-1)
Mata Pelajaran : Matematika
Pokok Bahasan : Bangun ruang sisi datar Pertemuan ke : 1 (Pertama)
Kelas/Semester : VIII/Genap Tahun Pelajaran : 2011/2012 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Geometri dan Pengukuran
5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya Kompetensi Dasar : 5.1. Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan
limas serta bangian-bagiannya
Indikator : 1. Menggambar bangun kubus, balok, prisma dan limas 2. Menyebutkan unsur-unsur pada kubus, balok,
prisma dan limas
3. Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas
4. Menemukan aturan Euler tentang hubungan jumlah sisi, rusuk dan titik sudut pada bangun ruang sisi datar
A.Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menggambar bangun kubus, balok, prisma dan limas. 2. Siswa dapat menyebutkan unsur-unsur kubus, balok, prisma dan limas. 3. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas. 4. Siswa dapat menemukan aturan Euler tentang hubungan jumlah sisi, rusuk
dan titik sudut pada bangun ruang sisi datar. B.Pendekatan Pembelajaran
(1)
Lembar Kerja Siswa
Pertemuan ke-4
Petunjuk:
1.Bacalah LKS berikut dengan cermat
2.Jawablah seluruh pertanyaan yang ada pada LKS dan bertanyalah pada guru jika terdapat hal yang kurang jelas
Menentukan Luas Permukaan Prisma dan Limas A. Prisma
Prisma memiliki sepasang sisi yang kongruen dan sejajar serta rusuk-rusuk tegaknya saling sejajar,
1. Sisi alas dan atap
Jumlah Luas = 2 (………x……… x………) = 2 (…………)
= ………… satuan luas 2. Sisi tegak
Jumlah Luas
= keliling alas x tinggi = (………+………+………)x……… = ……… x ………
= ………… satuan luas Luas seluruh permukaan prisma Luas = 2 L.alas + (K.alas x tinggi) = ………… x …………
= ………… satuan luas B. Limas
Limas memiliki sebuah alas dan selimut limas terdiri atas bangun datar segitiga.
1. Luas alas limas Luas = ……… x ………
= ………… satuan luas 2. Luas selimut
Luas = ……… ( ……… x ……… x ………) = ………… satuan luas
Luas seluruh permukaan limas Luas= luas alas + luas selimut
5 5 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 3 4 6 5 6 5
(2)
Pola (1)
Pola (2) Pola (3) Pola (4)
………… 2. Berapakah panjang � jika
diketahui luas permukaan prisma segitiga siku-siku di samping ini adalah 312 cm2?
3. Perhatikan pola gambar benda berbentuk prisma di bawah ini! Prisma tersebut tanpa alas dan tanpa tutup. Semua rusuknya berukuran 10 cm. Bagian luar dari prisma akan dicat berwarna hitam!
a. Sebutkan nama bangunan pada pola ke-4!
b. Berapakah luas bagian yang terkena cat pada bangunan pola ke-4? c. Bangunan pada pola keberapakah yang luas permukaan luarnya
terkena cat 1500 cm2?
4. Budi membuat sebuah aquarium dari kaca berbentuk prisma segitiga sama sisi tanpa tutup. Jika aquarium yang telah dibuat Budi rusuk alasnya 60 cm dan tinggi aquarium 80 cm, berapakah luas kaca yang terpakai untuk membuat aquarium tersebut?
A B
C
D
E 6 cm
8 cm F
(3)
Lembar Kerja Siswa
Pertemuan ke-5
Petunjuk:
1.Bacalah LKS berikut dengan cermat
2.Jawablah seluruh pertanyaan yang ada pada LKS dan bertanyalah pada guru jika terdapat hal yang kurang jelas
Menentukan Volume Balok dan Kubus A. Kubus
Volume Kubus:
V = Luas alas x Tinggi = (p x p) x p
= p3
Volume kubus (1):
V = (……… x ………) x ………
= ……… cm3
Kubus (2) disusun dari kubus-kubus kecil (kubus
satuan), yaitu sebanyak ………. Buah. Misalkan kubus satuan memiliki rusuk 1 cm3, maka
volume kubus satuan adalah ……… cm3 . Volume kubus (2):
V = jumlah kubus kecil x volume kubus kecil
= ………… x ………… = ………… cm3
B. Balok
Volume Balok:
V = Panjang x Lebar x Tinggi = p x l x t
Volume balok (1):
V = ……… x ……… x ………
= ………… cm3
Balok (2) disusun dari kubus-kubus satuan, yaitu
sebanyak ………. Buah. Misalkan kubus satuan memiliki rusuk 1 cm3, maka volume kubus
satuan adalah ……… cm3 .
2 cm 2 cm 2 cm
Kubus (1)
Kubus (2)
5 cm 2 cm 3 cm
(4)
Pola (1) Pola (2) Pola (3) Pola (4) ………
a. Berapakah banyaknya balok pada susunan bangunan pola ke-4? b. Berapakah volume susunan bangunan pada pola ke-4?
c. Pada pola urutan keberapakah susunan bangunan yang memiliki volume 28 cm3?
3. Pak Rido membeli 20 bungkus coklat berbentuk balok-balok kecil yang berukuran panjang 5 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 2 cm. Pak Rido akan menyimpan coklat-coklat tersebut dalam kotak berbentuk kubus.
a. Jika Pak Rido hanya memiliki kotak kubus dengan ukuran rusuk 10 cm. Apakah semua coklat dapat dimasukkan ke dalam kotak tersebut? b. Jika Pak Edi memiliki kotak kubus dengan ukuran rusuk 20 cm, berapa
(5)
Lembar Kerja Siswa
Pertemuan ke-6
Petunjuk:
1.Bacalah LKS berikut dengan cermat
2.Jawablah seluruh pertanyaan yang ada pada LKS dan bertanyalah pada guru jika terdapat hal yang kurang jelas
Menentukan Volume Prisma dan Limas A. Prisma
Volume Prisma Segitiga Siku-Siku
V = Luas Alas x Tinggi
= (………… x ………… x …………) x ………… = ……… x …………
= ……… cm3
B. Limas
Volume Limas Segiempat
V = �
� x Luas Alas x Tinggi
= �� x (………… x ………… ) x …………
= ……… cm3
Volume Limas Segitiga Siku-Siku V= �� x Luas Alas x Tinggi
= �� x (…………x…………x…………) x ………… = ……… cm3
5 cm 3 cm
4 cm 4 cm
6 cm 5 cm
3 cm 3 cm
(6)
3. Limas __________ 4. Limas __________ 5. Limas __________ 6. Limas __________
Keenam limas tersebut mempunyai alas yang sama dengan sisi kubus, yaitu persegi. Misalkan panjang rusuk kubus = 2a, maka tinggi limas PQRS adalah TO= a.
Volume kubus PQRS.UVWX = 6 x volume limas T.PQRS Volume limas T.PQRS = 1
6 x volume kubus PQRS.UVWX = 1
6 x (………)
= 16 x (………) x (………) = 1
3 x (………) x (………)
Volume limas T.PQRS = �
� x luas alas x tinggi
Soal Latihan:
1. Sebuah kolam renang berbentuk prisma segiempat. Lantai dasar kolam tersebut berbentuk belah ketupat dengan diagonal-diagonalnya 6 m dan 8 m. Jika volumenya adalah 240 m3, berapakah kedalaman kolam renang tersebut?
2. Dalam sebuah kubus ABCD.EFGH, dibuat sebuah limas H.ABCD seperti gambar di bawah ini.
a. Jika ukuran rusuk kubus adalah 6 cm, berapakah volume di antara kubus ABCD,EFGH dan limas H.ABCD? Jelaskan!
b. Jika volume limas H.ABCD adalah 9 cm3, berapakah volume bangun ruang H.ABFE? Jelaskan!
2a 2a