SOAL DAN JAWABAN HUKUM PERBANKAN SYARIAH

SOAL
1. Deskripsikan sejarah perkembangan perbankan syariah dan lembagalembaga pendukungnya !
2. Bank syariah lahir atas jerih payah sebagian besar masyarakat Indonesia
yang berharap dapat menyalurkan kehidupan sesuai dengan syariat islam,
jelaskan menurut saudara bagaimana hubungan antara menjalankan ibadah
dengan perbankan syariah !
3. Jelaskan perbedaan antara riba dan bagi hasil, sebutkan pula jenis-jenis riba !
4. Akad merupakan satu kesatuan dengan perjanjian, jelaskan bagaimana
perbandingan akad berdasarkan hokum nasional dan hukum syariah !
5. Bagi hasil merupakan solusi bagi seseorang yang berkeinginan menjalankan
syariah. Lalu bagaimana menurut saudara tantangan konsepsi bagi hasil bagi
kegiatan ekonomi berupa pembiayaan, persaingan ekonomi atau bisnis, dan
sejauh mana solusi yang ditawarkan jika mengalami kerugian !
6. Jelaskan menurut saudara mengapa perbankan syariah hingga saat ini bukan
menjadi pilihan pertama seorang muslim !

Jawaban :

1. Perbankan syariah atau perbankan Islam (arab: al-Mashrafiyah al-Islamiyah) adalah suatu
sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah).
Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba),
serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram).
Suatu bentuk awal ekonomi pasar dan merkantilisme, yang oleh beberapa ekonom
disebut sebagai "kapitalisme Islam", telah mulai berkembang antara abad ke-8 dan ke-12.
Perekonomian moneter pada periode tersebut berdasarkan mata uang dinar yang beredar
luas saat itu, yang menyatukan wilayah-wilayah yang sebelumnya independen secara
ekonomi.
Pada abad ke-20, kelahiran perbankan syariah tidak terlepas dari hadirnya dua gerakan
renaisans Islam modern, yaitu gerakan-gerakan neorevivalis dan modernis. Sekitar tahun
1940-an, di Pakistan dan Malaysia telah terdapat upaya-upaya pengelolaan dana jamaah
haji secara non konvensional. Tahun 1963, Islamic Rural Bank berdiri di desa Mit
Ghamr di Kairo, Mesir.
Perbankan syariah secara global tumbuh dengan kecepatan 10-15% per tahun, dan
menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang konsisten pada masa depan. Laporan dari
International Association of Islamic Banks dan analisis Prof. Khursid Ahmad
menyebutkan bahwa hingga tahun 1999 telah terdapat lebih dari 200 lembaga keuangan
Islam yang beroperasi di seluruh dunia, yaitu di negara-negara dengan mayoritas
penduduk muslim serta negara-negara lainnya di Eropa, Australia, maupun Amerika.
Diperkirakan terdapat lebih dari AS$ 822.000.000.000 aset di seluruh dunia yang dikelola


sesuai prinsip-prinsip syariah, menurut analisis majalah The Economist. Ini mencakup
kira-kira 0,5% dari total estimasi aset dunia pada tahun 2005. Analisis Perusahaan Induk
CIMB Group menyatakan bahwa keuangan syariah adalah segmen yang paling cepat
tumbuh dalam sistem keuangan global, dan penjualan obligasi syariah diperkirakan
meningkat 24 persen hingga mencapai AS$ 25 miliar pada 2010.
Lembaga pendukung perbankan syariah:
Secara garis besar terdapat 4 institusi pendukung pengembangan perbankan syariah di
Indonesia, yaitu :
1. Bank Indonesia
2. dewan syariah nasional majelis ulama indoneisa dan dewan pengurus syariah
3. lembaga hukum dan arbitrase
4. komite akuntansi syariah – ikatan akuntansi Indonesia

2. Perbankan syariah yang di dasarkan pada konsep dan prinsip ekonomi islam merupakan
suatu inovasi dalam sistem perbankan syariah, dengan terjalannya konsep daripada
perbankan syariah itu sendiri dan mencangkup kepada halnya dalam ibadah merupakan
suatu hubungan yang terjalin dengan tugas manusia di dunia adalah ibadah kepada Allah
SWT.
Dengan adanya suatu hubungan antara perbankan syariah dalam menjalankan ibadah
merupakan tujuan ekonomi yang sedemikian rupa merupakan hubungan yang sangat

dekat dengan potensi dana serta peran umat islam dalam penggunaan dana kegiatan
usaha.
3.
Riba

Bagi Hasil

Penentuan bunga dibuat pada waktu akad
dengan asumsi harus selalu untung

Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat
pada waktu akad dengan berpedoman pada
kemungkinan untung dan rugi

Besarnya presentase bunga didasarkan pada
jumlah uang yang ditanamkan/ dipinjamkan

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada
jumlah keuntungan atau pendapatan usaha
yang diperoleh


Pembayaran bunga adalah tetap, seperti yang
dijanjikan, tanpa pertimbangan apakah usaha

Bagi hasil tergantung pada keuntungan atau
pendapatan usaha yang dijalankan. Bila usaha

yang dijalankan oleh pihak nasabah untung
atau rugi.

mengalami kerugian. Kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

Jumlah pembayaran bunga tidak meningkatkan
jumlah keuntungan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang booming dan juga tidak
menurun ketika usaha merugi

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
dengan peningkatan jumlah pendapatan dan

bisa menurun ketika usaha merugi

Jenis-jenis riba:
jenis riba hutang piutang (riba ad-duyun)
1. Riba jahiliyah
2. Riba qardh
Jenis riba jual beli (riba al-buyu’)
1. Riba nasi’ah
2. Riba fadhl

4. Perbandingan

No

Perbedaan
Aspek

1

Investasi


2

Return (Imbal
Hasil dari
investasi)

Bank Islam (Bank
Syariah)

Bank Konvensional

Investasi hanya untuk
proyek dan produk
yang halal

Investasi tidak memperdulikan atau
mempertimbangkan proyek
tersebut halal atau haram


keuntungan dari
penggunaan modal
dibagi sesuai dengan
akad yang disepakati di
awal. Bank syariah
akan tetap
memperhatikan
kemungkinan untung

Bank konvensional menerapkan
sistem bunga tetap atau bunga
mengambang pada setiap pinjaman
yang diberikan pada nasabah. Oleh
karena itu, bank konvensional
menganggap bahwa usaha yang
dijalankan oleh nasabah akan

atau rugi usaha yang
dibiayainya tersebut.
Return sesuai dengan

keuntungan nasabah

selalu untung

Perjanjian /
Aqad

Perjanjian dibuat sesuai
dengan hukum positif
yang berlaku dan
mengikuti akad yang
sesuai dengan syariat
Islam

Perjanjian hanya menggunakan
hukum positif sebagai dasar
perjanjian

4


Orientasi
bisnis

Orientasi bisnis dalam
pembiayaan tidak
hanya untuk
keuntungan saja,
namun juga
kepada falah
oriented, yaitu
berorientasi pada
kesejahteraan
masyarakat

Orientasi pembiayaan adalah
memperoleh keuntungan semata

5

Hubungan

Bank dan
Nasabah

Hubungan bank dan
nasabah adalah sebagai
mitra

Hubungan antara bank dan nasabah
adalah sebagai kreditur dan debitur

Dewan
Pengawas

Dewan pengawas
terdiri dari BI,
Bapepam, Komisaris
dan adanya Dewan
Pengawas Syariah

Dewan pengawas terdiri dari BI,

Bapepam, Komisaris

3

6

7

Penyelesaian
Sengketa

Penyelesaian sengketa
diupayakan
mendahulukan
musyawarah antara
bank dan nasabah. Jika

Penyelesaian sengketa melalui
pengadilan negeri setempat.

jalan temu tidak
tercapai maka
diselesaikan di
Pengadilan Agama
Lima Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
1. Akad
Sedangkan di bank konvensional, surat penjanjian dibuat berdasarkan hukum positif yang sedang
berlaku di Indonesia, yakni hukum perdata dan hukum pidana.
2. Keuntungan
Bank syariah mengunakan pendekatan bagi hasil (al-mudharabah) untuk mendapatkan
keuntungan, sementara bank konvensional justru mengunakan konsep biaya untuk menghitung
keuntungan. Dalam setiap pinjaman atau pembiayaan yang diberikan kepada nasabah, bank
syariah memberikan keterangan bagi hasil antara bank dan nasabah.
Konsep bagi hasil ini untuk menunjukkan konsep perbankan syariah lebih transparan dari bank
konvensional. Bagi hasil ini dijelaskan sebelum akad dilakukan antara nasabah dengan bank.
Pada bank konvensional, “bunga” yang diberikan kepada nasabah sebenarnya berasal dari
keuntungan bank meminjamkan dana kepada nasabah lain dengan “bunga” yang lebih besar.
3. Pengelolaan dana
Bank
Bank syariah akan menolak untuk menyalurkan kredit yang diinvestasikan pada kegiatan bisnis
yang melanggar hukum Islam, seperti perdagangan barang-barang haram, perjudian (maisir),
dan manipulatif (ghahar). Kegiatan bisnis yang halal dan sesuai prinsip ekonomi syariah ini
menjadi syarat penting pemberian pembiayaan usaha dan kredit lainnya.
Bahkan dalam produk kartu kredit syariah, pemilik kartu kredit syariah dilarang
menggunakannya untuk kegiatan atau transaksi yang tidak halal.
Sementara bank konvensional akan menyalurkan kredit tanpa harus mengetahui dari mana atau
kemana uang tersebut disalurkan, selama debitur bisa membayar cicilan dengan rutin.
4. Hubungan bank dan nasabah
Di bank konvensional, hubungan nasabah dan bank lebih pada hubungan kreditur dan debitur
atau hubungan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman. Jika debitur lancar dalam
pembayaran kredit, bank akan memberikan keterangan lancar. Sedangkan jika pinjamannya
macet, bank akan menagih hingga menyita aset yang diagunkan. Namun akhir-akhir ini bank
konvensional juga berusaha untuk memperkuat hubungan emosional dengan nasabah dengan
berbagai cara.
5. Cicilan dan promosi
Bank syariah menerapkan sistem cicilan dengan jumlah tetap berdasarkan keuntungan bank yang
sudah disetujui antara pihak bank dan nasabah saat akad kredit. Selain itu, konten promosi bank
syariah juga harus disampaikan secara jelas, tidak ambigu, dan transparan.

Misalnya, promo wisata bersama bagi para pemilik kartu kredit syariah dari bank tertentu,
akan menjelaskan biaya tiket dan biaya non tiket yang harus dibayar oleh peserta. Dan banyak
contoh lainnya.
Sedangkan bank konvensional punya banyak program promosi untuk menarik nasabah. Seperti
promosi suku bunga tetap atau fixed rate selama periode tertentu, sebelum akhirnya memberikan
suku bunga berfluktuasi atau floating rate kepada nasabah.

5. Dalam perbankan syariah Indonesia sistem bagi hasil yang diberlakukan adalah sistem
bagi hasil dengan berlandaskan pada sistem revenue sharing. Bank syariah dapat berperan
sebagai pengelola maka biaya tersebut akan ditanggung oleh bank begitu pula sebaliknya
jika bank berperan sebagai pemilik dana akan dibebankan biaya tersebut pada pihak
nasabah pengelola dana.
Pada saat mengalami kerugian, yang harus dilakukan yaitu (ingat menentukan kerugian
setelah kerjasama mau berakhir/penyerahan modal kepada pemilik) yang bukan
diakibatkan oleh kelalaian, maka kerugian tersebut ditanggung oleh selaku pemilik
modal. Untuk mengembalikannya maka komoditi yang ada dijual seluruhnya sehingga
menjadi bentuk uang tunai, dan keuntungan yang telah diperoleh selama ini dihitung
menjadi bagian modal dan bagian yang diserahkan untuk menutupi kerugian pada modal.
Jika seluruh komoditi telah dijual dan memiliki kelebihan dadri modal usaha yang
selebihnya dianggap keuntungan, dan dibagi sesuai presentase yang telah disepakati.

6. Dalam hal penabungan baik melalui bank syariah maupun bank konvensional. Umat
muslim lebih cenderung menggunakan bank konvensional dibandingkan dengan bank
syariah. Banyak orang muslim yang sudah mengetahui bank syariah tetapi mereka belum
mengetahui apa itu bank syariah. Dengan kata lain umat muslim hanya mengetahui
secara garis besar hanya perbedaan namanya saja.
Adapun permasalahan yang timbul yaitu keterjangkauan jaringan yang masih rendah dan
belum merata di seluruh propinsi di Indonesia. Hal ini merupakan salah satu hasil
penelitian yang pernah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk melihat preferensi
masyarakat terhadap bank syariah. Hasil penelitian dan permodelan potensi serta
preferensi masyarakat terhadap bank syariah yang dilakukan Bank Indonesia
menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap perbankan syariah. Namun, sebagian
besar responden mengeluhkan kualitas pelayanan, termasuk keterjangkauan jaringan
yang rendah. Kelemahan inilah yang salah satunya caranya diatasi dengan office
channeling, yaitu bank konvensional yang memiliki unit usaha syariah dapat membuka
konter layanan syariah di cabang konvensionalnya. Apabila sebelumnya bank yang
memiliki unit usaha syariah hanya dapat melayani nasabah yang ingin membuka rekening
di unit usaha syariah harus datang ke cabang syariah. Maka dengan adanya office

channeling ini mereka tidak perlu datang ke cabang syariah, tapi bisa dilayani di cabang
konvensionalnya yang membuka konter layanan syariah.