KAJIAN ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI PENDIDI

KAJIAN ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI
PENDIDIKAN PADA MASYARAKAT DAERAH
BANDUNG
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Antopologi dan Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Winda Dewi Listyasari, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh:
Alviah Aziz

1103617090

Ditha Fathiya Safira Ridwan 1103617075
Heni Dwi Riyanti

1103617074

Tasya Agustina

1103617031


MP 2017 C

MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017

KAJIAN ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI
PENDIDIKAN PADA MASYARAKAT
DAERAH BANDUNG

Kajian Antropologi Kota Bandung
Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena
terbendungnya Sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Parahu yang akhirnya
membentuk telaga. Legenda yang diceritakan mengatakan bahwa nama Bandung
diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat secara
berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung,
R.A. Wiranatakusumah II untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan
kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama yaitu di Dayeuhkolot.
Berdasarkan filosofi Sunda, kata Bandung juga berasal dari kalimat NgaBandung-an Banda Indung, yang merupakan kalimat sakral dan luhur karena

mengandung ajaran Sunda. Dan memiliki arti, Nga-Bandung-an artinya menyaksikan
atau bersaksi. Banda adalah segala sesuatu yang berada di alam hidup yaitu di bumi
dan atmosfer, baik makhluk hidup maupun benda mati atau sinonimnya yaitu harta,
sedangkan Indung berarti ibu atau disebut juga sebagai Ibu Pertiwi tempat Banda
berada.
Dari Bumi-lah semua dilahirkan ke alam hidup sebagai Banda. Segala sesuatu
yang berada di alam hidup adalah Banda Indung, yaitu Bumi, air, tanah, api,
tumbuhan, hewan, manusia dan segala isi perut bumi. Langit yang berada di luar
atmosfer adalah tempat yang menyaksikan, Nu Nga-Bandung-an. Yang disebut
sebagai Wasa atau Sang Hyang Wisesa, yang berkuasa di langit tanpa batas dan

seluruh alam semesta termasuk Bumi. Jadi kata Bandung mempunyai nilai filosofis
sebagai alam tempat segala makhluk hidup maupun benda mati yang lahir dan tinggal
di Ibu Pertiwi yang keberadaanya disaksikan oleh yang Maha Kuasa.
Sedangkan,

Islam

merupakan


agama

mayoritas

di

Bandung

yang

penyebarannya berasal dari Kampung Mahmud, yang berada di Kecamatan Marga
Asih, Kabupaten Bandung. Kampung Mahmud ini merupakan sebuah kampung adat
yang menyimpan nilai historis perkembangan dan persebaran agama islam di Kota
Bandung. Orang yang menyebarkan agama islam di Kampung Mahmud tidak lepas
dari nama besar Eyang Dalem Abdul Manaf atau biasa disebut waliyullah. Beliau
merupakan keturunan ketujuh dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Menurut
cerita, Beliau pernah singgah di Kampung Mahmud di Mekkah, dan dari sana
membawa sekepal tanah yang kemudian ditebarnya di daerah rawa –rawa pinggiran
Sungai Citarum yang kelak menjadi Kampung Mahmud. Lokasi ini dipilih karena
letaknya yang terpencil dan agak tersembunyi, dan sangat cocok untuk dijadikan

sebagai pusat perjuangan dalam menyebarkan agama Islam.
Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota kembang merupakan
sebutan lain untuk kota ini, karena pada zaman dulu kota ini dinilai sangat cantik
dengan banyaknya pohon-pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di sana. Kota ini
pada zaman dahulu dikenal sebagai Paris van java (bahasa Belanda) atau “Paris dari
Jawa” karena keindahannya. Karena terletak di dataran tinggi, Bandung dikenal
sebagai tempat yang berhawa sejuk. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai
kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat
ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Dan pada
tahun 2007, konsorsium beberapa LSM internasional menjadikan kota Bandung
sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. Saat ini kota Bandung merupakan
salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan.
Berbagai upacara dilakukan dan kesenian diciptakan oleh masyarakat
Bandung yang sesuai dengan nilai-nilai sosial budayanya, yaitu:

1. Upacara Tingkeban
Tingkeban adalah upacara tradisional khas Sunda yang ditujukan kepada
perempuan yang sedang hamil terutama pada usia kandungan 7 bulan. Maksud
dari upacara ini adalah untuk mendoakan sang ibu dan anak agar selamat pada
masa kelahiran. Tingkeban sendiri juga bertujuan agar si ibu hamil tidak boleh

bercampur dengan sang lelaki sampai dengan masa kelahiran. Upacara ini banyak
dilakukan oleh warga Sunda, baik di kota Bandung maupun di seluruh tanah
Pasundan.
2. Upacara Reuneuh Mundingeun
Reuneuh Mundingeun adalah upacara tradisional warga Kota Bandung
dimana ditujukan kepada ibu hamil yang usia kandungannya menginjak usia lebih
dari 9 bulan dan belum juga lahir si bayinya. Maksud dari adat ini adalah si ibu
hamil jangan sampai meniru perilaku seekor kerbau jika hamil. Prosesi Reuneuh
Mundingeun ini dilakukan dengan cara membersihkan si ibu hamil dan
mengaraknya keliling rumah sebanyak 7 kali. Setelah selesai diarak, si ibu hamil
disuruh masuk ke rumah. Hal tersebut ditujukan pula agar Tuhan Yang Maha Esa
bisa segera memberikan karunianya agar si ibu hamil bisa segera melahirkan.
3. Upacara Ekah
Ekah merupakan adat khas Sunda dimana setelah kelahiran bayi pada usia
7 hari atau 14 hari atau 21 hari, maka si orang tua wajib menyembelih kambing
untuk menebus jiwa sang bayi dari Tuhan Yang Maha Esa. Ekah ini ditujukan
untuk mensucikan jiwa sang bayi yang lahir dan batin sekaligus sebagai tanda
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia pemberian keturunan
kepada kita sebagai Hamba-Nya.


4. Kesenian Degung
Degung merupakan sebuah kesenian sunda yang biasanya dimainkan pada
acara hajatan. Kesenian Degung ini digunakan sebagai musik pengiring /
pengantar. Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat
yaitu gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan
sebagainya. Degung merupakan salah satu kesenian yang terpopuler di Jawa
Barat, karena digunakan untuk acara hajatan yang masih menganut adat
tradisional dan juga digunakan sebagai musik pengiring hampir pada setiap
pertunjukkan seni tradisional di Jawa Barat. Dalam memainkan Degung biasanya
ada seorang penyanyi yang membawakan lagu Sunda dengan nada dan alunan
yang khas. Penyanyi ini disebut Sinden.
5. Kesenian Tari Jaipong
Tari Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal di Kota
Bandung. Tari Jaipong merupakan pengembangan dari tari tradisional khas Sunda
yaitu Ketuk Tilu. Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas
pula, yaitu Degung. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang
menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama
mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan, atau
berkelompok. Jaipong sering dipentaskan pada acara hiburan, selamatan, atau
pesta pernikahan.

6. Kesenian Badawang
Badawang atau memeniran adalah patung orang-orangan besar atau
makhluk seperti raksasa yang terbuat dari kerangka bambu yang dilapisi kain
kostum dan dilengkapi topeng atau ukiran wajah dan kepala. Di dalam kerangka
orang-orangan ini terdapat rongga yang dapat dimasuki orang yang akan
membawanya berjalan berpawai dan menggerakannya menari-nari. Badawang
adalah tradisi masyarakat Sunda di Jawa Barat dan sangat mirip dengan

kesenian Ondel-ondel Betawi dari Jakarta dan Barong Landung dari Bali. Tradisi
orang-orangan ini sudah memiliki sejarah yang lama, peniruan makhluk hidup
sebagai bagian dari tradisi mistis totemistik yang berasal dari sistem kepercayaan
asli Indonesia

7. Kesenian Angklung
Semenjak November 2010 kebudayaan kota Bandung berupa Angklung ini
telah masuk dalam nominasi UNESCO Karya Agung Warisan Budaya Lisan
Nonbedawi Manusia. Kepiawaian masyarakat Bandung dalam memainkan alat
music bernada ganda ini tidak perlu diragukan lagi, alat musik multitonal ini
berkembang secara tradisional dalam masyarakat Sunda di Jawa Barat. Alat musik
yang terbuat dari bambu ini mampu menghasilkan nada 2,3 hingga 4 pada setiap

ukuran entah besar atau kecil jika dimainkan dengan digoyangkan.
8. Kesenian Calung
Calung merupakan sepaket waditra dari bambu yang dipasang pada sisi
kanan dan kiri. Ujung satu diikat pada bagian tubuh penabuh sedangkan ujung
lain diikatkan pada di sebuah tiang.
9. Kesenian Wayang Golek
Wayang golek sedikit berbeda dengan wayang pada umumnya yang
berbentuk tipis dadi kulit hewan, Wayang Golek merupakan boneka yang terbuat
dari kayu dengan hiasan ukir khas Sunda. Kesenian Wayang Golek ini biasa
dipentaskan dari jam 10 malam hingga 4 pagi yang mengusung cerita Ramayana
dan Mahabarata. Kebudayaan kota Bandung berupa Kesenian Wayang Golek ini
biasa dipentaskan saat acara pernikahan atau khitanan, namun seiring
perkembangan jaman kesenian ini sering digunakan sebagai hiburan saat
peresmian gedung.

10. Kesenian Benjang
Benjang termasuk kategori kesenian tatar Sunda yang secara tradisional
berkembang dan hidup di seputar Ujung berung Kota Bandung sampai saat
sekarang. Saat pementasan biasanya juga diikuti ibingan atau sejenis tarian
menyerupai silat yang didukung juga dengan uji kekuatan yang menyerupai gulat.


Kajian Sosiologi Kota Bandung
Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, di mana penduduknya
didominasi oleh etnis Sunda, sedangkan etnis Jawa merupakan penduduk minoritas
terbesar di kota ini dibandingkan etnis lainnya.
Pertambahan penduduk kota Bandung awalnya berkaitan erat dengan ada
sarana

transportasi Kereta

api yang

dibangun

sekitar

tahun 1880 yang

menghubungkan kota ini dengan Jakarta (sebelumnya bernama Batavia). Pada
tahun 1941 tercatat sebanyak 226.877 jiwa jumlah penduduk kota ini kemudian

setelah peristiwa yang dikenal dengan Long March Siliwangi, penduduk kota ini
kembali bertambah di mana pada tahun 1950 tercatat jumlah penduduknya sebanyak
644.475 jiwa. Untuk tiga tahun terakhir jumlah penduduk di Kota Bandung yaitu :
Tahun 2014 mencapai 2.470.802 jiwa, Tahun 2015 mencapai 2.481.469 jiwa dan
Tahun 2016 mencapai 2.490.622 jiwa.
Aktivitas ekonomi Kota Bandung, sebagian besar bersumber dari dari sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi sekitar 36,4% dari
seluruh kegiatan ekonomi di Kota Bandung, disusul oleh sektor industri pengolahan
sekitar 29,8%. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sekitar
10,8% demikian juga dengan sektor jasa-jasa. Sebagai pusat perekonomian Jawa
Barat dan sekaligus sebagai kota tujuan wisata dan pendidikan, aktivitas
ketenagakerjaan di Kota Bandung pada umumnya adalah pada sektor jasa dan
perdagangan. Pendapatan Kota Bandung sebagian besar berasal dari sektor

pariwisata. Kepariwisataan merupakan core business di Kota Bandung karena
menunjang 70% PAD di Kota Bandung yang berasal dari sektor ekonomi kreatif,
perhotelan, dan hiburan. Pariwisata merupakan sektor utama pendapatan asli daerah
(PAD) Kota Bandung. Kota Bandung memiliki pertumbuhan ekonomi 7,6 persen,
sedangkan Indonesia tumbuh sekitar 5%. Jadi Kota Bandung memiliki pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik dibandingkan rata-rata pertumbuhan Indonesia.Pada tahun

2007, sekitar 36,7% penduduk Kota Bandung bekerja pada sektor perdagangan, hotel,
dan restoran. Sebanyak 24,9% tenaga kerja Kota Bandung bekerja di sektor jasa yang
meliputi jasa pemerintahan umum dan swasta. Walaupun menyerap tenaga kerja
dalam jumlah terbesar, namun bila dibandingkan dengan jumlah produksi ekonomi,
maka produktivitas tenaga kerja di sektor jasa-jasa jauh lebih rendah dibandingkan
sektor lainya. Kondisi ini menunjukkan pekerja sektor jasa yang di dalamnya meliputi
jasa pemerintahan umum dan sosial kemasyarakatan relatif mendapat tingkat
pendapatan atau kesejahteraan yang relatif rendah atau distribusi pendapatan di sektor
ini tidak merata. Selain itu ada kemungkinan sektor jasa-jasa menampung banyak
tenaga kerja kurang produktif, sehingga ada potensi pengangguran semu cukup besar
pada sektor ini.
Kontribusi Sektor Ekonomi dan Persentase Serapan Tenaga Kerja Sektor
Ekonomi Kota Bandung Tahun 2007 yaitu menghasilkan presentase sebagai berikut :
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2007 Kota Bandung sebesar
49,44%. Angka ini jauh di bawah TPAK Jawa Barat yang mencapai 62,51%. TPAK
Kota Bandung yang masih rendah disebabkan oleh struktur penduduk Kota Bandung
yang walaupun lebih didominasi oleh penduduk pria , namun pada usia produktif
struktur penduduk Kota Bandung justru lebih didominasi oleh perempuan , atau
dengan kata lain jumlah penduduk pria yang besar lebih banyak pada penduduk usia
yang tidak produktif. Selain itu, sebagai salah satu kota tujuan pendidikan di
Indonesia, menjadikan penduduk usia sekolah di Kota Bandung sebagian besar
memilih untuk tidak berada di dalam angkatan kerja. Hal ini menyebabkan jumlah

penduduk Kota Bandung yang terlibat dalam angkatan kerja cenderung lebih rendah
dibandingkan daerah lain di Jawa Barat.
Permasalahan lain, walaupun TPAK Kota Bandung tidak terlalu besar, jumlah
pengganguran terbuka Kota Bandung justru tergolong tinggi. Pada tahun 2007
Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT) di Kota Bandung mencapai 21,92%, yang jauh
lebih tinggi dibandingkan TPT Jawa Barat yang mencapai 13,08% pada tahun 2007.
Kondisi ini semakin menegaskan bahwa perekonomian Kota Bandung telah
terintegrasi dengan perekonomian daerah sekitarnya (Metropolitan Bandung).
Sehingga walaupun TPAK di Kota Bandung cenderung lebih rendah, tetap tidak
mudah untuk mendapatkan pekerjaan karena sebagian kebutuhan tenaga kerja di Kota
Bandung telah dipenuhi oleh pekerja dari penduduk daerah penyangga Kota
Bandung.
Pembangunan daerah di Bandung pun mengikuti dengan perkembangan
teknologi, Pemerintah Kota Bandung memiliki keunggulan dalam perencanaan
pembangunan yang mendorong pengembangan tata pemerintahan yang transparan
dan

akuntabel.

Salah

satunya

lewat

Musyawarah

Rencana

Pembangunan

(Musrenbang). Hal ini menjadi upaya memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat, setiap pemerintah daerah memiliki perencanaan yang berbeda.
Sekda Kota Bandung Yossi Irianto mengatakan, bahwa Pemkot Bandung akan
meningkatkan rencana pembangunan lewat e-Musrenbang. Melalui peran elektronik
diyakini dapat memberikan hasil yang lebih baik dalam merencanakan pembangunan
Kota Bandung ke depannya. Menurut Yossi, dengan menggunakan aplikasi maka
sistem pembangunan ini dinamakan e-musrenbang. Setiap usulan rencana
pembangunan bisa dimasukan lewat aplikasi tersebut. Fungsi aplikasi ini untuk
memudahkan agar rencana yang diusulkan bisa diterima dengan cepat, Yossi juga
menyampaikan, di zaman modern ini gadget merupakan pegangan yang harus kita
gunakan sehari-hari. Musrenbang pun sama, memiliki aplikasi yang bisa diakses.

Sehingga tidak hanya kelurahan dan kecamatan saja yang bisa memasukan input data,
tetapi di tingkat RW pun harus bisa melakukannya.
Bila di lihat dari besaran agama yang paling banyak di anut, sebagain besar
penduduk Kota Bandung memeluk agama Islam, yang berikutnya adalah Agama
Kristen, Katolik dan Budha. Di Bandung ini sangat terjalin Toleransi antar umat
beragama,

yang

membuat

ketentraman

dan

kenyamanan

tersendiri

bagi

masyarakatnya.

Implikasi Antropologi dan Sosiologi terhadap Pendidikan Kota
Bandung
Mengenai pendidikan, baru – baru ini Kota Bandung memiliki beberapa
program unggulan seperti Bandung Masagi dan Literasi Sekolah. Hal ini terus
ditingkatkan oleh Pemerintah Kota Bandung agar pendidikan semakin membaik.
Bandung Masagi sendiri dilatarbelakangi oleh 12 masalah umum yang dihadapi
seorang siswa. Dua belas masalah tersebut adalah kemandirian, regulasi emosi,
kenakalan, kekerasan fisik dan psikologis, pubertas, beban belajar, tekanan teman
sebaya, konsep diri, kepedulian sosial dan lingkungan, orientasi masa depan,
keseimbangan fisik, kognisi dan sosio-emosi serta pemilahan literasi informasi.
Untuk itu dirasakan bahwa siswa perlu ada kecerdasan lebih dari sekedar mendapat
nilai bagus di kelas. Kemudian muncul lah ide ‘Bandung Masagi’ yang berbasis pada
kearifan lokal budaya sunda. Dengan budaya sunda yang sangat kental didalamnya,
Bandung Masagi merupakan model pendidikan karakter yang tepat dan sesuai
pandangan hidup budaya Sunda. Ada empat nilai perlu diterapkan dalam budaya
Sunda, yakni kearifan lokal, silih asih, asah, asuh dan wawangi. Untuk memenuhi
filosofi kearifan lokal tersebut, program Bandung Masagi mencoba mengintegrasikan
aspek perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, sosial, konsep diri, etika dasar dan
moral dalam sebuah pendidikan karakter. Ruang lingkup yang diambil untuk

memenuhi aspek tersebut adalah ruang lingkup spiritual atau religi, budaya sunda
sebagai jati diri masyarakat Bandung, lingkungan hidup dan bela negara dalam hal
kesadaran untuk disiplin, mandiri, adil serta bertanggung jawab. Masagi itu bisa
dikatakan artinya paripurna, kita simbolkan ini sebagai sebuah pohon di mana
(Masagi) itu karakter. Kalau (karakter) itu adalah akarnya, dan akarnya sehat baik, itu
akan menjadi luar biasa. Seperti halnya hasil tidak akan membohongi proses.
Pendidikan karakter ini tepat dengan kondisi yang tengah menatap sebuah era
baru. Ini sesuai dengan kondisi Bandung yang terus berkembang dan diiringi dengan
sumber daya manusia (SDM) berkompetensi. Tujuan Bandung Masagi nantinya
untuk membentuk karakter seseorang menjadi kuat fisik dengan asupan makan
bergizi, cerdas karena diberi makan ilmu dan akhlak melalui asupan spiritual.
Bertepatan dengan keadaan sosiologinya bahwa Bandung ini adalah kota yang selalu
dijadikan tempat destinasi untuk berlibur, maka akan banyak pengaruh kebudayaan
dari luar yang akan diterima oleh anak – anak generasi muda di Bandung ini. Untuk
itu pendidikan Karakter ini sangat diperlukan, terlebih lagi dengan tidak
menghilangkan kebudayaan sunda di dalamnya.
Sedangkan dalam gerakan literasi sekolah, Dinas Pendidikan Kota Bandung
berkomitmen menggalakkan minat membaca siswa melalui sebuah gerakan yang
bernama Geliats atau Gerakan Literasi Sekolah yang dilaunching 18 Agustus 2016
lalu. Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan
budi pekerti siswa, yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis
sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat. Atau secara umum diharapkan
dengan gerakan ini mampu meningkatkan rasa cinta baca, meningkatkan kemampuan
memahami bacaan, meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik, dan
menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan.
Materi bacaan siswa berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal,
nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.

Gerakan Literasi Sekolah ini merupakan upaya menyeluruh yang melibatkan semua
warga sekolah baik guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat,
sebagai bagian dari ekosistem pendidikan, sehingga membutuhkan dukungan
kolaboratif. Di sisi lain, Dinas Pendidikan mencari sebuah formula dimana teknologi
dimanfaatkan justru untuk kepentingan anak-anak, yakni menyibukkan mereka
dengan teknologi dan membuat teknologi sebagai teman dan alat bantu
menyelesaikan masalah mereka.
Sekolah digital sendiri merupakan terobosan baru didunia pendidikan,
program ini memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam berbagai aspek
sistem pengajaran. Kelebihan sistem ini adalah mempermudah proses belajar
mengajar karena peserta didik akan mudah mengakses untuk memperoleh semua
bahan ajar ataupun bahan ujian dari dalam satu jaringan. Bukan hanya untuk siswa,
gurupun memperoleh banyak manfaat dari program yang satu ini, karena menjadi
semakin kreatif dan inovatif. Misalnya dalam hal pembuatan materi pembelajaran,
soal ujian hingga penghitungan nilai.
Sekolah digital yang merupakan salah satu perwujudan dari Bandung Smart
School (BSC) ini menjadi pioneer awal dalam menciptaan program lainnya, karena
tuntutan kebutuhan akan teknologi cangih semakin tinggi sehingga diharuskan
mampu menjawab tantangan tersebut. BSC yang diluncurkan pada 1 November 2016
lalu, dengan perangkat edubox ini memiliki enam jenis layanan, yakni Kelas Digital,
Layanan Media Bahan Ajar, Tautan Bahan Ajar, Kolaborasi Sekolah dan Orang Tua,
Administrasi Sekolah, serta Ujian dan Tugas Dalam Jaringan (online).
Selain itu, Sejak dideklarasikannya Bandung sebagai Kota Pendidikan Inklusif
oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil 2015 lalu, Seluruh sekolah di Kota Bandung
Baik SD, SMP dan SMA Negeri dan swasta wajib menerima anak berkebutuhan
khusus (ABK) tanpa terkecuali, Hal ini menjadikan kota Bandung sebagai kota

percontohan untuk kota lain dan adanya pengakuan bahwa bandung adalah Kota
tanpa diskriminasi pendidikan.
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) yang mengikuti pendidikan
inklusif tersebut antara lain Tunanetra, Tunarungu, Tunawicara, Tunagrahita,
Tunadaksa, Tunalaras, Autis, berkesulitan belajar, lamban belajar, memiliki gangguan
motorik, korban NAPZA, Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI), gangguan
pemusatan perhatian, dan kelainan lainnya. Untuk menunjang pelaksanaan
pendidikan inklusi disetiap sekolah, ditetapkan teknis tata cara PPDB inklusi ini
dengan tiga jalur yaitu jalur Afirmasi Rawan Melanjutkan Pendidikan untuk peserta
didik yang memiliki hambatan sosial ekonomi, jalur Afirmasi Non Rawan
Melanjutkan Pendidikan untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus, dan jalur
peserta didik yang berprestasi dan bakat istimewa.