Nilai Ekonomi Dan Pemenuhan Hak-hak Anak Dalam Keluarga Miskin Di Desa Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Nilai Ekomomi Anak dan Strategi Bertahan Hidup(Coping Strategies)

2.1.1. Nilai Ekomomi Anak
Anak sebagai tunas, potensi dan generasi penerus cita-cita bangsa
memiliki peran strategis yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan
negara pada masa depan. Oleh karena itu, anak perlu mendapat kesempatan yang
seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental
maupun sosial dan berakhlak mulia. Kesejahteraan anak perlu diwujudkan dengan
memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-hak anak serta adanya perlakuan
tanpa diskriminasi.
Pentingnya posisi anak bagi bangsa ini menjadikan kita harus bersikap
responsif dan progresif dalam menata peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Namun untuk menentukan batas usia anak dalam hal definisi anak, maka
akan diperoleh beragam definisi batasan usia anak dalam beberapa undangundang, seperti: UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, mensyarakatkan usia
perkawinan 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki, UU No. 4
Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak mendefinisikan anak berusia 21 tahun

dan belum pernah kawin. UU No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak
mendefinisian anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah berusia 8
tahun tetapi belum mencapai 18 tahun dan belum pernah kawin. UU No. 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun dan belum pernah kawin. UU No.13 tahun
11
Universitas Sumatera Utara

2003 tentang Ketenagakerjaan memperbolehkan usia bekerja 15 tahun dan UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberlakukan wajib
belajar 9 tahun, yang dikonotasikan menjadi anak berusia 7 sampai 15 tahun.
Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi
ILO 182 mendefinisikan Anak yaitu semua orang yang berusia di bawah 18
(delapan belas) tahun. Sedangkan dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014
tentang pengganti UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
menyebutkan bahwa Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan
belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (Djamil, 2015: 8-9).
Anak dipandang sebagai nilai ekonomi karena dari anak-anak akan
membantu menyangga kehidupan ekonomi keluarga, apalagi bila orang tua
mereka sudah beranjak tua. Dalam masyarakat jawa ada ungkapan “banyak anak

banyak rezeki”, konteksnya bahwa setiap anak akan dipekerjakan sehingga
menghasilkan rezeki untuk keluarga.
Sampai saat ini masyarakat di Indonesia masih mengganggap bahwa anakanak bekerja dalam konteks membantu orang tua, juga proses pembelajaran anak
menjadi dewasa, dan pada masa depan sebagai bekal kehidupan yang mandiri.
Namun belakangan banyak orangtua yang juga mempekerjakan anak tanpa
mempertimbangkan kepentingan anak, tetapi semata-mata untuk memenuhi
ambisi orang tua. Para aktifis perlindungan anak memperkirakan jumlah anak
dipekerjakan mencapai 60.000 hingga 120.000, sementara ILO sebagaimana
dikutip KPAI memperkirakan jumlah pekerja anak mencapi 2.685 juta anak
(Supeno, 2010:19-23).

12
Universitas Sumatera Utara

Nilai ekonomi anak dapat dilihat dari peranan anak dalam memberikan
bantuan yang bernilai ekonomi pada orangtua. Bantuan tersebut umumnya berupa
bantuan tenaga kerja maupun bantuan berupa materi. Bantuan tenaga kerja anak
mempunyai arti penting dalam hal anak sebagai tenaga kerja keluarga. Bantuan
ekonomi anak dalam bentuk materi, oleh para orangtua diakui sangat penting
artinya dalam meringankan beban ekonomi rumah tangga. Hal ini terbukti dalam

penelitian Astiti (1994). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa bantuan materi
diberikan oleh anak berbentuk makanan/bahan makanan, uang dan pakaian untuk
jaminan hidup di hari tua, dan berupa biaya untuk sekolah adik-adik yang masih
sekolah (Ihromi,2004:236).

2.1.2. Strategi Bertahan Hidup(Coping Strategies)
Strategi bertahan hidup (coping strategies) dapat didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dimana dalam keluarga
miskin strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan
segenap anggota keluarga dalam mengelola atau memenejemen berbagai asset
yang dimilikinya (Moser dalam Suharto, 2003).
Berdasarkan konsepsi tersebut, Moser membuat kerangka analisis yang
disebut “The Asset Vulnerability Framework”. Kerangka ini meliputi berbagai
pengelolaan asset seperti:
1. Asset tenaga kerja (labour assets)
Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak-anak dalam keluarga
untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga.
13
Universitas Sumatera Utara


2. Asset modal manusia (human capital assets)
Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan
kapasitas orang untuk bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang
menentukan kembalian atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang
dikeluarkannya.
3. Asset produktif (productive assets)
Misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan
hidupnya.
4. Asset relasi rumah tangga atau keluarga (household relation assets)
Misalnya

memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga

besar, kelompok etnis, migrasi

tenaga kerja dan mekanisme “uang

kiriman” (remittances).
5. Asset modal sosial (social capital assets)

Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial lokal, arisan, dan
pemberi kredit informal dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.
(http://www.policy.hu/suharto/Versi_Indo.htm, diakses pada tanggal 18
April 2017 pada pukul 06.10 wib).
Pada mulanya, konsep coping strategies sering dipergunakan untuk
menunjukkan strategi bertahan hidup (survival strategies) keluarga di pedesaan
negara-negara berkembang dalam menghadapi kondisi kritis, seperti bencana
alam, kekeringan, gagal panen, dan lain sebagainya. Namun, sekarang ini
masyarakat miskin perkotaan pun sudah menggunakannya, baik di negara maju
maupun negara berkembang. Strategi bertahan hidup (Coping Strategies) dalam

14
Universitas Sumatera Utara

mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
1. Strategi aktif atau peningkatan aset kerja
Mengoptimalkan segala potensi keluarga, seperti melibatkan wanita dan
anak dalam keluarga.
2. Strategi pasif

Pengontrolan konsumsi dan pengeluaran keluarga.
3. Strategi jaringan
Menjalin relasi, baik secara formal maupun informal dengan lingkungan
sosial atau lingkungan kelembagaannya.
Secara etika dan moral anak-anak tidak seharusnya bekerja, karena dunia
mereka adalah dunia anak-anak yang selayaknya untuk belajar, bermain,
bergembira dengan suasana damai, menyenangkan dan mendapat kesempatan
serta fasilitas untuk mencapai cita-citanya sesuai dengan perkembangan fisik,
psikologis, intelektual dan sosialnya (Suyanto, 2010: 126).
2.2.

Pemenuhan Hak-Hak Anak

2.2.1. Kesejahteraan Anak
Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat
menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani,
jasmani maupun sosial. Hal ini diatur dalam Undang-undang No.4 tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak yang menyatakan: Anak berhak atas kesejahteraan,
perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam


15
Universitas Sumatera Utara

keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang
secara wajar (ayat 2).
Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan
kehidupan sosialnya untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna (ayat 3).
Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan
maupun sesudah dilahirkan (ayat 4). Anak berhak atas perlindungan terhadap
lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya dengan wajar (ayat 5). Penjelasan yang dimaksud lingkungan
hidup adalah lingkungan hidup fisik dan sosial.
Anak

merupakan

seorang

yang


pertama-tama

berhak

mendapat

pertolongan, bantuan, dan perlindungan dalam keadaan yang membahayakan atau
keadaan yang sudah mengancam jiwa manusia baik karena alam maupun
perbuatan manusia (pasal 3). Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak
memperoleh asuhan oleh negara atau orang atau badan (pasal 4). Anak yang tidak
mampu berhak memperoleh bantuan agar dalam lingkungan keluarganya dapat
tumbuh dan berkembang secara wajar (pasal 5).
Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan
yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa
pertumbuhan dan perkembangannya (pasal 6). Anak cacat berhak memperoleh
pelayanan khusus untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan sejauh
batas kemampuan dan kesanggupan anak yang bersangkutan (pasal 7). Bantuan
dan pelayanan, yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anak menjadi hak
setiap anak tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, agama, pendirian politik, dan
kedudukan sosial (pasal 8).


16
Universitas Sumatera Utara

Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya
kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Dengan penjelasan,
tanggung jawab orang tua atas kesejahteraan anak mengandung kewajiban
memelihara dan mendidik anak sedemikian rupa, sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang menjadi orang yang cerdas, sehat, berbakti kepada orang tua, berbudi
pekerti luhur, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkemauan serta
berkemampuan untuk meneruskan cita-cita bangsa bangsa berdasarkan pancasila
(Pasal 9).Orang tua yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya sebagaimana
termaksud dalam Pasal 9, sehinggamengakibatkan timbulnya hambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak, dapat dicabut kuasaasuhnya sebagai orang
tua terhadap anaknya. Dalam hal itu ditunjuk orang atau badan sebagai wali (pasal
10 ayat 1). Pencabutan kuasa asuh tidak menghapuskan kewajiban orang tua yang
bersangkutan untuk membiayai, sesuai dengan kemampuannya, penghidupan,
pemeliharaan, dan pendidikan anaknya (pasal 2). Pencabutan dan pengembalian
kuasa asuh orang tua ditetapkan dengan keputusan hakim (pasal 3).
Usaha kesejahteraan anak terdiri atas usaha pembinaan, pengembangan,

pencegahan, dan rehabilitasi (pasal 11 ayat 1). Usaha kesejahteraan anak
dilakukan oleh Pemerintah dan atau masyarakat (ayat 2). Usaha kesejahteraan
anak yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau masyarakat dilaksanakan baik di
dalam maupun di luar panti (ayat 3). Pemerintah mengadakan pengarahan,
bimbingan, bantuan, dan pengawasan terhadap usaha kesejahteraan anak yang
dilakukan oleh masyarakat (ayat 4).
Pengangkatan anak menurut adat dan kebiasaan dilaksanakan dengan
mengutamakan

kepentingan

kesejahteraan

anak.

Dengan

penjelasan,

17

Universitas Sumatera Utara

pengangkatan anak berdasarkan pasal ini tidak memutuskan hubungan darah
antara anak dengan orang tuanya dan keluarga orang tuanya berdasarkan hukum
yang berlaku bagi anak yang bersangkutan (pasal 12 ayat 1). Pengangkatan anak
untuk kepentingan kesejahteraan anak yang dilakukan di luar adat dan kebiasaan,
guna pemeliharaan kepentingan kesejahteraan anak yang bersangkutan (ayat 3).
Kerjasama internasional di bidang kesejahteraan anak dilaksanakan oleh
Pemerintah atau oleh Badan lain dengan persetujuan Pemerintah (pasal 13). Tata
cara koordinasi antara instansi dalam pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan
anak. Dalam kerjasama Internasional termasuk kerjasama regional, kerjasama
antara instansi dalam rangka menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan
menjadi orang dewasa dapat dipenuhi melalui semua aspek-aspek kesejahteraan,
sehingga anak setelah menjadi orang dewasa memiliki kecerdasan, keterampilan
dan kemampuan yang dapat menjadi tiang dan fondasi keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara di masa depan (Abdussalam dan Adri, 2016: 28-32).

2.2.2. Hak-Hak Anak
Berdasarkan Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak perubahan atas Undang-undang No. 23 Tahun 2002, dijelaskan mengenai
penyelenggaraan perlindungan anak dalam rangka kesejahteraan anak. Ada empat
pemenuhan kesejahteraan anak yang wajib diperhatikan pemerintah, yaitu :
1. Agama
Dalam Pasal 43 dijelaskan bahwa negara, pemerintah, masyarakat,
keluarga,orangtua, wali, dan lembaga sosial menjamin perlindungan anak
dalam memeluk agamanya. Perlindungan anak dalam memeluk agamanya

18
Universitas Sumatera Utara

sebagaimana

dimaksud

dalam

ayat

(1)

meliputi

pembinaan,

pembimbingan, dan pengamalan ajaran agama bagi anak.
2. Kesehatan
Dalam pasal 44 dijelaskan bahwa pemerintah wajib menyediakan
fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi
anak, agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak
dalam kandungan; Penyediaan fasilitas dan penyelenggaraan upaya
kesehatan secara komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
didukung

oleh

peran

serta

masyarakat;

Upaya

kesehatan

yang

komprehensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, baik untuk pelayanan
kesehatan dasar maupun rujukan; Upaya kesehatan yang komprehensif
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan secara cuma-cuma
bagi keluarga yang tidak mampu. Serta, di Pasal 46, Negara, pemerintah,
keluarga, dan orang tua wajib mengusahakan agar anak yang lahir
terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan/atau
menimbulkan kecacatan.
3. Pendidikan
Dalam

Pasal

48

dijelaskan

bahwa

pemerintah

wajib

menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk
semua anak. Di pasal 49, negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua
wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk
memperoleh pendidikan. Sedangkan pendidikan yang dimaksud dalam
Pasal 48 diarahkan pada pendidikan yang (penjelasan pasal 50) :

19
Universitas Sumatera Utara

a.

Pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat,
kemampuan mental dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang
optimal;

b.

Pengembangan penghormatan atas hak asasi manusia dan kebebasan
asasi;

c.

Pengembangan rasa hormat terhadap orang tua, identitas budaya,
bahasa dan nilai-nilainya sendiri, nilai-nilai nasional di mana anak
bertempat tinggal, dari mana anak berasal, dan peradaban-peradaban
yang berbeda-beda dari peradaban sendiri;

d.

Persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab; dan

e.

Pengembangan rasa hormat dan cinta terhadap lingkungan hidup.
Selain itu, dalam pasal 51, dijelaskan bahwa anak yang menyandang

cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan
aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar
biasa. Dan di pasal 53, pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan
biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus
bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang
bertempat tinggal di daerah terpencil. Pertanggungjawaban pemerintah
sebagaimana dimaksud termasuk pula mendorong masyarakat untuk
berperan aktif.
4. Sosial
Dalam Pasal 55 juga dijelaskan bahwa pemerintah wajib
menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan anak terlantar, baik dalam

20
Universitas Sumatera Utara

lembaga maupun di luar lembaga; Penyelenggaraan pemeliharaan dapat
dilakukan

oleh

lembaga

masyarakat;

Untuk

menyelenggarakan

pemeliharaan dan perawatan anak terlantar, lembaga pemerintah dan
lembaga masyarakat, dapat mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak
yang terkait; Dalam hal penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan
pengawasannya dilakukan oleh Menteri Sosial. Sedangkan di Pasal 56
disebutkan bahwa Pemerintah dalam menyelenggarakan pemeliharaan a.
berpartisipasi; b. bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan
hati nurani dan agamanya; c. bebas menerima informasi lisan atau tertulis
sesuai dengan tahapan usia dan perkembangan anak; d. bebas berserikat
dan berkumpul; e. bebas beristirahat, bermain, berekreasi, berkreasi, dan
berkarya seni budaya; dan f. memperoleh sarana bermain yang memenuhi
syarat kesehatan dan keselamatan.
Hak anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia. Semua anak memiliki
hak yang sama dalam suatu negara. Hak anak wajib dijamin, dilindungi dan
dipenuhi oleh orang tua, keluarga besar, masyarakat, negara, dan pemerintah.
jaminan akan pemenuhan hak-hak anak dalam sebuah negara biasanya dijamin
dengan undanng-undang. Tidak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia pemenuhan
hak anak dijamin dalam UUD 1945 pasal 28B ayat 2 yang dengan jelas
menyebutkan “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Semua anak memiliki hak, kapan saja dan dimana saja. Semua hak anak
sama pentingnya dan saling terkait. Komite Hak Anak PBB merumuskan empat
prinsip umum Konvensi Hak Anak. Keempat prinsip umum itu adalah:

21
Universitas Sumatera Utara

1. Prinsip nondiskriminasi
Prinsip ini menegaskan bahwa hak-hak anak yang termaktub dalam
Konvensi harus diberlakukan sama pada setiap setiap anak tanpa
memandang perbedaan apapun. Pasal 2 ayat 2 Konvensi menyatakan: “
Negara-negara peserta akan mengambil langkah yang perlu untuk
menjamin bahwa anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau
hukuman yang didasarkan pada status, kegiatan, pendapat yang
dikemukakan atau keyakinan dari orang tua anak, walinya yang sah, atau
anggota keluarganya”.
2. Prinsip yang terbaik bagi anak
Pasal 3 ayat 1 konvensi menyatakan: “Dalam semua tindakan yang
menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan
sosial pemerintah maupun swasta, lembaga peradilan, lembaga pemeintah
atau badan legislatif, kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi
pertimbangan utama”.
3. Prinsp hak hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan anak
Komite Hak Anak melihat bahwa kelangsungan hidup dan perkembangan
anak merupakan konsep yang holistik, karena sebagian besar isi Konvensi
berangkat dari masalah perkembangan dan kelangsungan hidup anak.
Menyangkut prinsip perkembangan anak, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah perkembangan fisik, perkembangan mental, terutama menyangkut
pendidikan, termasuk pendidikan bagi anak cacat, perkembangan moral
dan spiritual, perkembangan sosial, terutama menyangkut hak untuk

22
Universitas Sumatera Utara

memperoleh

informasi,

menyatakan

pendapat,

dan

berserikat,

perkembangan secara budaya.
4. Prinsip menghargai pandangan anak
Pasal 12 ayat 1 Konvensi menyatakan: “Negara-negara peserta akan
menjamin bahwa anak-anak yang memiliki pandangan sendiri akan
memperoleh hak untuk menyatakan pandangan-pandangan mereka secara
bebas dalam semua hal yang mempengaruhi anak, dan pandangan anak
tersebut akan dihargai sesuai dengan usia dan kematangan anak (Gautama,
2000:22)”.
Berdasarkkan konvensi hak-hak anak secara umum dapat dikelompokkan
dalam 4 kategori hak-hak anak, antara lain:
1. Hak untuk kelangsungan hidup (The right of survival) yaitu hak-hak untuk
melestarian dan mempertahankan hidup (The right of live) dan hak untuk
memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaikbaiknya. Hak-hak ini anatara lain:
a. Hak untuk mendapatkan nama dan kewarganegaraan.
b. Hak untuk hidup bersama orang tuanya.
c. Kewajiban Negara melindungi anak-anak dari segala bentuk perlakuan
salah (abuse).
d. Hak anak disable untuk memperoleh pengasuhan, pendidikan dan
pelatihan khusus
e. Hak untuk menikmati standar kehidupan yang memadai dari orang tua
dan negara.

23
Universitas Sumatera Utara

f. Hak anak atas pendidikan secara cuma-cuma.
g. Kewajiban Negara untuk mencegah penjualan, penyeludupan dan
pencuikan anak.
2. Hak terhadap perlindungan (Protection Rights)
a. Adanya larangan diskriminasi anak
b. Larangan eksploitasi anak
3. Hak terhadap tumbuh kembang (Development Rights)
a. Hak untuk memperoleh informasi
b. Hak untuk memperoleh pendidikan
c. Hak untuk bermain dan berekspresi
d. Hak untuk kebebasan berpikir dan beragama
e. Hak untuk pengembangan kepribadian
f. Hak untuk memperoleh identitas
g. Hak untuk memperoleh kesehatan dan fisik
h. Hak untuk/atas keluarga
4. Hak untuk berpartisipasi (Participation Rights)
a. Hak anak untuk berpendapat
b. Hak anak untuk mendapatkan dan megetahui informasi
c. Hak anak untuk berserikat dan menjalin hubungan untuk bergabung
d. Hak anak untuk memperoleh akses informasi (Djamil, 2015: 14-16).
2.2.3 Tanggung jawab orang tua terhadap kesejahteraan anak
Menurut Undang-undang tentang Perlindungan Anak dan Konvensi Hakhak Anak yang berlaku, dikatakan bahwa orang tua bertanggung jawab dalam
melindungi, memelihara dan mendidik anak sesuai dengan kemampuannya.
24
Universitas Sumatera Utara

Apabila tidak terpenuhi hak-hak anak tersebut, maka negara dapat memberikan
bantuan melalui lembaga-lembaga Perlindungan Kesejahteraan Anak yang
berfungsi

menjamin

dan

meningkatkan

perolehan

hak-hak

anak

yang

bersangkutan (Noor dkk, 2006: 14).
Undang-undang No. 4 Tahun 1979 mengatur tentang tanggung jawab
orang tua terhadap kesejahteraan anak. Dimana dikatakan, pertama-tama yang
bertanggung jawab atas kesejahteraan anak adalah orang tua (Pasal 9). Orang tua
yang terbukti melalaikan tanggung jawabnya, yang mengakibatkan timbulnya
hambatan dalam pertumbuhan dan perkemangan anak, dapat dicabut kuasa
asuhnya sebagai orang tua terhadap anak (Pasal 10 ayat 1). Apabila hal ini terjadi,
maka ditunjuk orang atau badan sebagai wali.

2.3

Keluarga

2.3.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya atau keluarga
sedarah (Abdussalam dan Adri, 2016: 6). Keluarga adalah adalah kelompok kecil
yang memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja,
serta hak dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Keluarga adalah tempat
pertama dan yang utama dimana anak-anak belajar. Dari keluarga, anak
mempelajari sifat keyakinan, sifat-sifat mulia, komunikasi dan interaksi sosial,
serta keterampilan hidup (Helmawati, 2014: 42).

25
Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Fungsi Keluarga
Fungsi-fungsi keluarga hendaknya dilaksanakan agar tercipta keluarga
bahagia yang didambakan (Helmawati, 2014: 45-49), yang diantaranya sebagai
berikut:
1. Fungsi Agama
Fungsi

agama

dilaksanakan

melalui

penanaman

nilai-nilai

keyakinan berupa iman dan takwa. Penanaman iman dan takwa
mengajarkan kepada anggota keluarga untuk selalu menjalankan perintah
Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi larangan-Nya. Pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan metode pembiasaan dan peneladanan.
2. Fungsi Biologis
Fungsi biologis adalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar
keberlangsungan hidup tetap terjaga termasuk secara fisik. Maksudnya
pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani manusia.
Kebutuhan dasar manusia untuk terpenuhinya kecukupan makanan,
pakaian, tempat tinggal. Kebutuhan biologis lainnya yaitu berupa
kebutuhan seksual yang berfungsi untuk menghasilkan keturunan.
Orang tua yang terdiri dari suami dan istri memiliki fungsi masingmasing dari fungsi biologis ini. Suami sebagai kepala rumah tangga
memiliki kewajiban untuk mencari nafkah sehingga kebutuhan dasar
dalam keluarga berupa pangan, sandang, dan papan dapat terpenuhi. Dan
seorang istri berkewajiban menjalankan fungsinya sebagai pendamping
dan mengelola apa yang diamanahkan dalam keluarga padanya dengan

26
Universitas Sumatera Utara

sebaik-baiknya. Peran suami dan istri dalam menjalankan fungsi biologis
ini hendaknya saling melengkapi dan memnuhi kekurangan satu sama lain.
Tidak sedikit tanggung jawab utama dalam pemenuhan kebutuhan
dasar manusia beralih dari tanggung jawab seorang suami menjadi
tanggungan seorang istri. Alih fungsi ini tentu mengakibatkan disfungsi
dari kewajiban utama seorang suami sebagai pencari nafkah. Jika hal ini
terjadi, akan terjadi guncangan dalam keluarga. Untuk menghindari
guncangan dari fungsi biologis ini, setiap anggota keluarga harus
memerankan fungsinya dengan baik, saling menerima atau mensyukuri
apa yang telah diperoleh serta menghargai dan menghormati peran
masing-masing sekecil apapun peran itu.
3. Fungsi Ekonomi
Fungsi ini berhubungan dengan bagaimana pengaturan penghasilan
yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga. Seorang
istri harus mampu mengelola keuangan yang diserahkan suaminya dengan
baik. Utamakan pemenuhan kebutuhan yang bersifat prioritas dalam
keluarga sehingga penghasilan yang diperoleh suami akan dapat
mencukupi kebutuhan hidup keluarga.
Agar kebutuhan keluarga terpenuhi, seorang suami hendaknya
mempunyai penghasilan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan utama
dalam keluarga serta mampu mengawasi penggunaanya dengan baik
penggunaan keuangan keluarga hendaknya diawasi karena tidak semua
istri dapat mengelola keuangan dengan baik.

27
Universitas Sumatera Utara

4. Fungsi Kasih Sayang
Fungsi ini menyatakan bagaimana setiap anggota keluarga harus
menyayangi satu sama lain. Suami hendaknya mencurahkan kasih sayang
kepada istrinya begitu juga sebaliknya. Jika telah memiliki anak maka
orang tua hendaknya menunjukkan dan mencurahkan kasih sayang kepada
anaknya secara tepat. Kasih sayang bukan hanya berupa materi yang
diberikan tetapi perhatian, kebersamaan yang hangat sebagai keluarga,
saling memotivasi dan mendukung untuk kebaikan bersama.
5. Fungsi Perlindungan
Setiap anggota keluarga berhak mendapat perlindungan dari
anggota lainnya. Sebagai seorang kepala dalam keluarga, seorang ayah
hendaknya melindungi istri dan anak-anaknya dari ancaman baik ancaman
yang akan meruikan di dunia maupun di akhirat. Perlindungan di dunia
meliputi keamanan atas apa dipakai dan di mana tempat tinggal keluarga.
Perlindungan terhadap kenyamanan situasi dan kondisi serta lingkungan
sekitar.
6. Fungsi Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
meningkatkan martabat dan peradaban manusia. Sebagai seorang
pemimpin

dalam

keluarga,

seorang

kepala

keluarga

hendaknya

memberikan bimbingan dan pendidikan bagi setiap anggota keluarga, baik
istri maupun anak-anaknya. Bagi seorang istri, pendidikan sangat penting.
Dengan

bertambahnya

pengetahuan

dan

wawasan

maka

akan

28
Universitas Sumatera Utara

memudahkan perannya sebagi pengelola dalam rumah tangga dan
pendidik utama bagi anak-anaknya.
Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam
pendidikannya. Dari keluarga inilah anak mulai belajar berbagai macam
hal, terutama nilai-nilai, keyakinan, akhlak, belajar berbicara, mengenal
huruf, angka dan bersosialisasi. Mereka belajar dari kedua orang tuanya.
7. Fungsi Sosialisasi Anak
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi semua
kebutuhan hidupnya. Dalam keluarga, anak pertama kali hidup
bersosialisasi. Anak mulai belajar berkomunikasi dengan orang tuanya
melalui pendengaran dan gerakan atau isyarat hingga anak mampu
berbicara.
8. Fungsi Rekreasi
Manusia tidak hanya perlu memenuhi kebutuhan biologisnya atau
fisiknya saja, tetapi juga perlu memenuhi kebutuhan jiwa atau rohaninya.
Kegiatan sehari-hari yang sangat menyita waktu dan tenaga ditambah
permasalahan yang muncul baik di keluarga maupun di tempat kerja atau
sekolah tentu membuat fisik, pikiran dan jiwa menjadi letih. Oleh karena
itu, manusia perlu istirahat dan rekreasi.
Rekreasi merupakan salah satu hiburan yang baik bagi jiwa dan
pikiran. Rekreasi dapat menyegarkan pikiran, menenangkan jiwa dan lebih
mengakrabkan tali kekeluargaan.

29
Universitas Sumatera Utara

2.4 Kemiskinan
2.4.1 Pengertian Kemiskinan
Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas
masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah
pribadi, keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia. Kemiskinan identik dengan
suatu penyakit. Oleh karena itu, langkah pertama penanggulangan masalah
kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Masalah
kemiskinan dipandang dalam dua aspek yakni sebagai suatu kondisi dan sebagai
suatu proses. Dipandang dari kemiskinan sebagai suatu kondisi adalah suatu fakta
dimana seseorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau lebih rendah dari
kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sementara kemiskinan sebagai suatu proses adalah proses menurunnya
daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada
gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Konsep daya dukung yang
dalam kaitannya dengan kehidupan manusia menunjukkan bahwa kondisi
kehidupan yang dihadapi dan sedang dijalani manusia merupakan produk dari
proses dimana dalam proses itu terlibat berbagai unsur.
Mencher (2001) mengemukakan, kemiskinan adalah gejala penurunan
kemampuan

seseorang

atau

sekelompok

orang

atau

wilayah

sehingga

mempengaruhi daya dukung hidup seseoranng atau sekelompok orang tersebut,

30
Universitas Sumatera Utara

dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai
kehidupan yang layak.
Hal yang cukup menarik dari apa yang dikemukakan Mencher adalah
bahwa dalam upaya mencapai taraf hidup yang layak, seseorang atau sekelompok
orang membutuhkan dukungan, baik dari diri sendiri yang pada uraian
sebelumnya diindentifikasi sebagai faktor internal maupun wilayah, yang dalam
hal ini merupakan faktor eksternal. Wilayah yang menjadi tempat dimana
seseorang atau sekelompok orang hidup diharapkan memberikan dukungan bagi
seseorang atau sekelompok orang itu untuk mencapai taraf hidup yang dianggap
layak (Siagian, 2012: 1-6).

2.4.2 Ciri-ciri Kemiskinan
Pemahaman lebih mendalam dan komprehensif tentang kemiskinan oleh
banyak ahli juga sering diupayakan melalui kajian tentang ciri-ciri kemiskinan.
Suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan, yakni :
1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki
faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang
memadai, ataupun ketrampilan yang memadai untuk melakukan suatu
aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya.
2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang
untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.
3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sempat tamat
SD, atau hanya tamat SD. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap
wawasan mereka. Beberapa penelitian antara lain menyimpulkan bahwa

31
Universitas Sumatera Utara

waktu mereka pada umumya habis tersita semata-mata hanya untuk
mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar atau
meningkatkan ketrampilan. Demikian juga dengan anak-anak mereka,
tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, karena harus membantu orang tua
mencari tambahan pendapatan.
4. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan
kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat
rendah mengakibatkan akses masyarakat yang miskin ke dalam berbagai
sektor formal bagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa
memasuki sektor-sektor informal.
5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi
tidak memiliki ketrampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu
kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari yang makin deras
(Siagian, 2012: 20).

2.4.3 Jenis-jenis Kemiskinan
Salah satu konsekwensi logis dari upaya mengidentifikasi kemiskinan
adalah bahwa kita akan menemukan istilah jenis-jenis kemiskinan. Upaya kearah
kajian tentang jenis-jenis kemiskinan harus didasarkan pada latar belakang
tertentu. Sebagai konsep yang multi dimensi, satu fakta tentang kemiskinan dapat
diidentifikasi dalam berbagai jenis kemiskinan. Hal ini dapat terjadi jika kita
melakukan tinjauan dari berbagai aspek atau sudut pandang atas satu fakta tentang
kemiskinan itu.

32
Universitas Sumatera Utara

Lebih jauh lagi, apabila kita meninjau kemiskinan itu dari aspek tertentu
maka kita akan menemukan jenis kemiskinan itu secara berpasangan. Dengan
demikian kemiskinan yang secara nyata dialami seseorang atau sekelompok orang
secara pasti dapat dikategorikan ke dalam salah satu jenis dari pasangan itu dan
memang hanya salah satu dari dua jenis kemiskinan itu. Dengan kata lain, jenis
kemiskinan dalam satu pasangan bersifat eksklusif. Sifat pasangan tersebut identik
dengan mata uang yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian berikut
merupakan jenis-jenis kemiskinan:
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi, dimana seseorang atau
sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga
orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak
serta tidak sesuaidengan harkat dan martabat sebagai manusia. Lebih dari
itu kondisi kehidupan seseorang atau sekelompok orang itu sedemikian
rupa sehingga secara fisik mengakibatkan seseorang atau sekelompok
orang tidak mampu melakukan aktivitas yang wajar.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif dikenal jika kita melakukan kajian atas
kemiskinan berdasarkan bagaimana kita memandang dan mengkajinya.
Lebih khusus lagi, kemiskinan relatif justru ditemukan jika kajian kita
tentang kemiskinan tersebut didasarkan pada komparasi kondisi kehidupan
antara seseorang dengan orang lain atau antara satu kelompok dengan
kelompok lain. Kajian jenis kemiskinan relatif sering didasarkan atas
konsumsi rata-rata perkapita di suatu daerah.

33
Universitas Sumatera Utara

3. Kemiskinan Massa
Kemiskinan massa dapat diartikan sebagai kemiskinan yang
dialami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah. Hal ini
berarti, terdapat demikian banyak orang secara faktual tidak mampu
memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sehingga terpaksa hidup serba
kekurangan, serta mengalami kondisi hidup yang tidak layak jika dilihat
dari segi harkat dan martabat manusia.
4. Kemiskinan Non Massa
Secara umum kemiskinan non massa adalah lawan dari kemiskinan
massa. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kemiskinan non
massa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir orang.
5. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah ditemukan jika kajian tentang kemiskinan itu
didasarkan atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi. Dimana
kemiskinanalamiah diidentifikasi sebagai kemiskinan yang terjadi sebagai
konsekwensi dari kondisi alam dimana seseorang atau sekelompok orang
tersebut bermukim.
6. Kemiskinan Kultural
Kasus ini berlaku pada konsep kemiskinan kultur atau kemiskinan
budaya. Dalam kasus ini, budaya diidentifikasi sebagai faktor penyebab
terjadinya kemiskinan tersebut. Hal ini merupakan konsekwensi logis
dari fakta, bahwa membicarakan budaya sesungguhnya kita telah
memasuki wilayah dengan unsur-unsur yang sangat sensitive dan sangat
berpeluang menimbulkan polemik.

34
Universitas Sumatera Utara

7. Kemiskinan Terinvolusi
Kemiskinan terinvolusi merupakan bentuk dan kondisi khusus dari
kemiskinan kultural. Ciri khusus kemiskinan terinvolusi adalah telah
terinternalisasinya nilai-nilai negatif dalam diri seseorang atau sekelompok
orang dalam memandang diri dan kebutuhannya, sehinga mereka
menganggap kehidupan dengan segala kondisinya sebagai sesuatu yang
tidak dapat berubah.
8. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural juga ditemukan, jika masalah kemiskinan
dikaji dari segi faktor-faktor penyebab kemiskinan. Konsep kemiskinan
struktural antara lain mendeskripsikan bahwa struktur sosial masyarakat
itu sedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat

tersebut

mengembangkan kehidupannya.
9. Kemiskinan Situasional
Istilah kemiskinan situasional juga ditemukan jika kajian
kemiskinan menjadikan penyebab sebagai titik fokus. Secara umum dapat
dikemukakan bahwa kemiskinan situasional adalah kondisi kehidupan
masyarakat yang tidak layak disebabkan oleh situasi yang ada. Lebih
tegasnya, situasi yang ada di lingkungan mana dan saat mana seseorang
atau sekelompok orang itu hidup sedemikian rupa sehingga tidak kondusif
bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya mereka menghadapi
dan mengalami kondisi hidup yang tidak layak.

35
Universitas Sumatera Utara

10. Kemiskinan Buatan
Kemiskinan buatan merupakan konsep yang ditemukan jika kajian
kemiskinan dititikberatkan pada aspek penyebab. Dimana konsep
kemiskinan buatan secara khusus ingin memberikan pesan, agar
seseorang atau sekelompok orang, terutama mereka yang mengalami
kehidupan yang dikategorikan miskin tidak dengan mudah menyalahkan
alam sebagai penyebab kemiskinan yang mereka alami (Siagian, 2012: 4565).

2.4.4

Aspek-aspek Kemiskinan
Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang nasib umat

manusia.Lebih jauh lagi, kemiskinan merupakan fakta yang sepanjang masa dan
dimana saja dapat kita lihat.Berhubung kemiskinan itu sangat nyata, banyak pihak
telah menelaahnya.Namun fakta pula yang menunjukkan bahwa kemiskinan tetap
eksis.Hal ini berarti bahwa kemiskinan merupakan sesuatu yang nyata, dekat dan
menyatudengankita, namun tidak mudah di pahami secara holistik. Langkah yang
pertamayang dapat dilakukan dalam upaya memahami kemiskinan secara holistik
adalahdengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu
:
1. Kemiskinan itu multi dimensi.
Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar
dari kondisikebutuhan manusia yang beraneka ragam. Apabila ditinjau
dari segi kebijakanumum, maka kemiskinan meliputi dua aspek yaitu
aspek primer seperti miskinakan asset-asset, organisasi-oraganisasi sosial,

36
Universitas Sumatera Utara

kelembagaan-kelembagaansosial, berbagai pengetahuan serta berbagai
keterampilan yang dapat dianggapmendukung kehidupan manusia.
Sedangkan aspek sekundernya antara lain,miskinnya informasi, jaringan
sosial dan sumber-sumber keuangan yangkesemuanya merupakan faktorfaktor dapat digunakan sebagai jembatanmemperoleh suatu fasilitas yang
dapat mendukung upaya mempertahankan,bahkan meningkatkan kualitas
hidup.
2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Sebagai konsekwensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada
salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran aspek
yang lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak
mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pada pemaham yang
komperehensif. Menganalisis kemikinan kemiskinan secara parsial akan
membawa kita pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu
sendiri. Bahkan kemiskinan hanya dapat dipahami melalui pendekatan
interdisiplinear.
3. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.
Fenomena yang sering kita temui adalah pendapatan yang
diperolehsekelompok yang bermukim yang sama boleh sama, namun
kualitas individuatau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda.
Adapula yang cenderungmengatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari
perasaan sehingga mustahiluntuk diukur. Cara berpikir seperti ini harus

37
Universitas Sumatera Utara

dicegah karena akan menjauhkankita dari pemahaman yang benar dan
holistik

tentang

kemiskinan

itu

sehinggakitapun

mustahil

dapat

menemukan solusi. Kemiskinan diklasifikasikan dalamberbagi tingkat,
miskin,sangat miskin, dan sangat miskin sekali.
4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual mapun
kolektif.
Istilah kemiskinan pedesaan (Rural poverty), kemiskinan perkotaan
(urban poverty). Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab
kemiskinan bagimanusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin
hanyalah manusia,baik secara individual maupun kelompok, dan bukan
wilayah (Siagian, 2012:12-14).
2.4.5

Gejala-gejala Kemiskinan
Memahami kemiskinan secara akurat dan komprehensif diperlukan

datayang lengkap dan valid. Upaya memahami kemiskinan lebih sering
dilakukandengan cara pendekatan lain, seperti gejala-gejala kemiskinan.Salah satu
cara danlangkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejalagejalakemiskinan, seperti :
1. Kondisi kepemilikan faktor produksi.
Kemiskinan tidak datang secara serta merta.Demikian halnya
denganpendapatan, tidak datang serta merta. Semuanya melalui saluran,
sumber danproses tertentu. Salah satu pendekatan untuk mengetahui
kemiskinan adalahmengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat
atau faktor yangdigunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan

38
Universitas Sumatera Utara

pencaharian tersebut.Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan
jalan bagi kita untukmengetahui apakah sekelompok orang tersebut miskin
atau tidak.
2. Angka ketergantungan penduduk.
Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti
hasil usahaatau keuntungan, upah, bunga, tabungan, dan lain-lain. Kondisi
lapangansebagaimana dikemukakan mengakibatkan tenaga kerja di
Indonesia dalamkondisi power less. Mereka sering harus menerima
perlakuan tidak manusiawidari pengusaha, seperti menerima upah yang
rendah.
3. Kekurangan gizi
Pendapatan bagaikan passport bagi setiap orang untuk memasuki
hiduplayak.Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung dapat
digunakansebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang dapat hidup
secaralayak.Pemenuhan kebutuhan tentu dilakukan secara hirerkhis, mulai
drikebutuhan fisik, sebagai unsur yang menempati prioritas utama dari
berbagaiunsur yang termasuk kebutuhan pokok.
4. Pendidikan yang rendah
Di era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai sesuatu
yangpenting.Pendidikan bahkan telah dianggap sebagai indikator utama
kedudukandalam masyarakat.Oleh karena itu, rendahnya pendidikan yang
dimilikimasyarakat dalam jumlah yang masih cukup banyak terutama
bukanlahdisebabkan oleh kesadaran atas pendidikan yang rendah,
melainkan

disebabkanoleh

ketidakmampuan

masyarakat

untuk

39
Universitas Sumatera Utara

mendapatkan pendidikan. Oleh karenaitu pendidikan yang rendah juga
merupakan gejala kemiskinan (Siagian,2012:16-19).

2.5

Kerangka Pemikiran
kemiskinan merupakan suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok

orang hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia
disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
konteks keluarga miskin, keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga baik itu kebutuhan sandang, pangan, papan maupun pendidikan anak
dikarenakan ayah yang berfungsi sebagai kepala keluarga tidak dapat memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga karena penghasilan rendah. Penghasilan yang tidak
mencukupi kebutuhan keluarga sering mengakibatkan fenomena keterlibatan anak
untuk mencari uang setiap harinya untuk membantu memenuhi kebutuhan
keluarga. Keterlibatan anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi
rumah tangga adalah salah satu cara yang ditempuh oleh keluarga untuk
mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi yang disebut dengan coping strategies
(strategi adaptasi).
Nilai ekonomi anak dapat dilihat dari peranan anak dalam memberikan
bantuan yang bernilai ekonomi pada orangtua. Bantuan tersebut umumnya berupa
bantuan tenaga kerja maupun bantuan berupa materi. Bantuan tenaga kerja anak
mempunyai arti penting dalam hal anak sebagai tenaga kerja keluarga. Bantuan
ekonomi anak dalam bentuk materi, oleh para orangtua diakui sangat penting
artinya dalam meringankan beban ekonomi rumah tangga.

40
Universitas Sumatera Utara

Pemenuhan hak anak biasanya dilakukan pertama kali dalam lingkungan
keluarga, terutama keluarga inti. Keluarga miskin mengalami masalah dalam
proses sosialisasi nilai-nilai yang seharusnya mereka laksanakan, tak terkecuali
yang berkaitan dengan pemenuhan hak-hak anak. Sehingga seringkali muncul
banyak masalah-masalah pada anak dalam keluarga miskin karena tidak memiliki
kemampuan yang memadai dalam pemenuhan hak-hak anak.
Dalam penellitian ini, tujuan peneliti untuk melihat gambaran tentang nilai
ekonomi dan pemenuhan hak-hak anak dalam keluarga miskin. Berdasarkan
uraian diatas, penulis merumuskan kerangka pemikiran ke dalam bagan alur
pemikiran sebagai berikut:

41
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1
Bagan AlurPemikiran

Kemiskinan

Strategi adaptasi (Coping strategies) untuk
bertahan hidup:
1.
Strategi Aktif (melibatkan segala
potensi keluarga termasuk anak untuk
bekerja membantu ekonomi rumah tangga).
2.
Strategi
Pasif
(mengurangi
pengeluaran keluarga)

Nilai Ekonomi Anak: Dilihat dari
peranan anak dalam memberikan
bantuan yang bernilai ekonomi
pada orang tua, yaitu:
1. Bantuan Tenaga
Kerja
2. Bantuan Berupa
Materi

Hak-Hak Anak:
1. Anak berhak dalam memeluk
agamanya.
2. Anak berhak atas kesehatan.
3. Anak berhak atas pendidikan.
4. Anak berhak berekreasi
5. Anak berhak mendapatkan kasih
sayang.
6. Anak
berhak
mendapatkan
jaminan sosial.
7. Anak
berhak
mendaptkan
pengertian.
8. Anak berhak berpikir.
9. Anak
berhak
mendapatkan
pengasuhan dari orang tua.

42
Universitas Sumatera Utara

2.6

Definisi Konsep
Definisi konsep merupakan upaya dan pembatasan makna konsep dalam

suatu penelitian. Dengan kata lain, peneliti berupaya mengiring para pembaca
hasil penelitian untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan
dimaksudkan oleh peneliti. Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari
suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Adapun
konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini, antara lain :
1.

Nilai ekonomi anak adalah dapat dilihat dari peranan anak dalam
memberikan bantuan yang bernilai ekonomi pada orang tua.

2.

Hak-hak dalam penelitian ini hak-hak anak atas kesejahteraan, perawatan,
asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang dalam keluarganya.

3.

Keluarga adalah kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota,
mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi
masing-masing angota keluarganya.

4.

Kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekolompok orang
hidup dibawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia
disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

5.

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.

6.

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi dan di penuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, negara dan
pemerintah.

43
Universitas Sumatera Utara