Eksistensi Samurai Pada Masa Pemerintahan Meiji

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Jepang merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur yang patut di

perhitungkan. Dengan kehebatanya dalam memadukan tradisi dan modernisasi,
menjadikan Jepang sebagai bangsa yang maju. Nilai-nilai budaya yang sudah
berakar sangat kuat mempengaruhi pola pikir dan pandangan hidup masyarakat
Jepang dalam perjuangan hidupnya dari zaman dulu hingga sekarang. Pandangan
hidup yang dianut bangsa Jepang inilah yang kemudian membuahkan kesadaran
bahwa dominasi bangsa barat tidak dapat dikalahkan hanya dengan kekuatan
senjata saja tetapi juga harus dengan menguasai kepandaian dan keahlian mereka
di bidang ilmu pengetahuan. Kesadaran inilah yang membawa bangsa Jepang
menjadi bangsa yang unggul dalam teknologi dan industri dan dapat menyamakan
diri dengan bangsa Eropa dan Amerika
Dalam periodesasi sejarahnya, Jepang terbagi ke dalam 4 babak, yaitu
zaman prasejarah, zaman klasik, zaman pertengahan, dan zaman modern. Sebelum
mengalami modernisasi, pada masa feodal (1185-1603) pemerintah Jepang

menerapkan sistem pemerintahan yang menempatkan shogun sebagai pemimpin
tertinggi yang memiliki kekuasaan penuh, sementara kaisar hanyalah sebagai
boneka dengan sedikit kekuatan politik. Periode ini diawali oleh Minamoto no
Yoritomo yang membangun model pemerintahan yang dikenal dengan sebutan
bakufu atau pemerintahan shogunat. Shogunat yang pertama dikenal dengan nama

Universitas Sumatera Utara

Kamakura bakufu di Kamakura pada tahun 1192. Model pemerintahan shogunat
terdiri dari dua divisi utama, yaitu divisi samurai dan divisi pengadilan/hukum
Para shogun diberikan kekuasaan militer oleh kaisar dan mereka juga
dibantu oleh para daimyo yang merupakan tuan tanah semenjak abad ke -10
hingga awal abad ke -19. Para daimyo memiliki hak kepemilikan tanah secara
turun-temurun dan bahkan tentara untuk melindungi tanah dan pekerjanya. Tak
jarang daimyo dapat meningkat statusnya menjadi shogun. Daimyo pada masa
Kamakura disebut Gokenin dan pada periode Muramachi (1336-1573), kelas
Gokenin dihapuskan dan diganti dengan kelas Daimyo.
Sistem shogunat sebagai dasar pemerintahan pada masa Kamakura
berangsur hilang pada akhir periode ini. Kaisar terakhir pada periode ini, GoDaigo mengembalikan kekuasaan kepada kekaisaran karena menganggap
shogunat gagal mengahadapi serangan tentara Mongol (1268 dan 1281).

Dikembalikannya pemerintahan kepada kaisar menimbulkan ketidaksenangan
kaum samurai. Namun, upaya untuk menempatkan kaisar sebagai pemimpin
utama kurang berhasil karena pada tahun 1336 berdirinya Shugunat Ashikaga
yang selanjutnya disebut Periode Muromachi. Ashikaga Takauji mendapat
dukungan dari samurai yang menentang keputusan kaisar Go-Daigo
Pemerintahan selanjutnya diteruskan oleh Oda Nobunaga, seorang daimyo
yang berhasil mengusir Ashikaga Yoshiaki, shogun terakhir Ashikaga bakufu dari
Kyoto. Nobunaga merupakan daimyo yang kuat dan memiliki strategi
kepemimpinan yang unik. Dia membangun benteng Azuchi di daerah Shiga yang
berdekatan dengan Danau Biwa dan Kyoto. Benteng ini berfungsi intuk

Universitas Sumatera Utara

mengawasi pergerakan musuh dan sebagai tempat perlindungan dari konflik yang
terjadi di ibukota. Masa kepemimpinan Nobunaga beserta para daimyo yang
meneruskannya, yaitu Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu merupakan
periode menuju penyatuan wilayah Jepang yang tercapai pada tahun 1590. Namun,
dari ketiganya hanya Tokugawa Ieyasu yang berhasil mendapatkan gelar SeiTaishogun, lalu mendirikan Shogunat Tokugawa pada tahun 1603.
Tokugawa pada dasarnya meneruskan sistem shogunat dan juga
mempertahankan sistem kasta/kelas-kelas dalam masyarakat Jepang sebagaimana

yang dilakukan oleh Hideyoshi. Di bawah daimyo terdapat para tentara yang
merupakan para samurai. Para samurai menduduki status sosial tertinggi setelah
para daimyo. Samurai memiliki kelebihan yaitu dapat membuat sendiri nama
keluarganya dan membawa dua pedang. Nama samurai pada masa itu tidak sama
dengan nama-nama orang Jepang pada masa sekarang yang hanya terdiri dari dua
kata saja, yaitu nama keluarga dan nama sendiri. Orang-orang Jepang dewasa ini
yang menggunakan nama keluarga samurai masih disegani oleh masyarakat
Jepang. Para samurai bukanlah kalangan terpelajar, namun mereka memiliki
konsep perilaku seorang ksatria yang dikenal dengan istilah bushido. Sekalipun
kalangan samurai didominasi oleh kalangan laki-laki, terdapat pula wanita yang
menjadi samurai.
Pada masa awal pembentukannya pada periode Kamakura, samurai
merupakan kelompok sosial strata atas yang sangat dihormati. Tugas samurai
selain untuk pengamanan dan pertahanan didaerah, juga bertugas di bidang
administrasi dan kemasyarakatan, seperti menentukan dan memungut pajak serta
mengatur tata kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugasnya para samurai

Universitas Sumatera Utara

memakai perlengkapan khas samurai. Pada awal pembentukannya para samurai

menggunakan senjata yang lazim digunakan saat itu yaitu busur dan panah (yumi).
Pada perkembangannya kemudian samurai menggunakan pedang (katana)
sebagai senjata utama yang dianggap paling efisien. Pada perkembangannya
kemudian pedang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan para samurai. Bahkan
dalam falsafah samurai pedang adalah roh dari samurai yang harus diperlakukan
dan dijaga kehormatannya.
Selama
kestabilan

masa

keamanan

pemerintahannya,
dan

persatuan

Tokugawa
di


Jepang.

berusaha
Salah

menciptakan

satunya

adalah

memberlakukan politik isolasi (sakoku) pada tahun 1639. Politik isolasi (sakoku)
adalah politik dimana Jepang menarik diri dari dunia luar atau tidak kerjasama
dengan negara lain. Politik isolasi diberlakukan karena bangsa barat yang
menyebarkan agama Kristen dan Katholik dapat mempengaruhi rakyat dengan
doktrin-doktrin yang mengatasnamakan dalil-dalil agama, seperti hak asasi
manusia, demokrasi, dan sebagainya. Politik isolasi bertujuan untuk mejamin
tetap tegaknya pemerintahan Shogun dan mencegah masuknya budaya asing yang
dinilai membawa pengaruh buruk bagi Jepang. Hubungan perdagangan dilakukan

hanya dengan negara China dan Belanda di Dezima dan Nagasaki. Kedua negara
ini dinilai tidak menyebarkan ideologi dan agama seperti yang dilakukan oleh
bangsa-bangsa lain seperti Spanyol. Kondisi keamanan pada periode Edo yang
relatif stabil menyebabkan para samurai memiliki kesempatan yang luas untuk
memantapkan ilmu beladiri diiringi dengan pengembangan seni-seni klasi seperti
seni lukis,seni sastra, puisi, kaligrafi, dan sebagainya. Paada periode ini
kedudukan samurai semakin kuat.

Universitas Sumatera Utara

Selama

masa

bakufu,

peran

samurai


sangatlah

penting

bagi

keberlangsungan pemerintahan. Setelah Ieyasu Tokugawa mengambil alih
kekuasaan dari tangan shogun sebelumnya, dia memindahkan ibukota dari Kyoto
ke Edo (Tokyo). Dalam masa pemerintahan Tokugawa, Jepang berada dalam
keadaan damai. Selama masa damai itu, kaum samurai tidak mempunyai
pekerjaan sebagaimana tugas mereka seharusnya, Walaupun beberapa dari mereka
bekerja disektor pelayanan umum, tapi pada dasarnya mereka adalah “kaum
pengangguran” yang harus dihidupi oleh kasta-kasta lain yang lebih rendah dari
mereka, yaiu para petani, pengrajin, dan pedagang. Akibat dari hal tersebut, para
samurai yang terbiasa melakukan tugasnya dengan pedang menjadi terlena dan
mulai kehilangan semangat juang serta militansinya
Restorasi Meiji yang dikenal juga denga sebutan Meiji Ishin merupakan
suatu kegiatan pembaharuan sehingga menyebabkan perubahan dalam struktur
politik serta sosial masyarakat Jepang. Sebelum tahun 1883 Jepang merupakan
negara yang tertutup dari bangsa asing terutama ketika dibawah pemerintahan

Shogun Tokugawa. Pada masa pemerintahan Tokugawa dijalankan sebuah politik
isolasi atau biasa disebut dengan politik Sakoku, yang artinya menutup
diri(negara) untuk berhubungan dengan dunia internasional. Dalam hal
perdagangan hanya orang-orang China dan Belanda yang diperbolehkan untuk
melakukan perdangan ke Jepang dan terbatas hanya pada waktu tertentu saja.
Dorongan modernisasi Jepang muncul muncul ketika Angkatan Laut Amerika
datang ke Jepang di bawah pimpinan Laksamana perry. Kemudian terjadi
perundingan antara Amerika dengan shogun yang saat itu memimpin Jepang yang
ditandai dengan penandatanganan PerjanjianShimoda yang secara garis besar isi

Universitas Sumatera Utara

dari perjanjian tersebut ialah pembukaan Jepang bagi Amerika, yang maksudnya
bahwa Amerika diperbolehkan untuk datang dan masuk ke Jepang untuk
melakukan perdagangan dan hubungan luar negeri.
Perjanjian Shimoda telah mengakibatkan munculnya gerakan-gerakan anti
shogun serta timbul gerakan-gerakan untuk memperkuat Tenno(Kaisar). Oleh
karena itu setelah terjadinya Restorasi Meiji terdapat beberapa perubahan dalam
struktur politik, muliter, sosial, ekonomi maupun pendidikan masyarakat Jepang.
Salah satu dari perubahan-perubahan yang dilaksanakan pada masa

Restorasi Meiji adalah penghapusan sistem feodalisme yang berkembang dan
dilaksanakan pada masa Keshogunan Tokugawa. Penghapusan sistem feodalisme
ini berdampak terhadap golongan daimyo dan samurai. Dengan ditiadakannya
sistem feodalisme berarti menghapus keberadaan golongan daimyo dan samurai.
Hal tersebut mengakibatkan perubahan kedudukan, para daimyo diangkat sebagai
pegawai negeri dan samurai dijadikan sebagai tentara nasional. Selain itu tanahtanah yang sebelumya dikuasai oleh para daimyo dan bangsawan diserahkan
kepada Kaisar.
Salah satu yang menjadi gejolak dalam pemerintahan Jepang dari bidang
militer adalah dengan dilaksanakannya pembubaran kelas samurai yang diganti
menjadi tentara nasional. Hal tersebut dilakukan agar ada tentara yang kompeten
untuk melindungi Tenno(Kaisar), selain itu untuk mencegah terjadinya
pemberontakan akibat kembalinya pemerintahan Tenno. Apalagi orang-orang
yang disebut golongan reformis berada didalam kelompok samurai. Akibatnya
dengan adanya penghapusan samurai tersebut menimbulkan pemberontakan-

Universitas Sumatera Utara

pemberontakan diwilayah Jepang. Pemberontakan yang paling terkenal akibat dari
penghapusan ini adalah pemberontak Satsuma yang dilakukan oleh para samurai
dari klan Satsuma pada tahubn 1877. Pemberontakan Satsuma selain karena

penghapusan Samurai juga dikarenakan adanya peraturan penghapusan pedang
Haito-Rei yang melarang samurai untuk membawa katana yang merupakan
senjata para samurai.
Restorasi Meiji sendiri membawa dampak yang cukup besar bagi
eksistensi kelas samurai. Adanya penghilangan hak-hak istimewa yang dimiliki
oleh strata samurai pada era sebelumnya membuat keseluruhan kelas samurai
menjadi tidak puas. Hilangnya hak-hak istimewa tersebut diakibatkan oleh adanya
perubahan struktur masyarakat dalam bidang politik, sosial, teknologi maupun
ekonomi. Dapat dikatakan era Meiji adalah masa dimana kelas samurai
mengalami krisis identitas. Mereka kehilangan pekerjaan, sunber nafkah, dan
prinsip-prinsip pegangan hidup mereka

1.2

Perumusan Masalah
Guba dalam Moleong (2007:93) mendefinisikan masalah sebagai suatu

keadaan yang bersumber dari hubungan antara 2 faktor atau lebih yang
menghasilkan situasi lain yang menyeret mereka dalam hubungan yang rumit
yang mereka sendiri sulit memahaminya.

Pada era keshogunan Tokugawa, kelas samurai merupakan salah satu
kelas elit militer yang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat
Jepang. Mereka memiliki hak-hak istimewa, jaminan sosial yang tinggi serta upah

Universitas Sumatera Utara

yang diberikan oleh secara turun-temurun, yang tidak dimiliki oleh kelas
masyaraka lain. Contoh hak-hak istimewa tersebut adalah misalnya diperbolehkan
untuk membawa senjata di muka umum, adanya kebebasan untuk membunuh
seseorang tanpa suatu sebab tertentu, dll. Bisa dibilang kaum samurai pada era
Tokugawa mempunyai kehidupan yang cukup layak, walaupun pada akhir periode
rezim Tokugawa kaum samurai hidup dibawah tekanan, namun mereka
mempunyai pekerjaan dengan gaji yang ditetapkan oleh pemerintah serta
kedudukan sosial yang cukup baik dimasyarakat.
Hal tersebut berubah semenjak era keshogunan Tokugawa memasuki
babak akhir. Pada saat itu Jepang sedang dalam masa damai yang otomatis
menghilangkan fungsi kelas samurai sebagai kelas militer. Kemudian pada tahun
1853 politik isolasi Tokugawa berakhir karena kedatangan Komodor Perry
dengan armada kapal hitamnya. Kedatangan armada Perry yang bertujuan
memaksa Jepang untuk membuka negerinya kepada negara-negara asing dibawah
todongan meriam membuat pemerintah Bakufu terpaksa menandatangani
perjanjian yang isinya sangat merugikan kedudukan Jepang sacara internasional.
Kejadian ini membuka mata masyarakat Jepang untuk melihat bagaimana
tertinggalnya kemajuan negara mereka jika dibandingkan dengan negara-negara
Barat dan betapa lemahnya pemerintahan Bakufu saat itu. Kejatuhan pemerintahan
Bakufu yang kemudian digantikan oleh pemerintahan Meiji menandakan
dimulainya era baru, yaitu era reformasi dan restorasi besar-besaran di Jepang.
Era Meiji mengawali era reformasi dari sistem feodal ke sistem modern.
Termasuk didalamnya me-modern-kan tentara Jepang dengan sistem barat. Salah
satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Meiji pada saat itu adalah berusaha

Universitas Sumatera Utara

menghapuskan sistem feodal yang mengikat Jepang dengan cara meniadakan
golongan daimyo dan samurai beserta hak-hak istimewa yang mereka miliki.
Kebijakan ini tentu saja mendatangkan pro dan kontra di kalangan birokrasi yabng
mayoritas merupakan golongan samurai.
Penghapusan golongan samurai ini mengakibatkan perubahan

kondisi

dalam kehidupan golongan samurai. Samurai yang sebelumnya merupakan kaum
yang di hormati kini setara dengan strata masyarakat yang lainnya. Perubahan ini
juga menyebabkan hilangnya mata pencaharian kaum samurai.
Melihat dari pemaparan di atas penulis ingin merumuskan masalah dalam
skripsi ini, yaitu :
1. Bagaimana keadaan golongan samurai sebelum masa pemerintahan
Meiji ?
2. Bagaimanakah kondisi golongan samurai pada masa pemerintahan
Meiji ?

1.3

Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam setiap penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah. Dalam

pembahasan ini penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup
permasalahan agar pembahasan tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan
pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang dibahas.
Restorasi Meiji merupakan peristiwa yang menandai runtuhnya sistem
feodal pemerintahan Tokugawa dan menempatkan kembali Tenno (Kaisar)
sebagai penguasa tertinggi pemerintahan. Namun, Restorasi Meiji juga menjadi

Universitas Sumatera Utara

penyebab hilangnya golongan tradisional dalam hirearki masyarakat Jepang, yaitu
golongan samurai.
Penulis memfokuskan pembahasan ini, terbatas pada masa modernisasi
(Restorasi Meiji) di Jepang, terutama mengenai keeksistensian golongan samurai
pasca kebijakan penghapusan golongan samurai yang dilakukan oleh pemerintah
Meiji.

1.4

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.Tinjauan Pustaka
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat suatu negara dapat

terwujud karena terjadinya suatu prosess pembaharuan, pembangunan atau
modernisasi yang terjaadi dalam semua bidang kehidupan. Schoorl (1981: 1)
menjelaskan bahwasanya yang paling spektakuler dalam modernisasi suatu
masyarakat adalah pergantian teknik produksi dari cara-cara tradisional ke caracara modern yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan
terjadinya revolusi tersebut. Modernisasi yang terjadi dalam masyarakat suatu
negara merupakan proses transformasi dalam suatu perubahan yang terjadi di
dalam berbagai aspek kehidupan.
2.Kerangka Teori
Dalam pengerjaan penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan historis
(Historica Research), yaitu kajian logik terhadap peristiwa-peristiwa

setelah

peristiwa itu terjadi. Menurut Suryabrata (1983: 16) tujuan dari penelitian ini
adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif,
dengan mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta mensintesiskan bukti-

Universitas Sumatera Utara

bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Penulis
menggunakan pendekatan ini untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi
kepada kaum samurai zaman pemerintahan Meiji. Di Era Meiji pemerintah
menerapkan

berbagai kebijakan-kebijakan baru yang cukup fenomenal, yang

salah satunya yaitu menghapuskan/meniadakan golongan samurai. Golongan
samurai merupakan golongan yang dihormati pada zaman Tokugawa. Kebijakan
ini tidak mendapat sambutan hangat dari para samurai sehingga menyebabkan
beberapa peristiwa yang di dalangi oleh para samurai.

1.5

Tujuan dan Manfaat
1.Tujuan
Segala sesuatunya pasti memiliki manfaat,tidak terkecuali penulisan skipsi

ini. Berdasarkan pokok permasalahan sebagaimana yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Mengetahui

keadaan

golongan

samurai

sebelum

masa

pemerintahan Meiji.
2.

Mengetahuikondisi golongan samurai pada masa pemerintahan
Meiji

2.Manfaat
Berdasarkan tujuan dari penulisan ini, hasilnya diharapkan dapat memberi
manfaat bagi para pembaca. Adapun manfaat dari penulisan ini ialah:
1.

Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai samurai
serta perkembangannya sebelum masa pemerintahan Meiji

Universitas Sumatera Utara

2.

Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai keadaan
golongan samurai pada masa pemerintahan Meiji

1.6

Metode Penelitian
Metode

penelitian

adalah

cara

yang

digunakan

peneliti

dalam

mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002: 136 ). Metode penelitian
merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencari jawaban atau
menggambarkan permasalahan yang akan dibahasa. Metode penelitian juga dapat
dikatakan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode penelitian adalah cara mencari kebenaran
dengan asas-asas gejala alam, masyarakat atau kemanusian berdasarkan disiplin
ilmu yang bersangkutan.
Winarno Surakhmad ( 1994: 131 ) mengemukakan tentang pengertian
suatu metode yaitu merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai
suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan
teknik serta alat-alat tertentu dan cara utama itu dipergunakan setelah peneliti
memperhitungkan kewajarannya yang ditinjau dari tujuan.
Berdasarkan pendapat diatas, untuk mencapai tujuan yang kita harapkan
dibutuhkan suatu pendekatan yaitu dengan suatu cara yang dapat mengungkap
masalah sesuai dengan tujuan yang kita harapkan. Cara untuk mencapai tujuan
inilah yang disebut dengan metode.
Menurut Nazir ( 1999: 63 ) metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

Universitas Sumatera Utara

pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Agar ilmu sejarah dapat dipercaya kebenarannya, maka sejarah memiliki
kaidah atau disiplin ilmiah, yaitu metode penelitian sejarah. Metode penelitian
sejarah (historical research) merupakan suatu proses untuk mengumpulkan,
menilai dan menafsirkan sumber-sumber sejarah yang telah ditemukan. Dalam
pengerjaan penulisan ini, penulis menggunakan metode historis, yaitu menguji
dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk,
1986: 32). Metode historis dalam prosesnya mencakup empat hal, yaitu:
1. Heuristik
Kata Heuristik berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskeiayang
artinya menemukan. Heuristik merupakan langkah awal untuk
mencari, menemukan dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah
yang berhubungan dengan objek penelitian. Pada tahapan ini
penulis mengumpulkan berbagai sumber dan data yang dapat
digunakan dalam menjawab permasalahan yang akan dibahas.
Langkah pertama adalah mencari dan mengumpulkan sumbersumber buku, browsing internet dan sumber tertulis lainnya
mengenai samurai
2. Analisa Sumber
Analisa sumber merupakan kegiatan memeriksa, mengoreksi dan
menilai sumber sejarah yang telah dikumpulkan. Pada tahap ini

Universitas Sumatera Utara

penulis mencoba menilai dan mengkritisi sumber-sumber yang
terkumpul. Fungsi dari proses ini adalah untuk mengetahui apakah
sumber-sumber yang digunakan relevan atau tidak dengan
permasalahan yang dikaji.
3. Intepretasi
Intepretasi adalah memberikan kesan, penafsiran, pendapat serta
pandangan

teoritis

terhadap

sumber

sejarah,

baik

yang

berhubungan dengan isi atau materi maupun bahan-bahan yang
digunakan. Pada tahap ini penulis berusaha menafsirkan fakta-fakta
yang diperoleh.
4. Historiografi
Historiografi adalah penulisan sejarah, baik yang bersifat ilmiah
maupun yang tidak bersifat ilmiah. Pada tahap ini, setelah sumbersumber ditemukan, dianalisis, ditafsirkan, kemudian dituangkan
dalam bentuk tulisan yang sesuai dengan kaidah penulisan yang
berlaku.

Universitas Sumatera Utara