Strategi Peningkatan Produksi Kedelai (Studi Kasus : Desa Stabat Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sebagai negara agraris, Indonesia menyimpan begitu banyak kekayaan alam yang
dapat menghidupi masyarakatnya. Oleh karenanya, masyarakat Indonesia sebagian
besar bermata pencaharian sebagai petani. Lahan-lahan pertanian Indonesia
diupayakan agar lebih bernilai dan mampu menghidupi keseharian para petani. Lahan
pertanian yang digunakan di Indonesia mencapai 74,68% dari seluruh total lahan
yang tersedia di Indonesia.

Dari sekian banyak komoditas pertanian, kedelai merupakan salah satunya yang
memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Pengembangan komoditas kedelai telah
gencar dilakukan karena berkaitan dengan berbagai sektor. Namun demikian, petani
masih sering menganggap kedelai sebagai tanaman sampingan setelah padi
(Suprapto, 2001).

Saat ini kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna karena bisa digunakan
sebagai pangan dan sebagai bahan baku berbagai industri olahan. Alasannya tidaklah
sulit mengingat komoditas ini mengandung protein nabati yang cukup tinggi, sumber
lemak, vitamin, mineral dan serat. Akibatnya, industri olahan kedelai seperti tahu,
tempe, tauco dan kecap semakin berkembang yang menyebabkan kebutuhan kedelai

dalam negeri semakin bertambah
(Amang, et al. 1996).

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan kedelai dalam negeri yang cukup tinggi ternyata tidak diikuti dengan
jumlah produksi. Setiap tahunnya pemerintah melakukan impor kedelai yang
belakangan ini sudah mencapai 600 ribu ton per tahun. Hal ini sungguh sangat
memprihatinkan ditengah berkembangnya industri olahan kedelai ternyata bahan
baku utamanya mengalami defisit dan tidak mampu memenuhi kebutuhan kedelai
sehingga harus dicukupi dengan impor kedelai.

Menurut Simatupang, et al. 2005, proyeksi konsumsi kedelai di Indonesia terus
mengalami peningkatan. Mulai tahun 2009, total kebutuhan kedelai terus mengalami
peningkatan dari 2,35 juta ton hingga 2,71 juta ton pada tahun 2015. Jika sasaran
produksi rata-rata nasional 1,5 ton per hektar bissa dicapai, maka kebutuhan areal
tanam diperkirakan sebesar 1,81 juta hektar pada tahun 2015.

Jumlah lahan pertanian Indonesia yang ditanami kedelai pun semakin berkurang.
Jumlah lahan pertanian kedelai yang ada saat ini hanya sekitar 570 ribu hektar saja.

Dengan jumlah lahan yang demikian, Indonesia hanya mampu memproduksi kedelai
sebanyak 700-800 ribu ton rata-rata per tahun. Jumlah produksi rata-rata per hektar
untuk kedelai lokal pun masih cukup kecil yaitu 1,5 ton per hektar rata-rata. Jumlah
ini masih jauh dari negara lain seperti Amerika Serikat sebagai negara pengekspor
kedelai untuk Indonesia yang mampu memproduksi kedelai hingga mencapai ratarata 3,5 ton per hektar. Hal ini belakangan berdampak pada ketergantungan impor
Indonesia dengan negara tersebut(Anonimous, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Ketergantungan Indonesia terhadap kedelai menyebabkan komoditas tersebut rawan
terjadi kelangkaan. Untuk itu, dalam upaya memacu peningkatan produksi kedelai
untuk memenuhi permintaan dalam negeri dan substitusi impor yang semakin
meningkat, maka perlu dikaji sumber-sumber pertumbuhan produksi di berbagai
provinsi di Indonesia. Sumber daya lahan yang tersedia baik yang berada dalam
agroekosistem lahan sawah, lahan kering dan rawa pasang surut, masih cukup luas
yang dapat dijadikan wilayah pengembangan kedelai. Pada agroekosistem tersebut,
intensitas tanam masih rendah dan terdapat lahan tidur yang cukup luas yang belum
dimanfaatkan(Amang,et al. 1996).

Lahan pertanian di Indonesia untuk memproduksi kedelai tersebar di Sumatera, Jawa,

Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Dari total lahan tersebut, sekitar 59%
kedelai dijumpai pada lahan sawah irigasi dan tadah hujan. Dilihat dari potensi lahan
maka kemungkinan perluasan areal kedelai di lahan sawah irigasi dan tadah hujan
serta lahan kering masih cukup besar. Hal ini tentu dapat dilakukan untuk
meningkatkan produksi kedelai. Namun, menurut Rondot dan Lancon (1991), hasil
per hektar kedelai di Indonesia tidak terdistribusi secara homogen. Selain itu, setiap
populasi tanaman terdapat variasi ekspresi sifat-sifat kuantitatif tanaman karena
keragaman genetik dan lingkungan serta interaksi antara kedua faktor tersebut.

Menurut

Badan

Pusat

Statistik

(2012),

kedelaidi


Sumatera

Utara

sudah

dikembangkansejak zaman orde baru. Pengembangan komoditas kedelai dipusatkan
di beberapa kabupaten di Sumatera Utara termasuk Deli Serdang, Langkat, dan
Tapanuli Selatan. Namun, dalam 5 tahun terakhir terjadi fluktuasi jumlah

Universitas Sumatera Utara

produksidan jumlah impor kedelai semakin tinggi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Produksi, Permintaan, Jumlah Impor Kedelai Sumatera Utara
Tahun 2007 – 2012
Tahun


Produksi
Permintaan
(ton)
(ton)
2007
4.345
56.580
2008
11.647
57.314
2009
14.206
58.111
2010
9.439
58.617
2011
11.426
61.302
2012

5.420
62.115
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2012

Jumlah Impor
(ton)
58.597
65.449
71.636
83.259
106.370
110.075

Dari tabel 1dapat dilihat bahwa produksi kedelai di Sumatera Utara mengalami
fluktuasi dan defisit dalam pemenuhan permintaan kedelai. Permintaan kedelai untuk
dikonsumsi ataupun untuk diolah kembali meningkat dari tahun ke tahun. Puncaknya
pada tahun 2012, produksi kedelai Sumatera Utara hanya 5.420 ton sedangkan
permintaan mencapai 62.115 ton. Akibatnya, pemerintah terpaksa harus memenuhi
kebutuhan permintaan tersebut dengan melakukan impor. Sebanyak 110.075 ton
kedelai harus diimpor untuk memenuhi permintaan dan sisanya untuk alokasi 2013

ataupun mengantisipasi kenaikan permintaan.

Dari permasalahan diatas dapat diketahui bahwa permintaan kedelai yang semakin
tinggi tidak diikuti dengan usaha peningkatan produksi kedelai itu sendiri. Oleh

Universitas Sumatera Utara

karena itu, perlu kiranya dilakukan penelitian mengenai strategi peningkatan produksi
kedelai. Sehingga, di masa depan diharapkan kebutuhan kedelai di tanah air dapat
terpenuhi dengan produksi dalam negeri.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.

Apakah yang menjadi faktor internal dalam peningkatan produksi kedelai di
daerah penelitian?

2.


Apakah yang menjadi faktor eksternal dalam peningkatan produksi kedelai di
daerah penelitian?

3.

Bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi kedelai di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dalam peningkatan produksi
kedelai di daerah penelitian.

2.

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dalam peningkatan produksi
kedelai di daerah penelitian.

3.


Untuk menentukan strategi peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Sebagai bahan masukan bagi petani dalam mengembangkan usahataninya.

Universitas Sumatera Utara

2.

Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan dan
kebijakan strategis untuk komoditas kedelai.

3.

Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dan juga bagi pihak yang
membutuhkan.


Universitas Sumatera Utara