Strategi Peningkatan Produksi Kacang Kedelai (Glycine Max) (Studi Kasus : Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara)

(1)

Lampiran 1. Karakteristik Petani

No. Umur (Tahun) Pendidikan Luas Lahan (Ha)

1 47 SD 0.5

2 65 SD 0.4

3 48 SMA 0.5

4 53 SD 0.4

5 49 SMP 0.5

6 51 SD 0.5

7 37 S1 0.64

8 62 SMP 0.4

9 51 SMP 0.5

10 52 SMA 0.5

11 55 SD 0.4

12 60 SD 0.4

13 55 SD 0.28

14 65 SD 0.4

15 55 SMP 1,5

16 53 SD 0.5

17 18

45 57

SD SMP

0.5 0.5 Lampiran 2. Karakteristik Pedagang

No. Umur (Tahun) Pendidikan

1 35 D3


(2)

3 38 S1

Lampiran 3. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Kedelai Faktor Internal

No Indikator Parameter Skor

1

Program Pengembangan

Kedelai

Ada program, rencana, dan dilaksanakan 4

Ada program dan dana 3

Ada perancangan program 2

Tidak ada program 1

2

Bantuan pemerintah, (mesin-mesin, pupuk,bibit,

obat-obatan)

Sangat Tersedia 4

Tersedia 3

Kurang Tersedia 2

Tidak Tersedia 1

3 Fungsi Lembaga

Sudah ada dan berjalan baik 4 Sudah ada dan tidak berjalan dengan baik 3

Masih proses pembentukan 2

Tidak ada 1

4 Pelatihan

Sekolah Lapang 4

Ada pelatihan dan demplot 3

Ada pelatihan dan ceramah 2

Tidak ada pelatihan 1

5 Kebijakan Harga

Ada kebijakan dan dijalankan 4 Ada kebijakan dan tidak dijalankan 3

Ada kebijakan harga 2


(3)

Faktor Eksternal

No Indikator Parameter Skor

1 Sarana pendukung dan infrastruktur

Sangat Memadai 4

Memadai 3

Cukup Memadai 2

Tidak memadai 1

2

Penguasaan Petani terhadap teknik budidaya kedelai

Sangat Baik 4

Baik 3

Cukup Baik 2

Kurang Baik 1

3 Luas lahan

>2 Ha 4

1,5 – 2 Ha 3

1,2 – 1,5 Ha 2

< 1 Ha 1

4

Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, obat-obatan)

Sesuai rekomendasi jumlah dan waktu 4 Sesuai rekomendasi jumlah dan tetapi tidak

sesuai dengan waktu 3

Tidak sesuai rekomendasi jumlah tetapi

sesuai dengan waktu 2

Tidak sesuai rekomendasi jumlah dan

waktu 1

5 Permintaan kedelai

Tinggi dan Kontinue 4

Tinggi tetapi tidak Kontinue 3

Rendah dan Kontinue 2

Rendah dan Tidak Kontinue 1

6 Harga Kedelai

>10.000 4

7.500-10.000 3

5.000-7.500 2

2.500-5.000 1

7 Permodalan

100% modal sendiri 4

75% modal sendiri 3

50% modal sendiri 2


(4)

8 Serangan HPT

<30% 4

30-40% 3

40-50% 2

>50% 1

9 Pengalaman Bertani

>8 tahun 4

6-8 tahun 3

4-6 tahun 2

<2 tahun 1

Keterangan :

1. Indikator : Bantuan Pemerintah. - mesin mesin pertanian - pupuk

- bibit

- obat-obatan

Parameter : Sangat tersedia (apabila keempat bantuan diberikan) Tersedia (apabila tiga dari 4 bantuan diberikan)

Kurang tersedia (apabila hanya satu atau 2 dari bantuan diberikan) Tidak tersedia (tidak ada bantuan diberikan)

2. Indikator : Sarana pendukung dan infrastruktur, dinilai dari 4 poin kelengkapan yaitu :

฀ Tersedia alat penggilingan

฀ Sarana transportasi dari dan menuju areal desa lancar

฀ Tersedia jalan yang memadai (beraspal) dari dan menuju areal desa Parameter : Sangat Memadai (ketiga poin penilaian tersedia)

Memadai ( tersedia 2 dari empat poin penilaian)

Cukup Memadai (tersedia satu dari tiga poin penilaian)

Kurang Memadai (tidak ada poin penilaian yang dapat dipenuhi)) 3. Indikator : Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai

Parameter : Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai dilihat dari : ฀ Penanaman menggunakan bibit unggul

฀ Melakukan pemupukan


(5)

฀ Melakukan sanitasi

sehingga dapat ditentukan parameter penilaian sebagai berikut :

Sangat Baik (Petani melaksanakan keempat poin penilaian) Baik ( Petani melaksanakan tiga dari empat poin penilaian)

Cukup Baik (Petani melaksanakan dua dari empat poin penilaian) Kurang Baik (Petani melaksanakan satu dari empat poin penilaian tersebut atau sama sekali tidak memenuhi kriteria penilaian).


(6)

Lampiran 4. Penilaian skor Parameter Faktor Internal Sampel

DISTAN

Parameter

1 2 3 4 5

1 4 3 4 1 1

2 4 3 4 1 1

3 4 3 4 1 1

Rata-rata

4 3 4 1 1

Keterangan:

Parameter 1 : Program Pengembangan Kedelai Parameter 2 : Bantuan Pemerintah

Parameter 3 : Fungsi Lembaga Pendukung Parameter 4 : Pelatihan


(7)

Lampiran 5. Penilaian Skor Parameter Faktor Eksternal Sampel

Petani

Parameter

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 2 4 1 2 4 4 4 2 4

2 2 4 1 2 4 4 4 2 4

3 2 3 4 2 4 4 4 4 4

4 3 4 4 2 2 4 4 3 4

5 2 4 1 2 2 4 4 3 4

6 2 4 1 2 4 4 4 3 4

7 2 3 4 2 2 4 4 3 4

8 1 4 1 2 4 3 3 3 4

9 1 4 1 2 4 3 4 1 4

10 3 4 4 4 2 4 2 4 4

11 2 4 1 2 2 4 4 4 4

12 3 4 1 2 2 3 4 3 4

13 3 3 1 2 4 4 2 4 4

14 2 4 1 2 4 3 3 4 4

15 2 4 2 2 4 4 4 1 4

16 2 4 1 2 4 4 2 3 4

17 2 4 1 2 4 4 2 2 4

18 2 4 4 2 4 3 2 4 4

Pedagang

1 3 2

2 3 2

3 3 2

Total 38 69 34 38 69 73 60 53 68

Rataan 2,1 3,8 1,8 2,1 3,2 3,4 3,3 2,9 3.7

Keterangan:

Parameter 1 : Sarana pendukung dan infrastruktur

Parameter 2 : Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai Parameter 3 : Luas Lahan


(8)

Parameter 4 : Saprodi

Parameter 5 : Permintaan Kedelai Parameter 6 : Harga Kedelai Parameter 7 : Permodalan Parameter 8 : Serangan Hama Parameter 9 : Pengalaman Bertani

Lampiran 6. Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Internal (IFAS) Program Pengembangan

Kedelai

3 2 1 2 3 Bantuan pemerintah, seperti : mesinmesin Pupuk, bibit, obat-obatan

Program Pengembangan Kedelai

3 2 1 2 3 Fungsi Lembaga pendukung Program Pengembangan

Kedelai

3 2 1 2 3 Pelatihan Program Pengembangan

Kedelai

3 2 1 2 3 Kebijakan Harga Bantuan pemerintah, seperti :

mesinmesin Pupuk, bibit, obat-obatan

3 2 1 2 3 Fungsi Lembaga pendukung

Bantuan pemerintah, seperti : mesinmesin Pupuk, bibit, obat-obatan

3 2 1 2 3 Pelatihan

Bantuan pemerintah, seperti : mesinmesin Pupuk, bibit, obat-obatan

3 2 1 2 3 Kebijakan Harga

Fungsi Lembaga pendukung 3 2 1 2 3 Pelatihan

Fungsi Lembaga pendukung 3 2 1 2 3 Kebijakan Harga


(9)

Lampiran 7. Penilaian Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal (IFAS)

Sarana Produksi 3 2 1 2 3 Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai

Sarana Produksi 3 2 1 2 3 Luas lahan

Sarana Produksi 3 2 1 2 3 Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, obat-obatan) Sarana Produksi 3 2 1 2 3 Permintaan kedelai Sarana Produksi 3 2 1 2 3 Harga jual kedelai Sarana Produksi 3 2 1 2 3 Permodalan Sarana Produksi 3 2 1 2 3 Serangan HPT Sarana Produksi 3 2 1 2 3 Pengalaman Bertani Penguasaan petani terhadap

teknik budidaya kedelai

3 2 1 2 3 Luas lahan Penguasaan petani terhadap

teknik budidaya kedelai

3 2 1 2 3 Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, obat-obatan) Penguasaan petani terhadap

teknik budidaya kedelai

3 2 1 2 3 Permintaan kedelai Penguasaan petani terhadap

teknik budidaya kedelai

3 2 1 2 3 Harga jual kedelai Penguasaan petani terhadap

teknik budidaya kedelai

3 2 1 2 3 Permodalan Penguasaan petani terhadap

teknik budidaya kedelai

3 2 1 2 3 Serangan HPT Penguasaan petani terhadap

teknik budidaya kedelai

3 2 1 2 3 Pengalaman Bertani

Luas Lahan 3 2 1 2 3 Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, obat-obatan)

Luas Lahan 3 2 1 2 3 Permintaan kedelai

Luas Lahan 3 2 1 2 3 Harga jual kedelai

Luas Lahan 3 2 1 2 3 Permodalan

Luas Lahan 3 2 1 2 3 Serangan HPT

Luas Lahan 3 2 1 2 3 Pengalaman Bertani Jumlah input (bibit, pupuk,

pestisida, obat-obatan)

3 2 1 2 3 Permintaan kedelai Jumlah input (bibit, pupuk,

pestisida, obat-obatan)

3 2 1 2 3 Harga jual kedelai

Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, obat-obatan)

3 2 1 2 3 Permodalan Jumlah input (bibit, pupuk,

pestisida, obat-obatan)


(10)

Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, obat-obatan)

3 2 1 2 3 Pengalaman Bertani

Permintaan kedelai 3 2 1 2 3 Harga jual kedelai Permintaan kedelai 3 2 1 2 3 Permodalan Permintaan kedelai 3 2 1 2 3 Serangan HPT Permintaan kedelai 3 2 1 2 3 Pengalaman Bertani Harga jual kedelai 3 2 1 2 3 Permodalan

Harga jual kedelai 3 2 1 2 3 Serangan HPT Harga jual kedelai 3 2 1 2 3 Pengalaman Bertani

Permodalan 3 2 1 2 3 Serangan HPT

Permodalan 3 2 1 2 3 Pengalaman Bertani


(11)

Lampiran 8. Hasil Penilaian Faktor Internal Responsen 1 (Penyuluh)

Parameter A B C D E

A 1 1/3 1/3 3 1/3

B 3 1 1/3 3 1/3

C 3 3 1 3 1/3

D 1/3 1/3 1/3 1 1/3

E 3 3 3 3 1

Total 10,33 7,66 5 13 2,33

Responden 2 (Pejabat Dinas Pertanian Langkat)

Parameter A B C D E

A 1 1 1 3 3

B 1 1 1 1 3

C 1 1 1 1 1/3

D 1/3 1 1 1 1/3

E 1/3 1/3 3 3 1

Total 3,66 4,33 7 9 7,66

Responden 3 (Pejabat Dinas Pertanian Langkat)

Parameter A B C D E

A 1 1 1 1 3

B 1 1 1 1 3

C 1 1 1 1 3

D 1 1 1 1 3

E 1/3 1/3 1/3 1/3 1

Total 1,06 1,06 1,06 1,06 2,66

Keterangan

A : Program Pengembangan Kedelai B : Bantuan Pemerintah

C : Fungsi Lembaga Pendukung D : Pelatihan


(12)

Lampiran 9. Hasil Penilaian Faktor Eksternal Responden 1 (Penyuluh)

Parameter A B C D E F G H I

A 1 3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 3 3

B 1/3 1 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 3 3

C 3 3 1 3 3 1/3 1/3 3 3

D 3 3 1/3 1 1/3 1 1/3 1/3 1/3

E 3 3 1/3 3 1 1/3 1/3 3 1/3

F 3 3 3 1 3 1 3 3 3

G 3 3 3 3 3 1/3 1 3 3

H 1/3 1/3 1/3 3 1/3 1/3 1/3 1 1/3

I 1/3 1/3 1/3 3 3 1/3 1/3 1/3 1

Total 17.3 20 9.33 18.6 14.6 4.6 6.6 20 17.3

Responden 2 (Pejabat Dinas Pertanian)

Parameter A B C D E F G H I

A 1 3 1/3 1/3 3 1/3 3 3 1/3

B 1/3 1 1/3 1/3 1/3 1/3 3 3 1/3

C 3 3 1 1/3 1/3 1/3 3 3 1/3

D 3 3 3 1 3 1/3 3 1/3 1/3

E 1/3 3 3 1/3 1 1/3 3 1/3 1/3

F 3 3 3 3 3 1 3 1/3 1/3

G 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1 1/3 1/3

H 1/3 1/3 1/3 3 3 3 3 1 3

I 3 3 3 3 3 3 3 1/3 1

Total 14.6 20 14.6 12 17.3 9.3 28 12 9.3

Responden 3 (Pejabat Dinas Pertanian)

Parameter A B C D E F G H I

A 1 1 1 1 1/3 1/3 1/3 1 1

B 1 1 1/3 1 1/3 1/3 1 1 1

C 1 3 1 1 1/3 1/3 1 1 1

D 1 1 1 1 1/3 1/3 1 1 1

E 3 3 3 3 1 1/3 3 3 3

F 3 3 3 3 3 1 3 3 3


(13)

H 1 1 1 1 1/3 1/3 1 1 1

I 1 1 1 1 1/3 1/3 1 1 1

Total 15 15 12.3 13 9 3.66 12.33 13 13

Keterangan

A : Sarana pendukung dan infrastruktur

B : Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai

C : Luas Lahan

D : Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, dan obat-obatan) E : Permintaan Kedelai

F : Harga Jual Kedelai di tingkat petani

G : Permodalan

H : Serangan Hama I : Pengalaman Bertani


(14)

Lampiran 10. Hasil Perhitungan Nilai Rata - Rata Geometris Faktor Internal (IFAS)

Parameter A B C D E

Rata-rata A 1.00 0.69 0.69 2.08 1.44 1.18 B 1.44 1.00 0.69 1.44 1.44 1.20 C 1.44 1.44 1.00 1.44 0.69 1.20 D 0.48 0.69 0.69 1.00 0.69 0.71 E 0.69 0.69 1.44 1.44 1.00 1.05

Total 5.06 4.52 4.52 7.41 5.27 5.36

Rumus: n

n

x

x

x

x

G

=

1

2

3

.

...

Ket : X1 = Nilai sel i untuk sampel 1 X2 = Nilai sel i untuk sampel 2 X3 = Nilai sel i untuk sampel 3 Xn = Nilai sel i untuk sampel n

Contoh perhitungan mencari nilai rata - rata geometris :

1

1

*

1

*

1

3

=

=

AA


(15)

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Nilai Rata - Rata Geometris Faktor Eksternal (EFAS)

Parameter A B C D E F G H I

Rata-rata

A 1.00 2.08 0.48 0.48 0.69 0.33 0.69 2.08 1.00 0.98

B 0.48 1.00 0.33 0.48 0.33 0.33 1.00 2.08 1.00 0.78

C 2.08 3.00 1.00 1.00 0.69 0.33 1.00 2.08 1.00 1.35

D 2.08 2.08 1.00 1.00 0.69 0.48 1.00 0.48 0.48 1.03

E 1.44 3.00 1.44 1.44 1.00 0.33 1.44 1.44 0.69 1.36

F 3.00 3.00 3.00 2.08 3.00 1.00 3.00 1.44 1.44 2.33

G 1.44 1.00 1.00 1.00 1.44 0.33 1.00 1.00 1.00 1.02

H 0.48 0.48 0.48 2.08 0.69 0.69 1.00 1.00 1.00 0.88

I 1.00 1.00 1.00 2.08 1.44 0.69 1.00 0.48 1.00 1.08

Total 13.01 16.64 9.74 11.64 9.99 4.53 11.14 12.09 8.62 10.82

n n

x

x

x

x

G

=

1

2

3

.

...

Ket : X1 = Nilai sel i untuk sampel 1 X2 = Nilai sel i untuk sampel 2 X3 = Nilai sel i untuk sampel 3 Xn = Nilai sel i untuk sampel n

Contoh perhitungan mencari nilai rata - rata geometris :

08

.

2

1

*

3

3

3

=

=

AB


(16)

Lampiran 12. Normalisasi Bobot Faktor Internal

Parameter A B C D E

Rata-rata A 0.20 0.15 0.15 0.28 0.27 0.21 B 0.28 0.22 0.15 0.19 0.27 0.23 C 0.28 0.32 0.22 0.19 0.13 0.23 D 0.09 0.15 0.15 0.13 0.13 0.13 E 0.14 0.15 0.32 0.19 0.19 0.20

Total 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

Keterangan:

A : Program Pengembangan Kedelai B : Bantuan Pemerintah

C : Fungsi Lembaga Pendukung D : Pelatihan


(17)

Lampiran 13. Normalisasi Bobot Faktor Eksternal Para

meter

A B C D E F G H I

Rata-rata A 0.08 0.13 0.05 0.04 0.07 0.07 0.06 0.17 0.12 0.09 B 0.04 0.06 0.03 0.04 0.03 0.07 0.09 0.17 0.12 0.07 C 0.16 0.18 0.10 0.09 0.07 0.07 0.09 0.17 0.12 0.12 D 0.16 0.13 0.10 0.09 0.07 0.11 0.09 0.04 0.06 0.10 E 0.11 0.18 0.15 0.12 0.10 0.07 0.13 0.12 0.08 0.13 F 0.23 0.18 0.31 0.18 0.30 0.22 0.27 0.12 0.17 0.22 G 0.11 0.06 0.10 0.09 0.14 0.07 0.09 0.08 0.12 0.09 H 0.04 0.03 0.05 0.18 0.07 0.15 0.09 0.08 0.12 0.08 I 0.08 0.06 0.10 0.18 0.14 0.15 0.09 0.04 0.12 0.10

Total 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

Keterangan

A : Sarana pendukung dan infrastruktur

B : Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai

C : Luas Lahan

D : Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, dan obat-obatan) E : Permintaan Kedelai

F : Harga Kedelai

G : Permodalan

H : Serangan Hama I : Pengalaman Bertani


(18)

DAFTAR PUSTAKA

AntaraNews, 2013. Produksi Kedelai Terkendala Minat Petani. Diakses di http;//m.antaranews.com/berita/395123/produksi-kedelai-terkendala-minat-petani 12 Januari 2015

Badan Pusat Statistik, 2009. Langkat Dalam Angka Badan Pusat Statistik, 2010. Langkat Dalam Angka Badan Pusat Statistik, 2011. Langkat Dalam Angka Badan Pusat Statistik, 2012. Langkat Dalam Angka Badan Pusat Statistik, 2013. Langkat Dalam Angka

Faiq, Muhammad Hilmi. 2012. Petani Enggan Tanam Kedelai.

Deptan. 2013. Sumatera Utara Mendukung Swasembada Kedelai.Diakses di

http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/kilas-litbang/1327-sumatera-utara-mendukung-swasembada-kedelai.html .2013 pada tanggal 12 Januari 2016

Medanbisnis,2015. Petani Sulit diarahkan Kembangkan Kedelai. Diakses di http://mdn.biz.id/n/147685/ 12 Januari 2016

Sudaryanto, T. dan D. K. S. Swastika. 2007. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Forum Agro Ekonomi (FAE)

Suhartono., R. A, dkk. 2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine Max (L) Merril) Pada Berbagai Jenis Tanah. EMBRYO


(19)

Jurnal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor Supadi. 2009. Dampak Impor Berkelanjutan terhadap Tanaman Pangan. Jurnal.

Analisis Kebijakan Pertanian Vol 7

Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tangendjaja, dkk. 2003. Teknologi Pakan Dalam Menunjang Industri Peternakan Di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perternakan. Bogor

Tempo. 2014. Pemerintah Tambah Area Tanam Kedelai 340 Ribu Hektare. diakses di WIB

Zakiah. 2011. Dampak Impor Terhadap Produksi Kedelai Nasional. Jurnal Agrisep.

Zakaria, Amar K. 2010. Kebijakan Pengembangan Budidaya Kedelai Menuju Swasembada Melalui Partisipasi Petani. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Metode Penentuan Daerah Penelitian.

Penentuan daerah penelitian adalah secara purposive di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat. Hal ini berdasarkan pertimbangan dari Kabupaten Langkat yang merupakan salah satu sentra produksi kedelai di Sumatera Utara yang mengalami penurunan produksi terbesar, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 3. Produksi Kacang Kedelai Menurut Kabupaten (ton)

Kabupaten 2009 2010 2011 2012 2013

1 Mandailing Natal 922 461 393 565 177 2 Tapanuli Selatan 435 866 507 693 297 3 Tapanuli Tengah 221 170 73 44 8

4 Labuhanbatu 132 4 59 312 4

5 A s a h a n 402 22 66 65 9

6 Simalungun 758 466 327 407 48

7 Deli Serdang 3 305 1 562 1 763 1 241 790

8 L a n g k a t 3 932 1 751 856 877 676

9 Samosir 20 5 2 39 20

10 Serdang Bedagai 2 415 2 812 6 174 319 317

11 Batu Bara 799 352 89 84 188

12 Padang Lawas Utara 204 53 127 160 11 13 Padang Lawas 319 315 265 223 149 14 Labuhanbatu Utara X 348 384 307 64

15 B i n j a i 264 183 217 - -

Sumatera Utara 14 206 9 438 11 426 5 419 3 229


(21)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Langkat produksi kedelai mengalami penurunan setiap tahunnya. Dan Desa Stabat Lama Barat merupakan salah satu penghasil kedelai di Kecamatan Wampu yang merupakan pendorong dalam penentuan daerah penelitian.

3. 2. Metode Penentuan dan Penarikan Sampel

Responden penelitian ini terdiri dari 4 komponen yaitu: pejabat Dinas Pertanian Langkat, penyuluh, pedagang dan petani kedelai. Prosedur yang digunakan dalam penentuan sampel adalah prosedur Nonprobability Sampling. Pengambilan sampel untuk petani dan pedagang menggunakan teknik Snowball Sampling yaitu cara pengambilan sampel secara berantai, dimulai dari satu responden dan selanjutnya responden tersebut menunjukkan responden yang lain, demikian seterusnya, sehingga dapat ditentukan responden untuk petani sebanyak 18 orang dan pedagang sebanyak 3 orang, sedangkan untuk pengambilan sampel untuk Dinas Pertanian Langkat dan penyuluh menggunakan teknik purpossive sampling yaitu pertimbangan bahwa Dinas Pertanian Langkat dan penyuluh yang mengetahui tentang peningkatan produksi kedelai. Responden Dinas Pertanian Langkat sebanyak 2 orang dan penyuluh 1 orang.

3. 3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data keadaan usaha tani dan latar belakang petani diperoleh dari hasil pengamatan, sensus, serta wawancara langsung dengan responden, yaitu petani yang membudidayakan kedelai dan Penyuluh Pertanian


(22)

Lapang (PPL) setempat, dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder seperti topografi wilayah dan data kependudukan (demografi) diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan dari berbagai sumber referensi seperti buku dan internet.

3. 4. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis masalah (1), (2) dan (3), digunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Analisis SWOT menyediakan pemahaman realistis tentang hubungan suatu organisasi dengan lingkungannya untuk mendapatkan terciptanya strategi yang dapat memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimumkan kelemahan dan ancaman yang ada. Selanjutnya untuk mengetahui hasil analisis berada diposisi mana, dapat dilihat pada gambar berikut ini:

PELUANG

3. Mendukung 1. Mendukung Strategi Turn-around Strategi Growth

KELEMAHAN KEKUATAN

4. Mendukung 2. Mendukung Strategi Defensif Diversifikasi

ANCAMAN

Sumber : Fredy Rangkuty (2009) Gambar 2. Diagram Analisis SWOT


(23)

Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, usaha ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka pangjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).

Kuadran 3 : Usaha menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal usaha sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih. Misalnya, Apple menggunakan stratregi peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industri micro computer

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, usaha tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.


(24)

Langkah-langkah pembuatan SWOT, sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan penelitian/objek penelitian

Langkah yang paling awal dalam membuat SWOT adalah dengan menentukan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi peran petani dalam pengembangan kedelai. 2. Menentukan faktor-faktor lingkungan/pengaruh

Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kedelai pada petani akan ditemukan beberapa variabel yang akan menentukan pengembangan dan peningkatan produksi pada kedelai.

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan (pra survey) dan dari penelitian sebelumnya diperoleh faktor-faktor strategis pengembangan usaha tani kedelai sebagai berikut :

a. Harga

b. Kondisi fisik dan mutu kedelai c. Produksi kedelai

d. Jumlah input e. Permintaan kedelai f. Luas lahan

g. Sarana pendukung dan infrastruktur

h. Penguasaan Petani terhadap teknik budidaya kedelai i. Tenaga kerja yang digunakan

j. Adanya lembaga pendukung permodalan yang menyediakan bantuan seperti kredit simpan pinjam, pupuk, pestisida, mesin serta peralatan.


(25)

k. Adanya bantuan atau dukungan pemerintah. l. Adanya tenaga pendamping (Penyuluh Pertanian) m. Adanya saingan kedelai

3. Menentukan faktor strategis

Setelah diperoleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan kedelai, kemudian dipilih faktor-faktor yang secara signifikan dapat mempengaruhi pengembangan produksi kedelai. Faktor ini disebut sebagai faktor strategis. Pemilihannya ditentukan berdasarkan pengamatan langsung ke lokasi penelitian. 4. Klasifikasi faktor strategis menjadi faktor internal dan faktor eksternal

Setelah diketahui faktor-faktor strategis, selanjutnya diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh petani atau faktor yang dimiliki oleh Dinas Pertanian Langkat, penyuluh, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam pengembangan kacang kedelai, sedangkan faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh petani. 5. Penentuan faktor S,W,O, dan, T berdasarkan Skor

Setelah diklasifikasikan faktor-faktor internal dan eksternal, kemudian disusun kuisioner yang akan ditanyakan kepada responden untuk memperoleh penilaian setiap faktor. Skor masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 sampai dengan 1. Setelah diperoleh skor setiap faktor dari setiap responden, kemudian dicari nilai rata-rata aritmatika dari seluruh responden sehingga dapat ditentukan apakah faktor tersebut termasuk kedalam faktor eksternal (peluang dan ancaman) atau faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Pada internal 1 dan 2 termasuk kelemahan, 3 dan


(26)

4 adalah kekuatan. Pada eksternal 1 dan 2 termasuk ancaman, 3 dan 4 termasuk peluang.

6. Penentuan bobot

Setelah diperoleh skor tiap faktor kemudian dilakukan pembobotan setiap faktor. Pembobotan ini dilakukan dengan cara teknik komparasi berpasangan dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1998). Metode ini menggunakan model Pairwise Comparision Scale yaitu dengan membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu hirarki berpasangan, sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor. Rincian nilai kepentingan tersebut ditentukan berdasarkan kemampuan responden untuk membedakan nilai antar faktor yang dipasangkan. Semakin besar kemampuan responden untuk membedakan, maka akan semakin rinci juga pembagian nilanya. Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala banding berpasangan yang ditemukan oleh Saaty (1998) dengan skala nilai yang dimodifikasi hanya menggunakan skala nilai 1 sampai 3 sebagai berikut:

1 = kedua faktor sama pentingnya

2 = satu faktor lebih penting dari pada faktor lainnya

3 = satu faktor mutlak lebih penting dari pada faktor lainnya 7. Matriks perbandingan seluruh faktor untuk tiap responden

Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap responden selanjutnya dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.


(27)

Setelah diperoleh matriks perbandingan penilaian tiap faktor dari setiap responden, kemudian dicari nilai rata-rata geometris perbandingan dari seluruh responden dengan rumus:

G Dimana : n = Jumlah responden

X1 = Nilai faktor ke-i untuk responden 1 X2 = Nilai faktor ke-i untuk responden 2 X3 = Nilai faktor ke-i untuk responden 3 Xn = Nilai faktor ke-i untuk responden n 9. Normalisasi dan rata-rata bobot

Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis petani.

10. Menentukan skor terbobot dan prioritas

Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang akan diperoleh dalam tiap faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana reaksi petani terhadap faktor strategis eksternal dan faktor strategis internalnya.


(28)

Selanjutnya menyusun faktor-faktor strategis dengan menggunkan matriks SWOT Tabel 3.1 Matriks SWOT

INTERNAL

EKSTERNAL

STRENGHTS (S)

• Tentukan faktor-faktor kekuatan internal

WEAKNESS (W)

• Tentukan faktor- faktor kekuatan internal

OPPORTUNITIES (O)

• Tentukan faktor

peluang eksternal

STRATEGI S-O

• Ciptakan Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang

STRATEGI W-O

• Ciptakan Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan

peluang TREAT (T)

• Tentukan faktor

ancaman eksternal

STRATEGI S-T

• Ciptakan Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI W-T

• Ciptakan Strategi yang meminimalkan

kelemahan & menghindari peluang

Sumber : Rangkuti, 2009

Keterangan : • Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

• Strategi ST

Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

• Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.


(29)

• Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

3. 5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3. 5. 1. Defenisi

1. Usahatani kedelai adalah kegiatan mengusahakan (mengelola) komoditi kedelai.

2. Strategi pengembangan kedelai adalah cara-cara yang efisien dan sistematis untuk mengembangkan komoditi kedelai di masa yang akan datang.

3. Kekuatan adalah faktor internal yang mendukung usahatani kedelai.

4. Kelemahan adalah masalah atau kekurangan yang perlu diminimalkan dalam usahatani kedelai yang berasal dari dalam atau internal.

5. Ancaman adalah masalah-masalah yang perlu dihindari dalam usahatani kedelai yang berasal dari luar atau eksternal.

6. Peluang adalah kesempatan-kesempatan yang mendukung usahatani kedelai. 7. Kondisi fisik dan mutu kedelai adalah keadaan fisik dan mutu kedelai yang

dijual Petani kepada Pedagang Pengumpul.

8. Produksi kedelai adalah produksi kedelai dalam satuan ton per hektar per tahun.


(30)

petani menjalankan usaha tani kedelai dalam satuan tahun.

10.Penguasaan Petani terhadap teknik budidaya kedelai adalah ukuran penguasaan petani menerapkan teknik budidaya kedelai dalam usaha taninya yang dilihat dari empat poin penilaian, yaitu penggunaan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman dan pemetikan.

11.Luas lahan adalah luas usaha tani kedelai yang dimiliki petani dalam satuan hektar.

12.Jumlah input adalah ukuran penggunaan input usahatani yang digunakan (bibit, pupuk, pestisida) dilihat dari kesesuaian rekomendasi dosis dan ketepatan waktu.

13.Permintaan kedelai adalah permintaan kedelai dalam satuan kilogram per hektar per tahun.

14.Harga input rata-rata adalah harga input usahatani (bibit, pupuk dan pestisida atau obat-obatan) yang diterima petani.

15.Harga jual kedelai adalah harga jual kedelai di tingkat Petani.

16.Lembaga pendukung permodalan adalah lembaga yang menyediakan bantuan pendukung permodalan seperti kredit simpan pinjam, pupuk, pestisida ataupun mesin-mesin pertanian.

17.Bantuan pemerintah adalah bantuan yang diberikan Pemerintah setempat kepada Petani kedelai atau yang terkait dengan usahatani kedelai.

18.Tenaga pendamping adalah Penyuluh Pertanian yang bertugas mendampingi dan membimbing Petani kedelai dalam menjalankan usahataninya


(31)

19.Sarana pendukung dan infrastruktur adalah fasilitas – fasilitas pendukung usahatani kedelai di daerah penelitian.

20.Tenaga kerja yang digunakan, yaitu kecukupan tenaga kerja yang digunakan dilihat dari segi jumlah tenaga kerja dan jenis tenaga kerja apakah merupakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) ataukah tenaga kerja luar keluarga (TKLK).

21.Posisi tawar adalah siapa yang menentukan harga dalam jual-beli kedelai di daerah penelitian.

22.Akses pasar adalah jarak antara usahatani kedelai dengan pasar Kabupaten.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat.

2. Responden adalah Petani yang fokus membudidayakan Kedelai, Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) setempat, Kepala Desa Stabat Lama Barat.


(32)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, berikut ini adalah deskripsi daerah penelitian:

4.1.1 Keadaan Umum Wilayah

Desa Stabat Lama Barat terletak pada ketinggian 4 m dpl dengan luas wilayah 6,57 km2 dan luas lahan 617 ha. Letak Geografis di Lintang Utara : 3,7746333 dan Bujur Timur : 98,44028700. Desa stabat Lama Barat berjarak 12 km dari Ibukota Kecamatan. Terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan April sampai dengan bulan Mei dan musim hujan kedua mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Desember. Arah angin terbagi dua yaitu angin yang berhembus dari arah Barat kira-kira bulan Agustus sampai dengan bulan Mei. Dari arah Timur dan Tenggara antara bulan Juni sampai dengan bulan Desember.

Desa Stabat Lama Barat mempunyai batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Hinai

Sebelah Selatan : Kecamatan Stabat Sebelah Timur : Kecamatan Stabat Sebelah Barat : Desa Stabat Lama


(33)

4.1.2 Tata Guna Lahan

Desa Stabat Lama Barat mempunyai luas lahan 617 ha, untuk lahan sawah 127 ha, 334 ha lahan bukan sawah, 156 ha lahan non pertanian 126 ha. Kedelai ditanam di lahan sawah dengan penggunaan komoditi berbeda selama setahun yaitu dengan urutan palawija-palawija-padi.

4.1.3 Keadaan Penduduk

Desa Stabat Lama Barat memiliki 11 dusun. Jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah sebanyak 5.376 jiwa dan jumlah rumah tangga 1.323, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.728 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 2.468 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk Desa Stabat Lama Barat mencapai 871 jiwa/km2. Hal ini berarti dalam setiap 1 km2 terdapat 871 jiwa (Wampu dalam Angka, 2014).

4.1.4 Penduduk menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di Desa Stabat Lama Barat ada bermacam-macam, yaitu: Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian

Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Bidang Pertanian 334 20,18

PNS/ABRI 63 3,8

Industri/ Kerajinan Perdagangan Angkutan Buruh

244 275 56 467

14,7 16,6 3,3 28,2

Lainnya 221 13,3

Jumlah 1.655 100


(34)

Dari Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa mata pencaharian terbanyak di Desa Raya adalah buruh yaitu sebanyak 467 jiwa, sedangkan mata pencaharian terkecil adalah angkutan sebanyak 56 jiwa.

4.2 Karakteristik Petani dan usahatani

Dari hasil wawancara dengan petani kedelai Desa Stabat Lama Barat maka didapat karakteristik petani sebagai berikut:

Tabel 4.2 Karakteristik Petani

No. Karakteristik Rentang Rata-rata

1. Umur (Tahun) 37-65 51

2. Pendidikan SD-S1 SMA

3. Luas Lahan (Ha) 0,2-1,5 0,8

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 1 (2015)

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata umur petani adalah 51 tahun. Hal ini menunjukkan petani Kedelai di Desa Stabat Lama Barat masih tergolong usia produktif (15 tahun – 65 tahun) yaitu masih potensial dalam melakukan kegiatan usahanya.

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal dari tingkat SD sampai sarjana. Rata-rata pendidikan petani adalah 11 tahun yaitu setingkat dengan SLTA, dengan tingkat pendidikan yang paling rendah adalah SD dan yang paling tinggi adalah setingkat S1 (sarjana).

4.3 Karakteristik Pedagang

Dari hasil wawancara dengan pedagang kedelai Desa Stabat Lama Barat maka didapat karakteristik pedagang sebagai berikut:


(35)

Tabel 4.3. Karakteristik Pedagang

No. Karakteristik Rentang Rata-rata

1. Umur (Tahun) 35-40 37,5

2. Pendidikan SMA-SI D3

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 2 (2015)

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata umur pedagang adalah 37 tahun. Hal ini menunjukkan pedagang kedelai di Desa Stabat Lama Barat masih tergolong usia produktif yaitu masih potensial dalam melakukan kegiatan usahanya.

Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal dari tingkat SD sampai sarjana. Rata-rata pendidikan pedagang adalah 15 tahun yaitu setingkat dengan D3, dengan tingkat pendidikan yang paling rendah adalah SMA dan yang paling tinggi adalah setingkat S1. 2 diantara 3 pedagang ini berprofesi sebagai petani kacang kedelai juga.

4.4 Karakteristik Pejabat Dinas Pertanian

Pejabat dinas pertanian yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki jabatan yang berbeda-beda, yaitu Kabid Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Langkat, dan Kepala cabang Dinas Kabupaten Langkat. Kabid Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Langkat berusia 51 tahun dan pendidikan terahir S1, dan Kepala Cabang Dinas Kabupaten Langkat berusia 50 tahun dan pendidikan terakhir D3. Sampai saat ini belum ada kebijakan yang terkait mengenai pengembangan kedelai. Tetapi Dinas memiliki program yaitu: Peningkatan Produksi Tanaman Pangan melalui produktivitas dan mutu hasil pertanian pangan.


(36)

4.5 Karakteristik Penyuluh

Responden dalam penelitian ini adalah penyuluh pertanian Desa Stabat Lama Barat, penyuluh ini memiliki karakteristik berusia 36 tahun dan pendidikan terakhir sarjana pertanian. Penyuluh melakukan kunjungan pada saat masa tanam dan masa panen.


(37)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Kondisi Eksisting dari Faktor-faktor Strategis Dianalisis dengan Menggunakan Skor

Faktor strategis yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai dibagi atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Dinas Pertanian Langkat, sedangkan faktor eksternal merupakan peluang dan ancaman yang diluar kendali dari Dinas Pertanian Langkat.

5.1.1 Analisis Kondisi Eksisting Faktor Internal Dianalisis dengan Skor

Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan dalam peningkatan produksi kedelai dilakukan oleh Dinas Pertanian seperti; program pengembangan kedelai, bantuan pemerintah (mesin-mesin, pupuk, bibit, obat-obatan), fungsi lembaga, pelatihan, kebijakan harga. Berikut hasil penelitian melalui kuisioner dan observasi yang dilakukan untuk menunjukkan skor faktor internal tersebut: Tabel 5.1. Penentuan Skor Faktor Internal

No. Uraian Rata-rata

skor

Hasil Penilaian

Sumber Keterangan (Orang) 1 Program Pengembangan

Kedelai 4 Kekuatan

Dinas Pertanian dan penyuluh (3) 2. Bantuan Pemerintah 3 Kekuatan Dinas Pertanian dan

penyuluh (3) 3. Fungsi Lembaga 4 Kekuatan Dinas Pertanian dan

penyuluh (3)

4. Pelatihan 1 Kelemahan Dinas Pertanian dan

penyuluh (3) 5. Kebijakan Harga 1 Kelemahan Dinas Pertanian dan

penyuluh (3) Sumber: Lampiran 4


(38)

Tabel 5.1 Menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor internal yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai terdapat 3 kekutan dan 2 kelemahan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Program Pengembangan Kedelai

Untuk meningkatkan produksi kedelai, diperlukan adanya program yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kekuatan. Sehingga para petani yang berbudidaya kedelai dapat meningkatkan produktivitas dan mutu kedelainya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada pejabat Dinas Pertanian Langkat dan penyuluh pertanian, terdapat program pengembangan kedelai yang telah dilaksanakan. Program ini adalah Peningkatan Produksi Tanaman Pangan, melalui produktivitas dan mutu hasil pertanian, dengan kegiatan Peningkatan Produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai. Kegiatan ini berlangsung sejak tahun 2015. Pelaksanaannya yaitu dengan memberikan bantuan berupa dana sebesar Rp. 1.804.000/ha. Lahan yang digunakan adalah lahan kelompok tani. Melalui dana tersebut, petani dapat menggunakannya untuk membeli sarana produksi yang dibutuhkan. Sedangkan hambatan untuk program ini belum ada karna berlangsung masih setahun.

2. Bantuan pemerintah

Peran pemerintah khususnya dalam permodalan sangat penting, dimana pemerintah memberikan berbagai bantuan seperti subsidi pupuk atau BLP (Bantuan Langsung Pupuk), BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul), serta bantuan obat-obatan


(39)

tanaman. Bantuan ini diberikan sekali per masa panen dan berkesinambungan. Hal ini diharapkan dapat membantu para petani yang memiliki keterbatasan terhadap modal. Sumber permodalan petani dalam menjalankan usaha tani kedelai berasal dari permodalan sendiri dan dari pembiayaan pemerintah yang digulirkan melalui bantuan seperti bantuan Bantuan Langsung Benih Unggul dan Bantuan Langsung Pupuk. Desa Stabat Lama Barat yang tergabung dalam kelompok tani telah menerima bantuan benih unggul sebanyak 40kg/ha. Bantuan langsung pupuk diterima, pupuk urea sebanyak 50 kg/ha, NPK 100kg/ha, SP36 50kg, surplus 3kg/ha. Dan bantuan obat-obatan seperti Agrobus 6liter, pestisida (desis) 200mg.

3. Fungsi Lembaga

Fungsi Lembaga merupakan kekuatan dalam faktor internal. Terdapat lembaga yang menaungi para petani yaitu, kelompok tani. Di desa Stabat Lama Barat terdapat 9 kelompok tani yang masing-masing anggotanya sebanyak 25 orang. Untuk meningkatkan produksi kedelai, dukungan suatu lembaga sangatlah diperlukan agar para petani dapat dijangkau dan sebagai perpanjangan tangan para petani untuk menerima bantuan-bantuan dan pelaksanaan program yang diberikan oleh Dinas Pertanian melalui kepala gapoktan.

4. Pelatihan

Pelatihan merupakan program yang dilakukan oleh Dinas Pertanian yang bertujuan untuk memberi arahan kepada para petani dalam bercocok tanam. Contoh pelatihan ini seperti Sekolah Lapang, Demplot, Ceramah. Tetapi Dinas Pertanian Langkat belum melakukan pelatihan kepada para petani, hanya sekedar arahan dari prnyuluh


(40)

saja. Sehingga, pelatihan menjadi kelemahan dalam strategi peningkatan produksi kedelai. Pelatihan pernah dilakukan pada komoditi cabai, yaitu jenis pelatihan Sekolah Lapang yang bertujuan mengamati hama dan cara pemberantasannya.

5. Kebijakan Harga

Harga merupakan permasalahan yang paling dikeluhkan oleh petani, dikarenakan harga kedelai yang tidak stabil. Jika harga kurang dari Rp.5.000,00 (rendah), tidak sedikit petani mengganti komoditas tanaman mereka menjadi tanaman yang memperoleh harga tinggi. Para petani mengharapkan kebijakan harga dari pemerintah setempat untuk melindungi hasil panen mereka pada saat harga sedang turun, tetapi Dinas Pertanian Langkat belum bisa mengabulkan dikarenakan mereka merasa belum bisa melakukannya.

5.1.2 Analisis Kondisi Eksisting Faktor Eksternal Dianalisis dengan Menggunakan Skor

Faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman dalam peningkatan produksi kedelai yang dilakukan oleh Dinas Pertanian terdiri dari sarana pendukung dan infrastruktur, penguasaan petani terhadap teknik budidaya, luas lahan, jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, dan obat-obatan), permintaan kedelai, harga input (bibit, pupuk, pestisida, obat-obatan, dan alat-alat pertanian), harga jual kedelai di tingkat petani, permodalan, serangan HPT, pengalaman bertani.


(41)

Tabel 5.2 Penentuan Skor Faktor Eksternal

Sumber: Lampiran 5

Tabel 5.2 Menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor eksternal dalam peningkatan produksi kedelai terdapat 6 peluang dan 3 ancaman. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sarana pendukung dan infrastruktur

Areal penjemuran tidak menjadi permasalahan karena petani menjemur kedelai di lahan masing-masing. Sementara untuk menggiling kedelai, petani menyewa alat penggilingan. Prasarana transportasi merupakan salah satu pendukung untuk bisa tumbuh dan berinteraksi dengan wilayah lain. Kondisi jalan di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu umumnya belum di aspal dan jalan menuju lahan masih berupa jalan berbatu. Kerusakan jalan juga sering terjadi dikarenakan ada beberapa ruas jalan tertentu yang rawan air genangan di musim penghujan. Tetapi apabila pada

No. Uraian Rata-rata

skor

Hasil Penilaian

Sumber Keterangan (Orang) 1. Sarana pendukung

dan infrastruktur

2,1 Ancaman Petani (18) 2. Penguasaan petani

terhadap teknik budidaya

3,8 Peluang Petani (18)

3. Luas Lahan 1,8 Ancaman Petani(18) 4. Jumlah input (bibit,

pupuk, pestisida, dan obat-obatan)

2,1 Ancaman Petani (18)

5. Permintaan kedelai 3,2 Peluang Petani (18) 6. Harga jual kedelai

di tingkat petani

3,4 Peluang Petani (18) 7. 8. Permodalan Serangan HPT 3,3 2,9 Peluang Peluang Petani (18) 9. Pengalaman

Bertani


(42)

musim kering, hal ini tidak menjadi masalah bagi para petani. Transportasi yang biasa digunakan para petani untuk mengantarkan hasil kedelai mereka yaitu sepeda motor milik pribadi.

2. Penguasaan petani terhadap teknik budidaya

Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai dapat dilihat dari teknik penanaman, pemupukan, pemberantasan hama, dan sanitasi. 14 orang dari 18 petani sudah menggunakan bibit unggul yang diperoleh dari bantuan pemerintah. Seluruh petani sudah melakukan pemupukan dan pentingnya pemupukan terhadap tanaman kedelai.

Semua petani menggunakan pestisida untuk pemberantasan hama dan penyakit yang sangat mempengaruhi produksi kedelai, karena petani sangat terganggu dengan hama yang dapat merusak hampir 30% tanaman. Upaya pemeliharaan tanaman yang dilakukan petani adalah penyiangan rumput yang tumbuh di sekitar tanaman kedelai.

3. Luas lahan

Desa Stabat Lama Barat mempunyai luas lahan 617 ha, untuk lahan sawah 127 ha, 334 ha lahan bukan sawah, 156 ha lahan non pertanian 126 ha. Dari hasil wawancara, dari 18 petani terdapat 12 orang yang memiliki lahan sendiri dan sisanya mengelola lahan milik kelompok tani. Luas lahan rata-rata sebesar 0,5ha. Untuk penggunaan lahan, petani melakukan pola tanam yang berubah-ubah. Pada musim kering, biasanya petani menanam kedelai, tetapi pada musim penghujan, petani menanam padi atau semangka. Hal ini berubah-ubah yang dipengaruhi oleh curah hujan dan harga komoditi yang tinggi.


(43)

4. Jumlah input

Input usaha tani yang digunakan petani dalam usaha tani kedelai adalah bibit, pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian. Dalam kegiatan usaha tani kedelai sebagian petani menggunakan bibit unggul yang diberikan oleh Dinas Pertanian. Sebagian besar petani tidak menggunakan pupuk sesuai anjuran yang diberikan Dinas Perkebunan karena terkadang merasa hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

5. Permintaan Kedelai

Permintaan kedelai tidak hanya dari dalam kecamatan tetapi juga dari luar kecamataan, seperti hinai bahkan dari provinsi, seperti aceh. Permintaan kedelai tergolong tinggi dan berkelanjutan. Permintaan ini dipicu oleh konsumsi masyarakat terhadap kedelai yang merupakan salah satu tanaman pangan yang penting.

6. Harga jual kedelai

Harga jual kedelai saat ini mencapai Rp 5.000,00 - Rp. 7.000,00/kg. Jumlah Petani kedelai dan Pedagang Besar tidak seimbang. Dari 180 penduduk Desa Stabat Lama Barat yang bekerja dalam bidang pertanian namun hanya ada satu Pedagang Besar untuk kedelai. Petani bisa saja menjual kedelai langsung ke pasar kabupaten untuk memperoleh harga jual yang lebih tinggi namun karena keterbiasaan membuat petani memilih menjual kedelai kepada Pedagang Besar melalui Pedagang Pengumpul yang tinggal di desa meskipun dengan harga yang 10-20% lebih rendah.


(44)

Sumberdaya modal merupakan faktor penting dalam usaha tani kopi yang digunakan petani untuk memulai atau mengembangkan usaha. Permodalan dapat diperoleh dari modal sendiri dan modal yang berasal dari pinjaman non-lembaga

seperti saudara, teman dan sebagainya. Sebagian petani kedelai di Desa Stabat Lama Barat berasal dari golongan sederhana dan memiliki pekerjaan sampingan. selain bercocok tanam kedelai pada musim kering, mereka menanam komoditi lain pada musim hujan seperti padi. Ada juga yang bekerja sebagai buruh, sehingga permodalan tidak menjadi terlalu masalah dalam menjalankan usaha tani kedelai. Di Desa Stabat Lama Barat tidak ada terdapat bank ataupun koperasi simpan pinjam dan lembaga pendukung permodalan.

8. Serangan Hama

Serangan hama merupakan salah satu keluhan petani. Banyak jenis hama yang menggangu tanaman kedelai, seperti ulat. Walaupun telah diberikan pestisida tetapi masih mengganggu. Selain itu, petani merasa produk yang dihasilkan tidak seperti yang diinginkan ketika dipasarkan baik dari segi kuantitas yang dapat merusak 30% hasil produksi maupun kualitas dikarenakan hama.

9. Pengalaman Bertani

Petani sudah terlibat dalam usaha tani kedelai sejak kecil menjadi tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) di usaha tani kedelai milik orangtua masing-masing. Rata-rata pengalaman petani dalam usaha kedelai adalah 10 tahun. Pengalaman selama bertahun-tahun ini membantu dalam perkembangan kedelai. Petani yang sudah lama menjalankan usaha tani kedelai tentunya mengalami pengalaman lebih dalam usaha


(45)

tani kedelai, misalnya petani sudah mengenal hama apa saja yang menyerang tanaman kedelai dan cara pemberantasannya, kapan waktu yang tepat untuk menanam kedelai dan sebagainya.


(46)

5.2 Pembobotan Faktor-faktor Strategis

Nilai penting dari faktor-faktor strategis dianalisis dengan menggunakan pembobotan. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan teknik komparasi berpasangan, berikut hasil pembobotan faktor - faktor internal disajikan dalam Tabel 5.3

Tabel 5.3 Tabel IFAS

Faktor-faktor Internal Bobot

1. Program Pengembangan Kedelai 0,21

2. Bantuan Pemerintah 0,23

3. Fungsi Lembaga 0,23

4. Pelatihan 0,13

5. Kebijakan Harga 0,20

Total 1

Sumber: Lampiran 12

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa bantuan pemerintah dan fungsi lembaga memiliki bobot yang paling besar dari pada fakor-faktor lain sebesar 0,23. Faktor ini merupakan faktor internal yang sangat penting, karena peran pemerintah khususnya dalam permodalan sangat penting, dimana pemerintah memberikan berbagai bantuan seperti subsidi pupuk atau BLP (Bantuan Langsung Pupuk), BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul). Hal ini diharapkan dapat membantu para petani yang memiliki keterbatasan terhadap modal, sejalan dengan fungsi lembaga, yaitu Kelompok Tani yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah setempat dalam berbagai bantuan yang diberikan.

Kemudian diikuti oleh faktor program pengembangan kedelai yang memiliki bobot sebesar 0,21 dan kebijakan harga sebesar 0,20. Kedua faktor ini penting dalam


(47)

peningkatan produksi kedelai. Program yang bernama Peningkatan Produksi Tanaman pangan merupakan langkah yang baik untuk kehidupan para petani, sejalan dengan kebijakan harga yang merupakan tuntutan para petani yang dapat menyelamatkan hasil panen mereka agar tidak rugi. Untuk pelatihan dengan bobot 0,13 masih dianggap sebagai faktor yang kurang penting, mengingat belum pernah dilakukan pelatihan kepada para petani dan ini terlihat dari bobot yang sangat kecil. Perhitungan bobot faktor eksternal peningkatan produksi kedelai dapat dilihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.4 Tabel EFAS

Faktor-faktor Eksternal Bobot

1. Sarana pendukung dan infrastruktur 0,09 2. Penguasaan petani terhadap teknik budidaya 0,07

3. Luas Lahan 0,12

4. Jumlah input 0,10

5. Permintaan Kedelai 0,13

6. Harga Jual Kedelai 0,22

7. Permodalan 0,09

8. 9.

Serangan HPT Pengalaman Bertani

0,08 0,10

Total 1

Sumber: Lampiran 13

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa harga jual kedelai dengan bobot sebesar 0,22 merupakan faktor eksternal yang sangat penting, karena petani tidak mau menanam kedelai jika harganya rendah yang berakibat rugi atau sedikit untungnya, lebih baik petani menanam komoditi lain yang harganya lebih tinggi dan lebih baik juga untuk kelangsungan hidup petani. Permintaan kedelai memiliki bobot 0,13 yang merupakan faktor penting kedua dalam peningkatan produksi kedelai. Kalau permintaan menurun maka petani memilih menanam komoditi lain yang lebih tinggi. Diikuti oleh luas


(48)

lahan dengan bobot 0,12. Semakin luas lahan yang dapat ditanami kedelai makan produksi juga akan meningkat. Jumlah input (pupuk, bibit, pestisida) dan pengalaman bertani memiliki bobot sebesar 0,10. Jumlah input yang sesuai akan menghasilkan produk yang baik secara kualitas maupun kuantitas diikuti dengan pengalaman bertani dalam cara pengaplikasian input pada tanaman dan cara mengatasi hambatan. Selain faktor tersebut, permodalan dianggap penting. Karena kalau modalnya sedikit, maka cara produksi yang dilakukan juga tidak maksimal. Sejalan dengan sarana infrastruktur yang mengambil peranan dalam membantu hasil panen yang baik dan pemasaran yang maksimal. Kedua faktor ini memiliki bobot sebesar 0,09. Serangan hama memiliki bobot sebesar 0.08, tidak terlalu penting karena bisa diatasi dengan pemberian obat-obatan yang sesuai, sejalan dengan penguasaan petani terhadap teknik budidaya yang mendapat bobot terkecil sebesar 0,07.

5.3 Penentuan Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

Selanjutnya dilakukan matriks evaluasi peningkatan produksi kedelai dengan menghitung perkalian antara skor dan bobot pada faktor internal yang bertujuan untuk memperoleh skor terbobot. Perkalian antara skor dan bobot pada faktor internal dalam peningkatan pemasaran bunga potong disajikan pada Tabel 5.5


(49)

Tabel 5.3 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal

Faktor Internal Bobot Skor Skor Terbobot

1. Kekuatan

A Program Pengembangan Kedelai 0,21 4 0,84 B

C

Bantuan Pemerintah (mesin-mesin, pupuk, bibit, dan obat-obatan Fungsi Lembaga

0,23 0,23

3 4

0,69 0,92

Jumlah 0,67 2,45

2. Kelemahan

A Pelatihan 0,13 1 0,13

B Kebijakan Harga 0,20 1 0,20

Jumlah 0,33 0,33

Selisih skor Kekuatan dan Kelemahan 2,12

Sumber: Lampiran 5-12

Hasil pembobotan faktor internal yang paling tinggi adalah fungsi lembaga (kekuatan) dengan skor terbobot sebesar 0,92 dan pelatihan (kelemahan) dengan skor terbobot 0,13. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh faktor internal yang paling dominan terhadap peningkatan produksi kedelai terjadi pada fungsi lembaga. Adanya penetapan fungsi lembaga yaitu kelompok tani dalam usahatani kedelai dapat mendorong peningkatan produksi kedelai. Fungsi lembaga harus diikuti oleh adanya program pengembangan kedelai kepada tenaga penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan yang kemudian dapat ditransfer kepada petani, program pengembangan kedelai memiliki skor terbobot sebesar 0,84. Kelompok Tani yang sudah ada dapat menyalurkan bantuan pemerintah oleh Dinas Pertanian yang bertujuan agar petani benar-benar mmenghasilkan produk yang bermutu dan aman bagi lingkungan dan konsumen. Bantuan pemerintah memiliki skor terbobot 0,69.


(50)

Saat ini, Dinas Pertanian Langkat belum ada melakukan pelatihan kepada penyuluh maupun petani. Sehingga ilmu yang dimiliki petani dalam peningkatan produksi kedelai htidak berkembang dengan skor terbobot 0,13. Selain itu, kebijakan harga dengan skor terbobot 0,20 tidak pernah dilaksanakan merupakan suatu kelemahan. Kedua faktor ini adalah faktor terakhir yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan produksi kedelai.


(51)

Selanjutnya dilakukan perkalian antara skor dan bobot pada faktor eksternal yang bertujuan untuk memperoleh skor terbobot. Perkalian antara skor dan bobot pada faktor eksternal dalam peningkatan produksi kedelai disajikan pada Tabel 5.6

Tabel 5.4 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Eksternal

Faktor Eksternal Bobot Skor Skor Terbobot

1. Peluang

A Penguasaan petani terhadap teknik budidaya

0,07 3,8 0,266

B Permintaan kedelai 0,13 3,3 0,429

C Harga jual kedelai di tingkat petani

0,22 3,4 0,748

D Permodalan 0,09 3,3 0,297

E F Pengalaman Bertani Serangan HPT 0,10 0,08 3,7 2,9 0,370 0,232

Jumlah 0,69 2,342

2. Ancaman

A Sarana pendukung dan infrastruktur

0,09 2,1 0,195

B Luas Lahan 0,12 1,8 0,316

C Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, dan obat-obatan)

0,10

2,1 0,210

Jumlah 0,31 0,721

Selisih skor Peluang dan Ancaman 1,621

Ada 9 faktor-faktor eksternal dalam peningkatan produksi kacang kedelai. Terdapat 6 peluang dan 3 ancaman. Peluang yang memiliki skor tertinggi adalah harga jual kedelai. Harga jual kedelai dengan skor 0,748 yang saat ini tinggi dapat menjadi alasan bagi para petani untuk menanam kedelai dengan lebih baik secara kualitas maupun kuantitas. Harga yang tinggi dan permintaan yang tinggi (0,429) merupakan kombinasi yang baik untuk peningkatan kedelai. Faktor lain seperti penguasaan


(52)

petani terhadap budidaya (0,266), serangan HPT (0,232), permodalan (0,297), dan pengalaman bertani (0,370) juga merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan peningkatan produksi. Faktor-faktor yang menjadi ancaman adalah sarana pendukung dan infrastruktur, luas lahan, jumlah input. Dan yang memiliki skor tertinggi adalah luas lahan (0,316). Alih fungsi lahan yang menyebabkan lahan untuk tanaman pangan, khususnya kedelai menjadi sangat sempit. Di daerah penelitian, penanaman sawit sudah semakin banyak, sehingga mengurangi produksi kedelai. Sarana pendukung dan infrastruktur dan jumlah input juga faktor ancaman yang harus diminimalkan.

Penjelasan pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa selisih skor terbobot faktor strategis internal (kekuatan-kelemahan) sebesar 2,12 artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan dengan kelemahan dan dari Tabel 5.6 menunjukkan bahwa selisih skor terbobot faktor strategis eksternal (peluang-ancaman) sebesar 1,621, artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan dengan ancaman dalam peningkatan produksi kedelai. Sehingga, diketahui posisi strategis peningkatan produksi kedelai berada di kuadran 1 (satu) dengan strategi growth. Posisi titik koordinat Cartesisus pada Gambar 5.1


(53)

O

3. Mendukung 2 1. Mendukung Strategi Strategi Growth

Turn-around 1

W S

-2 -1 1 2 -1 4. Mendukung 2. Mendukung Strategi Defensif -2 Diversifikasi

T

Gambar 5.1 Kuadran SWOT Pemasaran Bunga Potong

Gambar 5.1 menunjukkan nilai x<0 yaitu 2,12 dan nilai y>0 yaitu 1,621. Hal ini berarti posisi strategi peningkatan produksi kedelai berada pada kuadran 1 dengan rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi growth, artinya Dinas Pertanian memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy). Kekuatan Dinas Pertanian terdapat pada strategi pengembangan kedelai, bantuan pemerintah, dan fungsi lembaga yang akan membantu meningkatkan produksi kedelai, dan peluang yang dimanfaatkan yaitu harga jual kedelai, penguasaan petani terhadap teknik budidaya, permintaan kedelai, harga input, permodalan dan pengalaman bertani.


(54)

5.4 Penentuan Alternatif Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

Strategi peningkatan produksi kedelai dilakukan dengan membuat matriks SWOT. Matriks SWOT dibangun berdasarkan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT peningkatan pemasaran bunga potong diperoleh 4 (empat) alternatif strategi, yaitu: strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T, strategi W-T seperti disajikan pada Tabel 5.7 berikut ini:


(55)

Tabel 5.5 Penentuan strategi Peningkatan Pemasaran Bunga Potong

Internal

Eksternal

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

1.Program Pengembangan Kedelai

2.Bantuan Pemerintah 3. Fungsi Lembaga

1.Pelatihan

2.Kebijakan Harga

Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O

1.Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai 2.Permintaan Kedelai

3.Harga Jual Kedelai 4.Permodalan 5.Pengalaman Bertani 6.Serangan HPT 1. Memanfaatkan bantuan pemerintah seperti pupuk, bibit, dan pestisida dan digunakan penguasaan petani terhadap teknik budidaya yg sejalan dengan pengalaman bertani (S2,O1,O5) 2. Meningkatkan program ‘Peningkatan Produksi Tanaman Pangan untuk meningkatkan permintaan kedelai.(S1, O2)

1. Mengadakan pelatihan kepada petani agar dapat meminimalkan serangan hama.(W1,O6)

2. Dibuat kebijakan harga agar dapat menolong para petani disaat harga sedang

turun(W2,O3)

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T

1.Sarana pendukung dan infrastruktur 2. Luas Lahan 3. Jumlah input

1 . Menggunakan bantuan pemerintah (pestisida) dalam pemberantasan HPT (S2,T4)

2. Fungsi Lembaga yaitu Kelompok Tani dapat membagi lahan yang ada agar dapat dikelola oleh para

1. Mengadakan pelatihan dalam menggunakan lahan secara maksimal (W1,T2)


(56)

petani. (S3,T2)

Tabel 5.7 menggambarkan strategi peningkatan produksi kedelai yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Strategi S-O

Adapun strategi yang dijelaskan untuk meningkatkan produksi kedelai dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan bantuan pemerintah seperti pupuk, bibit, dan pestisida dan digunakan penguasaan petani terhadap teknik budidaya yg sejalan dengan pengalaman bertani (S2,O1,O6)

2. Meningkatkan program ‘Peningkatan Produksi Tanaman Pangan untuk meningkatkan permintaan kedelai (S1,O2).

Strategi ini perlu dilakukan agar dapat menjaga keberlanjutan produksi kedelai melalui pemanfaataan bantuan pemerintah dan program pengembangan kedelai yang akan membantu untuk meningkatkan kualitas dan produksi kedelai.

Strategi W-O

Dengan lebih meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada, maka strategi yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Langkat dalam meningkatkan produksi kedelai adalah:


(57)

1. Mengadakan pelatihan kepada petani agar dapat meminimalkan serangan hama.(W1,O6)

2. Dibuat kebijakan harga agar dapat menolong para petani disaat harga sedang turun(W2,O3)

Tidak adanya pelatihan dan kebijakan harga yang dilakukan oleh Dinas Pertanian merupakan suatu kelemahan yang sangat mendasar bagi perkembangan produksi yang dilakukan.

Strategi S-T

Adapun strategi peningkatan produksi kedelai dengan melihat kekuatan dan ancaman adalah sebagai berikut:

1 . Menggunakan bantuan pemerintah (pestisida) dalam pemberantasan HPT (S2,T4)

2. Fungsi Lembaga yaitu Kelompok Tani dapat membagi lahan yang ada agar dapat dikelola oleh para petani. (S3,T2)

Strategi ini perlu dilakukan karena pada umumnya serangan hama sangat mengganggu, dapat merusak hampir sebagian dari tanaman. Untuk itu dimanfaatkan pestisida bantuan dari pemerintah untuk meringankan biaya petani.

Luas lahan yang sempit yang dimiliki petani sebaiknya dimanfaatkan sebaik mungkin sesuai dengan jumlah input yang direkomendasikan dan tepat waktu.

Strategi W-T


(58)

Adapuun strategi peningkatan kedelai dengan melihat kelemahan dan ancaman sebagai berikut:

Peran Dinas Pertanian dalam mengadakan pelatihan sangatlah diperlukan, dalam penggunaan lahan yang kecil tetapi dapat menghasilkan produksi yang maksimal.


(59)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdarsarkan pada hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan serta dengan memperhatikan kaitannya dengan tujuan penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor Internal yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai, yaitu: Program Pengembangan Kedelai, Bantuan Pemerintah, Fungsi Lembaga Pendukung, Pelatihan, Kebijakan Harga.

Faktor Eksternal yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai yaitu: Sarana pendukung dan infrastruktur, Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai, Luas Lahan, Jumlah input (bibit, pupuk, pestisida, dan obat-obatan), Permintaan Kedelai, Harga Jual Kedelai, Permodalan, Serangan Hama, Pengalaman Bertani.

2. Berdasarkan analisis Strenghts Weakness Opportunities Threats (SWOT) dalam peningkatan produksi kedelai, strategi berada di kuadran 1 yaitu growth : Memanfaatkan bantuan pemerintah seperti pupuk, bibit, dan pestisida dan digunakan penguasaan petani terhadap teknik budidaya yg sejalan dengan pengalaman bertani, meningkatkan program pengembangan kedelai untuk meningkatan permintaan kedelai, mengadakan pelatihan kepada petani agar dapat meminimalkan serangan HPT, dibuat kebijakan harga agar menolong


(60)

petani disaat harga kedelai sedang turun, menggunakan bantuan pemerintah (pestisida) dalam pemberantasan HPT, Kelompok Tani membagi lahan yang ada untuk dikelola oleh petani, mengadakan pelatihan dalam menggunakan lahan secara maksimal.

6.2 Saran

1. Kepada Dinas Pertanian Daerah

Diharapkan kepada Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pertanian Kabupaten Langkat untuk membuat pelatihan kepada petani untuk menghasilkan produk yang maksimal dalam kualitas maupun kuantitas.

2. Kepada Petani

Diharapkan kepada petani untuk menuruti takaran jumlah input sesuai rekomendasi dan tepat waktu.

3. Kepada Peneliti selanjutnya

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pelatihan petani terhadap produksi kedelai.


(61)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh luas areal tanaman pangan, namun komoditas ini memegang posisi sentral dalam kebijaksanaan pangan nasional karena perannya sangat penting dalam menu pangan penduduk. Kedelai telah dikenal sejak awal sebagai sumber protein nabati bagi penduduk Indonesia namun komoditas ini tidak pernah menjadi tanaman pangan utama seperti halnya padi (Supadi,2009).

Menurut Sumarno (2011) kedelai telah dibudidayakan di Indonesia sejak 1746, menerapkan teknologi asli petani, pada lahan sawah sebagai rotasi tanaman padi. Pada tahun 1960 luas areal tanam kedelai di Indonesia menduduki posisi ke tiga terluas di dunia, tetapi selanjutnya tidak dapat berkembang hingga sekarang. Untuk mencapai swasembada kedelai perlu memperluas areal tanam pada lahan sawah bekas tanaman padi. Penerapan pola rotasi padi-padi-kedelai di lahan sawah secara nasional, selain memperbaiki kesuburan tanah, juga mampu meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan produksi kedelai menuju swasembada.

Dalam kelompok tanaman pangan kedelai merupakan komoditas terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Lebih dari 90 persen kedelai Indonesia digunakan sebagai


(62)

bahan pangan terutama pangan olahan, yaitu sekitar 88 persen untuk tahu dan tempe, 10 persen untuk pengolahan lainnya dan sekitar 2 persen untuk benih (Sudaryanto dan Swastika,2007).

Permintaan kedelai terus meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, pada tahun 2009 kebutuhan nasional kedelai adalah sebesar 2.2 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri 0.9 juta ton. Laju akan kebutuhan kedelai nasional tidak diikuti oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi, karena pertumbuhan produksi lebih lambat dibandingkan permintaan konsumsi kedelai, sehingga dilakukan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional . Kesenjangan produksi dan konsumsi ini makin nyata dikarenakan komoditas kedelai juga merupakan bahan baku industri pakan ternak yang kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan peningkatan konsumsi hewani oleh masyarakat. Dengan kondisi tersebut, Indonesia selalu menghadapi defisit yang terus meningkat dan menjadikan Indonesia sangat tergantung pada kedelai impor (Zakaria, 2010).

Dengan memperhatikan besarnya kebutuhan kedelai dalam negeri untuk pasokan industri (tahu, tempe, kecap, dan sebagainya) yang menghasilkan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan impor kedelai yang terus meningkat, maka berbagai upaya pemerintah seharusnya diarahkan untuk dapat meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dan memperkecil impor kedelai, yang tentunya saja menghabiskan banyak devisa negara. (Zakiah, 2011).


(63)

Penurunan produksi kedelai di Sumatera Utara dikarenakan penurunan luas panen kedelai di beberapa sentra produksi kedelai di Sumatera Utara seperti di daerah Langkat. Penurunan luas panen kedelai di Sumatera Utara disebabkan petani enggan untuk menananam kedelai, dalam hal ini faktor utama yang membuat petani enggan adalah petani terus merugi dimana biaya produksi tidak sebanding dengan pendapatan (Faiq, 2012).

2. 2. Landasan Teori

Analisis SWOT adalah instrument yang digunakan untuk melakukan analisis strategis. Menurut Drs. Robert Simbolon, MPA (1999), analisis SWOT merupakan suatu alat yang efektif dalam membantu menstrukturkan masalah terutama dengan melakukan analisis atas lingkungan strategis yang lazim disebut sebagai lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Strategi yang tepat didasarkan pada kemampuan menemukenali diri dan lingkunganya, sehingga strategi benar-benar dapat terwujud dari kekuatan yang dimilikinya dan peluang yang dihadapinya. Analisis yag tepat dalam menyusun strategi adalah analisis SWOT. Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis SWOT adalah memahami seluruh informasi dalam suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah (Rangkuti, 2001).


(64)

SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan-kekuatan), weaknesses (kelemahan-kelemahan), opportunities (peluang-peluang) dan treaths (ancamanancaman).

Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut :

Kekuatan (strength)

Kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain relative terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan.

Kelemahan (weaknesses)

Kelemahan adalah keterbatasan/kekurangan dalam sumberdaya alam, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan.

Peluang (opportunities)

Peluang adalah situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan

Ancaman( threaths)

Ancaman adalah situasi/kecenderungan utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan (Amin, 1994).

Langkah menyusun analisis SWOT 1. Pengumpulan data

2. Tahap analisis


(65)

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang berhubungan erat dengan studi dan objek penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer maupun sekunder.

Data primer didapat melalui beberapa metode yaitu: a. Metode pengamatan langsung

Metode ini adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.

b. Metode dengan menggunakan pertanyaan

Metode ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan kuesioner atau sebuah set pernyataan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dimana yang menulis isiannya adalah responden. Cara yang kedua adalah dengan wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dan penjawab dengan alat yang dinamakan panduan wawancara (interview guide).

2. 3. Penelitian Terdahulu

Penelitian Barus (2015) mengenai Analisis Permintaan dan Penawaran Kedelai di Sumatera Utara menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara adalah harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk. Secara serempak, harga kedelai, harga pakan ternak,harga daging ayam, dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai. Secara individu, harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan kedelai,


(66)

sedangkan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Sumatera Utara. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai di Sumatera Utara adalah harga kedelai, luas areal kedelai, dan harga daging ayam. Secara serempak, harga kedelai, luas areal kedelai, dan harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap penawaran kedelai. Secara individu, harga kedelai dan luas areal kedelai berpengaruh nyata terhadap penawaran kedelai, sedangkan harga daging ayam berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran kedelai di Sumatera Utara. Keseimbangan permintaan dan penawaran kedelai terjadi pada saat harga kedelai sebesar Rp. 232 per kg dan jumlah produksi kedelai sebesar 12.309.000 kg.

Penelitian Komalasari (2008) mengenai Analisis Permintaan Kedelai menyatakan Kedelai merupakan salah satu komoditas palawija yang prospek pengembangannya masih sangat besar di masa yang akan datang. Berdasarkan Angka Ramalan III tahun 2008 (BPS), luas panen kedelai di Indonesia adalah 579,59 ribu hektar, produktivitasnya adalah 13,13 ku/ha dan produksi 761,21 ribu ton. Laju pertumbuhan permintaan kedelai adalah 0,05% per tahun. Berdasarkan model yang disusun, tahun 2009 dan 2010 diperkirakan Indonesia masih akan defisit kedelai sebesar 771 ribu ton untuk tahun 2009 dan 705 ribu ton untuk tahun 2010. Untuk mengantisipasi hal ini maka perlu dilakukan penyusunan kebijakan yang tepat untuk dapat mencukupi kebutuhan akan kedelai dalam negeri.

Penelitian Riana dan Hardiyanto (2011) mengenai Analisis Peramalan Konsumsi Kedelai (Glycine max L.) di Indonesia tahun 2010-2019 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan konsumsi kedelai di Indonesia secara nyata


(67)

adalah pendapatan penduduk dan jumlah penduduk. Sedangkan harga kedelai, harga jagung dan konsumsi kedelai tahun sebelumnya mempunyai pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi kedelai di Indonesia. Hasil Peramalan variabel-variabel bebas yang mempengaruhi konsumsi kedelai di Indonesia adalah sebagai berikut : Harga kedelai cenderung meningkat dari Rp 2.831,52 per kilogram Pada tahun 2010 kemudian akan meningkat menjadi Rp 3.342,33 per kilogram pada tahun 2019. Harga jagung cenderung meningkat. Pada tahun 2010 harga jagung akan mencapai Rp 2.608,10 per kilogram kemudian akan menjadi Rp 4.231,60 per kilogram pada tahun 2019. Jumlah penduduk cenderung meningkat. Pada tahun 2010 jumlah penduduk akan mencapai 240.668 juta jiwa kemudian akan menjadi 267.106 juta jiwa pada tahun 2019. Pendapatan penduduk cenderung meningkat. Pada tahun 2010 pendapatan penduduk akan mencapai Rp. 1.969.513 kemudian akan menjadi Rp. 3.276.272 pada tahun 2019.

Hasil peramalan konsumsi kedelai di Indonesia menunjukan hasil bahwa selama tahun 2010-2019, di prediksikan variabel konsumsi akan mengalami peningkatan dari 2.303,32 juta ton per tahun pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 2.864,84 juta ton per tahun pada tahun 2019. Peningkatan ini terjadi pada konsumsi, namun hal tersebut tidak diseimbangkan dengan peningkatan produksi.

2.4. Kerangka Pemikiran

Kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija (kacang-kacangan) yang diusahakan dan dikelola petani. Kedelai merupakan pangan penting setelah padi dan jagung Kedelai adalah komoditas yang sangat potensial di Sumatera Utara. Menurut


(68)

data Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 di Sumatera Utara, produksi kedelai sebesar 3.229 ton, sementara impor kedelai sebesar 9.336. Angka ini jelas sangat menjadi permasalahan mengingat Sumatera Utara memiliki potensi dalam produksi tanaman kedelai. Di Sumatera Utara, Langkat merupakan daerah sentra produksi kedelai. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan strategi peningkatan produksi kedelai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksikacang kedelai di Kabupaten Langkat dan strategi utama apa yang dapat meningkatkan produksi kedelai guna mengembangkan pendapatan petani kedelai di kabupaten Langkat dan peningkatan produktivitas kedelai untuk menambah devisa negara. Penelitian mengenai strategi peningkatan produksi kedelai dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan kedelai di Kabupaten Langkat. Untuk mengetahui alternatif strategi peningkatan produksi kedelai, maka identifikasi faktor internal dan eksternal dianalisis dengan analisis SWOT.

Dari alternatif yang sudah didapat, selanjutnya dilakukan analisis dan evaluasi strategi sebelum tahap penetapan rencana strategi, setelah evaluasi dilakukan maka dilanjutkan dengan tahap terakhir menetapkan rencana strategis peningkatan produksi kedelai Kabupaten Langkat yang didukung oleh hasil analisis lingkungan internal dan eksternal serta mengusulkan strategi komprehensif sehingga yang diusulkan akan sesuai dengan kondisi Kabupaten Langkat.


(69)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka pemikiran berikut ini:

Pengembangan Kedelai

Keterangan : : Ada Hubungan Faktor-Faktor Strategis

Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan Kelemahan

Peluang Ancaman

Strategi Pengembangan Kedelai


(70)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril) merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Kedelai jenis liar Glycine unuriencis merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang yang berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara) (Suhartono,dkk. 2008).

Kandungan gizi kedelai cukup tinggi, terutama proteinnya mencapai 34% sehingga sangat diminati sebagai sumber protein nabati yang relatif murah dibandingkan dengan protein hewan. Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk olahan produk yaitu: tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika, 2007).

Kedelai juga digunakan sebagai pangan fungsional penyakit degenaratif, seperti jantung koroner dan hipertensi. Tidak hanya itu, akibat berkembangnya industri peternakan terutama unggas, telah mendorong berkembangnya industri pakan ternak, dimana bungkil kedelai banyak digunakan sebagai sumber protein dalam komposisi pakan unggas (Tangendjaja,dkk, 2003).

Sifat multiguna yang terdapat pada kedelai menyebabkan tingginya permintaan kedelai dalam negeri. Dalam data BPS tahun 2013 yang disajikan pada Tabel 1.1


(1)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Judul skripsi ini adalah ’’Strategi Peningkatan Produksi

Kacang Kedelai (Studi Kasus: Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu

Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu

Ir. Diana Chalil M.Si, Ph.D selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi, dan membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan selama masa perkuliahan di Program

Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2.

Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Bapak Dr.

Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis yang

telah memimpin dan mengelola institusi pendidikan di Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

3.

Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara

yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis dalam masa perkuliahan.

4.

Seluruh Pegawai Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara

khususnya Kak Lisbet, Kak Yani, dan Kak Runi yang membantu penulis dalam administrasi kampus.


(2)

iv

banyak membantu penulis dalam memberikan data serta informasi dalam

penulisan skripsi ini.

Segala hormat dan

terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada

Ayahanda Drs.

M. Hutagalung dan Ibunda R.Rajagukguk yang selalu memberikan nasihat, kasih

sayang, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan selama

menjalani perkuliahan. Terima kasih banyak kepada Kakak Dina Hutagalung, S.Si,

S.Pd, kakak Dora Hutagalung, Amd, dan Abang David Hutagalung, S.Kom serta

keluarga besar yang memberikan doa dan dorongan semangat.

Penulis juga berterima kasih kepada semua teman-teman Agribisnis Stambuk 2011, khususnya sahabat-sahabat penulis yang membantu saya dalam penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu

diperlukan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran yang membangun dari pembaca

demi perbaikan dan penyempurnaan karya terbaru selanjutnya. Semoga skripsi ini

dapat berguna untuk kemajuan pendidikan khususnya dunia pertanian dan berguna

bagi kita semua.

Medan, Januari 2016


(3)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 52

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2. 2. Landasan Teori ... 9

2. 3. Penelitian Terdahulu ... 11

2.4. Kerangka Pemikiran ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3. 1. Metode Penentuan Daerah Penelitian. ... 15

3. 2. Metode Penentuan dan Penarikan Sampel ... 16

3. 3. Metode Pengumpulan Data ... 16

3. 4. Metode Analisis Data ... 17

3. 5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 24

3. 5. 1. Defenisi ... 24

3.5.2 Batasan Operasional ... 26

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN . 27 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 27

4.1.1 Keadaan Umum Wilayah ... 27


(4)

vi

4.2 Karakteristik Petani dan usahatani ... 29

4.3 Karakteristik Pedagang ... 29

4.4 Karakteristik Pejabat Dinas Pertanian ... 30

4.5 Karakteristik Penyuluh ... 31

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1 Analisis Kondisi Eksisting dari Faktor-faktor Strategis Dianalisis dengan Menggunakan Skor ... 32

5.1.1 Analisis Kondisi Eksisting Faktor Internal Dianalisis dengan Skor ... 32

5.2 Pembobotan Faktor-faktor Strategis ... 41

5.3 Penentuan Strategi Peningkatan Produksi Kedelai ... 43

5.4 Penentuan Alternatif Strategi Peningkatan Produksi Kedelai ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

6.1 Kesimpulan ... 52


(5)

vii

DAFTAR GAMBAR


(6)

viii

Tabel 1. Produksi, Permintaan, dan Impor Kedelai ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. Produksi Kacang Kedelai Menurut Kabupaten (ton) .... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. Statistik Tanaman Pangan Kecamatan Wampu ... Error! Bookmark not defined.