Strategi Peningkatan Produksi Kedelai (Studi Kasus : Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

(1)

Lampiran 1. Karakteristik Sampel Petani Kedelai Petani Sampel Umur

(Tahun)

Pendidikan (Tahun)

Pengalaman Bertani (Tahun)

1 63 6 10

2 40 9 1

3 63 6 2

4 60 9 1

5 51 6 20

6 62 6 2

7 62 6 5

8 52 9 5

9 60 6 5

10 33 9 2

11 55 6 7

12 52 9 4

13 55 6 5

14 52 12 5

15 45 9 5

16 42 12 5

17 53 6 7

18 35 6 4

19 52 6 10

20 48 6 8

21 51 6 6

22 46 9 6

23 50 12 6

24 52 6 10

25 58 6 10

26 35 9 5

27 60 6 15

28 50 6 5

29 58 6 9


(2)

Lampiran 2. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT dalam Peningkatan Produksi Kedelai di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat

No. Indikator SWOT

Parameter

1 2 3 4

FAKTOR INTERNAL 1. Penyediaan Benih

Bersertifikat

(S)/(W) √

2. Kesuburan Lahan (S)/(W) √

3. Teknologi yang Digunakan

(S)/(W) √

4. Sumber Daya Manusia dalam Memproduksi Kedelai

(S)/(W) √

5. Pemanfaatan Potensi Alam

(S)/(W) √

6. Perbaikan Pola Tanam dan Pemanfaatan Potensi Lahan

(S)/(W) √

7. Modal yang

Digunakan Petani

(S)/(W) √

8. Penggunaan Sarana Produksi

(S)/(W) √

9. Sistem Manajemen (S)/(W) √ 10. Luas Lahan yang

Digunakan

(S)/(W) √ FAKTOR EKSTERNAL

1. Industri Pengolahan Kedelai

(O)/(T) √

2. Harga Jual Kedelai (O)/(T) √

3. Sistem Penyuluhan (O)/(T) √ 4. Kebijakan Pemerintah (O)/(T) √


(3)

Lanjutan Lampiran 4

No. Indikator SWOT Parameter

Faktor Eksternal 1 2 3 4

6. Permintaan Kedelai (O)/(T)

7. Impor Kedelai (O)/(T)

8. Kondisi Cuaca dan Iklim

(O)/(T)

9. Perkembangan Teknologi dan Informasi

(O)/(T)

10. Serangan Hama dan Penyakit

(O)/(T) √ 11. Ketersediaan Kios

Saprodi

(O)/(T) √

Keterangan:

S (Strength) : Kekuatan W (Weakness) : Kelemahan O (Oppurtunity) : Peluang T (Threaten) : Ancaman


(4)

Lampiran 3. Parameter Penilaian Faktor Strategi Internal Peningkatan Produksi Kedelai

Sampel Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 3 4 2 2 4 4 4 4 2 2

2 4 4 2 1 2 4 1 3 2 1

3 4 1 4 4 4 3 3 4 1 2

4 4 4 4 3 2 4 2 3 2 1

5 2 1 4 1 4 4 2 3 2 1

6 4 2 2 2 2 4 4 3 2 1

7 4 2 4 4 2 4 1 4 2 1

8 4 4 4 4 2 3 4 4 2 2

9 4 1 2 4 1 2 3 3 2 2

10 4 3 1 2 2 4 3 1 2 1

11 4 1 2 1 4 2 2 4 2 2

12 4 1 2 4 4 4 1 4 3 2

13 3 2 2 1 1 4 2 2 1 1

14 4 3 1 4 2 3 4 3 2 1

15 4 2 2 3 4 4 2 4 4 1

16 3 4 1 4 2 2 2 1 4 1

17 4 1 2 3 4 4 3 2 2 1

18 3 1 1 4 4 3 4 2 3 2

19 4 3 2 2 4 4 1 1 2 1

20 3 1 1 3 4 4 2 4 2 2

21 4 1 1 2 4 4 4 1 2 1

22 4 3 1 2 2 2 1 4 4 1

23 4 2 2 4 3 4 4 4 2 2

24 2 4 2 4 2 4 3 2 2 1

25 4 1 2 1 4 4 3 4 2 1

26 4 3 4 4 4 3 1 2 2 1

27 3 2 1 2 4 4 2 2 2 1

28 4 3 1 3 2 2 1 4 3 2

29 4 1 2 4 2 4 2 1 2 2

30 4 4 2 3 4 4 3 2 1 1

Jumlah 110 69 63 85 89 105 75 95 66 41


(5)

Lampiran 4. Parameter Penilaian Faktor Strategi Eksternal Peningkatan Produksi Kedelai

Sampel Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 4 4 2 1 3 4 3 1 2 2 2

2 4 4 2 1 3 2 2 2 4 4 2

3 3 4 2 4 2 4 2 1 1 2 2

4 3 4 2 2 3 3 4 1 1 4 2

5 2 4 2 2 4 3 1 2 2 3 2

6 4 4 2 2 3 4 2 1 2 4 1

7 4 2 4 4 2 4 4 4 2 1 1

8 4 4 2 2 4 4 4 2 2 4 2

9 3 4 4 1 1 3 2 2 2 1 1

10 4 3 1 1 4 4 2 1 2 1 1

11 4 4 2 1 3 2 3 4 2 2 2

12 4 3 2 2 3 4 1 4 3 2 2

13 3 4 2 2 1 4 3 2 1 1 1

14 4 3 1 4 2 2 4 3 2 1 2

15 4 4 2 3 4 4 4 4 4 1 2

16 3 4 1 3 2 2 4 1 4 1 1

17 4 4 2 3 4 4 3 2 2 1 1

18 3 4 1 4 3 2 4 2 3 2 2

19 4 3 2 3 4 3 4 1 2 1 2

20 3 4 1 4 4 2 4 4 2 2 2

21 4 4 1 2 4 4 4 1 2 1 1

22 4 3 1 2 2 2 4 4 4 1 1

23 4 4 2 4 3 2 4 4 2 2 2

24 3 4 2 4 4 2 4 2 2 1 2

25 4 3 2 2 1 4 3 4 2 1 2

26 4 3 4 1 2 2 3 2 2 1 2

27 4 4 1 3 4 4 2 2 2 1 1

28 4 3 1 3 2 2 4 4 3 2 2

29 3 4 2 1 2 4 4 1 2 2 2

30 4 4 2 2 4 4 3 2 1 1 2

Jumlah 109 110 57 73 87 94 95 70 67 53 50


(6)

Lampiran 5.Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan)

1. Penyediaan Benih Bersertifikat 4 13,33 53,33

2. Kesuburan Lahan 2 6,67 13,33

3. Sumber Daya Manusia dalam 3 10 30 Memproduksi Kedelai

4. Pola Tanam 4 13,33 53,33

5. Modal yang Digunakan Petani 2 6,67 13,33 Weakness (Kelemahan)

1. Teknologi yang Digunakan Petani 2 9,09 18,18

2. Pemanfaatan Potensi Lahan 3 13,63 40,89

3. Penggunaan Sarana Produksi 3 13,63 40,89

4. Sistem Manajemen 2 9,09 18,18


(7)

Lampiran 6. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor Oppurtunity (Peluang)

1. Industri Pengolahan Kedelai 4 12,5 50

2. Harga Jual Kedelai 4 12,5 50

3. Kebijakan Pemerintah 2 6,25 12,5

4. Kelompok Tani 3 9,375 28,125

5. Permintaan Kedelai 3 9,375 28,125

Threats (Ancaman)

1. Sistem Penyuluhan 2 9,09 18,18

2. Impor Kedelai 3 13,63 40,89

3. Kondisi Iklim dan Cuaca 2 9,09 18,18

4. Perkembangan Teknologi Informasi 2 9,09 18,18 dan Komunikasi

5. Serangan Hama dan Penyakit 1 4,55 4,55 6. Ketersediaan Kios Saprodi 1 4,55 4,55


(8)

Lampiran 7.Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal Peningkatan Produksi Kedelai

Faktor-Faktor Strategis Rating Bobot Skor Faktor Strategi Internal

Strength (Kekuatan)

1. Penyediaan Benih Bersertifikat 4 13,33 53,33

2. Kesuburan Lahan 2 6,67 13,33

3. Sumber Daya Manusia dalam 3 10 30 Memproduksi Kedelai

4. Pola Tanam 4 13,33 53,33

5. Modal yang Digunakan Petani 2 6,67 13,33

Total Skor Kekuatan 15 50 163,32

Weakness (Kelemahan)

1. Teknologi yang Digunakan Petani 2 9,09 18,18

2. Pemanfaatan Potensi Lahan 3 13,63 40,89

3. Penggunaan Sarana Produksi 3 13,63 40,89

4. Sistem Manajemen 2 9,09 18,18

5. Luas Lahan yang Digunakan 1 4,56 4,56

Total Skor Kelemahan 11 50 122,70

Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 40,62

Faktor Strategis Eksternal Oppurtunity (Peluang)

1. Industri Pengolahan Kedelai 4 12,5 50

2. Harga Jual Kedelai 4 12,5 50

3. Kebijakan Pemerintah 2 6,25 12,5

4. Kelompok Tani 3 9,375 28,125

5. Permintaan Kedelai 3 9,375 28,125

Total Skor Peluang 16 50 168,75 Threats (Ancaman)

1. Sistem Penyuluhan 2 9,09 18,18

2. Impor Kedelai 3 13,63 40,89

3. Kondisi Iklim dan Cuaca 2 9,09 18,18

4. Perkembangan Teknologi Informasi 2 9,09 18,18 dan Komunikasi

5. Serangan Hama dan Penyakit 1 4,55 4,55 6. Ketersediaan Kios Saprodi 1 4,55 4,55

Total Skor Ancaman 13 50 104,53


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan

Pengoptimalan Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Amang, Beddu, et al. 1996. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Bogor: IPB Press.

Anonimous. 2013. Kedelai Kembali Mengguncang.http://m.metrotvnews.com/. Diakses pada 25 November 2013.

Arsyad, D.M. dan Syam, M. 1998. Kedelai Sumber Pertumbuhan Produksi dan

Teknik Budidaya. Puslitbangtan. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2012. Sumatera Utara Dalam Angka. BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2012. Kecamatan Wampu Dalam Angka. BPS.Jakarta.

Danarti dan Najati, 1995. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Darsono. 2009. Analisis Dampak Pengenaan Tarif Impor Kedelai Bagi

Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian.

Gardner, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Hilman, Y. A. et al. 2004. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kontribusi

Terhadap Ketahanan Pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam

Makarim, et al. (penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan. Bogor.

Kartasapoetra, G. et al. 2001. Koperasi Indonesia yang Berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. PT.Rineka Cipta, Jakarta.


(10)

Kotler, P, 1997. Prinsip-Prinsip Manajemen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Manwan, I. dan Sumarno. 1991. Kebijakan Penelitian Bagi Pengembangan Produksi

Kedelai. Puslitbang. Bogor.

Rangkuti, F. 2008. Analisa SWOT. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rondot, Pierre dan Lancon, Frederic. 1991. Increasing Soybean Productivity in

Indonesia. What Comparative Advantage. Priorities for For Soybean Development in Asia. Dipresentasikan pada Workshop di Bogor oleh

CGPRT Center. Bogor.

Subandi, 2007. Lima Strategi Pengembangan Kedelai. Koran Sinar Tani Edisi 30 Mei – 5 Juni 2007.

Suprapto, H. 2001. Bertanam Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya.

Simatupang, P. et al. 2005. Pengembangan Kedelai dan Kebijakan Penelitian di Indonesia. Balitkabi. Malang.


(11)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelititan ditentukan secara purposive ataupun secara sengaja, yaitu Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat. Hal ini dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi kedelai yang cukup potensial di Kabupaten Langkat.

Tabel3. Luas dan Produksi Tanaman Kacang Kedelai Menurut Kecamatan, Kabupaten Langkat Tahun 2011

Kecamatan Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

Produksi per Hektar (Kw/Ha)

Serapit 39 60 15,38

Sei Bingai 10 15 15,00

Selesai 26 40 15,38

Binjai 14 25 17,86

Stabat 49 74 15,10

Wampu 103 159 15,44

Sawit Seberang 1 1 10,00

Hinai 27 41 15,19

Tanjung Pura 66 101 15,30

Brandan Barat 34 41 12,06

Besitang 70 100 14,29

Pangkalan Susu 100 151 15,10

Pematang Jaya 58 71 12,24

Jumlah 597 879 14,72

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Langkat, 2012

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Wampu merupakan kecamatan dengan produksi kedelai tertinggi walaupun produktivitasnya masih diurutan kedua setelah Kecamatan Binjai di Kabupaten Langkat. Dari 14 desa yang ada di Kecamatan Wampu, ada 5 desa yang menjadi penghasil kedelai di Kecamatan


(12)

Wampu. Data berikut merupakan data yang menunjukkan luas areal dan jumlah produksi tanaman menurut desa di Kecamatan Wampu di Kabupaten Langkat.

Tabel 4. Luas Areal dan Jumlah Produksi Kedelai MenurutDesa/Kelurahan diKecamatan Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2011

Desa/ Kelurahan Luas Areal (Ha)

Jumlah Produksi (Ton)

Produksi Rata-rata (Kw/Ha)

Bingai 30 42,24 14,08

Sumber Mulyo 3 6,52 21,73

Stabat Lama 10 20,14 20,14

Stabat Lama Barat 30 26,63 8,87

Stungkit 30 63,47 21,11

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2012

Dari data diatas dapat dilihat di Desa Stabat Lama Barat merupakan desa dengan produksi rata-rata terendah. Hal ini menjadi acuan dalam menentukan daerah penelitian sehingga diharapkan di masa mendatang produksinya dapat lebih ditingkatkan lagi.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi penelitian adalah petani yang melakukan usaha tani kedelai di Desa Stabat Lama Barat. Metode penentuan sampel adalah dengan teknik Simple Random

Sampling yaitu dengan memilih sampel dengan pengundian sedemikian rupa

sehingga setiap unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Berdasarkan informasi dari Gabungan Kelompok Tani Kec. Wampu, jumlah petani kedelai di Desa Stabat Lama Barat adalah sebanyak 100 kepala keluarga (KK). Menurut Roscoe dalam Nazir (2005), bahwa ukuran minimum dari sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitianyang digunakan minimum yaitu 30 sampel. Hal ini ditentukanjika masyarakat yang diteliti merupakan


(13)

masyarakat yang homogen secara wilayah administratif serta pekerjaan yang ditekuni dan juga untuk mempermudah dan mempercepat proses penelitian mengingat keterbatasan peneliti. Dengan demikian, penentuan anggota sampel adalah 30 orang. 3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu berupa kuisioner diperoleh dari hasil wawancara pada petani kedelai dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder yaitu berupa data-data pendukung yang diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, BPS Kabupaten Langkat, dan instansi terkait lainnya, juga literatur buku dan media internet.

3.4 Metode Analisis Data

1. Untuk menyelesaikan masalah 1 digunakan analisis deskriptif yaitu mengidentifikasi faktor–faktor internal apa saja yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian.

2. Untuk menyelesaikan masalah 2 digunakan analisis deskriptif yaitu mengidentifikasi faktor–faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian.

3. Untuk menyelesaikan masalah 3 digunakan metode analisis SWOT. Sebelum menyusun faktor-faktor strategis dengan menggunakan matriks SWOT dilakukan pembobotan dan pemberian skor, kelemahan, peluang dan ancaman.


(14)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi Operasional

1. Petani kedelai adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usaha tani kedelai.

2. Usahatani kedelai adalah usahatani yang diusahakan oleh petani untuk memproduksi kedelai.

3. Produksi kedelai adalah jumlah hasil panen tanaman kedelai (kg).

4. Faktor internal adalah faktor bagian dalam usahatani kedelai yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai dalam indikator kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usahatani kedelai.

5. Faktor eksternal adalah faktor bagian luar dari usahatani yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai dalam indikator peluang dan ancaman yang dihadapi petani dalam usahatani kedelai.

6. Kekuatan (Strengh), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari usahatani dalam melakukan usahatani kedelai.

7. Kelemahan (Weakness), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari usahatani dalam melakukan usahatani kedelai.

8. Kesempatan (Opportunity), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar usahatani dan memberikan kesempatan berkembang bagi usahatani kedelai dimasa depan.


(15)

9. Ancaman (Theat), adalah situasi atau kondisi yang merupakan ancaman bagi usahatani yang harus dihadapi namun datang dari luar usahatani dan dapat mengancam eksistensi usahatani kedelai di masa depan.

10.Strategi peningkatan produksi kedelai adalah hal-hal yang dapat digunakan sebagai langkah untuk meningkatkan produksi kedelai.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat.

2. Sampel penelitian ini adalah para petani yang mengusahakan tanaman kedelai di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat.


(16)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1Kondisi Geografis

Desa Stabat Lama Barat terletak di Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 652 Ha. Jarak tempuh Desa Stabat Lama Barat ke Kantor Kecamatan Wampu8 Km dengan lama tempuh 20 menit dan ke Ibu kotaKabupaten Langkat20 Km dengan lama tempuh 35menit.

Desa ini merupakan desa dataran rendah dan desa persawahan dengan hamparan cukup luas pada ketinggian 50 m di atas permukaan laut dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Sukajadi, Kecamatan Hinai - Sebelah Selatan : Sungai Wampu, Kecamatan Stabat - Sebelah Timur : Desa Paya Rengas, Kecamatan Hinai

- Sebelah Barat : Desa Jentera Stabat/Stabat Lama, Kecamatan Wampu

4.2Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Stabat Lama Barat adalah 5.830 jiwa dengan 1.564 KK. Jumlah penduduk laki laki 6.758orang dan jumlah perempuan 6.830 orang dengan kepadatan penduduk hanya 864 jiwa per km.

Ditinjau dari sudut pendidikan, masyarakat Desa Stabat Lama Barat telah mengikuti program pendidikan yang dianjurkan pemerintah.Ada penduduk di desa ini mampu menyelesaikan pendidikan hingga SLTA, beberapa diantaranya bahkan mencapai


(17)

jenjang Sarjana. Berikut komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

TK SD

312 3.899

5,3 66,9

SLTP 1.080 18,5

SLTA 445 7,6

Diploma - -

Sarjana Magister

92

2

1,6 0,1

Total 5.830 100

Sumber :Monografi Desa Stabat Lama Barat,2013

Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk paling banyak adalah tamatan SD sebesar 3.899 jiwa (66,9%). Hal ini karena kurangnya sarana pendidikan di daerah tersebut.Sarana pendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi letaknya jauh dari tempat tinggal penduduk.

Penduduk Desa Stabat Lama Barat memiliki mata pencaharian yang berbagai macam jenis dan variasi.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi penduduk menurut mata pencaharian sebagai berikut :


(18)

Tabel 6.Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013

Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Petani 332 11,22

Buruh Tani 841 28,33

Buruh Migran 201 6,80

Pegawai Negeri Sipil 51 1,80 Pengrajin Industri Rumah Tangga 565 18,53 Pedagang Keliling 280 9,42 Peternak 14 0,50 Montir 5 0,23 Pembantu Rumah Tangga 36 1,25 TNI/POLRI 5 0,20 Pensiunan TNI/POLRI 32 1,10 Pengusaha Kecil dan Menengah 131 4,45 Karyawan perusahaan pemerintah 16 0.58 Karyawan perusahaan swasta 468 15,72

Total 2.977 100

Sumber :Monografi Desa Stabat Lama Barat, 2013

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dengan mata pencaharian terbanyak adalah sebagai buruh tani yakni 841 jiwa (28,33%) sedangkan jumlah petani hanya sebesar 332 jiwa (11,22%). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang bekerja di bidang pertanian lebih banyak yang tidak memiliki lahan pertanian sendiri (buruh tani).

4.3Tata Guna Lahan

Wilayah Desa Stabat Lama Barat mempunyai luas yang fungsinya dibagi menjadi areal persawahan, pemukiman, dan untuk keperluan lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut :


(19)

Tabel 7. Penggunaan Lahan di Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013 Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan

(Ha)

Persentase (%)

Luas Persawahan 157 24,10

Luas Pemukiman 196 30,05

Luas Perkebunan 186 28,52

Luas Pekuburan 1 0,20

Luas Pekarangan 102 15,62

Perkantoran 0,1 0.01

Lain lain 9,9 1,51

Total 652 100

Sumber :Monografi Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 7dapat diketahui bahwa penggunaan lahan untuk areal persawahan sebesar157 Ha (24,10%) dari seluruh lahan. Jumlah luas ini merupakan yang tertinggi ketiga setelah luas pemukiman dan luas perkebunan. Hal ini karena sudah banyak lahan pertanian yang dijadikan tempat pemukiman penduduk dan sebagian penduduk memilih menanam tanaman perkebunan.

4.4Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di desa sangat dibutuhkan demi perkembangan dan kemajuan masyarakat di desa tersebut. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Stabat Lama Barat dapat dilihat pada Tabel 8sebagai berikut :


(20)

Tabel8. Sarana dan Prasarana di Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013

Fasilitas Sarana &

Prasarana

Jumlah

Pendidikan TK/Paud 1 unit

SD/Sederajat 3 unit

SLTP/Sederajat 1 unit

SLTA/Sederajat -

Lembaga

Pendidikan Agama 3 unit

Kesehatan Puskesmas

Pembantu 1 unit

Posyandu 7 unit

Poliklinik/ Balai

Pengobatan 1 unit

Rumah Bersalin 2 unit

Peribadahan Mesjid 4 unit

Musholla 9 unit

Transportasi Jalan 21 km

Jembatan 6 unit Sumber :Monografi Desa Stabat Lama Barat 2013

Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di daerah penelitian terdiri darifasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadahan dan transportasi. Fasilitas pendidikan yang jumlahnya terbatas menyebabkan tingkat pendidikan yang ditempuh masyarakat di desa penelitian cukup rendah, belum lagi lokasinya yang cukup jauh dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjangkaunya. Kondisi jalan di desa tersebut juga belum rata. Namun demikian, fasilitas kesehatan letaknya terpisah sehingga untuk menjangkaunya tidak terlalu sulit.


(21)

4.5 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani kedelai di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat.Karakteristik petani sampel yang diteliti meliputi Umur, Pendidikan, Lama berusahatani dengan deskripsi sebagai berikut. Tabel 9.Karakteristik Petani Sampel Desa Stabat Lama Barat Kecamatan

Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2014

No Uraian Range

1 Umur (Tahun) 30-63 tahun

2 Pendidikan (Tahun) 6-12tahun

3 Lamanya Berusahatani (Tahun) 1-20tahun Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Umur

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani maka kemampuan untuk melakukan kegiatan usahataninya cenderung semakin menurun dan mempengaruhi jumlah produksi usahataninya karena kegiatan usahatani banyak mengandalkan kegiatan fisik. Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(22)

Tabel 10. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur

No. Kelompok Umur

(Tahun)

Besar Sampel (Jiwa)

Besar Sampel (%)

1 30 - 39 4 13,33

2 40 – 49 5 16,67

3 50 – 59 14 46,67

4 ≥ 60 7 23,33

Jumlah 30 100

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa umur petani yang terbesar berada di kisaran 50-59 tahun. Hal ini karena petani tersebut merupakan buruh tani di usia muda dan belum memiliki lahan sendiri.

Pendidikan

Pendidikan erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap cara cara bertani baik dari segi manfaat ataupun kualitasnya. Pendidikan sampel dilokasi penelitian bervariasi mulai dari tingkat SD (Sekolah Dasar) sampai SMA (Sekolah Menegah Atas). Tingkat pendidikan petani kedelai di Desa Stabat Lama Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 11. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Besar Sampel

(Jiwa)

Besar Sampel (%)

1 SD 20 66,67

2 SMP 7 23,33

3 SMA 3 10

Jumlah 30 100


(23)

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani di daerah penelitian bervariasi dimana yang terbanyak tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu 66,67 %. Hal ini karena petani sampel di daerah penelitian mengalami kesulitan ekonomi untuk menempuh pendidikan dan kurangnya sarana pendidikan. Untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, harus ditempuh jarak yang cukup jauh karena letak sarana pendidikannya berada di ibukota kabupaten.

Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani merupakan kondisi yang menyangkut lamanya usahatani yang telah dilakukan. Hal ini menentukan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya. Semakin lama pengalaman petani yang dimiliki petani maka petani cenderung semakin baik dalam mengelola usahataninya. Berikut ini adalah pengalaman bertani petani kedelai di Desa Stabat Lama Barat :

Tabel 12. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani No Lama Berusahatani Besar Sampel

(Jiwa)

Besar Sampel (%) 1

2

1 – 5 tahun 6 - 10 tahun

17 11

56,67 36,67

3 > 10 tahun 2 6,66

Jumlah 30 100

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa karakteristik petani sampel berdasarkan pengalaman bertani yang terbanyak berada pada kisaran 1-5 tahun. Hal ini karena banyak petani yang memulai untuk mengusahakan usahatani kedelai sejak adanya bantuan pemerintah dalam 5 tahun terakhir dalam bentuk subsidi benih, pupuk dan pestisida.


(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Kedelai

Kekuatan dalam Peningkatan Produksi Kedelai

Adapun kekuatan dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penyediaan Benih Bersertifikat

Untuk memulai usahatani kedelai diperlukan penggunaan benih yang unggul untuk menjamin kualitas mutu hasil panen kelak. Benih yang unggul didapat dari lembaga yang memang berkompeten dalam penyediaan benih sehingga memperoleh sertifikat.

Di daerah penelitian penyediaan benih bersertifikat merupakan kekuatan dalam menjalankan usahatani kedelai. Hal ini dikarenakan petani di daerah penelitian tidak kesulitan mendapatkan benih yang unggul dan bersertifikat dalam menjalankan usahatani mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani, kedelai, penyediaan benih yang bersertifikat di daerah penelitian sudah terpenuhi dengan baik, dimana kelompok tani dan gabungan kelompok tani di daerah tersebut merupakan wadah dalam penyediaan benih kedelai yang bersertifikat. 2. Tingkat Kesuburan Lahan

Pertumbuhan tanaman kedelai memang memerlukan lahan yang benar-benar cocok untuk memastikan tanaman tersebur tumbuh dengan baik. Tanaman kedelai


(25)

menghendaki lahan yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah serta terjaga kandungan unsur haranya, baik itu unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani kedelai di daerah penelitian, tingkat kesuburan lahan dan kesesuaiannya memang cocok untuk pertanaman kedelai. Dari dulu kedelai di daerah tersebut sudah dibudidayakan karena memang dianggap sesuai. Maka, kesesuaian lahan dan kesuburannya dijadikan sebagai kekuatan dalam peningkatan produksi kedelai.

3. Sumber Daya Manusia dalam Memproduksi Kedelai

Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai, tidak hanya diperlukan tenaga kerja yang mampu untuk melakukan proses produksi, tetapi juga diperlukan kemauan dan pengalaman serta handal dalam melakukan proses tersebut. Penetapan tenaga kerja yang tepat dapat menjamin keberlangsungan proses produksi yang baik sehingga hasil produksi dapat dipertahankan kualitasnya dan diupayakan meningkat kuantitasnya.Penetapan tenaga kerja yang tidak terstruktur (asal-asalan) menyebabkan meningkatnya resiko gagal panen dan penurunan kualitas, hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan hidup petani dan usahataninya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani kedelai di daerah penelitian, sumber daya manusia di daerah penelitian sudah terstuktur dan tidak kekurangan tenaga kerja. Petani mau dan mampu serta terus belajar dengan pendampingan penyuluh untuk berusaha meningkatkan produksi kedelainya. Dengan demikian, sumber daya manusia dalam memproduksi kedelai merupakan kekuatan dalam meningkatkan produksi kedelai.


(26)

4. Perbaikan Pola Tanam dan Pemanfaatan Potensi Lahan

Pola tanam yang baik berarti memanfaatkan potensi lahan. Pola tanam yang dimaksudkan adalah pemanfaatan lahan yang bera (kosong) pasca panen padi. Lahan yang seperti ini memungkinkan petani untuk memanfaatkannya menjadi pertanaman kedelai. Sambil menunggu musim penghujan ataupun musim tanam padi periode berikutnya tidak salah jika lahan tersebut diisi dengan tanaman kedelai. Dengan pola tanam tersebut diharapkaan selain menambah pendapatan petani juga dapat meningkatkan produksi kedelai. Oleh karena itu, pola tanam tersebut sangat diperlukan dalam upaya pencapaian swasembada kedelai.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani kedelai di daerah penelitian, hal ini menjadi kekuatan dalam peningkatan produksi bagi petani. Dengan adanya pola tanam tersebutpetani tidak perlu mencari kerja sampingan dan tetap dapat bercocok tanam di lahan miliknya sendiri.

5. Modal yang Digunakan Petani

Setiap usahatani pasti memerlukan modal untuk biaya investasi dan produksi. Modal usaha dapat berasal dari modal sendiri, modal keluarga ataupun pinjaman dari lembaga keuangan/bank.Lembaga keuangan memang sangat dibutuhkan oleh dunia usaha agribisnis, terutama bagi usahatani kecil yang biasanya membutuhkan modal tambahan sebagai modal investasi dan modal produksi.

Di daerah penelitian modal merupakan kekuatan dalam menjalankan usahataninya. Hal ini karena perusahaan usahatani kedelai tidak memerlukan modal yang besar untuk melakukan proses produksi dan rata-rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah modal pribadi.


(27)

Kelemahan dalam Peningkatan Produksi Kedelai

Adapun kelemahan dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalah : 1. Teknologi yang Digunakan Petani

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan petani di daerah penelitian, petani di daerah penelitian masih menggunakan teknologi yang sederhana. Jumlah petani yang mulai mengadopsi teknologi yang sudah maju sangat kecil. Tingkat pendidikan yang masih rendah menjadi alasan utama para petani belum mampu mengadopsi teknologi yang maju.

Penggunaan teknologi yang masih sederhana dianggap sebagai kelemahan dalam meningkatkan produksi kedelai. Padahal dengan menggunakan teknologi yang maju ataupun sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang, produksi kedelai dapat ditingkatkan dan mempermudah pekerjaan petani dalam melakukakn proses produksi kedelai.

2. Pemanfaatan Potensi Alam

Daerah penelitian merupakan desa yang terletak di tepi sungai. Namun, ketersediaan air di daerah tersebut sangat kurang terlebih di musim kemarau. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan petani, aliran sungai tersebut belum termanfaatkan dengan baik. Para petani lebih banyak yang berusaha pada lahan tadah hujan sehingga sampai sekarang belum ada upaya pembangunan irigasi ke lahan tersebut. Akibatnya, banyak lahan yang kering kerontang di musim kemarau dan tidak dapat dimanfaatkan, lebih banyak kosong dan ditumbuhi semak. Padahal jika aliran sungai dapat dibuat irigasi dan air sungai dapat


(28)

dimanfaatkan maka kebutuhan air di lahan pertanian tersebut akan tetap terjaga dan proses produksi tidak akan terhambat.

3. Penggunaan Sarana Produksi

Penggunaan sarana produksi merupakan kendala usahatani kedelai. Para petani sering kekurangan saran produksi seperti benih, pupuk dan pestisida. Beberapa sarana produksi memang diberikan subsidi oleh pemerintah, namun beberapa petani terlalu berpatokan pada jumlah yang diberikan pemerintah tanpa memahami kebutuhan di lahan yang mereka usahakan. Akibatnya hasil produksi yang dihasilkan masih kurang memuaskan. Petani lain mengeluh karena harus menambah biaya tambahan untuk membeli saran produksi karena lebih mementingkan kebutuhan lahan usahataninya. Hal ini menjadi kelemahan karena peningkatan produksi kedelai menjadi terhambat.

4. Sistem Manajemen dalam Berusahatani

Sistem manajemen dalam berusahatani dimaksudkan agar petani sebagai pengusaha lebih teliti dalam mengetahui kondisi usahataninya dengan mencatat segala yang diperlukan dalam menjalankan proses produksi mulai dari awal penanaman sampai panen. Dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen dalam berusahatani, maka petani dapat dapat mengambil langkah-langkah yang diangggap perlu untuk menjaga keberlangsungan usahataninya sehingga petani dapat mengetahui apakah usahatani yang dijalankan memberikan keuntungan atau tidak.

Berdasarkan wawancara dengan petani di daerah penelitian, para petani belum melakukan manajemen yang baik dalam usahataninya. Petani cenderung


(29)

melakukan usahatani tanpa melakukan fungsi-fungsi manajemen yang baik mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga ke pengontrolan. Tidak ada catatan yang baik mengenai proses produksi yang dijalankan dalam berusahatani, sehingga sistem manajemen dalam berusahatani dianggap sebagai kelemahan dalam berusahatani.

5. Luas Lahan yang Diusahakan

Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai, diperlukan lahan untuk pertanaman kedelai dengan luasan yang cukup. Namun di daerah penelitian, lahan petani untuk menanam kedelai cenderung sempit. Selain karena lahan yang dimiliki memang sempit, masih ada petani yang membagi lahan dengan tanaman lain seperti padi, jagung dan tanaman hortikultura lain. Hal ini menyebabkan lahan yang diusahakan untuk tanaman kedelai masih dibawah satu hektar. Hal ini menyebabkan produksi kedelai di daerah penelitian masih rendah dibandingkan dengan daerah lain.

Peluang dalam Peningkatan Produksi Kedelai 1. Adanya Industri Pengolahan Kedelai

Kedelai merupakan bahan baku sangat penting bagi industri yang mengolah kedelai. Di sekitar daerah penelitian terdapat berbagai jenis industri pengolahan kedelai seperti industri tahu, tempe, dan kripik tempe. Keberlangsungan industri ini bergantung pada ketersediaan kedelai sebagai bahan baku utamanyayang mana dapat diperoleh dari petani kedelai di sekitar industri tersebut. Dengan berkembangnnya industri ini, maka petani di daerah penelitian tidak perlu jauh-jauh menjual hasil produksinya. Menurut petani di daerah penelitian, banyak


(30)

pemilik industri yang berminat menampung hasil panen mereka, karena mereka menggunakan benih jenis Anjasmoro yang cocok digunakan untuk industri pengolahan tersebut. Hal ini merupakan peluang bagi petani dalam meningkatkan produksi kedelainya, karena kedelai ternyata sudah menjadi bahan baku industri. 2. Harga Jual Kedelai

Harga jual kedelai dinilai sangat menggiurkan dimana petani dapat menjual hasil produksinya pada kisaran harga mulai dari Rp 8.000 – Rp 13.000,- per kilogramnya. Menurut petani di daerah penelitian, harga tersebut bergantung pada kondisi pasar dan kualitas kedelai yang dihasilkan. Biasanya petani tidak menjual hasil panennya ke pasar tradisional melainkan ada agen ataupun distributor yang datang langsung ke lahan pertanian dan mengajukan penawaran atas hasil produksi mereka. Hal ini merupakan peluang bagi petani dalam meningkatkan hasil produksinya karena hasil produksi tersebut sudah dapat terjual dengan harga yang pantas.

3. Peraturan dan Kebijakan Pemerintah

Didaerah penelitian, Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat melalui Dinas Pertanian memberikan kebijakan melalui pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) untuk tanaman kedelai. Hal ini merupakan peraturan dan kebijakan yang diambil pemerintah yang mana secara rutin bantuan tersebut diberikan setiap musim tanam. Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan berupa subsidi pupuk dan pestisida untuk tanaman kedelai agar dapat berkembang dengan baik. Sedangkan untuk pelatihan diberikan secara bertahap untuk memberikan ilmu tanam yang lebih bagi petani melalui bimbingan penyuluhan.


(31)

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di daerah penelitian, hingga saat ini para petani selalu mengambil hal ini sebagai peluang untuk meningkatkan produksi kedelai karena dengan kebijakan tersebut para perani merasa lebih semangat dalam menjalankan usahataninya.

4. Keikutsertaan Petani dalam Organisasi Kelompok Tani

Organisasi petani yang tergabung dalam Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di daerah penelitian dijadikan petani sebagai tempat berbagi tentang segala hal yang dialami dalam menjalankan usahataninya. Permasalahan yang dihadapi dimusyawarahkan dan dicari solusinya melalui pertemuan antar sesama anggota kelompok yang diadakan secara berkala oleh pengurus anggota kelompok tani. Kelompok tani didaerah penelitian juga dijadikan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan petani dalam upaya meningkatkan hasil produksi kedelai. Hal ini menurut petani dianggap sebagai peluang sehingga petani ikut serta dan berperan aktif dalam organisasi ini dengan harapan usahatani kedelai yang dijalankan dapat meningkat hasil produksinya.

5. Permintaan Kedelai

Kedelai merupakan produk yang kaya akan protein nabati dan olahannya banyak diminati masyarakat selain karena mudah didapat, harganya pun terjangkau. Tingkat konsumsi masyarakat terhada kedelai meningkat dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan permintaan kedelai pun ikut meningkat. Begitu juga di daerah penelitian, hal ini dijadikan petani sebagai peluang untuk meningkatkan produksi kedelainya karena petani sadar permintaan kedelai yang tinggi tersebut menyebabkan hasil produksinya dinilai cukup mahal.


(32)

Ancaman dalam Peningkatan Produksi Kedelai 1. Sistem Penyuluhan

Sistem penyuluhan di daerah penelitian belum terstruktur dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di daerah penelitian, penyuluhan di daerah penelitian masih terasa kurang. Hal ini karena petugas penyuluh lapangan (PPL) jarang melakukan pendekatan-pendekatan terhadap petani terkait usahatani kedelai yang dijalankannya. Petugas penyuluh masih kurang memiliki program yang dapat membantu petani dalam meningkatkan produksi kedelainya. Menurut para petani, PPL terkesan kaku dan terlalu berpatokan pada instruksi dan program dari pemerintah daerah. PPL hanya terjun ke petani saat ada program dari pemerintah terkait usahatani kedelai namun tidak memahami kondisi petani di lapangan dan memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi petani di daerah penelitian.

2. Masuknya Kedelai Impor

Kedelai impor dirasakan petani di daerah penelitian sebagai kendala dalam meningkatkan produksi kedelai. Pasalnya, petani kurang percaya diri dan menganggap kualitas produksi kedelai lokal tidak dapat bersaing dengan kualitas impor. Petani berpendapat bahwa industri besar lebih memilih menggunakan kedelai impor yang pasokannya lebih banyak daripada mengharapkan hasil produksi kedelai lokal yang pasokannya tidak jelas. Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian banyak petani yang mengurangi luas tanaman kedelainya ataupun beralih menanam padi dan holtikultura lainnya daripada kedelai karena


(33)

menurut petani, pengusaha industri pengolahan kedelai lebih menyukai impor kedelai daripada berusaha meningkatkan produksi kedelai lokal.

3. Perubahan Iklim dan Cuaca

Beberapa tahun belakangan ini dirasakan petani di daerah penelitian perubahan iklim dan cuaca yang membuat petani bingung untuk memulai pertanaman kedelai. Musim kemarau dan musim hujan tak dapat lagi diketahui petani kapan mulainya. Akibatnya, pertanaman kedelai sering mengalami kegagalan dan pertumbuhannya terganggu. Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian, banyak tanaman kedelai yang kekeringan dan kekurangan air. Jika terlihat tanaman kedelai, pertumbuhannya pun terlihat tidak bagus. Menurut petani, di musim hujan pertanaman kedelai pun mengalami gangguan. Kondisi hujan yang sulit diprediksi terkadang menyebabkan lahan menjadi kelebihan air dan membuat akar tanaman kedelai busuk. Hal ini menjadi ancaman bagi petani dalam meningkatkan produksi kedelai di daerah penelitian.

4. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat. Perkembangannya pun sampai ke sektor pertanian seperti teknologi sistem pengolahan dan pemasaran hasil pertanian (SINGOSARI) yang dapat diakses melalui internet dan telepon genggam. Jika petani dapat mengakses teknologi tersebut, maka petani dapat belajar dan mengetahui berbagai informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi usahataninya. Namunberdasarkan wawancara dengan petani di daerah penelitian, banyak petani tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Hal ini


(34)

tentu menjadi ancaman karena petani bisa terlambat mengetahui perkembangan informasi yang mereka perlukan untuk meningkatkan produksi usahataninya, terutama mengenai kedelai.

5. Serangan Hama dan Penyakit

Tanaman kedelai memang rentan terhadap penyakit. Perlu perlakuan lebih untuk dapat mencegah dan mengatasi serangan hama dan penyakit pada tanaman ini. Di daerah penelitian, petani memang sudah mampu mengatasi penyakit selama ini dengan bantuan subsidi pestisida dari pemerintah. Namun seiring perubahan iklim dan cuaca, hama dan penyakit lain menjadi masalah baru bagi petani dalam meningkatkan produksi kedelainya. Hal ini menurut petani menjadi acaman karena petani belum menerima informasi dan teknik mengatasinya.

6. Ketersediaan Kios Sarana Produksi (Kios Saprodi)

Kios sarana produksi (kios saprodi) merupakan tempat dimana petani dapat membeli dan memperolehsegala yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi kedelai mulai dari benih, pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian. Di daerah penelitian, berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapangan, tidak tersedia kios saprodi tersebut. Petani di daerah penelitian harus menempuh jarak puluhan kilometer ke ibukota kabupaten untuk mendapatkan kios yang hampir sama. Hal ini diakui petani sebagai ancaman dimana mereka menjadi kesulitan dan mendapatkan kendala dalam meningkatkan produksi kedelainya.


(35)

5.2 Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

Setiap usahatani tentunya mengahdapi masalah-masalah dalam menjalani proses produksi. Namun masalah-masalah dalam menghadapi tujuan tersebut harus dapat menentukan strategi peningkatan produksi yang tepat agar mampu menempatkan diri pada posisi yang menguntungkan. Dalam menetapkan strategi peningkatan produksi yang tepat bagi petani sebagai pelaku usahatani, dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang memberikan dampak bagi pelaku usahatani. Melalui faktor internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani untuk meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan proses produksi usahatani. Sedangkan melalui faktor-faktor eksternal dapat diketahui usahatani dapat berubah setiap saat dengan cepat yang melahirkan berbagai peluang dan ancaman.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari petani kedelai di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai sebagai berikut :


(36)

Tabel 13. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peningkatan Produksi Kedelai

Faktor-Faktor Parameter

Faktor Internal

1. Kekuatan a. Penyediaan Benih Bersertifikat b. Tingkat Kesuburan Lahan

c. Sumber Daya Manusia dalam Memproduksi Kedelai d. Perbaikan Pola Tanam dan Pemanfaatan Potensi

Lahan

e. Modal yang Digunakan Petani 2. Kelemahan a. Teknologi yang Digunakan Petani

b. Pemanfaatan Potensi Alam c. Penggunaan Saran Produksi

d. Sistem Manajemen dalam Berusahatani e. Luas Lahan yang Diusahakan

Faktor Eksternal

1. Peluang a. Adanya Industri Pengolahan Kedelai b. Harga Jual Kedelai

c. Peraturan dan Kebijakan Pemerintah

d. Keikutsertaan Petani dalam Anggot Kelompok Tani e. Permintaan Kedelai

2. Ancaman a. Sistem Penyuluhan b. Masuknya Kedelai Impor c. Perubahan Iklim ddan Cuaca

d. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi e. Serangan Hama dan Penyakit

f. Ketersediaan Kios Sarana Produksi (Kios Saprodi)

Sumber : Analisis Data Primer

Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS).

Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan,

rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks IFAS untuk diberi skoring


(37)

Tabel 14. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor

Strength (Kekuatan)

1. Penggunaan benih bersertifikat 4 13,33 53,33

2. Tingkat Kesuburan Lahan 2 6,67 13,33

3. Sumber Daya Manusia dalam 3 10 30 Memproduksi Kedelai

4. Perbaikan Pola Tanam dan Pemanfaatan 4 13,33 53,33 Potensi Lahan

5. Modal yang Digunakan Petani 2 6,67 13,33

Weakness (Kelemahan)

1. Teknologi yang Digunakan 2 9,09 18,18 Petani

2. Pemanfaatan Potensi Alam 3 13,63 40,89

3. Penggunaan Sarana Produksi 3 13,63 40,89 4. Sistem Manajemen dalam 2 9,09 18,18

Berusahatani

5. Luas Lahan yang Diusahakan 1 4,56 4,56

Sumber : Analisis Data Primer

Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dari ancaman juga dilakukan pemberian rating dan bobot. Rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks EFAS untuk di beri skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut :


(38)

Tabel 15. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor

Oppurtunity (Peluang)

1. Adanya Industri Pengolahan Kedelai 4 12,5 50

2. Harga Jual Kedelai 4 12,5 50

3. Peraturan dan Kebijakan Pemerintah 2 6,25 12,5 4. Keikutsertaan Petani dalam Anggota 3 9,375 28,125

Kelompok Tani

5. Permintaan Kedelai 3 9,375 28,125

Threats (Ancaman)

1. Sistem Penyuluhan 2 9,09 18,18

2. Masuknya Kedelai Impor 3 13,63 40,89

3. Perubahan Iklim dan Cuaca 2 9,09 18,18 4. Perkembangan Teknologi Informasi 2 9,09 18,18

dan Komunikasi

5. Serangan Hama dan Penyakit 1 4,56 4,56 6. Ketersediaan Kios Sarana Produksi 1 4,56 4,52

Sumber : Analisis Data Primer

Setelah dilakukan pemindahan rating dan bobot untuk tabel matrik EFAS, selanjutnya dilakukan penggabungan antara faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal sebagai berikut :


(39)

Tabel 16. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal Peningkatan Produksi Kedelai

Faktor-Faktor Strategis Rating Bobot Skor Faktor Strategi Internal

Strength (Kekuatan)

6. Penyediaan Benih Bersertifikat 4 13,33 53,33

7. Kesuburan Lahan 2 6,67 13,33

8. Sumber Daya Manusia dalam 3 10 30 Memproduksi Kedelai

9. Pola Tanam 4 13,33 53,33

10.Modal yang Digunakan Petani 2 6,67 13,33 produkpancake durian

Total Skor Kekuatan 15 50 163,32

Weakness (Kelemahan)

6. Teknologi yang Digunakan Petani 2 9,09 18,18

7. Pemanfaatan Potensi Lahan 3 13,63 40,89

8. Penggunaan Sarana Produksi 3 13,63 40,89

9. Sistem Manajemen 2 9,09 18,18

10.Luas Lahan yang Digunakan 1 4,56 4,56

Total Skor Kelemahan 11 50 122,70

Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 40,62

Faktor Strategis Eksternal Oppurtunity (Peluang)

6. Industri Pengolahan Kedelai 4 12,5 50

7. Harga Jual Kedelai 4 12,5 50

8. Kebijakan Pemerintah 2 6,25 12,5

9. Kelompok Tani 3 9,375 28,125

10.Permintaan Kedelai 3 9,375 28,125

Total Skor Peluang 16 50 168,75 Threats (Ancaman)

7. Sistem Penyuluhan 2 9,09 18,18

8. Impor Kedelai 3 13,63 40,89

9. Kondisi Iklim dan Cuaca 2 9,09 18,18

10.Perkembangan Teknologi Informasi 2 9,09 18,18 dan Komunikasi

11.Serangan Hama dan Penyakit 1 4,55 4,55 12.Ketersediaan Kios Saprodi 1 4,55 4,55

Total Skor Ancaman 13 50 104,53

Selisih (Peluang – Ancaman) 64,22


(40)

95,47

Tabel 16menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan – kelemahan) adalah sebesar 40,62 yang artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan pada peningkatan produksi kedelai daerah penelitian. Sedangkan selisih faktor strategis eksternal (peluang – ancaman) sebesar 64,22 yang artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh ancaman pada peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian.

Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi peningkatan produksi kedelai di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat. Posisi strategis peningkatan produksi dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan – kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang – ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai berikut :

Y ( + ) Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn Around Strategi Agresif

X ( - ) X ( + )

40,62

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi Y ( - )

Gambar 3. Matriks Posisi Strategi Penigkatan Produksi Kedelai Faktor Eksternal F a k t o r i n t e r n a l 64,22


(41)

Peningkatan produksi kedelai di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatam Wampu Kabupaten Langkat berada pada posisi yang menguntungkan. Posisi usahatani tersebut berada di kuadran I, artinya posisi ini menandakan bahwa usahatani tersebut tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang untuk meningkatkan produksi kedelai. Untuk itu, maka strategi yang harus diterapkan dalam kondisi yang demikian adalahmendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Penentuan alternatif dapat dilakukan dengan beberapa alternatif strategi bagi peningkatan produksi kedelai yang sesuai dengan cara membuat matriks SWOT. Matriks SWOT ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi baik internal (kekuatan-kelemahan) maupun eksternal (peluang-ancaman).

Setelah mengetahui hasil pada gambar 3 diatas, perlu dilakukan analisis dengan menyusun faktor-faktor strategis dalam matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yaitu strategi SO (Strengths-Oppurtunities), strategi ST (Strengths-Threats), strategi WO (Weaknesses-Oppurtunities) dan strategi WT (Weaknesses-Threats).


(42)

Tabel 17. Matriks SWOT INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN (S) 1. Penyediaan benih

bersertifikat(S1) 2. Tingkat kesuburan

lahan(S2)

3. Sumber daya manusia dalam memproduksi kedelai(S3)

4. Perbaikan pola tanam dan pemanfaatan potensi lahan(S4)

5. Modal yang digunakan petani(S5)

KELEMAHAN (W) 1. Teknologi yang

digunakan petani(W1) 2. Pemanfaatan potensi

alam(W2)

3. Penggunaan sarana produksi (W3)

4. Sistem manajemen dalam berusahatani (W4) 5. Luas lahan yang

diusahakan (W5)

PELUANG (O) 1. Adanya industri

pengolahan kedelai (O1)

2. Harga jual kedelai (O2) 3. Peraturan dan kebijakan

pemerintah (O3) 4. Keikutsertaan petani

dalam anggota kelompok tani (O4) 5. Permintaan kedelai (O5)

STRATEGI SO 1. Menggunakan benih

bersertifikat sesuai peraturan dan kebijakan pemerintah (S1,O3) 2. Memanfaatkan tingkat

kesuburan lahan dan melakukan perbaikan pola tanam agar mampu memenuhi permintaan kedelai .

(S2,S4,O1,O2,O5) 3. Meningkatkan kualitas

sumber daya manusia denganmengikuti anjuran pemerintah dan menjadi anggota kelompok tani. (S3,O4)

STRATEGI WO

1. Melakukan pelatihan untuk meningkatkan jumlah produksi kedelai (W1,W3,W4,O3,O4) 2. Memanfaatkan

permintaaan dan harga jual kedelai dengan melakukan intensifikasi pertanian

(W1,W3,W5,O2,O5) 3. Menjalin kerja sama

dengan anggota kelompok tani untuk membentuk sistem manajemen usahatani yang lebih baik. (W4,O4)


(43)

ANCAMAN (T)

1. Sistem penyuluhan (T1) 2. Masuknya kedelai

impor(T2)

3. Perubahan iklim dan cuaca(T3)

4. Perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi(T4)

5. Serangan hama dan penyakit(T5) 6. Ketersediaan kios

sarana produksi(T6)

STRATEGI ST

1. Meningkatkan kemandirian petani dalam berusahatani kedelai. (S3,S4,S5,T1,T3) 2. Memanfaatkan kualitas

SDM yang dimiliki petani untuk dapat mengatasi serangan hama penyakit . (S3,T3,T5)

STRATEGI WT

1. Melakukan pengurangan luasan lahan demi menghindari kegagalan panen. (W5,T3,T5) 2. Mencari informasi dari

penyuluh dan alat komunikasi yang dapat memberikan harapan untuk berusahatani menjadi lebih baik. (W4,T4)

Keempat berbagai kemungkinan strategi di atas tidak digunakan seluruhnya dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian melainkan disesuaikan dengan posisi yang telah diketahui dalam matriks posisi SWOT.Di daerah penelitian, posisi usahatani kedelai dalam meningkatkan produksinya berada di kuadran I, sehingga strategi yang tepat digunakan dalam posisi tersebut adalah strategi agresif.

Strategi agresif merupakan strategi yang fokus pada strategi SO

(Strenghts-Oppurtunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Sehingga

strategi-strategi yang tepat digunakan untuk usahatani kedelai dalam meningkatkan produksi di daerah penelitian adalah :

1. Menggunakan benih bersertifikat sesuai dengan peraturan dan kebijakan pemerintah. (S1,O3)

Penggunaan benih yang bersertifikat dimaksudkan untuk memberi keyakinan dan rasa aman terhadap hasil panen yang akan diterima. Di daerah penelitian memang masih ada petani yang menggunakan benih asalan, tentunya akan lebih baik hasil yang diperoleh jika semua petani menggunakan benih yang bersertifikat. Kebijakan pemerintah yang memberi bantua


(44)

subsidi benih harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kesempatan untuk memperbaiki hasil produksi terbuka lebar jika dimulai dari penggunaan benih yang bersertifikat.

2. Memanfaatkan tingkat kesuburan lahan dan melakukan perbaikan pola tanam agar mampu memenuhi permintaan kedelai . (S2,S4,O1,O2,O5)

Tingginya permintaan kedelai merupakan peluang bagi petani kedelai untuk meningkatkan produksinya. Kesuburan lahan yang mendukung harus dimanfatkan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal. Selain itu, pemanfaatan lahan-lahan pertanian yang bera pasca panen padi juga perlu dilakukan agar lahan tidak terbiarkan kosong begitu saja. Di daerah penelitian banyak lahan yang masih bera pasca panen padi, hal ini tentunya jangan dibiarkan terus menerus dan diupayakan agar lahan tersebut tetap produktif. Dengan demikian, produksi kedelai di daerah penelitian dapat meningkat dan permintaan kedelai dapat terpenuhi dengan baik.

3. Memanfaatkan kualitas sumber daya manusia dengan menjadi anggota kelompok tani (S3,O4)

Setiap petani pasti memiliki kelebihan masing-masing dalam berusahatani sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya. Untuk itu, kelebihan-kelebihan tersebut perlu dipersatukan dalam wadah kelompok tani sehingga petani mampu berbagi dan bersama-sama meningkatkan produksi kedelainya. Kelompok tani yang mampu menjadi penghubung petani dengan pasar dan pemerintah selayaknya diaktifkan pengorganisasiannya agar memberi manfaat yang dapat dirasakan petani.


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor internal dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dalampeningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalah penggunaan benih bersertifikat, tingkat kesuburan lahan, sumber daya manusia dalam memproduksi kedelai, perbaikan pola tanam dan pemanfaatan potensi lahan serta modal yang digunakan petani. Kelemahan dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalah teknologi yang digunakan petani, pemanfaatan potensi alam, penggunaan saran produksi, sistem manajemen dalam berusahatani dan luas lahan yang diusahakan.

2. Faktor eksternal dalam peningkatan produksi di daerah penelitian terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalahadanya industri pengolahan kedelai, harga jual kedelai, peraturan dan kebijakan pemerintah, keikutsertaan petani dalam anggota kelompok tani dan permintaan kedelai. Ancaman dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalah sistem penyuluhan, masuknya kedelai impor, perubahan iklim dan cuaca, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serangan hama dan penyakit serta ketersediaan kios sarana produksi.

3. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkanproduksi kedelai di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths – Oppurtunities) yaitu

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan kegiatan sebagai berikut :


(46)

1. Menggunakan benih bersertifikat sesuai dengan peraturan dan kebijakan pemerintah.

2. Memanfaatkan tingkat kesuburan lahan dan melakukan perbaikan pola tanam agar mampu memenuhi permintaan kedelai.

3. Memanfaatkan kualitas sumber daya manusia dengan menjadi anggota kelompok tani.

6.2 Saran

1. Kepada petani kedelai

 Petani kedelai selayaknya menggunakan benih bersertifikat sesuai kebijakan pemerintah bukan benih asalan agar dapat meningkatkan produksi kedelainya.

 Petani dapat lebih aktif dalam keanggotaan kelompok tani agar mendapat pendidikan dan transfer ilmu yang lebih dalam berusahatani kedelai.

2. Kepada pemerintah

Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan dan memberikan pelatihan serta studi banding dengan petani kedelai di sentra produksi lain agar dapat memberikan pengalaman yang lebih bagi petani, dalam hal ini Dinas Pertanian beserta jajarannya khususnya petugas penyuluh lapangan (PPL) agar dapat menjalin komunikasi yang lebih baik dengan petani.


(47)

3. Kepada peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut mengenai strategi peningkatan produksi kedelai di daerah lain dan melakukan analisis usahatani pada lahan bera (kosong) pasca panen padi.


(48)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Kedelai merupakan tanaman yang umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak dan jenis tanaman semusim. Di Indonesia, kedelai merupakan salah satu tanaman sumber protein yang penting. Protein nabati dalam kedelai merupakan yang efisien dalam arti untuk memperoleh jumlah protein yang cukup hanya diperlukan kedelai dalam jumlah kecil.

Tanaman kedelai merupakan tanaman yang bersifat semusim yaitu tanaman yang hanya ditanam hanya sekali sehingga tidak dapat dipanen secara berulang-ulang. Tanaman kedelai ini kaya akan sumber protein sehingga banyak manfaatnya bagi manusia. Untuk umur kedelai sendiri tergantung pada varietas yang digunakan untuk budidaya. Ada kedelai yang berumur dalam yaitu lebih dari 90 hari dalam 1 kali panen, kedelai yang berumur sedang antara 85-90 hari panen dan ada juga umur kedelai yang berumur rendah yaitu kurang dari 75-85 hari pemanenan.

Pertumbuhan kedelai menghendaki hawa yang cukup panas. Hal ini tentunya cocok di budidayakan di Indonesia yang memiliki iklim tropis. Pada umumnya, pertumbuhan kedelai sangat ditentukan oleh ketinggian tempat dan biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500m dari permukaan air laut. Namun demikian, diatas batas itu kedelai masih bisa ditanam dengan hasil yang dapat dikatakan masih memadai.


(49)

Untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produksi maksimal kedelai harus di tanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir dengan kondisi yang subur serta kaya akan bahan organik. Tanah berpasir dapat ditanami kedelai asal air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi sebaiknya diadakan perbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman ini tidak kekurangan oksigen dan tidak tergenang air saat hujan besar.

Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai meliputi peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar sehingga perlu peningkatan produksi kedelai yang memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas kedelai yang dihasilkan. Dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau memahami karakteristik tanaman kedelai yang akan ditanam seperti morfologi, fisiologi dan agroekologi yang diperlukan oleh tanaman kedelai sehingga dapat meningkatkan produksi kedelai di Indonesia (Adisarwanto, 2005).

2.2 Landasan Teori Produksi

Produksi adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau menambah guna atas suatu benda, atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran (Amang, et al. 1996).

Menurut Murti Sumarti dan Jhon Soeprihanto dalam Anonimous (2013) memberikan pengertian produksi sebagai berikut :“Produksi adalah semua kegiatan dalam menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa”.


(50)

Menurut Kartasapoetra (1985), rakyat Indonesia di pelosok-pelosok tanah air dan yang tinggal di kota-kota, dari dahulu hingga sekarang merupakan rakyat yang mampu berproduksi. Namun kenyataannya, hanya sebagian kecil sekali yang mampu mengembangkan produksinya, sedangkan sebagian yang lainnya merupakan usahawan-usahawan perorangan yang sulit mengembangkan usaha produksinya dan tetap hidup dibawah garis kemiskinan. Adapun penyebabnya antara lain :

 Modal yang mereka miliki sangat terbatas,

 Pengetahuan ekonomi mereka terbatas,

 Usaha hanya ditujukan untuk menanggulangi kesulitan hidup keluarga,

 Cara dan teknik pemasaran produksi yang menguntungkan belum dikuasai dengan wajar,

 Kesadaran untuk menyatukan usaha sehingga merupakan suatu usaha yang besar masih kurang.

Peningkatan produksi hanya akan tercapai, selain karena adanya kegairahan kerja para petani adalah juga karena pihak pemerintah mampu memberikan pembinaan, pengarahan, dan penyuluhan tentang pola kerja yang menguntungkan (efektif), jenis dan kualitas benda yang harus diproduksi, cara dan teknik pengolahan, dan pengelolaan yang berkaitan dengan itu. Karena para petani menginginkan terwujudnya peningkatan produksi, dimana mereka dapat memperoleh peningkatan pendapatan dan peningkatan taraf hidupnya maka segala pembinaan, pengarahan dan penyuluhan harus dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam pembinaan,


(51)

pengarahan, dan penyuluhan hendaknya terkandung pengetahuan yang mudah diserap oleh mereka.

Analisis SWOT

Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi usahatani yang dilakukan. Strategi dapat menjadi alat untuk menciptakan keunggulan sehingga menciptakan persaingan yang sehat

(Rangkuti, 2008).

Menurut Kotler (1997), mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu usahatani adalah dengan analisis internal yang merupakan proses yang mana perencanaan strategi mengkaji pemasaran, pengembangan, produksi dan operasinya, sumber daya usaha, serta faktor keuangan dan akuntansi untuk menentukan dimana suatu usahatani mempunyai kemampuan yang penting, sehingga dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dan menangani ancaman dalam lingkungan.

Sedangkan analisis dalam lingkungan eksternal dapat menyediakan dasar-dasar bagi petani sebagai pengusaha untuk memanfaatkan peluang dan merencanakan tanggapan yang tepat sesuai dengan peluang yang ada, dan juga membantu petani untuk melindungi usahataninya terhadap ancaman atau mengembangkan strategi yang tepat yang dapat merubah ancaman menjadi bermanfaat. Untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman seorang petani sebagai pengusaha harus berusaha mengidentifikasi peluang dan ancaman apa saja yang sedang dan akan dihadapi. Kedua hal ini


(52)

merupakan faktor luar yang dapat mempengaruhi masa depan usahatani, sehingga memang perlu untuk dilakukan pencatatan. Dengan demikian setiap pihak yang berkepentingan akan terangsang untuk menyiapkan tindakan, baik peluang maupun ancaman perlu diberikan urutan sedemikian rupa sehingga perhatian khusus dapat diberikan kepada yang lebih penting dan mendesak.

Menurut Subandi (2007), faktor-faktor yang dapat dikendalikan atau dalam teori SWOT lebih dikenal dengan faktor-faktor internal yang dapat dijadikan indikator dalam peningkatan produksi kedelai adalah sebagai berikut :

1. Penyediaan benih bersertifikat

Benih bersertifikat merupakan syarat awal untuk mendapatkan hasil yang memuaskan di masa panen. Pada tanaman kedelai, benih bersertifikat yang biasanya digunakan adalah benih unggul dari Kementrian Pertanian melalui penelitian dan pengembangan kedelai (Litbang Kedelai).Beberapa benih unggul yang dikeluarkan oleh Litbang Kedelai diantaranya varietas jenis Anjasmoro, Argopuro dan Grobogan. Penggunaan benih bersertifikat rata-rata hanya 40 kg/hektar dan diasumsikan dapat menghasilkan 1 - 1,5 ton/hektar. Penyediaan bibit bersertifikat setiap tahunnya mengalami peningkatan untuk memenuhi kebutuhan benih di sentra-sentra produksi kedelai sehingga nantinya melalui sentra produksi tersebut dapat menghasilkan produksi kedelai yang lebih meningkat.


(53)

2. Kesuburan lahan

Untuk mendapatkan produksi kedelai tinggi, tanaman kedelai harus ditanam pada lahan yang sesuai dan terjaga kesuburannya. Proses produksi yang baik tentunya dapat dilakukan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dimana petani harus dapat menyeimbangkan penggunaan pupuk organik dan pupuk non-organik sehingga kesuburan lahan dapat terjaga. Kesesuaian lahan dan kesuburannya dapat juga ditandai dari jumlah produksi kedelai yang dihasilkan yaitu tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil penelitian dari Litbang Kedelai.

3. Teknologi yang digunakan petani

Teknologi yang digunakan petani menentukan keberhasilan produksi kedelai yang diusahakan. Semakin maju teknologi yang digunakan, maka potensi peningkatan produksi kedelai akan semakin tinggi. Untuk itu setiap petani kedelai hendaknya mampu untuk menerapkan teknologi yang dianjurkan oleh pemerintah melalui petugas penyuluh lapangan (PPL). Tingkat pendidikan dan pelatihan yang diikuti petani juga berperan dalam penerapan teknologi yang dianjurkan. Untuk itu diperlukan kerjasama dan pelatihan yang berkelanjutan untuk dapat menerapkan teknologi yang sesuai anjuran pemerintah.

4. Sumber daya manusia dalam memproduksi kedelai

Jika berbicara mengenai sumber daya manusia maka tidak terlepas dari pendidikan dan pelatihan yang diterima petani. Semakin tinggi pendidikan dan pelatihan maka akan semakin handal petani kedelai tersebut. Ketersediaan sumber daya manusia yang cukup dan di sentra-sentra produksi kedelai dapat


(54)

meningkatkan potensi produksi kedelai dimana proses produksi yang mereka lakukan akan berjalan dengan baik.

5. Pemanfaatan sumber daya alam

Sumber daya alam yang terkelola dengan baik tentunya menuntut kinerja petani itu sendiri dalam memnfaatkannya. Sumber daya alam baik berupa air tanah dan lain sebagainya harus dikelola dengan baik untuk terus tetap dapat digunakan sehingga tidak terputus atau tercemar pengunaannya.

6. Perbaikan pola tanam dan pemanfaatan potensi lahan

Pola tanam yang dimaksudkan adalah pemanfaatan lahan bera setelah panen padi sawah. Lahan seperti ini selain berpotensi meningkatkan produksi kedelai di sentrra produksi juga akan menambah pendapatan petani karena memanfaatkan lahan yang tidak ditanam padi sawah akibat kurangnya pasokan air di musim kemarau. Di Indonesia, lahan seperti ini sangat banyak tersebar dan dibiarkan menganggur tanpa dimanfaatkan sehingga perlu perhatian untuk lebih dimanfaatkan, terutama untuk pertanaman kedelai.

7. Modal yang digunakan petani

Modal juga merupakan kriteria penting dalam pertanaman kedelai. Petani setidaknya mengeluarkan modal dalam proses produksi dalam jumlah yang tidak sedikit mulai dari awal pertanaman hingga panen. Pemenuhannya pun beragam mulai dari yang memang memiliki modal sendiri ataupun yang harus meminjam. 8. Penggunaan sarana produksi

Penggunaan sarana produksi yang baik dan bijak perlu dilakukan. Dalam hal ini petani harus mengerti cara bagaimana teknis penggunaanya. Dalam hal ini perlu


(55)

pendampingan setidaknya dari petugas penyuluh untuk memastikan petani menggunakan sarana produksi dengan baik dan benar.

9. Sistem manajemen dalam berusahatani

Sistem manajemen yang lakukan petani memang tidak perlu secermat dan selengkap seperti di perusahaan pada umumnya. Artinya, setidaknya petani perlu melakukan pencatatan segala kegiatan yang dilakukan berikut pembiayaannya sehingga setelah masa panen, petani dapat membandingkan hasil yang dilakukannya pada musim sebelumnya dengan musim yang baru dipanen sehingga di musim depan dapat mengambil tindakan untuk meningkatkan hasil produksinya.

10. Luas lahan yang diusahakan

Luas lahan yang diusahakan petani dalam pertanaman kedelai kebanyakan tidak seluas seperti pertanaman padi. Petani masih terlalu takut dan tidak berani mengambil resiko kegagalan dalam usahatani kedelai. Untuk itu perlu dilakukan usaha pendekatan dan sosialisasi yang berkelanjutan sehingga petani kedelai terutama di sentra produksi kedelai tetap mengusahakan usahatani kedelainya, atau mungkin menambah luas usahataninya sehingga swasembada kedelai yang dicita-citakan pemerintah dapat tercapai.

Adapun faktor-faktor eksternal yang dapat dijadikan indikator dalam peningkatan produksi kedelai adalah sebagai berikut :


(56)

1. Adanya industri pengolahan kedelai

Industri pengolahan kedelai merupakan salah satu wadah dimana petani mendapat kepastian hasil produksinya terkelola. Makin banyak dan berkembangnya industri pengolahan kedelai menyebabkan setiap industrinya memerlukan pasokan bahan baku berupa kedelai yang tidak sedikit. Karenanya, petani sebagai produsen selayaknya membudidayakan kedelai mereka dengan baik karena hasil produksinya akan sangat dinanti oleh pemilik industri kedelai.

2. Hargajual kedelai

Harga jual kedelai yang sangat menggoda selayaknya menambah keinginan petani untuk dapat lebih bersemangat memasok produksi kedelai mereka. Terlebih ditengah pasokan kedelai tanah air yang mulai tergantung pasokan impor tentunya akan mempengaruhi harga jual produksi kedelai lokal. Beberapa tahun terakhir, harga jual kedelai memang berfluktuasi namun sempat menyentuh harga diatas Rp 10.000 per kilogram sehingga harga tersebut dimaksudkan agar petani mampu memproduksi kedelai lebih baik lagi.

3. Sistem penyuluhan

Penyuluhan pertanian sebagai sebagai suatu sistem pemberdayaan petani merupakan suatu sistem pendidikan non formal bagi keluarga petani yang bertujuan membantu petani dalam meningkatkan keterampilan teknis, pengetahuan, mengembangkan perubahan sikap yang lebih positif dan membangun kemandirian dalam mengelola lahan pertaniannya. Penyuluhan


(57)

pertanian sebagai perantara dalam proses alih teknologi maka tugas utama dari pelayanan penyuluhan adalah memfasilitasi proses belajar, menyediakan informasi yang diperlukan petani.

Namun, pada prosesnya, petugas penyuluh di lapangan tentunya hanyalah manusia biasa dimana tentunya tidak dapat sepenuhnya membimbing dan melakukan tugas utamanya. Tidak sedikit petugas penyuluh hanya berlaku pasif dalam memberikan informasi untuk petani. Untuk itu diperlukan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan agar penyuluh dapat lebih aktif dan memberikan informasi dan pendidikan yang diperlukan petani sehingga petani dapat lebih mandiri dan mampu mengelola usahatani kedelai dengan lebih baik lagi.

4. Peraturan dan kebijakan pemerintah

Badan Ketahanan Pangan sebagai pihak yang berwenang mengambil kebijakan berperan cukup besar dalam upaya pemerintah untuk mestabilkan harga dan produksi kedelai, antara lain melalui penyediaan informasi perkembangan harga kedelai tingkat produsen, harga kedelai di tingkat konsumen dan kebutuhan kedelai. Untuk dapat menyediakan itu semua maka diambil langkah dari bagian yang paling dasar yaitu dengan melakukan pendekatan dengan produsen kedelai dalam hal ini petani kedelai itu sendiri dengan memberikan bantuan dan subsidi di beberapa sarana produksi seperti bibit, pestisida dan lain sebagainya. Dengan demikian, setidaknya pemerintah dapat melindungi petani kedelai lokal dalam upaya memasok produksi kedelainya.


(58)

5. Keikutsertaan petani dalam organisasi kelompok tani

Kelompok tani merupakan wadah dimana petani dapat berbagi pengalaman mengenai usahataninya dengan sesama anggota kelompok tani. Kelompok tani merupakan organisasi petani dimana dapat menjembatani petani dengan pihak lain termasuk pemerintah dan petugas penyuluh lapangan (PPL). Untuk itu setiap petani harus aktif dalam keanggotaan kelompok tani sehingga berbagai permasalahan dalam mengelola usahataninya dapat didiskusikan dan dicari solusinya agar ke depannya dapat lebih baik.

6. Permintaan kedelai

Permintaan kedelai semakin tinggi seiring dengan berkembangnnya industri kedelai dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap kedelai. Untuk itu, diharapkan petani sebagai produsen kedelai dapat memahami kondisi yang seperti ini untuk dapat memnfaatkan kesempatan dan dapat mengelola proses produksi dengan baik. Kerjasama antara pemerintah dan petani diperlukan dalam hal ini sehingga pemenuhan permintaan kedelai dapat dipenuhi dengan baik.

7. Masuknya kedelai impor

Impor kedelai dimaksudkan untuk menjaga pasokan kedelai dalam negeri dan menjamin pemenuhan permintaan kedelai. Pemerintah sebagai pihak yang memberi izin untuk mengimpor menyadari hal ini merupakan langkah yang sangat memberatkan petani dimana petani harus berusaha menjaga kualitas produksi kedelainya agar dapat bersaing dengan kedelai impor. Dalam hal ini, pemerintah juga harus berperan sebagai penengah dengan tidak membiarkan


(59)

kedelai impor memberatkan petani dan menyebabkan petani enggan untuk memproduksi kedelai, tentunya dengan menstabilkan harga kedelai lokal. 8. Perubahaniklim dan cuaca

Kondisi iklim dan cuaca di dalam negeri terus berubah akibat efek pemanasan global. Hal ini tentu tidak dapat terelakkan dan berpengaruh pada kondisi lapangan dalam proses produksi kedelai. Kedelai yang tidak menghendaki lahan yang terlalu kering dan terlau basah tentunya rentan jika kondisi cuaca dan iklim semakin tak menentu. Petani sebagai produsen harus pandai memilih dan menetapkan waktu tanam agar jika tidak ingin mengalami kegagalan hasil panen.

9. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

Zaman yang semakin canggih dimana proses transfer infomasi yang semakin cepat seiring bertambahcanggihnya alat komunikasi. Hal ini juga tentu dirasakan juga oleh petani. Sebagai petani yang bijak tentunya dapat menggunakan teknologi dan komunikasi tersebut dengan baik. Namun, disisi lain, kurangnya pendidikan menyebabkan tidak semua petani dapat menggunakan teknologi dan memperoleh informasi dengan baik misalnya dalam memperoleh informasi pasar dan harga komoditi kedelai yang diusahakan.

10.Serangan hama dan penyakit

Hama dan penyakit pada tanaman sudah selayaknya dicegah dengan perlakuan-perlakuan yang sesuai anjuran. Dalam hal ini, perlu kerjasama antara penyuluh dan petani dalam transfer ilmu yang tepat dalam penggunaan


(1)

4) Seluruh pegawai Program Studi Agribisnis FP-USU khususnya Kak Runi, KakYani dan Kak Nita yang telah membantu penulis dalam administrasi kampus, 5) Penulis juga menyampaikan terima kasih secara khusus kepada Ayahanda Kamino

dan Ibunda Suriati. Adik-adik penulis Milna Yuliandari dan Agiandanu serta keluarga besar penulis yang telah memberi doa, dukungan, motivasi dan kasih saying kepada penulis,

6) Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, juga teman-teman stambuk 2009 di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini di kemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2014


(2)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Tinjauan Pustaka ... 6

2.2LandasanTeori ... 7

2.3KerangkaPemikiran ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 26

3.2Metode Penentuan Sampel ... 27

3.3Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4Metode Analisis Data ... 28


(3)

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 31

4.1 Letak dan Geografis Kecamatan ... 31

4.2 KeadaanPenduduk ... 31

4.3Tata Guna Lahan ... 33

4.4 Sarana dan Prasarana ... 34

4.5 Karakteristik Sampel ... 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Kedelai ... 39

5.2Strategi Peningkatan Produksi Kedelai ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1 Kesimpulan ... 60

6.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Produksi, Permintaan, Jumlah Impor Kedelai Sumatera Utara

Tahun 2007 – 2012 4

2. Matrik SWOT 23

3. Luas dan Produksi Tanaman Kacang Kedelai Menurut Kecamatan,

Kabupaten Langkat Tahun 2011 26

4. Luas Areal dan Jumlah Produksi Kedelai Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat Tahun 2011 27 5. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Stabat

Lama Barat Tahun 2013 31

6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Stabat

Lama Barat Tahun 2013 33

7. Penggunaan Lahan di Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013 34 8. Sarana dan Prasarana di Desa Stabat Lama Barat Tahun 2013 35 9. Karakteristik Petani Sampel Desa Stabat Lama Barat Kecamatan

Wampu Kabupaten Langkat 36

10. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur 37

11. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan 37

12. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani 38 13. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peningkatan

Produksi Kedelai 51

14. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 52 15. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 53 16. Penggabungan Matrik Evaluasi Faktor Strategi Internal dan

Eksternal Peningkatan Produksi Kedelai 54


(5)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Matriks Posisi dalam SWOT 22

2. Kerangka Pemikiran 25


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Sampel Petani Kedelai

2. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT dalam Peningkatan Produksi Kedelai di Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu Kabupaten

3. Parameter Penilaian Faktor Strategi Internal Peningkatan Produksi Kedelai

4. Parameter Penilaian Faktor Strategi Eksternal Peningkatan Produksi Kedelai

5. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 6. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

7. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal dalam Peningkatan Produksi Kedelai