Strategi Peningkatan Produksi Kedelai (Studi Kasus : Desa Stabat Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka
Kedelai merupakan tanaman yang umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak dan
jenis tanaman semusim. Di Indonesia, kedelai merupakan salah satu tanaman sumber
protein yang penting. Protein nabati dalam kedelai merupakan yang efisien dalam arti
untuk memperoleh jumlah protein yang cukup hanya diperlukan kedelai dalam
jumlah kecil.
Tanaman kedelai merupakan tanaman yang bersifat semusim yaitu tanaman yang
hanya ditanam hanya sekali sehingga tidak dapat dipanen secara berulang-ulang.
Tanaman kedelai ini kaya akan sumber protein sehingga banyak manfaatnya bagi
manusia. Untuk umur kedelai sendiri tergantung pada varietas yang digunakan untuk
budidaya. Ada kedelai yang berumur dalam yaitu lebih dari 90 hari dalam 1 kali
panen, kedelai yang berumur sedang antara 85-90 hari panen dan ada juga umur
kedelai yang berumur rendah yaitu kurang dari 75-85 hari pemanenan.
Pertumbuhan kedelai menghendaki hawa yang cukup panas. Hal ini tentunya cocok
di budidayakan di Indonesia yang memiliki iklim tropis. Pada umumnya,
pertumbuhan kedelai sangat ditentukan oleh ketinggian tempat dan biasanya akan
tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500m dari permukaan air laut. Namun
demikian, diatas batas itu kedelai masih bisa ditanam dengan hasil yang dapat

dikatakan masih memadai.

Universitas Sumatera Utara

Untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produksi maksimal kedelai harus di tanam
pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir dengan kondisi yang
subur serta kaya akan bahan organik. Tanah berpasir dapat ditanami kedelai asal air
dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi
sebaiknya diadakan perbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman ini tidak
kekurangan oksigen dan tidak tergenang air saat hujan besar.
Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai meliputi peningkatan taraf
hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar sehingga perlu peningkatan produksi
kedelai yang memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas kedelai yang dihasilkan.
Dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau memahami karakteristik
tanaman kedelai yang akan ditanam seperti morfologi, fisiologi dan agroekologi yang
diperlukan oleh tanaman kedelai sehingga dapat meningkatkan produksi kedelai di
Indonesia (Adisarwanto, 2005).

2.2 Landasan Teori
Produksi

Produksi adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau menambah
guna atas suatu benda, atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang
lain melalui pertukaran (Amang, et al. 1996).
Menurut Murti Sumarti dan Jhon Soeprihanto dalam Anonimous (2013) memberikan
pengertian produksi sebagai berikut :“Produksi adalah semua kegiatan dalam
menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa”.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Kartasapoetra (1985), rakyat Indonesia di pelosok-pelosok tanah air dan
yang tinggal di kota-kota, dari dahulu hingga sekarang merupakan rakyat yang
mampu berproduksi. Namun kenyataannya, hanya sebagian kecil sekali yang mampu
mengembangkan produksinya, sedangkan sebagian yang lainnya merupakan
usahawan-usahawan perorangan yang sulit mengembangkan usaha produksinya dan
tetap hidup dibawah garis kemiskinan. Adapun penyebabnya antara lain :


Modal yang mereka miliki sangat terbatas,




Pengetahuan ekonomi mereka terbatas,



Usaha hanya ditujukan untuk menanggulangi kesulitan hidup keluarga,



Cara dan teknik pemasaran produksi yang menguntungkan belum dikuasai
dengan wajar,



Kesadaran untuk menyatukan usaha sehingga merupakan suatu usaha yang
besar masih kurang.

Peningkatan produksi hanya akan tercapai, selain karena adanya kegairahan kerja
para petani adalah juga karena pihak pemerintah mampu memberikan pembinaan,
pengarahan, dan penyuluhan tentang pola kerja yang menguntungkan (efektif), jenis

dan kualitas benda yang harus diproduksi, cara dan teknik pengolahan, dan
pengelolaan yang berkaitan dengan itu. Karena para petani menginginkan
terwujudnya peningkatan produksi, dimana mereka dapat memperoleh peningkatan
pendapatan dan peningkatan taraf hidupnya maka segala pembinaan, pengarahan dan
penyuluhan

harus

dilaksanakan

sebagaimana

mestinya.

Dalam

pembinaan,

Universitas Sumatera Utara


pengarahan, dan penyuluhan hendaknya terkandung pengetahuan yang mudah diserap
oleh mereka.
Analisis SWOT
Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang
dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat
mempengaruhi usahatani yang dilakukan. Strategi dapat menjadi alat untuk
menciptakan keunggulan sehingga menciptakan persaingan yang sehat
(Rangkuti, 2008).
Menurut Kotler (1997), mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu usahatani
adalah dengan analisis internal yang merupakan proses yang mana perencanaan
strategi mengkaji pemasaran, pengembangan, produksi dan operasinya, sumber daya
usaha, serta faktor keuangan dan akuntansi untuk menentukan dimana suatu usahatani
mempunyai kemampuan yang penting, sehingga dapat memanfaatkan peluang
dengan cara yang paling efektif dan menangani ancaman dalam lingkungan.
Sedangkan analisis dalam lingkungan eksternal dapat menyediakan dasar-dasar bagi
petani sebagai pengusaha untuk memanfaatkan peluang dan merencanakan tanggapan
yang tepat sesuai dengan peluang yang ada, dan juga membantu petani untuk
melindungi usahataninya terhadap ancaman atau mengembangkan strategi yang tepat
yang dapat merubah ancaman menjadi bermanfaat. Untuk mengidentifikasi peluang
dan ancaman seorang petani sebagai pengusaha harus berusaha mengidentifikasi

peluang dan ancaman apa saja yang sedang dan akan dihadapi. Kedua hal ini

Universitas Sumatera Utara

merupakan faktor luar yang dapat mempengaruhi masa depan usahatani, sehingga
memang perlu untuk dilakukan pencatatan. Dengan demikian setiap pihak yang
berkepentingan akan terangsang untuk menyiapkan tindakan, baik peluang maupun
ancaman perlu diberikan urutan sedemikian rupa sehingga perhatian khusus dapat
diberikan kepada yang lebih penting dan mendesak.
Menurut Subandi (2007), faktor-faktor yang dapat dikendalikan atau dalam teori
SWOT lebih dikenal dengan faktor-faktor internal yang dapat dijadikan indikator
dalam peningkatan produksi kedelai adalah sebagai berikut :
1.

Penyediaan benih bersertifikat
Benih bersertifikat merupakan syarat awal untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan di masa panen. Pada tanaman kedelai, benih bersertifikat yang
biasanya digunakan adalah benih unggul dari Kementrian Pertanian melalui
penelitian dan pengembangan kedelai (Litbang Kedelai).Beberapa benih unggul
yang dikeluarkan oleh Litbang Kedelai diantaranya varietas jenis Anjasmoro,

Argopuro dan Grobogan. Penggunaan benih bersertifikat rata-rata hanya 40
kg/hektar dan diasumsikan dapat menghasilkan 1 - 1,5 ton/hektar. Penyediaan
bibit bersertifikat setiap tahunnya mengalami peningkatan untuk memenuhi
kebutuhan benih di sentra-sentra produksi kedelai sehingga nantinya melalui
sentra produksi tersebut dapat menghasilkan produksi kedelai yang lebih
meningkat.

Universitas Sumatera Utara

2.

Kesuburan lahan
Untuk mendapatkan produksi kedelai tinggi, tanaman kedelai harus ditanam pada
lahan yang sesuai dan terjaga kesuburannya. Proses produksi yang baik tentunya
dapat dilakukan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
dimana petani harus dapat menyeimbangkan penggunaan pupuk organik dan
pupuk non-organik sehingga kesuburan lahan dapat terjaga. Kesesuaian lahan
dan kesuburannya dapat juga ditandai dari jumlah produksi kedelai yang
dihasilkan yaitu tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil penelitian dari Litbang
Kedelai.


3.

Teknologi yang digunakan petani
Teknologi yang digunakan petani menentukan keberhasilan produksi kedelai
yang diusahakan. Semakin maju teknologi yang digunakan, maka potensi
peningkatan produksi kedelai akan semakin tinggi. Untuk itu setiap petani
kedelai hendaknya mampu untuk menerapkan teknologi yang dianjurkan oleh
pemerintah melalui petugas penyuluh lapangan (PPL). Tingkat pendidikan dan
pelatihan yang diikuti petani juga berperan dalam penerapan teknologi yang
dianjurkan. Untuk itu diperlukan kerjasama dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk dapat menerapkan teknologi yang sesuai anjuran pemerintah.

4.

Sumber daya manusia dalam memproduksi kedelai
Jika berbicara mengenai sumber daya manusia maka tidak terlepas dari
pendidikan dan pelatihan yang diterima petani. Semakin tinggi pendidikan dan
pelatihan maka akan semakin handal petani kedelai tersebut. Ketersediaan
sumber daya manusia yang cukup dan di sentra-sentra produksi kedelai dapat


Universitas Sumatera Utara

meningkatkan potensi produksi kedelai dimana proses produksi yang mereka
lakukan akan berjalan dengan baik.
5.

Pemanfaatan sumber daya alam
Sumber daya alam yang terkelola dengan baik tentunya menuntut kinerja petani
itu sendiri dalam memnfaatkannya. Sumber daya alam baik berupa air tanah dan
lain sebagainya harus dikelola dengan baik untuk terus tetap dapat digunakan
sehingga tidak terputus atau tercemar pengunaannya.

6.

Perbaikan pola tanam dan pemanfaatan potensi lahan
Pola tanam yang dimaksudkan adalah pemanfaatan lahan bera setelah panen padi
sawah. Lahan seperti ini selain berpotensi meningkatkan produksi kedelai di
sentrra produksi juga akan menambah pendapatan petani karena memanfaatkan
lahan yang tidak ditanam padi sawah akibat kurangnya pasokan air di musim

kemarau. Di Indonesia, lahan seperti ini sangat banyak tersebar dan dibiarkan
menganggur tanpa dimanfaatkan sehingga perlu perhatian untuk lebih
dimanfaatkan, terutama untuk pertanaman kedelai.

7.

Modal yang digunakan petani
Modal juga merupakan kriteria penting dalam pertanaman kedelai. Petani
setidaknya mengeluarkan modal dalam proses produksi dalam jumlah yang tidak
sedikit mulai dari awal pertanaman hingga panen. Pemenuhannya pun beragam
mulai dari yang memang memiliki modal sendiri ataupun yang harus meminjam.

8.

Penggunaan sarana produksi
Penggunaan sarana produksi yang baik dan bijak perlu dilakukan. Dalam hal ini
petani harus mengerti cara bagaimana teknis penggunaanya. Dalam hal ini perlu

Universitas Sumatera Utara


pendampingan setidaknya dari petugas penyuluh untuk memastikan petani
menggunakan sarana produksi dengan baik dan benar.
9.

Sistem manajemen dalam berusahatani
Sistem manajemen yang lakukan petani memang tidak perlu secermat dan
selengkap seperti di perusahaan pada umumnya. Artinya, setidaknya petani perlu
melakukan pencatatan segala kegiatan yang dilakukan berikut pembiayaannya
sehingga setelah masa panen, petani dapat membandingkan hasil yang
dilakukannya pada musim sebelumnya dengan musim yang baru dipanen
sehingga di musim depan dapat mengambil tindakan untuk meningkatkan hasil
produksinya.

10. Luas lahan yang diusahakan
Luas lahan yang diusahakan petani dalam pertanaman kedelai kebanyakan tidak
seluas seperti pertanaman padi. Petani masih terlalu takut dan tidak berani
mengambil resiko kegagalan dalam usahatani kedelai. Untuk itu perlu dilakukan
usaha pendekatan dan sosialisasi yang berkelanjutan sehingga petani kedelai
terutama di sentra produksi kedelai tetap mengusahakan usahatani kedelainya,
atau mungkin menambah luas usahataninya sehingga swasembada kedelai yang
dicita-citakan pemerintah dapat tercapai.

Adapun faktor-faktor eksternal yang dapat dijadikan indikator dalam peningkatan
produksi kedelai adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1. Adanya industri pengolahan kedelai
Industri pengolahan kedelai merupakan salah satu wadah dimana petani
mendapat kepastian hasil produksinya terkelola. Makin banyak dan
berkembangnya industri pengolahan kedelai menyebabkan setiap industrinya
memerlukan pasokan bahan baku berupa kedelai yang tidak sedikit.
Karenanya, petani sebagai produsen selayaknya membudidayakan kedelai
mereka dengan baik karena hasil produksinya akan sangat dinanti oleh
pemilik industri kedelai.
2. Hargajual kedelai
Harga jual kedelai yang sangat menggoda selayaknya menambah keinginan
petani untuk dapat lebih bersemangat memasok produksi kedelai mereka.
Terlebih ditengah pasokan kedelai tanah air yang mulai tergantung pasokan
impor tentunya akan mempengaruhi harga jual produksi kedelai lokal.
Beberapa tahun terakhir, harga jual kedelai memang berfluktuasi namun
sempat menyentuh harga diatas Rp 10.000 per kilogram sehingga harga
tersebut dimaksudkan agar petani mampu memproduksi kedelai lebih baik
lagi.
3. Sistem penyuluhan
Penyuluhan pertanian sebagai sebagai suatu sistem pemberdayaan petani
merupakan suatu sistem pendidikan non formal bagi keluarga petani yang
bertujuan membantu petani dalam meningkatkan keterampilan teknis,
pengetahuan, mengembangkan perubahan sikap yang lebih positif dan
membangun kemandirian dalam mengelola lahan pertaniannya. Penyuluhan

Universitas Sumatera Utara

pertanian sebagai perantara dalam proses alih teknologi maka tugas utama
dari pelayanan penyuluhan adalah memfasilitasi proses belajar, menyediakan
informasi yang diperlukan petani.
Namun, pada prosesnya, petugas penyuluh di lapangan tentunya hanyalah
manusia biasa dimana tentunya tidak dapat sepenuhnya membimbing dan
melakukan tugas utamanya. Tidak sedikit petugas penyuluh hanya berlaku
pasif dalam memberikan informasi untuk petani. Untuk itu diperlukan
pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan agar penyuluh dapat lebih aktif
dan memberikan informasi dan pendidikan yang diperlukan petani sehingga
petani dapat lebih mandiri dan mampu mengelola usahatani kedelai dengan
lebih baik lagi.
4. Peraturan dan kebijakan pemerintah
Badan Ketahanan Pangan sebagai pihak yang berwenang mengambil
kebijakan berperan cukup besar dalam upaya pemerintah untuk mestabilkan
harga dan produksi kedelai, antara lain melalui penyediaan informasi
perkembangan harga kedelai tingkat produsen, harga kedelai di tingkat
konsumen dan kebutuhan kedelai. Untuk dapat menyediakan itu semua maka
diambil langkah dari bagian yang paling dasar yaitu dengan melakukan
pendekatan dengan produsen kedelai dalam hal ini petani kedelai itu sendiri
dengan memberikan bantuan dan subsidi di beberapa sarana produksi seperti
bibit, pestisida dan lain sebagainya. Dengan demikian, setidaknya pemerintah
dapat melindungi petani kedelai lokal dalam upaya memasok produksi
kedelainya.

Universitas Sumatera Utara

5. Keikutsertaan petani dalam organisasi kelompok tani
Kelompok tani merupakan wadah dimana petani dapat berbagi pengalaman
mengenai usahataninya dengan sesama anggota kelompok tani. Kelompok
tani merupakan organisasi petani dimana dapat menjembatani petani dengan
pihak lain termasuk pemerintah dan petugas penyuluh lapangan (PPL). Untuk
itu setiap petani harus aktif dalam keanggotaan kelompok tani sehingga
berbagai permasalahan dalam mengelola usahataninya dapat didiskusikan dan
dicari solusinya agar ke depannya dapat lebih baik.
6. Permintaan kedelai
Permintaan kedelai semakin tinggi seiring dengan berkembangnnya industri
kedelai dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap kedelai. Untuk itu,
diharapkan petani sebagai produsen kedelai dapat memahami kondisi yang
seperti ini untuk dapat memnfaatkan kesempatan dan dapat mengelola proses
produksi dengan baik. Kerjasama antara pemerintah dan petani diperlukan
dalam hal ini sehingga pemenuhan permintaan kedelai dapat dipenuhi dengan
baik.
7. Masuknya kedelai impor
Impor kedelai dimaksudkan untuk menjaga pasokan kedelai dalam negeri dan
menjamin pemenuhan permintaan kedelai. Pemerintah sebagai pihak yang
memberi izin untuk mengimpor menyadari hal ini merupakan langkah yang
sangat memberatkan petani dimana petani harus berusaha menjaga kualitas
produksi kedelainya agar dapat bersaing dengan kedelai impor. Dalam hal ini,
pemerintah juga harus berperan sebagai penengah dengan tidak membiarkan

Universitas Sumatera Utara

kedelai impor memberatkan petani dan menyebabkan petani enggan untuk
memproduksi kedelai, tentunya dengan menstabilkan harga kedelai lokal.
8. Perubahaniklim dan cuaca
Kondisi iklim dan cuaca di dalam negeri terus berubah akibat efek pemanasan
global. Hal ini tentu tidak dapat terelakkan dan berpengaruh pada kondisi
lapangan dalam proses produksi kedelai. Kedelai yang tidak menghendaki
lahan yang terlalu kering dan terlau basah tentunya rentan jika kondisi cuaca
dan iklim semakin tak menentu. Petani sebagai produsen harus pandai
memilih dan menetapkan waktu tanam agar jika tidak ingin mengalami
kegagalan hasil panen.
9. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
Zaman yang semakin canggih dimana proses transfer infomasi yang semakin
cepat seiring bertambahcanggihnya alat komunikasi. Hal ini juga tentu
dirasakan juga oleh petani. Sebagai petani yang bijak tentunya dapat
menggunakan teknologi dan komunikasi tersebut dengan baik. Namun, disisi
lain, kurangnya pendidikan menyebabkan tidak semua petani dapat
menggunakan teknologi dan memperoleh informasi dengan baik misalnya
dalam memperoleh informasi pasar dan harga komoditi kedelai yang
diusahakan.
10. Serangan hama dan penyakit
Hama dan penyakit pada tanaman sudah selayaknya dicegah dengan
perlakuan-perlakuan yang sesuai anjuran. Dalam hal ini, perlu kerjasama
antara penyuluh dan petani dalam transfer ilmu yang tepat dalam penggunaan

Universitas Sumatera Utara

pestisida dan obat-obatan yang diperlukan sehinga tidak terjadi penggunaan
yang tidak sesuai.
11. Ketersediaan kios sarana produksi (kios saprodi)
Kios sarana produksi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan petani terhadap
sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian. Namun,
tidak semua kios saprodi terletak dekat dengan tempat tinggl petani ataupun
lahan pertanian yang diusahakan. Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian
agar petani dapat lebih mudah mendapatkan sarana produksi yang
dibiutuhkannya. Dalam aplikasi kios saprodi, tidak semua bahan-bahan dan
barang-barang dapat ditemukan di kios saprodi. Hal ini tentu perlu
diperhatikan agar kebutuhan petani dapat terpenuhi dengan baik.

Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisis situasi dan
kondisi yang bersifat deskriptif (memberikan gambaran). Analisis ini menempatkan
situasi dan kondisi sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut
kontribusinya masing-masing. Analisis ini terbagi atas empat komponen dasar, yaitu:
1. Kekuatan (Strengh), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan
dari usahatani dalam melakukan usahatani kedelai.
2. Kelemahan (Weakness), adalah situasi atau kondisi yang merupakan
kelemahan dari usahatani dalam melakukan usahatani kedelai.
3. Kesempatan (Opportunity), adalah situasi atau kondisi yang merupakan
peluang diluar usahatani dan memberikan kesempatan berkembang bagi
usahatani dimasa depan.

Universitas Sumatera Utara

4. Ancaman (Theat), adalah situasi atau kondisi yang merupakan ancaman bagi
usahatani di masa

depan yang datang dari luar usahatani dan dapat

mengancam eksistensi usahatani di masa depan.

Analisis SWOT merupakanidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi dalam berusahatani. Analisis ini meliputi pemaksimalkan
kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan(Weakness) dan Ancaman (Threats). Proses pengembilan
keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan usahatani itu sendiri.
Dengan demikian, petani sebagai perencana strategis (strategic planner) harus
menganalisis faktor-faktor strategis usahataninya (kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap yaitu:
1. Tahap pengumpulan data.
2. Tahap analisis.
3. Tahap pengambilan keputusan.
Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan
pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data
dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari
dalam dan luar usahatani, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:
a. Matriks faktor strategi eksternal.
b. Matriks faktor strategi internal.
c. Matriks posisi.

Universitas Sumatera Utara

Sebelum melakukan analisis, maka dilakukan tahap pengumpulan data yang terdiri
atas tiga model yaitu:
a.

Matriks Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, perlu mengetahui terlebih dahulu
cara-cara penentuan dalam membuat tabel matriks faktor strategi internal(IFAS),
yaitu:
1. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan).
2. Beri keterangan pada kolom 2 mengenai faktor-faktor internal apakah termasuk
dalam indikator kekuatan atau kelemahan.
3. Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 3 sesuai besar kecilnya pengaruh
yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3
(baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (kurang baik) terhadap kekuatan dan
rating terhadap kelemahan bernilai sebaliknya.
4. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100. Bobot ditentukan secara
subjektif berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis
usahatani.
5. Kalikan rating dengan bobot untuk memperoleh skor.
6. Jumlahkan skor untuk memperoleh total skor pembobotan usahatani. Nilai total
ini menunjukkan bagaimana usahatani tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor
strategi internalnya.
Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan,
pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)

Universitas Sumatera Utara

untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor kekuatan dan
kelemahan.
b.

Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, perlu diketahui terlebih dahulu
cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS, yaitu:
1. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).
2. Beri keterangan pada kolom 2 mengenai faktor-faktor internal apakah termasuk
dalam indikator peluang atau ancaman.
3. Beri ratingdalam masing-masing faktor dalam kolom 3 sesuai besar kecilnya
pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat baik),
nilai 3 (baik), niali 2 (cukup baik) dan nilai 1 (kurang baik) terhadap peluang dan
rating terhadap ancaman bernilai sebaliknya.
4. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100. Bobot ditentukan secara
subjektif berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis
usahatani.
5. Kalikan rating dengan bobot untuk memperoleh skor.
6. Jumlahkan skor untuk memperoleh total skor pembobotan usahatani. Nilai total
ini menunjukkan bagaimana usahatani tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor
strategi eksternalnya.
Hasil identifikasi faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, bobot
dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi eksternal (EFAS) untuk
dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor peluang dan ancaman.

Universitas Sumatera Utara

Untuk menentukan bobot masing-masing fakor tersebut jumlahnya tidak boleh
melebihi 50, sehingga menggunakan rumus sebagai berikut:

c.

Matriks Posisi

����� =

Rating x Total Bobot
Total Rating

Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal
dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut :
1. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan
sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.
2. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :
a. Kalau peluang lebih besar dari ancaman, maka nilai y>0 dan sebaliknya
kalau ancaman lebih besar dari peluang maka nilainya y0 dan
sebaliknya kalau kelemahan lebih besar dari kekuatan maka nilainya x