Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Kimia Terhadap Kadar Nitrat Dan Nitrit Yang Terkandung di Dalam Selada (Lactuca sativa L.)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Nitrit dan nitrat merupakan komponen alami yang ditemukan di alam yang
biasanya dikonsumsi oleh manusia melalui sayur-sayuran, daging dan air minum.
Nitrat dapat dikonversikan menjadi nitrit oleh bakteri yang ada di alam. Kedua
komponen tersebut sangat tidak diinginkan terdapat pada makanan dikarenakan
memiliki efek karsinogenik, menyebabkan penyakit seperti methemoglobinemia
pada bayi dan gangguan kongenital pada anak-anak yang memiliki ibu yang
mengkonsumsi air minum dengan konsentrasi nitrat lebih dari 5 ppm selama masa
kehamilan (Keshavarz, dkk., 2015).
Sumber utama nitrit secara umum adalah makanan, terutama sayuran, dan
air minum. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemakaian pupuk pada sayuran.
Jika pupuk urea banyak digunakan, akan menyebabkan paparan pada manusia
melalui sayuran, terutama yang berdaun hijau serta sayuran dari umbi dan air
minum. Mengkonsumsi banyak sayur sangat dianjurkan, tetapi mengingat
kandungan nitrat yang tinggi dalam sayuran maka perlu dipertimbangkan serta
mengingat potensi pembentukan karsinogen nitrosamin dari nitrit. Jumlah asupan
yang diizinkan (Acceptable Daily Intake = ADI) oleh FAO/WHO untuk berat
badan 60 kg adalah 220 mg nitrat dan 8 mg untuk nitrit (Silalahi, 2005).

Penelitian tentang penetapan kadar nitrat dan nitrit pada beberapa sayuran
seperti bayam, brokoli, selada, seledri dan kol yang ditanam secara konvensional
dan organik sebelumnya telah dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

1
Universitas Sumatera Utara

tidak terdapat perbedaan kadar nitrit antara sayur yang ditanam secara
konvensional dengan organik. Akan tetapi, terdapat perbedaan kadar nitrat yang
signifikan pada sayuran yang ditanam secara organik dan konvensional yang
disebabkan oleh penggunaan pupuk yang kaya akan nitrat (Keeton, dkk., 2009).
Kandungan nitrat di dalam tanaman dipengaruhi oleh cara pengolahan
tanah, jumlah dan waktu pemberian pupuk nitrogen, suhu, intensitas cahaya,
waktu panen, penyakit tanaman, banyaknya unsur hara yang terkandung di dalam
tanaman, proses pengalengan serta penyimpanan (Keeton, 2011)
Salah satu jenis sayuran yang banyak diminati saat ini adalah selada.
Pertama kali, selada dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai tanaman obat,
seperti obat tidur, dan mulai tahun 4.500 SM, tanaman ini dimanfaatkan sebagai
bahan makanan. Walaupun bukan tanaman asli Indonesia, selada banyak digemari
penduduk Indonesia. Pada umumnya, selada dipanen pada umur 60-80 hari

setelah tanam, tetapi pada umur kurang dari 60 hari selada sudah layak
dikonsumsi karena lebih dari separuh berat segar tanaman dicapai pada umur dua
minggu menjelang panen (Zulkarnain, 2013).
Dalam kapasitasnya sebagai bahan pangan, selada mempunyai peranan
yang penting dalam menyehatkan masyarakat. Untuk meningkatkan peran
tersebut perlu diupayakan peningkatan produksi melalui program intensifikasi dan
ekstensifikasi pertanian. Peningkatan produksi selada melalui usaha intensifikasi
pertanian meliputi kegiatan bercocok tanam, penggunaan varietas unggul,
pemupukan, pengairan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Sedangkan
peningkatan produksi melalui ekstensifikasi pertanian adalah memperluas areal
lahan penanaman (Samadi, 2014).

2
Universitas Sumatera Utara

Pemupukan merupakan proses pemberian atau penambahan zat-zat kepada
kompleks tanah-tanaman untuk melengkapi unsur hara di dalam tanah (Sutejo,
2002). Berdasarkan asal pembuatannya, pupuk terdiri dari dua kelompok, yaitu
pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat
oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik)

berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45%-46%. Pupuk organik
adalah bahan yang dihasilkan dari pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan
manusia. Misalnya, pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, humus dan pupuk
burung atau guano. Pupuk kompos memiliki kandungan utama dengan kadar
tertinggi berupa bahan organik yang mujarab dan terkenal manjur untuk
memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain dalam kompos yang variasinya cukup
banyak walaupun kadarnya rendah adalah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan
magnesium (Lingga dan Marsono, 2001).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
pupuk organik dan pupuk kimia terhadap kadar nitrat dan nitrit yang terkandung
di dalam selada. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri sinar tampak karena alat yang digunakan lebih sensitif sehingga
hasil yang diperoleh lebih akurat.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka perumusan masalah
penelitian adalah:
1.

Apakah terdapat pengaruh pemupukan terhadap kadar nitrat dan nitrit

yang terkandung dalam selada?

3
Universitas Sumatera Utara

2.

Berapakah perbandingan kadar nitrat dan nitrit yang terkandung dalam
selada tanpa pemupukan, diberi pupuk organik dan pupuk kimia?

1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh pemupukan menyebabkan kadar nitrat dan nitrit yang terkandung di
dalam selada semakin meningkat.
b. Terdapat perbedaan kadar nitrat dan nitrit yang terkandung di dalam selada
yang ditanam tanpa pemupukan, dengan pupuk organik dan dengan pupuk
kimia.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui kadar nitrat dan nitrit dalam selada tanpa pemupukan,
diberi pupuk organik dan pupuk kimia

2.

Untuk mengetahui perbandingan kadar nitrat dan nitrit dalam selada
tanpa pemupukan, diberi pupuk organik dan pupuk kimia.

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang
pengaruh pemberian pupuk organik dan pupuk kimia terhadap kadar nitrat dan
nitrit yang terkandung di dalam selada.

4
Universitas Sumatera Utara