Pengaruh Lokasi dan Penghalang Bangunan Terhadap Konsentrasi CO2 di Lingkungan Sekolah Dasar di Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

udara yang bersih atau tercemar. Pencemaran udara terjadi ketika komposisi udara
dipengaruhi oleh bahan-bahan kimia atau zat-zat asing yang melampaui batas
normal sehingga tidak hanya mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia,
tetapi juga menyebabkan kerusakan lingkungan (Sustainable Management for
European Local Ports, 2010). Tercatat bahwa penggunaan bahan bakar

transportasi dan kegiatan industri merupakan dua faktor utama sumber polutan
dari luar ruangan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia juga lingkungan
perkotaan (World Health Organization (WHO), 2011).
Ada banyak polutan udara telah diukur, diantaranya senyawa organik
volatil (VOC), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), ozon, karbon
monoksida (CO), karbon dioksida (CO2) dan partikulat, tetapi dalam penelitian ini
cenderung menggunakan CO2 sebagai indikator untuk mengukur kualitas udara

luar ruangan. Hal ini disebabkan karena CO2 merupakan unsur terpenting yang
dapat mengontrol suhu bumi di atmosfer (Arrhenius, 1984). Selain itu, CO2
memiliki standar minimum yang disarankan untuk udara luar ruangan terhadap
kenyamanan penghuni bangunan (Prill, 2000). Menurut ASHRAE (2013) standar
konsentrasi CO2 di luar ruangan berkisar 300-500 ppm, sementara menurut
Minnesota Department of Health (2015) konsentrasi CO2 di luar ruangan dapat

1

Universitas Sumatera Utara

2

bervariasi dari 350-400 ppm atau dapat lebih tinggi tergantung lokasi, seperti di
daerah dengan lalu lintas yang padat atau kegiatan industri. United Nations
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC, 2009) menetapkan bahwa
konsentrasi CO2 di atmosfer tidak melebihi 450 ppm.
Dampak kualitas udara dapat menyebabkan banyak gangguan kesehatan
(Spare the Air , 2016). Dampak tersebut sangat berpengaruh terhadap orang
banyak, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Pentingnya kualitas udara

khususnya bagi anak-anak disebabkan kondisi metabolisme tubuh mereka yang
rentan terhadap polutan (WHO, 2008). Pada umumnya, anak-anak menghabiskan
25% waktu mereka di sekolah, oleh sebab itu kualitas udara di sekolah harus
diperhatikan, baik itu di dalam maupun di luar ruangan. Anak-anak akan pergi
keluar dari kelas dan menghabiskan waktunya di luar ruangan pada saat upacara
bendera, istirahat dan pulang sekolah, sehingga kemungkinan terpapar polutan.
Pada saat tersebut polusi udara sedang berada pada titik tertinggi dan udara kotor
di luar ruangan terhirup oleh mereka, maka dari itu pihak sekolah seharusnya
berupaya untuk menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman bagi para
siswanya, terutama dalam hal kualitas udara.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Tahun 2013 tentang standar pelayanan minimum pada pendidikan. Sekolah Dasar
(SD), bahwa lokasi sekolah dasar umumnya berada pada kawasan pemukiman.
Namun, di beberapa kota besar di Indonesia terutama Kota Medan sekolah dasar
dibangun berdekatan dengan sumber pencemaran udara, seperti di dekat pabrik
atau di pinggir jalan arteri dan kolektor (jalan raya) dengan lalu lintas yang padat.

Universitas Sumatera Utara

3


Akibat pemilihan lokasi yang tidak tepat akan berdampak pada kualitas udara di
luar ruangan. Hal ini dibuktikan bahwa dengan adanya tingkat konsentrasi CO2 di
luar ruangan dipengaruhi oleh lokasi dan aktivitas yang terjadi di luar ruangan di
sekitar bangunan (Mainka, 2015). Selain itu, menurut Lee dan Chang (1999) juga
menunjukkan bahwa kualitas udara tertinggi berasal dari kegiatan transportasi,
yaitu kendaraan bermotor, terutama truk-truk besar dan sumber lain yang mungkin
berasal dari kegiatan industri yang dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi CO2
di daerah perkotaan, sehingga skripsi ini mengkaji tentang “Pengaruh Lokasi dan
Penghalang Bangunan terhadap Konsentrasi CO2 di Lingkungan Sekolah Dasar di
Kota Medan” terutama sekolah dasar negeri di kawasan padat lalu lintas, kawasan
industri dan kawasan permukiman.
1.2

Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini, yaitu:
1) Apakah tingkat konsentrasi CO2 di lingkungan sekolah dasar pada
kawasan padat lalu lintas, kawasan industri dan kawasan pemukiman
sesuai standar (tidak melebihi 450 ppm)?
2) Bagaimana pengaruh lokasi terhadap perbandingan tingkat konsentrasi

CO2 di lingkungan sekolah dasar pada kawasan padat lalu lintas, kawasan
industri dan kawasan pemukiman?
3) Bagaimana pengaruh sebuah penghalang bangunan jika dibandingkan
dengan yang tanpa penghalang bangunan terhadap tingkat konsentrasi CO2
di lingkungan sekolah dasar pada kawasan padat lalu lintas?

Universitas Sumatera Utara

4

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu:
1) Untuk mengetahui tingkat konsentrasi CO2 di lingkungan sekolah dasar
pada kawasan padat lalu lintas, kawasan industri dan kawasan pemukiman.
2) Untuk mengetahui pengaruh lokasi terhadap perbandingan tingkat
konsentrasi CO2 di lingkungan sekolah dasar pada kawasan padat lalu
lintas, kawasan industri dan kawasan pemukiman.
3) Untuk


mengetahui

pengaruh

sebuah

penghalang

bangunan

jika

dibandingkan dengan yang tanpa penghalang bangunan terhadap tingkat
konsentrasi CO2 di lingkungan sekolah dasar pada kawasan padat lalu lintas.

1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, yaitu:

a) Sebagai tambahan pengetahuan mengenai pengaruh lokasi dan
penghalang bangunan terhadap tingkat konsentrasi CO2 di lingkungan
sekolah dasar, sehingga kedepannya lebih diperhatikan, khususnya
pada bangunan sekolah.
b) Untuk memberikan pandangan bagaimana perbandingan tingkat
konsentrasi CO2 di lingkungan sekolah dasar pada kawasan padat lalu
lintas, kawasan industri dan kawasan pemukiman dari segi pengaruh
lokasi dan penghalang bangunan.

1.5

Batasan Masalah
-Penelitian hanya dilakukan pada lokasi sekolah dasar yang berada pada
kawasan padat lalu lintas, kawasan industri dan kawasan pemukiman.

Universitas Sumatera Utara

5

-Penelitian hanya membandingkan pengaruh lokasi terhadap tingkat

konsentrasi CO2 di luar ruangan (lingkungan sekolah) pada kawasan padat
lalu lintas, kawasan industri dan pemukiman.
-Penelitian hanya membandingkan pengaruh sebuah penghalang bangunan
jika dibandingkan dengan yang tanpa penghalang bangunan terhadap
tingkat konsentrasi CO2 di lingkungan sekolah pada kawasan padat lalu
lintas.

Universitas Sumatera Utara

6

1.6

Kerangka Berpikir

Latar Belakang:

Teori:

-Pencemaran udara terjadi ketika komposisi udara

dipengaruhi oleh bahan-bahan kimia atau zat-zat asing yang
melampaui batas normal sehingga tidak hanya mengganggu
kenyamanan dan kesehatan manusia, tetapi juga
menyebabkan
kerusakan
lingkungan
(Sustainable
Management for European Local Ports , 2010).).
-CO2 merupakan unsur terpenting yang dapat mengontrol
suhu bumi di atmosfer (Arrhenius, 1984).
-Konsentrasi CO2 di luar ruangan dapat lebih tinggi
tergantung faktor lokasi, seperti di daerah dengan lalu lintas
yang padat atau kegiatan industry Minnesota Department of
Health (2015).
-Pentingnya kualitas udara khususnya bagi anak-anak
disebabkan kondisi metabolisme tubuh mereka yangrentan
terhadap polutan (WHO, 2008)

-UNFCCC (2009) menetapkan bahwa konsentrasi
CO2 di luar ruangan tidak melebihi 450 ppm.

-Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 23 Tahun 2013 tentang standar pelayanan
minimal pendidikan dasar dikatakan bahwa lokasi
sekolah dasar berada pada kawasan pemukiman.
-Tingkat konsentrasi CO2 di luar ruangan
dipengaruhi oleh lokasi (Mainka, 2015).
-Kualitas udara tertinggi berasal dari kendaraan
bermotor, terutama truk-truk besar dan sumber
lain yang mungkin berasal dari proses industri
yang dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi CO2
di luar ruangan(Lee dan Chang,1999).

Perumusan Masalah:

Batasan Masalah:

-Apakah tingkat konsentrasi CO2 di
lingkungan sekolah dasar pada kawasan padat
lalu lintas, kawasan industri dan kawasan
pemukiman sesuai standar (tidak melebihi 450

ppm)?
-Bagaimana
pengaruh
lokasi
terhadap
perbandingan konsentrasi CO2 di lingkungan
sekolah dasar kawasan padat lalu lintas,
kawasan industri dan kawasan pemukiman?
-Bagaimana pengaruh sebuah penghalang
bangunan jika dibandingkan dengan yang
tanpa
penghalang
bangunan
terhadap
konsentrasi CO2 di lingkungan sekolah
kawasan padat lalu lintas.

-Penelitian hanya dilakukan pada lokasi sekolah dasar
yang berada pada kawasan padat lalu lintas, kawasan
industri dan kawasan pemukiman.

-Penelitian hanya membandingkan pengaruh lokasi
terhadap tingkat konsentrasi CO2 di luar ruangan
(lingkungan sekolah) pada kawasan padat lalu lintas,
kawasan industri dan pemukiman.
-Penelitian hanya membandingkan pengaruh sebuah
penghalang bangunan jika dibandingkan dengan yang
tanpa penghalang bangunan terhadap konsentrasi CO2
di lingkungan sekolah kawasan padat lalu lintas.

Tujuan Masalah:

Metode Penelitian:

-Untuk mengetahui tingkat konsentrasi CO2 di lingkungan
sekolah dasar pada kawasan padat lalu lintas, kawasan industri
dan kawasan pemukiman.
-Untuk mengetahui pengaruh lokasi terhadap perbandingan
konsentrasi CO2 di lingkungan sekolah dasar kawasan padat
lalu lintas, kawasan industri dan kawasan pemukiman.
-Untuk mengetahui pengaruh sebuah penghalang bangunan
jika dibandingkan dengan yang tanpa penghalang bangunan
terhadap konsentrasi CO2 di lingkungan sekolah kawasan padat
lalu lintas.

-Pengumpulan data
-Pemilihan sampel penelitian
-Survei lokasi
-Menentukan objek penelitian
-Melakukan pengukuran terhadap tingkat
konsentrasiCO2

Analisa Data:

HASIL DAN KESIMPULAN

-Metode deskritptif-kuantitatif
-Hasil pengukuran CO2 diperoleh dengan
menggunakan alat ukur kemudian disajikan
dalam bentuk grafik dan penjelasan.

Universitas Sumatera Utara