FRANSISKA SS S541302040

(1)

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU KEKERASAN

DI KALANGAN PELAJAR

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kedokteran Keluarga

Oleh:

Fransiska Septiana Sulistyowati S541302040

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2014 commit to user


(2)

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU KEKERASAN

DI KALANGAN PELAJAR

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kedokteran Keluarga

Oleh:

Fransiska Septiana Sulistyowati S541302040

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2014

i


(3)

ii commit to user


(4)

iii commit to user


(5)

iv commit to user


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan ususlan tesis yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Pengetahuan terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar”. Penulisan usulan tesis ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Dalam penyusunan usulan tesis ini penulis banyak mengalami hambatan dan rintangan, namun penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang akhirnya penulisan usulan tesis ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M. S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. dr. Hari Wujoso, Sp. F, MM., selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga dan pembimbing II yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta dan meluangkan

v commit to user


(7)

waktu, pikiran , dan tenaga dalam memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran dalam penyusunan tesis.

4. Dr. Nunuk Suryani, M. Pd., selaku Sekretaris Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Prof. Dr. dr. Didik Gunawan Tamtomo, MM., M. Kes., PAK., selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu, pikiran , dan tenaga dalam memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran dalam penyusunan tesis. 6. Seluruh dosen pengajar, karyawan dan karyawati Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Keluarga yang telah mendukung secara material dan immaterial.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberi dukungan demi lancarnya penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa usulan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Surakarta, April 2014

Penulis

vi commit to user


(8)

ABSTRAK

Fransiska Septiana Sulistyowati. S541302040. 2014. Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Pengetahuan terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. dr. Didik Gunawan Tamtomo, M.M., M. Kes., PAK., Pembimbing II: Dr. dr. Hari Wujoso, Sp. F., M. M.Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang: penelitian di Amerika menyebutkan bahwa 50% dari sampel sebanyak 609 pelajar sekolah melakukan tindakan kekerasan secara verbal. Peristiwa bullying marak terjadi di Indonesia, contohnya peristiwa bullying yang terjadi di SMA Don Bosco dan SMA 70 Jakarta. Tak jarang geng sekolah juga melakukannya, seperti yang dilakukan oleh Geng Nero di Pati jumlah populasi perokok aktif terus meningkat di Indonesia. Perilaku kekerasan di kalangan pelajar dapat dipengaruhi lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan.

Tujuan: penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

Metode: penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling dengan jumlah sampel 104 siswa SMK Murni 1 Surakarta. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan regresi linier ganda.

Hasil: terdapat pengaruh positif yang signifikan baik antara lingkungan sekolah dan perilaku kekerasan dengan nilai t sebesar

4,334, maupun antara pengetahuan dan perilaku kekerasan dimana dengan nilai t sebesar 3,753, terdapat pengaruh positif yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku kekerasan, serta terdapat pengaruh positif yang signifikan antara lingkungan sekolah dan pengetahuan secara bersama-sama terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar dengan nilai F sebesar 31,764 dan memberikan kontribusi sebesar 37,4%.

Simpulan: terdapat pengaruh bersama lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

Kata Kunci: lingkungan sekolah, pengetahuan, perilaku kekerasan di kalangan pelajar

vii commit to user


(9)

ABSTRACT

Fransiska Septiana Sulistyowati. S541302040. 2014 Influence of the School Environment and Knowledge against Violence Behaviour among Student . THESIS. Supervisor I: Prof. Dr. dr. Didik Gunawan Tamtomo, M. M., M. Kes., PAK., Supervisor II: Dr. dr. Hari Wujoso, Sp. F., M.M. Master of Family Medicine, Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta

Background: American study says that 50% of a sample of 609 high school students perform verbal violence. Events bullying rife in Indonesia, for example bullying incident that occurred at Don Bosco Senior High School and Senior High School of 70 Jakarta. Not infrequently also do school gang, as is done by gang Nero in Pati number of active smoking population continues to rise in Indonesia. Violent behavior among students can be influenced by the school environment

and konowledge of violent behavior.

Objective: the study aimed to analyze the influence of the school environment and knowledge of the violent behavior among students. Methods: This study uses cross-sectional approach. The sampling technique used is random sampling with a sample of 104 students of SMK Murni 1 Surakarta. The instrument used was a questionnaire. Analysis using multiple linear regression.

Results: There were significant positive effect between the school environment and violent behavior with t values is 4,334, and between knowledge and violent behavior in which the t value is 3.753, there is a significant positive effect between knowledge and violent behavior, and there is a positive influence significantly between the school environment and knowledge together to violent behavior among students with F value is 31,764 and accounted for 37.4%. Conclusion: there is the joints influence of the school environment and knowledge against violent behavior among students.

Keywords: school environment, knowledge, violent behavior among students

viii commit to user


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ... iv

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Lingkungan ... 5

2. Lingkungan Sekolah ... 7

3. Pengetahuan ... 10

4. Perilaku Kekerasan ……… 14

B. Penelitian yang Relevan………. 24

C. Kerangka Berpikir……..………. 27

D. Hipotesis ……… 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

ix commit to user


(11)

C. Populasi dan Sampel ... 29

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Definisi Operasional ... ... 30

F. Instrumen Penelitian... 33

G. Validitas dan Reliabilitas... 34

H. Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan ... 59

C. Keterbatasan Penelitian ... 66

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Implikasi ... 68

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

x


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Skoring Kuesioner Lingkungan Sekolah………....……… 31

Tabel 3.2 : Skoring Kuesioner Perilaku Kekerasan …….. …..………… 33

Tabel 3.3 : Kisi-kisi Kuesioner Lingkungan Sekolah….….……… 33

Tabel 3.4 : Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan …………...……… 34

Tabel 3.5 : Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Kekerasan………. 34

Tabel 4.1 : Karakteristik Responden berdasarkan Umur ………... 44

Tabel 4.2 : Karakteristik Responden berdasarkan Tempat Tinggal …... . 45

Tabel 4.3 : Karakteristik Responden berdasarkan Perilaku Kekerasan yang Dilakukan ………... 45

Tabel 4.4 : Satistik Deskriptif ……...……… 46

Tabel 4.5 : Uji Statistik Bivariat ……… 48

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test…… 50

Tabel 4.7 : Hasil Uji Linieritas ……….. 51

Tabel 4.8 : Hasil Uji Multikolinieritas ……….….. 51

Tabel 4.9 : Hasil Uji Autokorelasi ……….…… 52

Tabel 4.10 : Hasil Uji Heterokesdastisitas ……….…….. .53

Tabel 4.11 : Hasil Uji Regresi Linier Ganda ……….….. 54

Tabel 4.12 : Hasil Uji F ……….... 55

Tabel 4.13 : Hasil Uji Koefisien Determinasi ……….…. 56

xi


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Surat Permohonan menjadi Responden Lampiran 3 : Surat Persetujuan menjadi Responden Lampiran 4 : Lembar Konsultasi

Lampiran 5 : Kuesioner

Lampiran 6 : Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 7 : Rekapitulasi Data untuk Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 8 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 9 : Hasil Uji Univariat

Lampiran 10 : Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Lampiran 11 : Uji Asumsi Klasik

Lampiran 12 : Hasil Kuesioner Penelitian

xii


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah sarana untuk menimba ilmu, wawasan dan menciptakan lingkungan pembelajaran dengan guru sebagai mediatornya untuk menyiapkan pelajarnya menjadi penerus bangsa yang berkualitas dan berguna bagi bangsa Indonesia. Maraknya kasus kekerasan yang terjadi di kalangan pelajar saat ini sangat memprihatinkan pendidik dan orang tua. Sekolah seharusnya menjadi lingkungan yang nyaman, aman dan mendukung siswa untuk berkembang secara mental, fisik, emosional dan sosial, serta membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat subur tumbuhnya praktek bullying, sehingga memberi ketakutan bagi anak untuk memasukinya (Woolfolk dalam Rahmawan, 2013; Usman, 2013).

Kita sering mendengar terjadinya kasus kekerasan terjadi di sekolah. Masa orientasi sekolah, training, dan latihan dasar kepemimpinan sering digunakan sebagai wahana untuk melakukan bullying. Tak jarang kasus kekerasan juga terjadi pada saat pertemanan. Bullying menjadi persoalan yang penting yang harus ditangani secara serius. Sebenarnya kekerasan merupakan masalah yang klasik, berkesinambungan dan kompleks. Bullying terjadi hampir di segala aspek kehidupan baik keluarga, sekolah, masyarakat dan dunia kerja (Abdullah, 2013).

1


(15)

Penelitian di Amerika menyebutkan bahwa 50% dari sampel sebanyak 609 pelajar sekolah melakukan tindakan kekerasan secara verbal (Spencer dan Carter dalam Rahmawan, 2013). Peristiwa bullying marak terjadi di Indonesia, contohnya peristiwa bullying yang terjadi di SMA Don Bosco dan SMA 70 Jakarta. Tak jarang geng sekolah juga melakukannya, seperti yang dilakukan oleh Geng Nero di Pati (Rohmah, 2012; Akuntono, 2011; Mujiran, 2008). Menurut Edwards (dalam Usman, 2013), perilaku kekerasan sering terjadi di kalangan pelajar sekolah menengah atas (SMA) dikarenakan pada masa ini remaja memiliki egosentrisme yang tinggi.

Sekolah harus memiliki peraturan dan pengawasan yang konsisten agar tercipta lingkungan yang aman dan kondusif bagi siswa untuk belajar dan beraktivitas di dalamnya. Kurangnya pengawasan yang dilakukan pihak sekolah akan menimbulkan masalah yang beragam termasuk terjadinya perilaku kekerasan di sekolah (Rahmawan, 2013).

Tingkat pengawasan di sekolah akan menentukan seberapa banyak dan seberapa sering terjadinya perilaku kekerasan. Rendahnya tingkat pengawasan di sekolah mengakibatkan berkembangnya perilaku kekerasan di kalangan siswa. Pengawasan sangat penting dilakukan terutama di tempat-tempat yang kerap digunakan untuk tindakan kekerasan, contohnya di lapangan (Novianti dalam Usman, 2013).

Perilaku kekerasan atau bullying termasuk tindakan yang sengaja dilakukan pelaku pada korbannya, yang bertujuan untuk mengganggu orang yang lebih lemah darinya. Kurangnya pengetahuan juga merupakan salah satu


(16)

faktor individu yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku kekerasan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja tentang perilaku bullying maka akan dapat meminimalkan terjadinya perilaku bullying di kalangan siswa (Usman, 2013).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Pengetahuan terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar ?

2. Apakah ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar?

3. Apakah ada pengaruh bersama antara lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar .


(17)

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

b. Menganalisis pengaruh pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

c. Menganalisis pengaruh bersama antara lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk mendukung teori yang sudah ada tentang pengaruh lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada sekolah untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan pengawasan terhadap perilaku kekerasan dalam upayanya untuk meminimalkan perilaku kekerasan yang terjadi di sekolah.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Lingkungan

Lingkungan adalah kesatuan ruang suatu benda, daya , keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Menurut Hadi (2005), aspek lingkungan meliputi :

a. Lingkungan keluarga

Lingkungan yang pertama berhubungan dengan anak adalah orang tua, saudara atau kerabat dekat yang tinggal serumah. Lingkungan keluarga merupakan bentuk kecil dari masyarakat dan kehidupannya, dimana pandangan anak dalam masyarakat akan dipengaruhi oleh pola dalam keluarga tersebut (Hadi, 2005).

Keluarga merupakan kunci penting anak dalam berperilaku karena di dalam keluarga inilah norma dan nilai akan ditanamkan kepada anak. Di dalam keluarga, anak diajarkan kemampuan untuk menahan perilaku negatif yang akan diterimanya dalam pergaulan. Perlakuan yang diterima anak dalam keluarga baik dari orang tua maupun saudara turut membentuk perilaku anak di sekolah maupun masyarakat. Oleh karena itu, sudah merupakan keharusan untuk

5 commit to user


(19)

membentuk iklim keluarga yang kondusif bagi pembentukan perilaku anak (Frutos, 2013).

b. Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan tempat anak melakukan kegiatan belajar. Sekolah adalah sarana untuk menimba ilmu, wawasan dan menciptakan lingkungan pembelajaran dengan guru sebagai mediatornya. Di sekolah, anak belajar berinteraksi dengan orang lain, baik guru maupun teman (Hadi, 2005; Usman, 2013).

Iklim sekolah mengacu pada kulaitas dan karakter dari kehidupan sekolah. Iklim sekolah yang positif mendorong terbentuknya pelajar yang produktif dalam masyarakat, karena di sekolah ditanamkan nilai, norma, dan harapan yang mendukung pelajar dalam kehidupan sosial (Frutos, 2013).

c. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan di sekitar individu yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Seseorang yang tinggal di suatu daerah tidak akan lepas dari interaksi dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya (Hadi, 2005).

Perilaku anak-anak dipengaruhi oleh lingkungan masyarakatnya. Lingkungan masyarakat yang mempengaruhi perilaku anak adalah teman sebaya, adat istidat dan pola kehidupan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang baik akan menciptakan


(20)

seseorang yang berperiaku baik pula (Frutos, 2013; Magklara et al, 2012).

2. Lingkungan Sekolah

a. Pengertian Lingkungan Sekolah

Lingkungan adalah kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial (Tu’u, 2004).

Lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi siswa. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan dimana guru dan siswa melakukan kegiatan belajar mengajar dan komunikasi antar warga sekolah (Hadi, 2005). Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang di dalamnya berlangsung kegiatan belajar mengajar dan komunikasi antar warga


(21)

sekolah dalam rangka membentuk sikap dan mengembangkan potensi siswa.

b. Faktor- faktor sekolah yang mempengaruhi perilaku kekerasan 1) Kedisiplinan

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dan siswa dalam melaksanakan tata tertib, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya dan kedisiplinan tim bimbingan konseling dalam memberikan pelayanan kepada siswa (Slameto, 2010).

Pihak sekolah yang sering mengabaikan keberadaan perilaku kekerasan ini, mengakibatkan anak-anak sebagai pelaku kekerasan akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain (Hazler dalam Curelaru, 2009).

2) Relasi guru dengan siswa

Relasi guru dan siswa yang baik, akan membuat siswa menyukai gurunya. Kekerasan di sekolah banyak berasal dari sesama teman.. Namun jika menekankan pada hubungan antara anak dengan orang dewasa, pelaku kekerasan yang dominan adalah para guru., terlepas dari soal motivasi tindakan kekerasan mereka, apakah mengajar atau menghajar.


(22)

Kekerasan terhadap siswa yang dilakukan guru di sekolah berdampak pada hilangnya motivasi belajar dan kesulitan dalam memahami pelajaran sehingga pada umumnya prestasi belajar juga rendah. Kekerasan guru terhadap siswa juga akan menyebabkan siswa benci dan takut pada guru (Wiyani, 2012). 3) Relasi siswa dengan siswa (teman sebaya)

Pengaruh kelompok teman sebaya memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya perilaku kekerasan di sekolah. Teman di lingkungan sekolah idealnya berperan sebagai “partner” siswa dalam proses pencapaian program-program pendidikan. Namun kelompok teman sebaya yang memiliki masalah di sekolah akan memberikan dampak yang negatif bagi sekolah seperti kekerasan, perilaku membolos, dan rendahnya sikap menghormati kepada sesama teman dan guru. Perilaku kekerasan yang terjadi di sekolah juga sebagian disebabkan karena adanya dorongan dari teman-temannya. 4) Iklim sekolah

Freiberg (dalam, Magfirah, 2009) mengartikan iklim sekolah sebagai suatu suasana untuk membantu masing-masing individu merasa berharga secara pribadi, bermartabat dan penting secara serentak agar tercipta suatu rasa memiliki terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekolah.


(23)

Iklim sekolah yang positif dapat meningkatkan performansi staf, mempromosikan moral yang lebih tinggi dan meningkatkan prestasi siswa. Hal tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain menerapkan peraturan yang jelas dan konsisten terhadap perilaku kekerasan, dukungan guru dan melibatkan siswa sendiri dalam membuat keputusan dan rancangan intervensi untuk pencegahan kekerasan di sekolah (Kassabri dalam Magfirah, 2009).

3. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan itu diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkatan Pengetahuan

Notoatmodjo (2010) menyebutkan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:


(24)

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang materi yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi harus dapt menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain.


(25)

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dikatakan bahwa sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi. Penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang menurut Notoatmodjo (2003) antara lain:


(26)

1) Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima dan memahami informasi tersebut.

2) Informasi

Sumber informasi yang didapatkan dapat memberikan peningkatan terhadap pengetahuan. Informasi dapat diperoleh melalui media massa seperti majalah, koran, berita televisi dan juga melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

3) Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.

4) Pengalaman

Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang terkait dengan umur dan pendidikan seseorang. Semakin seseorang bertambahnya umur dan jenjang pendidikan maka pengalaman juga akan semakin luas.

5) Sosial ekonomi

Untuk memperoleh informasi yang memerlukan biaya, contohnya sekolah, tingkat sosial ekonomi seseorang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh. Tingkat sosial ekonomi mencerminkan intelektual dan pengetahuan


(27)

seseorang. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka semakin tinggi intelektual dan pengetahuan orang tersebut serta semakin baik orang tersebut dalam berperilaku (Jansen, 2012)..

4. Perilaku Kekerasan (Bullying)

a. Pengertian Perilaku Kekerasan (Bullying)

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan bullying sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata “bull” yang berarti banteng yang senang menyeruduk kesan kemari. Dalam bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah (Wiyani, 2012).

Bullying adalah perilaku negatif yang mengkibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman atau terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang (Olweus dalam Wiyani, 2012). Sedangkan menurut Rigby (dalam Astuti, 2008), bullying adalah suatu hasrat untuk menyakiti yang diperlihatkan dalam aksi yang dapat menyebabkan penderitaan pada korbannya. Aksi ini dapat dilakukan oleh individu ataupun kelompok yang lebih berkuasa, tidak bertanggung jawab dan dilakukan berulang kali dengan sengaja untuk menyakiti korban. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying atau perilaku kekerasan adalah perilaku


(28)

negatif yang bertujuan untuk menyakiti atau mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman yang dilakukan oleh individu atau kelompok dan biasanya terjadi secara berulang-ulang. b. Bentuk Perilaku Kekerasan (Bullying)

Perilaku kekerasan (bullying) secara garis besar dibagi menjadi 2 kategori yaitu secara fisik dan non fisik, yang kemudian dibagi menjadi beberapa kategori :

1) Fisik

(a) Kontak fisik langsung, contohnya memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencakar, memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain, termasuk menyentuh seseorang secara sensual.

(b) Perilaku fisik secara tidak langsung, contohnya mengajak seseorang untuk memukuli orang lain.

2) Non fisik

(a) Kontak verbal langsung, contohnya mengancam, mempermalukan, mengganggu, memberi panggilan nama (name calling), sarkasme, merendahkan (puts down), mencela/ mengejek, mengintimidasi, memaki

(b) Perilaku verbal secara tidak langsung, contohnya mempengaruhi seseorang untuk mengucilkan orang lain,


(29)

menyebarkan gosip, memanipulasi pertemanan sehingga menjadi retak.

(c) Perilaku non-verbal langsung, contohnya melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekpresi muka yang merendahkan.

(d) Perilaku non-verbal secara tidak langsung, contohnya mendiamkan seseorang, sengaja mengucilkan seseorang atau mengabaikan dan mengirimkan surat kaleng.

c. Dampak Perilaku Kekerasan (Bullying)

Perilaku kekerasan di sekolah (bullying) memiliki dampak yang negatif baik bagi korban maupun pelaku. Akibat perilaku kekerasan yang diterima, pada diri korban akan timbul perasaan tertekan oleh karena pelaku menguasai korban. Kondisi tersebut akan mengakibatkan korban mengalami kesakitan secara fisik dan psikologis, kepercayaan diri (self esteem) yang merosot, malu, trauma, merasa sendiri dan takut kepada sekolah (school phobia). Dalam kondisi selanjutnya, ditemukan bahwa korban mengasingkan diri dari sekolah, menderita ketakutan sosial (social phobia) dan akibat terburuknya adalah korban cenderung ingin bunuh diri (Astuti, 2008).

Kekerasan dalam dunia pendidikan merupakan perilaku melampaui batas kode etik dan aturan dalam pendidikan, baik dalam bentuk fisik maupun pelecehan atas hak seseorang. Jika


(30)

perilaku kekerasan sampai melampaui batas otoritas lembaga, kode etik guru dan peraturan sekolah, kekerasan tersebut dapat mengarah pada pelanggaran atas Hak Asasi Manusia (HAM) dan bahkan tindak pidana.

Siswa mempunyai hak untuk mendapat pendidikan dalam lingkungan yang aman dan bebas dari rasa takut. Meskipun tidak ada peraturan mewajibkan sekolah harus memiliki kebijakan program anti bullying, tetapi di dalam Undang–undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 pasal 54 dinyatakan bahwa anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah, teman- temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya (Wiyani, 2012).

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menegaskan kekerasan terhadap anak merupakan tindak pidana dan terhadap pelakunya diancam hukuman pidana. Undang-undang ini merupakan upaya negara untuk meminimalkan kekerasan terhadap anak. Pasal 80 secara tegas menyatakan :

1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6


(31)

(enam) bulan dan atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaiman dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orangtuanya.

d. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kekerasan 1) Faktor predisposisi

Adalah faktor yang mendasari terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk di dalamnya adalah:

(a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan


(32)

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

(b) Sikap

Sikap adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap suatu respon sosial. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memeperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). 2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan apabila diberi tugas, adalah suatu indikasi sikap karena dengan usaha menjawab atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas benar atau salah, berarti orang tersebut menerima ide kita.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indkasi sikap menghargai.


(33)

4. Bertanggungg jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala yang dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paing tinggi (Notoatmodjo, 2003).

(c) Jenis kelamin

Salah satu penyebab terjadinya perilaku kekerasan adalah jenis kelamin. Remaja laki-laki cenderung lebih banyak melakukan perilaku kekerasan dibanding perempuan. Hal ini disebabkan karena kadar testosteron pada laki-laki meningkat delapan kali lipat dari sebelumnya, jumlah testosteron yang tinggi akan menimbulkan perasaan mudah tersinggung, tegang dan gelisah. Remaja yng memiliki kadar testosteron yang tinggi, lebih rentan untuk melakukan perilaku kekerasan (Myers dalam Nopriandi, 2013).

2) Faktor pemungkin

Adalah faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku tertentu, dalam hal ini adalah perilaku kekerasan. Faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku kekerasan yaitu paparan media massa. Tingginya intensitas menyaksikan perilaku kekerasan di media massa menyebabkan semakin tinggi pula sikap dan perilaku kekerasan orang tersebut. Jika seseorang terlalu sering menyaksikan tayangan kekerasan di media massa, maka perilaku kekerasan akan menjadi hal yang biasa bagi


(34)

orang tersebut. Kepekaan terhadap perbuatan yang membahayakan orang lain akan hilang sehingga seseorang tidak akan lagi takut melakukan kekerasan pada orang lain (Nopriandi, 2013).

3) Faktor penguat

Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk faktor penguat adalah:

(a) Orang tua

Banyak anak belajar perilaku kekerasan dari orang tuanya dan ketika tumbuh menjadi dewasa mereka melakukan tindakan kekerasan kepada anaknya sendiri, sehingga perilaku kekerasan diwarisi dari generasi ke generasi. Oleh karena itu anak harus dididik sejak dini untuk melindungi diri dari segala bentuk potensi yang dapat menjadikan anak sebagai korban tindak kekerasan agar tidak menjadikan anak tersebut pelaku kekerasan saat dewasa.

(b) Teman

Teman sebaya berperan sangat penting dalam pembentukan sikap dan perilaku remaja. Remaja yang berteman dengan seseorang yang sering melakukan perilaku kekerasan akan cenderung mengikuti perilaku tersebut. Apabila kelompok teman sebaya menunjukkan nilai yang positif maka remaja


(35)

akan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif pula, begitupula sebaliknya (Kaplan, 2010).

(c) Guru

Guru terkadang memberikan terkadang memberikan contoh yang kurang baik kepada muridnya. Ketika murid melakukan kesalahan, seperti salah menjawab pertanyaan atau salah mengerjakan tugas, guru tak segan mengeluarkan kata-kata yang kasar dan menjatuhkan mental murid yang bersangkutan. Belum lagi bila ada murid yang berperilaku tidak tertib seperti ramai di kelas, terlibat perkelahian, tertangkap basah mencontek, atau mencuri, tindak kekerasan yang biasanya dilakukan guru adalah secara fisik, seperti mencubit, menjewer, menampar, bahkan menjambak. Murid yang sering mendapat perlakuan kasar dari guru mengakibatkan murid tersebut melakukan hal yang sama kepada murid lain. Guru seharusnya memberikan contoh yang baik agar meminimalisir perilaku kekerasan di sekolah.


(36)

(d) Psikologis

Faktor psikologis yang menyebabkan perilaku kekerasan terjadi adalah :

1. Kontrol diri

Kontrol diri adalah kemampuan membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial. Remaja yang tidak bisa melakukan kontrol diri atau mengendalikan emosi dengan baik, akan cenderung melakukan perilaku kekerasan di saat yang tidak menyenangkan. Perilaku kekerasan merupakan perilaku yang timbul akibat ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol diri. Kontrol diri yang buruk atau kurang baik, mengakibatkan remaja menunjukkan sikap dan perilaku negatif dan lebih cenderung melakukan perilaku kekerasan, begitupula sebaliknya (Nopriandi, 2013). 2. Pengalaman kekerasan di masa lalu

Pengalaman kekerasan yang dialami seseorang di masa lalu, baik secara langsung maupun tidak langsung merupakan salah satu faktor penyebab seseorang


(37)

melakukan perilaku kekerasan. Apabila seseorang dalam kondisi yang mengingatkan mereka pada pangalaman yang pernah mereka alami, maka mereka akan cenderung melakukan hal yang serupa (Nopriandi, 2013)

B. Penelitian yang Relevan

1. Usman, I (2013) dengan judul penelitian “Kepribadian Komunikasi, Kelompok Teman Sebaya, Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan kepribadian, komunikasi, kelompok teman sebaya dan iklim sekolah terhadap perilaku bullying pada siswa SMA di Kota Gorontalo. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi dari tiga SMA di Kota Gorontalo yang berjumlah 103 siswa. Data dikumpulkan melalui beberapa skala yaitu skala kepribadian, skala komunikasi, skala pengaruh teman sebaya, dan skala perilaku bullying. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan teknik analisis regresi untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kepribadian, komunikasi interpersonal remaja dengan orang tua, peran kelompok teman sebaya dan iklim sekolah terhadap perilaku bullying pada siswa SMA di kota Gorontalo.

2. Waasdorp,T E; Bradshaw, CP; Leaf, PJ (2012) dengan judul penelitian “The Impact Schoolwide Positive Behavioral Interventions and Supports on Bullying and Peer Rejection:A Randomized Controled Effectiveness


(38)

Trial. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti seberapa besar manfaat dari Schoolwide Positive Behavioral Interventions and Supports pada iklim sekolah. Penelitian ini dilakukan di sebanyak 37 sekolah dasar di Maryland. Penelitian ini merupakan penelitian randimozed control trial. Penelitian ini menyebutkan bahwa keterlibatan anak baik sebagai pelaku maupun korban bullying dapat dicegah dengan meningkatkan iklim sekolah.

3. Khairiah, S; Muhdi, N; Budiono (2012) dengan judul penelitian “Korelasi antara Perilaku Bullying dan Tingkat Self-Esteem pada Pelajar Dua Buah SMPN di Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara perilaku bullying dan tingkat self-esteem pada pelajar dua buah SMPN di Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif antara perilaku bullying dan tingkat self-esteem pada pelajar dua buah SMPN di Surabaya.

4. Magfirah, U & Racmawati, MA (2009) dengan judul penelitian “Hubungan Iklim Sekolah dan Kecenderungan Perilaku Bullying”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Iklim sekolah dengan kecenderungan perilaku bullying. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara iklim sekolah dengan kecenderungan perilaku bullying. Semakin negatif iklim sekolah semakin tinggi kecenderungan perilaku bullying.


(39)

Sebaliknya semakin positif Iklim sekolah maka semakin rendah kecenderungan perilaku bullying. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 73 siswa/siswi SMP Negeri 2 Bantul, Yogyakarta. Pengumpulan data menggunakan dua jenis skala, yaitu skala kecenderungan perilaku bullying dan skala iklim sekolah. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Product Moment Pearson dengan bantuan program SPSS 11,5. Hasil penelitian uji hubungan dalam hipotesis iklim sekolah dengan kecenderungan perilaku bullying menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson menunjukkan bahwa kofisien korelasi r=- 0.459 dengan p=0.000 (p<0.01), artinya hipotesis penelitian diterima.

5. Adilla, N (2009) dengan judul penelitian “Pengaruh Kontrol Sosial terhadap Perilaku Bullying Pelajar di Sekolah Menengah Pertama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah control sosial berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku bullying pelajar di Sekolah Menengah Pertama. Uji korelasi dengan metode Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dengan skala pengukuran interval. Berdasarkan pengujian kepada 183 sampel menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,472 dan positif. Hal ini menggambarkan bahwa hubungan antara variabel kontrol sosial dan perilaku bullying aialah kuat dan bernilai searah. Semakin kuat kontrol sosial yang dimiliki pelajar, semakin negatif pelajar melakukan perilaku bullying. Untuk menguji linearitas dari kedua variabel dilakukan uji


(40)

regresi sederhana.Berdasarkan pengujian dua sisi, didapatkan hasil uji regresi pada kedua variabel adalah 8,500 . Hal ini memperlihatkan bahwa ada pengaruh secara signifikan antara kontrol sosial dengan perilaku bullying dengan nilai T hitung > T table (8,500 > 1,977).

C. Kerangka Berpikir

Keterangan :

: diteliti : tidak diteliti

D. Hipotesis

1. Ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar. Perilaku Kekerasan (Bullying) Lingkungan keluarga Lingkungan sekolah:

1. Kedisiplinan 2. Relasi G - S 3. Relasi S - S 4. Iklim sekolah

Lingkungan masyarakat Faktor predisposisi Sikap Faktor pemungkin Psikologi Pengetahuan Jenis kelamin Teman Orang tua Faktor penguat Media massa

Kontrol diri

Pengalaman

Guru


(41)

2. Ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

3. Ada pengaruh bersama antara lingkungan sekolah dan pengetahuan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan desain observasional analitik menggunakan pendekatan cross sectional.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di SMK Murni 1 Surakarta. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2014

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah 140 siswa.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian dihitung berdasarkan rumus dan teknik sampling yang digunakan yaitu simple random sampling.

Rumus penentuan sampel :

Keterangan :

n = jumlah sampel d = derajat kesalahan (5%) N = jumlah populasi

n = N 1 + N (d2)

29


(43)

D. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

a. Lingkungan sekolah b. Pengetahuan

2. Variabel terikat Perilaku kekerasan

E. Definisi Operasional 1. Lingkungan Sekolah

a. Definisi

Kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi siswa meliputi kedisiplinan, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa dan iklim sekolah.

b. Alat ukur data

Alat ukur data lingkungan sekolah menggunakan kuesioner. n = N

1 + N (d2) = 140

1 + 140 (0,05)2 = 103,7

= 104 sampel


(44)

c. Satuan data

Satuan data lingkungan sekolah adalah unit. Lingkungan sekolah diukur menggunakan skala Likert. Pernyataan dalam bentuk favourable dan unfavourable dengan empat alternatif pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (S) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Tabel 3.1. Skoring Kuesioner Lingkungan Sekolah

No. Pilihan Jawaban Favourable Unfavourable

1. Sangat setuju (SS) 4 1

2. Setuju (S) 3 2

3. Tidak setuju (TS) 2 3

4. Sangat tidak setuju (STS) 1 4

d. Skala data

Skala data variabel lingkungan sekolah adalah interval. 2. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan adalah pemahaman mengenai pengertian, bentuk dan dampak perilaku kekerasan.

b. Alat ukur data

Alat ukur data pengetahuan menggunakan kuesioner c. Satuan data

Satuan data pengetahuan berupa unit. Pengetahuan diukur dengan menggunakan skala Gutmann berbentuk closed-ended dichotomy question. Pertanyaan dalam bentuk favourable dan unfavourable. Responden hanya memilih satu jawaban. Skor untuk pertanyaan commit to user


(45)

favourable apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0, sedangkan untuk pertanyaan unfavourable yaitu skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2009).

d. Skala data

Skala data variabel pengetahuan adalah interval. 3. Perilaku Kekerasan

a. Definisi

Perilaku kekerasan adalah perilaku negatif yang bertujuan untuk menyakiti atau mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman yang dilakukan oleh individu atau kelompok dan biasanya terjadi secara berulang-ulang dalam bentuk fisik (langsung dan tidak langsung) dan non fisik (verbal secara langsung dan tidak langsung, non verbal langsung dan tidak langsung).

b. Alat ukur data

Alat ukur data perilaku kekerasan menggunakan kuesioner. c. Satuan data

Satuan data perilaku kekerasan adalah unit. Perilaku kekerasan diukur menggunakan skala Likert. Pernyataan dalam bentuk favourable dan unfavourable dengan empat alternatif pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (S) dan Sangat Tidak Setuju (STS).


(46)

Tabel 3.2. Skoring Perilaku Kekerasan (Bullying)

No. Pilihan Jawaban Favourable Unfavourable

1. Sangat setuju (SS) 4 1

2. Setuju (S) 3 2

3. Tidak setuju (TS) 2 3

4. Sangat tidak setuju (STS) 1 4

d. Skala data

Skala data perilaku kekerasan adalah interval.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk mengukur variabel lingkungan sekolah, pengetahuan dan perilaku kekerasan menggunakan kuesioner tertutup dimana responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan (Sumarsono, 2004) . Kuesioner disusun berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut:

1. Kisi-kisi Kuesioner Lingkungan Sekolah

Tabel 3.3. Kisi-kisi kuesioner lingkungan sekolah

Variabel Indikator Nomor Item

Favourable Unfavourable

Jumlah Kedisiplinan

Relasi guru dengan siswa Relasi siswa dengan siswa Iklim sekolah 1,2,6,7 9,10,12,13,15,17 20,22 28,29,31,33,34 3,4,5,8 11,14,16,18 19,21,23,24,25 26,27 30,32,35 8 10 9 8

Jumlah 35


(47)

2. Kisi-kisi Pengetahuan

Tabel 3.4. Kisi-kisi pengetahuan

Variabel Indikator Nomor Item

Favourable Unfavourable

Jumlah Pengetahuan Pengertian

perilaku kekerasan (bullying) Bentuk perilaku kekerasan (bullying) Dampak perilaku kekerasan (bullying) 1,2,3,4,5 7,8,9,10,13, 15 16,17,20 6 11,12,14 18,19 6 9 5

Jumlah 20

3. Kisi-kisi Perilaku Kekerasan (Bullying)

Tabel 3.5. Kisi-kisi perilaku kekerasan (Bullying)

Variabel Indikator Nomor Aitem

Unfavourable Jumlah Perilaku Kekerasan (Bullying) Fisik: Kontak langsung Tidak langsung Non fisik: Verbal langsung Tidak langsung Non verbal langsung Tidak langsung 1,2,3,4,5,6,7, 8,22,23,25,27,28 9 10,11,12,13,14,24 26,29,30 15,16,17 18,19 20,21 13 1 9 3 2 2

Jumlah 30

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari subjek penelitian maka diperlukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka


(48)

sebaiknya jumlah responden untuk ujicoba paling sedikit 30 orang. Penghitungan dilakukan dengan bantuan aplikasi program komputer SPSS (Statistical Package For Social Science) for Windows versi 17 dengan tingkat signifikansi (α) yaitu 5%.

1. Uji validitas

Uji validitas dilakukan dengan analisis butir soal yaitu skor yang ada pada butir soal dinyatakan sebagai nilai x dan skor total dinyatakan sebagai nilai y. Selanjutnya dihitung dengan korelasi product moment. Kuesioner diuji cobakan pada 30 murid kelas XI SMK Murni 1 Surakarta. Setelah diperoleh harga rxy hasilnya dikonsultasikan dengan harga kritik product moment. Jika harga rxy > rtabel maka dapat dikatakan butir itu valid dengan = 5% (Notoatmodjo, 2006).

Perhitungan validitas kuesioner dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

r = koefisien korelasi xy = skor pernyataan x = pernyataan N = jumlah sampel y = skor total

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas mengandung maksud untuk menguji sejauh mana instrumen menghasilkan pengukuran yang sama meskipun digunakan pengamat yang berbeda pada waktu yang sama.

r

xy


(49)

Uji reliabilitas ini menggunakan rumus Alfa Cronbach dengan rumus:

ri = k 1 - b2  ( k - 1) 2 t

Keterangan: ri = reliabilitas instrumen yang dicari k = banyaknya butir pertanyaan

b2 = jumlah varian butir soal 2 t = varian total

Jika hasil ri > rtabel dengan taraf signifikansi 5%, maka aitem dikatakan reliabel; sebaliknya jika ri < rtabel maka dikatakan tidak reliabel. Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha Cronbach minimal 0,7 (Riwidikdo, 2007; Sugiyono, 2007; Taufiqurrahman, 2008).

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 30 murid di SMK Murni 1 Surakarta didapatkan bahwa sebanyak 4 aitem pernyataan dari kuesioner lingkungan sekolah dinyatakan tidak valid, yaitu pernyataan nomor 10, 20, 29 dan 31.Dari kuesioner pengetahuan tentang perilaku kekerasan didapatkan sebanyak 2 aitem pertanyaan dinyatakan tidak valid yaitu pertanyaan nomor 8 dan 15. Sedangkan pada kuesioner perilaku kekerasan didapatkan 3 aitem dinyatakan tidak valid yaitu nomor 6, 11 dan 25.


(50)

H. Analisis Data 1. Pengolahan Data

a) Editing, adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh. Langkah ini dapat dilakukan pada tahap pengumpulan atau setelah data terkumpul.

b) Coding, merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

c) Data entry, adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam komputer kemudian membuat tabel kontingensi.

d) Tabulating, adalah pengklasifikasian data agar dengan mudah dilakukan perhitungan statistik deskriptif.

(Hidayat, 2007) 2. Analisis Data

a. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dimaksudkan untuk menguji apakah data yang terkumpul memenuhi persyaratan untuk analisis. Untuk uji persyaratan analisis terhadap data penelitian, maka digunakan uji normalitas, uji multikolinieritas, linearitas, autokorelasi dan heteroskesdastisitas. Pengujian ini dilakukan sebelum dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis.


(51)

1) Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Jika kolmogorov-smirnov hitung menunjukkan lebih besar dari 0,05, maka sebaran data dikatakan mendekati distribusi normal atau normal. Sebaliknya, jika kolmogorov-smirnov hitung menunjukkan lebih kecil dari 0,05, maka sebaran data dikatakan tidak mendekati distribusi normal atau tidak normal (Ghozali, 2009).

2) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi ada korelasi antar variabel bebas, dengan memperhatikan nilai tolerance dengan VIF (Variance Inflation Factor). Sebagai prasyarat model regresi harus mempunyai nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinieritas, sebaiknya jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10, maka terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2009).

3) Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi variabel bebas x terhadap variabel terikat y. Berdasarkan garis regresi yang telah dibuat, selanjutnya diuji nilai keberartian koefisien garis regresi serta linieritasnya. Apabila p value > 0,05, maka hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat adalah tidak linier (Ghozali, 2009).


(52)

4) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Hal ini dapat diketahui dengan Uji Durbin-Watson dengan membandingkan nilai D-W hitung dengan nilai D-W tabel. 5) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas berarti penyebaran titik data populasi pada bidang regresi tidak konstan. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser dimana dalam uji ini meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Hal ini ditunjukkan jika nilai t hitung > t tabel serta probabilitas signifikasinya diatas tingkat kepercayaan 5% atau α > 0,05 maka model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas

b. Uji Hipotesis

1) Analisis Univariat

Variabel- variabel yang ada yaitu lingkungan sekolah, pengetahuan dan perilaku kekerasan dianalisis secara deskriptif dengan


(53)

menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui karakteristik subyek penelitian.

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Pearson Product Moment dengan taraf signifikansi p < 0,05 dengan rumus:

r

xy

Keterangan : r = koefisien korelasi xy = skor pernyataan x = pernyataan N = jumlah sampel y = skor total

3) Analisis Multivariat

(a) Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas (lingkungan sekolah dan pengetahuan) terhadap variabel terikat (perilaku kekerasan). Rumus yang digunakan adalah :

Y = a+b1X1+b2X2 Keterangan :

Y = perilaku kekerasan a = konstanta

X1 = lingkungan sekolah X2 = pengetahuan b1,2 = koefisien regresi


(54)

(b) Uji t

Analisis ini digunakan untuk membuktikan signifikansi pengaruh vairabel bebas (lingkungan sekolah dan pengetahuan) terhadap variabel terikat (perilaku kekerasan) secara parsial. Kriteria pengujian yaitu :

Ho diterima apabila p value ≥ 0,05 Ho ditolak apabila p value ≤ 0,05

Apabila p value > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat, sebaliknya apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

(c) Uji F

Analisis ini digunakan untuk membuktikan signifikansi pengaruh varibel bebas (lingkungan sekolah dan pengetahuan) terhadap variabel terikat (perilaku kekerasan) secara bersama-sama. Kriteria pengujian yaitu :

Ho diterima apabila p value ≥ 0,05 Ho ditolak apabila p value ≤ 0,05

Apabila p value ≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan lingkungan sekolah dan pengetahuan secara bersama-sama terhadap perilaku merokok, sebaliknya apabila p value ≤ 0,05 maka Ho ditolak


(55)

dan Ha diterima, artinya ada pengaruh signifikan lingkungan sekolah dan pengetahuan secara bersama-sama terhadap perilaku kekerasan.

(d) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa besar sumbangan pengaruh variabel bebas (lingkungan sekolah dan pengetahuan) dalam menerangkan variabel terikat (perilaku kekerasan). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 -1. Nilai R2 yang kecil berarti sumbangan atau pengaruh variabel bebas dalam menjelaskan variasi model variabel terikat amat kecil. Sumbangan prediktor digunakan untuk mengetahui berapa sumbangan (kontribusi) masing-masing variabel bebas.

Ada 2 jenis sumbangan, yaitu sumbangan efektif dan sumbangan relatif. Jumlah sumbangan efektif untuk semua variabel sama dengan koefisien determinasi, sedangkan jumlah sumbangan relatif untuk semua variabel bebasnya sama dengan 1 atau 100%. Rumus sumbangan efektif dan sumbangan relatif sebagai berikut:

a) Sumbangan Relatif (SR)

(i) Sumbangan relatif lingkungan sekolah SR(X1)% = SE (X)% x 100%

R2


(56)

(ii) Sumbangan relatif pengetahuan SR(X2)% = x 100%

b) Sumbangan Efektif (SE)

(i) Sumbangan efektif lingkungan sekolah SE(X1)% = β x1 x

r

xy1 x 100%

(ii) Sumbangan efektif pengetahuan SE(X2)% = β x2 x

r

xy2 x 100%

Semua perhitungan prasyarat penelitian dan uji hipotesis menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows versi 16.

SE (X)% R2


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan pada kalangan pelajar. Pengambilan data dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 21 Mei 2014 di SMK Murni 1 Surakarta, dengan jumlah responden sebanyak 104 siswa kelas XI yang diambil secara random sampling. Proses pengambilan data menggunakan kuesioner. Pengisian kuesioner dilakukan pada tempat dan waktu yang sama di SMK Murni 1 Surakarta. Berikut karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal responden.

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 4.1 Distribusi umur responden

Umur Jumlah Presentase

16 tahun 17 tahun 18 65 17,3% 62,5%

18 tahun 15 14,4%

19 tahun 4 3,9%

20 tahun 2 1,9%

Total 104 100%

Sumber : Data Primer (2014)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari seluruh sampel, yang terbanyak berusia 17 tahun yaitu sejumlah 65 siswa.

44 commit to user


(58)

b. Karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal

Tabel 4.2 Distribusi tempat tinggal responden

Tempat tinggal Jumlah Presentase

Boyolali 4 3,84%

Karanganyar 1 0,98%

Kartasura 1 0,98%

Klaten 1 0,98%

Sragen 2 1,96%

Sukoharjo 20 19,23%

Surakarta 73 70,15%

Wonogiri 1 0,98%

Total 104 100%

Sumber : Data Primer (2014)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sampel paling banyak tinggal di Surakarta yaitu sejumlah 73 siswa.

c. Karakteristik responden berdasarkan perilaku kekerasan yang dilakukan Tabel 4.3 Distribusi perilaku kekerasan yang dilakukan

Bentuk Jumlah Presentase

Fisik 20 19,23%

Non fisik 84 80,77%

Total 104 100%

Sumber : Data Primer (2014)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan murid melakukan perilaku kekerasan berbentuk non fisik yaitu verbal sebesar 84 orang.


(59)

2. Analisis Univariat

Secara keseluruhan berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan pada semua variabel didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4 Statistik deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Lingkungan

sekolah 104 78 120 100.98 9.006

Pengetahuan 104 7 18 13.00 12.67

Perilaku kekerasan 104 66 126 110.81 12.502 Valid N (listwise) 104

a. Deskripsi Data Lingkungan Sekolah

Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil: jumlah responden (N) = 104 siswa dengan jumlah skor lingkungan sekolah tertinggi = 120 dan jumlah lingkungan sekolah terendah = 78 , mean ( ) = 100,98 , median (Me) = 101 , Standar Deviasi (σ) = 9,006, dan Modus (Mo) = 95. Adapun grafik histogramnya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Histogram lingkungan sekolah commit to user


(60)

b. Deskripsi Data Pengetahuan tentang Perilaku Kekerasan

Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil: jumlah responden (N) = 104 siswa dengan total nilai pengetahuan tertinggi = 18 dan pengetahuan terendah = 7 , mean ( ) = 12,67 , median (Me) = 13 , Standar Deviasi (σ) = 2,304, dan Modus (Mo) = 13. Adapun grafik histogramnya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2. Histogram pengetahuan tentang perilaku kekerasan c. Deskripsi Data Perilaku Kekerasan

Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil: jumlah responden (N) = 104 siswa dengan total nilai perilaku kekerasan tertinggi = 66 dan terendah = 126 , mean ( ) = 114 , median (Me) = 114 , Standar Deviasi (σ) = 12,502, dan Modus (Mo) = 118. Adapun grafik histogramnya adalah sebagai berikut:


(61)

3. Analisis Bivariat

Berdasarkan uji statistik bivariat Pearson’s Product Moment, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

a. Pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku kekerasan

Dari hasil analisis didapat koefisien korelasi antara lingkungan sekolah dengan perilaku kekerasan adalah 0,548 dan nilai t hitung pada variabel lingkungan sekolah sebesar 4,334 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan dengan

lingkungan pengetahuan perilaku lingkungan Pearson Correlation 1 .484** .548**

Sig. (2-tailed) .000 .000 N 104 104 104 pengetahuan Pearson Correlation .484** 1 .522**

Sig. (2-tailed) .000 .000 N 104 104 104 perilaku Pearson Correlation .548** .522** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 104 104 104 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 4.5 Uji statistik bivariat

Gambar 4.3. Histogram perilaku kekerasan


(62)

kekuatan sedang antara lingkungan sekolah dan perilaku kekerasan. Lingkungan sekolah juga cukup berpengaruh terhadap perilaku kekerasan. Arah pengaruh adalah positif karena nilai r positif, berarti semakin baik lingkungan sekolah maka semakin baik pula perilaku pelajar untuk tidak melakukan perilaku kekerasan di sekolah.

Sedangkan dari output didapatkan signifikasi sebesar 0,000. Karena signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah berpengaruh terhadap perilaku kekerasan. b. Pengaruh pengetahuan tentang perilaku kekerasan dengan perilaku

kekerasan

Dari hasil analisis didapat koefisien korelasi antara pengetahuan tentang perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan adalah 0,522 dan nilai t hitung pada variabel penegtahuan sebesar 3,753 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan dengan kekuatan sedang. Pengetahuan tentang perilaku kekerasan juga cukup berpengaruh terhadap perilaku kekerasan. Sedangkan arah pengaruh adalah positif karena nilai r positif, berarti semakin tinggi pengetahuan maka semakin baik pula perilaku pelajar untuk tidak melakukan perilaku kekerasan.

Sedangkan dari output didapatkan signifikasi sebesar 0,000. Karena signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengetahuan tentang perilaku kekerasan berpengaruh terhadap perilaku kekerasan.


(63)

4. Analisis Multivariat a. Uji Asumsi Klasik

1) Uji Normalitas

Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Berikut hasil uji normalitas dengan bantuan SPSS versi 16.0.

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

lingkungan pengetahuan perilaku N 104 104 104 Normal

Parametersa

Mean 100.98 12.67 110.81 Std. Deviation 9.006 2.304 12.502 Most

Extreme Differences

Absolute .085 .114 .122 Positive .085 .097 .112 Negative -.041 -.114 -.122 Kolmogorov-Smirnov Z .866 1.164 1.241 Asymp. Sig. (2-tailed) .442 .133 .092 a. Test distribution is Normal.

Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa p-value (Asymp. Sig.) variabel independen (lingkungan sekolah dan pengetahuan) sebesar 0,442 dan 0,133 serta variabel dependen sebesar 0,092, karena p-value > 0,05 maka data dari variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian dapat dikatakan berdistribusi normal.

2) Uji Linearitas

Tujuannya untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Test for Linearity. Berikut hasil uji commit to user


(64)

linearitas dengan bantuan program SPSS versi 16.0 (hasil uji SPSS terlampir)

Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas

Keterangan F hitung F tabel Kondisi Simpulan Perilaku kekerasan

* Lingkungan sekolah

1,223 4,13 F hitung < F tabel

Linier

Perilaku kekerasan * Pengetahuan

1,841 4,96 F hitung < F tabel

Linier

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen, yaitu lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan mempunyai hubungan yang linier dengan variabel dependen yaitu perilaku kekerasan karena nilai F hitung < F tabel.

3) Uji Multikolinearitas

Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya Tolerance Value dan Variance Inflation Factor. Sebagai prasyarat uji regresi, harus mempunyai nilai tolerance >0,10 dan nilai VIF <10. Berikut simpulan hasil uji multikolinieritas dengan bantuan program SPSS versi 16.0 (hasil SPSS terlampir).

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Lingkungan

sekolah

.765 1.307

Pengetahuan .765 1.307

a. Dependent Variable: Perilaku Kekerasan commit to user


(65)

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, dapat diketahui bahwa seluruh variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF <10, berarti tidak terjadi hubungan multikolinieritas atau hubungan antarvariabel bersifat independen 4) Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Hal ini dapat diketahui dengan Uji Durbin-Watson. Berikut hasil uji autokorelasi dengan bantuan program SPSS versi 16.0:

Tabel 4.9 Hasil uji autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson 1 .621a .386 .374 9.892 1.842 a. Predictors: (Constant), pengetahuan, lingkungan

b. Dependent Variable: perilaku kekerasan

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui nilai Durbin-Watson (DW-Test) sebesar 1,842. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai tabel untuk jumlah sampel (n) = 104 dan jumlah variabel independen (k) = 2, yaitu du = 1,6415, dengan ketentuan du < d < 4-du, dengan d adalah nilai Durbin-Watson, maka: 1,6415 < 1,842 < 2,355, sehingga tidak terdapat autokorelasi.


(66)

5) Uji Heterokedastisitas

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas. Hal ini dapat diketahui dengan Uji Glejser. Berikut hasil uji heterokedastisitas dengan bantuan program SPSS versi 16.0:

Tabel 4.10 Hasil uji heterokedastisitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1(Constant) 24.366 7.063 3.450 .001 Lingkungan -.097 .080 -.132 -1.218 .226 pengetahuan -.581 .311 -.203 -1.867 .065 a. Dependent Variable: RES2

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, dapat dilihat bahwa untuk semua variabel t hitung > t tabel serta signifikasi > 0,05, dimana lingkungan sekolah -1,218 > -1,984 dan signifikasi 0,226 > 0,05, pengetahuan -1,867 > -1,984 dan signifikasi 0,065 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.

b. Analisis Regresi Linier Ganda

Regresi linier ganda digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara variabel dependen dan variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku kekerasan, sedangkan


(67)

variabel independennya sendiri terdiri dari lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan. Analisis regresi linier ganda dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0, dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil uji regresi linier ganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1(Constant) 33.672 10.972 3.069 .003 Lingkungan .536 .124 .386 4.334 .000 Pengetahuan 1.815 .484 .334 3.753 .000 a. Dependent Variable: perilaku

kekerasan

Berdasarkan hasil diatas, didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 33,672 + 0,536X1 + 1,815X2

1) Nilai konstanta (a) yang bertanda positif, yaitu 33,672, artinya apabila lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan sama dengan nol, responden akan melakukan perilaku kekerasan.

2) Nilai koefisien regresi untuk variabel lingkungan sekolah (X1) yang bertanda positif, yaitu 0.536 satuan, nilai tersebut menunjukkan arah hubungan yang positif terhadap Y, berarti semakin baik lingkungan sekolah (X1) , maka akan semakin baik pula perilaku pelajar untuk tidak melakukan perilaku kekerasan (Y) pada responden dan sebaliknya, dengan asumsi pengetahuan tentang perilaku kekerasan (X2) dianggap tetap atau konstan. commit to user


(68)

3) Nilai koefisien regresi untuk variabel pengetahuan tentang perilaku kekerasan (X2) yang bertanda positif, yaitu 1,815 menunjukkan arah hubungan yang positif terhadap Y, berarti semakin tinggi atau semakin baik pengetahuan tentang perilaku kekerasan (X2) responden, maka akan semakin tinggi pula perilaku pelajar untuk tidak melakukan perilaku kekerasan (Y) pada responden dan sebaliknya, dengan asumsi lingkungan sekolah (X1) dianggap tetap atau konstan. c. Uji t

Analisis ini digunakan untuk membuktikan signifikasi pengaruh variabel independen (lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan), terhadap variabel dependen (perilaku kekerasan) secara parsial. Syarat dari uji t sendiri adalah bahwa t hitung harus lebih besar daripada t tabel, dan nilai signifikansi harus lebih kecil daripada alpha. Dalam penelitian ini, t tabel untuk jumlah sampel (n): 104, dan jumlah variabel independen: 2 adalah 1,984. Adapun alpha yang digunakan adalah 0,05.

1) Pengaruh lingkungan sekolah terhadap perilaku kekerasan.

Berdasarkan hasil perhitungan uji t dalam analisis regresi linier ganda pada tabel 4.9, dapat dilihat bahwa nilai t hitung pada variabel lingkungan sekolah sebesar 4,334 > 1,984 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang positif terhadap perilaku kekerasan pada responden. Sedangkan tanda positif pada t hitung menunjukkan arah


(69)

pengaruh yang positif antara lingkungan sekolah terhadap perilaku kekerasan.

2) Pengaruh pengetahuan tentang perilaku kekerasan terhadap perilaku kekerasan pada kalangan pelajar.

Berdasarkan hasil perhitungan uji t dalam analisis regresi linier ganda pada tabel 4.9, dapat dilihat bahwa nilai t hitung pada variabel pengetahuan tentang perilaku kekerasan sebesar 3,753 > 1,984 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang perilaku kekerasan memiliki pengaruh yang positif terhadap perilaku kekerasan pada responden. Sedangkan tanda positif pada t hitung menunjukkan arah pengaruh yang positif antara pengetahuan tentang perilaku kekerasan terhadap perilaku kekerasan. d. Uji F

Analisis ini digunakan untuk membuktikan signifikansi pengaruh variabel independen (lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang kekerasan), terhadap variabel dependen (perilaku kekerasan) secara bersama-sama. Hasil Uji F dengan bantuan program SPSS versi 16.0 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12. Hasil Uji F ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1Regression 6216.576 2 3108.288 31.764 .000a

Residual 9883.578 101 97.857 Total 16100.154 103

a. Predictors: (Constant), pengetahuan, lingkungan b. Dependent Variable: perilaku

kekerasan


(70)

Syarat dari uji F adalah bahwa nilai F hitung harus lebih besar daripada F tabel dan nilai signifikansi harus lebih kecil daripada alpha. Dalam penelitian ini, F tabel untuk jumlah sampel (n): 104, dan jumlah variabel independen: 2 adalah 3,09. Adapun alpha yang digunakan adalah 0,05.

Berdasarkan uji yang dilakukan, didapatkan nilai Uji F sebesar 31,764 > 3,09 dengan taraf signifikansi 0.000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan memiliki pengaruh terhadap perilaku kekerasan secara bersama-sama. e. Koefisien Determinasi, Sumbangan Efektif, dan Sumbangan Relatif

1) Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa besar sumbangan pengaruh variabel dependen (lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan) terhadap variabel dependen (perilaku kekerasan). Hasil pengujian dengan bantuan program SPSS versi 16.0 dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.13. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .621a .386 .374 9.892

a. Predictors: (Constant), lingkungan,pengetahuan

Berdasarkan uji yang dilakukan, didapatkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,374, yang artinya bahwa variabel lingkungan sekolah dan pengetahuan tentang perilaku kekerasan memberikan


(71)

pengaruh sebesar 37,4% terhadap perilaku kekerasan pada responden, sedangkan 62,6% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.

2) Sumbangan Relatif

Sumbangan Relatif (SR) digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila seluruh sumbangan relatif dari masing-masing variabel independen dijumlahkan, hasilnya adalah 100. Berikut perhitungan sumbangan relatif masing-masing variabel independen:

= (0,386 x 0,548) x 100% (0,386x0,548)+(0,334x0,522)

= 54,81%

= (0,334x0,522) x 100% (0,386x0,548)+(0,334x0,522)

= 45,19%

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui nilai sumbangan relatif lingkungan sekolah (X1) sebesar 54,81% terhadap perilaku kekerasan (Y). Besar sumbangan relatif pengetahuan tentang


(72)

perilaku kekerasan (X2) sebesar 45,19% terhadap perilaku kekerasan (Y).

3) Sumbangan Efektif

Sumbangan Efektif (SE) digunakan untuk mengetahui sumbangan masing-masing variabel independen dalam menunjang efektifitas garis regresi. Apabila seluruh sumbangan relatif dari masing-masing variabel independen dijumlahkan, hasilnya adalah sebesar koefisien determinasi (R2) yaitu 0,386. Berikut hasil perhitungan Sumbangan Efektif masing-masing variabel independen. SE%X1 = SR%X1 x R2

= 54,81% x 0,386 = 21,17% SE%X2 = SR%X2 x R2

= 45,19% x 0,386 = 17,44%

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui nilai sumbangan efektif lingkungan sekolah (X1) sebesar 21,17% terhadap koefisien determinasi (R2). Besar sumbangan relatif pengetahuan tentang perilaku kekerasan (X2) sebesar 17,44%.

B. Pembahasan

Pembahasan analisis dan pengujian hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengaruh lingkungan sekolah (X1) terhadap perilaku kekerasan (Y)

Berdasarkan hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji regresi linier ganda, didapatkan nilai sebesar 0,536. Nilai ini menunjukkan


(73)

arah hubungan yang positif antara lingkungan sekolah dengan perilaku kekerasan, dimana responden yang memiliki nilai lingkungan sekolah yang tinggi, ia akan cenderung berperilaku baik, dan sebaliknya. Hal ini juga didukung dengan hasil uji t yang menunjukkan nilai 4,334, dimana t hitung tersebut lebih besar daripada t tabel, yaitu 1,984 dan taraf signifikansi 0,000 < 0,05, yang artinya lingkungan sekolah memiliki pengaruh terhadap perilaku kekerasan. Selain itu, X1 memiliki sumbangan relatif sebesar 54,81% terhadap Y. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa secara statistik lingkungan sekolah mempengaruhi perilaku kekerasan.

Secara teoretis, hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Usman (2013) yang menyatakan bahwa perilaku bullying dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Menurut Benitez dan Justicia (2006) kelompok teman sebaya yang memiliki masalah di sekolah akan memberikan dampak yang negatif bagi sekolah seperti kekerasan, perilaku membolos, rendahnya sikap menghormati kepada sesama teman dan guru.

Kuat atau tidaknya pengaruh teman sebaya sangat ditentukan oleh intensitas suatu hubungan dengan teman sebaya, semakin sering berinteraksi dengan teman sebaya, maka akan semakin banyak pengaruh yang akan diterima. Semakin banyak perilaku negatif yang diterima, maka akan remaja akan semakin banyak mempunyai perilaku yang negatif, sebaliknya apabila remaja banyak menerima perilaku yang positif, maka remaja juga akan cenderung memiliki perilaku yang positif pula (Nopriandi, 2013).


(74)

Iklim sekolah juga memberikan pengaruh pada siswa untuk menjadi pelaku bullying. Menurut Setiawati (2008) kecenderungan pihak sekolah yang sering mengabaikan keberadaan bullying menjadikan para siswa sebagai pelaku bullying mendapatkan penguatan terhadap perilaku tersebut untuk melakukan intimidasi pada siswa yang lain. Goldammer (2013) mengatakan bahwa usaha untuk mengurangi perilaku bullying di sekolah adalah dengan cara menciptakan iklim sekolah yang baik agar siswa merasa nyaman dan dihargai di sekolah.

Perilaku bullying adalah masalah sosial dan lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor atas terjadinya perilaku tersebut. Olweus (Woods & Wolke, 2004) pertama kali berspekulasi bahwa perilaku bullying/agresif yang dilakukan oleh para siswa merupakan sebuah reaksi dari rasa frustasi dan kegagalan di sekolah. Hal ini didukung oleh sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Salwina et al (2009) yang mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara rendahnya nilai prestasi belajar dengan perilaku bullying.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui baik secara statistik maupun teoritis, lingkungan sekolah mempengaruhi perilaku kekerasan pada kalangan pelajar. Semakin baik lingkungan sekolah maka perilaku pelajar pun semakin baik.


(75)

2. Pengaruh Pengetahuan tentang Perilaku Kekerasan (X2) dengan Perilaku Kekerasan (Y)

Berdasarkan hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji regresi linier ganda, didapatkan nilai sebesar 1,815. Nilai ini menunjukkan arah pengaruh yang positif antara pengetahuan tentang perilaku kekerasan terhadap perilaku kekerasan, dimana responden yang mempunyai penegtahuan yang tinggi cenderung akan berperilaku baik. Hal ini juga didukung dengan hasil uji t yang menunjukkan nilai 3,753, dimana t hitung tersebut lebih besar daripada t tabel, yaitu 1,984 dan taraf signifikansi 0,000 < 0,05, yang artinya pengetahuan pelajar tentang perilaku kekerasan akan mempengaruhi perilaku kekerasan di kalangan tersebut. Selain itu, X2 memiliki sumbangan relatif sebesar 45,19% terhadap Y. Tanda positif menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tentang perilaku kekerasan memiliki arah pengaruh yang positif dengan perilaku kekerasan di kalangan pelajar, sesuai dengan hasil uji linier ganda. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui, bahwa secara statistik pengetahuan tentang perilaku kekerasan mempengaruhi perilaku kekerasan di kalangan pelajar.

Secara teoretis, hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuwono dalam Aprilia (2013) yang mengatakan bahwa secara umum, ada 2 faktor utama yang menyebabkan timbulnya perilaku kekerasan remaja yaitu faktor individu remaja itu sendiri dan faktor di luar remaja. Faktor dari remaja antara lain salah satunya adalah kurangnya pengetahuan.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id