PENGARUH KEPEMILIKAN TERKONSENTRASI UKUR. docx

PENGARUH KEPEMILIKAN TERKONSENTRASI, UKURAN PERUSAHAAN,
LEVERAGE, CAPITAL INTENSITY DAN INVENTORY INTENSITY TERHADAP
AGRESIVITAS PAJAK DI BURSA EFEK INDONESIA
Meita Fahrani1*, Siti Nurlaela2, Yuli Chomsatu3
Akuntansi, Ekonomi, Universitas Islam Batik Surakarta
Jl. KH. Agus Salim No. 10 Surakarta 57147 Telp 0271-714751
*Email: meitafahrani@yahoo.com

Abstract
This study aims to examine the effect of concentrated ownership, firm size, Leverage, Capital
Intensity and Inventory Intensity to corporate tax aggressiveness. The independent variables used
in this study are concentrated ownership, firm size, Leverage, Capital Intensity and Inventory
Intensity. While the dependent variable in this research is tax aggressiveness which is measured
using proxy effective tax rate (ETR). Data analysis techniques use multiple linear regression with
SPSS program. Population in this research is Mining Company which listed in Indonesia stock
exchange year 2014-2016. The results of this research indicate contribution of independent
variable of concentrated ownership, firm size, laverage, capital intensity, and inventory intensity to
dependent variable of tax aggressiveness equal to 14,7% part from others. And the remaining
84.3% is influenced by other variables not included in this model. The concentrated ownership
variable, Leverage and Capital Intensity did not significantly influence the aggressiveness of
corporate tax, while firm size and inventory intensity variables significantly influence the

aggressiveness of corporate tax.
Keywords: Ownership, Leverage, Capital, Inventory and Tax Aggressiveness
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan terkonsentrasi, ukuran
perusahaan, Leverage, Capital Intensity dan Inventory Intensity terhadap agresivitas pajak
perusahaan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan
terkonsentrasi , ukuran perusahaan, Leverage, Capital Intensity dan Inventory Intensity. Sedangkan
variabel dependen dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak yang diukur menggunakan proksi
effective tax rates (ETR). Teknik analisa data menggunakan regresi linier berganda dengan program
SPSS. Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2014-2016. Hasil penilitian ini menunjukkan sumbangan pengaruh variabel
independen kepemilikan terkonsentrasi, ukuran perusahaan, laverage, capital intensity, dan
inventory intensity terhadap variabel dependen agresivitas pajak sebesar 14,7% bagian dari yang
lain. Dan sisanya sebesar 84,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
ini. Variabel kepemilikan terkonsentrasi, Leverage dan Capital Intensity tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap agresifitas pajak perusahaan, sedangkan variabel ukuran perusahaan dan
inventory intensity berpengaruh secara signifikan terhadap agresifitas pajak perusahaan.
Kata kunci : Kepemilikan , Leverage, Capital, Inventory dan Agresivitas Pajak
1. PENDAHULUAN
Tak dapat disangkal Indonesia adalah

negara kaya sumber daya alam, terutama

bahan galian seperti minyak dan gas
bumi, batubara, tembaga, emas, perak,
nikel dan timah. Sejak dulu kala industri
1

tambang menjadi primadona dalam
perekonomian Indoneisa yang berangsur
digeser oleh manufaktur. Perolehan devisa
sektor pertambangan masih dominan
karena pada 2010 ekspor hasil tambang
63% sedang manfaktur hanya 36,6 %.
Sebagai perbandiingan, ekspor manufakur
Malaysia 68,7%, Thailand 80,3% dan
Vietnam 50,3%. Namun dari tahun
ketahun penerimaan negara dari sektor
tambang kian menurun, maka untuk
mendanai pembangunan saat ini lebih
diutamakan ke sektor penerimaan pajak

[ CITATION Irw15 \l 1057 ].

Pajak
merupakan
sumber
penerimaan negara terbesar dan
sumber penerimaan yang sangat wajar
terlebih sumber daya alam yang relatif
terbatas yang saat ini tidak bisa
diandalkan khususnya minyak bumi.
Peranan pajak menjadi sangat besar
dan semakin diandalkan untuk
kepentingan
pembangunan
dan
pengeluaran pemerintah (Nur dkk,
2016). Sedangkan bagi perusahaan
pajak adalah beban yang akan
mengurangi laba bersih. Namun dalam
pelaksanaannya terdapat perbedaan

kepentingan antara wajib pajak dengan
pemerintah.
Menurut [ CITATION Cha13 \l
1057 ] Strategi yang dapat ditempuh
untuk mengefisiensikan beban pajak
scara legal yaitu : (1) Tax saving,
adalah upaya untuk mengefisiensikan
beban pajak melalui pemilihan
alternatif pengenaan pajak dengan tarif
yang lebih rendah. (2) Tax Avoidance,
adalah upaya mengefisiensikan beban
pajak dengan cara mengindari
pengenaan
pajak
dangan
mengarahkanya pada transaksi yang
bukan obyek pajak. (3) Penundaan /
Penggeseran pembayaran pajak adalah
pembayaran kewajiban pajak dapat
dilakukan tanpa melanggar peraturan

perpajakan
yang
berlaku.
(4)
Mengoptimalkan kredit Pajak yang
diperkenankan.
(5)
Menghindari
pemeriksaan Pajak dengan cara

menghindari
lebih
bayar.
(6)
Menghindari Pelanggaran terhadap
peraturan perpajakan. Agresivitas
pajak adalah tindakan perencanaan
pajak yang lebih agresif.
Agresivitas pajak merupakan suatu
hal yang umum terjadi di kalangan

perusahaan besar di seluruh dunia
meskipun sampai saat ini masih
menjadi
perdebatan.
Tindakan
agresivitas pajak yang dilakukan
melalui strategi perencanaan pajak
pada umumnya berusaha untuk
menghindari sanksi akibat dari
penerapan pajak yang melanggar
peraturan dan perundang-undangan
perpajakan di Indonesia, tetapi
perencanaan
pajak
merupakan
penerapan
kegiatan-kegiatan
perusahaan terhadap peraturan dan
perundang-undangan perpajakan yang
berlaku untuk mengecilkan beban

pajak perusahaan (Sumarsan: 2013:
115).
Agresivitas
pajak
atau
perencanaan pajak adalah suatu skema
transaksi yang ditujukan untuk
meminimalkan beban pajak dengan
memanfaatkan
kelemahan

kelemahan ketentuan perpajakan suatu
negara
sehingga
ahli
pajak
menyatakan legal karena tidak
melanggar peraturan perpajakan.
Industri Pertambangan merupakan
industri yang spesifik dan memiliki

karakteristik
tersendiri.
Oleh
karenanya, dalam penyusunan laporan
keuangan diatur oleh pedoman khusus,
termasuk
juga
peraturan
perpajakannya. Dasar yang digunakan
adalah sesuai dengan PSAK 64:
Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi
pada Pertambangan Sumber Daya
Mineral, PSAK 29 dan PSAK 33.
PSAK 64 ini merupakan adopsi dari
IFRS 6: Exploration for and
Evaluation of Mineral Resources.
Perbedaan dengan IFRS 6 hanya
terletak pada pengaturan tanggal
efektifnya. Tujuan dan ruang lingkup
2


PSAK 64 adalah untuk menetapkan
pelaporan keuangan atas eksplorasi
dan evaluasi pada pertambangan
sumber daya mineral, PSAK 64 secara
khusus
mensyaratkan:
(a)
pengembangan terbatas atas praktik
akuntansi yang ada untuk pengeluaran
eksplorasi dan evaluasi; (b) entitas
yang mengakui aset eksplorasi dan
evaluasi untuk menilai apakah aset
tersebut mengalami penurunan nilai
sesuai dengan PSAK 64 dan
mengukur setiap penurunan nilai
sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009):
Penurunan
Nilai
Aset;

(c)
pengungkapan yang mengidentifikasi
dan menjelaskan jumlah dalam
laporan keuangan yang timbul dari
eksplorasi dan evaluasi sumber daya
mineral serta membantu pengguna
laporan keuangan untuk memahami
jumlah, waktu, dan kepastian atas arus
kas masa depan dari setiap asset
eksplorasi dan evaluasi yang diakui.
PSAK 29 : Akuntansi minyak dan gas
bumi dan PSAK 33: Akuntansi
Pertambangan
Umum
(untuk
pengaturan yang terkait dengan
aktivitas eksplorasi dan aktivitas
pengembangan dan konstruksi).
Apakah
pelaporan

laporan
keuangan perusahaan sesuai PSAK 64
yang disahkan tahun 2014 tentang
pertambangan dalam hal ini penulis
menggunakan variabel kepemilikan
terkonsentrasi, ukuran perusahaan,
leverage, capital intensity dan
inventory intensity berpengaruh pada
tindakan agresivitas pajak perusahan?
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh kepemilikan
terkonsentrasi, ukuran perusahaan,
Leverage, Capital Intensity dan
Inventory
Intensitity
terhadap
agresivitas pajak perusahan.
2. LANDASAN TEORI DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori

Pengertian pajak menurut Prof.
Dr.Soemitro, S.H yang dikutip dari
buku Hukum Pajak [ CITATION
Dra14 \l 1057 ] menyatakan : pajak
adalah iuran kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontrapretasi).
Yang langsung dapat ditunjukan dan
digunakan
untuk
memabayar
pengeluaran umum.
Agresivitas pajak adalah tindakan
yang tidak hanya dari ketidak patuhan
wajib pajak terhadap peraturan
perpajakan, namun juga berasal dari
aktivitas penghematan yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku
(Rusydi
dan
Martani
2014).
Sedangkan Hanlon dan Heitzman
(2010) mendefinisikan agresivitas
pajak adalah strategi penghindaran
pajak
untuk
mengurangi
atau
menghilangkan
beban
pajak
perusahaan dengan menggunakan
ketentuan yang diperbolehkan maupun
memanfaatkan kelemahan hukum
dalam peraturan perpajakan atau
melanggar
ketentuan
dengan
menggunakan celah yang ada namun
masih di dalam grey area.
Dalam penelitiannya Liris (2013)
mengatakan
bahwa
konsentrasi
kepemilikan terjadi pada 2 konsep
kepemilikan. Pertama, Kepemilikan
imediat. Kepemilikan ini adalah
kepemilikan
langsung
dalam
perusahaan publik yang didasarkan
persentase saham yang tertulis atas
nama pemegang saham. Oleh karena
itu, rangkaian kepemilikan tidak
ditelusuri.
Kedua,
Kepemilikan
ultimat. Kepemilikan ini berbentuk
langsung
dan
tidak
langsung.
Kepemilikan
langsung
menggambarkan persentase saham
yang dimiliki pemegang saham atas
nama dirinya sendiri. Kepemilikan
tidak langsung adalah kepemilikan
terhadap sebuah perusahaan publik
3

melalui rantai kepemilikan. Karena
terdapat bentuk kepemilikan tidak
langsung,
maka
rangkaian
kepemilikan harus ditelusuri sampai
dengan
pemilik
ultimat
dapat
diidentifikasi.
Ukuran perusahaan adalah suatu
skala, dimana dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan menurut
berbagai cara, antara lain: total aktiva,
log size, nilai pasar saham, dan lainlain. Pada dasarnya ukuran perusahaan
hanya terbagi menjadi 3 kategori yang
didasarkan
kepada
total
asset
perusahaan yaitu perusahaan besar
(large firm), perusahaan menengah
(medium firm), dan perusahaan kecil
(small firm). Ukuran perusahaan
dalam
penelitian
ini
dilihat
berdasarkan dari besarnya total asset
yang dimiliki perusahaan. Aset
menunjukkan aktiva yang digunakan
untuk
aktivitas
operasional
perusahaan. Peningkatan asset yang
diikuti peningkatan hasil operasi akan
semakin menambah kepercayaan
pihak luar terhadap perusahaan.
Dengan meningkatnya kepercayaan
pihak luar terhadap perusahaan,
dimungkinkan pihak kreditor tertarik
menanamkan dananya ke perusahaan
(Weston dan Brigham, 1994, dalam
Jaelani dan Idrus, 2001)
Leverage
dapat
didefinisikan
sebagai penggunaan aktiva atau dana
dimana untuk penggunaan tersebut,
perusahaan harus menutup biaya tetap
atau membayar beban tetap (Riyanto,
1995) dalam [ CITATION Mar13 \l
1057 ].
Capital intensity ratio atau rasio
intensitas modal adalah aktivitas
investasi yang dilakukan perusahaan
yang dikaitkan dengan investasi dalam
bentuk aset tetap (intensitas modal)
dan persediaan (intensitas persediaan).
Rasio
intensitas
modal
dapat
menunjukkan
tingkat
efisiensi
perusahaan
dalam
menggunakan

aktivanya
untuk
menghasilkan
penjualan [ CITATION Dan14 \l
1057 ].
Inventory intensity atau bisa disebut
juga dengan intensitas persediaan
merupakan salah satu komponen
penyusun komposisi aktiva yang
diukur dengan membandingkan antara
total persediaan dengan total aset yang
dimiliki perusahaan.
2.2 Pengembangan Hipotesis
a. Kepemilikan Terkonsentras
Hipotesis penelitan [ CITATION
Had14 \l 1057 ] serta penelitian yang
dilakukan pula oleh (Murniati, 2012)
menunjukan bahwa
struktur
kepemilikan berpengaruh signifikan
terhadap agresivitas pajak Sehingga
dalam
penelitian
ini
dapat
dihipotesiskan sebagai berikut, H1:
Kepemilikan
terkonsentrasi
berpengaruh pada agresivitas pajak.
b. Ukuran perusahaan
Hipotesis penelitan [ CITATION
Irv15 \l 1057 ] dengan hasil penelitian
bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh signifikan terhadap tingkat
agresivitas pajak. Penelitian serupa
dilakukan oleh (Rusydi, 2013) dengan
hipotesis
ukuran
peusahaan
berpengaruh terhadap agresivitas
pajak. Sehingga dalam penelitian ini
dapat dihipotesiskan sebagai berikut,
H2 : Ukuran
perusahaan
berpengaruh terhadap agresivitas
pajak.
c. Leverage
Hipotesis penelitian (Tiaras &
Wijaya, 2015) menyampaikan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh pada
agresivitas pajak serta hipotesis
[ CITATION Kri12 \l 1057 ] juga
menyatakan bahwa pengaruh yang
kuat antara leverage perusahaan
terhadap tingkat agresivitas pajak
perusahaan, dimana semakin tinggi
leverage maka semakin tinggi
agresivitas
pajak
perusahaan.
4

Sehingga dalam penelitian ini dapat
dihipotesiskan sebagai berikut, H3 :
Leverage berpengaruh terhadap
praktik agresivitas pajak.

3.3 Variabel Penelitian
Kerngka Pemikiran
Variabel Independen
(X)

Variabel Dependen
(Y)

Kepemilikan Terkonsentrasi(X1)

d. Capital intensity
Hipotesis penelitan [ CITATION
Let16 \l 1057 ] mengungkapkan hasil
penelitian bahwa variabel capital
intensity
berpengaruh
terhadap
agresivitas
pajak
perusahaan.
Sedangkan penelitian [ CITATION
Ida15 \l 1057 ] hipotesis penelitian
mengatakan bahwa Capital insensity
berpengaruh dapa agresivitas pajak.
Sehingga dalam penelitian ini dapat
dihipotesiskan sebagai berikut, H4 :
Capital intensity berpengaruh
terhadap agresivitas pajak.
e. Inventory intensity
Hipotesis penelitan [ CITATION
Ida15 \l 1057 ] menunjukan bahwa
Inventory
intensity
(intensitas
persediaan) berpengaruh positif dan
signifikan pada tingkat agresivitas
pajak. Sehingga dalam penelitian ini
dapat dihipotesiskan sebagai berikut,
H5 : Inventory intensity berpengaruh
terhadap agresivitas pajak.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian
kualitatif
yang
dikuantifikasikan yang diolah dengan
metode statistika.

3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-2016. Metode
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu tehnik pengambilan
sampel dengan pertimbangan/kriteria. Dengan

memperhatikan kriteria yang ada maka
diperoleh sampel penelitian sebanyak 30
perusahaan. Data keuangan diperoleh melalui
laporan keuangan dan laporan tahunan dari
perusahaan sampel selama 2014-2016,
sehingga dilakukan 90 observasi.

Ukuran Perusahaan (X2)
Agresivitas Pajak (Y)

Leverage (X3)
Capital Intensity (X4)

Inventory intensity (X5)

Variabel Indpenden
Kepemilikan Terkonsentrasi (X1)
Pemegang saham insider (KINS)
adalah pemegang saham yang dimiliki
oleh manajer dan pemegang saham
utama atau mayoritas tidak kurang
dari lima persen (Yunos 2011)

Ukuran Perusahaan (Size ) (X2)
Variabel ukuran perusahaan
diukur dengan logaritma natural (Ln)
dari total asset. Hal ini dikarenakan
besarnya total asset masing-masing
perusahaan
berbeda
bahkan
mempunyai selisih yang besar,
sehingga didapat menyebabkan nilai
yang ekstrim. Untuk menghindari
adanya data yang tidak normal
tersebut maka data total asset perlu di
Ln kan. Penggunaan total aktiva
sebagai alat ukuran perusahaan
didasarkan pada penelitian Tiaras dan
Wijaya (2015), Husodo (2017) dan
Hartadinata (2013).Variabel ukuran
perusahaan dapat dinyatakan dengan
rumus:
Size = Ln (Total Aset)
Leverage (X3)
Leverage adalah rasio yang mengukur
kemampuan utang baik jangka panjang
maupun jangka pendek membiayai aktiva
5

perusahaan, dalam penelitian Suyanto dan
Supramono (2012) pengukuran Leverage
dengan rumus :

Capital Insensity (X4)
Capital Intensity (Intensitas Aset Tetap)
menunjukkan proporsi aset tetap di dalam
perusahaan dibandingkan dengan total aset
yang dimiliki. Intensitas Aset Tetap diperoleh
dengan membandingkan total aset tetap dan
total asset dalam penelitian Darmadi (2013)
Intensitas Aset Tetap dirumuskan dengan
rumus :

Inventory Insensity (X5)
Inventory Intensity (Intensitas persediaan)
merupakan cerminan dari seberapa besar
perusahaan berinvestasi terhadap persediaan
yang ada dalam perusahaan. Rasio intensitas
persediaan dapat dihitungan dengan cara nilai
persediaan yang ada dalam perusahaan
dibandingkan dengan total aset perusahaan
(Darmadi 2013). Melalui penjelasan diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
intensitas
persediaan dapat diukur dengan cara.

Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Agresivitas pajak (Y). Adapun ukuran
yang digunakan dalam pengukuran agresivitas
pajak menggunakan Effective Take Rate (ETR
) hal ini mengacu pada penelitian (Lanis dan
Richardson 2011) . Effective Take Rate adalah
efektivitas pembayaran pajak yang dilakukan
oleh perusahaan, yang digunakan untuk
merefleksikan perbedaan antara perhitungan
laba buku dengan laba fiskal. Tarif pajak ETR
dihitung dengan cara membagi total beban
pajak perusahaan dengan laba sebelum pajak
penghasilan, jika dirumuskan adalah sebagai
berikut :

3.4 Teknik Analisis
Teknik
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini
menggunakan, uji asumsi klasik, uji
model regresi dan uji hipotesis.
Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji hipotesis,
dilakukan uji normalitas data. Model
Regresi
yang
baik
adalah data
terdistribusi normal atau mendekati
normal, untuk mendeteksi normalitas
dapat dilakukan dengan uji KolmogorovSmirnov.
Uji Multikolinearitas ini bertujuan
untuk menguji apakah suatu model regresi
terdapat korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi autokorelasi.
Metode pengujian menggunakan uji
Durbin-Watson (DW test). Jika nilai
Tolerance Value ≥ 0,10 dengan nilai VIF
≤ 10 maka dinyatakan tidak terjadi
multikolinieritas.

Uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahaan penganggu
pada periode t dengan kesalahan
pengangu pada periode t-1 /
sebelumnya. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke satu
pengamatan yang lain. Model regresi
yang baik adalah yang tidak terjadi
heteroskedastisitas (Priyatno, 2009).
Pengujian heteroskedastisitas dengan
melihat grafik Plot.
Uji Model
Uji model Regresi, dalam analisis

regresi selain mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau
lebih
juga
menunjukkan
arah
hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen Uji model
regresi
dalam
penelitian
ini
menggunakan analisis regresi linear
berganda. Analisis regresi linear
6

berganda dapat diketahui dengan
persamaan berikut ini:
Y
=
a
+
b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5 + e
Keterangan :
Y
= Agresivitas Pajak
a
= Konstanta
b1+b2+b3+b4+b5 = Koefisien Regresi
X1 = Kepemilikan Terkonsentrasi
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Laverage
X4 = Capital Intensity
X5 = Inventory Intensity
e
= Error
Uji F atau uji simultan pada
dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukan
dalam model mempunyai pengaruh
secara
bersama-sama
terhadap
variabel dependen.
Uji Hipotesis
V KolmogorovS
K
ar Smirnov
ig
UjiZ Parsial atau
uji et
t pada
ia dasarnya menunjukkan
ni seberapa
er jauh
be
fi
an
satuk
variabel
l pengaruh
ga
n
penjelas/independen asecara individual
n
dalam menerangkansi variasi variabel
Res_1

dependen.
0.793
0
N
Uji koefisien .5determinasi,
R
or
5
m dua
menunjukkan korelasi
antar
5lebih
al
variabel
atau
variabel
independen
terhadap
variabel
dependen. Nilai R antara 0-1, jika nilai
mendekati 1 maka hubungan semakin
erat dan sebaliknya jika mendekati 0
maka hubungan semakin lemah.
Sedangkan Adjusted R square
merupakan koefisien determinasi yang
diubah dalam bentuk persen dan
menunjukkan sumbangan pengaruh
variabel independen terhadap variabel
dependen. Nilai Adjusted R square
yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu atau 100% berarti variabelvariabel independen memberikan
hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen .
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Uji Asumsi Klasik
Pengujian yang digunakan untuk
menguji normalitas residuals adalah
uji
kolmogorov-Smirnov.
Hasil
pengujian ini menunjukkan besarnya
nilai
kolmogorov-Smirnov adalah
0.793
dan
nilai
Asymptotic
Significance sebesar 0.555. Karena
signifikansi lebih besar dari 0.05
(0.555>0.05) maka menunjukkan data
terdistribusi secara normal. Jadi dapat
disimpulkan bahwa persamaan regresi
pada model memenuhi asumsi
normalitas.
Tabel.1 Hasil Uji Normalitas

Hasil uji multikolinearitas dapat
dilihat dari besarnya Tolerance Value dan
Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai
Tolerance Value ≥ 0,10 dengan nilai VIF
≤ 10 maka dinyatakan tidak terjadi
multikolinieritas. Berdasarkan tabel 4.2
menunjukkan bahwa ke 5 variabel
independen tidak terjadi multikolinearitas
karena nilai Tolerance Value ≥ 0,10
dengan nilai VIF ≤ 10, sehingga dapat
disimpulkan kelima variabel independen
dapat digunakan untuk memprediksi
Agresivitas Pajak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada persamaan
regresi
tidak
terdapat
masalah
multikolinearitas.

Tabel.2 Hasil Uji Multikolinearitas

7

V
ar
ia
b
el
Kepemilikan
Terkonsentra
si
Ukuran
Perusahaan

Stan
dar

Tolera
nce

Stand
ar

0.10

.940

10

0.10

.890

10

0.10

.894

10

Laverage

0.10

.826

10

Capital
Intensity

0.10

.946

10

VI
F

1.1
24
1.1
19
1.2
11

Inventory
Intensity

1.0
58

Keterangan

1.0 Bebas
Multikoline
aritas
Bebas
Multikoline
aritas
Bebas
Multikoline
aritas
Bebas
Multikoline
aritas
Bebas
Multikoline
aritas

Metode pengujian autokorelasi menggunakan
uji Durbin-Watson (DW test). Berdasarkan tabel
4.16 uji autokorelasi menunjukkan Durbin Watson
sebesar 2.217. Nilai DW yang berada pada daerah
dU < dW< 4- dU dapat disimpulkan model regresi
terbebas dari problem autokorelasi dan layak
digunakan. Untuk nilai dL dan dU dapat dilihat
dari DW Tabel pada signifikansi 0,05 (Ghozali
2011) dengan n= 90 dan k=5. Hasil Pengujian
dalam penelitian ini, nilai Durbin Watson harus
berada diantara 1.776 (dU) dan 2.224 (4-dU),
sehingga dapat disimpulkan model regresi
terbebas dari problem autokorelasi. Dan layak
digunakan.

Tabel 3 Hasil Uji Autokorelasi
Nila
i
DW
2.21
7

dL

dU

4- dU

4- dL

Keterangan

1.5
42

1.77
6

2.224

2.458

Bebas Autokorelasi

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas. Berdasarkan gambar 1 uji
heteroskedastisitas memperlihatkan grafik-grafik
scatterplot dari variabel dependen yaitu
Agresivitas Pajak. Grafik scatterplot tersebut
menunjukkan bahwa titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini berarti
model penelitian ini tidak terdapat
heterokedastisitas.

8

Gambar 1 Hasil Uji
Heteroskedastisitas
4.2 Uji Model
Hasil Uji Model Regresi
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi linear
berganda. Analisis regresi linear berganda
digunakan untuk menguji pengaruh
beberapa variabel bebas terhadap satu
variabel terikat. Pada tabel 4.4 dapat
dilihat hasil uji persamaan regresi.

Tabel 4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Variabel
(Constant)
Kepemilikan
Terkonsentrasi
Ukuran Perusahaan

Koefisien Regresi
0,678

Laverage
Capital Intensity
Inventory Intensity

-0,048
-0,009
1,123

0,002
-0,022

Dari model analisis regresi ini
diperoleh model regresi sebagai berikut:
Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5 + e
Y =0.678 + 0.002 X1-0.022 X2- 0.048 X30.009X4+1.123X5+ e
Dari persamaan regresi tersebut dapat
diinterprestasikan sebagai berikut :

 Konstanta sebesar 0,678 bernilai positif,
menunjukkan pengaruh positif variabel
independen. Bila variabel independen naik
atau berpengaruh dalam satu satuan, maka
variabel dependen akan naik atau
terpenuhi.

Koefisien
regresi
variabel
X1
(kepemilikan terkonsetrasi) bernilai positif
yaitu sebesar 0.002. Artinya jika
konsentrasi
kepemilikan
mengalami
kenaikan satu satuan, maka agresivitas
pajak akan mengalami kenaikan sebesar
0.002 atau 2%. Begitu pula pada saat
kepemilikan terkonsentrasi turun, maka
agresivitas pajak perusahaan juga akan
mengalami penurunan.
 Koefisien regresi variabel X2 (ukuran
peusahaan) bernilai negatif yaitu sebesar
0.022. Artinya jika ukuran peusahaan
mengalami penurunan satu satuan, maka

agresivitas pajak akan mengalami kenaikan
sebesar 0.022 atau 2,2%. Begitu pula
sebaliknya pada saat ukuran peusahaan
naik, maka agresivitas pajak juga akan
mengalami penurunan.
 Koefisien regresi variabel X3 (Leverage)
bernilai negatif yaitu sebesar 0.048.
Artinya
jika
Leverage
mengalami
penurunan satu satuan, maka agresivitas
pajak akan mengalami kenaikan sebesar
0.048 atau 4,8%. Begitu pula sebaliknya
pada saat Leverage naik, maka agresivitas
pajak akan mengalami penurunan.
 Koefisien regresi variabel X4 (Capital
Intensity) bernilai negatif yaitu sebesar
0.009. Artinya jika Capital Intensity
mengalami penurunan satu satuan, maka
agresivitas pajak akan mengalami kenaikan
sebesar 0.009 atau 0,9%. Begitu pula pada
saat Capital Intensity naik, maka Agresivitas
Pajak juga akan mengalami penurunan.
 Koefisien regresi variabel X5 (Inventory
intensity) bernilai positif yaitu sebesar
1.123. Artinya jika Inventory intensity
mengalami kenaikan satu satuan, maka
agresivitas
pajak
akan
mengalami
peningkatan sebesar 1.123 atau 112.3%.
Begitu pula pada saat Inventory intensity,
maka agresivitas pajak juga akan
mengalami penurunan.
Hasil Uji F (Uji Simultan)
Pengujian secara simultan atau uji F,
berdasarkan pada tabel 4.5 menunjukkan nilai F
hitung sebesar 4.059 dinyatakan dengan tanda
positif maka arah hubungannya adalah positif.
Hasil F tabel pada tingkat signifikansi 0,05
dengan df 1 (jumlah variabel-1) = 5, dan df 2 (nk-1) atau 90-5-1= 84 (n adalah jumlah data dan k
adalah jumlah variabel independen), sehingga
didapat F tabel sebesar 2.324 (Priyatno 2009).
Hasil Uji statistik F dapat diketahui bahwa nilai F
hitung > F tabel ( 4.059>2.324).
Hal ini
menunjukkan bahwa secara simultan atau
bersama-sama variabel independen memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Artinya variabel independen yang terdiri dari
variabel kepemilikan terkonsentrasi (X1), ukuran
perusahaan (X2), laverage (X3), capital intensity
(X4), dan inventory iintensity (X5) secara
9

bersama-sama berpengaruh terhadap Agresivitas
Pajak (Y).
Tabel 5Hasil Uji Simultan (Uji F)

Hasil pengujian koefisien determinasi
ditunjukkan pada tabel 4.24 diperoleh nilai R
sebesar 0.441. Hal ini berarti korelasi antar
F Hitung

4.3 Hasil Uji Hipotesis
Hasil Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui
apakah secara parsial variabel
Kepemilikan terkonsentrasi (X1),
Ukuran Perusahaan (X2),laverage
(X3),
Capital
Intensity
(X4),
Inventory Intensity (X5) berpengaruh
atau tidak terhadap Agresivitas Pajak
(Y). Pengujian menggunakan tingkat
signifikansi 0,05 dan 2 sisi. T tabel
dapat dilihat pada tabel statistik pada
signifikansi 0.05/2 = 0.025 dengan
derajat kebebasan df = n-k-1 atau 905-1 = 84. Sementara itu, hasil yang
diperoleh untuk t tabel sebesar 1.989.
Berikut adalah hasil pengujian
hipotesis masing-masing variabel.
Tabel 6 Hasil Uji t
Variabel

t
Hitun
g

t
Tabe
l

Sig
.

Stand
ar

Keterang
an

0.009

1.989

0.99
3

0,05

-3.153

0,00
2
0,71
6

0,05

-0,365

1.989
1,989

Capital
Intensity

-0.052

1.989

0.95
9

0.05

Inventory
Intensity

3.219

1.989

0.00
2

0.05

Tidak
Berpengaru
h
Berpengaru
h
Tidak
Berpengaru
h
Tidak
Berpengaru
h
Berpengaru
h

Kepemilikan
Terkonsentra
si
Ukuran
Perusahaan
Leverage

0.05

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pada uji koefisien determinasi R menunjukkan
korelasi antar dua variabel atau lebih variabel
independen terhadap variabel dependen. Nilai R
antara 0-1, jika nilai mendekati 1 maka hubungan
semakin erat dan sebaliknya jika mendekati 0
maka hubungan semakin lemah. Sedangkan
Adjusted R square merupakan koefisien
determinasi yang diubah dalam bentuk persen dan
menunjukkan sumbangan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Tabel 7. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model

R

,147

Sig.

Standar

Keterangan

2.324

0.002

0.05

Berpengaruh

variabel yaitu kepemilikan terkonsentrasi, ukuran
perusahaan, laverage, capital intensity, dan
inventory intensity terhadap variabel dependen
agresivitas pajak terjadi hubungan yang agak erat,
karena nila R sebesar 0,441 agak mendekati 1.
Sedangkan untuk nilai Adjusted R square sebesar
0,147 atau 14,7% dan sisanya 84,3%. Hal ini
berarti, sumbangan pengaruh variabel independen
kepemilikan terkonsentrasi, ukuran perusahaan,
laverage, capital intensity, dan inventory intensity
terhadap variabel dependen agresivitas pajak
sebesar 14,7%. Dan sisanya sebesar 84,3%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model ini.

4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka
pembuktian hipotesis dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Hasil pengujian pengaruh kepemilikan

terkonsentrasi (X1) nilai t hitung sebesar
0,009. Nilai t hitung < t tabel (
0,009 0.05
(0.993>0.05), sehingga Ho diterima atau
H1 ditolak, yaitu variabel kepemilikan
terkonsentrasi (X1) tidak berpengaruh
terhadap agresivitas pajak. Dengan
demikian maka kepemilikan terkonsentrasi
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap aresivitas pajak. Hal ini berarti
Perbedaan besar kecilnya konsetntrasi
kepemilikan tidak menentukan agresivitas
pajak terhadap manajemen perusahaan.
Kepemilikan
saham
dikatakan
terkonsentrasi jika sebagian besar saham
dimiliki oleh sebagian kecil individu atau
kelompok, sehingga pemegang saham
tersebut memiliki jumlah saham yang
relatif dominan dibandingkan dengan
lainnya, para pemegang saham cenderung
mempercayakan pada manajerial untuk
mengelola
perusahaan
agar
profit
perusahaan maksimal, intenal perusahaan
10

Adjusted R
Square
0

,441a

4.059

F Tabel

pasti lebih mengetahui kinerja perusahaan
dari pada pemegang saham sehingga
tindakan agresivitas pajak yang dilakukan
oleh manajerial perusahaan sepenuhnya
dilakukan oleh internal perusahaan. Para
pemegang
saham
mayoritas
tidak
mempengaruhi tindakan internal perusahan
dalam agresivitas pajak selama profit yang
didapat para pemegang saham akan terus
meningkat. Para pemegang saham yang
mempercayakan menanam modal pada
perusahaan pasti percaya bahwa manajerial
dapat
mengelola
dan
menjalankan
perusahaan seperti yang diharapkan
investor.
2. Pengaruh Ukuran
Agresifitas Pajak

perusahaan

terhadap

Hasil
pengujian
pengaruh
ukuran
perusahaan (X2) nilai t hitung sebesar .
Nilai t hitung > t tabel (-3.153>-1.993) dan
signifikansi < 0.05 (0.009 0.05
(0.716>0.05), sehingga Ho diterima atau
Hipotesis 3 ditolak, yaitu variabel laverage
(X3)
tidak
berpengaruh
terhadap
agresivitas pajak.
Hal ini dikarenakan, dengan tingkat rasio
leverage yang besar, perusahaan akan

memanfaatkan beban bunga untuk
mengurangi laba kena pajak yang akan
berimplikasi menurunkan beban pajak. Hal
ini diduga menjadi penyebab leverage
tidak berpengaruh terhadap manajemen
pajak. Leverage merupakan alat untuk
mengukur seberapa besar perusahaan
bergantung pada kreditur dalam membiayai
aset
perusahaan.
Perusahaan
yang
mempunyai tingkat leverage tinggi berarti
sangat bergantung pada pinjaman luar
untuk membiayai asetnya. Sedangkan
perusahaan yang mempunyai tingkat
leverage rendah, berarti perusahaan
tersebut lebih banyak membiayai asetnya
dengan modal sendiri. Leverage dihitung
dari total hutang jangka panjang dibagi
dengan total aset yang tujuannya adalah
menggambarkan
struktur
modal
perusahaan dan menangkap keputusan
pembiayaan perusahaan. Dalam hal ini
dapat dirujuk bahwa beban bunga dapat
dikurangkan untuk tujuan pemungutan
pajak, sementara dividen tidak. Oleh
karena itu leverage tidak berpengaruh
dalam agresivitas pajak yang dilakukan
perusahaan.
4. Pengaruh
Capital
Agresifitas Pajak

insensity

terhadap

Hasil pengujian Capital Intensity (X4) nilai
t hitung sebesar -0.052. Nilai -t tabel ≤ t
hitung ≤ t tabel (-1.989≤-0.052≤1.989) dan
signifikansi > 0.05 (0.953>0.05), sehingga
Ho diterima atau hipotesis 4 ditolak, yaitu
variabel Capital Intensity (X4) tidak
berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak.
Intensitas modal menunjukkan tingkat
efisiensi perusahaan dalam menggunakan
aktivanya untuk menghasilkan penjualan
serta
menggambarkan seberapa besar
kekayaan perusahaan yang diinvestasikan
dalam bentuk aset tetap. Intensitas modal
tidak berpengaruh pada agresivitas pajak
artinya perusahaan dengan tingkat aset
tetap tinggi tidak mampu memanfaatkan
beban depresiasi untuk mengurangi laba
bersih. Aset tetap digunakan untuk
membantu
operasional
perusahaan,
penggunaan aset tetap tersebut mampu
11

meningkatkan operasional perusahaan dan
meningkatkan laba bersih lebih tinggi
dibandingkan beban depresiasi yang
dibebankan pada aset tetap. Tidak adanya
pengaruh dari Intensitas Aset Tetap pada
tingkat Agresivitas Wajib Pajak Badan
diakibatkan oleh perusahaan dengan
tingkat Intensitas Aset Tetap yang tinggi
memang menggunakan aset tetap tersebut
untuk kepentingan perusahaan. Perusahaan
bukan sengaja menyimpan proporsi aset
yang besar untuk menghindari pajak
melainkan
perusahaan
memang
menggunakan aset tetap tersebut untuk
tujuan operasional perusahaan. Sehingga
proporsi aset tetap yang tinggi tidak akan
memengaruhi tingkat agresivitas yang akan
dilakukan perusahaan.
5. Pengaruh
Inventory
Agresivitas Pajak

Intensity

terhadap

Hasil pengujian pengaruh variabel
inventory intensity (X5) sebesar 3.219.
Nilai t hitung > t tabel (3,219>1.989) dan
signifikansi