MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PROB (1)

Tugas
Mata Kuliah

: Individu
: Strategi Pembelajaran Matematika

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
PROBLEM BASED LEARNING

MUSDALIFAH YUSUF

11 24 130

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
YAYASAN PENDIDKAN UJUNG PANDANG ( YPUP )
2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.!!!

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan rahmat serta
kasih sayang-Nya telah memberi kesempatan dan kemudahan kepada kami dalam
mewujudkan sebuah makalah Strategi Pembelajaran Matematika yang membahas
mengenai Problem Based Learning (PBL) atau Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM).
Makalah ini di harapkan dapat bermanfaat dan di gunakan oleh kita semua,
terkait dengan materi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan
mempunyai banyak sekali kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati
kami mohon agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum wr.wb.

Makassar, 17 Mei 2013

Penulis
i
DAFTAR ISI


Halaman
Halaman Judul
Kata Pengantar …………………………………………………………... i
Daftar Isi ……………………………………………………………….... ii
BAB 1 Pendahuluan
1. Latar Belakang …………………………………………………..

1

2. Rumusan Masalah ………………………………………………

2

3. Tujuan Pembahasan …………………………………………….

3

4. Manfaat Pembahasan …………………………………………..

3


BAB 2 Kajian Pustaka
A. Konsep Dasar Problem-Based Learning ……………………...

4

B. Pengertian Problem-Based Learning …………………….........

5

C. Karakteristik Problem-Based Learning …………………….....

7

D. Ciri-ciri Problem-Based Learning …………………….............

9

E. Tujuan Problem-Based Learning ? ……………………............


12

F. Unsur-unsur yang terdapat dalam Problem-Based Learning ? ….. 12
G. Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah ?. 13
H. Keunggulan dan kelemahan Problem-Based Learning ? ………… 15
I. Peranan Guru Dalam Problem-Based Learning ?............................. 17
ii
J. Kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk Problem-Based Learning 21

K. Tahapan pemecahan masalah dalam Problem-Based Learning?...... 21
L. Sintaks pada Problem-Based Learning ? …………………………. 25
M. Evaluasi pada Problem-Based Learning ?....................................... 26
N. Penilaian Dalam Problem-Based Learning ? ……………………….. 27
O. Keterkaitan Materi Bidang Datar dengan Problem-Based Learning ?32
BAB 3 Penutup
A. Kesimpulan ……………………………………………………..

45

B. Saran …………………………………………………………….


45

Daftar Pustaka ………………………………………………….............

46

Lampiran Lampiran
1. Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran


RPP Pertemuan 1 ………………………………………

48



RPP Pertemuan 2 ……………………………………….

53




LKS pertemuan 1………………………………………...

58



LKS Pertemuan 2 ……………………………………….

61

2. Lampiran 2


Instrumen ………………………………………………..

64




Kisi – Kisi Instrumen ……………………………………

65



Kunci jawaban dan Pedoman Penskoran ………………

66

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek
dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai

pendekatan pembelajaran inovatif. Ivor K. Davis dalam rusman (2013:229)
mengemukakan bahwa ‘’salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah
melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa bukan
mengajarnya guru.
Guru dituntut untuk dapat memilih model pembelajaran yang dapat
memacuh semangat siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman
belajarnya. Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan
dikembangkannya keterampilan berfikir siswa ( penalaran, komunikasi, dan
koneksi ) dalam pemecahan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah
( PBM )
Menurut Tan dalam rusman (2013: 229) pembelajaran berbasis masalah
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berfikir
siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Pada kenyataannya, tidak semua guru memahami konsep PBM tersebut,
baik disebabkan oleh kurangnya keinginan dan motivasi untuk meningkatkan
1

kualitas keilmuan maupun kurangnya dukungan sistem untuk meningkatkan

kualitas keilmuan tenaga pendidik.
Berdasarkan hal tersebut, maka kami menyusun makalah tentang apa dan
bagaimana Pembelajaran Berbasis Masalah ini untuk selanjutnya diterapkan
dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga dapat memberi masukan, khususnya
kepada Guru maupun mahasiswa tentang pembelajaran berbasis masalah. Yang
menurut tan dalam Rusman ( 2013 : 230 ) merupakan pendekatan pembelajaran
yang relevan dengan tuntutan abad ke-21 dan umumnya kepada para ahli dan
praktisi pendidikan yang memusatkan perhatiannya pada pengembangan dan
inovasi sistem pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Konsep Dasar Problem-Based Learning ?
2. Apa pengertian Problem-Based Learning ?
3. Bagaimanaq Karakteristik Problem-Based Learning ?
4. Apa ciri-ciri Problem-Based Learning ?
5. Apa tujuan Problem-Based Learning ?
6. Apa unsur-unsur yang terdapat dalam Problem-Based Learning ?
7. Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah ?
8. Apa keunggulan dan kelemahan Problem-Based Learning ?
9. Apa Peranan Guru Dalam Problem-Based Learning ?

10. Bagaimana kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk Problem-Based
Learning

11. Bagaimana tahapan pemecahan masalah dalam Problem-Based Learning?
12. Bagaimana sintaks pada Problem-Based Learning ?
13. Bagaimana evaluasi pada Problem-Based Learning ?
14. Penilaian Dalam Problem-Based Learning ?
15. Keterkaitan Materi Bidang Datar dengan Problem-Based Learning ?

C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun dengan maksud untuk :
a.

Menambah wawasan pembaca mengenai Model Pembelajaran
Berbasis Masalah

b. Pembaca ( guru maupun mahasiswa) dapat memahami dan mendesain
sendiri model Pembelajaran Berbasis masalah
c. Memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Strategi
Pembelajaran Matematika


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Pendekatan

Pembelajaran

Berbasis

Masalah

berkaitan

dengan

pengunaan intelegensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah
kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang
bermakna, relevan, dan kontekstual. Boud dan Feletti dalam Rusman (2011:
230) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi
yang paling signifikan dalam pendidikan. Dimana kurikulum Pembelajaran
Berbasis Masalah sangat membantu untuk meningkatkan perkembangan
ketrampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif,
kritis, dan belajar aktif.
1. Masalah, pedagogi, dan Pembelajaran Berbasis Masalah
Kekuatan masalah
Masalah dapat mendorong keseriusan, inquiry, dan berpikir dengan cara yang
bermakna dan sanggat kuat (powerful). Pendidikan memerlukan perespektif
baru dalam menemukan berbagai permasalahan dan cara memandang suatu
masalah.
Berbagai trobosan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil
dari adanya ketertarikan terhadap masalah. Pada umumnya pendidikan dimulai
dari ketertarikan masalah, dilanjutkan dengan menentukan masalah, dan
penggunaan berbagai dimensi berpikir.
4

Masalah dan pedagogi
Menurut Shulman dalam Rusman (2013: 231) Pendidikan merupakan proses
membantu orang mengembangkan kapasitas untuk belajar bagaimana
menghubungkan kesulitan mereka dengan teka-teki yang berguna untuk
membentuk masalah.
Dari segi paedagogis, pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada
teori belajar konstruktvisme dengan ciri:
 Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan scenario permasalahan dan
linkungan belajar.
 Pergulatan dengan masalah dan proses

inquiry masalah menciptakan

disonansi kognitif yang menstimulasi belajar.
 Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi social dan
evaluasi terhadapa keberadaan sebuah sudut pandang.

B. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Berikut ini kami menyajikan beberapa pendapat tentang Model
Pembelajan Berbasis Masalah: Model pembelajaran berbasis masalah
(Problem-Based Learning) adalah suatu pembelajaran yang di awali dengan
menghadapkan siswa pada suatu masalah. (Roh,2003:1; James Rhem,1998:1
dalam http://jurnal.upi.edu 2011).
Menurut Richrad I Arends dalam jurnal (http://risqi.blog.com),
Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan metode pembelajaran aktif yang

digunakan untuk masalah terstruktur yang merupakan tanggapan dari hasil
pembelajaran. Pada model pengajaran ini, digunakan untuk menyelesaikan
masalah mempunyai struktur yang kompleks yang tidak cukup bila dikerjakan
dengan algoritma yang sederhana. Pada Pembelajaran Berbasis Masalah ini,
siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sendiri.
Pembelajaran Berbasis Masalah dirancang terutama untuk membantu siswa
mengembangkan ketrampilan berfikir, ketrampilan menyelesaikan masalah,
dan ketrampilan intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa
dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang
disimulasikan dan menjadi pelajar mandiri dan otonom
Sedangkan Menurut Arends (http://jurnal.upi.edu, 2011) pembelajaran
berbasis masalah (PBM) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana
siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.
Arens dalam (http://sharingkuliahku.wordpress.com) menyatakan
bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah adalah model pembelajaran
dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa
dapat

menyusun

pengetahuannya

sendiri,

menumbuhkembangkan

keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan siswa, dan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan
masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk
melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan menyelesaikan

masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Pendekatan
pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus
memfokuskan

diri

untuk

membantu

siswa

mencapai

keterampilan

mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di
dalam tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah,
termasuk bagaimana belajar.
C. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Menurut Slavin (http://jurnal.upi.edu, 2011) karakteristik lain dari
PBM meliputi pengajuan pertanyaan terhadap masalah, fokus pada keterkaitan
antar disiplin, penyelidikan authentik, kerja sama, dan menghasilkan produk
atau karya yang harus dipamerkan. Pembelajaran berbasis masalah merupakan
penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi
segala

sesuatu yang baru dan

kompleksitas yang ada. Tan dalam

Rusman(2011: 232).
Karakterisktik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran menjadi strating point dalam belajar
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia
nyata yang tidak terstruktur.
c. Permasalahan memebutuhkan persepektif ganda (multiple perspective),

d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,
dan kompetensi yang kemudian membutuhakn identifikasi kebutuhan
belajar dan bidang baru dalam belajar,
e.

Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,

f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, pengunaannya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah.
g. Belajar adalah kolaborasi, komunikasi dan kooperatif.
h. Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan
i. Keterbukaan proses dalam Pembelajaran Berbasis Masalah meliputi
sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan
j. Pembelajran Berbasis Masalah meliputi evaluasi dan review pengalaman
siswa dan proses belajar.

Pembelajaran Berbasis Masalah tergantung dari tujuan yang ingin dicapai
apakah berkaitan dengan: 1) penguasaan isi pengetahuan yang bersifat
multidiscipline, 2) penguasaan ketrampilan proses dan disiplin heuristic, 3)
belajar ketrampilan pemecahan masalah, 4) belajar ketrampilan kolaboratif, 5)
belajar ketrampilan kehidupan yang lebih luas.
D. CIRI- CIRI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Ciri-ciri utama Problem-Based Learning adalah sebagai berikut.
1. Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa
hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi
pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah
siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan
akhirnya menyimpulkannya.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci
dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada
proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses
berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Ciri-ciri khusus Problem-Based Learning adalah sebagai berikut.
1. Pengajuan Masalah atau Pertanyaan
Pengaturan pembelajaran masalah berkisar pada masalah atau
pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat. Pertanyaan dan
masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia
nyata dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
b. Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak
menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya
menyulitkan penyelesaian siswa.
c. Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah
dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa.
d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang
disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah
tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai
dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah
yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
e. Bermanfaat. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah
bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru
sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah
yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan memecahkan
masalah siswa serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

2. Keterkaitan dengan Berbagai Masalah Disiplin Ilmu
Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah
hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.
3. Penyelidikan yang Autentik
Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis
masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk
mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan
merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen,
menarik kesimpulan dan menggambarkan hasil akhir.
4. Menghasilkan dan Memamerkan Hasil/Karya
Pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun
hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya.
Artinya hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan
laporannya.
5. Kolaborasi
Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah
harus diselesaikan bersama-sama antar siswa dengan siswa , baik dalam
kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antar siswa dengan
guru.

E. TUJUAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penggunaan Problem-Based
Learning adalah
1. Membantu

siswa

mengembangkan

keterampilan

berpikir

dan

keterampilan pemecahan masalah.
2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
3. Menjadikan

siswa

berusaha

berpikir

kritis

dan

mampu

mengembangkan kemampuan analisisnya serta menjadi pembelajar
yang mandiri.
4. Memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar
berpikir sesuai yang bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir
terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.

F. UNSUR-UNSUR PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Problem-Based Learning mempunyai beberapa unsur-unsur yang
mendasar pada pendidikan, yaitu:
1. Integrated Learning, pembelajaran mengintegrasikan seluruh bidang
pelajaran. Pembelajaran bersifat menyeluruh melibatkan aspek-aspek
perkembangan anak. Anak membangun pemikiran melalui pengalaman
langsung.

2. Contextual Learning, yaitu anak belajar sesuatu yang nyata, terjadi, dan
dialami dalam kehidupannya. Anak merasakan langsung manfaat belajar
untuk kehidupannya.
3. Constructivist Learning, yaitu anak membangun pemikirannya melalui
pengalaman langsung (hand on experience).
4. Active Learning, yaitu anak sebagai subyek belajar yang aktif menentukan,
melakukan dan mengevaluasi.
5. Learning Interesting, yaitu bahwa pembelajaran lebih menarik dan
menyenangkan bagi anak karena anak terlibat langsung dalam
menentukan masalah.

G. TEORI

BELAJAR

YANG

MENDUKUNG

PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH

Teori belajar yang melandasi pendekatan pembelajaran berbasis masalah
Selain teori belajar konstruktivisme, ada beberapa teori belajar lainnya yang
melandasi pendekatan PBM, yaitu
i.

Teori Belajar Bermakna Dari David Ausubel
Ausubel

(Rusman,2010)

membedakan

antara

belajar

bermakna

( meaningfull learning) dengan belajar menghafal ( rote learning ). Belajar
bermakna merupakan proses belajar diman ainformasi baru dihubungkan
dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar.
Belajar menghafal diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru
dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang telah

diketahuinya. Kaitannya dengan PBM dalam hal mengaitkan informasi baru
dengan stuktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
ii.

Teori Belajar Vigostsky
Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan
pengalaman baru dan menentang serta ketika berusaha untuk memecahkan
masalah yang berikan. Dalam upaya menempatkan pemahaman, individu
berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah
dimilikinya kemuadian membangun pengetahuan baru. Rusman ( 2006:244)
vigostsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacuh
terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Kaitannya dengan PBM dalm hal mengaitkan informasi baru dengan stuktur
kognitif

yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam

interaksi sosial dengan teman lain.
iii.

Teori belajar jerome S. Brunner
Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali,
bukan menemukan yang sama sekali

yang benar-benar baru.

Belajar

penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia
dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih kuat, berusaha sendiri
memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan
masalah serta disukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna

H. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH
1. Keunggulan Problem-Based Learning
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi Problem-Based Learning
memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi
siswa.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang
mereka lakukan.
f. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan
disukai siswa.
g. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
h. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
i. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara
terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang

harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada
kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau
lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada
tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan
yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.

2. Kelemahan Problem-Based Learning
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis
masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran

melalui

problem

solving

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari.

I. PERAN GURU DALAM PROBLEM-BASED LEARNING

Guru harus menggunakan proses yang pembelajaran yang akan
mengerakkan siswa menuju kemandirian, kehidupan yag lebih luas, dan belajar
sepanjang hayat. Lingkungan belajar yang dibangun guru harus mendorong cara
berpikir reflektif, evaluasi kritis, dan cara pikir yang berdayaguna. Peran guru

dalam PBM berbeda dengan peran guru di dalam kelas. Guru dalam PBM terus
a.

berpikir tentang beberapa hal yaitu:
Bagaimana dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada di dunia

b.

nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar?
Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan masalah,

pengarahan diri, dan belajar dengan teman sebaya?
c. Dan bagaiaman siswa memandang diri mereka sendiri sebagai pemecahan
masalah yang aktif?
Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

juga memusatkan

perhatiannya pada: 1) menfasilitasi proses PBM, mengubah cara berfikir,
mengembangkan ketrampilan inquiry, menggunakan pembelajaran kooperatif; 2)
melatih siswa tentang strategi pemecahan masalah; pemberian alas an yang
mendalam, metakognisi, berpikir kritis, dan berpikir secara system; dan 3)
menjadi perantara proses penguasaan informasi; meneliti lingkungan informasi,
mengakses sumbe informasi yang beragam, dan mengadakan koneksi.
1. Menyiapkan Perangkat Berpikir Siswa
Bebrapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM
adalah: 1) membantu siswa mengubah cara berpikir; 2) menjelaskan apakah PBM
itu? Pola apa yang dialami oleh siswa?; 3) memberi siswa ikhtisar siklus PBM,
struktur, dan batasan waktu; 4) mengomunikasikan tujuan, hasil dan harapan; 5)
menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang; dan 6)
membantu siswa merasa memiliki masalah.
2. Menekankan Belajar Kooperatif
PBM menyediakan cara untuk inqury yang bersifat kolaborasi dan belajar
Bray,dkk dalam Rusman

(2011;235) mengambarkan inquiry kolaboratif sebagai

proses di mana orang melakukan refleksi dan kegiatan secara berulang-ulang,

mereka bekerja dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting. Dari pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa pada Pembelajaran Berbasis Masalah lebih
menekankan pembelajaran inquiry kolaboratif yang di kerjakan dengan tim secara
berkelompok.
3. Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah
Belajar dalam kelompok kecil lebih mudah dilakukan apabila anggota berkisar
antara 1 sampai 10 siswa atau bahkan lebih sedikit dengan satu orang guru. Guru
dapat menggunakan berbagai teknik belajar kooperatif untuk mengabungkan
kelompok-kelompok tersebut dalam langkah-langkah yang beragam dalam siklus
PBM untuk menyatukan ide, berbagai hasil belajar, dan penyajian ide.
4. Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan pelibatan
siswa dalam masalah. Guru juga memaikan peran aktif dalam memfasilitasi
inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa.
Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah guru mempunyai peranan tertentu
sebagaimana telah diuraikan di atas, berikut ini kami menyajikan 3 fase





Pembelajaran Berbasis Masalah menurut Tsuruda (http://pasca.undiksha.ac.id)
Fase sebelum pembelajaran.
memastikan bahwa siswa-siswa memahami masalah yang diberikan
menjelaskan hal-hal yang diharapkan dari siswa
menyiapkan mental para siswa untuk menyelesaikan masalah dan pengetahuan



yang telah siswa miliki yang akan berguna untuk membantu dalam memecahkan
Fase selama pembelajaran.
memberikan siswa kesempatan untuk bekerja tanpa petunjuk dari guru atau



hindari memberikan bantuan di awal kerja siswa
menggunakan waktu untuk mendeteksi perbedaan –perbedaan siswa berfikir, ideide yg digunakan dlm memecahkan masalah



Fase sesudah pembelajaran.
siswa-siswa akan bekerja sebagai komunitas belajar, berdiskusi, menguji dan



menghadapi berbagai macam penyelesaian yang diperoleh siswa
menggunakan kesempatan ini untuk mengetahui cara siswa berfikir dan cara



mereka mendekati permasalahan
membuat ringkasan ide-ide pokok dan mengidentifikasi masalah-masalah untuk
kegiatan selanjutnya

J. KRITERIA PEMILIHAN BAHAN PELAJARAN UNTUK PROBLEMBASED LEARNING

Kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk Problem-Based Learning adalah
sebagai berikut.:
a. Bahan pelajaran mengandung isu-isu konflik (conflict issue) bersumber dari
berita, rekaman, dan video.
b. Bahan yang dipilih bersifat familiar dengan siswa.
c. Bahan yang dipilih yang berhubungan dengan orang banyak (universal).
d. Bahan yang dipilih yang mendukung tujuan atau kompetensi yang dimiliki
oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
e. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu
untuk mempelajarinya.
K. TAHAPAN PEMECAHAN MASALAH DALAM PROBLEM-BASED
LEARNING

Tahapan pemecahan masalah sangat bergantung pada kompleksitas
masalahnya. Untuk masalah yang kompleks karena cakupan dan dimensinya

sangat luas, maka langkah-langkah pemecahan masalah dengan pendekatan
akademik dapat dilakukan. Permasalahan yang sederhana dengan cakupan dan
dimensi yang rela sempit dan praktis dapat dipecahkan dengan tahapantahapan yang sederhana dan praktis pula. Kedua jenis tahapan tersebut adalah
sebagai berikut ini.
1) Tahapan pemecahan masalah secara akademik
Secara akademik tahapan pemecahan masalah yang kompleks adalah
sebagai berikut:
a. Kesadaran akan adanya masalah
b. Merumuskan masalah
c. Membuat jawaban sementara atas masalah atau hipotesis
d. Mengumpulkan data atau fakta-fakta
e. Menganalisis data atau fakta-fakta sebagai pengujian hipotesa
f. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesa \
g. Membuat alternatif pemecahan masalah
h. Menetapkan pilihan diantara alternatif pemecahan masalah
i. Menyusun rencana upaya pemecahan masalah
j. Melaksanakan upaya pemecahan masalah
k. Mengevaluasi hasil pemecahan masalah
2) Tahapan pemecahan masalah secara praktis
Tahapan pemecahan masalah yang lebih praktis adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kesadaran akan adanya masalah
Merumuskan masalah
Mencari alternatif pemecahan masalah
Menetapkan pilihan diantara alternatif pemecahan masalah
Melaksanakan pemecahan masalah
Evaluasi hasil pemecahan masalah

Mencermati tahapan-tahapan pemecahan masalah baik yang bersifat
akademik maupun yang bersifat lebih praktis, ada dua langkah atau tahapan yang

ada dikedua pendekatan tersebut yaitu, perumusan masalah dan pemilihan
alternatif pemecahan masalah. Ada dua hal yang perlu yang dikemukakan terkait
dengan keterkaitan antara rumusan masalah dan penetapan pilihan pemecahan
masalah pendekatan pengambilan Keputusan sebagaimana diuraikan berikut ini.
1) Keterkaitan rumusan masalah dan pemecahan masalah
Ada empat kemungkinan hubungan antara rumusan masalah dan keputusan
a.
b.
c.
d.

atau solusinya yakni:
Kemungkinan 1: rumusan masalah benar dan pemecahan yang benar.
Kemungkinan 2: rumusan masalah benar tetapi pemecahannya salah.
Kemungkinan 3: rumusan masalah salah tetapi pemecahannya benar.
Kemungkinan 4: rumusan masalah salah dan pemecahannya salah.
Mencermati keempat kemungkinan hubungan antara rumusan masalah
berikut solusinya, maka dapat dipahami mengapa perumusan masalah sangat
penting dalam proses pembuatan keputusan dalam proses pemecahan atau solusi
pemecahan dan sebuah masalah.

2) Jenis-jenis pendekatan pengambilan keputusan
Pendekatan yang digunakan dalam pengambilan

Keputusan

akan

mempengaruhi langkah-langkah dan informasi yang diperlukan. Ada empat
kemungkinan pendekatan yang digunakan dalam pengambilan keputusan
a.
b.
c.
d.

(Diajeng, 2002 halaman:81-83), yaitu:
Keputusan yang didasarkan pada intuisi
Keputusan yang didasarkan pada pengalaman
Keputusan yang didasarkan pada kekuasaan
Keputusan yang didasarkan pada fakta
Dari keempat pendekatan tersebut, hanya keputusan yang berdasarkan fakta
yang merupakan keputusan bersifat akademik karena menggunakan fakta
sehingga obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan alasannya secara obyektif.
Ketiga pendekatan lainnya lebih bersifat subyektif sekalipun dalam prosesnya
dimungkinkan menggunakan fakta tadi dalam skala yang terbatas sekali.

L. SINTAKS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Sintaks atau langkah-langkah pada Problem-Based Learning dapat dilihat
pada tabel 1. berikut.
Fase

Aktivitas Guru

Aktivitas Siswa

Fase 1
Orientasi siswa Guru mrnyampaikan tujuan Siswa

mendengarkan

terhadap masalah belajar, menjelaskan logistik tujuan
autentik

yang

diperlukan,

memotivasi

belajar

yang

dan disampaikan oleh guru

menggunakan dan

mempersiapkan

kemampuannya memecahkan logistik yang diperlukan.
maslah.
Fase 2
Guru

membantu

siswa Siswa

mendefinisikan

Mengorganisasi
mendefinisikan

dan dan

mengorganisasikan

siswa dalam
mengorganisasikan

tugas tugas belajar yang di

belajar
belajar yang diangkat.

angkat.

Fase 3
Membantu siswa Guru mendorong siswa untuk Siswa
secara individual mengumpulkan
atau

kelompok yang

sesuai,

mengumpulkan

informasi informasi yang sesuai,
melaksanakan melaksanakan

dalam

eksperimen,

untuk eksperimen,

melaksanakan

memperoleh

penelitian

sesuai atas masalah.

jawaban

yang berusaha
jawaban

dan
menemukan

atas

masalah

yang di angkat.
Fase 4
Mengembangkan
dan

Guru membantu siswa dalam

menyajikan merencanakan dan

hasil karya

Siswa merencanakan dan
menyiapkan karya,video,

menyiapkan karya seperti

dan menyampaikannya

laporan, video, model-model

pada teman lain.

dan membantunya untuk
menyampaikan kepada teman
lain.

Fase 5
Analisis
evaluasi

dan Guru

membantu

siswa Siswa melakukan refleksi

proses melakukan refleksi kegiatan kegiatan penyelidikannya

pemecahan

penyelidikannya dan proses dan

masalah.

yang telah dilakukan

proses

yang

dilakukan.

M. EVALUASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Seperti yang telah disebutkan bahwa model Problem-Based Learning tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya
kepada siswa. Dalam Problem-Based Learning, perhatian pembelajaran tidak
hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan

prosedural. Oleh karena itu, penilaian tidak cukup hanya dengan tes. Penilaian dan
evaluasi yang sesuai dengan model Problem-Based Learning adalah menilai
pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka.
Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa tersebut,
penilaian itu antara lain asesmen kenerja, asesmen autentik dan portofolio.
Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana siswa
merencanakan pemecahan masalah melihat bagaimana siswa menunjukkan
pengetahuan dan keterampilan. Karena kebanyakkan problema dalam kehidupan
nyata bersifat dinamis sesuai perkembangan zaman dan konteks lingkungannya,
maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa secara
aktif mengembangkan kemampuannya untuk belajar (Learning how to learn).
Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan siswa akan mudah
beradaptasi.

N. PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
a. Aspek Penilaian
Penilaian dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem
Based Learning (PBL) dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang

dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS),
kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian.

Sedangkan

penilaian

terhadap

sikap

dititikberatkan

pada

penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan.
b. Teknik Penilaian
Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based
Learning (PBL) dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat
dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis
pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan
belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan
pembelajaran.
Penilaian dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem
Based Learning (PBL) dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment)
dan peer-assessment.


Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri
terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada

tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam
belajar.


Peer-assessment.

Penilaian

di

mana

pebelajar

berdiskusi

untuk

memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas
yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.
Penilaian yang relevan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
atau Problem Based Learning (PBL) antara lain berikut ini.
1. Penilaian kinerja peserta didik. Pada penilaian kinerja ini, peserta didik
diminta untuk unjuk kerja atau mendemonstrasikan kemampuan
melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menulis karangan, melakukan
suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah,
memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.
2. Penilaian portofolio peserta didik. Penilaian portofolio adalah penilaian
berkelanjutan

yang

didasarkan

pada

kumpulan

informasi

yang

menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu
periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik dapat berupa hasil
karya terbaik peserta didik selama proses belajar, pekerjaan hasil tes,
piagam penghargaan, atau bentuk informasi lain yang terkait kompetensi
tertentu dalam suatu mata pelajaran. Dari informasi perkembangan itu
peserta didik dan guru dapat menilai kemajuan belajar yang dicapai dan
peserta didik terus berusaha memperbaiki diri. Penilain dengan portofolio

dapat dipakai untuk penilaian pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif. Penilaian kolaboratif dalam PBL dilakukan dengan cara
evaluasi diri (self assesment) dan peer assesment. Self assessment adalah
penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap usahausahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin
dicapai oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar. Peer assessment adalah
penilian dimana peserta didik berdiskusi untuk memberikan penilaian
upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang diselesaikan sendiri
maupun teman dalam kelompoknya.
3. Penilaian Potensi Belajar. Penilaian yang diarahkan untuk mengukur
potensi belajar peserta didik yaitu mengukur kemampuan yang dapat
ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang lebih maju.
PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan
belajarnya.
4. Penilaian Usaha Kelompok. Menilai usaha kelompok seperti yang
dlakukan pada pembelajaran kooperatif dapat dilakukan pada PBL.
Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi merugikan yang sering
terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya.
Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis
masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik

sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara
bersama-sama.
5. Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik
tersebut, penilaian ini antara lain: 1).assesment kerja, 2). assesment
autentik dan 3). portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat
melihat bagaimana peserta didik merencanakan pemecahan masalah,
melihat bagaimana peserta didik menunjukkan pengetahuan dan
keterampilannya.
6. Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang
dapat mereka lakukan dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah
dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan
zaman dan konteks atau lingkungannya, maka di samping pengembangan
kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai
tujuan kurikulum yang memungkinkan peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan kerangka berpikir dalam memecahkan masalah serta
kemampuannya untuk bagaimana belajar (learning how to learn). Dengan
kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan mudah
beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran
tersebut sesuai dengan pandangan kontruktivis yang menekankan
kebutuhan

peserta

didik

untuk

menyelidiki

lingkungannya

membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan bermakna.
c. Tahap Penilaian

dan

Tahap penilaian pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
atau Problem Based Learning (PBL) terdiri atas tiga hal :
 Bagaimana peserta didik dan evaluator menilai produk (hasil akhir) proses

 Bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk bekerja melalui
masalah
 Bagaimana peserta didik akan menyampaikan pengetahuan hasil
pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka
belajar menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka
dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya secara lisan atau verbal,
laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya.
Sebagian dari evaluasi memfokuskan pada pemecahan masalah oleh peserta
didik maupun dengan cara melakukan proses belajar kolaborasi (bekerja bersama
pihak lain).

O. KETERKAITAN MATERI BIDANG DATAR DENGAN PROBLEMBASED LEARNING

Coba perhatikan sekitar kita, maka pasti kita akan melihat
bermacam-macam bentuk benda. Adakah diantara benda tersebut yang

termasuk bangun datar?.untuk memperjelas kita akan membahasnya satu
persatu. Bangun datar adalah bangun dua demensi yang tidak memiliki
ruang hanya sebuah bidang datar saja dan dibatasi oleh garis lurus atau
lengkung.
Unsur-unsur bangun datar adalah :


Sudut



Sisi



Diagonal

Sudut
Sudut dalam geometri adalah besaran rotasi suatu ruas garis dari
satu titik pangkalnya ke posisi yang lain. Selain itu, dalam bangun dua
dimensi yang beraturan, sudut dapat pula diartikan sebagai ruang antara
dua buah ruas garis lurus yang saling berpotongan. Besar sudut pada
lingkaran 360°. Besar sudut pada segitiga siku-siku 180°. Besar sudut pada
persegi/segi empat 360°. Untuk mengukur sudut dapat digunakan busur
derajat.

-

Sinar garis BC dan BA membentuk sudut ABC (ABC) atau sudut CBA
(CBA)

-

B - Sinar garis BC dan BA disebut kaki sudut

-

B merupakan titik sudut
Macam-macam Sudut
a. Sudut Lancip
Sudut yang besarnya lebih kecil dari 900 dan lebih besar dari 00 (00< 