PREFERENSI UTILITAS DAN PILIHAN KONSUMEN (1)
WAHID,HASAN,MELDI
Bab 4
PREFERENSI UTILITAS DAN PILIHAN KONSUMEN
Teori preferensi dipergunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen.
Misalnya konsumen memiliki beberapa pilihan maka konsumen dengan sumber daya yang
terbatas harus memilih berbagai alternatif sehingga utilitas atau nilai guna yang diperoleh
mencapai optimal. Pertama kali istilah utilitasguna yang diperoleh mencapai optimal.
Pertama kali istilah utilitas ini dipergunakan oleh Jeremy Bentham (1748-1832), walaupun
ahli lain tahu hubungan antara nilai barang (value of goods) dan utilitas dari barang yang
dikonsumsi. Adam smith dalam karya terkenalnya The wealth of nation membedakan antara
nilai guna (value in use) dan nilai tukar (value in exchange) dengan contoh terkenalnya
paradoks air dan intan. Air memiliki harga yang rendah (nilai tukar) karena jumlahnya
berlimpah, tetapi memiliki nilai guna yang tinggi karena jumlahnya yang langka, tetapi
memiliki nilai guna yang rendah.
Umumnya terdapat dua pendekatan yaitu secara kardinal dan ordinal. Teori Utilitas
Ordinal menyatakan tak dapat diukur sebagaimana yang biasa dilakukan terhadap harga dan
jumlah tetapi dapat diranking (order) utilitasnya berdasarkan barang yang berbeda-beda. Jadi
dapat dikatakan utilitas dari suatu barang lebih besar, lebih kecil atau sama dengan barang
lain. Sedangkan Teori Utilitas Kardinal menyatakan utilitas dapat diukur secara pasti.
Berkenan dengan hal di atas, ahli ekonomi Italia Wilfredo PARETO menyatakan
fondasi dari teori perilaku konsumen modern tidaklah berdasarkan pendekatan kardinal,
karena konsumen tak dapat menghitung dengan pasti nilai utilitasnya, tetapi hanya dapat
meranking tingkat kesukaannya (preferensi). Konsumen dapat menyatakan lebih suka barang
A dibanding B tetapi tak dapat menyatakan misalnya tingkat kepuasan A = 6 utilitas,
sedangkan B = 5 utilitas.
Sebenarnya barang yang dikonsumsi oleh konsumen bertujuan untuk mendapatkan
layanan (service) dari barang tersebut dibandingkan kebutuhan akan barang itu sendiri.
Dengan demikian kita dapat menganalisis baik untuk barang tahan lama maupun barang
biasa. Asumsi yang dipakai adalah setiap konsumen memiliki informasi yang lengkap dalam
mengambil keputusan, sehingga keputusan yang diambil benar-benar rasional. Walau
demikian asumsi ini tidaklah perlu terlalu ketat untuk mendapatkan teori permintaan. Karena
syarat untuk menurunkan fungsi permintaan dari kurva indeferen adalah: 1) konsumen
menyadari keberadaan suatu barang (mau mengkonsumsi); 2) konsumen memiliki reaksi
misalnya dia lebih menyukai satu barang dibandingkan barang lain (konsumen memiliki
prefrensi yang rasional); 3) konsumen memiliki pendapatan untuk memberikan reaksi yang
penting terhadap pasar.
A. PENDEKATAN SECARA KARDNAL
Pendekatan secara kardinal menganggap bahwa nilai guna atau tingkat kepuasan
dapat diukur secara pasti. Misalkan jika seseorang menkonsumsi suatu barang maka tingkat
kepuasannya dapat diketahui untuk setiap jumlah barang. Secara tabel diperlihatkan pada
contoh berikut :
TABEL 4.1 Utilitas dari barang yang Dikonsumsi
Jumlah Barang dikonsumsi
Total Utility (TU)
Marginal Utility (MU)
1
5
5
2
8
3
3
12
4
4
15
3
5
17
2
6
18
1
7
18
0
8
17
-1
Dari tabel di atas diperlihatkan bahwa tingkat kepuasan dapat diukur secara pasti.
Padahal dapat dimaklumi sangat sulit dilakukan. Karena itu pendekatan secara kardinal
kurang dapat diterima.
Utilitas
F (TU)
7
Q
GRAFIK. 4.1. Utilitas dari Barang yang Dikonsumsi
Secara empiris dapat dimengerti bahwa semakin banyak jumlah yang dikonsumsi
tingkat kepuasannya semakin kurang. Misalnya jika kita menkonsumsi es krim maka pada
tingkat tertentu akan dicapai tingkat kepuasan maksimum/jenuh (saturation point) tetapi
berapa nilai kepuasannya untuk setiap es yang dikonsumsi tak dapat diukur secara pasti.
Walau demikian konsep ini dapat pergunakan. Misalnya jika kita ingin mengadakan bazaar
kita dapat menentukan harga jual es krim pada tingkat pemakaian sepuasnya, tanpa
perpotongan waktu. Misalnya kita memprakirakan jika seseorang memakan es krim tanpa
henti rata-rata hanya sanggup 7 buah (contoh di atas) maka kita dapat menjual dengan harga
lebih besar dari 7 buah.
Dari tabel di atas (kolom 3) dapat diketahui bahwa niali guna (utility) mempunyai
pola penambahan yang menurun (diminishing return). (sebelumnya perlu diketahui istilah
MU yaitu: tambahan utilitas yang disebabkan tambahan jumlah barang yang dikonsumsi atau
ᵟTU/ᵟQ).
Bagaimana cara pengukuran utilitas secara kardinal?. Salah satu cara mengukur
utilitas adalah dengan membuat skala (score). Misalkan kita memberi skor sangat bahagia
(+1), cukup bahagia (0), dan tidak bahagia (-1). Untuk lebih jelasnya dapat kita ikuti ilustrasi
berikut (Hirschleifer, Jack: Price Theory and Applications,p:63).
TABEL 4.2 Tingkat Pendapatan dan Kebahagiaan
Pendapatan
Responden (%)
(Rp juta)
Sangat Bahagia
Cukup Bahagia
Tidak Bahagia
Skor
10
38
54
8
0,33
Catatan : Angka Skor dihitung melalui (kolom (2) – (5)/100)
Dari tabel di atas jika kita ubah dalam grafik maka kita dapatkan grafik yng hampir
sama dengan Grafik 4.1. Dari nilai skor kita dapat menduga bagaimana hubungan pendapatan
dengan tingkat kebahagiaan. Nilai di atas nol berarti responden merasa Bahagia.
B.PENDEKATAN SECARA ORDINAL
Pendekatan secara ordinal adalah pengukurn dengan membuat ranking dari tingkat
preferensi (rank ordering of preference). Menurut pendekatan ini tingkat pendekatan
kepuasan tidak dapat diukur secara mutlak tetapi hanya dengan memperbandingkan di antara
berbagai jumlah barang yang dikonsumsi. Dari pendekatan ini dikenal kurva indefern
(indifference curve), yaitu: kurva yang menggambarkan tingkat kepuasan yang sama untuk
berbagai kombinasi barang yang dikonsumsi . semakin tinggi letak indifference curve maka
semakin tinggi tingkat kepuasannya, demikian sebaliknya semakin rendah letak kurva
indeferen (semakin ke kiri bawah) maka semakin rendah pula tingkat kepuasannya. Sebagai
ilustrasi dapat kita lihat contoh berikut:
Qy
4
3
2
1
1
3
6
10
15
Qy
Jika kita gambarkan maka kurva I1>IO sedangkan kurva I2 MUy/Py = konsumsi barang X diperbanyak
MUx/Px < Muy/Py = konsumsi barang Y diperbanyak
Dengan mempergunakan Persamaan Lagrange akan didapatkan hasil yang sama, yaitu
dengan memaksimalkan utilitasnya:
Kendala Anggaran Y0 = p1q1 + p2q2
(8)
Fungsi Utilitas U
(9)
= q1q2,
Maka akan didapat:
V
=
f(q1,q2) +λ (Y0 – p1q2 – p2q2)
(10)
Sehingga derivasi/turunan parsial pertamanya adalah:
ᵟV/ᵟq1 =
f1 – λp1 = 0
(11)
ᵟV/ᵟq2 =
f2 – λp2 = 0
(12)
ᵟV/ᵟλ =
Y0 – p1q1 – p2q2
(13)
Dari persamaan 9.10, akan didapatkan: f1/f2 = p1/p2= λ, atau f1/p1 = f2/p2 = λ. Karena f1
dan f2 menunjukkan turunan dari utilitas maka f1 dan f2 dapat dikatakan sebagai marjinal
utilitas. Sedangkan P1 dan P2 adalah harga produk barang yang dikonsumsi. Di sini f1/f2
adalah MRS sedangkan λ diinterpretasikan sebagai utilitas marjinal dari pendapatan. Karena
utilitas marjinal barang yang dikonsumsi adalah positif, maka utilitas marjinal dari
pendapatan pun akan positif.
Contoh 4.1:
Sejumlah mahasiswa suatu universitas mempersiapkan diri untuk UAS tetapi hanya memiliki
waktu 6 jam. Tujuan belajar maha siswa ini untuk mendapatkan nilai rata-rata tertinggi untuk
tiga mata kulaih: ekonomi, matematika, statistika. Mahasiswa tersebut harus memutuskan
alokasi wajtu untuk ketiga mata kuliah. Berdasarkan prakiraan diperoleh hubungan waktu
yang dialokasikan dan nilai sebagai berikut:
Ekonomi
Jam Belajar
Matematika
Nilai
Jam Belajar
Nilai
Statistika
Jam Belajar
Nilai
0
20
0
40
0
80
1
45
1
52
1
90
2
65
2
62
2
95
3
75
3
71
3
97
4
83
4
78
4
98
5
90
5
83
5
99
6
92
6
86
6
99
Pertanyaan:
1)
Bagaimana mahasiswa di atas mengalokasikan waktunya?
2)
Bagaimana penyelesaian 1) dihubungkan dengan ekuilibrium konsumen
Jawab:
1. Untuk memaksimalkan nilai rata-rata maka mahasiswa di atas mestilah menghitung
tambahan nilai yang mungkin mereka dapatkan jika mereka menaikkan jam
belajarnya. Ini dinamakan nilai marjinal. Misalkan dari 2 jam belajar maka mahasiswa
tersebut berhasil menaikkan nilai ekonomi sebesar 20 (65-45), statistika 5 (95-90).
Secara lengkap kita dapat ikuti tabel berikut:
Ekonomi
Matematika
Jam Belajar Nilai Marjinal
Statistika
Jam Belajar Nilai Marjinal
JamBelajar Nilai Marjinal
0
-
0
-
0
-
1
25
1
12
1
10
2
20
2
10
2
5
3
10
3
9
3
2
4
8
4
7
4
1
5
7
5
6
5
1
6
2
6
3
6
0
Dari tabel di atas kita dapatkan nilai marjinal yang sama untuk ketiga mata kuliah tersebut
yaitu sebesar 10. Jadi kita mesti mengalokasikan waktu 3 jam untuk ekonomi, 2 jam untuk
matematika, serta 1 jam untuk statistika, dengan total nilai (75+62+90) = 227 atau rataratanya 75,66. Selain alokasi waktu ini akan menghasilkan nilai total yang lebih rendah!
2. Dari jawaban 1) sebenarnya secara tersirat diketahui tingkat harga yang berlaku adalah
sama, jadi kita dapat mengoptimumkan alokasi dengan mencari nilai marjinal yang sama.
Jika tingkat harga berbeda maka kita mesti menyesuaikan lagi nilai marjinal yang dipilih
tetapi tetaplah harus memenuhi dalil keseimbangan konsumen yaitu Mu/P sama untuk semua
barang.
Contoh4.2:
Sebagai ilustrasi penggunaan konsep lagrange dapat diikuti contoh berikut. Dimisalkan
UtilitasESKA terhadap dua barang yang dikonsumsi adalah U (X,Y) = X 1,5Y. Jika harga
barang X,Y dan pendapatan masing-masing adalah Rp 3, Rp 100, maka:
a. Tentukan jumlah barang yang dikonsumsi sehingga kepuasannya optimal
b. Dengan melengkapi tabel terlebih dahulu tunjukkanlah titik singgung dengan garis
anggaran yang tersedia!
Jawab:
a. Karena dalam teori preferensi ini kita memuaskan utilitas maka kita dapat ubah
contoh di atas dalam persamaan Langrange dengan kendala 100 = 3x + 4y. Jika kita
ubah kendala ini dalam persamaan implisit maka didapat 100-3x-4y, sehingga:
V = f(U) + λ(100 – 3X – 4Y):
ᵟV/ᵟX = 3/2 Y.X1/2 - 3λ
Di dapat λ = ½ Y.X1-2
(a)
ᵟV/ᵟX = 3/2 Y.X1,5 - 4λ
Di dapat λ= ¼ X1,5
(b)
ᵟV/ᵟλ = 100 - 3x – 4y
(c)
Dari (a) dan (b) didapat =
4 (1,5 Y. X1/2) = 3X1,5
2Y = X1,5/X0,5
Y =½X
(d)
Jika (d) disubtitusikan ke (C) maka didapat
λ = 100 – 3X – 4(1/2x)
Y = 10 dan X = 20
Tingkat utilitas yang diperoleh ESKA adalah
U = 20 1,5 . 10 = 891,25
(b)
Dengan diketahui tingkat utilitas yang dinikmati ESKA 891 maka kita dapat
membuat kombinasi berbagai jumlah barang yang ingin dikonsumsi yaitu:
U (X,Y) = X1,5Y
C = 100 Px = Rp 3; Py = Rp 4
X
Y
U
20
10
891
10
17,5
550
30
2,5
417
33,33
0
191
0
25
25
15
13,75
794
13,33
15
741
Dari tabel di atas kita ketahui kombinasi X,Y = 20; 10 akan memberikan tingkat kepuasan
yang optimal.
Y
25
13,75
10
I1 = 891
12 = 794
15
20
X
H. PERUBAHAN HARGA DAN KURVA PERMINTAAN
Sebagaimana dikemukakan pada sub bagian garis anggaran maka kita mengetahui
garis anggaran dapat berubah karena adanya perubahan tingkat harga. Jika hal ini terjadi
maka keseimbangan konsumen akan ikut berubah pula (pada sub bagian K kita akan
memecah efek perubahan harga menjadi efek substitusi dan efek pendapatan).
Jika dimisalkan terjadi perubahan harga barang X terus menerus (Px turun menjadi
P1,P2,P3,P4, di mana P1D. Garis yang melalui titik A
B C D tersebut dinamakan Price Consumption Curve (PCC). Dari PCC inilah diturunkan
Kurva Permintaan (karena PCC memperlihatkan perubahan jumlah barang yang diminta
sebagai akibat perubahan harga). Sebagai contoh pada tingkat harga barang X sebesar P1
maka jumlah yang diminta sebesar Qx 1, juka harga barang turun menjadi P2 maka jumlah
yang diminta akan naik menjadi Qx 2, jika harga turun lagi menjadi P3 jumlah yang diminta
naik menjadi Qx 3. (Variabel harga tidak tampak dalam garis PCC).
PCC : tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan keseimbanagan konsumen
sebagai akibat perubahan tingkat harga, dengan tingkat pendapatan tetap.
Qy
M
PCC
Py
AB
I1 I2
C
D
I3
BL1
Qx1 x2
I4
BL2
M x3 x4 M
Px1
M
Px2
BL3
M
Px3
BL4
Qx
Px4
Px
Px1
A
Px2
B
Px3
C
Px4
D
f(d)
Qx1
Qx2
Qx3
Qx4
Qx
GRAFIK 4.11.Perubahan Harga dan Kurva Permintaan
Contoh : 4.3:
Misalkan diketahui anggarn yang tersedia sebesar 100 dan dialokasikan untuk barang X, dan
Y. Harga barang X dan Y masing-masing sebesar Rp 5 dan Rp 2. Jumlah barang X yang
sebesar 12. Jika harga barang X turun menjadi 4,3,2, dan 1, jumlah barang x yang diminta
menjadi 14, 18, 25, dan 40.
Pertanyaan :
Tunjukkanlah garis PCC serta kurva permintaannya, sertakan tabel sederhananya!.
Jawab :
Fungsi Permintaan
M = Px. X = Py, Y
Px
Qx
100 = 5X + 2Y ..........(a)
X = 12,
Y = 20
5
12
100 = 4X + 2Y ..........(b)
X = 14,
Y = 23
4
14
100 = 3X + 2Y ..........(c)
X = 18,
Y = 23
3
18
100 = 2X + 2Y ..........(d)
X = 25,
Y = 25
2
25
100 = X + 2Y ..........(e)
X = 40,
Y = 30
1
40
Qy
50
45
40
35
30
I4
25
I3
23
I2
22
I1
20
I0
15
10
5
Qx
`
5
10 12 14
20
25
33
40
50
100
Px
5
4
3
2
1
Qdx
12 14
18
25
40
Qdx
I. PERUBAHAN PENDAPATAN DAN KURVA ENGEL
Jika misalkan yang berubah adalah tingkat pendapatan konsumen (I1, I2, I3, I4,
di mana I1 < I2 < I3 < I4) maka kita akan mendapatkan garis anggaran baru yang paralel
dengan garis anggaran lama yaitu BL1, BL2, BL3, BL4 dengan ekuilibrium A1->B1->C1>D1. Garis yang melalui keseimbangan tersebut dinamakan Income Consumption Curve
(ICC).
ICC: Tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan keseimbanagan sebagai
akibat perubahan tingkat pendapatan dengan tingkat harga tetap.
.
Qy
BL I4
BL I3
BL I2
ICC
BL I1
D
C
I4
B
I3
A
I2
I1
Qx
GRAFIK 4.12 Income Consumtion Curve
Contoh 4.4.:
Misalkan diketahui harga barang X dan Y masing – masing sebesar Rp 5 dan Rp 2. Jika
tingkat pendapatan Ali masing – masing sebesar Rp 100, Rp 150, Rp 200, dan Rp 300 maka
jumlah barang x yang diminta masing – masing sebesar 10, 16, 20, dan 30 unit.
Qy
- 150
-
ICC
- 100
-
D
- 75
-
I4
- 50
C
-
I3
-
B
- 35
A
I2
- 25
-
I1
- 10
x
10
x
x
x
x
16 20 25
30
x
40
x
x
x
60
Qx
Pertanyaan:
Tunjukkanlah kurva ICC-nya serta elastisitas permintaan barang x terhadap
pendapatan, bagaimana kategori barang x !
Jawab:
M = 5X = 2Y
M
X
Y
η.
100
10
25
1,15
150
16
35
0,78
200
20
50
1,00
300
30
75
η = (ᵟQ/ᵟM) X { (M1 = M2) / (Q1 + Q2)
karena nilai elastisitas barang X kecil maka kita bisa katakan barang X adalah barang inferior.
ICC ini dapat didefinisikan pula sebagai perubahan jumlah barang yang diminta
karena perubahan pendapatan. Kurva ICC ini lazim dinamakn Kurva Engel, untuk
mengingatkan pada orang pertama yaitu Ernst Engel yang menyelidiki hubungan perubahan
pendapatan dengan jumlah barang yang diminta. Engel melihat jika barang yang diminta
adalah barang barang pertanian atau barang yang bersifat mudah rusak (perishable goods)
maka ICC-nya berpola A. Artinya adanya perubahan (kenaikan) pendapatan tidak diikuti
dengan perubahan jumlah barang yang diminta secara progresif/besar. Hal ini dapat
dimaklumi karena walaupun pendapatan seseorang misal naik 10 kali maka ia tidak akan
meningkatkan konsumsi berasnya sebesar 10 kali juga, sehingga di sini kita akan menemukan
elastisitas pendapatan terhadap permintaan untuk barang pertanian akan kecil/rendah.
Sedangkan jika barang yang diminta adalah barang industri maka pola ICCnya berpola B.
Artinya adanya perubahan (kenaikan) pendapatan diikuti dengan perubahan jumlah barang
yang diminta secara progresif. Hak ini dapat dimaklumi jika pendapatan konsumen naik
maka jumlah berang-barang elektronik yang dibeli akan meningkat demikian pula kebutuhan
barang mewah sangat seiring dengan kenaikan pendapatan.
I
I
Q pertanian
Q industry
GRAFIK 4.13.a.Kurva Engel untuk Barang Pertanian
GRAFIK 4.13.b.Kurva Engel untuk Barang Industri
Karena kurva Engel memperlihatkan hubungan antara pendapatan dan jumlah barang yang
diminta, maka sebenarnya kita dapat melihat hubungan antara kurva Engel dan Elastisitas
Permintaan – Pendapatan. Jika elastisitas permintaan terhadap pendapatan sebagai berikut:
η = (dQ/Q) / (dI/I), maka kita dapatkan klasifikasi sebagai berikut:
Nilai Elastisitas
Klasifikasi Barang
η>1
Suferior/Normal
η
Bab 4
PREFERENSI UTILITAS DAN PILIHAN KONSUMEN
Teori preferensi dipergunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen.
Misalnya konsumen memiliki beberapa pilihan maka konsumen dengan sumber daya yang
terbatas harus memilih berbagai alternatif sehingga utilitas atau nilai guna yang diperoleh
mencapai optimal. Pertama kali istilah utilitasguna yang diperoleh mencapai optimal.
Pertama kali istilah utilitas ini dipergunakan oleh Jeremy Bentham (1748-1832), walaupun
ahli lain tahu hubungan antara nilai barang (value of goods) dan utilitas dari barang yang
dikonsumsi. Adam smith dalam karya terkenalnya The wealth of nation membedakan antara
nilai guna (value in use) dan nilai tukar (value in exchange) dengan contoh terkenalnya
paradoks air dan intan. Air memiliki harga yang rendah (nilai tukar) karena jumlahnya
berlimpah, tetapi memiliki nilai guna yang tinggi karena jumlahnya yang langka, tetapi
memiliki nilai guna yang rendah.
Umumnya terdapat dua pendekatan yaitu secara kardinal dan ordinal. Teori Utilitas
Ordinal menyatakan tak dapat diukur sebagaimana yang biasa dilakukan terhadap harga dan
jumlah tetapi dapat diranking (order) utilitasnya berdasarkan barang yang berbeda-beda. Jadi
dapat dikatakan utilitas dari suatu barang lebih besar, lebih kecil atau sama dengan barang
lain. Sedangkan Teori Utilitas Kardinal menyatakan utilitas dapat diukur secara pasti.
Berkenan dengan hal di atas, ahli ekonomi Italia Wilfredo PARETO menyatakan
fondasi dari teori perilaku konsumen modern tidaklah berdasarkan pendekatan kardinal,
karena konsumen tak dapat menghitung dengan pasti nilai utilitasnya, tetapi hanya dapat
meranking tingkat kesukaannya (preferensi). Konsumen dapat menyatakan lebih suka barang
A dibanding B tetapi tak dapat menyatakan misalnya tingkat kepuasan A = 6 utilitas,
sedangkan B = 5 utilitas.
Sebenarnya barang yang dikonsumsi oleh konsumen bertujuan untuk mendapatkan
layanan (service) dari barang tersebut dibandingkan kebutuhan akan barang itu sendiri.
Dengan demikian kita dapat menganalisis baik untuk barang tahan lama maupun barang
biasa. Asumsi yang dipakai adalah setiap konsumen memiliki informasi yang lengkap dalam
mengambil keputusan, sehingga keputusan yang diambil benar-benar rasional. Walau
demikian asumsi ini tidaklah perlu terlalu ketat untuk mendapatkan teori permintaan. Karena
syarat untuk menurunkan fungsi permintaan dari kurva indeferen adalah: 1) konsumen
menyadari keberadaan suatu barang (mau mengkonsumsi); 2) konsumen memiliki reaksi
misalnya dia lebih menyukai satu barang dibandingkan barang lain (konsumen memiliki
prefrensi yang rasional); 3) konsumen memiliki pendapatan untuk memberikan reaksi yang
penting terhadap pasar.
A. PENDEKATAN SECARA KARDNAL
Pendekatan secara kardinal menganggap bahwa nilai guna atau tingkat kepuasan
dapat diukur secara pasti. Misalkan jika seseorang menkonsumsi suatu barang maka tingkat
kepuasannya dapat diketahui untuk setiap jumlah barang. Secara tabel diperlihatkan pada
contoh berikut :
TABEL 4.1 Utilitas dari barang yang Dikonsumsi
Jumlah Barang dikonsumsi
Total Utility (TU)
Marginal Utility (MU)
1
5
5
2
8
3
3
12
4
4
15
3
5
17
2
6
18
1
7
18
0
8
17
-1
Dari tabel di atas diperlihatkan bahwa tingkat kepuasan dapat diukur secara pasti.
Padahal dapat dimaklumi sangat sulit dilakukan. Karena itu pendekatan secara kardinal
kurang dapat diterima.
Utilitas
F (TU)
7
Q
GRAFIK. 4.1. Utilitas dari Barang yang Dikonsumsi
Secara empiris dapat dimengerti bahwa semakin banyak jumlah yang dikonsumsi
tingkat kepuasannya semakin kurang. Misalnya jika kita menkonsumsi es krim maka pada
tingkat tertentu akan dicapai tingkat kepuasan maksimum/jenuh (saturation point) tetapi
berapa nilai kepuasannya untuk setiap es yang dikonsumsi tak dapat diukur secara pasti.
Walau demikian konsep ini dapat pergunakan. Misalnya jika kita ingin mengadakan bazaar
kita dapat menentukan harga jual es krim pada tingkat pemakaian sepuasnya, tanpa
perpotongan waktu. Misalnya kita memprakirakan jika seseorang memakan es krim tanpa
henti rata-rata hanya sanggup 7 buah (contoh di atas) maka kita dapat menjual dengan harga
lebih besar dari 7 buah.
Dari tabel di atas (kolom 3) dapat diketahui bahwa niali guna (utility) mempunyai
pola penambahan yang menurun (diminishing return). (sebelumnya perlu diketahui istilah
MU yaitu: tambahan utilitas yang disebabkan tambahan jumlah barang yang dikonsumsi atau
ᵟTU/ᵟQ).
Bagaimana cara pengukuran utilitas secara kardinal?. Salah satu cara mengukur
utilitas adalah dengan membuat skala (score). Misalkan kita memberi skor sangat bahagia
(+1), cukup bahagia (0), dan tidak bahagia (-1). Untuk lebih jelasnya dapat kita ikuti ilustrasi
berikut (Hirschleifer, Jack: Price Theory and Applications,p:63).
TABEL 4.2 Tingkat Pendapatan dan Kebahagiaan
Pendapatan
Responden (%)
(Rp juta)
Sangat Bahagia
Cukup Bahagia
Tidak Bahagia
Skor
10
38
54
8
0,33
Catatan : Angka Skor dihitung melalui (kolom (2) – (5)/100)
Dari tabel di atas jika kita ubah dalam grafik maka kita dapatkan grafik yng hampir
sama dengan Grafik 4.1. Dari nilai skor kita dapat menduga bagaimana hubungan pendapatan
dengan tingkat kebahagiaan. Nilai di atas nol berarti responden merasa Bahagia.
B.PENDEKATAN SECARA ORDINAL
Pendekatan secara ordinal adalah pengukurn dengan membuat ranking dari tingkat
preferensi (rank ordering of preference). Menurut pendekatan ini tingkat pendekatan
kepuasan tidak dapat diukur secara mutlak tetapi hanya dengan memperbandingkan di antara
berbagai jumlah barang yang dikonsumsi. Dari pendekatan ini dikenal kurva indefern
(indifference curve), yaitu: kurva yang menggambarkan tingkat kepuasan yang sama untuk
berbagai kombinasi barang yang dikonsumsi . semakin tinggi letak indifference curve maka
semakin tinggi tingkat kepuasannya, demikian sebaliknya semakin rendah letak kurva
indeferen (semakin ke kiri bawah) maka semakin rendah pula tingkat kepuasannya. Sebagai
ilustrasi dapat kita lihat contoh berikut:
Qy
4
3
2
1
1
3
6
10
15
Qy
Jika kita gambarkan maka kurva I1>IO sedangkan kurva I2 MUy/Py = konsumsi barang X diperbanyak
MUx/Px < Muy/Py = konsumsi barang Y diperbanyak
Dengan mempergunakan Persamaan Lagrange akan didapatkan hasil yang sama, yaitu
dengan memaksimalkan utilitasnya:
Kendala Anggaran Y0 = p1q1 + p2q2
(8)
Fungsi Utilitas U
(9)
= q1q2,
Maka akan didapat:
V
=
f(q1,q2) +λ (Y0 – p1q2 – p2q2)
(10)
Sehingga derivasi/turunan parsial pertamanya adalah:
ᵟV/ᵟq1 =
f1 – λp1 = 0
(11)
ᵟV/ᵟq2 =
f2 – λp2 = 0
(12)
ᵟV/ᵟλ =
Y0 – p1q1 – p2q2
(13)
Dari persamaan 9.10, akan didapatkan: f1/f2 = p1/p2= λ, atau f1/p1 = f2/p2 = λ. Karena f1
dan f2 menunjukkan turunan dari utilitas maka f1 dan f2 dapat dikatakan sebagai marjinal
utilitas. Sedangkan P1 dan P2 adalah harga produk barang yang dikonsumsi. Di sini f1/f2
adalah MRS sedangkan λ diinterpretasikan sebagai utilitas marjinal dari pendapatan. Karena
utilitas marjinal barang yang dikonsumsi adalah positif, maka utilitas marjinal dari
pendapatan pun akan positif.
Contoh 4.1:
Sejumlah mahasiswa suatu universitas mempersiapkan diri untuk UAS tetapi hanya memiliki
waktu 6 jam. Tujuan belajar maha siswa ini untuk mendapatkan nilai rata-rata tertinggi untuk
tiga mata kulaih: ekonomi, matematika, statistika. Mahasiswa tersebut harus memutuskan
alokasi wajtu untuk ketiga mata kuliah. Berdasarkan prakiraan diperoleh hubungan waktu
yang dialokasikan dan nilai sebagai berikut:
Ekonomi
Jam Belajar
Matematika
Nilai
Jam Belajar
Nilai
Statistika
Jam Belajar
Nilai
0
20
0
40
0
80
1
45
1
52
1
90
2
65
2
62
2
95
3
75
3
71
3
97
4
83
4
78
4
98
5
90
5
83
5
99
6
92
6
86
6
99
Pertanyaan:
1)
Bagaimana mahasiswa di atas mengalokasikan waktunya?
2)
Bagaimana penyelesaian 1) dihubungkan dengan ekuilibrium konsumen
Jawab:
1. Untuk memaksimalkan nilai rata-rata maka mahasiswa di atas mestilah menghitung
tambahan nilai yang mungkin mereka dapatkan jika mereka menaikkan jam
belajarnya. Ini dinamakan nilai marjinal. Misalkan dari 2 jam belajar maka mahasiswa
tersebut berhasil menaikkan nilai ekonomi sebesar 20 (65-45), statistika 5 (95-90).
Secara lengkap kita dapat ikuti tabel berikut:
Ekonomi
Matematika
Jam Belajar Nilai Marjinal
Statistika
Jam Belajar Nilai Marjinal
JamBelajar Nilai Marjinal
0
-
0
-
0
-
1
25
1
12
1
10
2
20
2
10
2
5
3
10
3
9
3
2
4
8
4
7
4
1
5
7
5
6
5
1
6
2
6
3
6
0
Dari tabel di atas kita dapatkan nilai marjinal yang sama untuk ketiga mata kuliah tersebut
yaitu sebesar 10. Jadi kita mesti mengalokasikan waktu 3 jam untuk ekonomi, 2 jam untuk
matematika, serta 1 jam untuk statistika, dengan total nilai (75+62+90) = 227 atau rataratanya 75,66. Selain alokasi waktu ini akan menghasilkan nilai total yang lebih rendah!
2. Dari jawaban 1) sebenarnya secara tersirat diketahui tingkat harga yang berlaku adalah
sama, jadi kita dapat mengoptimumkan alokasi dengan mencari nilai marjinal yang sama.
Jika tingkat harga berbeda maka kita mesti menyesuaikan lagi nilai marjinal yang dipilih
tetapi tetaplah harus memenuhi dalil keseimbangan konsumen yaitu Mu/P sama untuk semua
barang.
Contoh4.2:
Sebagai ilustrasi penggunaan konsep lagrange dapat diikuti contoh berikut. Dimisalkan
UtilitasESKA terhadap dua barang yang dikonsumsi adalah U (X,Y) = X 1,5Y. Jika harga
barang X,Y dan pendapatan masing-masing adalah Rp 3, Rp 100, maka:
a. Tentukan jumlah barang yang dikonsumsi sehingga kepuasannya optimal
b. Dengan melengkapi tabel terlebih dahulu tunjukkanlah titik singgung dengan garis
anggaran yang tersedia!
Jawab:
a. Karena dalam teori preferensi ini kita memuaskan utilitas maka kita dapat ubah
contoh di atas dalam persamaan Langrange dengan kendala 100 = 3x + 4y. Jika kita
ubah kendala ini dalam persamaan implisit maka didapat 100-3x-4y, sehingga:
V = f(U) + λ(100 – 3X – 4Y):
ᵟV/ᵟX = 3/2 Y.X1/2 - 3λ
Di dapat λ = ½ Y.X1-2
(a)
ᵟV/ᵟX = 3/2 Y.X1,5 - 4λ
Di dapat λ= ¼ X1,5
(b)
ᵟV/ᵟλ = 100 - 3x – 4y
(c)
Dari (a) dan (b) didapat =
4 (1,5 Y. X1/2) = 3X1,5
2Y = X1,5/X0,5
Y =½X
(d)
Jika (d) disubtitusikan ke (C) maka didapat
λ = 100 – 3X – 4(1/2x)
Y = 10 dan X = 20
Tingkat utilitas yang diperoleh ESKA adalah
U = 20 1,5 . 10 = 891,25
(b)
Dengan diketahui tingkat utilitas yang dinikmati ESKA 891 maka kita dapat
membuat kombinasi berbagai jumlah barang yang ingin dikonsumsi yaitu:
U (X,Y) = X1,5Y
C = 100 Px = Rp 3; Py = Rp 4
X
Y
U
20
10
891
10
17,5
550
30
2,5
417
33,33
0
191
0
25
25
15
13,75
794
13,33
15
741
Dari tabel di atas kita ketahui kombinasi X,Y = 20; 10 akan memberikan tingkat kepuasan
yang optimal.
Y
25
13,75
10
I1 = 891
12 = 794
15
20
X
H. PERUBAHAN HARGA DAN KURVA PERMINTAAN
Sebagaimana dikemukakan pada sub bagian garis anggaran maka kita mengetahui
garis anggaran dapat berubah karena adanya perubahan tingkat harga. Jika hal ini terjadi
maka keseimbangan konsumen akan ikut berubah pula (pada sub bagian K kita akan
memecah efek perubahan harga menjadi efek substitusi dan efek pendapatan).
Jika dimisalkan terjadi perubahan harga barang X terus menerus (Px turun menjadi
P1,P2,P3,P4, di mana P1D. Garis yang melalui titik A
B C D tersebut dinamakan Price Consumption Curve (PCC). Dari PCC inilah diturunkan
Kurva Permintaan (karena PCC memperlihatkan perubahan jumlah barang yang diminta
sebagai akibat perubahan harga). Sebagai contoh pada tingkat harga barang X sebesar P1
maka jumlah yang diminta sebesar Qx 1, juka harga barang turun menjadi P2 maka jumlah
yang diminta akan naik menjadi Qx 2, jika harga turun lagi menjadi P3 jumlah yang diminta
naik menjadi Qx 3. (Variabel harga tidak tampak dalam garis PCC).
PCC : tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan keseimbanagan konsumen
sebagai akibat perubahan tingkat harga, dengan tingkat pendapatan tetap.
Qy
M
PCC
Py
AB
I1 I2
C
D
I3
BL1
Qx1 x2
I4
BL2
M x3 x4 M
Px1
M
Px2
BL3
M
Px3
BL4
Qx
Px4
Px
Px1
A
Px2
B
Px3
C
Px4
D
f(d)
Qx1
Qx2
Qx3
Qx4
Qx
GRAFIK 4.11.Perubahan Harga dan Kurva Permintaan
Contoh : 4.3:
Misalkan diketahui anggarn yang tersedia sebesar 100 dan dialokasikan untuk barang X, dan
Y. Harga barang X dan Y masing-masing sebesar Rp 5 dan Rp 2. Jumlah barang X yang
sebesar 12. Jika harga barang X turun menjadi 4,3,2, dan 1, jumlah barang x yang diminta
menjadi 14, 18, 25, dan 40.
Pertanyaan :
Tunjukkanlah garis PCC serta kurva permintaannya, sertakan tabel sederhananya!.
Jawab :
Fungsi Permintaan
M = Px. X = Py, Y
Px
Qx
100 = 5X + 2Y ..........(a)
X = 12,
Y = 20
5
12
100 = 4X + 2Y ..........(b)
X = 14,
Y = 23
4
14
100 = 3X + 2Y ..........(c)
X = 18,
Y = 23
3
18
100 = 2X + 2Y ..........(d)
X = 25,
Y = 25
2
25
100 = X + 2Y ..........(e)
X = 40,
Y = 30
1
40
Qy
50
45
40
35
30
I4
25
I3
23
I2
22
I1
20
I0
15
10
5
Qx
`
5
10 12 14
20
25
33
40
50
100
Px
5
4
3
2
1
Qdx
12 14
18
25
40
Qdx
I. PERUBAHAN PENDAPATAN DAN KURVA ENGEL
Jika misalkan yang berubah adalah tingkat pendapatan konsumen (I1, I2, I3, I4,
di mana I1 < I2 < I3 < I4) maka kita akan mendapatkan garis anggaran baru yang paralel
dengan garis anggaran lama yaitu BL1, BL2, BL3, BL4 dengan ekuilibrium A1->B1->C1>D1. Garis yang melalui keseimbangan tersebut dinamakan Income Consumption Curve
(ICC).
ICC: Tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan keseimbanagan sebagai
akibat perubahan tingkat pendapatan dengan tingkat harga tetap.
.
Qy
BL I4
BL I3
BL I2
ICC
BL I1
D
C
I4
B
I3
A
I2
I1
Qx
GRAFIK 4.12 Income Consumtion Curve
Contoh 4.4.:
Misalkan diketahui harga barang X dan Y masing – masing sebesar Rp 5 dan Rp 2. Jika
tingkat pendapatan Ali masing – masing sebesar Rp 100, Rp 150, Rp 200, dan Rp 300 maka
jumlah barang x yang diminta masing – masing sebesar 10, 16, 20, dan 30 unit.
Qy
- 150
-
ICC
- 100
-
D
- 75
-
I4
- 50
C
-
I3
-
B
- 35
A
I2
- 25
-
I1
- 10
x
10
x
x
x
x
16 20 25
30
x
40
x
x
x
60
Qx
Pertanyaan:
Tunjukkanlah kurva ICC-nya serta elastisitas permintaan barang x terhadap
pendapatan, bagaimana kategori barang x !
Jawab:
M = 5X = 2Y
M
X
Y
η.
100
10
25
1,15
150
16
35
0,78
200
20
50
1,00
300
30
75
η = (ᵟQ/ᵟM) X { (M1 = M2) / (Q1 + Q2)
karena nilai elastisitas barang X kecil maka kita bisa katakan barang X adalah barang inferior.
ICC ini dapat didefinisikan pula sebagai perubahan jumlah barang yang diminta
karena perubahan pendapatan. Kurva ICC ini lazim dinamakn Kurva Engel, untuk
mengingatkan pada orang pertama yaitu Ernst Engel yang menyelidiki hubungan perubahan
pendapatan dengan jumlah barang yang diminta. Engel melihat jika barang yang diminta
adalah barang barang pertanian atau barang yang bersifat mudah rusak (perishable goods)
maka ICC-nya berpola A. Artinya adanya perubahan (kenaikan) pendapatan tidak diikuti
dengan perubahan jumlah barang yang diminta secara progresif/besar. Hal ini dapat
dimaklumi karena walaupun pendapatan seseorang misal naik 10 kali maka ia tidak akan
meningkatkan konsumsi berasnya sebesar 10 kali juga, sehingga di sini kita akan menemukan
elastisitas pendapatan terhadap permintaan untuk barang pertanian akan kecil/rendah.
Sedangkan jika barang yang diminta adalah barang industri maka pola ICCnya berpola B.
Artinya adanya perubahan (kenaikan) pendapatan diikuti dengan perubahan jumlah barang
yang diminta secara progresif. Hak ini dapat dimaklumi jika pendapatan konsumen naik
maka jumlah berang-barang elektronik yang dibeli akan meningkat demikian pula kebutuhan
barang mewah sangat seiring dengan kenaikan pendapatan.
I
I
Q pertanian
Q industry
GRAFIK 4.13.a.Kurva Engel untuk Barang Pertanian
GRAFIK 4.13.b.Kurva Engel untuk Barang Industri
Karena kurva Engel memperlihatkan hubungan antara pendapatan dan jumlah barang yang
diminta, maka sebenarnya kita dapat melihat hubungan antara kurva Engel dan Elastisitas
Permintaan – Pendapatan. Jika elastisitas permintaan terhadap pendapatan sebagai berikut:
η = (dQ/Q) / (dI/I), maka kita dapatkan klasifikasi sebagai berikut:
Nilai Elastisitas
Klasifikasi Barang
η>1
Suferior/Normal
η