HAMA DAN PENYAKIT UTAMA TANAMAN PENTING
HAMA DAN PENYAKIT UTAMA
A. Tanaman Pangan
1. Padi
a. Tikus
Tikus (Rattus argentiventer (Rob. & Kloss)) merusak tanaman padi pada
semua tingkat pertumbuhan, dari semai hingga panen, bahkan di gudang
penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase
generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Tikus
merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir.
Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi di
dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah
perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi
ke daerah perkampungan dekat sawah dan kembali lagi ke sawah setelah
pertanaman padi menjelang fase generatif.
Cara pengendalian
Kendalikan tikus pada awal musim tanam sebelum memasuki masa
reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyok masal, sanitasi habitat,
pemasangan TBS (Trap Barrier System) / Sistem Bubu Perangkap) dan LTBS
(Linear Trap Barier Sistem). Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat
tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas
sawah dengan perkampungan. Pemasangan bubu perangkap pada pesemaian dan
pembuatan TBS dilakukan pada daerah endemik tikus untuk menekan populasi
tikus pada awal musim tanam.
b. Keong Mas
Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) diperkenalkan ke Asia pada
tahun 1980an dari Amerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia.
Namun, kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke
Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Keong mas memakan
tanaman padi muda serta dapat menghancurkan tanaman pada saat pertumbuhan
awal.
Cara pengendalian
Saat-saat penting untuk mengendalikan keong mas adalah pada 10 hari
pertama untuk padi tanam pindah dan sebelum tanaman berumur 21 hari pada
tabela (tanam benih secara langsung). Setelah itu, tingkat pertumbuhan tanaman
biasanya lebih tinggi daripada tingkat kerusakan akibat keong.
Semut merah memakan telur keong, sedangkan bebek (dan kadang-kadang
tikus) memakan keong muda. Bebek ditempatkan di sawah selama persiapan
lahan tahap akhir atau setelah tanaman tumbuh cukup besar (misalnya 30-35 hari
setelah tanam); keong dapat dipanen, dimasak untuk dimakan oleh manusia.
Pungut keong dan hancurkan telurnya. Hal ini paling baik dilakukan di pagi
dan sore hari ketika keong berada pada keadaan aktif. Tempatkan tongkat
bambu untuk menarik keong dewasa meletakkan telurnya.
Tempatkan dedaunan dan pelepah pisang untuk menarik perhatian keong agar
pemungutan keong lebih mudah dilakukan.
Keong bersifat aktif pada air yang menggenang/ diam dan karenanya, perataan
tanah dan pengeringan sawah yang baik dapat menekan kerusakan. Buat
saluran-saluran kecil (misalnya, lebar 15-25 cm dan dalam 5 cm) untuk
memudahkan pengeringan dan bertindak sebagai titik fokus untuk
mengumpulkan keong atau membunuh keong secara manual. Apabila
pengendalian air baik, pengeringan dan pengaliran air ke sawah dilakukan
hingga stadia anakan (misalnya, 15 hari pertama untuk tanam pindah dan 21
hari pertama untuk tabela).
c. Tungro
Tungro adalah penyakit virus pada padi yang biasanya terjadi pada fase
pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan
berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan daun
yang terserang berwarna kuning sampai kuning-oranye. Daun muda sering
berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda
sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua. Daun
menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi. Dua spesies wereng
hijau Nephotettix malayanus dan N.virescens adalah serangga yang menyebarkan
(vektor) virus tungro.
2. Jagung
a. Ulat daun
Gejala tanaman jagung yang diserang hama ulat daun adalah sebagai
berikut:
Ulat dau menyerang bagian pucuk daun.
Umur tanaman yang diserang ulat daun sekitar 1 satu bulan
Daun tanaman bila sudah besar menjadi rusak.
Pencegahan dxengan penyemprotan insektisida folidol, basudin, diazinon
dan agrocide dengan ukuran 1,5 cc dalam tiap 1 liter air.
b. Lalat bibit
Disebabkan oleh lalat bibit (Atherigona exigua)
Gejala yang dialami tanaman jagung adalah ada bekas gigitan pada daun,
pucuk daun layu, dan akhirnya tanaman jagung mati.
Pengendalian dengan menghembuskan HCH 5% pada saat berumur 5
hari. Atau pengobatan dengan penyemprotan insektisida Hostathion 40EC,
sebanyak 2cc tiap liter air dengan volume semprotan 100 liter tiap hektar lahan
jagung.
c. Hawar daun
Penyakit hawar daun dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Hawar daun turcicum
Gejala penyakit ini berupa adanya bercak kecil berbentuk jorong, berwarna
hijau kelabu. Lama kelamaan bercak menjadi besar dan berwarna coklat.
Bentuk seperti kumparan, bila parah daun seperti terbakar.
Penyebab penyakit ini adalah Helminthos porrirum turcicum.
b. Hawar daun maydis
Gejala yang dialami berupa bercak coklat abu-abu pada seluruh permukaan
daun.
Bila parah dapat sampai ke jaringan tulang daun yang akhirnya jaringan
dapat mati.
c. Hawar daun corbonum
Gejala berupa bercak coklat muda kekuningan bersudut-sudut memanjang
yang dapat menyatu dan mematikan daun.
Penyebabnya adalah cendawan Dreschslera zeicola yang tumbuh di daerah
yang dingin, bersuhu rendah, lembab dan di daerah dataran tinggi.
Pengendalian dengan fungisida atau dengan thiram dan karboxin, serta
dengan pengasapan atau perawatan suhu panas selama 17 menit dengan
suhu 55 derajat celcius.
d. Bulai
Penyakit bulai pada daun jagung disebabkan oleh cendawan atau jamur
sclerospora maydis
Gejala berupa daun tanaman jagung berwarna kuning keputih-putihan
bergaris, sejajar dengan urat daun dan tampak kaku.
Pencegahan dengan pemberian Ridomil 35 SD pada benih agar tidak
tumbuh jamur pada biji jagung.
3.
Kentang
a. Uret
Hama uret dikenal juga dengan nama white grub. Bentuk binatang ini
menyerupai kumbang berwarna cokelat gelap dengan panjang 2-2,5 cm. Hama ini
biasanya banyak terdapat di tumpukan bahan organik mentah (belum
difermentasi). Sehingga aplikasi pupuk kandang mentah (belum difermentasi)
juga berpotensi menjadi penyebab serangan uret. Phyllophaga (Holotricia) javana
menyerang tanaman kentang dengan cara melubangi umbi kentang, umbi
terseerang berpotensi terserang penyakit sekunder akibat gigitan hama uret.
Selain itu uret juga menyerang akar tanaman, sehingga jika serangan parah dapat
mengakibatkan tanaman kentang mati.
Pemanfaatan agensia hayati bisa dilakukan untuk mengendalikan hama uret,
seperti Metarrhizium anisoplae, bisa didapatkan di kios pertanian terdekat.
b. Anjing Tanah
Hama anjing tanah (dalam bahasa jawa dikenal orong-orong) memiliki kaki
sangat kuat. Hama ini selain menyerang umbi kentang juga sering ditemukan
pada tanaman padi muda. Selain itu, Gryllotalpa sp. juga banyak ditemukan
menyerang tanaman sayuran lain saat masih muda. Hama ini tinggal di dalam
tanah, penyerangannya dilakukan saat malam hari.
Untuk saat ini anjing tanah belum menjadi hama serius pada budidaya
kentang. Tetapi jika ditemukan serangan hama tersebut, maka segera taburkan
insektisida berbahan aktif karbofuran. Dosis/konsentrasi 0,5 gram/tanaman.
c. Penyakit busuk daun
Penyakit busuk daun disebabkan oleh infeksi patogen Phytophthora
infestans. Cendawan tersebut dapat menyerang seluruh bagian tanaman, baik
daun, batang, pangkal batang, umbi, maupun perakaran tanaman kentang. Hingga
saat ini, Phytophthora insfestans masih merupakan penyakit utama penyebab
kegagalan panen kentang, terutama terjadi saat musim hujan dengan suhu optimal
untuk perkembangannya adalah 21°C.
Daun kentang terserang menunjukkan gejala ditandai adanya bercak kecil
kebasah-basahan berwarna hijau kelabu, lama kelamaan berubah menjadi cokelat
kehitaman. Bercak meluas ke seluruh daun sehingga daun kentang akan
membusuk dan kering. Bagian daun membusuk tetap meggantung pada tanaman.
Selanjutnya serangan akan meluas sampai ke batang atau cabang. Di bagian
bawah daun terserang terdapat konidia spora berwana putih.
Serangan pada umbi ditandai adanya bercak berwarna cokelat sampai ungu
kehitaman. Ketika seranga semakin berat, umbi akan membusuk sehingga tidak
dapat dipanen. Penyakit ini juga menyerang umbi kentang saat disimpan di
gudang penyimpanan
d. Layu bakteri
Penyebab layu bakteri adalah bakteri Pseudomonas (Ralstonia)
solanacearum. Gajala serangan ditandai adanya beberapa daun muda pada pucuk
tanaman mati serta menguningnya daun bagian bawah. Bila pangkal batang
dipotong akan terlihat bercak berwarna cokelat pada kambiumnya berbentuk
menyerupai cincin.
Serangan penyakit layu bakteri pada umbi ditandai adanya tanah basah
berlendir yang menempel di ujung stolon atau bagian mata umbi atau bagian
ujung umbi. Bila umbi dibelah akan nampak warna cokelat tua melingkar di
bagian dagingnya. Tanda ini merupakan ciri khas serangan bakteri Pseudomonas
(Ralstonia) solanacearum. Suhu uptimum untuk perkembangan bakteri adalah 2737°C, sedangkan suhu yang menghambat pertumbuhannya berkisar antara 810°C.
Upaya pengendalian serangan layu bakteri antara lain meningkatkan pH
tanah, memusnahkan tanaman kentang terserang, melakukan penggiliran
tanaman, pengaturan drainase agar tidak terjadi genangan air saat musim hujan,
serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik
berbahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau
oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan. Sebagai
pencegahan, dapat diaplikasikan agensia Trichoderma sp. maupun Gliocladium
sp. saat persiapan lahan, lalu dilanjutkan pengocoran menggunakan pestisida
organik di tanah ketika tanaman kentang memasuki umur 20hst dan 35 hst,
contoh pestisida organiknya seperti super glio, wonderfat, dll. Dosis/konentrasi
sesuai anjuran di kemasan.
4. Kacang Hijau
a. Lalat Kacang
Gejala awal berupa bercak-bercak pada keping biji atau daun pertama.
Bercak ini merupakan tempat peletaka telur. Selanjutnya terlihat liang gerek pada
keping biji atau daun pertama.
Ketika polong yang diserang gugur, larva sudah berada di dalam batang.
Pada saat larva telah berada di pangkal akar daun mulai layu dan kekuningkuningan. Tanaman akan mati berumur 3-4 minggu. Jika tanaman tersebut dicabut
akan didapati larva, pupa, atau kulit pupa di antara akar dan kulit akar. Tanaman
yang terserang dan masih tetap hidup menampakkan akar-akar adventif di bagian
terbawah dari batang.
Sejauh yang diketahui, serangannya tidak sehebat pada tanaman kedelai.
Hal ini disebabkan karena keping biji kacang hijau yang masih muda mudah rontok
ketika diserang sehingga tidak memberi kesempatan pada serangga tersebut untuk
bertelur.
b. Penggerek polong
Gejala serangannya terlihat pada kulit polong berupa bercak hitam dan bila
dibuka terdapat larva yang gemuk dengan kotoran-kotorannya berwarna hijau
basah. Serangan pada polong kedua ditandai dengan satu lubang gerek yang
bentuknya bundar.
Hama penyebabnya adalah penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.).
Penggerek polong kacang hijau sama dengan penggerek polong pada kedelai.
Larva yang baru menetas menggerek masuk ke dalam polong menuju ke bagian
bawah. Larva ini memakan biji di dalam polong sampai habis kemudian
berpindah ke polong lain. Bentuk larvanya gemuk dan licin, larva yang masih
kecil berwarna merah kebiru-biruan.
c. Bercak daun cercospora
Pada helai daun timbul bercak cokelat muda sampai tua di tepinya,
sedangkan di tengahnya berwarna abu-abu. Bercak ini berbentuk tidak teratur
sampai bulat dengan ukuran bervariasi. Bercak ini dapat menyatu sehingga
bertambah besar dan mengakibatkan daun mengering dan rontok. Ukuran polong
dan biji menyusut. Di lapangan, gejala penyakit ini timbul pada umur 30-35 HST.
Pengendalian dilakukan dengan penanaman varietas unggul yang tahan
penyakit tersebut atau dengan menggunakan fungisida Benlate 50 WP sebanyak
0,5 g per liter air pada waktu tanaman berumur 30 dan 40 hari.
d. Embun tepung
Gejala yang tampak berupa bercak cokelat yang tertutup oleh tepung
berwarna putih. Gejala ini dapat timbul pada seluruh bagian tanaman kecuali
akar. Serangan yang hebat menyebabkan daun menjadi kering dan rontok, polong
tidak terbentuk. Jika polong telah terbentuk maka pertumbuhannya terhenti dan
menghasilkan biji yang kecil.
Selain dengan menanam varietas yang tahan, penyakit ini dapat
dikendalikan dengan menggunakan fungisida Benlate 50 WP sebanyak 1 g per
liter air kemudian disemprotkan pada tanaman saat berumur 3 minggu atau
dengan Benlate 50 WP sebanyak 0,5 g per liter air disemprotkan dengan interval
10 hari pada umur 30-50 hari.
B. Tanaman Sayuran
1. Sawi
a.
Ulat tanah
Ulat yang takut akan sinar matahari ini sering merusak tanaman sawi yang
masih muda yang baru di tanaman di ladang, ulat ini berwarna coklat ke hitaman,
serangan ulat tanah ini biasanya di lakukan di malam hari dan serangan dari ulat
tanah ini biasa nya tidak serentak alias sedikit demi sedikit, maka dari itu perlu di
lakukan pencegahan sebelum menanam sawi yaitu dengan melakukan sanitasi
lan, kalau pun yang sudah terserang sebaik nya segera lakukan pemberantasan
dengan insektisida yang berbentuk butiran kemudian di tabur di samping tanaman
sawi tersebut.
b.
Ulat grayak
Ulat yang mempunyai warna hijau tua kecoklatan dengan totol-totol hitam
di setiap ruas buku badannya ini berukuran kuraang lebih 15 sampai 25 mm saja,
namun sangat menjengkel sekali, serengan ulat yang satu ini yaitu terjadi pada
daun sawi, sehingga tak heran jika daun sawi akan berlubang-lubang, dan
serangan ulat ini biasanya terjadi pada daun yang masih muda, dan untuk solusi
nya yaitu dengan penyemprotan yang menggunakan insektisida seperti: Matador
25 EC, Curacron 500 EC dan Buldok 25 EC.
c.
Penyakit busuk daun
Penyakit yang satu ini biasa nya di sebabkan oleh salah nya musim tanam,
yaitu di saran kan kalaun menanam sawi jangan di musim hujan, karena dampak
yaitu daun menjadi busuk, dan hal ini di sebabkan oleh kondisi cuaca yang tak
tentu, atau karena hujan sehari yang di ikuti cuaca yang panas sekali, kalau pun
sudah terlanjur menanam, solusi nya adalah: semprotlah dengan fungisida yang
tepat yaitu Bion M 1/48 WP, Topsin M 70 WB dan Kocide 60 WDG.
d.
Penyakit akar gada
Penyakit ini biasa nya menyerang halaman tanaman, nah jika agan
menemukan atau melihat tanaman sawi agan terlihat layu pada siang hari dan
segar pada pagi hari itu berarti tanaman agan telah terserang penyakit yang satu
ini. Dan untuk penyakit yang satu ini sampai sekarang belum di temukan obat nya
atau solusinya.
2. Cabai
a.
Hama ulat
Ulat yang sering menyarang tanaman cabe diantaranya ulat grayak
(Spodoptera litura). Ulat jenis ini memakan daun sampai bolong-bolong sehingga
menganggu kemampuan fotosintesis tanaman. Pada tingkat yang parah ulat
grayak memakan habis seluruh daun dan hanya menyisakan tulang-tulang daun.
Selain itu ada juga jenis ulat yang menyerang buah cabai, yaitu jenis
Helicoverpa sp. dan Spodoptera exigua. Ulat jenis ini membuat lubang pada buah
cabe baik yang masih hijau maupun merah.
Ulat biasanya menyerang pada malam hari atau saat matahari teduh. Pada
siang yang terik, ulat bersembunyi di pangkal tanaman atau berlindung di balik
mulsa sehingga ulat-ulat ini bisa lolos dari penyemprotan.
b.
Hama tungau
Tungau yang biasa menyerang tanaman cabe ialah tungau kuning
(Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranycus sp.). Tungau
dijumpai juga menyerang tanaman tanaman singkong.
Pada tanaman cabe, serangan tungau membuat daun keriting menggulung
ke bagian kebawah seperti sendok terbalik. Daun menjadi tebal dan kaku
sehingga pembentukan pucuk terhambat. Lama kelamaan daun akan menjadi
coklat dan mati.
c.
Bercak daun
Penyakit bercak daun yang menyerang tanaman cabe disebabkan oleh jamur
Cercospora capsici. Gejalanya terdapat bercak-bercak bundar berwarna abu-abu
dengan pinggiran coklat pada daun. Bila serangan menghebat daun akan
berwarna kuning dan akhirnya berguguran. Penyakit ini biasanya menyerang pada
musim hujan dimana kondisi kelembaban cukup tinggi.
Penyakit ini menyebar saat jamur masih berupa spora dan bisa dibawa oleh
angin, air hujan, hama vektor, dan alat pertanian. Spora jamur juga bisa terikut
pada benih atau biji cabe.
Pencegahan terhadap penyakit ini dengan memilih benih yang sehat bebas
patogen. Merenggangkan jarak tanam berguna meminimalkan serangan agar
lingkungan tidak terlalu lembab. Pengendalian teknis bisa dilakukan dengan
memusnahkan tanaman yang terinfeksi dengan cara dibakar. Bila serangan
menghebat bisa diberikan fungisida.
d.
Patek atau antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici dan
Colletotrichum gloeosporioides. Pada fase pembibitan penyakit ini menyebabkan
kecambah layu saat disemaikan. Sedangkan pada fase dewasa menyebabkan mati
pucuk, serangan pada daun dan batang menyebabkan busuk kering. Sementara
itu, pada buah akan menjadi busuk seperti terbakar.
Penyakit ini bisa terbawa dari benih atau biji cabe. Pencegahan bisa
dilakukan dengan memilih benih yang sehat dan bebas patogen. Pengendalian
bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang dan penyemprotan
fungisida.
3. Tomat
a.
Ulat tanah
Ulat tanah tanaman tomat adalah Agrotis ipsilon. Hama jenis ini menyerang
tanaman tomat di malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam
tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman muda
dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan ulat pemotong. Cara
pengendaliannya dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran
sebanyak 1gram pada lubang tanam.
b.
Ulat grayak tanaman tomat adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang
daun tanaman tomat bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, ulat ini biasanya
menyerang di malam hari dengan cara memakan daun dan buah tomat. Gejala
pada daun berupa bercak-bercak putih berlubang, sedangkan buahnya ditandai
adanya lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah. Pengendalian kimiawi
menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos,
klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
c.
Ulat buah
Ulat buah tanaman tomat adalah Heliotis armigera. Bagian tubuh hama ini
diselimuti kutil. Ulat menyerang tanaman tomat dengan cara mengebor buah
sambil memakannya sehingga buah terserang berlubang. Pengendalian kimiawi
menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos,
klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
d.
Rebah semai
Rebah semai tanaman tomat adalah Pythium debarianum. Rebah semai
biasa menyerang tanaman tomat pada fase pembibitan dan tanaman muda setelah
pindah tanam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan
aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau
dimetomorf. Dosis ½ dosis terendah yang tertera pada kemasan.
e.
Layu bakteri
Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini
sering menggagalkan tanaman, tanaman tomat terserang mengalami kelayuan
daun, diawali dari daun-daun muda. Upaya pengendalian antara lain dengan
meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan
penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari
golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam
oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai pada
kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat
persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran menggunakan
pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. dengan dosis sesuai
anjuran pada kemasan.
f.
Layu fusarium
Cendawan penyebab layu tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum.
Tanaman tomat terserang mengalami kelayuan dimulai daun-daun tua, kemudian
menyebar ke daun-daun muda dan menguning. Upaya pengendaliannya dengan
meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan
penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida
berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida.
Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi
berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan
pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat.
dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
C. Tanaman Perkebunan
1. Kakao
a. Penggerek buah kakao
Gejala serangan pada buah (warna kuning tidak merata) Hama kakao ini
sangat merugikan. Serangannya dapat merusak hampir semua hasil. Penggerek Buah
Kakao dapat menyerang buah sekecil 3 cm, tetapi umumnya lebih menyukai yang
berukuran sekitar 8 cm. Ulatnya merusak dengan cara menggerek buah, memakan
kulit buah, daging buah dan saluran ke biji. Buah yang terserang akan lebih awal
menjadi berwarna kuning, dan jika digoyang tidak berbunyi. Biasanya lebih berat
daripada yang sehat. Biji-bijinya saling melekat, berwarna kehitaman serta ukuran
biji lebih kecil.
b. Kepik pengisap buah kakao
Kepik Helopeltis spp. termasuk hama penting yang menyerang buah kakao dan
pucuk/ranting muda. Serangan pada buah tua tidak terlalu merugikan, tetapi
sebaliknya pada buah muda. Selain kakao, hama ini juga memakan banyak tanaman
lain, diantaranya: teh, jambu biji, jambu mete, lamtoro, apokat, mangga, dadap, ubi
jalar, dll. Buah muda yang terserang mengering lalu rontok, tetapi jika tumbuh terus,
permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Serangan pada buah tua,
tampak penuh bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengeras
dan retak. Serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan pucuk layu dan mati,
ranting mengering dan meranggas. Hama ini dapat dikendalikan dengan
pemangkasan dan cara hayati.
c. Penyakit vascular streak dieback
Penyakit VSD disebabkan oleh O. theobromae, yang dapat menyerang di
pembibitan sampai tanaman dewasa. Gejala tanaman terserang, daun-daun
menguning lebih awal dari waktu yang sebenarnya dengan bercak berwarna hijau,
dan gugur sehingga terdapat ranting tanpa daun (ompong). Bila permukaan bekas
menempelnya daun diiris tipis, akan terlihat gejala bintik 3 kecoklatan. Permukaan
kulit ranting kasar dan belang, bila diiris memanjang tampak jaringan pembuluh
kayu yang rusak berupa garis-garis kecil (streak) berwarna kecoklatan. Penyebaran
penyakit melalui spora yang terbawa angin dan bahan vegetatif tanaman.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Embun dan cuaca basah
membantu perkecambahan spora. Pelepasan dan penyebaran spora sangat
dipengaruhi oleh cahaya gelap.
d. Busuk buah
Penyakit ini disebabkan oleh jamur P. palmivora yang dapat menyerang buah
muda sampai masak. Buah yang terserang nampak bercak bercak coklat kehitaman,
biasanya dimulai dari pangkal, tengah atau ujung buah. Apabila keadaan kebun
lembab, maka bercak tersebut akan meluas dengan cepat ke seluruh permukaan
buah, sehingga menjadi busuk, kehitaman dan apabila ditekan dengan jari terasa
lembek dan basah. Penyebaran penyakit dibantu oleh keadaan lingkungan yang
lembab terutama pada musim hujan. Buah yang membusuk pada pohon juga
mendorong terjadinya infeksi pada buah lain dan menjalar kebagian batang/cabang.
Patogen ini disebarkan oleh angin dan air hujan melalui spora. Pada saat tidak ada
buah, jamur dapat bertahan di dalam tanah. Penyakit ini akan berkembang dengan
cepat pada daerah yang mempunyai curah hujan tinggi, kelembaban udara dan tanah
yang tinggi terutama pada pertanaman kakao dengan tajuk rapat.
2. Kopi
a. Penggerek buah kopi
Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50
butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi
kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong. Jantan dan
betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain
untuk masuk, lalu bertelur lagi. Jantan tidak bisa terbang sehingga tetap di dalam
buah tempat lahirnya sepanjang hidup.
PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering
mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang sudah
kawin yang akan menggerek buah kopi; biasanya masuk buah dengan buat lubang
kecil dari ujungnya. Kumbang betina menyerang buah kopi yang sedang terbentuk,
dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen. Buah yang sudah tua paling
disukai.
Cara-cara yang disarankan untuk mengendalikan penggerek buah kopi yaitu
dengan pengendalian secara hayati memakai jamur Beauveria bassiana. Petik merah
(buah yang masak pertama) buah yang terserang PBKo, dikumpulkan dan
diperlakukan dengan Bb, kemudian ditutup dengan plastik jernih. Biarkan satu
malam. Dewasa akan keluar dari buah dan terinfeksi oleh Bb; dewasa ini kelihatan
di bawah plastik. Dewasa tersebut dilepas sehingga dapat menularkan Bb kepada
pasangannya di kebun.
b. Penggerek cabang kopi
Serangga betina membuat lubang masuk ke ranting, lalu menggali lubang
tersebut selama kira-kira 15 jam, kemudian berhenti untuk menunggu perkembangan
jamur Ambrosia yang ia bawa masuk ke lubang itu. Sesudah dinding dalam lubang
diselubungi jamur tersebut, ia kawin sama jantannya. Jumlah telur sekitar 30-50
butir, diletakkan dalam kelompok kecil terdiri dari 8-15 butir. Sesudah lima hari,
telurnya menetas. Sesudah 10 hari sebagai larva, ia jadi pupa. Stadia pupanya 7 hari,
kemudian ia keluar sebagai dewasa.
Larva hama penggerek cabang Xylosandrus menggerek cabang kopi.
Tampaknya bahwa kumbang kecil ini lebih senang menyerang cabang atau ranting
yang tua atau sakit. Ia juga menyerang ranting muda yang masih lunak. Kumbang
kecil ini termasuk kedalam golongan serangga yang mengembangbiakkan makanan
untuk anak-anaknya, yaitu jamur Ambrosia. Kumbang ini membikin lubang masuk
kedalam ranting pohon kopi sehingga ranting atau cabang itu tidak berbuah.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami,
yaitu dari sejenis tawon parasitoid yang menyerang larva Xylosandrus, namanya
Tetrastichus, yang dapat mengurangi jumlah hama ini.
c. Karat daun kopi
Penyebaran penyakit melalui uredospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Spora yang telah matang
dapat disebarkan oleh angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air
yang mengandung udara.
Gejala tanaman terserang, daun yang sakit timbul bercak kuning kemudian
berubah menjadi coklat. Permukaan bercak pada sisi bawah daun terdapat
uredospora seperti tepung berwarna oranye atau jingga. Pada serangan berat pohon
tampak kekuningan, daunnya gugur akhirnya pohon menjadi gundul.
Pengendalian penyakit dengan memperkuat kebugaran tanaman melalui
pemupukan berimbang, pemangkasan dan pengaturan naungan untuk mengurangi
kelembaban kebun dan memberikan sinar matahari yang cukup pada tanaman.
d. Bercak daun kopi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur C. coffeicola yang dapat muncul di
pembibitan sampai tanaman dewasa serta menyerang buah kopi. Daun yang sakit
timbul bercak berwarna kuning yang tepinya dikelilingi halo (lingkaran) berwarna
kuning.
Penyakit ini umumnya dijumpai dipertanaman yang kurang mendapat
pemeliharaan. Penyebaran penyakit dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab
dan pola tanam yang kurang baik. Penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa
angin dan aliran air hujan serta alat-alat pertanian.
Buah yang terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang
lebih banyak menerima cahaya matahari. Bercak ini membusuk dan dapat sampai ke
biji sehingga menurunkan kualitas.
Pengendalian penyakit dengan sanitasi kebun dan membuang bagian-bagian
yang sakit, kemudian membenamkannya di dalam tanah. Mengurangi kelembaban
kebun dengan pemangkasan, pengaturan naungan dan membuat parit drainase.
Melakukan pemupukan dan hindari penggunaan bibit yang telah terserang penyakit
ini.
A. Tanaman Pangan
1. Padi
a. Tikus
Tikus (Rattus argentiventer (Rob. & Kloss)) merusak tanaman padi pada
semua tingkat pertumbuhan, dari semai hingga panen, bahkan di gudang
penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase
generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Tikus
merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir.
Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi di
dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah
perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi
ke daerah perkampungan dekat sawah dan kembali lagi ke sawah setelah
pertanaman padi menjelang fase generatif.
Cara pengendalian
Kendalikan tikus pada awal musim tanam sebelum memasuki masa
reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyok masal, sanitasi habitat,
pemasangan TBS (Trap Barrier System) / Sistem Bubu Perangkap) dan LTBS
(Linear Trap Barier Sistem). Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat
tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas
sawah dengan perkampungan. Pemasangan bubu perangkap pada pesemaian dan
pembuatan TBS dilakukan pada daerah endemik tikus untuk menekan populasi
tikus pada awal musim tanam.
b. Keong Mas
Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) diperkenalkan ke Asia pada
tahun 1980an dari Amerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia.
Namun, kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke
Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Keong mas memakan
tanaman padi muda serta dapat menghancurkan tanaman pada saat pertumbuhan
awal.
Cara pengendalian
Saat-saat penting untuk mengendalikan keong mas adalah pada 10 hari
pertama untuk padi tanam pindah dan sebelum tanaman berumur 21 hari pada
tabela (tanam benih secara langsung). Setelah itu, tingkat pertumbuhan tanaman
biasanya lebih tinggi daripada tingkat kerusakan akibat keong.
Semut merah memakan telur keong, sedangkan bebek (dan kadang-kadang
tikus) memakan keong muda. Bebek ditempatkan di sawah selama persiapan
lahan tahap akhir atau setelah tanaman tumbuh cukup besar (misalnya 30-35 hari
setelah tanam); keong dapat dipanen, dimasak untuk dimakan oleh manusia.
Pungut keong dan hancurkan telurnya. Hal ini paling baik dilakukan di pagi
dan sore hari ketika keong berada pada keadaan aktif. Tempatkan tongkat
bambu untuk menarik keong dewasa meletakkan telurnya.
Tempatkan dedaunan dan pelepah pisang untuk menarik perhatian keong agar
pemungutan keong lebih mudah dilakukan.
Keong bersifat aktif pada air yang menggenang/ diam dan karenanya, perataan
tanah dan pengeringan sawah yang baik dapat menekan kerusakan. Buat
saluran-saluran kecil (misalnya, lebar 15-25 cm dan dalam 5 cm) untuk
memudahkan pengeringan dan bertindak sebagai titik fokus untuk
mengumpulkan keong atau membunuh keong secara manual. Apabila
pengendalian air baik, pengeringan dan pengaliran air ke sawah dilakukan
hingga stadia anakan (misalnya, 15 hari pertama untuk tanam pindah dan 21
hari pertama untuk tabela).
c. Tungro
Tungro adalah penyakit virus pada padi yang biasanya terjadi pada fase
pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan
berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan daun
yang terserang berwarna kuning sampai kuning-oranye. Daun muda sering
berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda
sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua. Daun
menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi. Dua spesies wereng
hijau Nephotettix malayanus dan N.virescens adalah serangga yang menyebarkan
(vektor) virus tungro.
2. Jagung
a. Ulat daun
Gejala tanaman jagung yang diserang hama ulat daun adalah sebagai
berikut:
Ulat dau menyerang bagian pucuk daun.
Umur tanaman yang diserang ulat daun sekitar 1 satu bulan
Daun tanaman bila sudah besar menjadi rusak.
Pencegahan dxengan penyemprotan insektisida folidol, basudin, diazinon
dan agrocide dengan ukuran 1,5 cc dalam tiap 1 liter air.
b. Lalat bibit
Disebabkan oleh lalat bibit (Atherigona exigua)
Gejala yang dialami tanaman jagung adalah ada bekas gigitan pada daun,
pucuk daun layu, dan akhirnya tanaman jagung mati.
Pengendalian dengan menghembuskan HCH 5% pada saat berumur 5
hari. Atau pengobatan dengan penyemprotan insektisida Hostathion 40EC,
sebanyak 2cc tiap liter air dengan volume semprotan 100 liter tiap hektar lahan
jagung.
c. Hawar daun
Penyakit hawar daun dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Hawar daun turcicum
Gejala penyakit ini berupa adanya bercak kecil berbentuk jorong, berwarna
hijau kelabu. Lama kelamaan bercak menjadi besar dan berwarna coklat.
Bentuk seperti kumparan, bila parah daun seperti terbakar.
Penyebab penyakit ini adalah Helminthos porrirum turcicum.
b. Hawar daun maydis
Gejala yang dialami berupa bercak coklat abu-abu pada seluruh permukaan
daun.
Bila parah dapat sampai ke jaringan tulang daun yang akhirnya jaringan
dapat mati.
c. Hawar daun corbonum
Gejala berupa bercak coklat muda kekuningan bersudut-sudut memanjang
yang dapat menyatu dan mematikan daun.
Penyebabnya adalah cendawan Dreschslera zeicola yang tumbuh di daerah
yang dingin, bersuhu rendah, lembab dan di daerah dataran tinggi.
Pengendalian dengan fungisida atau dengan thiram dan karboxin, serta
dengan pengasapan atau perawatan suhu panas selama 17 menit dengan
suhu 55 derajat celcius.
d. Bulai
Penyakit bulai pada daun jagung disebabkan oleh cendawan atau jamur
sclerospora maydis
Gejala berupa daun tanaman jagung berwarna kuning keputih-putihan
bergaris, sejajar dengan urat daun dan tampak kaku.
Pencegahan dengan pemberian Ridomil 35 SD pada benih agar tidak
tumbuh jamur pada biji jagung.
3.
Kentang
a. Uret
Hama uret dikenal juga dengan nama white grub. Bentuk binatang ini
menyerupai kumbang berwarna cokelat gelap dengan panjang 2-2,5 cm. Hama ini
biasanya banyak terdapat di tumpukan bahan organik mentah (belum
difermentasi). Sehingga aplikasi pupuk kandang mentah (belum difermentasi)
juga berpotensi menjadi penyebab serangan uret. Phyllophaga (Holotricia) javana
menyerang tanaman kentang dengan cara melubangi umbi kentang, umbi
terseerang berpotensi terserang penyakit sekunder akibat gigitan hama uret.
Selain itu uret juga menyerang akar tanaman, sehingga jika serangan parah dapat
mengakibatkan tanaman kentang mati.
Pemanfaatan agensia hayati bisa dilakukan untuk mengendalikan hama uret,
seperti Metarrhizium anisoplae, bisa didapatkan di kios pertanian terdekat.
b. Anjing Tanah
Hama anjing tanah (dalam bahasa jawa dikenal orong-orong) memiliki kaki
sangat kuat. Hama ini selain menyerang umbi kentang juga sering ditemukan
pada tanaman padi muda. Selain itu, Gryllotalpa sp. juga banyak ditemukan
menyerang tanaman sayuran lain saat masih muda. Hama ini tinggal di dalam
tanah, penyerangannya dilakukan saat malam hari.
Untuk saat ini anjing tanah belum menjadi hama serius pada budidaya
kentang. Tetapi jika ditemukan serangan hama tersebut, maka segera taburkan
insektisida berbahan aktif karbofuran. Dosis/konsentrasi 0,5 gram/tanaman.
c. Penyakit busuk daun
Penyakit busuk daun disebabkan oleh infeksi patogen Phytophthora
infestans. Cendawan tersebut dapat menyerang seluruh bagian tanaman, baik
daun, batang, pangkal batang, umbi, maupun perakaran tanaman kentang. Hingga
saat ini, Phytophthora insfestans masih merupakan penyakit utama penyebab
kegagalan panen kentang, terutama terjadi saat musim hujan dengan suhu optimal
untuk perkembangannya adalah 21°C.
Daun kentang terserang menunjukkan gejala ditandai adanya bercak kecil
kebasah-basahan berwarna hijau kelabu, lama kelamaan berubah menjadi cokelat
kehitaman. Bercak meluas ke seluruh daun sehingga daun kentang akan
membusuk dan kering. Bagian daun membusuk tetap meggantung pada tanaman.
Selanjutnya serangan akan meluas sampai ke batang atau cabang. Di bagian
bawah daun terserang terdapat konidia spora berwana putih.
Serangan pada umbi ditandai adanya bercak berwarna cokelat sampai ungu
kehitaman. Ketika seranga semakin berat, umbi akan membusuk sehingga tidak
dapat dipanen. Penyakit ini juga menyerang umbi kentang saat disimpan di
gudang penyimpanan
d. Layu bakteri
Penyebab layu bakteri adalah bakteri Pseudomonas (Ralstonia)
solanacearum. Gajala serangan ditandai adanya beberapa daun muda pada pucuk
tanaman mati serta menguningnya daun bagian bawah. Bila pangkal batang
dipotong akan terlihat bercak berwarna cokelat pada kambiumnya berbentuk
menyerupai cincin.
Serangan penyakit layu bakteri pada umbi ditandai adanya tanah basah
berlendir yang menempel di ujung stolon atau bagian mata umbi atau bagian
ujung umbi. Bila umbi dibelah akan nampak warna cokelat tua melingkar di
bagian dagingnya. Tanda ini merupakan ciri khas serangan bakteri Pseudomonas
(Ralstonia) solanacearum. Suhu uptimum untuk perkembangan bakteri adalah 2737°C, sedangkan suhu yang menghambat pertumbuhannya berkisar antara 810°C.
Upaya pengendalian serangan layu bakteri antara lain meningkatkan pH
tanah, memusnahkan tanaman kentang terserang, melakukan penggiliran
tanaman, pengaturan drainase agar tidak terjadi genangan air saat musim hujan,
serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik
berbahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau
oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan. Sebagai
pencegahan, dapat diaplikasikan agensia Trichoderma sp. maupun Gliocladium
sp. saat persiapan lahan, lalu dilanjutkan pengocoran menggunakan pestisida
organik di tanah ketika tanaman kentang memasuki umur 20hst dan 35 hst,
contoh pestisida organiknya seperti super glio, wonderfat, dll. Dosis/konentrasi
sesuai anjuran di kemasan.
4. Kacang Hijau
a. Lalat Kacang
Gejala awal berupa bercak-bercak pada keping biji atau daun pertama.
Bercak ini merupakan tempat peletaka telur. Selanjutnya terlihat liang gerek pada
keping biji atau daun pertama.
Ketika polong yang diserang gugur, larva sudah berada di dalam batang.
Pada saat larva telah berada di pangkal akar daun mulai layu dan kekuningkuningan. Tanaman akan mati berumur 3-4 minggu. Jika tanaman tersebut dicabut
akan didapati larva, pupa, atau kulit pupa di antara akar dan kulit akar. Tanaman
yang terserang dan masih tetap hidup menampakkan akar-akar adventif di bagian
terbawah dari batang.
Sejauh yang diketahui, serangannya tidak sehebat pada tanaman kedelai.
Hal ini disebabkan karena keping biji kacang hijau yang masih muda mudah rontok
ketika diserang sehingga tidak memberi kesempatan pada serangga tersebut untuk
bertelur.
b. Penggerek polong
Gejala serangannya terlihat pada kulit polong berupa bercak hitam dan bila
dibuka terdapat larva yang gemuk dengan kotoran-kotorannya berwarna hijau
basah. Serangan pada polong kedua ditandai dengan satu lubang gerek yang
bentuknya bundar.
Hama penyebabnya adalah penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.).
Penggerek polong kacang hijau sama dengan penggerek polong pada kedelai.
Larva yang baru menetas menggerek masuk ke dalam polong menuju ke bagian
bawah. Larva ini memakan biji di dalam polong sampai habis kemudian
berpindah ke polong lain. Bentuk larvanya gemuk dan licin, larva yang masih
kecil berwarna merah kebiru-biruan.
c. Bercak daun cercospora
Pada helai daun timbul bercak cokelat muda sampai tua di tepinya,
sedangkan di tengahnya berwarna abu-abu. Bercak ini berbentuk tidak teratur
sampai bulat dengan ukuran bervariasi. Bercak ini dapat menyatu sehingga
bertambah besar dan mengakibatkan daun mengering dan rontok. Ukuran polong
dan biji menyusut. Di lapangan, gejala penyakit ini timbul pada umur 30-35 HST.
Pengendalian dilakukan dengan penanaman varietas unggul yang tahan
penyakit tersebut atau dengan menggunakan fungisida Benlate 50 WP sebanyak
0,5 g per liter air pada waktu tanaman berumur 30 dan 40 hari.
d. Embun tepung
Gejala yang tampak berupa bercak cokelat yang tertutup oleh tepung
berwarna putih. Gejala ini dapat timbul pada seluruh bagian tanaman kecuali
akar. Serangan yang hebat menyebabkan daun menjadi kering dan rontok, polong
tidak terbentuk. Jika polong telah terbentuk maka pertumbuhannya terhenti dan
menghasilkan biji yang kecil.
Selain dengan menanam varietas yang tahan, penyakit ini dapat
dikendalikan dengan menggunakan fungisida Benlate 50 WP sebanyak 1 g per
liter air kemudian disemprotkan pada tanaman saat berumur 3 minggu atau
dengan Benlate 50 WP sebanyak 0,5 g per liter air disemprotkan dengan interval
10 hari pada umur 30-50 hari.
B. Tanaman Sayuran
1. Sawi
a.
Ulat tanah
Ulat yang takut akan sinar matahari ini sering merusak tanaman sawi yang
masih muda yang baru di tanaman di ladang, ulat ini berwarna coklat ke hitaman,
serangan ulat tanah ini biasanya di lakukan di malam hari dan serangan dari ulat
tanah ini biasa nya tidak serentak alias sedikit demi sedikit, maka dari itu perlu di
lakukan pencegahan sebelum menanam sawi yaitu dengan melakukan sanitasi
lan, kalau pun yang sudah terserang sebaik nya segera lakukan pemberantasan
dengan insektisida yang berbentuk butiran kemudian di tabur di samping tanaman
sawi tersebut.
b.
Ulat grayak
Ulat yang mempunyai warna hijau tua kecoklatan dengan totol-totol hitam
di setiap ruas buku badannya ini berukuran kuraang lebih 15 sampai 25 mm saja,
namun sangat menjengkel sekali, serengan ulat yang satu ini yaitu terjadi pada
daun sawi, sehingga tak heran jika daun sawi akan berlubang-lubang, dan
serangan ulat ini biasanya terjadi pada daun yang masih muda, dan untuk solusi
nya yaitu dengan penyemprotan yang menggunakan insektisida seperti: Matador
25 EC, Curacron 500 EC dan Buldok 25 EC.
c.
Penyakit busuk daun
Penyakit yang satu ini biasa nya di sebabkan oleh salah nya musim tanam,
yaitu di saran kan kalaun menanam sawi jangan di musim hujan, karena dampak
yaitu daun menjadi busuk, dan hal ini di sebabkan oleh kondisi cuaca yang tak
tentu, atau karena hujan sehari yang di ikuti cuaca yang panas sekali, kalau pun
sudah terlanjur menanam, solusi nya adalah: semprotlah dengan fungisida yang
tepat yaitu Bion M 1/48 WP, Topsin M 70 WB dan Kocide 60 WDG.
d.
Penyakit akar gada
Penyakit ini biasa nya menyerang halaman tanaman, nah jika agan
menemukan atau melihat tanaman sawi agan terlihat layu pada siang hari dan
segar pada pagi hari itu berarti tanaman agan telah terserang penyakit yang satu
ini. Dan untuk penyakit yang satu ini sampai sekarang belum di temukan obat nya
atau solusinya.
2. Cabai
a.
Hama ulat
Ulat yang sering menyarang tanaman cabe diantaranya ulat grayak
(Spodoptera litura). Ulat jenis ini memakan daun sampai bolong-bolong sehingga
menganggu kemampuan fotosintesis tanaman. Pada tingkat yang parah ulat
grayak memakan habis seluruh daun dan hanya menyisakan tulang-tulang daun.
Selain itu ada juga jenis ulat yang menyerang buah cabai, yaitu jenis
Helicoverpa sp. dan Spodoptera exigua. Ulat jenis ini membuat lubang pada buah
cabe baik yang masih hijau maupun merah.
Ulat biasanya menyerang pada malam hari atau saat matahari teduh. Pada
siang yang terik, ulat bersembunyi di pangkal tanaman atau berlindung di balik
mulsa sehingga ulat-ulat ini bisa lolos dari penyemprotan.
b.
Hama tungau
Tungau yang biasa menyerang tanaman cabe ialah tungau kuning
(Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranycus sp.). Tungau
dijumpai juga menyerang tanaman tanaman singkong.
Pada tanaman cabe, serangan tungau membuat daun keriting menggulung
ke bagian kebawah seperti sendok terbalik. Daun menjadi tebal dan kaku
sehingga pembentukan pucuk terhambat. Lama kelamaan daun akan menjadi
coklat dan mati.
c.
Bercak daun
Penyakit bercak daun yang menyerang tanaman cabe disebabkan oleh jamur
Cercospora capsici. Gejalanya terdapat bercak-bercak bundar berwarna abu-abu
dengan pinggiran coklat pada daun. Bila serangan menghebat daun akan
berwarna kuning dan akhirnya berguguran. Penyakit ini biasanya menyerang pada
musim hujan dimana kondisi kelembaban cukup tinggi.
Penyakit ini menyebar saat jamur masih berupa spora dan bisa dibawa oleh
angin, air hujan, hama vektor, dan alat pertanian. Spora jamur juga bisa terikut
pada benih atau biji cabe.
Pencegahan terhadap penyakit ini dengan memilih benih yang sehat bebas
patogen. Merenggangkan jarak tanam berguna meminimalkan serangan agar
lingkungan tidak terlalu lembab. Pengendalian teknis bisa dilakukan dengan
memusnahkan tanaman yang terinfeksi dengan cara dibakar. Bila serangan
menghebat bisa diberikan fungisida.
d.
Patek atau antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici dan
Colletotrichum gloeosporioides. Pada fase pembibitan penyakit ini menyebabkan
kecambah layu saat disemaikan. Sedangkan pada fase dewasa menyebabkan mati
pucuk, serangan pada daun dan batang menyebabkan busuk kering. Sementara
itu, pada buah akan menjadi busuk seperti terbakar.
Penyakit ini bisa terbawa dari benih atau biji cabe. Pencegahan bisa
dilakukan dengan memilih benih yang sehat dan bebas patogen. Pengendalian
bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang dan penyemprotan
fungisida.
3. Tomat
a.
Ulat tanah
Ulat tanah tanaman tomat adalah Agrotis ipsilon. Hama jenis ini menyerang
tanaman tomat di malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam
tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman muda
dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan ulat pemotong. Cara
pengendaliannya dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran
sebanyak 1gram pada lubang tanam.
b.
Ulat grayak tanaman tomat adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang
daun tanaman tomat bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, ulat ini biasanya
menyerang di malam hari dengan cara memakan daun dan buah tomat. Gejala
pada daun berupa bercak-bercak putih berlubang, sedangkan buahnya ditandai
adanya lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah. Pengendalian kimiawi
menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos,
klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
c.
Ulat buah
Ulat buah tanaman tomat adalah Heliotis armigera. Bagian tubuh hama ini
diselimuti kutil. Ulat menyerang tanaman tomat dengan cara mengebor buah
sambil memakannya sehingga buah terserang berlubang. Pengendalian kimiawi
menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos,
klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
d.
Rebah semai
Rebah semai tanaman tomat adalah Pythium debarianum. Rebah semai
biasa menyerang tanaman tomat pada fase pembibitan dan tanaman muda setelah
pindah tanam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan
aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau
dimetomorf. Dosis ½ dosis terendah yang tertera pada kemasan.
e.
Layu bakteri
Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini
sering menggagalkan tanaman, tanaman tomat terserang mengalami kelayuan
daun, diawali dari daun-daun muda. Upaya pengendalian antara lain dengan
meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan
penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari
golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam
oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai pada
kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat
persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran menggunakan
pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. dengan dosis sesuai
anjuran pada kemasan.
f.
Layu fusarium
Cendawan penyebab layu tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum.
Tanaman tomat terserang mengalami kelayuan dimulai daun-daun tua, kemudian
menyebar ke daun-daun muda dan menguning. Upaya pengendaliannya dengan
meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan
penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida
berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida.
Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi
berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan
pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat.
dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
C. Tanaman Perkebunan
1. Kakao
a. Penggerek buah kakao
Gejala serangan pada buah (warna kuning tidak merata) Hama kakao ini
sangat merugikan. Serangannya dapat merusak hampir semua hasil. Penggerek Buah
Kakao dapat menyerang buah sekecil 3 cm, tetapi umumnya lebih menyukai yang
berukuran sekitar 8 cm. Ulatnya merusak dengan cara menggerek buah, memakan
kulit buah, daging buah dan saluran ke biji. Buah yang terserang akan lebih awal
menjadi berwarna kuning, dan jika digoyang tidak berbunyi. Biasanya lebih berat
daripada yang sehat. Biji-bijinya saling melekat, berwarna kehitaman serta ukuran
biji lebih kecil.
b. Kepik pengisap buah kakao
Kepik Helopeltis spp. termasuk hama penting yang menyerang buah kakao dan
pucuk/ranting muda. Serangan pada buah tua tidak terlalu merugikan, tetapi
sebaliknya pada buah muda. Selain kakao, hama ini juga memakan banyak tanaman
lain, diantaranya: teh, jambu biji, jambu mete, lamtoro, apokat, mangga, dadap, ubi
jalar, dll. Buah muda yang terserang mengering lalu rontok, tetapi jika tumbuh terus,
permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Serangan pada buah tua,
tampak penuh bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengeras
dan retak. Serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan pucuk layu dan mati,
ranting mengering dan meranggas. Hama ini dapat dikendalikan dengan
pemangkasan dan cara hayati.
c. Penyakit vascular streak dieback
Penyakit VSD disebabkan oleh O. theobromae, yang dapat menyerang di
pembibitan sampai tanaman dewasa. Gejala tanaman terserang, daun-daun
menguning lebih awal dari waktu yang sebenarnya dengan bercak berwarna hijau,
dan gugur sehingga terdapat ranting tanpa daun (ompong). Bila permukaan bekas
menempelnya daun diiris tipis, akan terlihat gejala bintik 3 kecoklatan. Permukaan
kulit ranting kasar dan belang, bila diiris memanjang tampak jaringan pembuluh
kayu yang rusak berupa garis-garis kecil (streak) berwarna kecoklatan. Penyebaran
penyakit melalui spora yang terbawa angin dan bahan vegetatif tanaman.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Embun dan cuaca basah
membantu perkecambahan spora. Pelepasan dan penyebaran spora sangat
dipengaruhi oleh cahaya gelap.
d. Busuk buah
Penyakit ini disebabkan oleh jamur P. palmivora yang dapat menyerang buah
muda sampai masak. Buah yang terserang nampak bercak bercak coklat kehitaman,
biasanya dimulai dari pangkal, tengah atau ujung buah. Apabila keadaan kebun
lembab, maka bercak tersebut akan meluas dengan cepat ke seluruh permukaan
buah, sehingga menjadi busuk, kehitaman dan apabila ditekan dengan jari terasa
lembek dan basah. Penyebaran penyakit dibantu oleh keadaan lingkungan yang
lembab terutama pada musim hujan. Buah yang membusuk pada pohon juga
mendorong terjadinya infeksi pada buah lain dan menjalar kebagian batang/cabang.
Patogen ini disebarkan oleh angin dan air hujan melalui spora. Pada saat tidak ada
buah, jamur dapat bertahan di dalam tanah. Penyakit ini akan berkembang dengan
cepat pada daerah yang mempunyai curah hujan tinggi, kelembaban udara dan tanah
yang tinggi terutama pada pertanaman kakao dengan tajuk rapat.
2. Kopi
a. Penggerek buah kopi
Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50
butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi
kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong. Jantan dan
betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain
untuk masuk, lalu bertelur lagi. Jantan tidak bisa terbang sehingga tetap di dalam
buah tempat lahirnya sepanjang hidup.
PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering
mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang sudah
kawin yang akan menggerek buah kopi; biasanya masuk buah dengan buat lubang
kecil dari ujungnya. Kumbang betina menyerang buah kopi yang sedang terbentuk,
dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen. Buah yang sudah tua paling
disukai.
Cara-cara yang disarankan untuk mengendalikan penggerek buah kopi yaitu
dengan pengendalian secara hayati memakai jamur Beauveria bassiana. Petik merah
(buah yang masak pertama) buah yang terserang PBKo, dikumpulkan dan
diperlakukan dengan Bb, kemudian ditutup dengan plastik jernih. Biarkan satu
malam. Dewasa akan keluar dari buah dan terinfeksi oleh Bb; dewasa ini kelihatan
di bawah plastik. Dewasa tersebut dilepas sehingga dapat menularkan Bb kepada
pasangannya di kebun.
b. Penggerek cabang kopi
Serangga betina membuat lubang masuk ke ranting, lalu menggali lubang
tersebut selama kira-kira 15 jam, kemudian berhenti untuk menunggu perkembangan
jamur Ambrosia yang ia bawa masuk ke lubang itu. Sesudah dinding dalam lubang
diselubungi jamur tersebut, ia kawin sama jantannya. Jumlah telur sekitar 30-50
butir, diletakkan dalam kelompok kecil terdiri dari 8-15 butir. Sesudah lima hari,
telurnya menetas. Sesudah 10 hari sebagai larva, ia jadi pupa. Stadia pupanya 7 hari,
kemudian ia keluar sebagai dewasa.
Larva hama penggerek cabang Xylosandrus menggerek cabang kopi.
Tampaknya bahwa kumbang kecil ini lebih senang menyerang cabang atau ranting
yang tua atau sakit. Ia juga menyerang ranting muda yang masih lunak. Kumbang
kecil ini termasuk kedalam golongan serangga yang mengembangbiakkan makanan
untuk anak-anaknya, yaitu jamur Ambrosia. Kumbang ini membikin lubang masuk
kedalam ranting pohon kopi sehingga ranting atau cabang itu tidak berbuah.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami,
yaitu dari sejenis tawon parasitoid yang menyerang larva Xylosandrus, namanya
Tetrastichus, yang dapat mengurangi jumlah hama ini.
c. Karat daun kopi
Penyebaran penyakit melalui uredospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Spora yang telah matang
dapat disebarkan oleh angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air
yang mengandung udara.
Gejala tanaman terserang, daun yang sakit timbul bercak kuning kemudian
berubah menjadi coklat. Permukaan bercak pada sisi bawah daun terdapat
uredospora seperti tepung berwarna oranye atau jingga. Pada serangan berat pohon
tampak kekuningan, daunnya gugur akhirnya pohon menjadi gundul.
Pengendalian penyakit dengan memperkuat kebugaran tanaman melalui
pemupukan berimbang, pemangkasan dan pengaturan naungan untuk mengurangi
kelembaban kebun dan memberikan sinar matahari yang cukup pada tanaman.
d. Bercak daun kopi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur C. coffeicola yang dapat muncul di
pembibitan sampai tanaman dewasa serta menyerang buah kopi. Daun yang sakit
timbul bercak berwarna kuning yang tepinya dikelilingi halo (lingkaran) berwarna
kuning.
Penyakit ini umumnya dijumpai dipertanaman yang kurang mendapat
pemeliharaan. Penyebaran penyakit dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab
dan pola tanam yang kurang baik. Penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa
angin dan aliran air hujan serta alat-alat pertanian.
Buah yang terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang
lebih banyak menerima cahaya matahari. Bercak ini membusuk dan dapat sampai ke
biji sehingga menurunkan kualitas.
Pengendalian penyakit dengan sanitasi kebun dan membuang bagian-bagian
yang sakit, kemudian membenamkannya di dalam tanah. Mengurangi kelembaban
kebun dengan pemangkasan, pengaturan naungan dan membuat parit drainase.
Melakukan pemupukan dan hindari penggunaan bibit yang telah terserang penyakit
ini.