8. SISTEM ALAT GERAK pdf

VIII. SISTEM ALAT GERAK
A. Sasaran Pembelajaran
1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian dari
sebuah urat daging atau otot ikan.
2. Agar mahasiswa mampu menunjukkan letak urat daging atau otot-otot ikan.
3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian dari
rangka ikan.
4. Agar mahasiswa mampu menunjukkan letak dan nama-nama tulang ikan
B. Otot atau Urat Daging Ikan
Dibandingkan dengan vertebrata lainnya, ikan mempunyai susunan otot
yang relatif jauh lebih sederhana. Berdasarkan histologisnya, otot pada tubuh ikan
dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:
-

otot licin (smooth muscle)

-

otot bergaris melintang atau otot rangka (skeletal / striated muscle)

-


otot jantung (cardiac muscle)
Berdasarkan cara kerjanya, otot-otot yang terdapat pada tubuh ikan

dibedakan atas dua golongan yaitu:
-

voluntary muscle, yaitu otot yang bekerja karena dipengaruhi oleh
rangsang, misalnya otot bergaris melintang atau otot rangka

-

involuntary muscle, yaitu otot yang bekerja tanpa dipengaruhi oleh
rangsang, misalnya otot licin dan otot jantung
Urat daging pada ikan tersebar hampir di seluruh tubuh sehingga setiap

urat daging tersebut mempunyai peranan atau fungsi tersendiri sesuai dengan
tempat dimana dia terdapat. Namun demikian, secara umum urat daging
mempunyai fungsi untuk menggerakkan bagian-bagian tertentu dari tubuh ikan
sehingga secara keseluruhan menyebabkan ikan mampu bergerak (berenang).

Untuk melihat dengan jelas bagian-bagian urat daging, maka perlu dibuat
sayatan melintang pada tubuh ikan agak ke caudal (potongan tegak lurus melalui
tulang punggung). Setelah terpotong dua maka tampaklah otot-otot yang tersusun
dalam lingkaran-lingkaran konsentris. Potongan otot yang berupa lingkaran101

lingkaran konsentris ini disebabkan karena otot-otot tersebut tersusun secara rapi
dari cranial ke caudal oleh lapisan-lapisan otot yang berbentuk kerucut dan
disebut coni musculi. Coni musculi ini tersusun secara segmental dan disebut
myomer atau myotome. Antara satu myomer dengan myomer lainnya dipisahkan
oleh suatu pembungkus yang disebut myocommata atau myoseptum. Otot-otot
yang terletak di bagian sebelah kiri dan kanan tubuh dipisahkan oleh suatu sekat
yang disebut septum vertical. Oleh suatu sekat yang disebut septum horizontale
atau horizontale skeletogenous septum, otot-otot pada tubuh ikan terbagi atas dua
daerah yaitu (Gambar 37):
-

musculi dorsalis atau musculi epaxialis, yaitu kumpulan otot-otot yang
terdapat di sebelah dorsal septum horizontale

-


musculi ventralis atau musculi hypaxialis, yaitu kumpulan otot-otot yang
terletak di sebelah ventral septum horizontale
Pada daerah septum horizontale terdapat jaringan otot berwarna merah

dan banyak mengandung lemak yang disebut mud stripe (red muscle) atau
musculus lateralis superficialis.
Jika dilihat dari arah lateral maka bentuk otot-otot bergaris melintang
(lateral skeletal musculature) dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu (Gambar 38):
-

tipe cyclostomine, ditemukan pada ikan-ikan Agnatha

-

tipe piscine, didapatkan pada Chondrichthyes dan Osteichthyes
Otot-otot yang terdapat pada tubuh ikan Osteichthyes dapat ditemukan

pada bagian kepala (Gambar 39), pada bagian di bawah kepala (Gambar 40),
pada bagian punggung (Gambar 41), pada sirip dada (Gambar 42), pada sirip

perut (Gambar 43), dan pada sirip ekor (Gambar 44). Pada ikan Chondrichthyes,
otot-otot tersebut dapat dibedakan atas: otot-otot appendicular, otot-otot
branchiomeric, dan otot-otot hypobranchial (Gambar 45 dan 46).

102

Gambar 37. Penampang melintang otot ikan (Andy Omar, 1987)

103

Gambar 38. Tipe otot pada ikan (Andy Omar, 1987)

104

Gambar 39. Otot-otot pada bagian kepala ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)

Gambar 40.

Otot-otot pada bagian di bawah kepala ikan Osteichthyes (Andy
Omar, 1987)

105

Gambar 41.

Otot-otot pada bagian punggung ikan Osteichthyes (Affandi et al.,
1992)

Gambar 42. Otot-otot pada sirip dada ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)
106

Gambar 43. Otot-otot pada sirip perut ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)

Gambar 44. Otot-otot pada sirip ekor ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)

107

Gambar 45. Otot-otot appendicular dan branchiomeric pada ikan Chondrichthyes
(Wischnitzer, 1972)

Gambar 46.


Otot-otot hypobranchial pada ikan Chondrichthyes (Wischnitzer,
1972)
108

C. Sistem Rangka
Yang termasuk ke dalam sistem rangka antara lain tulang belakang, tulang
sejati, tulang rawan, jaringan pengikat (connective tissue), sisik-sisik, komponenkomponen gigi, jari-jari sirip, dan penyokong sel pada sistem saraf. Rangka
merupakan struktur yang berfungsi sebagai penyokong tegaknya tubuh dan dapat
dibedakan atas:
-

rangka luar (exoskeleton), berupa sisik (squama)

-

rangka dalam (endoskeleton), berupa tulang-tulang yang menyusun rangka
tubuh ikan
Tulang banyak mengandung garam kalsium, fosfor, magnesium, dan


sebagainya. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes), tulang yang keras
sebenarnya berasal dari tulang rawan. Proses pembentukan tulang dari tulang
rawan menjadi tulang sejati disebut osifikasi.
Rangka pada ikan mempunyai fungsi antara lain:
-

memberi bentuk kepada tubuh

-

sebagai penunjang tubuh

-

melindungi bagian tubuh sebelah dalam, seperti otak, jantung, hati, alat
pencernaan, dan lain-lain

-

menghasilkan garam kalsium


-

sebagai alat gerak pasif

-

sebagai salah satu tempat pembuatan darah

-

berfungsi sebagai alat penyalur sperma pada beberapa jenis ikan tertentu
Berdasarkan jenisnya, rangka tulang dapat dibedakan atas dua golongan,

yaitu:
-

osteum (tulang sejati, tulang benar), yaitu tulang-tulang yang terdapat pada
ikan golongan Osteichthyes


-

cartilago (tulang rawan), yaitu tulang-tulang yang terdapat pada ikan
golongan Chondrichthyes dan juga ikan Osteichthyes yang masih muda
Berdasarkan letak dan fungsinya, rangka dapat dibedakan atas:

-

rangka axial, terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung, dan tulang
rusuk
109

-

rangka visceral, terdiri dari tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya

-

rangka appendicular, yaitu rangka anggota badan, seperti jari-jari sirip dan
tulang-tulang penyokongnya.

Untuk mengamati rangka ikan secara umum, terlebih dahulu harus dibuat

preparat tulang. Preparat tulang dibuat dari ikan yang berukuran cukup besar
sehingga memudahkan dalam pembuatannya. Ada tiga cara yang dapat dilakukan
untuk membuat preparat tulang, yaitu:
a. Cara fisik
Ikan Teleostei yang agak besar (misalnya ikan cakalang) dibersihkan,
termasuk sisik-sisik ikan tersebut jika ada. Setelah bersih, siramlah ikan itu
dengan air panas secara perlahan-lahan agar diperoleh rangka yang bagus dan
tidak rapuh. Otot-otot yang terdapat pada tubuh ikan dibersihkan dengan
menggunakan pinset dan pisau. Jika masih ada otot-otot yang tersisa melekat
pada tulang, dibersihkan dengan menggunakan sikat. Agar otot-otot yang tersisa
tidak mengalami pembusukan maka rangka tersebut dicelupkan ke dalam larutan
formalin selama 5 – 7 jam. Diusahakan agar pada saat merendam rangka tersebut
keadaan preparat dalam keadaan lurus seperti sebelum diberikan perlakuan.
Rangka hasil pengawetan tersebut dijemur di bawah sinar matahari selama 5 – 7
hari sambil dibersihkan jika masih ada otot-otot kecil yang melekat. Jika ada
potongan-potongan tulang yang terlepas selama proses penyikatan/penjemuran
maka potongan tersebut ditempel pada tempatnya semula dengan menggunakan
perekat. Preparat yang sudah selesai sebaiknya disimpan di dalam kotak agar

tidak terganggu.
b. Cara kimiawi
Ikan yang sudah bersih dan tidak bersisik lagi direbus selama 3 – 5 menit
dalam panci yang berukuran besar agar posisi ikan tersebut tidak bengkok.
Setelah direbus, ikan tersebut direndam dalam larutan NaOH 4% selama 8 – 12
jam sampai daging ikan tersebut mudah dikelupas. Jika masih sulit terkelupas,
ikan tersebut direndam kembali ke dalam larutan NaOH yang lebih encer. Setelah
otot-otot ikan tersebut terkelupas, rangka preparat disimpan pada wadah yang
aman.
110

c. Cara biologis
Pembuatan rangka ikan secara biologis dilakukan dengan membiarkan ikan
membusuk secara alami sehingga otot-ototnya habis dimakan oleh binatangbinatang kecil. Ikan sampel yang akan diambil rangkanya ditanam ke dalam tanah
agar bau busuk tidak menyebar. Setelah satu minggu, preparat tersebut diamati
apakah otot-ototnya telah mengalami pembusukan atau belum. Jika proses
pembusukan berjalan sempurna maka yang tersisa hanyalah tulang-belulangnya.
Untuk pembersihan selanjutnya digunakan sikat. Agar rangka tersebut aman,
preparat tersebut disimpan di dalam kotak, diikat atau direkat supaya tidak
bergerak-gerak.
Secara umum untuk mengamati sistem rangka maka dapat dibedakan atas
rangka secara umum (Gambar 47), tulang-tulang tengkorak (Gambar 48, 49, 50,
dan 51), dan tulang belakang atau vertebra (Gambar 52).
D. Soal-soal Latihan
Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per
kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10
menit tentang mekanisme pergerakan otot ikan pada saat berenang dan mengapa
otot disebut alat gerak pasif dan tulang disebut alat gerak aktif?
E. Daftar Pustaka
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan.
Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Jurusan Perikanan
Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.

111

Gambar 47. Rangka ikan Teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)

Gambar 48. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)
112

Gambar 49. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak dorsal (Chiasson, 1980)

113

Gambar 50. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral (Chiasson, 1980)

Gambar 51. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal (Chiasson, 1980)

114

Gambar 52. Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan (Andy Omar, 1987)
Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown
Company Publishers, Dubuque, Iowa.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.
Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.
Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy.
Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

115