KEKUASAAN POLITIK DAN PENGARUHNYA DI IND

KEKUASAAN POLITIK DAN PENGARUHNYA DI
INDONESIA

Oleh:
Nama
NIM
Kelas
Angkatan

:
:
:
:

Muhamad Saeful Anwar
61111 310 16
Ilmu Pemerintahan A (IP A)
2013

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2014-2015

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya makalah yang berjudul “KEKUASAAN POLITIK DAN
PENGARUHNYA DI INDONESIA”, guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Ilmu dan Dasar-Dasar Logika ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari materi pembahasan maupun tutur kata, serta kami sangat
mengharapkan ide, saran, dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan
pada kesempatan mendatang.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu
amal ibadah kami serta dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang
membutuhkan.


Cimahi, Januari 2015

Penyusun

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara
berpikir manusia, politik pun selalu ikut serta berkembang dan mengalami
kemajuan. Kualitas hidup suatu bangsa dapat meningkat jika ditunjang
dengan adanya keadaan politik yang stabil, kondusif, tenteram dan
seimbang. Dengan begitu, maka memungkinkan masyarakatnya untuk
dapat berpikir kritis, kreatif, peduli dan produktif.


Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai negara berkembang
pun tidak akan dapat maju jika segala kualitas pengetahuan tentang politik
bangsanya sendiri belum dapat diperbaiki. Demi terwujudnya masyarakat
yang tenteram dan sejahtera, harus didukung pula dengan keadaan
perpolitikan dan penerapan kekuasaan yang sesuai aturan, perundangan
dan segala tatacaranya. Sebab dari hal tersebut maka akan terbentuk suatu
pemerintahan yang baik dan seimbang dalam hal penerapan serta
pelaksanaan segala kehidupan berbangsa dan bernegaranya.

Adapun kekuasaan yang dapat berarti kekuasaan golongan,
kekuasaan raja ataupun kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah
lagi jika kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain
menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut.

1.2

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan?
2. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan politik?

3. Apa saja keterkaitan antara kekuasaan dan politik?
4. Bagaimana pengaruh kekuasaan politik di Indonesia?

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

3

5. Adakah masalah kekuasaan politik di Indonesia dan bagaimana cara
penyelesaiannya?

1.3

Tujuan dan Manfaat Penulisan
a) Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka dapat dituliskan
tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui arti dari kekuasaan politik.
2. Untuk mengetahui keterkaitan antara kekuasaan dan politik.
3. Untuk mengetahui pengaruh dari adanya kekuasaan politik di
Indonesia.

4. Untuk mengetahui masalah kekuasaan politik yang terjadi di
Indonesia dan penyelesaiannya.

b) Manfaat Penulisan
1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai arti dari
kekuasaan politik dan keterkaitannya.
2. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengaruh
yang ditimbulkan dari adanya kekuasaan politik di Indonesia.
3. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai masalah
kekuasaan politik yang terjadi di Indonesia dan penyelesaiannya.

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan menggunakan sumber pengaruh
untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik
sehingga menguntungkan dirinya, kelompoknya atau masyarakat secara
umum. Kekuasaan adalah gejala yang selalu ada dalam proses politik,
karena politik tanpa kekuasaan bagaikan agama tanpa moral karena begitu
berkaitannya antara keduanya.

Adapun pengertian kekuasaan menurut

para ahli, yaitu :
a) Miriam Budiardjo, 2002.
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh
seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut
sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak
boleh dijalankan melebihikewenangan yang diperoleh atau
kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi
tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan
dari pelaku.

b) Ramlan Surbakti, 1992.

Kekuasaan adalah kemampuan mempengaruhi pihak lain
untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang
mempengaruhi.

c) Gibson.
Kekuasaan

adalah

Kemampuan

seseorang

untuk

memperoleh seuatu sesuai dengan cara yang dikehendaki.
d) Max Weber.

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika


5

Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok
orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya
sendiri dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakantinakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan
tertentu. Max Weber juga menuliskan adanya tiga sumber
kekuatan, yaitu :
1.

Perundang-undangan yakni kewenangan.

2.

Kekerasan seperti penguasaan senjata.

3.

Karisma.

e) Lewin.

Kekuasaan

adalah

kemampuan

potensial

dari

seseorang/kelompok orang untuk mempengaruhi yang lain dalam
sistem yang ada. Dalam pengertiannya, kekuasaan adalah kualitas
yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih individu.
Jika setiap individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi
tindakan satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi
tersebut adalah pertukaran kekuasaan.
Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan, yaitu :
1. Reward power.
Tipe kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan
untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang

dilakukan orang lain. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu
kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan
kepuasan.
2. Coercive Power.
Kekuasaan yang bertipe paksaan ini, lebih memusatkan
pandangan kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain.
3. Referent Power.

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

6

Tipe kekuasaan ini

didasarkan pada satu

hubungan

‘kesukaan’ atau liking, dalam arti ketika seseorang mengidentifikasi
orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang

diinginkannya.
4. Expert Pow.
Kekuasaan yang berdasar pada keahlian ini, memfokuskan
diripada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai
kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi
yang lebih banyak dalam suatu persoalan.
5. Legitimate Power.
Kekuasaan yang sah adalah kekuasaan yang sebenarnya (actual
power), ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan
diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam
suatu organisasi.

Adapun jenis-jenis kekuasaan, yaitu :
1.

Monarki dan Tirani.
Monarki berasal dari kata ‘monarch’ yang berarti raja, yaitu
jenis kekuasaan politik di mana raja atau ratu sebagai pemegang
kekuasaan dominan negara (kerajaan).

2.

Aristokrasi dan Oligarki.
Dalam jenis kekuasaan monarki, raja atau ratu biasanya
bergantung pada dukungan yang diberikan oleh para penasihat dan
birokrat. Jika kekuasaan lebih banyak ditentukan oleh orang-orang
ini (penasihat dan birokrat), maka jenis kekuasaan tidak lagi berada
pada satu orang (mono) melainkan beberapa (few).
Aristokrasi

sendiri

merupakan

pemerintahan

oleh

sekelompok elit (few) dalam masyarakat, dimana mereka ini

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

7

mempunyai status sosial, kekayaan, dan kekuasaan politik yang
besar. Ketiga hal ini dinikmati secara turun-temurun (diwariskan),
menurun dari orang tua kepada anak. Jenis kekuasaan aristokrasi
ini disebut pula sebagai jenis kekuasaan kaum bangsawan
(aristokrasi).

3.

Demokrasi dan Mobokrasi.
Dalam jenis kekuasaan monarki, raja atau ratu biasanya
bergantung pada dukungan yang diberikan oleh para penasihat dan
birokrat. Jika kekuasaan lebih banyak ditentukan oleh orang-orang
ini (penasihat dan birokrat) maka jenis kekuasaan tidak lagi berada
pada satu orang (mono) melainkan beberapa (few).

Adapun beberapa konsep yang berkaitan dengan kekuasaan, yaitu :
1. Influence atau pengaruh, adalah bagaimana seseorang mampu
mempengaruhi agar orang lain berubah secara sukarela.
2. Persuasi, adalah cara meyakinkan orang dengan memberikan
argumentasi.
3. Manipulasi, adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
namun yang dipengaruhi tidak menyadari.
4. Coersion, adalah ancaman atau paksaan agar orang lain sesuai dengan
kehendak yang memiliki kekuasaan.
5. Force, adalah tekanan fisik seperti membatasi kebebasan. Ini biasanya
dilengkapi dengan senjata, sehingga orang lain mengalami ketakutan.

Berikut ini adalah unsur-unsur kekuasaan yang terdiri dari :
 Tujuan.
 Cara.

 Hasil.

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

8

Oleh karena itu agar kekuasaan tidak disalah-artikan, maka perlu dipahami
beberapa makna kekuasaan, yaitu :
1. Kekuasaan adalah hubungan antar manusia.
2. Pemegang kekuasaan punya kemampuan mempengaruhi orang lain.
3. Pemegang kekuasaaan bisa individu, kelompok, organisasi atau
pemerintah.
4. Sasaran kekuasaan dapat individu, kelompok, organisasi atau
pemerintah.
5. Pihak yang mempunyai sumber kekuasaan belum tentu punya
kekuasaan, bergantung pada kemampuannya untuk menggunakan
sumber kekuasaan itu.
6. Penggunaan sumber kekuasaan dapat dengan paksaan, konsensus atau
kombinasi dari keduanaya.
7. Kekuasaan bisa memiliki tujuan yang baik atau juga buruk.
8. Berkaitan pula dengan distribusi kekuasaan.
9. Kekuasaan digunakan untuk masyarakat umum.
10. Sumber pengaruh digunakan mempengaruhi proses politik.
Kekuasaan pun harus dilihat dari dimensi yang saling melengkapinya,
yaitu :
a. Potensial-aktual, artinya sumber kekuasaan bila belum digunakan
maka masih bersifat potensial bila sudah digunakan berarti sudah
aktual.
b. Positif-negatif, maksudnya kekuasaan apakah untuk mencapai
tujuan tertentu (positif) atau untuk mencegah pihak lain (negatif).
c. Konsensus-paksaan, kekuasaan bisa berupa

kesadaran dan

persetujuan (konsensus) bisa juga dengan ketakutan (paksaan)
seperti ketakuatan secara fisik, ekonomi dan psikologis.

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

9

d. Jabatan-pribadi,

kekuasaan

di

masyarakat

modern

adalah

kekuasaan karena jabatan sedangkan, bila kekuasaan pribadi itu
karena kualitas pribadi seseorang.
e. Implisit-eksplisit kekuasaan bisa secara kasat mata dirasakan atau
tidak dirasakan.
f. Langsung-tidak langsung, maksudnya seberapa besar efektivitas
kekuasaan.
Jadi kekuasaan biasanya berkaitan dengan :
 Bagaimana dilaksanakan.

 Bagaimana didistribusikan.

 Mengapa ada yang punya kekuasaan lebih dari yang lain.

Sumber kekuasaan terdiri dari :
1. Sarana paksaan fisik seperti senjata, teknologi dll.
2. Kekayaan seperti uang, tanah, bankir, pengusaha dll.
3. Normatif seperti pemimpin agama, kepala suku atau pemerintah yang
diakui.
4. Popularitas pribadi, seperti bintang film dan pemain sepakbola.
5. Jabatan keahlian seperti pengetahuan, teknologi dan keterampilan.
6. Massa yang terorganisir seperti organisasi buruh, petani, guru dll.
7. Informasi seperti pers yang punya kemampuan membentuk opini
publik.
8. Waktu dan keterampilan.
9. Minat dan perhatian.
Terdapat dua sifat kekuasaan, yaitu :
1. Kekuasaan bersifat positif.

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

10

Definisinya adalah kemampuan yang dianugerahkan oleh
Tuhan kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi yang
dapat memengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau
kelompok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh
pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh, dan atau bukan
karena paksaan baik secara fisik maupun mental.
2. Kekuasaan bersifat negatif.
Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa
arogan, egois, serta apatis dalam memengaruhi orang lain atau
kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang
kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun
mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak
memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang baik, mereka
hanya berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa melakukan
pemikiran yang tajam dalam mengambil suatu tindakan.
Bahkan

mereka

sendiri

kadang-kadang

tidak

dapat

menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang
atau kelompok yang berada di bawah kekuasannya karena
keterbatasan daya pikir. Biasanya kekuasaan dengan karakter negatif
tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau golongan diatas
kekuasannya itu, karena mereka tidak memiliki kemampuan atau
modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun dan para
pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan
berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan
sepenuhnya oleh rakyatnya.

2.2

Pengertian Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan
dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara. Politik pun dapat diartikan sebagai ilmu untuk

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

11

meraih kekuasaan secara konstitusional maupun non-konstitusional.
Disamping itu politik juga dapat dilihat dari sudut pandang berbeda, yaitu :
1. Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk
mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles).
2. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan dan negara.
3. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan
dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
4. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan
pelaksanaan kebijakan publik.
Ilmu politik mempelajari suatu segi khusus dari kehidupan
masyarakat yang menyangkut soal kekuasaan. Menurut Miriam Budiharjo
(1992), tumpuan kajian ilmu politik adalah bermacam-macam kegiatan
dalam suatu proses sistem politik (negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan
tersebut. Adapun menurut Deliar Noer (1983), sistem itu meliputi sistem
kekuasaan, wibawa, pengaruh, kepentingan, nilai, keyakinan dan agama,
pemilikan, serta status dan sistem ideologi.
Politik tidak sama dengan kekuasaan dan pengaruh (influence).
Ketiganya adalah konsep berbeda dan berdiri sendiri. Power atau
kekuasaan mengekspresikan kapasitas individu untuk secara sengaja
menimbulkan dampak pada orang lain. Pengaruh (influence) adalah
kemampuan membuat orang menuruti kehendak pemberi pengaruh.Politik
mendasarkan diri pada kekuasaan (kekuasaan), dan kekuasaan ini tidak
terdistribusi secara merata di dalam organisasi.
Politik dapat pula didefinisikan sebagai kegiatan dimana individu
atau kelompok terlibat sedemikian rupa guna memperoleh dan
menggunakan kekuasaan untuk mencapai kepentingannya sendiri. Politik
adalah

penggunaan

power

(kekuasaan)

agar

sesuatu

tercapai.

Ketidakmenentuan dan konflik adalah alamiah dan tidak terelakkan.
Politik adalah mekanisme guna mencapai persetujuan. Politik melibatkan

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

12

diskusi-diskusi

informal

yang

memungkinkan

orang

mencapai

kesepakatan dan membuat keputusan yang mungkin bisa menyelesaikan
masalah ataupun tidak.

2.3

Kekuasaan Politik
Kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi
kebijaksanaan umum (pemerintah), baik bentuknya maupun akibatakibatnya dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri.
Terdapat dua elemen penting dalam konsep kekuasaan politik,
yakni kekuasaan dari akar kata kuasa dan politik yang berasal dari bahasa
Yunani “politeia” (berarti kiat memimpin kota (polis). Sedangkan kuasa
dan kekuasaan kerap dikaitkan dengan kemampuan untuk membuat gerak
yang tanpa kehadiran kuasa (kekuasaan) tidak akan terjadi.
Kekuasaan politik dengan demikian adalah kemampuan untuk
membuat masyarakat dan negara membuat keputusan yang tanpa
kehadiran kekuasaan tersebut tidak akan dibuat oleh mereka. Bila
seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi
sehingga berbagai badan negara yang relevan misalnya membuat aturan
yang melarang atau mewajibkan suatu hal atau perkara maka mereka
mempunyai kekuasaan politik.
Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan
(authority), kemampuan untuk membuat orang lain melakukan suatu hal
dengan dasar hukum atau mandat yang diperoleh dari suatu kuasa.
Seorang polisi yang bisa menghentian mobil di jalan tidak berarti dia
memiliki kekuasaan tetapi dia memiliki kewenangan yang diperolehnya
dari UU Lalu Lintas, sehingga bila seorang pemegang kewenangan
melaksanakan kewenangannya tidak sesuai dengan mandat peraturan yang
ia jalankan maka dia telah menyalahgunakan wewenangnya, dan untuk itu
dia bisa dituntut dan dikenakan sanksi. Sedangkan kekuasaan politik, tidak
berdasar dari UU tetapi harus dilakukan dalam kerangka hukum yang

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

13

berlaku sehingga bisa tetap menjadi penggunaan kekuasaan yang
konstitusional.
Sedangkan kekuasaan politik, tidak berdasar dari UU tetapi harus
dilakukan dalam kerangka hukum yang berlaku sehingga bisa tetap
menjadi penggunaan kekuasaan yang konstitusional. Adapun pendapat
Ossip K. Flechtheim yang membedakan dua macam kekuasaan politik,
yaitu :
1. Bagian dari kekuasaan sosial yang terwujud dalam negara (state
power), seperti lembaga-lembaga pemerintahan DPR, Presiden dan
sebagainya.
2. Bagian dari kekuasaan sosial yang ditujukan kepada negara.

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

14

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Keterkaitan Kekuasaan dan Politik
Politik erat kaitannya dengan kekuasaan, negara dan pengaturan
hidup bersama dalam upaya mencapai kebaikan bermasyarakat. Oleh
sebab itu, maka dapat diambil definisi kekuasaan seperti berikut ini :
1. Kekuasaan adalah kapasitas yang dimilik A untuk mempengaruhi B,
sehingga bertindak sesuai dengan keinginan A.
2. Kekuasaan merupakan suatu kapasitas atau potensi karena kekuasaan
bisa ada tetapi tidak digunakan.
3. Aspek penting dari kekuasaan adalah bahwa kekuasaan merupakan
fungsi ketergantungan.
4. Ketergantunganadalah hubungan A dengan B ketika A memiliki
sesuatu yang diperlukan B. Maka dari itu, semakin besar
ketergantungan B pada A, semakin besar pula kekuasaan A dalam
hubungan itu.
Dasar-dasar atau sumber kekuasaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Kekuasaan formal.
Kekuasaan formal didasarkan pada posisi individu dalam organisasi.
Kekuasaan dapat berasal dari kemampuan memaksa dan menghadapi,
wewenang formal dan kendali informasi.
a) Kekuasaan paksaan (coercive power).

 Ketergantungan pada rasa takut.

 Seseorang bereaksi terhadap kekuasaan ini karena rasa
takut akan akibat negatif yang mungkin terjadi apabila
ia gagal memenuhi. Misalnya dikenakan sanksi fisik
dan psikologi.
b) Kekuasaan hadiah atau imbalan (reward power).

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

15

 Seseorang mematuhi kemauan atau pengarahan orang
lain karena kepatuhan itu menghasilkan manfaat yang
positif.

 Imbalan

dapat

kenaikan

gaji

berupa
dan

keuangan

bonus),

(tingkat

atau

upah,

non-keuangan

(pengakuan atas jasanya, promosi, penugasan kerja,
dan lain-lain).
c) Kekuasaan hukum (legitimate power).
 Menggambarkan
mengendalikan

wewenang
dan

formal

menggunakan

sumber

untuk
daya

organisasi.

 Posisi wewenang atau kekuasaan mencakup kekuasaan
paksaan dan kekuasaan imbalan, sehingga kekuasaan
hukum lebih luas daripada kekuasaan paksaan dan
imbalan.
d) Kekuasaan informasi.

 Berasal dari akses dan pengendalian atas informasi.

 Orang-orang dalam organisasi yang memiliki data atau
pengetahuan yang dibutuhkan oleh orang lain dapat
membuat orang lain tergantung pada mereka.

2. Kekuasaan personal.
Kekuasaan personal tidak didasarkan pada posisi formal pada
organisasi. Ada tiga dasar dari kekuasaan personal, yaitu kepakaran,
penghormatan, kekaguman dari orang lain dan karisma.
a) Kekuasaan pakar (expert power).

 Pengaruh yang dimiliki seseorang sebagai akibat dari
kepakaran atau keadilan, keterampilan istimewa dan
pengetahuan.

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

16

 Kepekaan telah menjadi salah satu sumber yang paling
ampuh karena dunia telah berorientasi teknologi dan
pekerjaan menjadi semakin terspesialisasi.
b) Kekuasaan rujukan (referent power).

 Berdasarkan pada identifikasi pada orang yang
mempunyai sumber daya atau ciri pribadi yang
diinginkan orang lain.

 Kekuasaan

rujukan

berkembang

dari

pengaruh-

pengaruh seseorang terhadap orang lain dan keinginan
untuk menjadi orang tersebut.

 Merupakan paksaan dari kekuasaan yang berasal dari
kepribadian dan gaya interpersonal individu.
3.2

MASALAH KEKUASAAN POLITIK DI INDONESIA
Kandungan terpenting dalam memahami kecenderungan politis di
Indonesia, yakni bagaimana kita memahami aspek keragaman sosial itu
sendiri. Sementara itu dalam konteks pemahaman demokrasi, terletak pada
kemampuan kita mengolah dengan baik potensi-potensi sosial tersebut
menjadi sebuah modal kultural. Sehingga keragaman sosial itu, dapat kita
jadikan semacam potensi sosial guna memperkuat nilai-nilai demokrasi.
Harapan dan angan-angan membangun masyarakat indonesia yang
demokratis,

bagaimanapun

juga

harus

dikuasai

sebagai

variabel

pendukung pembaharuan, bukan justru dijadikan masalah, untuk kemudian
dijadikan alasan terjadinya konflik sosial.
Pada tahap bahwa keragaman sosial dinyatakan sebagai kekayaan
atas bentuk demokrasi “model indonesia”, menurut kami akan melahirkan
beragam bentuk prasyarat-prasyarat politis yang intinya lebih banyak
beragam akomodasi dan bukan berupa represi kultural seperti pernah
dilakukan oleh rezim orde baru. Oleh sebab itu, kekuasaan negara
ditengah-tengah masyarakat indonesia yang serba multi kultural ini,
hendaknya penguasa politik tidak mungkin hanya mnyederhanakan
masalah

melalui

praktek

politik

jargon-jargon

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

seperti:

integrasi,

17

kebhinekaan dan bentuk kekuasaan feodal yang hegemonik. Sebaliknya,
apabila potensi sosial kultural itu tidak dikelola dengan baik, besar
kemungkinannya akan melahirkan pergesekan-pergesekan kultural yang
berujung pada ketidakstabilan politik.
Selama perubahan politik paska kejatuhan orde baru, telah kita
saksikan betapa buruknya pengelolaan potensi sosial oleh kekuasaan
negara. Terlebih, apabila kita melihat bangkitnya gerakan separatisme
akhir-akhir ini, dengan kasat mata, kekuasaan politik terlalu mudah
menyederhanakan masalah. Keragaman tuntunan dimaknai hanya sebagai
bentuk kerewelan daerah serta dianggap mengganggu kedudukan pusat
kekuasaan. Padahal, suka atau tidak suka, tuntunan perubahan dari
beragam bangsa-bangsa di Indonesia, akan terus menerus menjadi sebuah
keniscayaan politik yang sulit terus kita bendung. Keragaman sebagai
kenistayaan wacana multi kulturalisme hendaknya dijadikan paradigma
baru dalam merajut kembali hubungan antar manusia yang belakangan
selalu hidup dalam suasana penuh konfliktual.
Saat ini muncul kesadaran bahwa diperlukan kepekaan terhadap
kenyataan kemajemukan, pluraritas bangsa, baik dalam etnis, agama,
budaya, sampai dengan orientasi politik. Tawaran paradigma berupa
kesadaran multi kulturalisme, memang, bukanlah hal yang baru.
Masalahnya bagaimana caranya kita dapat memobilisasikan konsep
keberagaman tersebut melalui proses pengambilan keputusan pollitis.
Pasalnya selang bertahun-tahun konsep keberagaman yang dijabarkan
secara politis kedalam konsep kebhinakaan, hanya bekerja pada tataran
kognitif semata. Sebaliknya dalam praktek kekuasaan yang ada di
indonesia justru melakukan tindak penolakan (ketidakkonstitensi) seperti
tergambarkan melalui sentralisasi politik dan sosial.
Salah satu faktor yang penting untuk memahami masalah atau
konflik adalah masalah kekuasaan. Peranan kuasa ini sangat besar didalam
proses konflik. Dengan demikian untuk menganalisis suatu konflik, kita
harus menganalisis :

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

18

a. Peran kuasa.
b. Struktur kekuasaan, asalnya, keseimbangannya.
c. Dinamika dan arah geraknya.

Besarnya kuasa seseorang tergantung kepada lingkungan tempat ia berada.
Artinya kuasa itu tergantung kepada kontrol pemiliknya terhadap hal-hal
yang diakui atau dibutuhkan orang. Sebaliknya, orang lain juga memiliki
kuasa terhadapnya. Di sini ada suatu konsep yang dikenal dengan istilah
“Power Currency”, yaitu penilaian atas suatu kuasa dan pengaruh
daripadanya serta dampak praktisnya di dalam hidup sehari-hari. Besar
power currency tergantung kepada jumlah hal yang diakui atau
dibutuhkan.

Makalah filsafat Ilmu dan Dasar-dasar Logika

19

DAFTAR PUSTAKA
chmad Sanusi,.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian :
Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung:
PPSIKIPBandung.
Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi
Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.
Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat
Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.
Filsafat_Ilmu,
Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.
Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
SinarHarapan.
Mantiq,