ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA KARYAWAN PT LONDON
SUMATERA TBK KEBUN BUNGARA
Iwan Kesuma Sihombing1* & Deffisyah Tritanti 1
Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik LP3I Medan
*E-mail: Iwan070383@gmail.com

1

ABSTRAK
Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja karyawan sangat dibutuhkan pada saat karyawan melakukan
aktifitas kerja. terutama pada karyawan yang bekerja di lapangan yang sangat rentan terjadi kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja, keselamatan kerja pada suatu perusahaan bukan hanya ditimbulkan dari
sistem yang telah diterapkan perusahaan melainkan kesadaran dari setiap karyawan bahwa keselamatan
dalam bekerja sangat dibutuhkan agar terhinar dari kecekaan kerja. Dalam melakukan penelitian ini, jenis
data yang digunakan adalah data perimer dan sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah
deskriptif dan kuantitatif yang telah diperoleh langsung dari Kebun Bungara PT PP London Sumatra ,Tbk
Medan. Hasil penelitian mengenai menemukan faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja, yang indikatornya keadaan lingkungan kerja, pemakaian peralatan kerja, Kondisi fisik
dan Mental karyawan. Dalam penelitian ini faktor yang paling dominan yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu keadaan tempat lingkungan kerja dengan nilai faktor 0.912,

pemakaian peralatan kerja dengan nilai faktor 0.942, kondisi fisik dan mental dengan nilai faktor 0.912.
Kata Kunci : Keselamatan, Kesehatan Kerja,

PENDAHULUAN
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk,
Perusahaan Dalam menjalankan pekerjaannya
para pekerja atau buruh perkebunan tersebut
bekerja di areal perkebunan yang jauh dari
pemukiman. Pekerja sangat mungkin rentan
mengalami kecelakaan kerja, Seperti kita ketahui
bahwa kecelakaan kerja akan menimbulkan
korban jiwa dan juga akan memberikan kerugian
material bagi pekerja dan pengusaha. oleh
Karena itu, perlu dilakukan upaya yang nyata
untuk mencegah dan mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja. Karena karyawan juga merupakan asset
SDM yang harus di jaga, baik itu
dalam
keselamatan dan kesehatannya sangat di

pentingkan agar mereka mampu bekerja tanpa
mengkawatirkan kesehatan mereka, yang dimana
telah di rancang dalam suatu organisasi
perusahaan.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Dahlawy (2009) yang berjudul “Faktor – Faktor
yang mempengaruhi perilaku keselamatan dan
kesehatan kerja” penelitian ini menyatakan bahwa
hubungannya perilaku k3, hanya persepsi dan
sikap yang mempunyai hubungan atau dapat
perbedaan bermakna dengan perilaku k3 di area
pengolahan, meningkatnya kecelakaan angka
kecelakaan kerja juga di sebabkan oleh perilaku
yang tidak aman di dalam bekerja.

Keselamatan kerja merupakan hal yang
sangat penting bagi perusahaan karena
menyangkut kelangsungan hidup sumber daya
manusia yang bekerja di dalamnya, karyawan
yang bekerja dengan rasa aman dan nyaman

akan memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Di
dalam suatu perusahaan sangat di butuhkan yang
namanya kenyamanan dalam bekerja terutama
jaminan pada kesehatan dan keselamatan yang
di berikan PT PP London Sumatera Tbk. dalam
penelitian ini penulis melihat banyak terjadi
kecelakaan didalam bekerja, kecelakaan kerja
yang terjadi banyak di sebabkan kondisi fisik yang
kurang baik di dalam melakukan pekerjaan, dan
kurangnya kesadaran dari karyawan untuk
menggunakan
pelindung
saat
melakukan
pekerjaan. Walaupun penerapan yang di rancang
oleh perusahaan sudah baik tetapi masih di
dapatkannya karyawan yang mengalami penyakit
akibat kerja (PAK), dan juga terjadinya
kecelakaan kerja (KK).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui apakah indikator keadaan
lingkungan kerja, peralatan kerja, kondisi fisik dan
mental karyawan mempengaruhi terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja pada karyawan
PT PP London Sumatra tbk,
khususnya
karyawan kontrak di kebun bungara.

KAJIAN PUSTAKA
Menurut Mangkunegara (2013:2) dapat
didefenisikan pula sebagai suatu pengelolahan
dan pendayaguaan sumber daya yang ada pada
individu
pegawai.
Pengelolahan
dan
pendayagunaan tersebut di kembangkan secara
maksimal di dalam dunia kerja untuk mencapai
tujuan organisasi dan pengembangan individu
pegawai.

Menurut Hasibuan (2010:10) Manajemen
sumber daya manusia adalah ilmu dan seni
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja
agar efektif dan efisien membantu terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
MSDM yaitu sebagai sebuah ilmu dan seni
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja.
Dalam melakukan kegiatan manajemen sumber
daya tidak hanya bagaimana seseorang pimpinan
mengetahui potensi pegawainya, namun lebih
pada bagaimana seorang pemimpin mendesain
sebuah formulasi tertentu dalam mengaplikasikan
para sumber daya pegawai yang ada sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki. Desain yang
telah dibuat tersebut diharapkan mampu
mengkoordinir keinginan-keinginan para pegawai
serta koordinasi antara pegawai dan pimpinan
serta antar pegawai.
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Rival (Subekhi dan Jauhar, 2012:42)

adapun fungsi dari operasional manajemen
sumber daya manusia,yaitu :
a. Pengadaaan Tenaga Kerja
Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi,
penempatan, orientasi, dan industry , dan
induksi untuk mendapatkan karyawan yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
b. Kompensasi
Kompensasi adalah pemberian balas jasa
langsung dan tidak langsung, uang atar
barang kepada karyawan sebagai imbalan
jasa yang di berikan keperusahaan.
c. Pengintergrasian
Integrasi
adalah
kegiatan
untuk
mempersatukan kepentingan perusahaan dan
kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama
yang serasi dan saling menguntungkan.

d. Pemeliharaan
Pemeliharaan
adalah
kegiatan
untuk
memelihara atau meningkatkan kondisi fisik,
mental dan loyalitas karyawan, agar terjalinnya
kerja sama hingga karyawan tersebut pensiun.
e. Pemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan hubungan adalah putusnya
hubungan kerja seseorang dengan suatu
perusahaan. Pemberhentian ini di sebabkan
oleh kegiatan kainginan karyawan, keinginan

perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun
dan sebab – sebab lainnya.
Pemeliharaan Tenaga Kerja
Pemeliharaan (maintenance) merupakan
salah satu satu MSDM yaitu fungsi operasional.
Pemelihaan adalah kegiatan untuk memelihara

atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan
loyalitas karyawan, agar terjalinnya kerja sama
hingga karyawan tersebut pensiun. Adapun tujuan
dari pemeliharaan adalah
1. Untuk meningkatkan produktivitas kerja
karyawan.
2. Meningkatkan disiplin dan menurunkan
absensi karyawan
3. Meningkatkan
loyalitas
dan
turn-over
karyawan.
4. Memberikan
ketenangan,
kesehatan,
keamanan karyawan
5. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan
keluarganya.
6. Memperbaiki kondisi fisik, mental, dan sikap

karyawan
7. Mengurangi
konflik
serta
menciptakan
suasana yang harmonis
8. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
Pemeliharaan (maintenance) tenaga kerja
mancakup komunikasi kerja. Kesehatan dan
keselamatan kerja. Fungsi ini membahas
bagaimana memelihara para karyawan sehingga
karyawan betah dan mampu bekerja dengan baik,
salah satunya adalah tingkat labour turnover yang
rendah. Dua hal yang perlu diperhatikan
perusahaan dalam memelihaara karyawan adalah
pemeliharaan kondisi fisik dan sikap karyawan.
Metode - Metode Pemeliharaan Karyawan
Pemilihan metode yang sangat penting,
supaya pelaksanannya efektif dalam mendukung
tercapinya tujuan organisasi perusahaan. Manajer

yang cakap akan menerapkan metode yang
sesuai dan efektif dalam pelaksanaan tugastugasnya. Pemeliharaan kemanan, kesehatan
dan sikap loyal karyawan hendaknya dengan
metode yang efektif dan efisien supaya tercapai
manfaat yang optimal.
1.
Komunikasi
Komunikasi adalah suatu alat pengalihan dari
komunikator kepada komunikan agar antara
mereka terdapat interaksi, ineteraksi terjadi
jika komunikasi efektif dan dipahami. Simbol –
symbol komunikasi adalah suara, tulisan,
gambar, warna, mimik, kedipan mata, dan lainlain
2.
Insentif
Insentif adalah daya perangsang yang
diberikan
kepda
karyawan
tertentu


berdasarkan prestasi kerjanya agar karyawan
terdorong
meningkatkan
prokduktivitas
kerjanya. Metode yang adil dan layak dan
saatnya yang tepat, serta diberikan secara
terbuka akan menciptakan pemeliharaan yang
baik, dengan demikian siikap loyal karyawan
semakin baik, gairah kerja meningkat, absensi
dan turn over menurun.
3.
Kesejahteraan
Kesejahteraan karyawan adalah balas jasa
pelengkap (material dan non material) yang
diberikan
berdarasarkan
kebijaksanaan.
Begitu
besarnya
arti
dan
manfaat
kesejahteraan karyawan sehingga mendorong
pimpinan menetapkan program kesejahteraan
karyawan, program kesejahteraan harus
disusun
berdasarkan
peraturan
legal,
berdasarkan keadilan dan kelayakan dan
berpedoman kepada kemampuan perusahaan
serta harus Selektif dan efektif mendorong
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan
beserta keluarga.
4. Keselamatan dan kesehatan kerja
Keselamatan dan kesehatan karja akan
menciptakan
terwujudnya
pemeliharan
karyawan yang baik. keselamatan dan
kesehatan kerja (KKK) ini harus ditanamkan
pada diri masing-masing individu karyawan,
dengan penyuluhan dan pembinan yang baik
agar
merak
menyadari
pentingnya
keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk
perusahaan. ini merupakan tindakan kontrol
preventif yang mendorong terwujudnya
pemeliharaan karyawan yang baik.
5. Hubungan Industrial Pancasila (HIP)
HIP adalah hubungan antara para pelaku
dalam proses produksi barang dan jasa
(buruh,
pengusaha
dan
pemerintah)
didasarkan atas nilai yang merupakan
manifestasi
dari
keseluruhan
sila-sila
Pancasila dan Undang-Undang Dasar yang
tumbuh dan berkembang diatas kepribadian
bangsa dan kebudayaan nasional. HIP
sebagai wahana menuju ketenangan kerja dan
stabilitas sosial ekonomi untuk pembangunan
nasional.

atau kerugian di tempat kerja. Resiko
keselamatan merupakan aspek – aspek
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka
memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat
tubuh, penglihatan, pendengaran, semua itu
sering berhubungan dengan perlengkapan
perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup
tugas – tugas kerja yang membutuhkan
pemeliharaan dan pelatihan.
“Menurut Pasal 86 ayat 2 angka 31 UU Nomor 13
Tahun 2003 menegaskan bahwa setiap pekerja/
buruh mempunyi hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja untuk melindungi keselamatan pekerja/
buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal di selenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja”

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan
Menurut
Mangkunegara
(2013:161)
kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang
bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau
rasa sakit yang di akibatkan oleh lingkungan
kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor –
faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja
melebihi periode waktu yang ditentukan
lingkungan yang dapat membantu stres emosi
atau gangguan fisik.
Menurut
Mangkunegara
(2013:161)
keselamatan kerja menunjukan kondisi yang
aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan

Faktor – Faktor Terjadinya Kecelakaan Dan
Gangguan Kesehatan

Tujuan dan Manfaat Menjaga Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2013:162) bahwa
tujuan dan manfaat dari keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja yang baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja
digunakan sebaik-baiknya seselektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara
keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian
kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan
terlindungi dalam bekerja.
Tujuan dan manfaat dari keselamatan dan
kesehatan kerja ini tidak dapat terwujud dan
dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada
peran tenaga kerja
saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan.

Menurut
Mangkunegara
(2013:162)
dikemukakan
beberapa
sebab
yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan dan
gangguan kesehatan pegawai.
a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja, Terkait :
1) Penyusunan dan penyimpanan barang –
barang yang berbahaya kurang
di perhitungkan keamannya.
2) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak

3) Pembuangan kotoran dan limbah yang
tidak pada tempatnya.
b. Pengaturan Udara, Terkait :
1) Pergantian udara di ruang kerja yang
tidak baik (ruang kerja yang
kotor, berdebu, dan berbau tidak enak)
2) Suhu udara yang tidak dikondisikan
pengaturannya.
c. Pengaturan Penerangan, Terkait :
1) Pengaturan dan penggunaan sumber
cahaya yang tidak tepat.
2) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang
– remang.
d. Pemakaian Peralatan Kerja, Terkait :
1) Pengaman peralatan kerja yang sudah
using atau rusak.
2) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa
pengaman yang baik.
e. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai, Terkait :
1) Kerusakan alat indera, stamina pegawai
yang tidak stabil
2) Emosi pegawai
yang
tidak
stabil,
kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang
lemah, motivasi
kerja rendah sikap
pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan
kurang pengetahuan dalam penggunaan
fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang
membawa resiko bahaya.
Dalam penelitian ini hanya menggunakan 3
indikator, yakni keadaan tempat lingkungan kerja,
pemakaian peralatan kerja, kondisi fisik dan
mental pegawai. Sedangkan pengaturan udara
dan penerangan tidak di masukkan kedalam
salah satu indikator karena di sebabkan tidak di
dapatkannya di dalam penelitian ini, karena
penelitian dilakukan di perkebunan.
Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Sunyoto dikutip oleh Ryakha
Rahman (2013:16) ada tiga alasan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja:
1. Berdasarkan Perikemanusiaan
Pertama-tama para manajer mengadakan
pencegahan
kecelakaan
atas
dasar
perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka
melakukan demikian untuk mengurangi
sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja
yang menderita luka serta keluarganya sering
diberi penjelasan mengenai akibat kecelakaan.
2. Berdasarkan undang-undang
Karena pada saat ini di Amerika terdapat
undang-undang
federal,
undang-undang
negara bagian dan undang-undang kota praja
tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan
bagi mereka yang melanggar dijatuhkan
denda.

3. Ekonomis
Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan
keselamatan kerja karena biaya kecelakaan
dapat
berjumlah
sangat
besar
bagi
perusahaan.
Pencegahan kecelakaan kerja
Menurut Komang dikutip oleh Sunyoto
(2012:242) Departemen tenaga kerja republik
indonesia
mengharapkan
bahwa
upaya
pencegahan kecelakaan adalah merupakan
program terpadu koordinasi dari berbagai
aktivitas, pengawasan yang terarah yang
didasarkan atas sikap, pengetahuan, dan
kemampuan.
Beberapa ahli telah mengembangkan teori
pencegahan kecelakaan dikenal 5 tahapan yaitu :
1.
Organisasi
keselamatan dan kesehatan kerja
Pada era industrialisasi dengan kompleksitas
permasalahan
dan
penerapan
prinsip
manajemen
modern,
masalah
usaha
pencegahan kecelakaan tidak mungkin
dilakukan oleh orang per orang atau secara
pribadi, namun memerlukan banyak orang,
berbagai jenjang dalam organisasi yang
memadai.
2. Menemukan fakta dan masalah
Dalam kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui
survei, inspeksi, observasi, investigasi, dan
review of record.
3. Analisis
Tahap ini terjadi proses bagaimana fakta atau
masalah ditemukan dapat dicari solusinya.
Fase ini, analisis harus dapat dikenali berbagai
hal antara lain: sebab utama masalah
tersebut,
tingkat
kekerapannya,
loksi,
kaitannya dengan manusia maupun kondisi.
Analisis ini bisa saja menghasilkan satu atau
lebih alternatif pemecahan.
4. Pemilihan
atau
penetapan
alternatif
(pemecahan)
Dari berbagai alternatif pemecahan perlu
diadakan seleksi untuk ditetapkan satu yang
benar-benar efektif dan efisiensi.
5. Pelaksana
Jika sudah dipilih alternatif pemecahan maka
harus diikuti dengan tindakan dari keputusan
penetapan
tersebut.
Dalam
proses
pelaksanaan dibutuhkan adanya kegiatan
pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan.
Pengendalian Resiko Kecelakaan Kerja
Menurut Depnakertrans RI dikutip oleh
(Rofiah,2009:20)
Perusahaan
harus
merencanakan manajemen dan pengendalian
kegiatankegiatan, produk barang dan jasa yang
dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja yang

tinggi.
Hal
ini
dapat
dicapai
dengan
mendokumentasikan dan menerapkan kebijakan
standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik
dan bahan, prosedur dan intruksi kerja untuk
mengatur dan mengendalikan kegiatan produk
barang dan jasa.
Pengendalian resiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan
melalui metode :
a. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi
eliminasi, subtitusi, isolasi,
ventilasi, higiene dan sanitasi.
1) Eliminasi : menghilangkan bahan-bahan
yang mengandung potensi bahaya.
2)
Subtitusi : mengganti bahan yang
berbahaya dengan bahan-bahan yang
kurang berbahaya atau tidak behaya sama
sekali.
3) Ventilasi : mengalirkan udara kedalam
ruang kerja agar kadar
dari bahanbahan yang berbahaya lebih rendah dari
kadar yang berbahaya yaitu kadar NAB.
4) Higene dan Sanitasi : dengan mencari
faktor-faktor penyebab terjadinya Penyakit
Akibat Kerja (PAK) agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginnya dan pengolahan air
buangan agar tidak mencemari lingkungan.
b. Pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan
pelatihan ditujukan untuk meningkatkan
kualitas pengetahuan dan ketrampilan tenaga
kerja di bidang K3.
c. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang
meliputi sistem bonus, insentif, penghargaan
dan motivasi diri.
d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan
insiden dan etiologi.
1) Internal audit dengan mengidentifikasi
setiap kejadian-kejadian hamper celaka di
dalam perusahaan untuk selanjutnya
diambil tindakan koreksi agar prosedurprosedur
yang
ditetapkan
secara
terprogram dapat lebih efektif.
2) Penyelidikan
insiden
mengidentifikasi
setiap kejadian hampir celaka di dalam
perusahaan.
3) Etiologi : mencari sumber (asal usul)
terjadinya penyakit akibat kerja.
e. Penegakan hukum Yaitu dengan membuat
aturan-aturan dan norma – norma kerja seperti
lebih mempertegas tentang pemberian sanksi
kepada pekerja yang melanggar peraturan
perusahaan.
Sistem Pada Manajemen Keselamatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2013:163) tujuan
keselamatan harus integral dengan bagian dari
setiap manajemen dan pengawasan kerja. Begitu
pula peran kepegawaian sangat penting dalam

mengaplikasikan pendekatan sistem pada
keselamatan perusahaan.
a. Melibatkan para pengawas dan sistem
pelaporan
Bilamana terjadi kecelakaan harus dilaporkan
kepada pengawas langsung dari bagian
kerusakan,
dan
laporan
harus
pula
mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab
kecelakaan.
b. Mengembangkan
manajemen
prosedur
keselamatan kerja
Pendekatan sistem yang esensi adalah
Menetapkan sistem komunikasi secara teratur
dan tidak lanjut pada setiap kecelakaan
pegawai.
c. Menjadikan keselamatan kerja sebagai tujuan
kerja
Membuat kartu penilaian keselamatan kerja.
Setiap kesalahan yang dilakukan pegawai
dicatat oleh pengawas dan dipertanggung
jawabkan sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan penilaian prestasi kerja, kondite
pegawai yang bersangkutan.
d. Melatih pegawai dan pengawasan dalam
manajemen keselamatan kerja
Melatih pegawai untuk dapat menggunakan
peralatan kerja dengan baik. Begitu pula
pegawai – pegawai di latih untuk dapat
menggunakan alat keamanan jika terjadi
kecelakaan di tempat kerja.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif, yakni penelitian dengan
menggunakan pendekatan analisis pada datadata numerikal (angka-angka) yang diolah
dengan metoda statistik serta menyandarkan
kesimpulan hasil penelitian pada. Dengan metoda
kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan
kelompok atau signifikansi hubungan antar
variabel yang diteliti.
Metode Analisa Data
Metode analisis data yang digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerja karyawan,
maka
dilakukan
analisis
faktor
dengan
menggunakan alat uji statistik SPSS 21. Analisis
faktor adalah analisis yang bertujuan mencari
faktor-faktor utama yang paling mempengaruhi
variabel dependen dari serangkaian uji yang
dilakukan atas serangkaian variabel independen
sebagai faktornya dimana korelasi antarvariabel
indenpenden. Untuk mengetahui seberapa besar
faktor yang mempengaruhi dapat dilakukan
menggunakan uji statistik, berikut adalah langkah
– langkahnya :

a. Nilai KMO dan Bartlestt’s Test
Nilai statistika KMO untuk mengetahui indikasi
kecukupan jumlah sampel yang dapat dilihat
nilai KMO minimum sebesar 0,5. Dan uji
Bartlett dilakukan untuk mengetahui apakah
matrik korelasi merupakan matrik identitas
atau tidak. Apabila Sig = 0,000. Karena α =
0,05 > 0,000 maka uji Bartlett bukan
merupakan uji matrik identitas, sehingga
dengan kata lain analisis faktor dapat
digunakan.
b. Measurement System Analisis
Pengukuran analisis sistem (MSA) merupakan
metode untuk mengindentifikasi komponen –
komponen variasi dalam pengukuran dengan
memilih alat ukur yang tepat sesuai variable
yang diukur
c. Anti image Matrices
Merupakan untuk mengetahui
kecukupan
jumlah sampel pervariabel. Anti image
matrices disarankan nilai diatas 0,5 yang
dapat dilihat pada autput yang bertanda “a”
pada kolom anti image.
d. Scree plot
Merupakan
gambaran
grafik
yang
menunjukan faktor / komponen yang saling
terhubung satu dengan yang lainnya, dan
untuk mengindikasikan titik belok pada plot.
e. Componen Matrix
Merupakan komponen untuk mengetahui
faktor mana yang menjadi dominan. Sebelum
melakukan rotasi matrik. Matrik ini berisi
loading setiap variabel pada tiap faktornya
diketahui hanya satu mengekstrak 1 faktor.
Menurut kriteria hasil ekstrasi 1 faktor ini
dikatakan akurat jika :

-

Variabel yang diambil kurang dari 30
variabel
Communalities setelah ekstrasi sebesar 0,7
atau lebih
Dari interpretasi sebelumnya diketahui rata
– rata communalities lebih besar dari 0,6
sehingga ekstrasi satu faktor pada analisis
ini bersifat akurat.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja,
maka
dilakukan
analisis
faktor
dengan
menggunakan alat uji statistik SPSS 21, berikut
adalah langkah-langkahnya :
Tabel 1 KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of
Sampling Adequacy.
Approx.
ChiSquare
Bartlett's Test
of Sphericity

df
Sig.

.743
103.901
3
.000

Pada tabel KMO and Barlett’s Test dapat
dilihat bahwa nilai KMO MSA (Kaiser Meyer Olkin
of Sampling Adequacy) kurang dari 0.5, maka
proses analisis faktor tidak dapat dilanjutkan.
Pada hasil perhitungan diperoleh nilai KMO MSA
adalah 0.743, artinya lebih dari 0.5, maka proses
analisis dapat dilanjutkan. Sehingga dilakukannya
tahap pemilihan variabel hingga nilai KMO MSA
lebih dari 0,5. Besar korelasi atau korelasi antar
independen variabel yaitu di atas 0,5

Tabel 2 Anti-image Matrices
Keadaan Tempat
Pemakaian
Kondisi Fisik dan
Lingkungan Kerja Peralatan Kerja
Mental
Keadaan Tempat
.338
-.158
-.077
Lingkungan
Kerja
Anti-image
Pemakaian
-.158
.254
-.157
Covariance
Peralatan Kerja
Kondisi Fisik dan
-.077
-.157
.339
Mental
Keadaan Tempat
.774a
-.537
-.228
Lingkungan
Kerja
Anti-image
Pemakaian
-.537
.691a
-.536
Correlation
Peralatan Kerja
Kondisi Fisik dan
-.228
-.536
.775a
Mental
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

Pada tabel Anti-image Matrix diatas maka
dapat diketahui variabel-variabel yang layak
digunakan untuk analisis lanjutan. Pada tabel
tersebut dapat dilihat pada output yang bertanda

“a” pada kolom Anti-image Correlation diketahui
bahwa nilai MSA (Measures of Sampling
Adequacy) untuk masing-masing variabel adalah
: (P1) 0.774, (P2) 0.691, (P3) 0.775.

Berdasarkan teori, variabel yang layak
dianalisis adalah bila nilai MSA lebih dari 0,5.
Dari data hasil analisis diatas yang diperoleh dari
3 variabel. Dapat dilihat bahwa nilai anti- image
correlation memiliki korelasi nilai yang cukup

tinggi yang menyatakan bahwasanya semua
nilai MSA-nya lebih dari 0.5. maka semua nilai
dari setiap pertanyaan pervariabel dapat
digunakan semua.

Tabel 3 Scree Plot Component Number

Scree Plots menunjukkan jumlah faktor
yang terbentuk, dengan melihat ada berapa
slope dengan kemiringan yang berbeda. Pada
gambar di atas ada 3 titik yang dihubungkan oleh
2 garis yang memiliki kemiringan yang berbeda.
Tabel 4 Component Matrix
Component
1
Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

.912

Pemakaian Peralatan Kerja

.942

Kondisi Fisik dan Mental

.912

Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 1 components extracted.

Component Matrix menunjukkan besarnya
nilai korelasi tiap variabel dengan faktor yang
terbentuk. Nilai-nilai korelasi antara variabel
dengan faktor-faktor yang terbentuk (loading
factor) dapat dilihat pada tabel Component
Matrix Kedua faktor tersebut menghasilkan
matrik loading factor yang nilainya merupakan
koefisien korelasi antara variabel dengan faktorfaktor tersebut. Bila dilihat variabel –variabel
yang berkorelasi terhadap setiap faktornya,
ternyata loading factor yang dihasilkan sudah
mampu memberikan arti sebagaimana yang
diharapkan. Karena dari sumber yang didapat
menyatakan bahwa variable yang di ambil hanya
3 variabel dan setiap variable yang berada di
table 4.9 memiliki nilai diatas 0,7 dari interpretasi
sebelumnya diketahui bahwa rata – rata

communalities lebih besar dari 0,6 sehingga
ekstrasi satu faktor pada fariabel ini sudah
bersifat akurat.
Setelah dilakukan uji faktor dengan
menggunakan component matrix, maka di dapat
keterangan sebagai berikut :
1. Variabel Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
Pada variabel keadaan tempat lingkungan
kerja nilai faktor dominannya adalah 0.912.
2. Variabel Pemakaian Peralatan Kerja
Pada variable pemakaian peralatan kerja nilai
faktor yang dominan adalah 0.942 yang
menyatakan dari 3 variabel yang memiliki
dominan faktor nilai yang tertinggi berada di
pemakaian peralatan kerja
3. Variabel Kondisi Fisik dan Mental
Pada variabel kodisi fisik dan mental peran
nilai faktor dominan adalah 0.912.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dikemukakan oleh penulis, maka dapat diketahui
bahwa faktor dominan
yang
paling
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
kerja karyawan pada PT PP London Sumatra,
Tbk Medan Kebun Bungara adalah dengan
faktor pemakaian peralatan kerja. Menurut
Mangkunegara ada lima faktor yang dapat
mempengaruhi kecelakaan kerja yaitu Keadaan
Tempat Lingkungan Kerja, Pengaturan Udara,
Pemakaian
Peralatan
Kerja,
Pengaturan
Penerangan, Kondisi Fisik dan Mental Pegawai.
Tetapi didalam penelitian ini penulis hanya
mengambil 3 indikator yang di karenakan
penelitian yang dilakukan diperkebunan. Dalam
penelitian ini faktor yang paling dominan yang

dapat
mempengaruhi
kesehatan
dan
keselamatan kerja, yaitu keadaan tempat
lingkungan kerja dengan nilai faktor 0.912,
pemakaian peralatan kerja dengan nilai faktor
0.942, kondisi fisik dan mental dengan nilai faktor
0.912.
Dengan demikian faktor dominan pertama
yang paling mempengaruhi adalah Keadaan
tempat lingkungan kerja yang bahaya dan rawan
terjadinya
kecelakaan
kerja,
Pemakaian
peralatan kerja adalah kurang mampunya
pengeporasia peralatan kerja sesuai SOP,
Kondisi fisik dan mental karyawan adalah
kurangnya
ketelitian
dalam
melakukan
pekerjaan. Sedangkan faktor dominan yang
kedua Pemakaian peralatan kerja adalah
ketidak sesuaian APD pada saat melakukan
aktifitas kerja, Kondisi fisik dan mental adalah
rendahnya pengetahuan karyawan.
Dalam teori dan penelitian sebelumnya hasil
yang
penulis dapatkan memiliki sedikit
perbedaan yang dimana faktor keselamatan dan
kesehatan kerja bahwa dari enam variabel yang
diteliti tentang hubungannya dengan perilaku k3
hanya persepsi atau terdapat perbedaan perilaku
k3. Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa
faktor yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja karyawan PT PP London
Sumtra Tbk Kebun Bungara, yang memiliki faktor
dominan dengan variabel pemakaian peralatan
kerja dengan nilai faktor 0.942. berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan penulis bahwa
keselamatan dan kesehatan kerja memiliki
pengaruh yang paling besar pemakaian
peralatan kerja memang sangat dibutuhkan pada
saat melakukan kegiatan pekerjaan agar
terhindar dari kecelakaan kerja alat pelindung diri
yang baik dan benar, penggunaan APD pada
saat melakukan kegiatan kerja merupakan sarat
utama yang harus dipatuhi karena dengan
menggunakan alat pelindung diri yang sesuai
dengan SOP dapat menghindarkan karyawan
dari kecelakaan kerja KK atawpun penyakit
akibat kerja PAK.

KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan yang telah penulis kemukakan
pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini
penulis akan mengemukakan kesimpulan dan
saran mengenai analisis faktor – faktor yang
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
kerja karyawan PT PP London Sumatra ,Tbk
Medan diperkebunan bungara sebagai berikut :
1. Secara menyeluruh hasil yang didapat dalam
penelitian ini dengan menggunakan variabel
bebas tiga indikator yaitu keadaan lingkungan
kerja, pemakaian peralatan kerja, kondisi fisik

dan mental pegawai. menunjukkan bahwa
dari 3 indikator tersebut memiliki faktor –
faktor yang saling berhubungan dapat dilihat
dari analisis faktor yang memiliki nominal nilai
yang semua faktor menjadi faktor dominan
agar terhindarnya dari kecelakaan kerja
bahwa faktor keselamatan dan kesehatan
kerja yang telah dibuat oleh perusahaan
sudah cukup baik dapat dilihat dari jawaban
responden yang lebih banyak menyatakan
pemakaian peralatan kerja merupakan hal
utama yang dibutuhkan agar terhindarnya dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
terutama pada memahami cara penggunaan
peralatan kerja sesuai SOP.
2. Dari uji statistik dengan 52 responden
menyatakan bahwa faktor dominan pertaman
berada pada pemakaian peralatan kerja yang
memiliki korelasi nilai yang cukup tinggi 0.942
yang artinya bila menurut kriteria penafsiran
menunjukan hasil yang positif.

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Jaenudin
(2013),
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia, Jakarta :
Lentera Ilmu Cendekia
Mangkunegara,
Anwar
Prabu
(2013),
Manajemen
Sumber Daya
Manusia,
cetakan keduabelas, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Pramesti Getut
(2014), Data Penelitian
dengan
SPSS 22, Cetakan
pertama,
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Sumamur (2009), Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja (HIPERKES), Jakarta: CV
Sagung Seto
Sugiyono (2010), Metode Penelitian Bisnis,
Bandung : Alfabeta
Dahlawy, Akhmad Dharief (2009), Faktor –
factor yang
Mempengaruhi
Perilaku
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Online
Jurnal, diakses pada 20 Maret 2015
(Online).
(https://repository.uinjkt.ac.id/.../AHMAD
%20DHARIEF%20)
Hasibuan (2010), Pengertian MSDM , diakses
pada 10 Maret 2015 (Online), pukul 14 .00
WIB
(https:// wordpress.comdefinisimanajemen-sumber-daya-manusiamenurut-para-ahli/)
Rival
(2014),
Fungsi
MSDM,
Analisis
Rekrutmen, Seleksi dan Penempatan
Karyawan Pada PT Arta Boga. Skripsi :
Program
Pasca
Sarjana
Jurusan
Manajemen Bisnis Universitas Kristen
Petra.(https://portalgaruda.org/article)