ANTARA KASTA DAN DUNIA doc

Kasta Kerajaan Majapahit
Berbicara tentang kasta pasti pikiran kita sudah terkotak-kotakkan dengan sebuah
sistem yang menggolong-golongkan struktur sosial masyarakat, yang membeda-bedakan
masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Mungkin hal itu akan terkesan feodal oleh
manusia-manusia sekarang, terlebih manusia Indonesia. Akan tetapi jika dikaji lebih
mendalam, sistem kasta inilah yang akan menjadi masa depan yang cemerlang bagi bangsa
yang pernah besar dibawah kedudukan kerajaan Majapahit.
Dalam sejarah, kerajaan Majapahit termasuk kerajaan yang besar karena mampu
menyebar luaskan daerahnya hingga negeri seberang dan bertahan hampir 200 tahun. Selain
itu kerajaan majapahit telah menorehkan masa-masa gemilang dan kejayaan sebagai
sumbangan sejarah untuk sebuah bangsa yang bernama Indonesia. Hal yang menlatar
belakangi itu semua tidak lain salah satunya adalah struktur sosial masyarakat yang
mendukung. Dalam era majapahit struktur masyarakat dibagi menjadi 7 dan inilah yang
kemudian disebut dengan sistem kasta.
Memang secara sekilas sistem ini terkesan feodal yang memisahkan antara warga
yang tinggi dikelas satu dan meletakkan warga rendah di kelas tuju. Padahal bukan itu
tujuanya, bukan untuk membeda-bedakan seperti yang terjadi di masa kolonial. Akan tetapi
lebih cenderung pembagian secara realitas yang ada yang berdasarkan ukuran–ukuran nilai
yang diyakini saat itu. Parameter atau ukuranya pembagian golongan sosial pada saat itu
ditentukan berdasarkan seberapa kuat dan tidak seseorang atau sekelompok masyrakat akan
ketertarikan terhadap segala hal yang yang bersifat keduawian. Semakin jauh seseorang atau

sekelompok warga akan materi duniawian maka semakin tinggi martabatnya ditengah
masyarakat. Berbanding terbalik dari itu, jika seseorang atau warga semakin tertarik akan
perihal materi dunia maka semakin rendah martabatnya ditengah masyarakat.
Maka dari itulah masyarakat tertinggi pada era majapahit diduduki oleh kaum
kerohanian. Karena mereka termasuk warga yang menjauhkan diri mereka dari hasrat-hasrat
keduniawiyan dengan cara hidup di hutan-hutan, gua-gua, gunung-gunung guna terhindar
dari hiruk pikuk keramaian akan perkara-perkara dunia. Seluruh lapisan masyarakat yang ada
di bawahnya hormat dan melindungi kaum rohaniawan (Brahmana, Mpu). Mereka inilah
yang dianggap sebagai warga kelas satu alias golongan tertinggi, tugasnya membimbing
masyarakat yang ada di bawahnya.
Golongan berikutnya setelah brahmana adalah para ksatria yang menjadi abdi Negara,
seperti Raja, Menteri, bupati hingga para pembantu pemerintah. Para ksatria menjadi
golongan tertinggi kedua setelah brahmana karena mereka tidak punya kekayaan pribadi dan
kebutuhan hidupnya di penuhi oleh Negara seperti makan, pakaian, rumah dan lain-lain.
Apabila seseorang ksatria ada yang memiliki rumah yang besar dan menimbun kekayaan
maka ia disebut denag ksatria paten. Ksatria seperti inilah yang harus dihindari oleh
masyarakat karena Negara harus bersih dari orang mempunyai pamrih pribadi.
Golongan yang ketiga adalah waisya atau para petani. Penyebab para petani duduk
dalam peringkat ketiga karena mereka dianggap sudah punya ketertarikan akan urusan


keduniawian. Akan tetapi kedudukan mereka dihargai karena merekalah yang menjamin
ketersediaan pangan seluruh warga. Dibawah waisya ada golongan sudra. Golongan inilah
yang memiliki kekayaan yang berlebihan. Golongan ini didominasi oleh para saudagar,
rentenir, dan tuan tanah. Pada golongan ini umumnya mereka tidak boleh berbicara agama
karena mereka bermental dagang dan dikhawatirkan mereka menjual agama demi keuntungan
pribadi.
Pada tingkatan kelima ada golongan candela atau mereka yang berprofesi sebagai
pembunuh seperti algojo. Mereka dianggap rendah martabatnya karena untuk bertahan hidup
saja mereka harus membunuh sesama makhluk hidup walaupun hal itu disahkan oleh agama.
Dibawah golongan Candala ada golongan Mlechha, yaitu golongan orang asing pada kerajaan
Majapahit. Golongan orang asing ini juga disebut juga orang kiwahan atau orang rendahan
sedangkan warga pribumi biasa disebut orang yekti atau orang mulia. Biasanya golongan
Mlechha bekerja sebagai pelayan dan tak boleh lebuh dari itu.
Pada tingkatan terakhir ada golongan Tuchha atau para pecinta materi keduniawian
dan tidak mau memahami hak orang lain. Golongan ini di isi oleh para penipu, maling, begal,
rampok dan perampok ( termasuk untuk istilah sekarang mereka yang melakukan korupsi,
tapi saat itu tidak ada ) mereka di anggap paling rendah karena untuk hidup saja mereka
merampas hak-hak orang.
Ketika sruktur sosial masyarakat dipegang oleh orang yang jauh dari perkara
keduniawian sebagai otoritas tertinggi. Nusantara menuju kebesaran dan meraih kejayaan

bahkan disegani oleh negara-negara lain. Akan tetapi manusia-manusia Indonesia sekarang
sudah jauh dari itu semua. Bukan pembadaan golonganya tapi ekstensi tentang keduniannya
yang perlu dicontoh. Tapi apalah dikata manusia Indonesia sekarang cenderung matrealistik
dan sering memintingakan kepentingan pribadi yang berpacu pada keduniawiaan. Hal inilah
yang membuat bangsa ini merosot dan tenggelam dalam krisis multimendisional, yang mana
semua aspek dalam kehidupan telah mengalami krisis moral. Hingga akhirnya membuat
bangsa ini berada dibawah entah itu bidang politik, pendidikan, ekonomi, hingga agama.
Asep syaeful bachri
Essay pertama