MATERI BELAJAR . doc x

MAKALAH
ALAT UKUR
Vernier caliver, Mikrometer skrup dan Dial indicator

Disusun oleh : Alpian dwi riana salim
Kelas
: XII TPM 2

SMK NEGERI 2 CIAMIS
Jln. Sadananya No. 21 Tlp. (0265) 773510 Fax. (0265) 775407 Ciamis
[email protected] http:www.smkn2-cms.sch.com

JANGKA SORONG
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mengukur panjang suatu benda, kita dapat menggunakan berbagai macam alat ukur
panjang, diantaranya mistar, rolmeter, jangka sorong, dan mikrometer skrup. Masing-masing alat
ukur panjang tersebut memiliki ketelitian yang berbeda. Semakin teliti suatu alat maka pengukuran
tersebut akan mendekati ukuran yang sebenarnya.Dalam mengukur panjang suatu benda, selain

memperhatikan ketelitian alat ukurnya, juga memperhatikan jenis dan macam benda yang akan
diukur. Jika benda yang akan diukur memiliki bentuk yang sangat besar, maka pengukuran tidak
mementingkan ketelitian yang besar. Contohnya untuk mengukur meja, mengukur suatu ruangan,
mengukur suatu bahan tekstil, maka alat ukur yang digunakan adalah penggaris ataupun rol meter.
Namun jika benda yang diukur menuntut ketelitian yang tinggi, terutama dalam suatu percobaan
fisika maka alat ukur yang digunakanpun merupakan alat ukur dengan ketelitian yang tinggi yang
memiliki skala terkecil yang sangat kecil. Contoh untuk mengukur diametr bola, diameter balok, ,
mengukur diameter luar tabung, diameter dalam tabung, mengukur kedalaman, bisa menggunakan
mikrometer sekrup dan untuk dua kemampuan terakhir bisa secara spesifik dilakukan oleh alat ukur
jangka sorong.Jangka sorong memiliki skala terkecil, yaitu 0,1 mm yang artinya nilai antara dua gores
yang berdekatan adalah 0,1 mm. Sehingga dapat dikatakan bahwa jangka sorong dapat mengukur
panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Pelaporan hasil pengukuran tersebut
dinyatakan sebagai x = xx, dengan x adalah nilai pendekatan terhadap nilai kebenaran x 0sedangkan
x adalah ketidakpastian mutlaknya. Dalam pengukuran tunggal, pengganti x 0 adalah nilai hasil
pengukuran itu sendiri, sedangkan ketidakpastian mutlaknya, x = skala terkecil instrumen. Selain
memiliki skala terkecil 0,1 mm, jangka sorong memiliki bentuk yang unik yang terdiri dari rahang
untuk mengukur diameter luar suatu benda (rahang tetap dan rahang geser bawah), rahang untuk
mengukur diameter dalam suatu benda (rahang tetap dan rahang geser atas). lidah pengukur
kedalaman, skala utama(dalam cm), skala utama(dalam inci), skala nonius (dalam mm), skala nonius
(dalam inci), dan kunci peluncur.Makalah ini akan membahas mengenai alat ukur panjang yaitu

jangka sorong secara detail meliputi jenis jangka sorong, fungsi jangkasorong, prinsip kerja jangka
sorong, pembacaan kalibrasi, prosedur penggunaannya, dan cara pembacaan hasil pengukuran.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang digunakan pada makalah alat ukur panjang jangka sorong ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa itu jangka sorong ?
2. Bagaimana bentuk jangka sorong dan bagian-bagiannya?
3. Apa saja jenis jangka sorong?
4. Bagaimana prinsip kerja jangka sorong?
5. Bagaimana kalibrasi jangka sorong?
6. Bagaimana prosedur pengukuran jangka sorong?
7. Bagaimana cara pembacaan hasil pengukuran jangka sorong?

C. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah alat ukur panjang jangka sorong ini adalah sebagai berikut
:
1. Mengetahui bentuk jangka sorong beserta bagian-bagiannya.
2. Mengetahui jenis-jenis jangka sorong jangka sorong.

3. Mengetahui prinsip kerja jangka sorong.
4. Mengetahui cara mengalibrasi jangka sorong dan cara pembacaan kalibrasi
5. jangka sorong.
6. Mengetahui prosedur pengukuran jangka sorong.
7. Mengetahui cara pembacaan hasil pengukuran jangka sorong.

D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah alat ukur panjang jangka sorong ini adalah memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa mengenai alat ukur panjang jangka sorong, baik dari bentuk dan
fungsi bagian-bagiannya, macam-macam jenis jangka sorong, prinsip kerja, kalibrasi, prosedur
pengukurannya, hingga pembacaan hasil pengukurannya.

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Jangka Sorong
Jangka sorong (vernier caliper) adalah suatu alat ukur panjang yang dapat digunakan untuk
mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Jangka sorong digunakan pula
untuk mengukur panjang benda maksimum 20 cm. keuntungan penggunaan jangka sorong adalah
dapat digunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau
cincin, maupun kedalam sebuah tabung.


B. Bentuk dan Bagian-Bagian Jangka Sorong
Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka
sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala
nonius (vernier) yang terdapat pada rahang geser. Bentuk jangka sorong serta bagian-bagiannya
ditunjukkan pada gambar berikut ini
Keterangan :
1.

Rahang untuk mengukur diameter luar suatu benda

2.

Rahang untuk mengukur diameter dalam suatu benda

3.

Lidah pengukur kedalaman

4.


Skala utama(dalam cm)

5.

Skala utama(dalam inci)

6.

Skala nonius (dalam mm)

7.

Skala nonius (dalam inci)

8.

Kunci peluncur

C. Macam-Macam Jangka Sorong
Adapun jenis-jenis jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur panjang adalah

seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
1.

Jangka sorong manual dengan ketelitian 0,1mm = 0,01 cm

2.

Jangka sorong analog dengan ketelitian 0,05 mm = 0,005 cm

3.

Jangka sorong digital dengan ketelitian 0.01 mm = 0,001 cm

D. Prinsip Kerja Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala terkecil dalam milimeter
(1mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala
utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9
cm, jadi jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama
dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil
dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.


Gambar skala
utama (atas) dan skala nonius (bawah).
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x = ½ x 0,01 cm = 0,005
cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah :

ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat

dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat).
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk
mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk
mengukur kedalaman sebuah tabung.
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat pada jangka
sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan
pengukuran objek yang hendak diukur panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit
diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan secara
langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian menambahkan
dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm (0,001cm).

E. Kalibrasi Jangka Sorong

Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang
tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol, yaitu angka nol pada skala
utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka
sorong tersebut sudah terkalibrasi dan siap digunakan. Seperti ditunjukkan pada gambar dibawah
ini :
Hal-hal yang menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran menggunakan jangka sorong
adalah:
1. Kesalahan umum (orang yang melakukan penggukuran),
2. Kesalahan sistematis (kerusakan alat, lingkungan),
3. Kesalahan acak (tidak diketahui pengyebabnya).

Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang penyimpanan, sehingga
memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau menyusut, terbentur dan/atau tergores.

F. Prosedur Pengukuran Jangka Sorong
1. Mengukur diameter luar suatu benda
a) Membuka rahang jangka sorong dengan cara mengendorkan sekrup pengunci, menggeser
rahang geser jangka sorong ke kanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua
rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).
b) Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.

c) Menggeser rahang geser ke kiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua
rahang sekaligus mengunci sekrup pengunci.
d) Membaca dan mencatat hasil pengukuran.
2. Mengukur diameter dalam suatu benda
a. Memutar pengunci ke kiri / mengendorkan sekrup pengunci.
b. Menggeser rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
c. Meletakkan benda/cincin/tabung yang akan diukur sedemikian sehingga

kedua rahang (atas)

jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut.
d. Menggeser rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh
kedua dinding dalam benda/cincin/tabung yang diukur dan mengunci sekrup pengunci.
e. Membaca dan mencatat hasil pengukuran.
3. Mengukur kedalaman suatu benda/tabung
a. Meletakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak
b. Memutar jangka (posisi tegak) kemudian meletakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung
yang akan diukur dalamnya.
c. Menggeser rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar
tabung.

d. Mengunci sekrup pengunci
e. Membaca dan mencatat hasil pengukuran

G. Cara Pembacaan Hasil Pengukuran Jangka Sorong
Mula-mula perhatikan skala utama yang berhimpit dengan angka nol pada skala nonius. Dari
gambar ditunjukkan bahwa skala utama berhimpit diantara angka 4,7 cm dengan 4,8 cm.Selanjutnya
perhatikan skala nonius yang segaris dengan skala utama. Dari gambar ditunjukkan pada angka 4.
Perhatikan pembagian skala pada skala nonius, apabila skalanya dibagi menjadi 10 bagian yang
sama maka hasil pengukuran skala nonius dikali dengan 1/10mm. Apabila dibagi menjadi 20 bagian
maka dikali dengan 1/20mm, dan apabila dibagi menjadi 50 bagian maka dikalikan dengan 1/50 mm.
Setelah diketahui skala utama serta skala noniusnya maka hasil pengukurannya adalah jumlah
keduanya. Dari contoh dapat dibaca hasil pengukuranya sebesar:

Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong) = Skala
Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm)
Karena Dx = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pembacaan pengukuran (xo) harus juga
dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada jangka sorong yang memiliki skala nonius,
Anda tidak pernah menaksir angka terakhir (desimal ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai 0 untuk
desimal ke-3. sehingga hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat anda laporkan sebagai :
Panjang L = xo + Dx

Maka, hasil pengukurannya menjadi :
4,7 cm + (0,4 x 0,01) cm = 4,7 cm + 0,004 cm = 4,704 cm
Jadi, L = (4,704 + 0,005) cm

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
i.

Jangka sorong (vernier caliper) adalah suatu alat ukur panjang yang dapat digunakan untuk
mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Keunggulan penggunaan
jangka sorong adalah dapat digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam,
maupun kedalam benda.

ii.

Secara umum, jangka sorong terdiri atas rahang tetap dan rahang geser, rahang bawah untuk
mengukur diameter luar suatu benda, rahang atas untuk mengukur diameter dalam suatu
benda, lidah pengukur kedalaman, skala utama(dalam cm dan inci), skala nonius (dalam dan
inci), kunci peluncur.

iii.

Jenis-jenis jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur panjang adalah Jangka
sorong manual dengan ketelitian 0,1mm = 0,01 cm, Jangka sorong analog dengan ketelitian
0,05 mm = 0,005 cm, dan Jangka sorong digital dengan ketelitian 0.01 mm = 0,001 cm.

iv.

Prinsip Kerja Jangka Sorong terdiri dari prinsip ketika melakukan suatu pengukuran, yaitu
apabila kunci peluncur telah dikendurkan, maka skala nonius dapat digeser ke depan atau
belakang

sesuai

dengan

keperluan

pengukuran.

Dan

prinsip

ketika

membaca

hasil

pengukuran, yaitu hasil pengukuran tergantung besarnya ketelitian yang dimiliki jangka
sorong, karena ketelitian setiap jengka sorong berbeda-beda berdasarkan skala nonius yang
dimilikinya.
v.

Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang
tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol, yaitu angka nol pada
skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus, maka
jangka sorong tersebut sudah terkalibrasi dan siap digunakan.

MIKROMETER SEKRUP
I.PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengaitkan suatu bilangan pada suatu sifat fisis
yang membandingkannya suatu besaran standar yang telah diterima sebagai suatu
besaran. Sebelum mengukur sesuatu, kita harus memiliki suatu satuan bagi masingmasing bes
aran yang akan diukur untuk keperluan pengukuran. Dalam fisika, terdapat besaran dansatuan
fundamental yang diturunkan yaitu panjang, massa, waktu dan muatan listrik. Besaranyang
lainnya merupakan hasil turunan dari keempat besaran fundamental ini.Mikrometer sekrup
adalah sebuah alat ukur besaran panjang yang cukup presisi.Mikrometer mempunyai tingkat
ketelitian hinggan 0,01 mm. Penggunaan mikrometer sekrup biasanya untuk mengukur
diameter benda melingkar yang kecil seperti kawat atau kabel. Jangkasorong adalah salah satu
alat ukur yang memiliki kegunaab yang sama, tetapi makalah ini akan menjelaskan tentang
micrometer sekrup lebih dalam.Mikrometer sekrup dan jangka sorong memiliki fungsi yang
samayaitu menghitung(mengukur) besaran panjang. Mikrometer sekrup punya ketelitian 10
kali lebihteliti dari jangka sorong. Kalau jangka sorong 0,1 mm, mikrometer sampai 0,01
mm.Mikrometeryang pertama diciptakan oleh William Gascoigne pada abad ke-17 sebagai alat
pengukurannyang lebih presisi dibanding jangka sorong.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja bagian-bagian penyusun mikrometer sekrup?

2. Bagaimana cara menggunakan mikrometer sekrup?
3. Bagaimana cara membaca pengukuran mikrometer sekrup?
4. Apa fungsi dan aplikasi dari mikrometer sekrup?
5. Bagaimana menyajikan hasil pembacaan pada mikrometer sekrup?
6. Kegunaan micrometer skrup ?
7. Apa prinsip kerja micrometer skrup?
8. Macam- macam micrometer skrup ?
9. Bagaimana cara perawatannya ?
10.Skala micrometer skrup?
11.Cara mengkalibrasi ?

II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MIKROMETER SEKRUP
Mikrometer sekrup merupakan salah satu alat ukur panjang. Mikrometer sekrup adalah alat
ukur panjang yang memiliki tingkat ketelitian tertinggi. Tingkat ketelitian mikrometersekrup
mencapai 0,01 mm atau 0,001 cm. Dengan ketelitiannya yang sangat tinggi, mikrometersekrup
dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar dari benda yang sangat kecil maupun tipis seperti
kertas, pisau silet, maupun kawat.
Secara umum, mikrometer sekrup digunakan sebagai alat ukur dalam teknik mesin elektro untuk
mengukur ketebalan secara tepat dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan
batang-batang slot.Alat ini biasanya difungsikan untuk mengukur diameter benda-benda
berukuran milimeter atau beberapa centimeter saja.
Mikrometer sekrup terdiri atas rahang utama sebagai skala utama dan rahang putar sebagai skala
nonius. Skala nonius terdiri dari 50 skala. Setiap kali skala nonius diputar 1 kali, maka skala nonius
bergerak maju atau mundur sejauh 0,5 mm. Ketelitian micrometer sekrup adalah setengah dari
skala terkecilnya. Satu skala nonius memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketika kita
memutar selubung bagian luar sebanyak satu kali putaran penuh, akan diperoleh nilai 0,5 mm
skalautama. Oleh karena itu, nilai satu skala nonius adalah0,5/50mm = 0,01 mm.

B.KEGUNAAN MIKROMETER SKRUP
Adapun kegunaan dari mikrometer sekrup adalah sebagai alat ukur panjang dengan tingkat
ketelitian tinggi. Dengan ketelitiannya yang sangat tinggi, mikrometersekrup dapat digunakan untuk
mengukur dimensi luar dari benda yang sangat kecil maupun tipis seperti kertas, pisau silet,
maupun kawat. Alat ini biasanya difungsikan untuk mengukur diameter benda-benda berukuran
milimeter atau beberapa centimeter saja.

C.

Bagian-Bagian Mikrometer Sekrup

Adapun bagian-bagian mikrometer sekrup adalah sebagai berikut:
1. Bingkai (Frame)

2. Bingkai ini berbentuk huruf C terbuat dari bahan logam yang tahan panas serta dibuat agak tebal
dan kuat. Tujuannya adalah untuk meminimalkan peregangan dan pengerutan yang mengganggu
pengukuran. Selain itu, bingkai dilapisi plastik untuk meminimalkan transfer panas dari tangan
ketika pengukuran karena jika Anda memegang bingkai agak lama sehingga bingkai memanas
sampai 10 derajat celcius, maka setiap 10 cm baja akan memanjang sebesar 1/100 mm.
3. Landasan (Anvil)

4. Landasan ini berfungsi sebagai penahan ketika benda diletakan diantara anvil dan spindle.
5. Spindle (gelendong)

6. Spindle ini merupakan silinder yang dapat digerakan menuju landasan.
7. Pengunci (lock)

8. Pengunci ini berfungsi sebagai penahan spindle agar tidak bergerak ketika mengukur benda.
9. Sleeve

10. Tempat skala utama.
11.Thimble

12. Tempat skala nonius berada
13.Ratchet Knob

14. Untuk memajukan atau memundurkan spindel agar sisi benda yang akan diukur tepat berada
diantara spindle dan anvil.

D.

Skala pada Mikrometer Sekrup

Skala pada mikrometer sekrup ada dua yaitu ;
1. Skala Utama (SU), yaitu skala pada pegangan yang diam (tidak berputar) ditunjuk oleh bagian
kiri pegangan putar dari mikrometer sekrup.

2. Skala Nonius (SN), skala pada pegangan putar yang membentuk garis lurus dengan garis
mendatar skala diam dikalikan 0,01 mm.

E.

Prinsip Kerja Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya
sampai 0,01 mm. Bentuk mikrometer sekrup ditunjukkan pada gambar 1. Alat ukur ini mempunyai batang
pengukur yang terdiri atas skala dalam milimeter, dan juga sekrup berskala satu putaran sekrup besarnya
sama dengan 0.5 mm dan 0.5 mm pada skala utama dibagi menjadi 100 skala kecil yang terdapat pada
sekrup.
F.

Cara Mengkalibrasi Mikrometer Sekrup

Kalibrasi merupakan prosesverifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung
dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di dalamnya
kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat pengukuran. ISO 9000 danISO
17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif.
Kalibrasi diperlukan untuk:


Perangkat baru



Suatu perangkat setiap waktu tertentu


Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)



Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah
kalibrasi



Ketika hasil pengamatan dipertanyakan

Pada umumnya, kalibrasi merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu
perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu..
Contohnyatermometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan
disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi), sehingga termometer tersebut
menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam celcius pada titik-titik tertentu di skala.
Di beberapa negara termasuk Indonesia, terdapat direktorat metrologi yang memiliki standar
pengukuran (dalam SI dan satuan-satuan turunannya) yang akan digunakan sebagai acuan bagi
perangkat yang dikalibrasi. Direktorat metrologi juga mendukung infrastuktur metrologi di suatu negara
dengan membangun rantai pengukuran dari standar tingkat tinggi/internasional dengan perangkat yang
digunakan.
Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan “traceable uncertainity” untuk menentukan tingkat kepercayaan
yang di evaluasi dengan seksama dengan analisis ketidakpastian. Setelah digunakan dalam jangka waktu
yang lama mikrometer perlu dikalibrasi untuk mendapatkan tingkat kecermatan sesuai dengan
standarnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkalibrasi mikrometer adalah sebagai berikut :



Menggerakan silinder putar poros harus dapat berputar dengan baik dan tidak terjadi
goyangan karena ausnya ulir utama.



Kedudukan nol. Apabila mulut ukur dirapatkan maka garis referensi harus menunjukkan nol.



Kerataan dan kesejajaran muka ukur (permukaan sensor).



Kebenaran dari hasil pengukuran. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar yang benar.



Bagian – bagian seperti gigigelincir dan pengunci poros ukur harus berfungsi dengan baik.

Adapun syarat-syarat kalibrasi adalah sebagai berikut :


Kalibrasi dilakukan dalam suhu 200C±10C dan kelembaban relatif 55 % ± 10 %



Untuk pemeriksaan digunakanoptical flat atau optical parallel dengan kerataan kurang dari 0,1
µm.



Untuk pemeriksaan kesejajaran digunakan optical parallel dengan kerataan kurang dari 0,1 µm
dan kesejajaran kurang dari 0,2 µm, dan gauge block kelas 0 atau kelas 1 (ISO3650) atau yang
setara.



Untuk pengukuran kesalahan penunjukan digunakan balok ukur kelas 0 atau kelas 1 (ISO3650)
atau yang setara.

Adapun prosedur-prosedur dalam pengkalibrasian mikrometer sekrup adalah sebagai berikut :


Pengukuran kerataan muka mikrometer luar dan mikrometer kepala

1.

Meletakkan sebuah optical flat pada permukaan ukur. Kemudian menghitung banyaknya
interferensi merah yang timbul dari cahaya putih pada permukaan kontak muka ukur. Satu garis
merah dapat diasumsikan sama dengan 0,3 µm.

2.

Melakukan pemeriksaan kerataan pada kedua muka ukur.



Pengukuran kesejajaran muka ukur mikrometer luar

1.

Menggunakan Optical Parallel
1.

Meletakkan sebuah Optical Parallel atau gabungan sebuah balok ukur yang diapit dua
Optical Parallel pada muka ukur tetap sedemikian sehingga pola interferensi menjadi satu
warna saja atau timbul pola kurva tetutup.

2.

Memutar ratchet hingga muka ukur spindle merapat pada permukaaan optical flat.

3.

Menghitung banyaknya garis interferensi merah yang timbul dari cahaya puih pada
permukaan kontak muka ukur spindle.

4.

Melakukan pemeriksaan di atas sedikitnya pada empat nilai ukur masing-masing terpaut
104 putaran spindle.

5.

Menggunakan balok ukur
1.

Meletakkan sebuah balok ukur di tengah kedua muka ukur dan memutar ratchet
dan melakukan pembacaan. Lalu melakukan hal yang sama dengan posisi balok ukur di
empat tepi muka ukur.

2.

G.

Menghitung selisih pembacaan yang terbesar.

Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup

Adapun langkah – langkah untuk menggunakan mikrometer sekrup adalah :
1.

Memutar bidal (pemutar) berlawananarah dengan arah jarum jam sehinggga ruang antara
kedua rahang cukup untuk ditempati benda yang akan diukur.

2.

Meletakkan benda diantara kedua rahang, yaitu rahang tetap dan rahang geser.

3.

Memutar bidal (pemutar besar) searah jarum jam sehingga benda yang akan diukur terjepit
oleh rahang tetap dan rahang geser.

4.

Memutar pemutar kecil(roda bergerigi) searah jarum jam sehingga skala nonius pada pemutar
besar sudah tidak bergeser lagi.

5.

Membaca hasil pengukuran pada skala utama dan skala nonius.

H.

Cara Membaca Hasil Pengukuran pada Mikrometer Sekrup

Untuk membaca hasil pengukuran pada mikrometer sekrup dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
1.

Menentukan nilai skala utama yang terdekat dengan selubung silinder (bidal) dari rahang
geser ( skala utama yang berada tepat di depan/berimpit dengan selubung silinder luar rahang
geser).

2.

Menentukan nilai skala nonius yang berimpit dengan garis mendatar pada skala utama.

3.

Hasil pengukuran dinyatakan dalam persamaan :

Hasil = Skala Utama + (Skala Nonius x skala terkecil mikrometer sekrup)
= Skala Utama + (Skala Nonius yang berimpit x 0,01 mm)
Contoh pembacaan hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup :
Contoh 1
Hasil = Skala Utama + (Skala Nonius yang berimpit x 0,01 mm)


Skala Utama = 3,5 mm



Skala Nonius x 0,01 mm = 20 x 0,01 mm = 0,20 mm

Jadi hasil pengukuran = 3,5 mm + 0,2 mm = 3,70 mm

I.

Pelaporan Hasil Pengukuran

Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika, walaupun demikian tidak ada
pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidak pastian yang berhubungan pada setiap pengukuran.
Maka dari itu, ketika menyatakan hasil pengukuran, penting juga untuk menyatakan ketepatan atau
perkiraan ketidakpastian. Dalam fisika pengukuran dapat berupa pengukuran tunggal dan pengukuran
berulang. Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja. Sedangkan

pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan secara berulang atau berkali-kali pada satu
variable, dan memperoleh hasil yang berbeda-beda dalam setiap pengulangan pengukurannya.
Pengukuran berulang kita lakukan karena untuk sekali pengukuran, hasil ukurnya belum dapat ditentukan
karena setiap pengulangan pengukuran memperoleh hasil yang berbeda. Pelaporan hasil pengukuran
tunggal akan berbeda dengan pengukuran berulang. Berikut merupakan uraian mengenai pelaporan
pengukuran tunggal dan berulang.
1.

Pengukuran tunggal

Hasil pengukuran yang dilakukan dengan sekali percobaan dinyatakan dalam bentuk :
X = X1 + ∆X
Dimana :
X1 = Hasil pengukuran tunggal
∆X = Nilai ketidakpastian
∆X = ½ x skala terkecil
1.

Pengukuran Berulang

Hasil pengukuran panjang suatu benda dapat berbeda-beda jika dilakukan berulang-ulang. Laporan hasil
pengukurannya berupa rata-rata nilai hasil pengukuran dengan ketidakpastian yang sama dengan
simpangan bakunya. Sebagai contoh, hasil pengukuran panjang sebuah benda sebanyak n kali adalah
X1, X2, X3, … Xn. Nilai rata-ratanya yaitu :

Dengan n adalah jumlah data yang diukur dan adalah nilai rata-rata hasil pengukuran. Simpangan
bakunya dapat ditulis sebagai berikut :
Sx =
Oleh karena itu, hasil pengukuran dapat ditulis menjadi :
x = ± Sx
Ketidakpastian berulang sering dinyatakan dalam persen atau disebut ketidakpastian relatif. Secara
matematis dituliskan sebagai berikut :
Ketidakpastian relatif = x 100%
Dalam melaporkan hasil pengukuran juga harus menggunakan aturan-aturan angka penting dan aturan
pembulatan. Angka penting merupakan bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari
angka pasti dan angka taksiran. Adapun ketentuan-ketentuan angka penting adalah sebagai berikut :
1.

Angka yang bukan nol adalah angka penting. Misalnya 14569 = 5 angka penting.

2.

Angka nol disebelah kanan tanda desimal dan tidak diapit bukan angka nol. Misalnya 25,00= 2
angka penting, 2500 = 4 angka penting (mengapa? Sebab tidak ada tanda desimalnya.)

3.

Angka nol yang terletak disebelah kiri angka bukan nol atau setelah tanda desimal bukan
angka penting. Misalnya 0,00556 = 3 angka penting, 0,035005= 5 angka penting (karena angka
nol diapit oleh angka bukan nol), 0,00006500 = 4 angka penting.

4.

Angka nol yang berada di antara angka bukan nol termasuk angka penting. Misal : 0,005006
= 4 angka penting

5.

Dalam penjumlahan dan pengurangan angka penting, hasil dinyatakan memiliki 1 angka
perkiraan dan 1 angka yang meragukan.

Contoh:
I.

25,340 + 5,465 + 0,322 = 31,127 ditulis sebagai 31,127 (5 angka penting)
II.
58,0 + 0,0038 + 0,00001 = 58,00281 ditulis menjadi 58,0
III.
4,20 + 1,6523 + 0,015 = 5,8673 ditulis menjadi 5,87
IV.
415,5 + 3,64 + 0,238 = 419,378 ditulis menjadi 419,4
Pada contoh (I) ditulis tetap karena kesemua unsur memiliki angka yang berada di belakang tanda
desimal jumlahnya sama.
Pada contoh (II) ditulis menjadi 58,0 karena mengikuti angka penting terakhir adalah angka yang
diragukan kepastiannya.
Pada contoh (III) ditulis menjadi 5,87 karena mengikuti aturan angka penting terakhir ialah angka yang
diragukan kepastiannya. Hal yang sama juga ditulis sebagaimana contoh (IV).
1.

Dalam perkalian dan pembagian, hasil operasi dinyatakan dalam jumlah angka penting yang
paling sedikit sebagaimana banyaknya angka penting dari bilangan-bilangan yang dioperasikan.
Hasilnya harus dibulatkan hingga jumlah angka penting sama dengan jumlah angka penting
berdasarkan faktor yang paling kecil jumlah angka pentingnya.
Contoh:

3,25 x 4,005= …
3,25= mengandung 3 angka penting
4,005= mengandung 4 angka penting
Ternyata ada perkecualian sebagaimana contoh berikut yaitu ditulis dalam aturan angka penting
sebanyak 3 angka penting seharusnya menurut angka penting dalam perkalian/pembagian harus ditulis
sebagai 1,1 (dalam 2 angka penting) tetapi perbedaan 1 di belakang tanda desimal pada angka terakhir
9,3 yakni 9,3 + 0,1 menggambarkan kesalahan sekitar 1% terhadap hasil pembagian (kesalahan 1%
diperoleh dari 0,1:9,3 kemudian dikali seratus persen). Perbedaan dari penulisan angka penting 1,1 dari
1,1 + 0,1 menghasilkan kesalahan 10% (didapat dari 0,1 dibagi 1,1 kemudian dikali 100 %). Berdasarkan
analisis tersebut, maka ketepatan penulisan jawaban hasil bagi menjadi 1,1 jauh lebih rendah
dibandingkan dengan menuliskan jawabannya menjadi 1,06. Jawaban yang benar dituliskan sebagai 1,06
karena perbedaan 1 pada angka terakhir bilangan faktor yang turut dalam unsur pembagian (9,3)
memberi kesalahan relatif sebesar (kira-kira 1%) atau dapat ditulis sebagai 1,06 + 0,01.
Alasan yang serupa juga diberikan pada soalan 0,92 x 1,13 hasilnya ditulis sebagai 1,04 dibandingkan
menjadi 1,0396 (yang sudah sangat jelas lebih dari faktor angka penting paling sedikit yang diproses
dalam pembagian tampak jika ditulis 1,039 memiliki 4 angka penting, jika ditulis 1,0396 memiliki 5 angka
penting).
Jika dikalikan, hasilnya diperoleh menjadi 13,01625 maka hasilnya ditulis menjadi 1,30 x 10 1
1.

Batasan jumlah angka penting bergantung dengan tanda yang diberikan pada urutan angka
dimaksud. Misal : 1256= 4 angka penting
1256 = 3 angka penting (garis bawah di bawah angka 5) atau
dituliskan seperti 1256 = 3 angka penting (angka 5 dipertebal)

Ada tiga aturan pembulatan :



Aturan I :
Jika angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan kurang dari 5, maka
hilangkan angka tersebut dan semua angka dibelakangnya. Misalnya kita ingin
membulatkan 5,3467 menjadi 1 angka dibelakang koma, karena angka terakhir setelah angka
3 adalah 4, dan 4 kurang dari 5, maka kita hilangkan seluruh angka dibelakang 3 tersebut
menjadi 5,3.

Contoh :
Bulatkanlah 4,3423 menjadi sampai dua digit di belakang koma
Jawab: :
Hasil pembulatannya 4,34 karena setelah digit kedua bernilai di bawah 5 (yakni 2)


Aturan II :
Namun jika angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan lebih dari 5, maka
tambahkan digit terakhir dengan 1. Misalnya kita ingin membulatkan 5,3867 menjadi 1 angka
dibelakang koma, karena angka terakhir setelah angka 3 adalah 8, dan 8 lebih dari 5,
maka kita hilangkan seluruh angka dibelakang 3 tersebut dan tambahkan 3 dengan 1,
sehingga 5,4.



Aturan III :
Jika angka dibelakang angka terakhir yang ingin dituliskan sama dengan 5, maka
jadikanlah digit terakhir menjadi bilangan genap terdekat. Misal jika kita bulatkan angka
5,3567 menjadi 1 digit di belakang koma maka karena di belakang 3 adalah 5, da 3 adalah
bilangan ganjil maka genapkanlah menjadi 4 (bukan 2, karena 4 lebih dekat) menjadi 5,4.
Atau apabila kita bulatkan angka 5,6567 menjadi 1 digit di belakang koma maka karena
di belakang 6 adalah 5, dan 6 adalah bilangan genapmaka genapkanlah menjadi 6 (bukan 8
atau 4, karena 6 lebih dekat) menjadi 5,6.

J.

Macam-Macam Mikrometer Sekrup

Adapun macam – macam atau jenis- jenis dari mikrometer sekrup adalah sebagai berikut :
1. Mikrometer luar (Outside micrometer /aka micrometer caliper) digunakan untuk mengukur diameter
kawat, tebal plat, dan tebal batang.
2. Mikrometer dalam (Inside micrometer) digunakan untuk mengukur diameter dari suatu lubang.
3. Mikrometer kedalaman (Depth micrometer) digunakan untuk mengukur kedalaman dari suatu lubang.
4. Dual Point Micrometers
1. Tube Digital Micrometers
2. Dual Point Digital Micrometer
3. Point Micrometers
4. Outside Digital Micrometers (Type A)
5. Digital Hub Micrometers
6. Micrometers Heads
7. Three-point Internal Micrometers

8. Micrometers With Extensions Rod
9. Digital Spline Micrometers
10.Digital Micrometers Heads
11.Digital Depth Micrometers
12.Point Type Digital Micrometers
13.Outside Digital Micrometers (Type B)
14.Digital Bench Micrometers
15.Digital Ware Micrometers

K.

Aplikasi Mikrometer Sekrup

Adapun aplikasi mikrometer sekrup dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :
Dalam kehidupan sehari-hari, mikrometer sekrup sangat penting. Karena, alat inilah yang
mempunyai tingkat ketelian paling tinggi dalam mengukur panjang. Kerap kali alat ini digunakan untuk
mengukur tebal kertas, diameter kawat tipis, tebal plat tipis yang memerlukan tingkat ketelitian yang
tinggi. Alat ini biasanya difungsikan untuk mengukur diameter benda-benda berukuran milimeter atau
beberapa centimeter saja.
L.

Perawatan Mikrometer Sekrup

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam perawatan mikrometer sekrup adalah
sebagai berikut :


Setelah digunakan permukaanpengukurandanbagian-bagianlainnya dibersihkan dengan
menggunakan bahan anti korosi.Bagian-bagian yang berulirharusdilumasisecukupnyadenganoli
yang berkualitastinggi, misalnyaoli yang dipergunakanuntuk jam/arloji.



Jika tidak dipergunakan (sesudah pemakaina) mikrometer luar harus ditempatkan dalam
sebuah peti kayu. Mikrometer yang lebih besar harus digantungkan dengan penunjang nya
yang khusus (sadle shaped support).



Tempat penyimpanan harus bebas dari getaran, sinar matahari langsung dan fluktuasi
temperatur.



Batang ukur standar yang panjang harus ditempatkan dengan hati-hati supaya tidak terjadi
lenturan.

III. PENUTUP



KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.

Mikrometer sekrup merupakan salah satu alat ukur panjang yang dapat digunakan untuk
mengukur ketebalan suatu benda.

2.

Ketelitian mikrometer sekrup adalah 0,01 mm.

3.

Mikrometer sekrup memiliki dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius.

4.

Bagian bagian mikrometer sekrup antara lain yaitu : bingkai (frame), landasan(anvil),
spindle(gelendong), pengunci (lock), sleeve, thimble, dan ratchet knob yang masing-masing
bagian mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
1.

Mikrometer memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi
berikut :
1.

Mikrometer Luar

5. Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisan-lapisan, blok-blok dan
batang- batang.
I.

Mikrometer Dalam

II.

Mikrometer dalam digunakan untuk mengukur garis tengah dari lubang suatu benda.

III.

Mikrometer kedalaman

IV.

Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan slotslot.

V.

Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur benda yang berukuran milimeter atau
centimeter saja.

VI.

Dalam kehidupan sehari-hari mikrometer sekrup digunakan mengukur tebal kertas, diameter
kawat tipis, tebal plat tipis yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi.

VII.

Pelaporan hasil pengukuran dilaporkan dengan menggunakan aturan angka penting.

DIAL INDICATOR
I.

PENGERTIAN

Dial Indicator merupakan alat ukur dengan skala yang sangat kecil, misalnya pada
pengukuran pergerakan suatu komponen (backlash, endplay) juga pengukuran kerataannya
(round out). Komponen utamanya adalah: dial (skala pengukuran), jarum penunjuk dan
contact point. Dial dilengkapi dengan screw pengikat.

Cara Pemakaian:
1. Pasang contact point pada dial indicator.
2. Pasang dial indicator pada standnya.
3. Tempelkan contact point pada benda kerja yang akan diukur.
4. Kendorkan screw pengikat pada skala dan posisikan angka nol sejajar dengan jarum
penunjuk. Kencangkan lagi screw pengikat.
5. Gerakkan benda kerja sesuai kebutuhan.
6. Bacalah nilai penyimpangan jarum penunjuk pada skala.
7. Untuk mendapatkan hasil yang benar, harus diketahui ketelitian skala pada dial
tersebut.
Safety : Pergerakan yang mengejut dapat merusakkan dial. Jangan menekan contact point
dengan berlebihan.

II.

CARA KERJA INDIKATOR

Dial indikator adalah salah satu alat ukur yand dapat mengugur kerataan benda kerja yang ketelitiannya
0,01mm.
Bagian bagian dial indikator :
1.
Rumah indikator berbentuk silindir yang tebal
2.

Spindle

3.

Jarum penunjuk seperangkat roda gigi

4.

Cincin luar pelat dudukan baja

5.

Ujung keras yang dapat dilepas

Fungsi dial indikator :

Memeriksa kerataan dari permukaan benda


Memeriksa penyimpangan yang kecil pada bidang datar, benda bulat, benda permukaan lengkung



Memeriksa penyimpangan eksentris



Memeriksa kesejajaran permukaan benda



Menyetel kesentrisan benda pada pencekam mesin bubut



Memeriksa penyimpangan bantalan pada poros engkol

Macam macam dial indikator
1.
Lever Dial Test Indikator, mengukur atau memeriksa kerataan atau kesejajaran permukaan benda
2.

Mikro Indikator, memeriksa kerataan atau kesejajaran permukaan benda dengan ketelitian lebih

tinggi
Mikron Indikator, mengukur atau memeriksa kerataan permukaan benda , mengukur tebal, tinggi,
dan panjang benda.
3.

Dial Tickness Gauge, jaraknya yang dapat di pakai antara 1-35mm dengan ketelitian antara 0.010.001mm digunakan untuk mengukur ketebalan benda
4.

Dial Caliper, untuk mengukur lubang atau celah, ketelitian alat ukur ini mencapai 0,025 mm.
kemampuan jarak ukurnya bervariasi sesuai dengan nomor yang dikeluarkan pabrik, antara lain :
5.

No 1 untuk jarak antara 6-8 mm
No 2 untuk jarak antara 10-22 mm
No 3 untuk jarak antara 20-32 mm
No 4 untuk jarak antara 30- 42 mm
N0 5 untuk jarak antara 40-52 mm
No 6 untuk jarak antara 50-62 mm
No 7 untuk jarak antara 60-72 mm
No 8 untuk jarak antara 70-82 mm
No 9 untuk jarak antara 80-92 mm
No 10 untuk jarak antara 90=102
6.
Dial caliper mempunyai batang geser ini mempunyai jarak ukur antara 55-600mm dengan
ketelitian 0,01mm

CARA MENGUKUR DENGAN MENGGUNAKAN DIAL INDIKATOR
1.
Masukkan tangkai dial indicator pada lubang pengunci yang ada pada tiang dial indicator,
kemudian kencangkan baut pengencangnya.
Masukkan bagian dial indikator yang terdapat skala dan jarum pad a tangkai dial indikator
kemudian kencangkan.
2.

Baca gambar kerja kemudian Bersihkan benda kerja dari kotoran Kemudian lakukan pengukuran
, yang pertama hidupkan aliran magnet pada dial indikator tersebut dengan memindahkan tombol yag
ada pada bagian bawah ke posisi on.
3.

Posisikan jarum dial indikator tepat dia atas permukaan benda kerja sampai menyentuh atau
terjadi gesekan antara jarum dengan benda kerja.
4.

Kemudian benda kerja digeserkan ke kanan atau ke kiri apabila jarum pada dial indikator itu
berputar searah jarum jam maka benda kerja tersebut permukaanya cembung atau menonjol ke atas,
5.

sedangkan apabila jarum pada dial indikator berputar berlawanan dengan arah jarum jam maka benda
tersebut cekung.

DAFTAR PUSTAKA




http://denykurniawann.blogspot.com
https://www.google.com/search?
client=opera&q=dial+indicator+adalah&sourceid=opera&ie=UTF-8&oe=UTF8#q=pengertian+dial+indicator&revid=894014538
http://xlusi.com/dial-indicator.html
http://acl-tav.blogspot.com/2013/10/mikrometer-sekrup-pengertian-dan-cara.html



Alonso, Marcello dan Edward J Finn. 1994. Dasar-Dasar Fisika Universitas.Jakarta:



Erlangga.
Hallidy dan Resnick. 1998. Fisika Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.





















http://id.wikipedia.org/wiki/Jangka_sorong
http://pdfdatabase.com/teori-dasar-pengukuran-fisika.htm
http://pdfsatabase.com/Uraian Materi Pembelajaran ”Pengukuran Fisika”.html
http://www.doc-search-engine.com/search-pengukuran-fisika-doc.html
http://www.edukasi-net.com
http://www.find-pdf.com/cari-pengukuran+fisika.html
http://www.mustofaabihamid.blogspot.com
http://technoku.blogspot.com/2008/10/jangka-sorong.html
Ishaq, Muhammad. 2007. Fisika Dasar Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lasmi, Ni Ketut. 2008. Fisika SMA dan MA. Bandung: Erlangga.
Zaelani, Ahmad dan Cucun Cunayah. 2006. Fisika. Bandung: Yrama Widya.
http://yamakikai-indonesia.blogspot.com/2013/10/cara-membaca-caliper-jangka-sorong.html
https://www.google.com/search?
q=JENIS+JANGKA+SORONG&client=opera&hs=ANP&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=kX1bVI
WrHNeJuATe1IKgAg&ved=0CCQQsAQ
https://www.google.com/search?
q=GAMBAR+SKALA+UTAMA+DAN+SKALA+BAWAH&client=opera&hs=Pxj&tbm=isch&tbo=u&source
=univ&sa=X&ei=V3xbVOOxKcnJuATuz4GwDw&ved=0CB8QsAQ&biw=1024&bih=492

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

PENGAJARAN MATERI FISIKA DASAR UNTUK MAHASISWA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

9 106 43

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62