SIKAP POSITIF TERHADAP BONUS DEMOGRAFI

“SIKAP POSITIF TERHADAP BONUS DEMOGRAFI UNTUK MENSINERGIKAN
FORMULA PEMUDA INDONESIA”
Karya ini Disusun untuk Mengikuti
Lomba National Essay Competition 2017
“ Menuju Untuk Indonesia Mandiri”

Disusun oleh :
Nurdya Ningsih

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JAKARTA
2017

BAB I
PENDAHULUAN

Bonus Demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari
besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia: 15-64 tahun) dalam evolusi
kependudukan yang dialaminya. Dalam hal ini Indonesia sebagai Negara berkembang yang

memiliki jumlah penduduk lebih kurang 255 juta orang. Dengan kondisi ini perlu adanya
penyikapan yang jelas dan tegas agar memberikan manfaat yang berguna untuk Negeri ini.
Karena dengan hal tersebut Negara ini siap dalam menghadapi tantangan zaman
dikemudian hari. Tentu juga dengan disertakan dukungan dari semua pihak dan keyakinan
yang cukup kuat.
Berdasarkan penelitian menurut beberapa ahli, Indonesia mengalami bonus
demografi pada tahun 2020-2035 sebagai dampak terjadinya proses transisi demografi yang
berkembang akan keberhasilan program KB yang mampu menurunkan tingkat fertilitas dan
meningkatnya kualitas kesehatan serta suksesnya program-program pembangunan lainnya.
Semua ini masih akan menjadi sebuah hipotesa yang gagal bila kita masih belum tahu cara
yang tepat untuk mengatasinya. Maka dalam hal ini perlu adanya peran generasi muda yang
masih lunak akan teknologi dan informasi.
Setiap informasi yang berkembang disekitar pemuda tersebut, layaknya senjata
ampuh yang menaklukan lawan. Dan lawan yang sesungguhnya Negeri ini hadapi, dewasa
ini adalah kebodohan. Maka, sudah selayaknya negeri ini memberikan keleluasaan bagi
mereka yang ingin berkembang dan memajukan pengetahuannya. Dibekali dengan
kelengkapan teknologi dan kemudahan dalam mengakses suatu informasi, pemuda yang
bersungguh-sungguh itu tentunya akan membawa Negara ini kepada masa yang terang
benderang.
Namun, jika yang terjadi sebaliknya maka sudah sewajarnya jika Negara ini harus

bersiap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Sebagaimana dahulu Negara ini masih
dipenuhi dengan kegelapan dan ketertinggalan. Karena, kesempatan untuk berkarya di
Negeri ini yang begitu sempit. Sehingga, banyak SDM cerdas lainnya pergi untuk
menyelamatkan ide cemerlangnya yang tidak dihargai oleh Negara nya sendiri.

BAB II
ISI
Di Indonesia dewasa ini sedang banyak sekali isu yang rentan meresahkan tentang
bonus demografi yang akan terjadi di Negara ini. Padahal untuk kita ketahui hal ini sudah
tidak perlu dirisaukan lagi. Karena, tindakan yang seharusnya dilakukan adalah dengan
turut menyumbangkan ide cerdas kita kepada lembaga dan para pakar yang sejak lama
bergerak untuk mencari solusi dari isu tersebut. Ditambah lagi dengan laju pertumbuhan
penduduk yang kian lama semakin berkembang. Walau dalam hal ini kita sudah
menganggapnya sebagai suatu kewajaran. Namun, semua ini hendaknya kita harus sikapi
dengan sebuah tindakan yang bijak.
Dari hasil proyeksi penduduk 2010-2035 yang diluncurkan Badan Pusat Statistik
(BPS) pada 2014 menunjukkan bahwa bonus demografi diperkirakan bakal berlangsung
hingga dua dekade mendatang. Mulai tahun 2012, rasio ketergantungan dibawah 50, yakni
49,6. Artinya, untuk setiap 100 penduduk usai produktif harus menanggung 50 penduduk
usia tidak produktif. Angka beban tanggungan akan terus menurun hingga puncak bonus

demografi terjadi pada tahun 2025 hingga 2035. Saat itu, angka beban tanggungan sekitar
47. Periode ini merupakan jendela peluang (window of opportunity) yang harus
dimanfaatkan dengan baik untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi.
Berikut grafik yang dapat ditunjukkan oleh gambar:

Setelah periode tersebut, Indonesia akan memasuki periode utang demografi
(demographic debt) karena penuaan penduduk (ageing). Struktur penduduk bakal
didominasi kelompok usia tua (65+ tahun), seperti yang sedang dialami mayoritas negaranegara maju saat ini. Karena itu, Indonesia harus kaya sebelum menua dengan
memanfaatkan jendela peluang yang bakal tercipta pada dekade mendatang. Bila tidak,
Indonesia berpotensi menjadi negara berpenduduk besa yang didominasi kelompok usia tua
dengan perekonomian yang tidak solid. Tentu saja hal tersebut merupakan mimpi buruk
yang tak boleh menjadi kenyataan. Jika Indonesia tidak mampu memanfaatkan jendela
peluang tersebut dengan maksimal, momentum untuk membuat lompatan besar menjadi
negara maju bakal terlewat. Repotnya, momentum tersebut tidak datang dua kali.
Pakar Demografi Universitas Indonesia, Prof. Sri Moertiningsih, menyatakan:
jendela peluang tersebut hanya akan terbuka (sekali) seumur hidup bangsa Indonesia. Boleh
jadi, kegagalan dalam mengelola dan memanfaatkan bonus demografi bakal menjadikan
Indonesia terperangkap dalam jebakan pendapatan menengah ( middle income trap). Hal
tersebut bisa terjadi jika pertumbuhan ekonomi nasional gagal dipacu dan mengalami
stagnasi. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa Indonesia hingga kini masih berkategori

lower-middle income economy dengan Pendapatan Nasional Bruto per kapita pada tahun
2013 mencapai US$3.580, atau masih jauh dari ambang batas PNB per kapita Negara maju.
Untuk lebih memperjelas pengertian “Bonus Demografi” ini mari kita ulas
pengertiannya menurut beberapa pakar demografi berikut:
1. Menurut Wongboonsin (2003), dalam paparan kepala BKKBN Nasonal Prof. dr.
Fasli Jalal, PhD, SpGK di Univeritas Undayana Provinsi Bali. Mengartikan bonus
demografi (demographic dividen) sebagai keuntungan ekonomis yang disebabkan
oleh menurunnya sebuah rasio ketergantungan sebagai hasil penurunan fertilitas
jangka panjang. Fartilitas disini bisa dikatakan sebagai kemampuan riil seoarang
wanita untuk melahirkan (Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia ; 1981)

2. Menurut Tifatul Sembiring (Kominfo, 2014), mengartikan bonus demografi sebagai
keadaan dimana struktur penduduk didominasi oleh mereka yang berusia produktif
(15 -64 Tahun) sehingga keadaan ini tentu akan sangat langka dialami oleh suatu
Negara, bahkan kata Tifatul Sembiring, peluang bonus demografi hanya sekali
datang dalam seumur bangsa yang ada diseluruh dunia.
3. Menurut BKKBN (2013) pengeratian bonus demografi adalah keuntungan yang
dinikmati suatu negara yang ada di dunia ini sebagai akibat dari besarnya proporsi
penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang

dialami oleh negaranya tersebut.
4. Menurut Ilmu Ekonomi (2016), pengertian bonus demografi adalah fenomena
penting yang di alami oleh suatu negara karena kondisi jumlah penduduknya yang
dinilai bahwa usia produktif sangat besar, sedang proporsi usia belum produktif
(usia muda di bawah 15 tahun) dan usia tidak produktif (usia di atas 60 tahun) sudah
semakin kecil.
Namun, pada dasarnya bonus demografi juga dapat berpotensi mendorong pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan per kapita. Struktur penduduk yang didominasi penduduk usia
produktif (penduduk usia kerja) berpotensi meningkatkan tabungan masyarakat. Hal ini
dikarenakan menurunnya pendapatan yang dialokasikan untuk membiaya pengeluaran
(konsumsi) penduduk usia muda (0-14 tahun). Jika diinvestasikan pada sektor produktif,
tabungan tersebut akan memacu pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Untuk memetik manfaat bonus demografi, peningkatan kualitas sumber daya manusia
Indonesia harus menjadi prioritas utama mulai saat ini.
Faktanya, sampai sekarang, kualitas penduduk usia kerja secara umum masih rendah.
Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menunjukkan, pada Agustus 2014 sekitar
65 persen penduduk 15+ tahun yang bekerja hanya menamatkan pendidikan SD ke bawah
dan/atau SMP. Selain itu, meski angka partisipasi angkatan kerja cukup tinggi, yakni
mencapai 66,6 persen, dan jumlah orang yang bekerja terus meningkat, sebagian besarnya
bekerja di sektor informal. Padahal sektor ini identik dengan ketidakpastian pendapatan dan


jaminan sosial. Sehingga, harapan untuk mempunyai tabungan apalagi melakukan investasi
pada angkatan kerja di sektor informal sangat tipis.
Karena itu, investasi modal manusia (pendidikan) untuk meningkatkan kompetensi dan
keahlian penduduk usia kerja adalah sebuah keniscayaan. Meski butuh waktu yang lama
untuk menuai hasilnya, hal ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing
perekonomian Indonesia dalam dua dekade mendatang. Investasi di bidang kesehatan juga
sangat krusial untuk membentuk pekerja yang sehat dan produktif. Karena itu, aspek
kecukupan pangan, asupan gizi dan nutrisi, serta akses penduduk terhadap pelayanan
kesehatan harus menjadi fokus perhatian pemerintah.
Laporan Daya Saing Global 2014-2015 yang dirilis Forum Ekonomi Dunia pada tahun
lalu menyebutkan bahwa daya saing ekonomi Indonesia secara global berada pada peringat
34 dari 144 negara. Di kawasan Asia Tengara, peringkat Indonesia masih kalah dari
Singapura (2), Malaysia (20), dan Thailand (32). Salah satu kelemahan Indonesia yang
harus diperbaiki adalah kualitas sumber daya manusai (pendidikan dan kesehatan). Hal itu
terlihat dari capaian Indonesia dalam soal kesehatan, pendidikan, dan keterampilan yang
relatif tertinggal dengan negara-negara lain. Berikut data yang dapat ditampilkan:

Sementara itu, kekuatan daya saing perekonomian Indonesia berasal dari kondisi
ekonomi makro yang relatif stabil dan kekuatan ekonomi Indonesia (market size) sebagai

perekonomian terbesar ke-15 dunia (dari sisi Produk Domestik Bruto (PDB). Keunggulan
ini dapat dipelihari dan ditingkatkan jika Indonesia mampu menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan. Sehubungan dengan hal tersebut, keberhasilan Indonesia
dalam memanfaatkan dan mengelola bonus demografi yang sedang dialami menjadi sangat
krusial. Linieritas atau kebersinambungan pertumbuhan ekonomi harus dijaga dengan
mendorong investasi.
Pasalnya, investasi akan mendorong penciptaan lapangan kerja, sehingga ledakan
jumlah penduduk usia kerja dapat diantisipasi dan ancaman lonjakan tingkat pengangguran
bisa dihindari. Karena itu, berbagai faktor yang selama ini menggerus daya saing Indonesia
dan menghambat investasi, seperti infrastruktur yang buruk, inefisiensi birokrasi, korupsi,
kesulitan dalam mengakses pinjaman perbankan untuk modal usaha, dan berbagai
hambatan lainnya harus menjadi prioritas pemerintah untuk dibereskan. Dan Negara yang
memiliki banyak PR ini sekiranya dapat bercermin kepada Negara maju disana. Dengan
memaksimalkan segala potensi yang ada serta memberdayagunakan semua SDM
berkualitas yang tersedia. Agar tujuan Negara Indonesia terlaksana.
Diharapkan dengan adanya bantuan dari SDM berkualitas ini juga dapat memicu
adanya suatu pergerakan pemuda yang peduli terhadap nasib Negeri ini. Akan semua
kebebasan yang diharapkan seiringan dengan system yang berlaku dalam Negeri ini. Segala
hal menjadi satu ketika suatu tonggak pergerakkan telah ditancapkan. Dan sejatinya bangsa
ini turut bangga dengan perjuangan pemuda saat ini yang melawan kebodohan.

Mendedikasikan hidupnya hanya untuk sebuah revolusi Negeri. Suatu harapan yang perlu
diperjuangkan dan takkan ada negosiasi untuk mundur, sekalipun nyawa taruhannya.

BAB III
PENUTUP
Kini Indonesia sudah sewajarnya berbenah diri dari segala PR yang telah lama
ditumpuk. Karena bonus demografi ini mendorong kita untuk lebih cepat berfikir dan
bertindak lebih nyata. Agar tidak ada lagi waktu yang terbuang sia-sia untuk memandirikan
bangsa ini. Sebab, melimpahnya SDA Negeri ini yang dirasa sangat mencukupi segala
aspek yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan laju percepatan perubahan Indonesia.
Dengan berbagai potensi yang dapat kita gali dan bina, sekiranya cukup memadai segala
apa yang dibutuhkan Negeri ini untuk berbenah diri.
Dan pada akhirnya, keberhasilan Indonesia dalam mengelola dan memanfaatkan bonus
demografi membutuhkan upaya sinergis di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi
serta tata kelola pemerintahan yang baik. Untuk menyeimbangkan semua itu, perlu adanya
pemerintahan yang bersih dan jujur. Karena, birokrasi yang seperti itu akan menambah
kepercayaan rakyat dalam mempercayakan sepenuhnya nasib Negeri kepada para wakil
rakyat yang amanah. Serta bertanggungjawab dengan berani menghadapi segala resiko
yang akan ia temui dikemudian hari. Sebagai bukti dari janji pemerintah selama ini.
Serta masa depan bangsa ini yang telah terjamin nantinya ditangan para generasi muda

yang akan melanjutkan tonggak sejarah Negeri Indonesia. Kemanakah arah Negeri ini akan
mereka bawa adalah tergantung pembelajaran kini yang dewasanya diajarkan secara
langsung oleh para orangtua Negeri ini. Maka, sangat diperlukan bekal moril dan materil
yang baik. Agar Indonesia ini tidak kembali menumpukan PR nya dan merubah tatacara
kehidupannya dengan lebih tertata rapi. Tentu saja disertai dengan asas Pancasila yang
menjadi dasar dari Negara Indonesia. Sampai selamanya umur Negara ini tetap berdiri.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. Pendidikan Pancasila . Jakarta: Rineka Cipta. 1999.
Abdul dan Tera. Pengamatan Jarak Dekat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2002.
Maphud, Daud. Sistem Pemerintahan dan Ekonomi Negara . Yogyakarta: Percetakan
Negeri. 2004.
Tri, Andesar. Pengembangan Sastra Indonesia . Bandung: Penerbit Andi. 2000.
Pia, Kumala. Tata Cara Bahasa Indonesia dalam Essay. Bandung: Sagita Publishing. 2002.
Harid, Sarjito. Ayo Belajar Soshum. Yogyakarta: E-Media Solusindo. 2006.
Takanda. Urbanisasi Penduduk. Jakarta: Erhans. 2005.
Koran Kompas
Suara Rakyat
www.bps.com