TOKOH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA DAN

TOKOH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA DAN PEMIKIRANNYA DALAM
PEDIDIKAN ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Oleh :
CANDRA (0301162099)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I/ SEMESTER III
DOSEN PEMBIMBING DR. JAK’FAR, MA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suksesnya pendidikan di Indonesia tentunya tidak pernah lepas dari peran para
Ulama’. Sekian banyak ulama’ yang ada di Indonesia baik yang dikenal maupun yang

tidak tentunya banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil. Seiring berjalannya
waktu, para ulama’ yang telah berjasa di Indonesia banyak yang terlupakan, bahkan
mereka ajaran dan peran sertanya banyak yang diabaikan. Oleh karena itu, kita sebagai
mahasiswa tak sepatutnya melupakan jasa-jasa mereka. Bahkan kita harus lebih giat lagi
dalam meneruskan visi dan misi mereka. Dalam makalah kali ini kita akan mencoba untuk
sedikit memaparkan biografi dan peran serta mereka dalam merentaskan Indonesia dari
kebodohan.
Kami

sebagai

pemakalah

menyadari

bawa makalah

kami

jauh


daripada

kesempurnaan. Tapi, tak sepatutnya kita mengalah pada ketidaksempurnaan. Oleh karena
itu, marilah kita coba untuk merubah ketidaksempurnaan menjadi sempurna. Dan kami
sebagai pemakalah juga mohon kritik dan saran yang membangun demi tercapanya
kesempurnaan itu. Walaupun kesempurnaan itu hanyalah milik-Nya.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana biografi KH. Ahmad Dahlan beserta pemikirannya terhadap pendidikan
islam?
2. Bagaimana biografi KH. Hasyim Asy’ari beserta pemikirannya terhadap pendidikan
islam?
C. Tujuan
Adapun tujuan kami dalam penulisan makalah ini ialah agar kita semua khusunya
para pembaca dapat mengenal lebih dalam dua orang tokoh islam dan pendiri ormas
terbesar di Indonesia, kemudian mengetahui bagaimana pemikiran mereka tentang
pendidikan islam di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN


A. K.H. Ahmad Dahlan
1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan lahir di Kauman (Yogyakarta) pada tahun 1898 dan meninggal
pada tanggal 25 Pebruari 1923. Ia berangkat dari keluarga diktatis dan terkenal alim
dalam ilmu agama. Ayahnya bernama KH. Abu Bakar, seorang imam dan khatib masjid
besar kraton Yogyakarta. Sementara ibunya bernama Aminah, putri KH. Ibrahim yang
pernah menjabat sebagai penghulu di kraton Yogyakarta.
Pada usia yang masih muda, ia membuat heboh dengan membuat tanda shaf
dalam masjid agung denan memakai kapur. Tanda shaf itu bertujuan untuk memberi
arah kiblat yang benar dalam masjid. Menurut dia letak masjid yang tepat menghadap
barat keliru, sebab letak kota Mekkah berada disebelah barat agak ke utara dari
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang sederhana Ahmad Dahlan berkesimpulan
bahwa kiblat di masjid agung itu kurang benar, dan oleh karena itu harus dibetulkan.
Penghulu kepala yang bertugas menjaga masjid Agung dengan cepat menyuruh orang
membersihkan lantai masjid dan tanda shaf yang ditulis dengan benar.
KH. Ahmad Dahlan memperdalam ilmu agamanya kepada para ulma’ timur
tengah. Beliau memperdalam ilmu fiqih kepada kiai Mahfudz Termas, ilmu hadits
kepada Mufti Syafi’i, ilmu falaq kepada kiai Asy’ari Bacean. Beliau juga sempat
mengadakan dialog dengan para ulama nusantara seperti kiai Nawawi Banten dan kiai

Khatib dari Minangkabau yang dialog ini pada akhirnya banyak mengalami dan
mendorongnya untuk melakukan reformasi di Indonesia adalah dialognya dengan
syeikh Muhammad Rasyid Ridha, seorang tokoh modernis dari Mesir.
Dengan kedalaman ilmu agama dan ketekunannya dalam mengikuti gagasangagasan pembaharuan islam, KH. Ahmad Dahlan kemudian aktif menyebarkan
gagasan pembaharuan islam ke pelosok-pelosok tanah air sambil berdagang batik. KH.
Ahmad Dahlan melakukan tabliah dan diskusi keagamaan sehingga atas desakan para
muridnya pada tanggal 18 November 1912 KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi
Muhammadiyah. Disamping aktif di Muhammadiyah beliau juga aktif di partai politik.
Seperti Budi Utomo da Sarikat Islam. Hampir seluruh hidupnya digunakan utnuk
beramal demi kemajuan umat islam dan bangsa. KH. Ahmad Dalhlan meninggal pada
tanggal 7 Rajab 1340 H atau 23 Pebruari 1923 M dan dimakamkan di Karang Kadjen,

Kemantren, Mergangsan, Yogyakarta.
2. Pemikiran Pendidikan KH. Ahmad Dahlan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam
dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui
pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam
proses pembangunan umat. Upaya mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep
pendidikan KH. Ahmad Dahlan.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha

membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas
pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan masyarakatnya. Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari
tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren
dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya
bertujuan utnuk menciptakan individu yang salih dan mengalami ilmu agama.
Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang
didalamnya tidak diajarkan agma sama sekali. Akibat dialisme pendidikan tersebut
lahirlah dua kutub intelegensia : lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak
menguasai ilmu umum dan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak
menguasai ilmu agama.
Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan
pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu
agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi KH. Ahmad
Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat)
merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan
mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama dan ilmu umum sekaligus
di Madrasah Muhammadiyah.

B. K.H. Hasyim Asy’ari

1. Riwayat Hidup K.H. Hasyim Asy’ari
Nama lengkap K. H. Hasyim Asy’ari adalah Muhammad Hasyim Asy’ari ibn

‘Abd Al-Wahid. Ia lahir di Gedang, sebuah desa di daerah Jombang, Jawa Timur, pada
hari selasa kliwon 24 Dzu Al-Qa’idah 1287 H. bertepatan dengan tanggal 14 Februari
1871. Asal-usul dan keturunan K.H M.Hasyim Asy’ari tidak dapat dipisahkan dari
riwayat kerajaan Majapahit dan kerajaan Islam Demak. Silsilah keturunannya,
sebagaimana diterangkan oleh K.H. A.Wahab Hasbullah menunjukkan bahawa
leluhurnya yang tertinggi ialah neneknya yang kedua iaitu Brawijaya VI. Ada yang
mengatakan bahawa Brawijaya VI adalah Kartawijaya atau Damarwulan dari
perkahwinannya dengan Puteri Champa lahirlah Lembu Peteng (Brawijaya VII).
2. Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari Dalam Bidang Pendidikan.
Hasyim Asy’ari yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren,
serta banyak menuntut ilmu dan berkecimpung secara langsung di dalamnya, di
lingkungan pendidikan agama Islam khususnya. Dan semua yang dialami dan
dirasakan beliau selama itu menjadi pengalaman dan mempengaruhi pola pikir dan
pandangannya dalam masalah-masalah pendidikan. Salah satu karya monumental
Hasyim Asy’ari yang berbicara tentang pendidikan adalah kitabnya yang berjudul
Adab al Alim wa al Muta’allim fima Yahtaj ilah al Muta’alim fi Ahuwal Ta’allum
wama Yataqaff al Mu’allim fi Maqamat Ta’limih, namun dalam penulisan ini kami

tidak menemukakan kitab aslinya dan akhirnya banyak mengambil dari tulisan Samsul
Nizar dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, dan buku-buku yang lain sebagai
penunjang.
Pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih beliau tekankan pada masalah
etika dalam pendidikan, meski tidak menitikberatkan beberapa aspek pendidikan
lainnya. Beliau menyebutkan bahwa tujuan utama ilmu pengetahan adalah
mengamalkan. Hal itu dimaksudkan agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat
sebagai bekal untuk kehidupan akhirat kelak. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan
dalam menuntut ilmu, yaitu : pertama, bagi murid hendaknya berniat suci dalam
menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal duniawi dan jangan
melecehkannya atau menyepelikannya. Kedua, bagi guru dalam mengajarkan ilmu
hendaknya meluruskan niatnya terlebih dahulu, tidak mengharapkan materi semata.
Agaknya pemikiran beliau tentang hal tersebut di atas, dipengaruhi oleh pandangannya
akan masalah sufisme (tasawuf), yaitu salah satu persyaratan bagi siapa saja yang

mengikuti jalan sufi menurut beliau adalah “niat yang baik dan lurus”. Belajar menurut
Hasyim Asy’ari merupakan ibadah untuk mencari ridha Allah, yang mengantarkan
manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Karenanya belajar harus
diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam, bukan hanya
untuk sekedar menghilangkan kebodohan.

Pendidikan

hendaknya

mampu

menghantarkan

umat

manusia

menuju

kemaslahatan, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendidikan hendaknya mampu
mengembangkan serta melestarikan nilai-nilai kebajikan dan norma-norma Islam
kepada generasi penerus umat, dan penerus bangsa. Umat Islam harus maju dan jangan
mau dibodohi oleh orang lain, umat Islam harus berjalan sesuai dengan nilai dan
norma-norma Islam.
Catatan yang menarik dan perlu dikedepankan dalam membahas pemikiran dan

pandangan yang ditawarkan oleh Hasyim Asy’ari adalah etika atau statement yang
terakhir, dimana guru harus membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas,
yang pada masanya jarang sekali dijumpai. Dan hal ini beliau buktikan dengan
banyaknya kitab hasil karangan atau tulisan beliau. Betapa majunya pemikiran Hasyim
Asy’ari dibanding tokoh-tokoh lain pada zamannya, bahkan beberapa tahun
sesudahnya. Dan pemikiran ini ditumbuh serta diangkat kembali oleh pemikir pendidik
zaman sekarang ini, yaitu Harun Nasution, yang mengatakan hendaknya para dosendosen di Perguruan Tinggi Islam khususnya agar membiasakan diri untuk menulis.
Demikian sebagian dari pemikiran mengenai pendidikan yang dikemukan oleh
Hasyim Asy’ari. Kelihatannya pemikiran tentang pendidikan ini sejalan dengan apa
yang sebelumnya telah dikemukakan oleh Imam Ghazali, misalnya saja, Hasyim
Asy’ari mengemukakan bahwa tujuan utama pendidikan itu adalah mengamalkannya,
dengan maksud agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat sebagai bekal untuk
kehidupan di akhirat kelak. Imam Ghazali juga mengemukakan bahwa pendidikan
pada prosesnya haruslah mengacu kepada pendekatan diri kepada Allah dan
kesempurnaan insani. Oleh karena itu tujuan pendidikan menurut al-Ghazali adalah
“tercapainya kemampuan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah,
dan kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat Dan
senada pula dengan pendapat Ahmad D.Marimba bahwa, “pendidikan adalah

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. Begitu
juga pemikiran Hasyim Asy’ari mengenai niat orang orang yang menuntut ilmu dan
yang mengajarkan ilmu, yaitu hendaknya meluruskan niatnya lebih dahulu, tidak
meng-harapkan hal-hal duniawi semata, tapi harus niat ibadah untuk mencari ridha
Allah. Demikian juga dengan al Ghazali yang berpendapat bahwa tujuan murid
menuntut ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah dan mensucikan batinnya serta
memperindah dengan sifat-sifat yang utama. Dan janganlah menjadikan ilmu sebagai
alat untuk mengumpulkan harta kekayaan, atau untuk mendapatkan kelezatan hidup
dan lain sebagainya. Akan tetapi tujuan utama adalah untuk kebahagiaan akhirat. Dan
mengenai guru al-Ghazali lebih keras, bahwa guru mengajar tidak boleh digaji.
Mengenai etika seorang murid yang dikemukakan Hasyim Asy’ari sejalan dengan
pendapat al-Ghazali yang mengatakan “hendaknya murid mendahulukan kesucian
batin dan kerendahan budi dari sifat-sifat tercela… seperti marah, hawa nafsu, dengki,
busuk hati, takabur, ujub dan sebagainya”.

BAB III
PENUTUP
KH. Ahmad Dahlan dilahirkan di Kauman (Yogyakarta) pada tahun 1898 dan

meninggal pada tanggal 25 Pebruari 1923. Ia berangkat dari keluarga diktatis dan

terkenal alim dalam ilmu agama. Ayahnya bernama KH. Abu Bakar, seorang imam dan
khatib masjid besar kraton Yogyakarta. Sementara ibunya bernama Aminah, putri KH.
Ibrahim yang pernah menjabat sebagai penghulu di kraton Yogyakarta.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha
membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas
pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan masyarakatnya. KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan
yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu
umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat.
K.H. Hasyim Asy’ari Nama lengkap K. H. Hasyim Asy’ari adalah Muhammad
Hasyim Asy’ari ibn ‘Abd Al-Wahid. Ia lahir di Gedang, sebuah desa di daerah
Jombang, Jawa Timur, pada hari selasa kliwon 24 Dzu Al-Qa’idah 1287 H. bertepatan
dengan tanggal 14 Februari 1871.
Pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih beliau tekankan pada masalah
etika dalam pendidikan, meski tidak menitikberatkan beberapa aspek pendidikan
lainnya. Beliau menyebutkan bahwa tujuan utama ilmu pengetahan adalah
mengamalkan. Hal itu dimaksudkan agar ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat
sebagai bekal untuk kehidupan akhirat kelak

DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis- Nizar, Syamsul. 2010. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Quantum
Teaching.

Kurniawan, Syamsul Mahrus Erwin. 2011. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Salam, Junus 2009. Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Tangerang: Al-Wasat Publising
House.
Soedja, Muhammad, 1993. Cerita Tentang Kyiai Haji Ahmad Dahlan, Jakarta: Rhineka
Cipta.
Baihaqi, Mif. 2008. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan, Bandung: Penerbit Nuansa.