GURU DIGUGU DAN DITIRU (1)

GURU DIGUGU DAN DITIRU
Oleh : Hamidah, S.Pd

BAB I
LATAR BELAKANG
A. Motivasi untuk mengikuti guru berprestasi
Berbagai permasalahan dunia pendidikan dewasa ini membuat penulis merasa
terpacu untuk terus menerus meningkatan ilmu pengetahuan dengan harapan penulis bisa
mendapatkan cara yang terbaik dan dapat diterima, untuk keluar dari permasalahan yang dari
hari - kehari terus meningkat. Satu permasalahan belum selesai , masalah berikutnya sudah
muncul kepermukaan dan tentunya harus segera ditemukan jalan keluarnya.
Masalah terbesar yang jadi perhatian penulis adalah masalah etika,moral dan
akhlak para pelajar. Membolos, minum minuman keras dan pergaulan bebas jadi kebiasaan.
Tauran, berpakaian minim dan ketat yang tidak lagi menjunjung tinggi nilai kesopanan jadi
trend dan dibanggakan. Berbicara asalan dan seenaknya tidak peduli dan tidak jadi masalah.
Dari data yang penulis peroleh disekolah penulis dan sekolah – sekolah
penulis mengajar

sekitar

menunjukan : Hampir 15% anak- anak SMP suka membolos. Akibat


membolos mereka akan terpengaruh untuk berbuat sesuatu yang tidak hanya mengganggu
ketentraman masyarakat seperti, kebut- kebutan di jalanan tetapi juga mereka akan berbuat
hal- hal yang merugikan diri sendiri seperti merokok, mengelem bahkan bisa saja nantinya
mengarah pada pesta minuman keras. 20 % dari siswa suka berpakaian minim, celana pensil
dan rambut bewarna warni. Dan hampir 70 % dari siswa berbicara asalan, seenaknya yang
tidak enak didengar telinga.
Semua ini adalah tantangan berat bagi guru. Meski ini bukanlah tanggung jawab
guru sepenuhnya tapi setidaknya ada usaha dan pemikiran cerdas untuk keluar dari
permasalahan ini. Bagaimana guru bisa mengembalikan pandangan hidup mereka
kembali pada nilai -

nilai luhur bangsa. Dan permasalahan ini tidak

akan terjadi

seandainya mereka diberi pengetahuan dan bekal untuk dapat membedakan dan memilih
mana-mana yang baik dan benar dan mana-mana yang tidak baik dan tidak sesuai.
Guru yang bijak digugu dan ditiru. Kata- kata falsafah ini sebetulnya sudah sejak
lama dikenal ditengah- tengah masyarakat terutama didunia pendidikan. Menjadi seorang

guru tidaklah mudah karena ditangan gurulah terletak maju mundurnya pendidikan suatu
bangsa. Guru tidak hanya dituntut untuk memberi pengetahuan tetapi juga contoh yang
baik pada anak didiknya. “ Guru kencing berdiri, anak kencing berlari.” Apabila gurunya
berprestasi anak didiknya tentunya juga akan mendapatkan yang lebih. Inilah alasan
penulis untuk ikut seleksi guru berprestasi disamping penulis terus berusaha menambah
ilmu agar setiap permasalahan- permasalahan siswa bisa teratasi dengan baik khususnya
dilingkungan sekolah penulis sendiri.
Data diatas saya peroleh dari :
-

Siswa - siswi penulis sendiri yang suka melanggar tata

-

tertib
Siswa- siswi sekolah lain yang sering bolos dan berada
disekitar sekolah saya yang datang dengan berbagai
permasalahan.

B. Visi dan Misi.

Sulit memang, tapi penulis senantiasa berusaha untuk bisa mendapatkanya,. Yaitu ikhlas.
Penulis kepingin sekali untuk bisa ikhlas dalam hal apapun.

Meski banyak rintangan tapi

penulis yakinkan diri untuk bisa melakukanya. Sebagai guru penulis pingin anak didik penulis
juga ikhlas menerima ilmu yang penulis berikan hingga bisa menjadi berkah bagi mereka dalam
menggapai cita cita. Visi penulis adalah “ ikhlas mengabdi, professional dalam bertugas dan
dicintai oleh sesama”
Untuk bisa mewujudkan visi itu penulis mempunyai misi 1. Berusaha memberikan yang
terbaik. 2. Disiplin dalam bertugas. 3. Motivasi berkelanjutan. 4. Pengajaran bervariasi 5. Jujur
dan menghargai.
Untuk bisa memberikan yang terbaik penulis terus menerus belajar menambah
pengetahuan., salah satunya adalah dengan ikut kegiatan MGMP. Kegiatan di MGMP tidak hanya
berfokus pada pembicaraan sebatas pembelajaran saja. Lebih dari itu di MGMP para guru bisa
sharing dan berbagi pendapat tentang apa saja yang berhubungan dengan pendidikan.

Misalnya tentang kebutuhan belajar siswa. Minat dan bakat siswa. Apa yang harus dilakukan
kalau siswa malas buat PR. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kebiasaan siswa
mencontek...dan lain-lain.

Selanjutnya, untuk bisa mendisiplinkan siswa tentunya guru terlebih dahulu harus disiplin,
karena siswa lebih suka mencontoh. Untuk kerapihan siswa, guru terlebih dahulu jadi artis dan
siswa jadi tertarik dan tidak akan mau kalah dari penampilan gurunya. . Supaya siswa tidak ada
yang terlambat guru datangnya lebih awal , berdiri di gerbang sekolah , senyum, sapa dan salami
mereka.
Afdal adalah salah seorang siswa penulis yang sering bolos, malas, urakan dan tidak peduli
dengan apapun, bahkan pernah

beberapa kali mengampas temannya.

Setelah saya dekati

ternyata dia berasal dari keluarga yang bisa dikatakan memprihatinkan. Ayahnya sudah meninggal
saat dia berumur 7 tahun dalam keadaan mabuk. Untuk memnuhi kebutuhan keluarganya ibunya
bekerja di londri dengan penghasilan 35 ribu sehari. Untuk mencukupi kebutuhan yang jelas
sangat kurang itu, abang tertuanya terpaksa tiap hari begadang kerja diwarnet untuk bisa memberi
ongkos adik-adiknya yang empat orang kesekolah. Afdal nampaknya tidak bisa menerima
keterbatasan kehidupan keluargnya.Pandangan tidak sukanya terhadap ibunya yang 2 tahun
belakangan menikah lagi membuat dia menjadi uring- uringan dan bingung sendiri dengan
masalah yang dihadapinya.

Afdal hanyalah satu dari sekian banyak siswa penulis yang mempunyai masalah
berbeda.Penulis tentu saja tidak tidak bisa diam karena tugas saya tidak hanya mengajar tapi juga
harus bisa memotivasi siswa. Kalaulah Afdal dibiarkan larut dengan permasalahannya bisa- bisa
dia bisa berbuat lebih dari ayahnya, pemabuk, narkoba yang kan meresahkan keluarganya bahkan
masyarakat.Motivasi yang penulis berikan berkelanjutan. Maksudnya setelah permasalahan
selesai di kelas rendah saya akan tetap mengawasinya sampai dia bisa menamatkan SMP.
Untuk menarik minat siswa belajar penulis menerapkan metode pengajaran bervariasi
sesuai dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaanya. Di jam jam terakhir saya pilih metode yang
menyenangkan sehingga siswa tidak mengantuk dan bersemangat.
Honesty is the best police in life. Semboyan ini adalah moto hidup saya yang saya dapat
dari almarhum ayah saya. Dengan jujur kita akan selamat dimanapun kita berada. Prinsip hidup
ini terus penulis tanamkan kepada siswa- siswi saya disekolah dengan harapan mereka bisa
menerapkanya.
Sikap saling menghargai juga sangat perlu ditanamkan pada siswa sedini mungkin. Sejak
tidak diajarkan Pendidikan Morap Pancasila ( PMP ) di jenjang pendidikan dasar dan menengah
sikap ini perlahan menghilang. Bicara seenaknya tanpa berpikir terlebih dahulu sudah menjadi
kebiasaan dan tidak jadi masalah bagi mereka. “ Emangnya masalah buat Lu”, Lu , lu dan gue ya

maunya gue” , perkataan ini sering penulis dengar anak-anak, bahkan anak kecil sekalipun dan
ibunya malah bangga mendengar ucapan anaknya. Meski ucapan mereka baru sekedar meniru

tapi ini memprihatinkan. Sebelum permasalahan ini meluas menjadi kebiasaan maka penulis
berupaya, setidaknya di lingkunga sekolah penulis untuk menanamkan sikap saling menghargai
ini pada siswa dan siswi penulis dengan harapan mereka bisa menerapkannya.

BAB II

PRESTASI YANG LAYAK MENJADIKAN SAYA
SEBAGAI GURU BERPRESTASI
A. Prestasi
Tak banyak prestasi yang bisa penulis jabarkan karena memang tak banyak prestasi yang saya
perdapat. Yang ada itupun, hasilnya bukan yang terbaik.
Kelas VI SD penulis sudah ditunjuk oleh ustad untuk menggantikan mengajar kalau beliau
berhalangan hadir. Istilah sekarang “ Tutor Sebaya” Penulis ditunjuk bukan karena rangking pertama,
tapi karena kata ustad waktu itu penulis bisa dan Alhamdulillah bisa. Penulis melakukanya dengan
senang hati dan bangga bisa berbagi ilmu walau ilmu penulis belum seberapa.
Kegiatan ini berlanjut sampai SMA. Apabila ada forum diskusi dikalangan remaja mesjid
penulis sering ditunjuk memimpinnya atau setidaknya menjadi moderator. Disekolahpun rangking
penulis biasa saja hanya sesekali dapat rangking dan itupun hanya rangking 3. Tidak pernah
rangking 1.
Sama halnya dengan dimesjid, dikursus ( Elen Scholl) penulis juga ditunjuk untuk

mengantikan guru kalau beliau berhalangan hadir. Mungkin karena alasan inilah akhirnya penulis
berminat sekali untuk menjadi guru.
Setelah berhasil menjadi guru pada tahun 1991, juga tak banyak prestasi yang penulis peroleh.
Di SMP Kinali tempat pertama penulis diangkat menjadi guru, paling penulis hanya menjadi ketua
sosial atau bendahara DW . Tahun 1993 penulis pindah ke Padang ( SMP 23) sampai sekarang hanya
beberapa prestasi saja yang penulis peroleh antara lain:
1. Guru Idola
2. Pernah sekali mengikuti lomba Strategi pengajaran Bahasa Inggris tingkat kota Padang dan
Alhamdulillah dapat runner up III
3. Rangking III guru prestasi tingkat sekolah
4. Pembina Osis
5. Wakil Kepala Kesiswaan
Meski tak seberapa, tapi penulis tetap mencoba seleksi guru berprestasi saat ini dengan
harapan semoga penulis bisa dan mendapatkan pengalaman untuk berbagi dengan sesama guru
disekolah
B. Pengalaman Kerja.

Menjadi guru adalah impian penulis dari kecil, karenanya penulis melaksanakan semua
kegiatan


belajar -mengajar dengan penuh semangat dan senang hati. Apapun permasalahan

yang muncul baik dari siswa maupun sesama guru penulis selesaikan dengan baik, sabar dan
dengan kesadaran yang tinggi.
Menghadapi siswa yang datang kesekolah dengan latar belakang dan masalah yang berbeda,
menuntut bayak ilmu dan kesabaran yang tinggi. Penulis adalah guru bahasa Inggris. Bahasa
Inggris adalah bahasa Internasional. Di Indonesia bahasa Inggris adalah bahasa asing, dimana
peserta didik tidak bisa mendapatkanya dari lingkungan kehidupan sehari - hari. Pembelajaran
hanya mereka dapat menoton pada guru. Hanya satu, dua peserta didik di sekolah penulis yang
mengikuti kursus tambahan diluar. Penulis tidak bisa mengatakan mereka belum termotivasi,
tapi karena keterbatasan, mereka terpaksa mengurungkan niat mereka untuk mendapatkan lebih.
Sebetulnya penulis malu kalau peserta didik yang penulis ajar tidak bisa berbicara bahasa
inggris dengan baik sesuai dengan tuntutan kurikulum. Mereka tidak bisa karena mereka tak mau
mencoba, Mereka takut salah , malu dan banyak alasan lainya membuat mereka tak bisa - bisa
Inilah yang membuat saya terus berusaha memotivasi dan mencari solusi agar mereka bisa.
Salah satu usaha penulis adalah dengan membuat PTK dengan judul “ IMPROVING
STUDENTS SPEAKING SKILL ON MONOLOGUE NARATIVE TEXT BY SERIAL
PICTURES.” Hasilnya Alhamdulillah bisa membuat penulis cukup puas. 75 % kemampuan
berbicara peserta didik penulis meningkat. Pengalaman yang penulis dapatkan dari membuat
PTK ini membuat penulis lebih termotivasi untuk terus mencari metode/strategi yang bisa

membuat peserta didik penulis bisa berbicara, termotivasi untuk memingkatkan kemampuan
/pemahaman mereka pada bahasa Inggris.
Usaha penulis lainya adalah dengan metode pembelajaran bervariasi dengan menggunakan
berbagai media dan strategi. Pengalaman saya menggunakan media, situasi pembelajaran terasa
lebih efektif, lebih cepat dan berkualitas. Media juga dapat membangkitkan rasa ingin tahu
peserta didik dan lebih jauh lagi media bisa mengatasi / menghilangkan kebosanan peserta

didik dalam belajar. Media yang penulis gunakan antara lain:
1. Gambar
1.1

Gambar berseri ( serial pictures) : merupakan urutan gambar yang dapat
mengikuti suatu percakapan atau cerita. Urutan gambar ini sangat membantu
siswa untuk berbicara / bercerita secara langsung .
Media ini sangat cocok untuk pembelajaran monologue text recount, narrative

1.2

dan procedure
Poster : merupakan gamabar yang dirancang dengan warna – warni yang kuat

yang dapat mengkomunikasikan pesan secara singkat dan bertahan lama dalam
ingatan siswa.
Media ini sangat cocok untuk pembelajaran vocabulary

1.3 Realita : merupakan gambar yang sama bentuknya dengan yang nyata.
Misalnya gambar binatang, pemandangan dan sebagainya
Media ini sangat cocok untuk pembelajaran text descriptive dan report
2. Chart. Merupakan media visual yang berfunsi untuk menyajikan ide-ide atau konsep- konsep
yang sulit kalau disampaikan secara lisan atau tertulis. Dengan menggunakan chart siswa
dapat dengan mudah memahaminya karena chart dapat mengarahkan mereka pada konsepkonsep yang harus mereka pahami.
3. Power Point. Merupakan media yang digunakan untuk menjelaskan pelajaran yang
dirangkum / dikemas dalam slide power point. Media ini sangat membantu guru dalam
mempresentasikan materi ajar dengan lebih mudah dan efektif tapi sebagian besar siswa
penulis kurang senang dengan media ini. Alasan mereka, terlalu cepat dan membuat mereka
kadang bimgung. Ketrertarikan mereka hanya pada gambar slide yang menarik hingga
pemahamanya jadi berkurang.
Sama halnya dengan pengalaman penulis menggunaan media , penggunaan strategy
pembelajaran juga menarik untuk dibagi sesama rekan guru untuk bisa diperbincangkan
keuntungan, kelebihan dan kelemahanya.
Strategi yang pernah penulis lakukan adalah antara lain adalah :


1. CTL ( contextual Teaching and Learning )
Strategi ini sangat cocok dengan perkembangan kemampuan berpikir peserta didik
di sekolah penulis. Mereka lebih cepat memahami materi karena materi yang disajikan
erat kaitanya dengan hal-hal yang sering mereka temui dalam kehidupan sehari hari.
Langkah –langkah proses pembelajaranpun membuat peserta didik merasa senang tidak
kaku sehingga mereka lebih termotivasi dengan rasa keingin tahuan yang tinggi.
Proses penilaiannya pun jelas, tidak rumit, dan rinci sesuai dengan tuntutan skill yang
diharapkan
Langkah-langkah adalah sebagai berikut:
1. Menetukan indicator dan tujuan pembelajaran
2. Menemukan kharakter siswa yang diharapkan (honesty, truthfulness..etc)
3. Memilih materi ajar sesuai dengan sk/ kd yang ditetapkan kurikulum dan
menjabarkan kedalam “ fakta, konsep dan prinsip”
4.

Kegiatan pembelajaran ( PBM) Dalam kegiatan ini diterapkan langkah-langkah
pembelajran sesuai dengan strategi yang dipilih. Kegfiatan ini mencakup tahaptahap sebagai berikut:

a. Kegiatan awal ( Pre- teaching)
-

Salam

-

Mengambil Absensi kehadiran

-

Motivasi

b. Kegiatan inti ( Whilst - teaching)
-

Explorasi

-

Elaborasi

-

Konfirmasi

c. Kegiatan akhir ( Post- teaching)
-

Kesimpulan

-

Penugasan

-

Menutup pelajaran ( Closing the lesson)

5. Sumber belajar ( Buku-buku referensi dan bahan-bahan lainya yang digunakan)
6. Evaluasi ( Penilaian)
-

Tekhnik Penilaian ( tes tulis, lisan)

-

Bentuk Penilaian ( teks reading )

-

Pedoman Penilaian

-

Rubrik Penilaian

C. Prestasi dalam pengembangan profesi.
Seperti yang penulis ungkapkan pada Bab II, tak banyak prestasi yang bisa penulis jabarkan
semenjak penulis

diangkat menjadi guru tahun 1991 sampai saat sekarang ini. Yang jelas

penulis mengabdi dengan tekun, sabar dan senantiasa menjaga etika sebagai seorang guru.
Semua kegiatan insyaallah penulis ikuti dengan baik dan serius yang tentunya membuahkan
hasil. Setidaknya penulis dapat meningkatkan cara dan strategi mengajar di sekolah.
Tahun 1993 penulis pindah ke Padang (SMP N 23) dan sempat kecewa pada awalnya
karena penulis tidak mengajar pelajaran yang penulis ampuh. Separoh jam ( 8 jam pelajaran)
adalah untuk mengajar IPS. Ada rasa senangnya juga karena sejarah adalah pelajaran kesukaan

penulis semasa SMA dulu. Bagaimanapun penulis pastinya tentu akan memberikan yang terbaik
untuk peserta didik yang penulis ajar.
Tahun berikutnya ,alhamdulillah penulis sudah sepenuhnya mengajar bahasa Inggris dan
mulai aktif kembali mengikuti kegiatan MGMP.. Tahun 1997 penulis sudah dipercaya untuk
menjadi Ketua MGMP sekolah. Tentunya hal ini menjadikan penulis lebih termotivasi untuk
senantiasa meningkatkan pengetahuan

khususnya bahasa Inggris. Tetapi mungkin karena

bawaan penulis yang lebih banyak diam tidak mau menonjolkan diri membuat penulis tidak
begitu dikenal dan hanya beberapa kegiatan sekolah saja yang penulis ikuti.
Pengalaman lebih yang penulis miliki, sejak SMP, SMA dan juga di perguruan tinggi
yaitu selalu aktif berorganisasi, baik organisasi keagamamaan, karang taruna , kesenian dan lainlainya belum terasa membawa manfaat pada karir penulis sebagai seorang guru. Ada keinginan
untuk ikut melibatkan diri tapi kandas, ternyata penulis baru jadi nominasi pilihan tapi tidak
terpilih. Begitupun juga pada kegiatan MGMP Kota. Penulis dikenal banyak rekan guru karena
penulis suka berteman dan lebih dikenal ketika penulis berhasil memenangkan lomba strategi
pengajaran Bahasa Inggris tingkat kota. Tapi cuma sebatas itu. Pernah penulis disebut sebut
untuk dijadikan pengurus tapi hanya beberapa saat dan tidak ada terdengar lagi. Penulis tidak
kecewa, karena memang tidak ada keinginan penulis untuk melibatkan diri dan penulis punya
alasan untuk itu.
Tentunya sangat ironis kalau penulis hanya mengungkapkan keterpurukan penulis dalam
berorganisasi. Namun tidaklah demikian, penulis banyak membantu kegiatan OSIS

dengan

memberi motivasi, innovasi dan gagasan- gagasan serta contoh tauladan kepada anggota Osis
khususnya siswa. Ada rasa tidak enak yang menyentak kalau kita bisa, tapi acuh dan menutup
diri hanya karena kita tidak dilibatkan.

Kedekatan penulis dengan siswa- siswi anggota Osis

dan siswa pada umumnya mengantarkan penulis terpilih menjadi guru idola untuk beberapa
periode. Akhirnya rekan- rekan guru mulai melirik dan mengenal keberadaan penulis. Ini
dibuktikan dengan terpilihnya penulis menjadi sekretaris Osis dan tahun berikutnya terpilih jadi
Pembina Osis. Mata penulis yang selama ini redup kini terbuka lebar. Sisa- sisa pengalaman
berorganisasi yang mulai habis terkikis waktu, hidup kembali. Perlahan tapi pasti penulis sudah
bisa menggarap ladang penulis agar selalu tumbuh subur dan terawat. Satu persatu piala dan
penghargaan mulai mengisi lemari yang memang dipersiapkan untuk itu. Indah, menyenangkan
melihat deretan piala menghiasi ruangan. Sekolah kami mulai dikenal. Motivasi yang kami

berikan memacu semangat siswa siswi hingga sukses, bahkan sampai tingkat nasional.
Alhamdulillah ya Allah.
Seiring waktu dan sekolah yang terus berkembang salah satu dari wakil kepala sekolah
habis masa jabatanya. Tanpa terpikirkan oleh penulis nama penulis jadi nominasi. Ada rasa tak
percaya. Ada rasa takut. Ada juga sedikit rasa bangga. Ketiga rasa itu berkecamuk. Apakah saya
bisa? Jawabanya, itu baru nominasi. Kenapa tak percaya? Kenapa takut?
Tak menyangka ternyata penulis terpilih menjadi Wakil kepala. Wakil Kesiswaan. Apakah
saya bisa?

Tentunya penulis terlebih dahulu minta izin sama suami dan petunjuk dari kepala

sekolah untuk menjawab pertanyaan tesebut. Alhamdulillah suami mengizinkan dan kepala
sekolah serta rekan sesama wakil akan membantu dan membagi pengalaman.
Seminggu setelah menjadi wakil kesiswaan penulis sengaja meluangkan waktu untuk
memburu pengalaman kesekolah - sekolah yang wakasisnya kebetulan adalah teman dekat
penulis di MGMP dan teman sesama kuliah dulu. Dalam hati penulis berjanji akan menjalankan
amanah dengan sebaik-baiknya sesuai dengan Visi dan Misi penulis pada bahagian atas makalah
ini. Insyaallah.
D. Aktifitas pembimbingan Siswa
Seperti yang telah diuraian dibahagian atas makalah ini, guru adalah cita- cita penulis
semenjak kecil., dan penulis telah melakukannya dari kls VI SD sebagai tutor sebaya. Bagi
penulis, rasa senang bergelut dengan dunia pendidikan dan peserta didik sangat berharga dan
tidak bisa diganti dengan apapun. Melihat peserta didik yang sukses dan datang kembali kepada
penulis membuat penulis terharu dan bangga jadi seorang guru.
Dikelas penulis tampil percaya diri memotivasi dan membagi ilmu. Penulis punya trik
tersendiri agar peserta didik senantiasa timbul minatnya untuk belajar bidang studi yang penulis
ampuh. Ini bisa dibuktikan dengan hasil belajar peserta didik penulis yang alhamdulillah
meningkat dari sebelumnya. Mereka juga lebih termotivasi untuk belajar, buktinya mereka akan
bertanya- tanya dan cemberut pada penulis kalau penulis berhalangan hadir saat mengikuti
pelatihan.
Dari manfaat membaca dan terus menambah ilmu mendidik, alhamdulillah setiap
permasalahan peserta didik dikelas dapat penulis atasi dengan baik. Misalnya, saat mereka malas
membuat PR penulis tidak menghukumnya dengan menulis kata- kata perjanjian sebuku yang

sifatnya menghukum dengan tujuan agar mereka jera. Tapi dengan mendekatinya dan bertanya
apa alasan dia malas membuat PR. Ternyata anak tersebut belum mengerti dan paham betul cara
menyelesaikan tugas tersebut. Dengan hati lapang penulis uraikan kembali hanya berdua saja
bahagian mana dia yang tak mengerti. Anak tersebut sangat senang dan untuk berikutnya dia
lebih fokus dan rajin untuk menyelesaikan segala tugas- tugas yang diberikan.
Ada peserta didik yang datang pada penulis karena dia terlambat. Waktu itu penulis piket.
Dia menawarkan diri untuk membersihkan pekarangan sekolah karena saat itu kalau ada siswa
yang terlambat datang harus dihukum untuk membersihkan pekarangan atau membersihkan
tempat – tempat tertentu lainya. Bergegas dia mengambil sapu lidi. Wajah lelah nampak jelas
pada anak tersebut, tapi dia menyembunyikanya. Penulis menghampirinya dan bertanya alasanya
terlambat. Jawabnya terlambat bangun. Kemaren terlambat bangun, kemarennya lagi, dan
kemarennya lagi, begitu terus. Setelah dia selesai menyapu, penulis mengajaknya berdialog.
Ternyata dia terlambat bangun karena malam hari harus berjualan sate menopang keuangan
keluarganya. Ayahnya sudah tidak begitu kuat lagi, dia anak tertua dan adiknya masih ada yang
belum sekolah. Ada rasa kasihan penulis lalu

menghubungi wali kelasnya untuk bisa

mendapatkan bantuan bea siswa, dan alhamdulillah dia dapat.
Lelah dan banyak waktu tersita

oleh peserta didik yang mempunyai kehidupan

berkekurangan seperti diatas membuat peserta didik tersebut sering terlambat, tidak punya
kesempatan belajar / membuat tugas dan sampai disekolah dihukum dan dicerca pula membuat
mereka jadi pemalas

dan cendrung mencari perhatian. Anak – anak seperti ini sebelum di

panggil orang tuanya kesekolah didekati dulu. Diajak berdialog dengan perhatian seandainya dia
adalah anak kita sendiri.
Begitu juga dengan siswa lainya yang datang kesekolah dengan permasalahan yang
berbeda. Nakalnya anak pasti ada sebabnya. Sebelum menghukum mereka sebaiknya terlebih
dahulu para guru harus tahu permasalahanya.
Lepas dari pembimbingan peserta didik yang mempunyai permasalahan, penulis juga
melibatkan diri untuk membimbing dan mengarahkan siswa berprestasi. Untuk membimbing
siswa pada pelajaran yang penulis ampuh. Sekolah kami melaksanakan kokurikuler bahasa
Inggris ( English Club). Materi yang kami ajarkan mengacu pada FL2SN. Misalnya Story telling,
English song, dan juga pemahaman grammar sebagai materi tambahan.

Penulis membimbing peserta didik berkelanjutan. Bergantian kami

mendampingi

mereka untuk ikut lomba baik untuk tingkat sekolah, kota dan juga propinsi. Hasinya
alhamdulillah, meski tak banyak tapi ada.

BAB III
PRESTASI DALAM BERKELUARGA DAN BERMASYARAKAT
Hal yang sangat membanggakan penulis sebagai seorang istri adalah mengantarkan
suami

tercinta menjadi panutan bagi rekan sekerjanya.Kejujuran dan kesiplinanya dalam

bertugas tentu saja erat kaitanya dengan bagaimana istrinya dan juga pengalaman masa kecilnya.
Pada setiap pelatihan insyaallah beliau sering jadi yang terbaik. Dari hasil kerja dan pengalaman
yang didapat Alhamdulillah beliau

diizin Allah untuk mendapatkan kedudukan yang tidak

mudah diperoleh.
Kadang ada rasa cemas dengan pekerjaan berat yang dipikulnya. Meskipun beliau
hanya mengawasi tapi tanggung jawabnya luar biasa. Sedikit kesalahan nyawa tantanganya. Atau
setidaknya mengakibatkan dampak yang bisa mengganggu kestabilan masyarakat, kebakaran,
dan lain sebagainya. Dukungan yang

penulis

berikan

membuatnya tegar dan pantang

menyerah. Masuk kedalam hutan memperbaiki tower yang bermasalah, atau memeriksa jaringan
kabel yang rusak karena bencana alam atau perbuatan manusia.

Sebagai seorang ibu penulis juga sangat merasa bangga. Meski anak tertua saya
hanya bekerja pada sebuah perusahaan logistik di Jakarta, tapi dia mengerti dengan keberaaan
keluarga (sanak famili penulis termasuk sanak family ayahnya). Dengan gaji yang belum
seberapa dia mau berbagi dengan mereka. . Bahkan cita- citanya kalau disampaikan Allah dia
akan membuka lapangan kerja buat sanak saudaranya yang belum punya kesempatan kerja.
Dorongan managernya untuk melanjutkan kuliah kejenjang yang lebih tinggi membuatnya lebih
termotivasi dan dengan biaya sendiri dia melanjutkan kuliahnya dan menolak untuk diberi
bantuan kecuali kalau dalam keadaan mendesak.
Dari kecil penulis dan ayahnya sudah menanamkan rasa peduli terhadap sesama.
Dimata kami keberhasilan seorang anak bukanlah karena pangkat/ kedudukan yang didapatnya.
Tapi adalah bagaimana anak- anak kami bisa mengerti keradaan orang lain terutama sanak family
terdekat.
Begitupun dengan putra kedua kami. Meski masih kuliah dia sudah belajar membuka
usaha. Cita- citanya yang ingin jadi pengusaha sudah mulai dirintisnya yang tentu saja kami
dukung dengan sepenuhnya. Usahanya sesuai dengan ilmu yang didapatnya. Sekarang dia
semester 8 jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Andalas.
Putra ketiga kami termotivasi untuk kerja keluar negeri ( Jepang) Untuk mendukung
cita- citanya kami mengarahkannya untuk kuliah di sastra Jepang. Alhamdulillah dia diterima di
sastra Jepang Unand dan baru semester dua. Minatnya yang tinggi mengantarkan dia
mendapatkan IP 3,4 lebih dan itupun dia belum puas.
Putri keempat kami baru duduk di bangku SMA kls 2 SMA 4 Padang dan dia belum
pasti cita-citanya. Dia masih bingung mau jadi apa. Kami sudah mencoba mengarahkanya
tentu saja sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
Putra bungsu kami masih SD kls 6 tapi sudah bercita- cita jadi Havizh Alqur’an.
Insyaallah kami mengarahkannya ke pesantren kalau dia mau dan kami tidak memaksa.
Kelima putra dan putri kami kami didik secara islami. Alhamdulillah berkat sabar dan
keikhlasan kami lekat hati mereka ke mesjid. Kami juga mendidik mereka untuk bisa
bermasyarakat dengan mengajak mereka gotong royong dilingkungan komplek kami tinggal. Di
komplek penulis juga aktif menjadi pengurus persatuan ibu- ibu dan majelis taklim. Sudah 3
tahun belakangan ini penulis menjadi ketua. Penulis melakukan tugas yang di percayakan kepada
penulis dengan ikhlas dan semampu penulis.
Kegiatan kami antara lain, pengajian, goro bersama dan bahu membahu membantu
kalau ada warga yang butuh bantuan, santunan anak yatim dan lain-lain.

BAB IV.
HARAPAN DAN RENCANA MASA DEPAN

Saat ini banyak guru disibukan oleh tuntutan yang seharusnya memang harus dimiliki
oleh guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dimasa
mendatang yaitu guru professional. Guru professional adalah guru yang memiliki komponen
tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh professi keguruan. Guru professional
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar
mengajar serta senantiasa mengembangkan kemampuan secara berkelanjutan , baik dalam segi
ilmu yang dimilikinya maupun pengalamannya. Guru harus mampu untuk melakukan tugas
pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan
melaksanakan evaluasi pembelajaran. Dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1 dinyatakan bahwa :
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal,
pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”
Peserta didik di Indonesia dewasa ini sangat membutuhkan guru yang professional, yang
tidak hanya mengajar tapi juga dapat mendidik,

membimbing, mengarahkan agar lebih

berkualitas dan terpakai. Karakteristik Guru profesional akan tercermin dalam penampilan
pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun
metode. Keahlian yang dimiliki guru profesional adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu
proses pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus. Keahlian tersebut mendapat

pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak
yang berwenang. Dengan keahliannya itu seorang guru mampu menunjukkan otonominya baik
secara pribadi maupun sebagai pemangku profesinya.
Di samping keahlian, sosok profesional guru ditunjukkan melalui tanggung jawab dalam
melakukan seluruh pengabdiannya. Guru profesional hendaknya mampu memikul dan
melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa,
negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual,
moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya,
mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya.
Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memilki kemampuan interaktif yang
efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung
jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang beragama
yang prilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma dan moral.
Maka, dengan pemahaman tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa seorang guru
bukanlah sosok yang hanya harus berkutat di dalam kelas, masuk kelas - memberikan
materi+memberi tugas - keluar kelas dan pulang. Sebagai makhluk sosial yang professional, guru
harus bertanggung jawab bukan hanya di dalam kelas akan tetapi harus mempunyai tanggung
jawab sosial bahwa ketika di luarpun bahwa dia adalah seorang guru. Sehingga apabila kita
merujuk kembali pada sebuah sebutan bahwa guru itu “di gugu dan di tiru” adalah benar adanya.
Oleh karena itu, di era teknologi sekarang ini banyak hal yang bisa dilakukan oleh
seorang guru untuk dapat “di gugu dan di tiru”. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan
teknologi IT. Karena sudah tidak bisa ditolerir lagi, kenyataan sekarang IT bukan lagi sesuatu
yang dipandang mewah bahkan mahal. Sehingga dengan keadaan ini, sangat riskan IT digunakan
oleh siswa untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan juga merugikan, contohnya dengan game
online, pornograpi, dan jejaring sosial yang hanya digunakan sebagai alat curahan hati dan
adakalanya menjadi ajang caci maki dalam dunia maya.
Untuk itu, penulis mempunyai obsesi memanfaatkan IT dalam menunjang hal-hal sebagai
berikut:

-

Komunikasi guru, siswa dan orang tua. Sehingga bisa dimanfaatkan tidak hanya di dalam kelas,

akan tetapi guru bisa melakukan komunikasi dan bimbinganya di luar kelas.
- Sarana pengembangan diri. Dengan sarana ini, guru bisa memanfaatkan IT untuk mencari
informasi-informasi terkini baik kebutuhan materi maupun kebutuhan lain yang menunjang
terhadap keilmuannya.
- Memberikan contoh tauladan. Bahwa IT bukan untuk sarana yang tidak bermanfaat, tetapi akan
sangat bermanfaat kalau bisa memanfaatkannya dengan baik. Contohnya: Guru membuat blog,
sehingga dapat memotivasi untuk berkreasi dan mengekspresikan jiwanya. Ataupun bisa
digunakan sebagai sarana pembelajaran yang kreatif dan interaktif.
- Membuka wawasan. IT bisa dijadikan sebagai perpustakaan internasional, Karena apapun yang
kita inginkan bisa diperoleh disana.
Dengan demikian mutu pendidikan Insya Allah bisa lebih meningkat. Indonesia akan
melahirkan generasi- generasi emas yang terlatih dan berkepribadian luhur untuk membangun
Indonesia dimasa depan.