IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PEMAKNAA. pdf

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains Tahun 2014
“Inovasi Pendidikan Sains dalam Menyongsong Pelaksanaan Kurikulum 2013”
Surabaya, 18 Januari 2014

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PEMAKNAAN MATA PELAJARAN
IPA DALAM KURIKULUM 2013
Ike Permatasari1), Abdul Hamid Sudiyono2), Arif Setia Budi3)
1)

Guru SMPN 4 Batu Engau Paser Kalimantan Timur
Guru SMP Nasional KPS Balikpapan Kalimantan Timur
3)
Guru SMPN 3 Tanjung Harapan Paser Kalimatan Timur

2)

e-mail: ikepermatasari12@gmail.com
Abstract
In an effort to anticipate global changes and the flow of information against the negative influence of the nation's
moral and character, education has a very important role. Education needs to be adjusted with the progress of time
and continue to promote the positive aspects of morality and character . For those interest the government revitalize

the character education in all types and levels of education through curriculum 2013, with a competence and
character based. In the implementation of character, education integrated into all learning of each subject .
Through literature study conducted, it was found that one model of learning is suitable for implementing
appropriate learning curriculum 2013 was meaningful learning model. The meaningful learning model is an
innovative learning model through examples and exemplary linkage of events , symptoms or phenomena that could
potentially be used as a model in the study that aims to exercises positive attitude , noble character , and character
in addition to the academic aspect. Meaningful to do one of them in science, in this case biology , physics , and
chemistry . Research on the application of meaningful learning model that applied in elementary schools , junior
high schools , senior high schools and vocational high schools in science teaching has a lot to do and get good
results .
Keywords: meaningful, science, character, curiculum 2013

Abstrak
Upaya untuk mengantisipasi perubahan global dan arus informasi terhadap pengaruh negatif moral dan karakter
bangsa, pendidikan memiliki peranan sangat penting. Pendidikan perlu menyesuaikan dengan kemajuan zaman dan
tetap mengedepankan aspek moral dan karakter positif. Untuk kepentingan tersebut pemerintah merevitalisasi
pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan melalui kurikulum 2013. Kurikulum 2013 yang
merupakan kurikulum berbasis kompetensi dan berbasis karakter. Dalam implementasinya pendidikan karakter
diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran setiap mata pelajaran. Melalui studi literatur yang dilakukan,
didapatkan salah satu model pembelajaran yang dipandang cocok untuk mengimplementasikan pembelajaran

sesuai harapan kurikulum 2013 adalah model pembelajaran pemaknaan. Model pembelajaran pemaknaan
merupakan model pembelajaran inovatif melalui contoh dan teladan keterkaitan peristiwa, gejala atau fenomena
yang berpotensi dapat dijadikan model di dalam pembelajara n yang bertujuan untuk melatihkan sikap positif,
akhlak mulia, dan budi pekerti di samping aspek akademiknya. Pemaknaan dapat dilakukan salah satunya dalam
mata pelajaran IPA, dalam hal ini biologi, fisika, dan kimia. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran
pemaknaan yang diterapkan di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan sekolah
menengah kejuruan pada mata pelajaran IPA telah banyak dilakukan dan mendapatkan hasil yang baik.
Kata Kunci: pemaknaan, IPA, karakter, kurikulum 2013

PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi informasi dan globalisasi
menyebabkan perubahan yang cepat disegala bidang
kehidupan. Pada satu sisi kemajuan di bidang
pendidikan menghasilkan manusia cerdas ditunjukkan
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu sendiri. Namun disisi lainnya terjadi
pergeseran nilai, sikap dan moral yang tidak lagi
menghargai martabat manusia lainya. Perkembangan
sosial politik dan perilaku masyarakat saat ini
cenderung mendikotomikan karakter bangsa. Maraknya

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya

perilaku anarkis, tawuran antarwarga, kriminalitas,
korupsi, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas,
kerusakan lingkungan menunjukkan adanya degradasi
moral dan karakter bangsa. Gejala tersebut
bertentangan dengan cita-cita pendidikan nasional
dalam
membentuk
manusia
Indonesia
yang
berkepribadian dan berakhlak mulia. (Mustakim, 2011).
Dalam upaya mengantisipasi perubahan global dan
arus informasi terhadap pengaruh negatif moral dan
karakter bangsa, pendidikan memiliki peranan sangat
penting. Sekolah sebagai sebuah masyarakat kecil harus
mampu memberikan pengalaman dan bekal yang cukup
ISBN: 978-602-14702-6-8

117

Implementasi Model Pembelajaran Pemaknaan …

dalam mengikuti kemajuan zaman dengan tetap
mengedepankan aspek moral dan karakter positif.
Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang
cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional.
Oleh karena itu merupakan langkah positif ketika
pemerintah merevitalisasi pendidikan karakter dalam
seluruh jenis dan jenjang pendidikan termasuk dalam
pengembangan kurikulum 2013.
Dalam kurikulum 2013, pendidkan karakter dapat
diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap
bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. (Mulyasa,
2013). Pendidikan moral dan karakter tidak hanya
menjadi tanggung jawab guru agama dan pendidikan
kewarganegaraan, tetapi menjadi kewajiban setiap guru
bidang studi untuk membantu siswa mampu secara
mandiri

meningkatkan
dan
menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai budi pekerti, sikap positif,
dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-hari.
Mustakim (2011) dalam bukunya menyebutkan
bahwa pendidikan diartikan sebagai suatu proses untuk
membentuk tingkah laku, baik secara fisik, intelektual,
emosional, maupun moral sesuai dengan nilai dan
pengetahuan yang menjadi pondasi budaya dalam
masyarakat, sedangkan belajar adalah sebuah proses
perubahan di dalam kepribadian manusia dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuankemampuan yang lain.
Dalam pelajaran IPA, nilai etika dan nilai estetika
terletak pada sistem yang menetapkan kebenaran

objektif pada tempat yang paling utama. Kebenaran
objektif adalah kebenaran yang dapat diuji dengan
metode ilmiah dan didukung oleh bukti-bukti empiris.
Adapun dalam proses sains terdapat gejala dan
fenomena yang berpotensi menjadi model untuk
meresapkan dan menghayati nilai-nilai sikap positif,
akhlak mulia dan budi pekerti.
Ibrahim (2008:4) menyebutkan hasil survei yang
dilakukan di lapangan ada dua hal pokok yang menjadi
isu utama, yaitu (1) hasil belajar (sikap positif, akhlak
mulia, dan budi pekerti serta ketrampilan) untuk hidup
mandiri belum diajarkan secara “sengaja” (by design).
Hasil-hasil belajar seperti ini umumnya hanya dicapai
sebagai efek penyerta (nuturans effect), (2) proses
belajar mengajar belum dilakukan seperti harapan.
Pembelajaran masih saja berpusat pada guru dan siswa
sebagai objek, bersifat pasif dan kurang motivasi.
Sehubungan dengan hal di atas, pembelajaran
budi pekerti, sikap positif, dan akhlak mulia harus
ditanamkan berulang-ulang melalui pembiasaan.

Penanaman budi pekerti, sikap positif, dan akhlak mulia
dapat dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas pada semua pelajaran, termasuk pelajaran IPA.
Mata pelajaran IPA wajib mengembangkan rancangan
pembelajaran mengandung nilai-nilai budi pekerti yang
diintegrasikan dalam RPP sehingga memiliki dampak
pengiring bagi berkembangnya karakter positif dalam
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya

diri peserta didik. Dalam proses belajar mengajar IPA,
selain menyampaikan konsep materi, guru juga perlu
memberikan pemaknaan materi, yaitu dengan
menumbuhkan karakter-karakter positif pada konsep
yang diajarkan sehingga informasi yang diperoleh siswa
dapat disimpan di memori jangka panjang serta dapat
menyebabkan perubahan nilai-nilai positif pada diri
siswa.
Salah satu pembenahan dalam proses belajar
mengajar yang dapat dilakukan adalah pemilihan model

pembelajaran yang tepat dalam penyampaian setiap
konsep sehingga siswa secara mudah menerima atau
menerapkannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Pemilihan model yang tepat atau sesuai untuk setiap
konsep membuat tujuan proses hasil belajar mengajar
yang sudah ditentukan tercapai dengan baik.
Mengacu pada latar latar belakang di atas,
diperlukan model pembelajaran yang dapat melatihkan
nilai-nilai budi pekerti, sikap positif, dan akhlak mulia
dalam implementasi kurikulum 2013. Model
pembelajaran
yang
dimaksud
adalah
model
pembelajaran pemaknaan.
METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah studi
literatur. Studi literatur (kajian pustaka) merupakan
penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media,
pakar ataupun dari hasil penelitian orang lain yang
relevan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis
kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah
outcomes-based curriculum dan oleh karena itu
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian
kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula
penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari
pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum
diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang
dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh
peserta didik.
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai
berikut:
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi

dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI)
kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi
Dasar (KD) mata pelajaran.
2.

Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara
kategorial mengenai kompetensi dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik
untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang
harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap
kelas
melalui
pembelajaran
KD
yang
diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa
aktif.


ISBN: 978-602-14702-6-8
118

Implementasi Model Pembelajaran Pemaknaan …

3.

Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi
yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema
untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas
tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

4.

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang
pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap
sedangkan pada jenjang pendidikan menengah
pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif
tinggi).

5.

Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris
(organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu
semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan
untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi
Inti.

6.

Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan
pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar
mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).

7.

8.

Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar
untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu
mata
pelajaran
(SMP/MTS,
SMA/MA,
SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD
untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.

2.

SMP/MTs/SMPLB*/Paket B

Dimensi
Sikap

Pengetahuan

Keterampilan

3.

SMA/MA/MAK/SMALB*/Paket C

Dimensi
Sikap

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan
dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas
tersebut.
Berikut Standar Kompetensi Lulusan untuk:

1.

SD/MI/SDLB*/Paket A

Dimensi
Sikap

Pengetahuan

Keterampilan

Kualifikasi Kemampuan
Memiliki
perilaku
yang
mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya
diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam di
lingkungan rumah, sekolah, dan
tempat bermain.
Memiliki pengetahuan factual dan
konseptual berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dalam
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian di lingkungan
rumah, sekolah, dan tempat bermain.
Memiliki kemampuan pikir dan
tindak yang poduktifr dan kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret
sesuai yang ditugaskan kepadanya.

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya

Kualifikasi Kemampuan
Memiliki
perilaku
yang
mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya
diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan
pergaulan
dan
keberadaannya.
Memiliki
pengetahuan
faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban terkait fenomena dan
kejadian yang tampak mata.
Memiliki kemampuan pikir dan
tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain sejenis.

Pengetahuan

Keterampilan

Kualifikasi Kemampuan
Memiliki
perilaku
yang
mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya
diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
Memiliki
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural,
dan
metakognitif
dalam
ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban terkait penyebab serta
dampak fenomena dan kejadian.
Memiliki kemampuan pikir dan
tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret sebagai
pengembangan dari yang dipelajari
di sekolah secara mandiri.

B. Pembelajaran IPA pada dalam Kurikulum 2013
Pada kurikulum 2013 materi IPA; dalam hal ini
yang terdiri dari biologi, fisika, dan kimia; disajikan
terpadu, pada jenjang SMP/MTs/SMPLB. Sedangkan di
SD/MI mata pelajaran disajikan secara tematik
integratif. Pada jenjang SMA biologi, fisika, dan kimia
masuk dalam mata pelajaran peminatan matematika dan
ilmu-ilmu alam.

ISBN: 978-602-14702-6-8
119

Implementasi Model Pembelajaran Pemaknaan …

IPA juga memiliki peranan penting dalam mencapai
standar kompetensi lulusan tidak hanya pada aspek
keterampilan dan pengetahuan, melainkan pada aspek
sikap. IPA diharapkan dapat membentuk perilaku yang
mencerminkan perilaku yang beriman, berakhlak mulia,
berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Oleh karena itu seorang guru IPA dituntut
melaksanakan pembelajaran yang dapat mewujudkan
hal tersebut.
Sebagaimana kita tahu bahwa IPA terdiri atas
produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Tampak
bahwa mengembangkan pembelajaran IPA harus
dilakukan dengan mengeintegrasikan aspek proses dan
sikap ilmiah dalam menghasilkan produk ilmiah. Pada
tataran kelas siswa belajar IPA seharusnya dilakukan
dengan mengintegrasikan proses dan sikap ilmiah
dalam berbagai aktivitas siswa, hands-on maupun mind
on, selama KBM agar siswa “menemukan” konsep IPA.
Di sisi lain, untuk mengajarkan sikap positif, akhlak
mulia, dan budi pekerti membutuhkan contoh dan
teladan, tentang bagaimana sikap positif itu dilakukan,
bagaimana contoh akhlak mulia, dan bagaimana budi
pekerti yang baik dan sebagainya. Sementara itu dalam
IPA sendiri terdapat berbagai gejala yang amat menarik.
Gejala yang amat menarik itu berpotensi untuk menjadi
model sikap positif, akhlak mulia, dan budi pekerti.
Bahkan Allah SWT sendiri dalam kitab suci Al Qur’an
menyatakan yang artinya, “sesungguhnya di dalam
penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya
malam dan siang adalah tanda-tanda bagi orang yang
mau berpikir”. Jadi alam sendiri menyediakan model
yang dapat ditiru oleh siswa asalkan guru membantu
siswa untuk menangkap makna dan membantu siswa
untuk melakukan internalisasi terhadap gejala itu dan
mengaitkan gejala tersebut dengan sikap positif, akhlak
mulia, dan budi pekerti seperti yang terdapat di dalam
norma-norma kehidupan sehari-hari yag disepakati
ataupun seperti yang tercantum di dalam berbagai kitab
suci.
C. Model Pembelajaran Pemaknaan
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh
Muslimin Ibrahim dan Tim Peneliti Balitbang Diknas
(2008) yang ditujukan untuk mengembangkan aspek
perkembangan siswa terutama aspek-aspek positif,
akhlak mulia dan budi pekerti, selain aspek akademik
siswa. Berdasarkan tujuan nasional serta kekhawatiran
para pakar psikologi dan pakar pendidikan akan (a)
terjadinya erosi budi pekerti, perilaku baik, dan tingkah
laku positif, (b) solidaritas dan kesetiakawanan rendah
(frekuensi perkelahian dan tindakan anarkhis tinggi),
(c) banyak anak berhasil menghafal tapi tidak
memahami apa yang dihafalnya dan (d) daya saing
bangsa menjadi rendah. Dengan demikian perlu
diintegrasikan dalam mata pelajaran yang lain, tidak
cukup hanya dibebankan pada rumpun mata pelajaran
agama dan akhlak mulia saja.

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya

Prinsip-prinsip yang mendasari model pembelajaran
pemaknaan ini, menurut Ibrahim (2008) adalah:
1. Prinsip berpusat pada siswa
Berpusat pada siswa mengandung pengertian
pembelajaran menerapkan strategi pedagogi
mengorientasikan siswa kepada situasi yang
bermakna, kontekstual, dunia nyata dan
menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk
bagi pebelajar ketika mereka mengembangkan
pengetahuan tentang materi pelajaran yang
dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan
masalah.
2. Prinsip berdasarkan masalah
Dengan pembelajaran yang dimulai dari
masalah maka siswa belajar suatu konsep atau
teori dan prinsip sekaligus memecahkan masalah.
Dengan demikian sekurang-kurangnya ada dua
prestasi belajar yang dicapai, yaitu jawaban
terhadap masalah (produk) dan cara memecahkan
masalah (proses).
3. Prinsip terintegrasi
Pendekatan integrasi lebih diharapkan dari
pada pendekatan disiplin ilmu. Kelemahan disiplin
ilmu, siswa tidak dapat memandang sistem tetapi
terkotak
pada
satu
disiplin
sehingga
pengembangan berbagai aspek prestasi belajar,
hendaknya dirancang dan dilakukan secara
integrasi. Pada saat belajar aspek akademik, siswa
juga dikembangkan aspek-aspek yang relevan
seperti aspek sosial, sikap, dan akhlak.
4. Prinsip berorientasi masyarakat
Banyak siswa mampu menyajikan tingkat
hafalan yang baik terhadap materi ajar yang
diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka
tidak memahaminya. Minat dan prestasi siswa
dalam bidang matematika, sains, dan bahasa
meningkat secara drastis pada saat mereka
diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep,
dan bagaimana konsep tersebut dapat digunakan
di luar kelas. Mengajak siswa untuk
mengimplementasikan apa yang dipelajari di
dalam ke konteks masyarakat atau sebaliknya
sebagai “starter” untuk belajar keterampilan dan
pengetahuan yang lebih dalam merupakan proses
pembelajran yang bermakna bagi siswa.
5. Prinsip menawarkan pilihan
Setiap orang bersifat unik, berbeda dengan
orang lain. Siswa yang belajar juga demikian.
Mereka memiliki variasi pada gaya belajar,
kecepatan belajar, pusat perhatian, dan
sebagainya. Menyamaratakan siswa selama proses
belajar mengajar mungkin akan berdampak pada
prestasi belajar. Pembelajaran yang inovatif
memberi perhatian pada keragaman karakteristik
pebelajar itu. Atas dasar itu maka pembelajaran
bukan dilakukan seperti yang diinginkan oleh guru
tetapi lebih kepada apa yang diinginkan oleh
siswa. Dengan ini guru akan berperan sebagai
sumber belajar, tutor, evaluator, pembimbing, dan
memberi dukungan dalam belajar siswa.

ISBN: 978-602-14702-6-8
120

Implementasi Model Pembelajaran Pemaknaan …

6.

Prinsip pemaknaan
Belajar hendaknya tidak diakhiri pada saat
konsep dan prinsip/teori dicapai oleh siswa dari
hasil penarikan kesimpulan dari data yang mereka
kumpulkan, melainkan perlu dilanjtkan dengan
memberi makna gejala yang mereka temukan dan
kemudian dihubungkan dengan berbagai sikap
positif.
Setiap model pembelajaran ditandai dengan
sintaks yang dimilikinya. Demikian pula halnya dengan
model pembelajaran pemaknaan ini. Adapun rincian
tahapan sintaks model pembelajaran pemaknaan adalah
sebagai berikut:
1.

Merancang proses pemecahan
menjawab pertanyaan

masalah

Membimbing penyelidikan
Pada tahap ini guru memberikan bimbingan
kepada siswa baik secara individual maupun
kelompok untuk melakukan rencana yang telah
disepakati, sehingga mereka dapat menemukan
jawaban masalah atau pertanyaannya. Kegiatan
penyelidikan ini sangat bervariasi bentuknya,
seperti misalnya pengamatan, eksperimen,
kunjungan ke perpustakaan, diskusi atau
wawancara dengan narasumber, dan sebagainya.
Hasil kegiatan pada tahap ini adalah data yang
selanjutnya diolah sehinggga menjadi informasi
dan temuan yang merupakan jawaban masalah
atau pertanyaan.

4.

Negosiasi atau konfirmasi
Pada tahapan ini guru memberikan balikan
terhadap apa-apa yang telah disampaikan oleh
siswa pada tahapan sebelumnya. Balikan yang
diberikan
dapat
merupakan
penguatan,
pembetulan, atau penyempurnaan informasi yang
disajikan oleh siswa atau menambah informasi
yang kurang sehingga diharapkan siswa memiliki
informasi yang lengkap mengenai topik bahasan
pada hari tersebut. Pada tahap ini guru juga
mengecek pemahaman siswa.

6.

Pemaknaan
Pada tahap ini guru menggunakan gejala atau
temuan siswa untuk diberi makna dan melakukan
pendidikan, menanamkan prinsip hak dan
kewajiban serta berbagi aspek lainnya yang
dikaitkan dengan norma-norma atau aturan

7.

Evaluasi dan refleksi
Pada tahap evaluasi guru melakukan tes (lisan
atau tertulis), unjuk kerja maupun penugasan.
Pada tahap refleksi, melalui siswa diminta
menyampaikan idenya mengenai hal-hal apa yang
sudah baik dan hal-hal apa yang masih belum
baik, guru memberikan jalan keluar atas ide siswa.

atau

Tahapan ini dilakukan dengan tanya jawab
atau diskusi yang bertujuan menemukan cara
terbaik yang dapat dilakukan untuk memecahkan
masalah atau untuk menjawab pertanyaan.
3.

5.

Mengorientasikan siswa pada masalah/pertanyaan
Pada sintaks ini dilakukan kegiatan yang
membawa siswa pada masalah yang akan
dipecahkan selama proses pembelajaran. Tahapan
ini juga berfungsi menyiapkan siswa dan menarik
perhatian siswa serta meningkatkan motivasi
siswa. Agar motivasi siswa meningkat dan mereka
tertarik, tahapan ini dilakukan melalui cerita,
demonstrasi, menyajikan fenomena alam, atau
menggunakan konflik kognitif yang dimiliki
siswa.

2.

menyempurnakan atau mengkritisi hasil kerja
kelompok atau siswa yang lain.

D. Hasil
Penelitian
Pemaknaan

Pembelajaran

Dari tahun 2008 sampai 2013 terdapat 11 penelitian
yang
dilakukan
terhadap
penerapan
Model
Pembelajaran Pemaknaan. Berikut hasil penelitian
tersebut:
1. Agustina
Pertiwiningrum
tesis
berjudul
pengembangan perangkat pembelajaran berkarakter
berorientasi model pembelajaran pemaknaan pada
pokok bahasan system reproduksi manusia.
Gejala pemaknaan:
a.

penanaman sikap moral (bukti kebesaran dan
kekuasaan Tuhan) melalui fakta struktur yang
canggih dan fungsi kompleks organ reproduksi
manusia yang sangat rumit, teratur, serasi serta
indah dan penanaman nilai karakter peduli
kesehatan system organ reproduksi manusia.
Perbedaan struktur dan fungsi organ
reproduksi antara laki-laki dengan perempuan
saling mendukung fungsi reproduksi bisa
terwujud. Hikmah yang bias dipetik bahwa
antara laki-laki dengan perempuan adalah
makhluk yang saling membutuhkan.

b.

penanaman sikap moral melalui pemaknaan
terhadap analisis pada proses gametogenesis,
persamaan
dan
perbedaan
antara
spermatogenesis dengan oogenesis, struktur
spermatozoa yang canggih terkait fungsi,

Mengkomunikasikan hasil
Setelah siswa melaksanakan kegiatan dan
meyimpulkan hasilnya, siswa diminta untuk
mengkomunikasikan temuannya kepada siswa
yang lain. Oleh karena itu tahapan ini dapat
dilaksanakan dalam bentuk diskusi kelas,
presentasi kelas, atau menyusun laporan kegiatan,
pameran, dan sebagainya. Inti tahapan ini adalah
siswa lain dapat (a) memperoleh informasi
mengenai apa yang ditemukan oleh siswa yang
lain; (b) siswa lain dapat berkontribusi untuk

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya

Model

ISBN: 978-602-14702-6-8
121

Implementasi Model Pembelajaran Pemaknaan …

mampu memotivasi laki-laki untuk cerdas,
logis, dan strategis karena keterbatasan faktor
pendukung bagi keberlangsungan hidup
spermatozoa, sementara struktur sel telur yang
besar lebih tenang dapat dimaknai bahwa
sebagai calon ibu harus sabar.
c.

d.

memaknai siklus reproduksi perempuan yang
berbeda dari siklus reproduksi laki-laki.
Perempuan mengalami menopause, memberi
hikmah bahwa perempuan mempunyai banyak
waktu untuk merawat dirinya, anak-anaknya,
dan
mempunyai
waktu
untuk lebih
meningkatkan ibadahnya kepada Tuhan, serta
lebih punya kesempatan untuk merawat
kesehatan diri dan lingkungannya.
memaknai segala proses yang terjadi pada
peristiwa fertilisasi, kehamilan, dan kelahiran,
serta manfaat ASI dan menyusui bagi ibu.
Perjuangan spermatozoa dalam menemukan
ovum dan persaingan diantara ratusan juta
sperma memotivasi kita untuk senantiasa
berusaha maksimal dan menjadi manusia yang
terbaik karena kita berasal dari sperma terbaik
yang mampu memfertilisasi sel telur.
Perjuangan sperma dalam menenmukan sel
telur juga memotivasi kita agar tidak mudah
putus asa terus berjuang hingga tujuan tercapai.
Menanamkan sikap mencintai dan menyayangi
kedua orang tua dan mengingatkan bahwa budi
baik orang tua terhadap kita takkan pernah
terbalaskan oleh apapun karena itu kita harus
menghormati kedua orang tua kita.

e.

membelajarkan
sikap
peduli
terhadap
kesehatan pribadi dan peduli sesama, dengan
melakukanpencegahan terhadap penyakit
menular seksual, menjaga kebersihan dan
kesehatan organ reproduksi, serta bergaul
dengan baik dengan sesama.

f.

Membelajarkan sikap peduli terhadap sesama
(bergaul secara wajar dan tidak berlebihan,
menanamkan sikap menghargai terhadap
ciptaan Tuhan dan tidak mempemainkannya
dengan melakukan aborsi, sikap terpuji, dll).
Peka terhadap kasus aborsi. Mempunyai
penilaian, visi, dan misi atas kasus aborsi.

b.

perasaan moral (moral feeling ) tingkat
kepekaan hati/ perasaan/ emosi siswa terhadap
nilai-nilai moral yang diukur berdasarkan
ungkapan perasaan/ penilaian, visi, dan
misinya terhadap fakta dan konsep pada
Sistem Reproduksi Manusia. Nilai THB
perasaan moral dalam bentuk laporan diri
mengalami peningkatan yang signifikan antara
nilai pretest dengan posttest yang dibuktikan
dengan nilai sensitivitas butir soal yang tinggi.

c.

tindakan moral (moral acting ) tingkah laku
yang tampak sebagai hasil internalisasi antara
pengetahuan dan perasaan moral yang muncul
tanpa disadari/ spontan sesuai dengan tingkat
sensitivitas moral pada konsep Sistem
Reproduksi Manusia. Muncul tindakan siswa
yang tersentuh hatinya denga menunjukkan
sikap menangis, menutup sebagian wajah
dengan tangan atau dengan kain jilbabnya.

Sensitivitas moral siswa pada aspek pengetahuan
moral, perasaan moral, dan tindakan moral semua
dinyatakan tuntas.
2.

Septi Budi Sartika tesis berjudul pengembangan
perangkat pembelajaran fisika berorientasi model
pembelajaran pemaknaan untuk meningkatkan
hasil belajar dan sensitivitas moral siswa SMP.
Gejala pemaknaan:
a.

tuas atau pengungkit: panjang lengan kuasa
lebih panjang daripada panjang lengan beban,
sehingga gaya yang dibutuhkan semakin kecil.
Pemaknaan: rajin-rajinlah anda menambah
jarak, karena dengan menambah jarak maka
gaya yang anda butuhkan akan semakin kecil.
Jarak disini berarti orang-orang yang berada di
sekitar kita, yang selalu mendoakan dan
berbagi kasih dengan kita, dengan menjaga tali
persaudaraan, maka dengan mudah kita
melangkah, dalam arti jiwa dan raga menjadi
tentram, oleh karena itu sebisa mungkin kita
menghargai mereka.

b.

katrol: perhatikan tali penghubung timba,
katrol, dan pegangan kita saat kita menarik tali
dengan gaya sebesar a Newton, maka tali
memberikan gaya sebesar a Newton pada kita,
gaya a Newton tali disampaikan pada katrol
sebesar a Newton, katrol menerima gaya tali
juga sebesar a Newton, tali menyampaikan
gaya a Newton kepada ember, ember pun
menerima gaya sebesar a Newton. Pemaknaan:
segala sesuatu yang disampaikan dengan tanpa
mengurangi isinya sedikitpun merupakan
perilaku jujur. Tali penghubung adalah contoh
perilaku jujur yang harus kita contoh, dengan
kejujuran seseorang akan lebih tenang dalam
melangkah.

c.

Bidang miring: jalan di pegunungan yang
berkelok-kelok merupakan salah satu contoh

Meneliti tentang sensitivitas moral yang meliputi:
a.

pengetahuan moral (moral knowing ) tingkat
pengetahuan tentang nilai-nilai moral yang
diukur berdasarkan kepekaan siswa dalam
menangkap
makna
darikonsep
Sistem
Reproduksi Manusia menggunakan THB
kognitif sensitivitas moral soal pilihan ganda.
Semua steam soal pengetahuan moral yang
diberikan melalui pretest dan hasilnya 10 butir
soal semua sensitif. Skor proporsi TP
pengetahuan moral dicapai sebesar 0,95 dar
TP telah mencapai ketuntasan.

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya

ISBN: 978-602-14702-6-8
122

Implementasi Model Pembelajaran Pemaknaan …

dari penerapan konsep bidang miring. Jalan
yang berkelok-kelok tersebut dibuat supaya
memudahkan kita menuju ke puncak
pegunungan dengan berkendara. Semakin
panjang lintasan yang kita tempuh maka
semakin kecil gaya yang kita butuhkan.
Pemaknaan: Tuhan tidak akan menguji
hambaNya, kalau yang diuji tidak sanggup.
Dapat diartikan bahwa jalan yang berkelokkelok merupakan ujian dan puncak
pegunungan merupakan hasil ujian, untuk
mencapai sesuatu yang kita harapkan maka
disitulah kita akan diuji. Pertanyaannya adalah
apakah kita mampu melewati ujian? Semuanya
bergantung dari seberapa besar usaha yang kita
lakukan.

percobaan mengenai pengaruh faktor luar terhadap
pertumbuhan pada tumbuhan yang dikembangkan
dapat mengajarkan sensitivitas moral kepada siswa.
Hal tersebut dikuatkan dengan nilai kesesuaian
yang tinggi antara skor sensitivitas moral dengan
skor kemampuan akademik.
4.

Shanti Agustina tesis berjudul pengembangan
perangkat pembelajaran fisika SMP berorientasi
model pembelajaran pemaknaan untuk melatihkan
kecakapan emosional dan meningkatkan hasil
belajar kognitif siswa.
Gejala pemaknaan:
a.

Tekanan adalah sebuah besaran yang dapat
kita buat menjadi lebih besar atau lebih kecil
untuk menjadi seperti yang kita butuhkan
sehingga kita dapat mengambil manfaatnya.
Untuk dapat mendapatkan tekan yang lebih
besar atau lebih kecil, kita harus
mengendalikan besarnya gaya atau luas bidang
yang dikenai gaya.

Penelitian ini hanya melihat sejauh mana
kepekaan siswa dalam menangkap nilai-nilai
moral yang terdapat pada peristiwa/ fenomena
fisika. Berdasarkan hasil analisis data dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan sensitivitas
moral siswa dari uji awal sampai dengan uji akhir.
Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi adanya
perubahan nilai moral setelah siswa mendapatkan
konsep pemaknaan.
3.

Mirip dengan besaran tekanan, dalam diri kita
terdapat otak yang mengatur emosi kita.
Kemampuan kita mengelola emosi seringkali
sangat menentukan kesuksesan dan prestasi
kita. Itulah sebabnya mengapa penting bagi
kita
untuk
menguasai
kemampuan
memunculkan emosi yang menguntungkan
atau sebaliknya, kita harus memiliki
kemampuan untuk menekan emosi yang
merugikan. Untuk itu kita perlu memahami
“besaran” lain yang ikut menentukan, yang
dapat kita kendalikan untuk membuat sebuah
sikap emosi menjadi lebih meningkat atau
menurun.

Habibi tesis berjudul pengembangan perangkat
pembelajaran biologi SMA berorientasi model
pemaknaan untuk mengajarkan kemampuan
akademik dan sensitivitas moral.
Gejala pemaknaan:
-

Melakukan percobaan mengenai pengaruh
faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan
(kacang hijau): biji kacang hijau ternyata
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dalam
perkecambahannya. Kecambah dianalogikan
dengan hidup manusia yang pertumbuhannya
sangat dipengaruhi oleh kondisi luar. Lama
perendaman dapat dianalogikan dengan proses
pendidikan yang harus dialami oleh manusia
sebelum berperan di masyarakat dan kualitas
perendaman
ini
dianalogikan
kualitas
pendidikan yang harus diterima seseorang
sejak lahir. Biji yang tidak direndam ternyata
buruk hasilnya, begitu pula dengan manusia,
tanpa pendidikan manusia akan menjadi buruk
dan bahkan lebih karena keburukan manusia
akan merugikan banyak sekali manusia yang
lain.

Sikap asertif berarti kemampuan untuk
berkomunikasi denga jelas, spesifik dan tidak
multi-tafsir,
kemampuan
untuk
mempertahankan hak-hak pribadi, juga
kemampuan untuk tidak sependapat dengan
orang lain tanpa menggunakan sabotase dan
alasan yang emosional, dan mampu bertahan
di jalur yang benar, mempertahankan pendapat
sambil
sekaligus
mempertimbangkan
kebutuhan orang lain serta peka terhadap
perasaan orang lain dan reaksi mereka dalam
peristiwa tertentu.

Sensitivitas moral terhadap materi biologi
ditunjukkan dengan skor yang diperoleh siswa pada
tes sensitivitas moral yang menunjukkan tingkat
kepekaan siswa dalam menangkap makna moral
dibalik gejala yang ditemukan dalam pembelajaran
(dalam hal ini materi biologi pada KD melakukan
percobaan pengaruh faktor luar terhadap
pertumbuhan
pada
tumbuhan).
Penerapan
perangkat pembelajaran biologi berorientasi model
pembelajaran pemaknaan pada KD melakukan
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya

tekanan pada zat padat

b.

tekanan hidrostatis
Besar tekanan hidrostatis dapat ditentukan
melalui rumus PH = ρ . g. h. bayangkan jika
kita berada dalam sebuah bejana berisi zat cair,
maka tubuh kita akan mendapatkan pengaruh
akibat adanya tekanan tersebut. Bayangkan
kita berada dalam sebuah kolam kehidupan
yang berisi zat car. Kita tidak mungkin
menghindari pengaruh “massa jenis” dan

ISBN: 978-602-14702-6-8
123

Implementasi Model Pembelajaran Pemaknaan …

c.

percepatan gravitasi” yang datang dari faktor
lingkungan. Tetapi kita dapat mengatur
kedalaman kita dalam zat cair, untuk
mendapatkan tekanan yang sesuai dengan
tubuh kita.

satu cara untuk memperbesar gaya ke atas
yang diberikan oleh sekitar kita. Optimism
adalah kemampuan melihat sisi terang
kehidupan dan memelihara sikap positif,
sekalipun ketika berada dalam kesulitan.

Secara emosional, kita dituntut memiliki
kecakapan untuk menghadapi pengaruh
tekanan dari lingkungan sekitar kita. Kita tidak
mungkin mengubah atau mengendalikan
lingkungan
kita,
namun
kita
dapat
mengendalikan apa yang ada dalam diri kita.
Kita harus melatih kecakapan penghargaan diri
kita. Jika kita memiliki penghargaan diri yang
tinggi, kita akan mampu menghadapi pengaruh
yang dating dari lingkungan dengan segenap
kelebihan dan kekurangan yang kita miliki.
Penghargaan diri adalah kelebihan dan
kekurangan kita, dan tetap menyukai diri kita,
dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Penelitian ini mendapatkan hasil penerapan
perangkat pembelajaran fisika berorientasi model
pembelajaran pemaknaan dapat mengajarkan
kecakapan emosional siswa meliputi sikap asertif,
penghargaan diri, empati, dan optimis.
5.

Gejala pemaknaan
a.

prinsip titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan dapat dimaknai dalam pergaulan,
kita harus bias menerima oranglain dengan
berbagai macam karakter atau kespesifikan
sifat tiap individu artinya kita tetap bersikap
netral. Kita tetap bersikap baik pada semua
orang.

b.

pada
reaksi
penetralan
asam+basa
menghasilkan garam+air (zat baru) dapat
dimaknai dalam hidup kita harus mampu
menemukan hal-hal baru yang lebih
bermanfaat.

c.

Pada proses titrasi, titran ditambahkan ke
dalam labu Erlenmeyer yang berisi titrat
sampai titik ekivalen tercapai dengan
ditunjukkan perubahan warna indicator, dapat
dimaknai bahwa hidup harus seimbang antara
hak dan kewajiban. Titrat berhak mendapat
titran untuk mencapai titik ekivalen dan
sebaliknya titran berkewajiban memberikan.
Di sini tampak hak dan kewajiban harus
seimbang. Agar seimbang, maka perlu sikap
tanggung jawab.

d.

Sifat larutan pada titrasi asam lemah-basa kuat
dan basa lemah-asam kuat sebelum mencapai
titik ekivalen bersifat buffer dapat dimaknai
orang yang bertanggung jawab selalu
berkomitmen terhadap tugas yang diembannya,
bagaikan larutan buffer

e.

Sifat larutan titrasi asam lemah-basa kuat
ketika mencapai titik ekivalen adalah larutan
garam bersifat basa sedangkan titrasi basa
lemah-asam kuat adalah larutan bersifat asam.
Ini dapat dimaknai kita harus pandai memilih
teman bergaul dari komunitas berkarakter baik
atau buruk.

f.

Perubahan warna indikator yang merupakan
pertanda titrasi diberhentikan dapat dimaknai
sikap jujur sangat penting dalam kehidupan.

Hukum Pascal
Alam semesta mengajarkan, tekanan yang
diderita oleh suatu titik pada zat cair akan
diteruskan ke segala arah dengan sama rata.
Zat cair menjadi bermanfaat karena partikelpartikel zat cair mampu merasakan tekanan
yang dirasakan oleh partikel yang lain dalam
sebuah ruang tertutup. Dari alam ini kita dapat
belajar memperbaiki keterampilan emosional,
yaitu berempati.
Empati adalah kemampuan untuk melihat
dunia dari sudut pandang orang lain,
kemampuan untuk menyelaraskan diri dengan
yang mungkin dirasakan dan dipiirkan orang
lain tentang situasi, betapapun berbedanya
pandangan itu dengan pandangan kita. Kita
dapat memetik manfaat dari empati
diantaranya
adalah
mampu
mengubah
ketegangan dan perselisihan sengit menjadi
persekutuan yang lebih menguntungkan kedua
belah pihak. Jika kita mampu membangun
kerja sama yang efektif, berarti kita berpeluang
untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan
perlukan dari orang lain. Berempati bukan
berarti
bersimpati.
Karena
simpati
mengutamakan
si
pembicara
dengan
mengutarakan secara lisan tanggapan dan
perasaannya mengenai keadaan yang dialami
orang lain.

d.

Sumarni tesis berjudul penerapan model
pembelajaran pemaknaan pada materi titrasi asam
basa untuk mengembangkan karakter siswa kelas
XI SMA

Hukum Archimedes
Jika kita mengibaratkan diri kita sebagai benda
yang dicelupkan ke dalam “zat cair”,
lingkungan dan kehidupan di sekitar kita
diibaratkan sebagai “zat cair” yang
memberikan gaya apungnya, maka kita harus
memindahkan sejumlah zat cair yang lebih
besar, agar mendapatkan gaya ke atas yang
juga lebih besar. Berpikir optimis adalah salah

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya

ISBN: 978-602-14702-6-8
124

Implementasi Model Pembelajaran Pemaknaan …

g.

Pemilihan indicator yang tepat untuk tiap jeis
titrasi asam basa dapat dimaknai dalam
kehidupan kita harus dapat menempatkan diri
sesuai dengan kondisi.

Dari penelitian ini didapatkan bahwa hasil belajar
karakter
jujur,
disiplin,
dan
kerjasama
menunjukkan predikat baik dan sangat baik.
7.

Dalam penelitian ini hasil belajar karakter jujur,
tanggung jawab, dan disiplin mendapatkan nilai
sangat baik dan baik. Ini menunjukkan ada respon
positif siswa untuk menerapkan dalam tindakan
sesuai indicator yang ditetapkan.
6.

Rini Nugroho tesis berjudul membangun
sensitivitas moral, kemampuan berpikir dan
penguasaan konsep siswa sekolah dasar melalui
pembelajaran IPA berorientasi model pembelajaran
pemaknaan.
Gejala pemaknaan:

Nuri Yuliani tesis berjudul penerapan model
pembelajaran pemaknaan pada pembelajaran kimia
terhadap hasil belajar dan pengembangan karakter
pada siswa SMK.

a.

Pemaknaan cahaya merambat lurus dikaitkan
dengan sikap jujur. Lurus dinalogikan sebagai
perbuatan yang berda di koridor yang lurus
(tidak berbelok-belok). Jika perbuatan yang
kita lakukan selalu lurus di jalan Allah (tidak
melanggar perintahnya) insyaallah hidup kita
sukses. Seperti cahaya merambat lurus, di
akhir rambatannya cahaya menerangi suatu
tempat.

b.

Bening dimaknakan dengan jernih. Sesuatu
yang jernih pasti menuai hasil yang baik.
Misalnya air yang jernih dapat digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari, hati yang jernih
akan menimbulkan rasa tenang, pikiran jernih
maka dapat menyelesaikan masalah dengan
baik.

c.

Cahaya dapat dipantulkan memiliki makna
ucapan seseorang itu mencerminkan karakter
seseorang yang sedang berucap. Kualitas
seseorang dapat dinilai dari apa yang keluar
dari mulutnya.

d.

Cahaya dapat dibiaskan bila melewati dua
medium yang berbeda mempunyai makna
bahwa perbedaan pendapat harus dihargai.
Dalam kehidupan sehari-hari kita perlu sikap
saling menghormati dan menghargai pendapat
orang lain serta lapang dada jika pendapat
tidak diterima.

e.

Cahaya dapat diuraikan memiliki makna
bahwa setiap manusia diciptakan berbeda
karakter namun sebenarnya dapat disatukan

Gejala pemaknaan:
a.

b.

c.

d.

Ikatan dalam kehidupan sehari-hari dapat
dimaknai
sebagai
sesuatu
yang
mempersatukan, contoh ikatan sapu lidi, ikat
rambut dsb yang berfungsi mempersatukan.
Makna yag sama berlaku dalam ikatan kimia.
Kesempurnaan di dalam materi dapat
disamakan dengan kestabilan suatu unsur.
Unsur yang stabil memiliki konfigurasi
electron yang penuh. Konfigurasi electron di
dalam atom dapat dikatakan berkarakter
“jujur’ dan “disiplin”. Dikatakan jujur karena
setiap subkulit akan terisi electron hanya pada
batas maksimumnya, tidak mungkin lebih.
Konfigurasi electron dikatakan disiplin karena
dalam pengisian electron dalam kulit dan sub
kulit selalu dimulai dari tingkat energy yang
rendah ke yang tinggi sehingga terjadi
keteraturan tingkat energy.
Ikatan ion terjadi pada unsur yang mudah
melepaskan electron dan yang mudah
menerima electron. Jika unsur logam memiliki
kelebihan electron untuk mencapai kestabilan
harus memberikan kelebihan elektronnya pada
unsur non logam yang juga untuk mencapai
kestabilan dengan menerima electron. Hal ini
dapat dimaknai bahwa dalam hidup ini kita
harus beramal dengan memberikan sebagian
yang kita punya untuk diberikan kepada yang
kekurangan sehingga terjadi keseimbangan
yang baik antara sesama manusia dalam
kehidupan bermasyarakat.
Ikatan kovalen terjadi karena adanya
pemakaian bersama electron dari atom-atom
yang membentuk ikatan. Ikatan kovalen ini
mengandung makna kerjasama. Untuk
mencapai kepentingan bersama, kita harus
mempunyai rasa kebersamaan dengan saling
berbagi, karena dalam kebersamaan ada rasa
peduli dan empati terhadap sesama dan dalam
kebersamaan dapat mempersatukan berbagai
macam perbedaan.

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya

Dari penelitian didapatkan temuan sensitivitas moral
menunjukkan peningkatan dari tingkatan rasional ke
tingkatan sensitif.
SIMPULAN
Model pembelajaran pemaknaan merupakan model
pembelajaran inovatif melalui contoh dan teladan
keterkaitan peristiwa, gejala atau fenomena yang
berpotensi dapat dijadikan model di dalam
pembelajaran yang bertujuan untuk melatihkan sikap
positif, akhlak mulia, dan budi pekerti di samping aspek
akademiknya. Penelitian mengenai model pembelajaran
pemaknaan ini telah banyak diteliti penerapannya
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan
menghasilkan hasil yang baik. Model pembelajaran ini
sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang
ISBN: 978-602-14702-6-8
125

Implementasi Model Pembelajaran Pemaknaan …

dan

Yudianto, S.A. 2005. Manajemen Alam Sumber
Pendidikan Nilai. Bandung: Mughni Sejahtera.

Pada implementasi kurikulum 2013 pendidikan
karakter diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran
setiap mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum,
dengan demikian diharapkan materi pembelajaran yang
berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap
mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,
dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Yuliani, N. 2013. ”Penerapan Model Pembelajaran
Pemaknaan pada Pembelajaran Kimia Terhadap
Hasil Belajar dan Pengembangan Karakter pada
Siswa SMK”. Tesis. Universitas Negeri
Surabaya.

menerapkan kurikulum
berbasis karakter.

berbasis

kompetensi

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, S. 2011. ”Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Fisika SMP Berorientasi Model
Pembelajaran Pemaknaan untuk Melatihkan
Kecakapan Emosional dan Meningkatkan Hasil
Belajar Kognitif Siswa”. Tesis. Universitas
Negeri Surabaya.
Habibi. 2009. ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Biologi SMA Berorientasi Model Pemaknaan
untuk Mengajarkan Kemampuan Akademik dan
Sensitivitas Moral”. Tesis. Universitas Negeri
Surabaya.
Ibrahim, M. dan Tim Peneliti Balitbang Diknas. 2008.
Model Pembelajaran Inovatif IPA melalui
Pemaknaan. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi
Kurikulum 2013 . Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mustakim, B. 2011. Pendidikan Karakter: Membangun
Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia
Bermartabat. Yogyakarta: Samudera Biru.
Nugroho, R. 2013. ”Membangun Sensitivitas Moral,
Kemampuan Berpikir dan Penguasaan Konsep
Siswa Sekolah Dasar melalui Pembelajaran IPA
Berorientasi Model Pembelajaran Pemaknaan”.
Tesis. Universitas Negeri Surabaya.
Pertiwiningrum, A. 2013. ”Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berkarakter Berorientasi Model
Pembelajaran Pemaknaan pada Pokok Bahasan
Sistem Reproduksi Manusia”. Tesis. Universitas
Negeri Surabaya.
Sartika, S.B. 2010. ”Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Fisika Berorientasi Model
Pembelajaran Pemaknaan untuk Meningkatkan
Hasil Belajar dan Sensitivitas Moral Siswa
SMP”. Tesis. Universitas Negeri Surabaya
Sayudjauhari. 2010. Study Literature. Sayudjauhari’s
Blog.
29
April
2010.
laman
web:
http://sayudjberbagi. wordpress.com. [diakses 8
Januari 2014].
Sumarni. 2012. ”Penerapan Model Pembelajaran
Pemaknaan pada Materi Titrasi Asam Basa
untuk Mengembangkan Karakter Siswa Kelas
XI SMA. Tesis. Universitas Negeri Surabaya.
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya

ISBN: 978-602-14702-6-8
126

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 STUDI KASUS PENGONTROL SUHU ALIRAN AIR DALAM PIPA DENGAN METODE KONTROL FUZZY LOGIK

28 240 1

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

DISKRIMINASI PEREMPUAN MUSLIM DALAM IMPLEMENTASI CIVIL RIGHT ACT 1964 DI AMERIKA SERIKAT

0 34 14

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92