PERBEDAAN PEMBERDAYAAN RETENSI ANTARA SI (3)
Pr osiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajar annya
PERBEDAAN PEMBERDAYAAN RETENSI ANTARA SISWA SMA
AKADEMIK RENDAH DAN TINGGI MELALUI PEMBELAJARAN
COOPERATIVE SCRIPT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Ika Sukmawati 1), Shefa Dwijayanti Ramadani 1), Ahmad Fauzi 1) , Aloysius Duran Corebima 2)
1
Pascasarjana Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5, Malang
2
Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5, Malang
e-Mail : [email protected]
ABSTRAK
Pembelajaran bukan hanya proses yang menuntut tingginya pemahaman konsep yang diperoleh oleh
siswa. Materi pembelajaran yang diperoleh, selain diharapkan mampu dipahami, juga diharapkan
mampu disimpan dengan baik di dalam otak siswa. Cooperative Script (CS) merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang diusulkan berbagai peneliti pendidikan dalam usaha pemberdayaan
retensi siswa. Menurut berbagai laporan yang telah dipublikasikan, siswa dengan kemampuan
akademik rendah akan memiliki tingkat retensi yang lebih rendah pula. Studi ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan tingkat retensi siswa berkemampuan akademik rendah dengan tinggi yang
memperoleh pembelajaran Biologi melalui strategi CS selama satu semester. Penelitian dilakukan
selama dua periode selama dua tahun, tahun pertama pada subjek penelitian siswa kelas X dan tahun
kedua pada siswa kelas XI SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pada retensi hasil belajar antara siswa berkemampuan akademik tinggi dan rendah yang
menerapkan strategi pembelajaran CS, baik pada tahun pertama (p=0.849) maupun pada tahun
kedua (p=0,124). Hasil dari studi ini menunjukkan adanya potensi strategi CS dalam memberdayakan
retensi siswa berkemampuan akademik rendah pada tingkat yang sama dengan siswa akademik tinggi.
Kata kunci: retensi, kemampuan akademik, cooperative script
I.
PENDAHULUAN
Pencapaian
hasil
belajar
oleh
siswa
mencerminkan keberhasilan pembelajaran. Salah
satu indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak
ukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar
adalah daya serap terhadap bahan pelajaran yang
diajarkan, serta kemampuan siswa mencapai
prestasi tinggi, baik secara individu maupun
kelompok [1]. Kegiatan-kegiatan dalam proses
pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk
membantu siswa mencapai hasil belajar sesuai
tujuan. Namun demikian, hasil belajar yang
tinggi sesungguhnya bukanlah satu-satunya
faktor yang dituntut dalam pembelajaran yang
berhasil.
Efektivitas suatu pembelajaran juga dilihat
berdasarkan kemampuan siswa mengolah dan
menyimpan informasi yang diterima dalam
jangka waktu tertentu. Dengan kata lain,
pembelajaran yang efektif juga menuntut
bertahannya informasi yang telah dipelajari
dalam ingatan jangka panjang siswa. Hal ini
dapat dipahami karena pada dasarnya
kemampuan mengingat juga merupakan salah
satu faktor penting dalam kegiatan belajar.
Ketika belajar, informasi yang dipelajari siswa
akan disimpan dan bertahan dalam memorinya.
Bertahannya materi yang dipelajari dalam
memori yang tidak dilupakan disebut dengan
retensi [2]. Definisi lain dari retensi adalah suatu
kemampuan yang dimiliki siswa yang tersimpan
dalam long term memory yang mampu
ditampilkan setelah selang waktu tertentu [3].
Pada siswa yang berhasil menyimpan hasil
belajar dalam ingatan jangka panjang, informasi
yang telah disimpan itu dapat diungkapkan
kembali ketika dibutuhkan pada sewaktu-waktu
melalui proses pemanggilan memori dari memori
662
Pr osiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajar annya
jangka panjang ke memori jangka pendek untuk
kemudian diekspresikan ke generator respons [2].
Tingkat retensi pada setiap orang tidaklah sama.
Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa informasi
yang disimpan dalam memori juga dapat
dilupakan. Lupa merupakan ketidakmampuan
seseorang untuk mendapatkan kembali informasi
yang telah dipelajari. Ketidakmampuan tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya
yang berkaitan dengan kegagalan mengkode
informasi, ketahanan memori yang lemah, dan
kegagalan memindah informasi dari memori
jangka panjang ke memori jangka pendek.
Kegagalan pengambilan informasi ini dapat
terjadi ketika terlalu sedikit petunjuk untuk
memanggil informasi dari memori jangka
panjang, atau karena terjadinya kompetisi
informasi baru dan informasi lama yang disebut
dengan interferensi [4].
Beberapa faktor mempengaruhi tinggi atau
rendahnya retensi yang dimiliki siswa. Pada
kenyataannya kondisi siswa sangat beragam, dan
salah satu atribut pembeda kondisi siswa yaitu
kemampuan akademik. Kemampuan akademik
merupakan gambaran tingkat pengetahuan atau
kemampuan siswa terhadap suatu materi
pembelajaran yang sudah dipelajari dan dapat
digunakan sebagai bekal atau modal untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan
lebih kompleks lagi [5]. Pada beberapa tahun
terakhir, kondisi akademik siswa SMA di setiap
sekolah telah terpolarisasi menjadi tingkat
kemampuan akademik tinggi dan rendah.
Berbagai penelitian juga telah melaporkan
adanya kesenjangan pencapaian antara siswa
berkemampuan akademik tinggi dan rendah,
termasuk dalam aspek tingkat retensi.
Sayangnya, pemberdayaan retensi dalam
pembelajaran biologi di tingkat SMA masih
kurang dilakukan terutama di kalangan siswa
berkemampuan akademik rendah. Aktivitas
pembelajaran yang dilakukan dan hasil belajar
kognitif yang diukur lebih cenderung ke arah
penguasaan konsep yang berpeluang besar akan
segera hilang. Padahal, retensi merupakan suatu
aspek penting yang harus diupayakan dalam
pembelajaran. Kualitas penguasaan konsep yang
diukur sebagai daya retensi lah yang berperanan
besar bagi pembentukan sikap maupun
keterampilan-keterampilan lain yang dibutuhkan
untuk hidup [6].
Dalam pembelajaran, retensi hasil belajar siswa
dapat diberdayakan melalui pemilihan strategi
pembelajaran yang sesuai. Setiap individu
memang memiliki kemampuan mengingat yang
berbeda-beda, tetapi setiap siswa dapat
meningkatkan kemampuan mengingatnya dengan
pengaturan kondisi pembelajaran yang lebih baik
dan penggunaan metode yang lebih tepat [7].
Berkaitan
dengan
pemilihan
strategi
pembelajaran, siswa yang belajar sains melalui
strategi pembelajaran kooperatif terbukti
memiliki daya retensi lebih tinggi dibandingkan
siswa yang belajar secara individual [8].
Salah satu strategi kooperatif yang dapat dipilih
dalam pembelajaran yang memberdayakan
retensi adalah Cooperative Script (CS). Langkahlangkah pembelajaran CS terdiri dari serangkaian
fase yang memuat kegiatan belajar siswa, yaitu
motivasi dan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyajian informasi, pengorganisasian siswa
dalam kelompok belajar beranggotakan dua
orang, serta pembimbingan kelompok dalam
kegiatan belajar. Pada fase pembimbingan
kelompok belajar, kegiatan belajar siswa yaitu
membaca dan membuat ringkasan dari materi
pertama yang telah dibaca. Hasil ringkasan siswa
pertama dibacakan untuk disimak oleh pasangan
yang bertugas mengoreksi kebenaran serta
kelengkapan ide. Kemudian, kedua siswa bekerja
sama menyusun ringkasan yang lebih baik.
Rangkaian kegiatan ini diulang untuk materi
berikutnya, yang memungkinkan kedua siswa
untuk bertukar peran sebagai pembaca dan
penyimak [9].
Menulis ringkasan sebagai salah satu kegiatan
esensial dalam CS memiliki manfaat dalam
pemberdayaan retensi hasil belajar. Menulis
informasi yang telah didengar, dilihat, atau
dibaca dapat menjadi suatu penguatan
(reinforcement) bagi ingatan, sehingga proses
menulis itu menimbulkan suatu imprint pada
ingatan. Hal ini dapat menjadi semakin baik jika
kegiatan menulis dilakukan sebagai suatu
kebiasaan, sehingga siswa semakin terampil
mengidentifikasi dan mengingat poin-poin
penting yang harus dikuasai dalam materi
pembelajaran [10]. Menulis itu sendiri juga
merupakan bentuk aktivitas kognitif yang
menantang, karena dalam waktu sekaligus
membutuhkan memori yang kuat, kemampuan
berbahasa, dan kemampuan berpikir yang baik.
663
Pr osiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajar annya
Berkaitan dengan retensi, menulis membutuhkan
kemampuan pengambilan informasi dengan cepat
dari ingatan jangka panjang [11].
Berdiskusi juga merupakan salah satu aktivitas
yang berpotensi meningkatkan retensi. Pada
strategi CS, ringkasan yang telah dibuat oleh
masing-masing siswa dibacakan kepada pasangan
untuk kemudian dikomentari dan didiskusikan.
Mendiskusikan hal-hal yang telah dipelajari
dengan siswa lain membantu memperbaiki
pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas diskusi juga
memungkinkan pemahaman menjadi lebih jelas
serta memperkaya informasi yang dipelajari [10].
Telah banyak studi yang menunjukkan bahwa
siswa yang belajar dengan berdiskusi dapat
mempelajari dan mengendapkan materi lebih
banyak dari pada siswa yang hanya merangkum
atau membaca materi [12]. Setelah berdiskusi,
siswa menyusun ringkasan yang baru, yang
tentunya lebih baik dari ringkasan sebelumnya.
Perbaikan yang dilakukan siswa didasarkan pada
proses refleksi atas komentar pasangan.
Merefleksi juga merupakan aktivitas yang
meningkatkan retensi [10].
Beberapa
laporan
penelitian
telah
mengungkapkan potensi strategi CS dalam
memberdayakan retensi siswa, baik siswa
berkemampuan akademik tinggi maupun
akademik rendah. Salah satu dari beberapa
penelitian tersebut mengungkapkan bahwa
penerapan strategi CS selama pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman dan ingatan. Peran
strategi CS dalam meningkatkan ingatan siswa
terjadi melalui adanya pengulangan materi yang
ada dalam langkah pembelajaran [13].
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
perbedaan tingkat retensi hasil belajar siswa
berkemampuan akademik rendah dan tinggi yang
menerapkan pembelajaran Biologi melalui
strategi CS selama satu semester. Penelitian
dilakukan melalui dua tahap yakni penelitian
tahun pertama dan penelitian tahun ke dua.
Penelitian dilakukan dengan desain penelitian
quasi eksperimen.
II.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan dengan desain
penelitian eksperimen semu (quasi experimental
design) berpola pretest-posttest nonequivalent
control group design. Populasi penelitian
mencakup seluruh siswa berkemampuana
akademik tinggi dan rendah kelas X dan XI di
Malang. Sedangkan, sampel penelitian mencakup
siswa kelas X SMA Shalahudin Malang dan
SMA Negeri 1 Tumpang pada semester ganjil
tahun ajaran 2012/2013 untuk penelitian tahun
pertama, serta kelas XI SMA Diponegoro dan
SMA Negeri 1 Tumpang pada semester ganjil
tahun ajaran 2013/2014 untuk penelitian tahun ke
dua. Siswa kelas X SMA Shalahudin dan kelas
XI SMA Diponegoro mewakili kelompok siswa
berkemampuan akademik rendah, sedangkan
siswa kelas X dan XI SMA Negeri 1 Tumpang
mewakili kelompok siswa berkemampuan
akademik tinggi.
Instrumen penelitian yang digunakan meliputi
instrumen perlakuaan yang meliputi silabus,
RPP, Lembar Kerja Siswa, dan Lembar
Observasi
Keterlaksanaan
Sintaks;
serta
instrumen pengukuran yang terdiri dari tes uraian
untuk pelaksanaan pre test, post test, dan tes
retensi. Data yang telah terkumpul diuji prasyarat
dengan uji normalitas (uji Kolmogorov-Smirnov)
). Uji hipotesis
dan uji homogenitas (uji
perbedaan tingkat retensi hasil belajar dilakukan
dengan uji Anakova menggunakan program IBM
SPSS Statistics Version 22.00.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Setelah pembelajaran dengan strategi CS
dijalankan selama 1 semester, hasil tes retensi
menunjukkan data bahwa rerata hasil belajar
siswa berkemampuan akademik tinggi adalah
sebesar 46,044 sedangkan
pada siswa
berkemampuan akademik rendah sebesar 45,347.
Hasil uji hipotesis perbedaan retensi hasil belajar
pada siswa berkemampuan akademik rendah dan
tinggi yang menerapkan pembelajaran dengan
strategi CS pada tahun pertama dapat ditunjukkan
pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa nilai
p=0,849 dan lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian, dapat disimpulkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara tingkat retensi
siswa berkemampuan akademik tinggi dan
rendah yang menerapkan pembelajaran Biologi
melalui strategi CS pada tahun pertama.
664
Pr osiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajar annya
Tabel 1. Perbedaan Retensi Hasil Belajar Siswa
Berkemampuan Akademik Rendah dan Tinggi
pada Pembelajaran Biologi yang Menerapkan
Strategi CS di Tahun Pertama
Source
Type III
Sum of
Squares
df
Mean
Squar
e
F
Sig.
Bercermin dari hasil yang ditunjukkan pada
penelitian tahun pertama dan tahun ke dua, dapat
diartikan bahwa pada siswa berkemampuan
akademik tinggi dan rendah yang menjalani
pembelajaran Biologi melalui strategi CS tidak
terdapat perbedaan tingkat retensi yang
signifikan. Dengan demikian, strategi CS
berpotensi dapat memberdayakan retensi siswa
berkemampuan akademik rendah pada tingkat
yang sama dengan siswa berkemampuan
akademik tinggi.
Corrected
3607,094a
2 1803,6 28,4 ,000
Model
Intercept
321,480
1 321,48 5,06 ,036
PRA
3325,627
1 3325,6 52,4 ,000
AKADE2,368
1 2,368 ,037 ,849
MIK
Error
1270,408 20 63,520
Total
53126,196 23
Corrected
4877,502 22
Total
a. R Squared = ,740 (Adjusted R Squared = ,713)
Hasil yang serupa ditunjukkan pada penelitian
tahun ke dua. Pada siswa berkemampuan
akademik tinggi, rerata hasil belajar yang
didapatkan pada pelaksanaan tes retensi adalah
sebesar 37,587 sedangkan pada siswa
berkemampuan akademik rendah sebesar 34,864.
Lebih lanjut, uji beda dilakukan untuk
mengetahui perbedaan kedua rerata tersebut.
Sebagai hasilnya, perbedaan tingkat retensi siswa
berkemampuan akademik tinggi dan rendah pada
pembelajaran CS tahun ke dua dapat dilihat pada
Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Perbedaan Retensi Hasil Belajar Siswa
Berkemampuan Akademik Rendah dan Tinggi
pada Pembelajaran Biologi yang Menerapkan
Strategi CS di Tahun Ke Dua
Source
Type III
Sum of df
Squares
Mean
Squar
e
F
Sig.
Corrected
6187,22a
2 3093,6 73,964 ,000
Model
Intercept
38,399
1 38,399
,918 ,342
PRA
5025,04
1 5025,0 120,2 ,000
AKADE101,920
1 101,92 2,437 ,124
MIK
Error
2425,9 58 41,826
Total
88760,9 61
Corrected
8613,12 60
Total
a. R Squared = ,718 (Adjusted R Squared = ,709)
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa
p=0,124. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05
sehingga dapat diartikan tingkat retensi siswa
berkemampuan akademik tinggi dan rendah yang
menerapkan pembelajaran Biologi dengan
strategi CS pada tahun ke dua juga tidak berbeda
secara signifikan.
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data, terbukti bahwa
retensi siswa dengan kemampuan akademik
berbeda memiliki tingkat retensi hasil belajar
kognitif yang sama. Hasil tersebut diperoleh baik
pada penelitian tahun pertama maupun kedua.
Dengan demikian, dengan penerapan strategi CS
secara konsisten, siswa berkemampuan akademik
rendah mampu mencapai tingkat retensi yang
sama dengan siswa berkemampuan akademik
tinggi. Dalam poin ini akan dibahas aktivitas apa
saja dari CS yang berpotensi sebagai alasan
mengapa siswa akademik rendah mampu
menyamai tingkat retensi yang sama dengan
siswa akademik tinggi.
Meringkas merupakan kegiatan pertama dalam
sintaks pembelajaran CS. Kegiatan meringkas
merupakan kegiatan yang mampu membantu
seseorang menyimpan informasi yang didapatkan
[14]. Terkait dengan kegiatan meringkas,
penelitian terdahulu juga telah melaporkan bahwa
siswa yang meringkas suatu materi memiliki
tingkat ingatan yang lebih baik dari siswa yang
hanya membaca materi tanpa melakukan kegiatan
meringkas [15]. Selain itu, pembiasaan kegiatan
meringkas pada diri siswa dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam me-recall informasi
yang pernah mereka tangkap [16]. Melalui
kegiatan meringkas di setiap pertemuan selama
satu semester yang dilakukan baik pada siswa
akademik tinggi maupun rendah, maka kedua
kelompok siswa tersebut akan akan lebih mudah
665
Pr osiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajar annya
memanggil kembali materi yang telah tertanam di
otak mereka ketika tes retensi.
Pemberdayaan retensi siswa akademik tinggi dan
rendah pun dilakukan saat para siswa melakukan
kegiatan
penyusunan
rangkuman
secara
berpasangan. Ketika melakukan kegiatan
tersebut, guru mendorong setiap pasangan siswa
untuk mengembangkan analogi, gambar, dan lain
sebagainya, untuk membantu mereka meringkas
informasi yang mereka dapat sehingga menjadi
lebih mudah diingat. Kegiatan tersebut dapat
membantu siswa dalam meningkatkan retensi
karena pada kegiatan tersebut siswa didorong
untuk mempelajari materi lebih dalam melalui
kegiatan mengembangkan analogi dan berdiskusi
tentang materi yang sedang mereka pelajari [17].
Kegiatan terakhir dalam pembelajaran CS, yaitu
kegiatan review juga memiliki peranan untuk
menunjang siswa lebih meningkatkan penahanan
dan pemanggilan kembali materi pelajaran.
Tinjauan kembali (review) terhadap apa yang
telah dipelajari penting dilakukan untuk
mempertahankan retensi [15]. Hal tersebut
sejalan dengan pernyataan Sherman [16].
Kegiatan review sebenarnya merupakan kegiatan
yang melatih seseorang dalam me-recall
informasi juga [16]. Kegiatan review pada setiap
pertemuan telah melatih setiap pasangan siswa
untuk selalu mengingat kembali materi yang
telah mereka pelajari bersama di setiap akhir
pelajaran.
Manfaat penerapan strategi CS sebagai sarana
pemberdayaan retensi siswa pernah dilaporkan
pada laporan terdahulu [18]. Namun, melalui
laporan ini, manfaat dan potensi yang cukup
penting terkait retensi dan penerapan strategi CS
menjadi lebih terungkap. Dari hasil penelitian ini,
dapat diketahui bahwa perbedaan kemampuan
akademik tidak akan mempengaruhi tingkat
retensi siswa yang dibiasakan untuk melakukan
kegiatan meringkas, berdiskusi berpasangan, dan
review yang dilakukan secara terus menerus.
Dengan demikian, penggunaan strategi CS secara
konsisten dapat digunakan oleh guru sebagai cara
untuk mengatasi permasalahan rendahnya daya
ingat siswa, baik siswa berkemampuan akademik
tinggi maupun rendah. Selain itu, hal lain yang
cukup penting adalah strategi CS dapat dijadikan
salah satu alternatif strategi pembelajaran untuk
menolong siswa berkemampuan akademik
rendah.
V. KESIMPULAN
Penerapan strategi CS pada pembelajaran Biologi
dapat memberdayakan retensi hasil belajar siswa,
baik berkemampuan akademik tinggi maupun
rendah. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara tingkat retensi siswa berkemampuan
akademik tinggi dan rendah melalui penerapan
strategi CS ini. Dengan demikian, strategi CS
berpotensi memberdayakan retensi siswa
berkemampuan akademik rendah pada tingkat
yang sama dengan siswa berkemampuan
akademik tinggi. Lebih lanjut, strategi CS dapat
dijadikan salah satu pilihan strategi pembelajaran
yang dapat menolong siswa berkemampuan
akademik rendah.
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Usman, M. U., (2000), Menjadi Guru
Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung.
[2] Dahar, R.W., (1988), Teori-Teori Belajar,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, Jakarta.
[3] Warouw, Z. W. M., (2009), Pengaruh
Pembelajaran Metakognitif dalam Strategi
Cooperative Script dan Reciprocal Teaching
pada Kemampuan Akademik Berbeda
terhadap Kemampuan dan Keterampilan
Metakognitif, Berpikir Kritis, Hasil Belajar
Biologi Siswa, serta Retensinya di SMP
Negeri Manado, Disertasi tidak diterbitkan,
Malang: Program Pascasarjana UM.
[4] Myers, D., (2007). Psychology (8th Edition,
in Modules). Henderson State University:
Worth Publishers.
[5] Winarni, E. W., (2006), Pengaruh Strategi
Pembelajaran terhadap Pemahaman Konsep
IPA-Biologi, Kemampuan Berpikir Kritis,
dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas V SD dengan
Tingkat Kemampuan Akademik Berbeda di
Kota Bengkulu, Disertasi tidak diterbitkan,
Malang: Program Pascasarjana UM.
[6] Corebima, A. D., (2012). Pembelajaran yang
Memberdayakan Keterampilan Metakognitif,
Pemahaman Konsep, dan Retensi pada
Pembelajaran Biologi SMA di Malang untuk
Menolong Siswa Berkemampuan Akademik
Rendah. Malang: Universitas Negeri Malang.
[7] Suryabrata, (2004), Psikologi Pendidikan,
Grafindo Persada, Jakarta.
666
Pr osiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajar annya
[8] Humphreys, B., Johnson, R.T., dan Johnson,
D. W., (1982). Effect of Cooperative,
Competitive, and Individualistic Learning on
Students Achievement in Science Class.
Journal of Research in Science Teaching Vol.
19. (5).
[9] Bonk, C., (1998), Cooperative Learning and
Cooperative Teaching Scripts, (Online),
http://www.indiana.edu/~bobweb/script.html,
Diakses tanggal 3 Januari 2013.
[10]
Hawkins, M., (2010), How To Retain
What
You
Learn,
(Online),
http://www.alpinelink.com/Leadership_Sales
_Management_Consulting_Papers_Tools_Te
mplates.aspx. Diakses tanggal 8 Oktiber
2015.
[11]
Kellog, R. T. dan Raulerson III, B, A.,
(2007), Improving the Writing Skills of
College Students, Psychonomic Bulletin &
Review Vol. 14 (2): 237-242.
[12]
Slavin, R.E., (2008), Cooperative
Learning: Theory, Reasearc, and Practice,
Diterjemahkan Oleh Nurulita. Nusa Media,
Bandung.
[13]
Jacobs, G.M., Lee, G.S., dan Ball, J.,
(1996), Learning Cooperative Learning Via
Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO
Regional Language Center.
[14]
Slavin, R. E., (2006), Psikologi
Pendidikan: Teori dan Praktik. Terjemahan
Marianto Samosir, PT Indeks, Jakarta.
[15]
Degeng, N. S., (1989), Ilmu Pengajaran:
Taksonomi Variable, Dirjen Pendidikan
Tinggi, PPLPTK, Jakarta.
[16]
Sherman, T. M., (1984), Proves
Strategies for Successful Learning, Bell &
Howell Company, Collumbus.
[17]
Craik, F. I. M. and Tulving, E, (1975),
Journal ol Experimental Psychology: Depth
of Processing and the Retention of Words in
Episodic Memory, Vol. 104, No. 3, pp 268294.
[18]
Kolow, A., (2012), Pengaruh Model
Pembelajaran STAD dan Cooperative Script
terhadap Hasil Belajar Kognitif Sains
Biologi, Sikap Sosial serta Retensi Siswa
SMP Kota Samarinda, Tesis tidak
Diterbitkan, PPS Universitas Negeri Malang,
Malang.
667
PERBEDAAN PEMBERDAYAAN RETENSI ANTARA SISWA SMA
AKADEMIK RENDAH DAN TINGGI MELALUI PEMBELAJARAN
COOPERATIVE SCRIPT DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Ika Sukmawati 1), Shefa Dwijayanti Ramadani 1), Ahmad Fauzi 1) , Aloysius Duran Corebima 2)
1
Pascasarjana Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5, Malang
2
Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5, Malang
e-Mail : [email protected]
ABSTRAK
Pembelajaran bukan hanya proses yang menuntut tingginya pemahaman konsep yang diperoleh oleh
siswa. Materi pembelajaran yang diperoleh, selain diharapkan mampu dipahami, juga diharapkan
mampu disimpan dengan baik di dalam otak siswa. Cooperative Script (CS) merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang diusulkan berbagai peneliti pendidikan dalam usaha pemberdayaan
retensi siswa. Menurut berbagai laporan yang telah dipublikasikan, siswa dengan kemampuan
akademik rendah akan memiliki tingkat retensi yang lebih rendah pula. Studi ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan tingkat retensi siswa berkemampuan akademik rendah dengan tinggi yang
memperoleh pembelajaran Biologi melalui strategi CS selama satu semester. Penelitian dilakukan
selama dua periode selama dua tahun, tahun pertama pada subjek penelitian siswa kelas X dan tahun
kedua pada siswa kelas XI SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan pada retensi hasil belajar antara siswa berkemampuan akademik tinggi dan rendah yang
menerapkan strategi pembelajaran CS, baik pada tahun pertama (p=0.849) maupun pada tahun
kedua (p=0,124). Hasil dari studi ini menunjukkan adanya potensi strategi CS dalam memberdayakan
retensi siswa berkemampuan akademik rendah pada tingkat yang sama dengan siswa akademik tinggi.
Kata kunci: retensi, kemampuan akademik, cooperative script
I.
PENDAHULUAN
Pencapaian
hasil
belajar
oleh
siswa
mencerminkan keberhasilan pembelajaran. Salah
satu indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak
ukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar
adalah daya serap terhadap bahan pelajaran yang
diajarkan, serta kemampuan siswa mencapai
prestasi tinggi, baik secara individu maupun
kelompok [1]. Kegiatan-kegiatan dalam proses
pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk
membantu siswa mencapai hasil belajar sesuai
tujuan. Namun demikian, hasil belajar yang
tinggi sesungguhnya bukanlah satu-satunya
faktor yang dituntut dalam pembelajaran yang
berhasil.
Efektivitas suatu pembelajaran juga dilihat
berdasarkan kemampuan siswa mengolah dan
menyimpan informasi yang diterima dalam
jangka waktu tertentu. Dengan kata lain,
pembelajaran yang efektif juga menuntut
bertahannya informasi yang telah dipelajari
dalam ingatan jangka panjang siswa. Hal ini
dapat dipahami karena pada dasarnya
kemampuan mengingat juga merupakan salah
satu faktor penting dalam kegiatan belajar.
Ketika belajar, informasi yang dipelajari siswa
akan disimpan dan bertahan dalam memorinya.
Bertahannya materi yang dipelajari dalam
memori yang tidak dilupakan disebut dengan
retensi [2]. Definisi lain dari retensi adalah suatu
kemampuan yang dimiliki siswa yang tersimpan
dalam long term memory yang mampu
ditampilkan setelah selang waktu tertentu [3].
Pada siswa yang berhasil menyimpan hasil
belajar dalam ingatan jangka panjang, informasi
yang telah disimpan itu dapat diungkapkan
kembali ketika dibutuhkan pada sewaktu-waktu
melalui proses pemanggilan memori dari memori
662
Pr osiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajar annya
jangka panjang ke memori jangka pendek untuk
kemudian diekspresikan ke generator respons [2].
Tingkat retensi pada setiap orang tidaklah sama.
Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa informasi
yang disimpan dalam memori juga dapat
dilupakan. Lupa merupakan ketidakmampuan
seseorang untuk mendapatkan kembali informasi
yang telah dipelajari. Ketidakmampuan tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya
yang berkaitan dengan kegagalan mengkode
informasi, ketahanan memori yang lemah, dan
kegagalan memindah informasi dari memori
jangka panjang ke memori jangka pendek.
Kegagalan pengambilan informasi ini dapat
terjadi ketika terlalu sedikit petunjuk untuk
memanggil informasi dari memori jangka
panjang, atau karena terjadinya kompetisi
informasi baru dan informasi lama yang disebut
dengan interferensi [4].
Beberapa faktor mempengaruhi tinggi atau
rendahnya retensi yang dimiliki siswa. Pada
kenyataannya kondisi siswa sangat beragam, dan
salah satu atribut pembeda kondisi siswa yaitu
kemampuan akademik. Kemampuan akademik
merupakan gambaran tingkat pengetahuan atau
kemampuan siswa terhadap suatu materi
pembelajaran yang sudah dipelajari dan dapat
digunakan sebagai bekal atau modal untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan
lebih kompleks lagi [5]. Pada beberapa tahun
terakhir, kondisi akademik siswa SMA di setiap
sekolah telah terpolarisasi menjadi tingkat
kemampuan akademik tinggi dan rendah.
Berbagai penelitian juga telah melaporkan
adanya kesenjangan pencapaian antara siswa
berkemampuan akademik tinggi dan rendah,
termasuk dalam aspek tingkat retensi.
Sayangnya, pemberdayaan retensi dalam
pembelajaran biologi di tingkat SMA masih
kurang dilakukan terutama di kalangan siswa
berkemampuan akademik rendah. Aktivitas
pembelajaran yang dilakukan dan hasil belajar
kognitif yang diukur lebih cenderung ke arah
penguasaan konsep yang berpeluang besar akan
segera hilang. Padahal, retensi merupakan suatu
aspek penting yang harus diupayakan dalam
pembelajaran. Kualitas penguasaan konsep yang
diukur sebagai daya retensi lah yang berperanan
besar bagi pembentukan sikap maupun
keterampilan-keterampilan lain yang dibutuhkan
untuk hidup [6].
Dalam pembelajaran, retensi hasil belajar siswa
dapat diberdayakan melalui pemilihan strategi
pembelajaran yang sesuai. Setiap individu
memang memiliki kemampuan mengingat yang
berbeda-beda, tetapi setiap siswa dapat
meningkatkan kemampuan mengingatnya dengan
pengaturan kondisi pembelajaran yang lebih baik
dan penggunaan metode yang lebih tepat [7].
Berkaitan
dengan
pemilihan
strategi
pembelajaran, siswa yang belajar sains melalui
strategi pembelajaran kooperatif terbukti
memiliki daya retensi lebih tinggi dibandingkan
siswa yang belajar secara individual [8].
Salah satu strategi kooperatif yang dapat dipilih
dalam pembelajaran yang memberdayakan
retensi adalah Cooperative Script (CS). Langkahlangkah pembelajaran CS terdiri dari serangkaian
fase yang memuat kegiatan belajar siswa, yaitu
motivasi dan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyajian informasi, pengorganisasian siswa
dalam kelompok belajar beranggotakan dua
orang, serta pembimbingan kelompok dalam
kegiatan belajar. Pada fase pembimbingan
kelompok belajar, kegiatan belajar siswa yaitu
membaca dan membuat ringkasan dari materi
pertama yang telah dibaca. Hasil ringkasan siswa
pertama dibacakan untuk disimak oleh pasangan
yang bertugas mengoreksi kebenaran serta
kelengkapan ide. Kemudian, kedua siswa bekerja
sama menyusun ringkasan yang lebih baik.
Rangkaian kegiatan ini diulang untuk materi
berikutnya, yang memungkinkan kedua siswa
untuk bertukar peran sebagai pembaca dan
penyimak [9].
Menulis ringkasan sebagai salah satu kegiatan
esensial dalam CS memiliki manfaat dalam
pemberdayaan retensi hasil belajar. Menulis
informasi yang telah didengar, dilihat, atau
dibaca dapat menjadi suatu penguatan
(reinforcement) bagi ingatan, sehingga proses
menulis itu menimbulkan suatu imprint pada
ingatan. Hal ini dapat menjadi semakin baik jika
kegiatan menulis dilakukan sebagai suatu
kebiasaan, sehingga siswa semakin terampil
mengidentifikasi dan mengingat poin-poin
penting yang harus dikuasai dalam materi
pembelajaran [10]. Menulis itu sendiri juga
merupakan bentuk aktivitas kognitif yang
menantang, karena dalam waktu sekaligus
membutuhkan memori yang kuat, kemampuan
berbahasa, dan kemampuan berpikir yang baik.
663
Pr osiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajar annya
Berkaitan dengan retensi, menulis membutuhkan
kemampuan pengambilan informasi dengan cepat
dari ingatan jangka panjang [11].
Berdiskusi juga merupakan salah satu aktivitas
yang berpotensi meningkatkan retensi. Pada
strategi CS, ringkasan yang telah dibuat oleh
masing-masing siswa dibacakan kepada pasangan
untuk kemudian dikomentari dan didiskusikan.
Mendiskusikan hal-hal yang telah dipelajari
dengan siswa lain membantu memperbaiki
pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas diskusi juga
memungkinkan pemahaman menjadi lebih jelas
serta memperkaya informasi yang dipelajari [10].
Telah banyak studi yang menunjukkan bahwa
siswa yang belajar dengan berdiskusi dapat
mempelajari dan mengendapkan materi lebih
banyak dari pada siswa yang hanya merangkum
atau membaca materi [12]. Setelah berdiskusi,
siswa menyusun ringkasan yang baru, yang
tentunya lebih baik dari ringkasan sebelumnya.
Perbaikan yang dilakukan siswa didasarkan pada
proses refleksi atas komentar pasangan.
Merefleksi juga merupakan aktivitas yang
meningkatkan retensi [10].
Beberapa
laporan
penelitian
telah
mengungkapkan potensi strategi CS dalam
memberdayakan retensi siswa, baik siswa
berkemampuan akademik tinggi maupun
akademik rendah. Salah satu dari beberapa
penelitian tersebut mengungkapkan bahwa
penerapan strategi CS selama pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman dan ingatan. Peran
strategi CS dalam meningkatkan ingatan siswa
terjadi melalui adanya pengulangan materi yang
ada dalam langkah pembelajaran [13].
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
perbedaan tingkat retensi hasil belajar siswa
berkemampuan akademik rendah dan tinggi yang
menerapkan pembelajaran Biologi melalui
strategi CS selama satu semester. Penelitian
dilakukan melalui dua tahap yakni penelitian
tahun pertama dan penelitian tahun ke dua.
Penelitian dilakukan dengan desain penelitian
quasi eksperimen.
II.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan dengan desain
penelitian eksperimen semu (quasi experimental
design) berpola pretest-posttest nonequivalent
control group design. Populasi penelitian
mencakup seluruh siswa berkemampuana
akademik tinggi dan rendah kelas X dan XI di
Malang. Sedangkan, sampel penelitian mencakup
siswa kelas X SMA Shalahudin Malang dan
SMA Negeri 1 Tumpang pada semester ganjil
tahun ajaran 2012/2013 untuk penelitian tahun
pertama, serta kelas XI SMA Diponegoro dan
SMA Negeri 1 Tumpang pada semester ganjil
tahun ajaran 2013/2014 untuk penelitian tahun ke
dua. Siswa kelas X SMA Shalahudin dan kelas
XI SMA Diponegoro mewakili kelompok siswa
berkemampuan akademik rendah, sedangkan
siswa kelas X dan XI SMA Negeri 1 Tumpang
mewakili kelompok siswa berkemampuan
akademik tinggi.
Instrumen penelitian yang digunakan meliputi
instrumen perlakuaan yang meliputi silabus,
RPP, Lembar Kerja Siswa, dan Lembar
Observasi
Keterlaksanaan
Sintaks;
serta
instrumen pengukuran yang terdiri dari tes uraian
untuk pelaksanaan pre test, post test, dan tes
retensi. Data yang telah terkumpul diuji prasyarat
dengan uji normalitas (uji Kolmogorov-Smirnov)
). Uji hipotesis
dan uji homogenitas (uji
perbedaan tingkat retensi hasil belajar dilakukan
dengan uji Anakova menggunakan program IBM
SPSS Statistics Version 22.00.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Setelah pembelajaran dengan strategi CS
dijalankan selama 1 semester, hasil tes retensi
menunjukkan data bahwa rerata hasil belajar
siswa berkemampuan akademik tinggi adalah
sebesar 46,044 sedangkan
pada siswa
berkemampuan akademik rendah sebesar 45,347.
Hasil uji hipotesis perbedaan retensi hasil belajar
pada siswa berkemampuan akademik rendah dan
tinggi yang menerapkan pembelajaran dengan
strategi CS pada tahun pertama dapat ditunjukkan
pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa nilai
p=0,849 dan lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian, dapat disimpulkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara tingkat retensi
siswa berkemampuan akademik tinggi dan
rendah yang menerapkan pembelajaran Biologi
melalui strategi CS pada tahun pertama.
664
Pr osiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajar annya
Tabel 1. Perbedaan Retensi Hasil Belajar Siswa
Berkemampuan Akademik Rendah dan Tinggi
pada Pembelajaran Biologi yang Menerapkan
Strategi CS di Tahun Pertama
Source
Type III
Sum of
Squares
df
Mean
Squar
e
F
Sig.
Bercermin dari hasil yang ditunjukkan pada
penelitian tahun pertama dan tahun ke dua, dapat
diartikan bahwa pada siswa berkemampuan
akademik tinggi dan rendah yang menjalani
pembelajaran Biologi melalui strategi CS tidak
terdapat perbedaan tingkat retensi yang
signifikan. Dengan demikian, strategi CS
berpotensi dapat memberdayakan retensi siswa
berkemampuan akademik rendah pada tingkat
yang sama dengan siswa berkemampuan
akademik tinggi.
Corrected
3607,094a
2 1803,6 28,4 ,000
Model
Intercept
321,480
1 321,48 5,06 ,036
PRA
3325,627
1 3325,6 52,4 ,000
AKADE2,368
1 2,368 ,037 ,849
MIK
Error
1270,408 20 63,520
Total
53126,196 23
Corrected
4877,502 22
Total
a. R Squared = ,740 (Adjusted R Squared = ,713)
Hasil yang serupa ditunjukkan pada penelitian
tahun ke dua. Pada siswa berkemampuan
akademik tinggi, rerata hasil belajar yang
didapatkan pada pelaksanaan tes retensi adalah
sebesar 37,587 sedangkan pada siswa
berkemampuan akademik rendah sebesar 34,864.
Lebih lanjut, uji beda dilakukan untuk
mengetahui perbedaan kedua rerata tersebut.
Sebagai hasilnya, perbedaan tingkat retensi siswa
berkemampuan akademik tinggi dan rendah pada
pembelajaran CS tahun ke dua dapat dilihat pada
Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Perbedaan Retensi Hasil Belajar Siswa
Berkemampuan Akademik Rendah dan Tinggi
pada Pembelajaran Biologi yang Menerapkan
Strategi CS di Tahun Ke Dua
Source
Type III
Sum of df
Squares
Mean
Squar
e
F
Sig.
Corrected
6187,22a
2 3093,6 73,964 ,000
Model
Intercept
38,399
1 38,399
,918 ,342
PRA
5025,04
1 5025,0 120,2 ,000
AKADE101,920
1 101,92 2,437 ,124
MIK
Error
2425,9 58 41,826
Total
88760,9 61
Corrected
8613,12 60
Total
a. R Squared = ,718 (Adjusted R Squared = ,709)
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa
p=0,124. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05
sehingga dapat diartikan tingkat retensi siswa
berkemampuan akademik tinggi dan rendah yang
menerapkan pembelajaran Biologi dengan
strategi CS pada tahun ke dua juga tidak berbeda
secara signifikan.
IV. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data, terbukti bahwa
retensi siswa dengan kemampuan akademik
berbeda memiliki tingkat retensi hasil belajar
kognitif yang sama. Hasil tersebut diperoleh baik
pada penelitian tahun pertama maupun kedua.
Dengan demikian, dengan penerapan strategi CS
secara konsisten, siswa berkemampuan akademik
rendah mampu mencapai tingkat retensi yang
sama dengan siswa berkemampuan akademik
tinggi. Dalam poin ini akan dibahas aktivitas apa
saja dari CS yang berpotensi sebagai alasan
mengapa siswa akademik rendah mampu
menyamai tingkat retensi yang sama dengan
siswa akademik tinggi.
Meringkas merupakan kegiatan pertama dalam
sintaks pembelajaran CS. Kegiatan meringkas
merupakan kegiatan yang mampu membantu
seseorang menyimpan informasi yang didapatkan
[14]. Terkait dengan kegiatan meringkas,
penelitian terdahulu juga telah melaporkan bahwa
siswa yang meringkas suatu materi memiliki
tingkat ingatan yang lebih baik dari siswa yang
hanya membaca materi tanpa melakukan kegiatan
meringkas [15]. Selain itu, pembiasaan kegiatan
meringkas pada diri siswa dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam me-recall informasi
yang pernah mereka tangkap [16]. Melalui
kegiatan meringkas di setiap pertemuan selama
satu semester yang dilakukan baik pada siswa
akademik tinggi maupun rendah, maka kedua
kelompok siswa tersebut akan akan lebih mudah
665
Pr osiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajar annya
memanggil kembali materi yang telah tertanam di
otak mereka ketika tes retensi.
Pemberdayaan retensi siswa akademik tinggi dan
rendah pun dilakukan saat para siswa melakukan
kegiatan
penyusunan
rangkuman
secara
berpasangan. Ketika melakukan kegiatan
tersebut, guru mendorong setiap pasangan siswa
untuk mengembangkan analogi, gambar, dan lain
sebagainya, untuk membantu mereka meringkas
informasi yang mereka dapat sehingga menjadi
lebih mudah diingat. Kegiatan tersebut dapat
membantu siswa dalam meningkatkan retensi
karena pada kegiatan tersebut siswa didorong
untuk mempelajari materi lebih dalam melalui
kegiatan mengembangkan analogi dan berdiskusi
tentang materi yang sedang mereka pelajari [17].
Kegiatan terakhir dalam pembelajaran CS, yaitu
kegiatan review juga memiliki peranan untuk
menunjang siswa lebih meningkatkan penahanan
dan pemanggilan kembali materi pelajaran.
Tinjauan kembali (review) terhadap apa yang
telah dipelajari penting dilakukan untuk
mempertahankan retensi [15]. Hal tersebut
sejalan dengan pernyataan Sherman [16].
Kegiatan review sebenarnya merupakan kegiatan
yang melatih seseorang dalam me-recall
informasi juga [16]. Kegiatan review pada setiap
pertemuan telah melatih setiap pasangan siswa
untuk selalu mengingat kembali materi yang
telah mereka pelajari bersama di setiap akhir
pelajaran.
Manfaat penerapan strategi CS sebagai sarana
pemberdayaan retensi siswa pernah dilaporkan
pada laporan terdahulu [18]. Namun, melalui
laporan ini, manfaat dan potensi yang cukup
penting terkait retensi dan penerapan strategi CS
menjadi lebih terungkap. Dari hasil penelitian ini,
dapat diketahui bahwa perbedaan kemampuan
akademik tidak akan mempengaruhi tingkat
retensi siswa yang dibiasakan untuk melakukan
kegiatan meringkas, berdiskusi berpasangan, dan
review yang dilakukan secara terus menerus.
Dengan demikian, penggunaan strategi CS secara
konsisten dapat digunakan oleh guru sebagai cara
untuk mengatasi permasalahan rendahnya daya
ingat siswa, baik siswa berkemampuan akademik
tinggi maupun rendah. Selain itu, hal lain yang
cukup penting adalah strategi CS dapat dijadikan
salah satu alternatif strategi pembelajaran untuk
menolong siswa berkemampuan akademik
rendah.
V. KESIMPULAN
Penerapan strategi CS pada pembelajaran Biologi
dapat memberdayakan retensi hasil belajar siswa,
baik berkemampuan akademik tinggi maupun
rendah. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara tingkat retensi siswa berkemampuan
akademik tinggi dan rendah melalui penerapan
strategi CS ini. Dengan demikian, strategi CS
berpotensi memberdayakan retensi siswa
berkemampuan akademik rendah pada tingkat
yang sama dengan siswa berkemampuan
akademik tinggi. Lebih lanjut, strategi CS dapat
dijadikan salah satu pilihan strategi pembelajaran
yang dapat menolong siswa berkemampuan
akademik rendah.
V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Usman, M. U., (2000), Menjadi Guru
Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung.
[2] Dahar, R.W., (1988), Teori-Teori Belajar,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, Jakarta.
[3] Warouw, Z. W. M., (2009), Pengaruh
Pembelajaran Metakognitif dalam Strategi
Cooperative Script dan Reciprocal Teaching
pada Kemampuan Akademik Berbeda
terhadap Kemampuan dan Keterampilan
Metakognitif, Berpikir Kritis, Hasil Belajar
Biologi Siswa, serta Retensinya di SMP
Negeri Manado, Disertasi tidak diterbitkan,
Malang: Program Pascasarjana UM.
[4] Myers, D., (2007). Psychology (8th Edition,
in Modules). Henderson State University:
Worth Publishers.
[5] Winarni, E. W., (2006), Pengaruh Strategi
Pembelajaran terhadap Pemahaman Konsep
IPA-Biologi, Kemampuan Berpikir Kritis,
dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas V SD dengan
Tingkat Kemampuan Akademik Berbeda di
Kota Bengkulu, Disertasi tidak diterbitkan,
Malang: Program Pascasarjana UM.
[6] Corebima, A. D., (2012). Pembelajaran yang
Memberdayakan Keterampilan Metakognitif,
Pemahaman Konsep, dan Retensi pada
Pembelajaran Biologi SMA di Malang untuk
Menolong Siswa Berkemampuan Akademik
Rendah. Malang: Universitas Negeri Malang.
[7] Suryabrata, (2004), Psikologi Pendidikan,
Grafindo Persada, Jakarta.
666
Pr osiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajar annya
[8] Humphreys, B., Johnson, R.T., dan Johnson,
D. W., (1982). Effect of Cooperative,
Competitive, and Individualistic Learning on
Students Achievement in Science Class.
Journal of Research in Science Teaching Vol.
19. (5).
[9] Bonk, C., (1998), Cooperative Learning and
Cooperative Teaching Scripts, (Online),
http://www.indiana.edu/~bobweb/script.html,
Diakses tanggal 3 Januari 2013.
[10]
Hawkins, M., (2010), How To Retain
What
You
Learn,
(Online),
http://www.alpinelink.com/Leadership_Sales
_Management_Consulting_Papers_Tools_Te
mplates.aspx. Diakses tanggal 8 Oktiber
2015.
[11]
Kellog, R. T. dan Raulerson III, B, A.,
(2007), Improving the Writing Skills of
College Students, Psychonomic Bulletin &
Review Vol. 14 (2): 237-242.
[12]
Slavin, R.E., (2008), Cooperative
Learning: Theory, Reasearc, and Practice,
Diterjemahkan Oleh Nurulita. Nusa Media,
Bandung.
[13]
Jacobs, G.M., Lee, G.S., dan Ball, J.,
(1996), Learning Cooperative Learning Via
Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO
Regional Language Center.
[14]
Slavin, R. E., (2006), Psikologi
Pendidikan: Teori dan Praktik. Terjemahan
Marianto Samosir, PT Indeks, Jakarta.
[15]
Degeng, N. S., (1989), Ilmu Pengajaran:
Taksonomi Variable, Dirjen Pendidikan
Tinggi, PPLPTK, Jakarta.
[16]
Sherman, T. M., (1984), Proves
Strategies for Successful Learning, Bell &
Howell Company, Collumbus.
[17]
Craik, F. I. M. and Tulving, E, (1975),
Journal ol Experimental Psychology: Depth
of Processing and the Retention of Words in
Episodic Memory, Vol. 104, No. 3, pp 268294.
[18]
Kolow, A., (2012), Pengaruh Model
Pembelajaran STAD dan Cooperative Script
terhadap Hasil Belajar Kognitif Sains
Biologi, Sikap Sosial serta Retensi Siswa
SMP Kota Samarinda, Tesis tidak
Diterbitkan, PPS Universitas Negeri Malang,
Malang.
667