MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDE (1)

Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Universitas Indraprasta PGRI, 26 Agustus 2015

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) DENGAN BANTUAN MATEMATIKA GASING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP
Elpius Wetapo 1), Nerru Pranuta M 2), dan Johannes H Siregar 3)
1)

Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Surya
Email: [email protected]
2)
Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Surya
Email: [email protected]
3)
Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Surya
Email: [email protected]

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil
belajar kognitif antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dengan bantuan dengan

Matematika GASING dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP PGRI 396 Kelapa Dua Tangerang tahun pelajaran
2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII.2 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah
siswa 39 orang dan kelas VIII.1 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 38 orang. Penelitian ini
merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non ekuivalen (Non
Equivalent Control Group Design). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling .
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar kognitif siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif STAD
dengan bantuan Matematika GASING, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif STAD dengan bantuan Matematika GASING
mendapatkan hasil belajar kognitif yang lebih baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional, dan sikap siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran yang
dilakukan dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan
Matematika GASING.
Kata Kunci. STAD, Matematika GASING, kuasi eksperimen
PENDAHULUAN
Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan yang mengharuskan setiap negara untuk dapat
mengoptimalkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga dapat menghadapi dan memenuhi tuntutan global.
Pendidikan merupakan dimensi utama untuk dapat menciptakan manusia berilmu, berpengetahuan dan berbudaya.
Melalui sebuah sistem pendidikan yang baik suatu bangsa atau negara akan memiliki SDM yang kuat dan

berkualitas pada bidang-bidang yang diinginkan. Penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang pendidikan. Akibatnya pendidikan semakin lama
semakin mengalami kemajuan, sehingga mendorong berbagai usaha pembaharuan.
Hal ini membuat dunia pendidikan semakin menyadari bahwa begitu pentingnya pendidikan dalam
menentukan kualitas SDM yang mampu bersaing dengan SDM dari negara lain, lembaga pendidikan di negara kita
Indonesia sangat minim dan terbatas, namun terus berupaya mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan, dan
metode pengajaran yang efesien dan efektif melalui beberapa cara seperti pembaharuan dan eksperimen.
Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan tidak terlepas dari
peran guru. Guru memiliki peran yang sangat penting akan keberhasilan siswa di dalam pencapaian pembelajaran
matematika di sekolah. Guru juga harus dapat memberikan pembelajaran yang mudah, dan menyenangkan sehingga
siswa dapat dengan mudah memahami matematika. Permasalahan yang sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran
adalah siswa kurang memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru, salah satunya disebabkan oleh cara guru
mengajar yang membosankan sehingga siswa menjadi malas untuk belajar, hal ini berdampak pada prestasi belajar
siswa. Rendahnya prestasi siswa dalam mengerjakan soal matematika disebabkan karena siswa kurang memahami
konsep matematika dengan benar dan kurang memiliki kemampuan dasar matematika.
Oleh karena itu guru harus memilih dan menggunakan metode yang tepat, yang dapat membantu para siswa
agar dapat memahami matematika dengan lebih mudah, asyik dan menyenangkan. Selain itu juga harus sesuai
dengan perkembangan anak dan materi yang akan disampaikan sehingga permasalahan rendahnya prestasi siswa
dapat teratasi.


81

Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Universitas Indraprasta PGRI, 26 Agustus 2015

Banyak penelitian yang sudah dilakukan oleh para ahli untuk dapat menciptakan bagaimana cara
pembelajaran yang menyenangkan. Salah satunya seperti penelitian yang dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya, Ph.D.
Menyadari bahwa salah satu kegagalan siswa dalam belajar matematika adalah siswa tidak dapat menangkap konsep
dengan benar, karena pada umumnya mereka belum sampai ke proses abstraksi, masih dalam dunia konkrit dan baru
sampai pada pemahaman instrumen, yang hanya tahu contoh-contoh, tidak dapat mendeskripsikannya.
Prof. Yohanes Surya, Ph.D berusaha memecahkan masalah yang terjadi di dalam pembelajaran matematika tersebut.
Salah satu cara baru yang diperkenalkan adalah pembelajaran matematika GASING (Gampang, Asik dan
Menyenangkan).
Didalam suatu kegiatan pembelajaran, siswa tidak hanya dituntut perkembangan kemampuan individual
saja, tetapi juga kemampuan berinteraksi.. Oleh karena itu perlu adanya pembelajaran secara kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya dituntut secara individual untuk dapat mencapai sukses atau berusaha
mengalahkan siswa yang lain, melainkan dituntut dapat bekerja sama untuk mencapai hasil bersama. Aspek sosial
yang menonjol, yaitu siswa dituntut bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling ketergantungan satu
sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk

menghargai satu sama lain (Ibrahim, 2000).
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, peneliti akan melihat apakah model pembelajaran kooperatif
STAD dengan bantuan Matematika GASING mampu secara efektif meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII
SMP PGRI 396 Kelapa Dua Tangerang.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian eksperimen yang digunakan
adalah quasi Eksperimental. Dengan model kelompok kontrol tidak ekuivalen ( Non Equivalent Control Group
Design). Menurut Sugiyono (2013) mengatakan bahwa Non equivalent Control Group Design mempunyai desain
rancangan sebagai berikut:
O1
O3

X

O2
O4

Keterangan :
O1
= pretest kelas eksperimen

O2
=
posttest kelas eksperimen
O3
=
pretest kelas kontrol
O4
=
posttest kelas kontrol
X
=
Pemberian perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif STAD Matematika GASING
Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP PGRI 396 Kelapa Dua Tangerang,
sedangkan sampel yang digunakan didalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 dan siswa kelas VII-2. Pemilihan
sampel didalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Dimana kelas VIII-1 dijadikan sebagai
kelompok kontrol, dan kelas VIII-2 dijadikan sebagai kelompok eksperimen.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif STAD. dengan bantuan
pembelajaran matematika GASING, sedangkan variabel terikatnya hasil belajar kognitif siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif antara
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Division (STAD) dengan bantuan dengan Matematika GASING dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional
Hasil dan Pembahasan
Berikut adalah paparan pelaksanaan penelitian, analisis data dan pembahasan hasil temuan dalam penelitian ini :
a.
Pembelajaran pada kelas eksperimen mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD) bantuan matematika GASING. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen
dijelaskan sebagai berikut:
Pembelajaran dimulai dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan
secara acak dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 orang siswa. Setelah siswa dikelompokkan,
siswa duduk sesuai dengan kelompoknya dan peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

82

Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Universitas Indraprasta PGRI, 26 Agustus 2015

Gambar 1. Pembelajaran yang berlangsung pada kelas eksperiment
Setelah siswa duduk bersama-sama kelompoknya dan setelah menerima LKS. Siswa mempelajari materi
bangun ruang secara konkrit dengan alat peraga GASING yang berupa kubus dan balok tiga dimensi, siswa

mengarahkan untuk menemukan hasil dari siswa sendiri. Untuk itu peneliti ingin menggali pengetahuan
siswa dengan memberi pertanyaan kepada siswa, Setelah siswa menjawab, peneliti memberi konfirmasi atas
jawaban yang diberikan oleh siswa.

Gambar 2. Pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen dengan berbantuan matematika GASING
b.

Pembelajaran pada kelas kelas kontrol mengunakan metode pembelajaran konvensional. Proses pembelajaran
pada kelas kontrol adalah:
Pada kelas kontrol peneliti menjelaskan tentang materi yang akan dibahas yaitu tentang bangun ruang kubus
dan balok. Siswa mempelajari materi bangun ruang kubus dan balok tiga dimensi, siswa mengarahkan untuk
menemukan hasil dari siswa sendiri.
Pembelajaran pada kelas kontrol tidak dibentuk berkelompok dan pembelajaran yang terapkan pada kelas
tersebut dilakukan secara biasa disesuaikan dengan pengajaran guru matematika yang setempat. Peneliti
menjelaskan tentang bangun ruang kubus, balok dan membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) secara
individu. Setelah menyelesaikan LKS peneliti bersama siswa membahas soal LKS tersebut.
Pertemuan-pertemua berikutnya selalu dimulai dengan mengingatkan materi –materi pada pertemuan
sebelumnya, dan selanjutnya peneliti menjelaskan topik materi yang akan dipelajari. Pada proses
pembelajaran pada setiap pertemuan siswa diminta untuk dapat menyelesaikan LKS yang harus diselesaikan
secara individu.


83

Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Universitas Indraprasta PGRI, 26 Agustus 2015

Gambar 3. Pada saat pertemuan pertama kelas kontrol
a.

Analisis Data Tahap Awal
Analisis data tahap awal bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol berangkat
dari kondisi awal yang sama atau tidak untuk itu akan diuji normalitasnya. Untuk mengetahui kondisi awal
tersebut nilai yang dijadikan acuan adalah nilai awal siswa. Nilai awal yang digunakan dalam penelitian ini
bukanlah data hasil pretest namun diambilkan dari data nilai murni tengah semester. Analisis data tahap awal
meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata.




Uji Normalitas Data Awal

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah nilai tengah semester pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol, berdistribusi normal atau tidak. Adapun hipotesis pengujian normalitas data awal
adalah :
H0 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan berasal dari sampel data yang berdistribusi
normal
Ha : Kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan berasal dari sampel data yang tidak berdistribusi
normal.
Kriteria pengujian normalitas data awal adalah H0 ditolak jika nilai Asymp Sig (2-tailed) < 0,05, dan
sebaliknya H0 diterima jika nilai Asymp Sig (2-tailed) > 0,05.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan software Perpect Statistics Proffesonally
Provanted (PSPP) pada kelas eksperimen diperoleh nilai Asymp Sig (2-tailed) adalah 0,422 > 0,05
sehingga H0 diterima. Artinya berasal dari sampel data yang berdistribusi normal. Sedangkan
diperoleh nilai Asymp Sig (2-tailed) adalah 0,041 < 0,05 sehingga Ha ditolak. Artinya bahwa data
berasal dari sampel yang tidak berdistribusi normal.
Oleh karena ada salah satu kelas ada yang tidak berdistribusi normal, maka untuk uji homogenitas
tidak dilanjutkan. Maka akan dilakukan uji non parametric yaitu Uji Mann Whitney.
Uji Mann Whitney
Dengan prosedur uji tanda dan prosedur uji peringkat bertanda pasangan data yang diambil dari satu
sampel atau dua sampel yang saling terkait dapat dianalisis guna melihat berbedaan yang signifikan.
Uji ini dilakukan karena hasil analisis data awal diperoleh bahwa salah satu kelompok kelas tidak

berdistribusi normal.
Adapun hipotesis pengujian Mann Whitney data awal adalah :
H0 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai rata-rata sama
Ha : Kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai nilai rata-rata yang sama.
Kriteria pengujian Mann Whitney data awal adalah H0 di tolak jika nilai Sig. < 0,05, dan sebaliknya
H0 diterima jika nilai Sig. > 0,05.

84

Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Universitas Indraprasta PGRI, 26 Agustus 2015

Tabel 1. Uji Mann Whitney Data Awal (kelas eksterimen dan kelas kontrol)

Pair 1

b.

Paired Samples Correlations
N

Correlation
Nilai awal_Kelas_Eksprimen
38
,036
& Nilai awal_Kelas_Kontrol

Sig.
,831

Hasil pengujian Mann Whitney untuk data awal adalah berdasarkan tabel Mann Whitney dapat dilihat nilai
Sig. = 0,831 > 0,05 sehingga H0 di terima. Artinya kedua kelompok (kelas eksperimen dan kelas kontrol)
adalah mempunyai nilai rata-rata yang sama, hal ini berarti bahwa kedua sampel berangkat dari kondisi awal
yang sama.
Analisis Data Tahap Akhir
Analisis data tahap akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah dikemukakan. Data yang digunakan
dalam analisis tahap akhir yaitu data nilai postest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Analisis nilai postest dilakukan dengan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji kesamaan dua rata-rata,
Hipotesis pengujian normalitas data posttest adalah:
Ho
: Kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan berasal dari sampel data yang berdistribusi
normal.
Ha
: Kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan berasal dari sampel data yang tidak berdistribusi
normal.
Kriteria pengujian normalitas data posttest adalah H0 di tolak jika nilai Asymp Sig. (2-tailed) < 0,05, dan
sebaliknya H0 diterima jika nilai Asymp Sig. (2-tailed) > 0,05.
Hasil pengujian normalitas data postest adalah
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan software PSPP pada kelas VIII-2 sebagai kelas
eksperimen diperboleh nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,646 > 0,05 sehingga H0 di terima. Sedangkan
pada kelas VIII-1 sebagai kelas kontrol diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,584 > 0,05 sehingga
H0 di terima. Artinya bahwa terbukti data berdistribusi normal tingkat kepercayaan 95%.
Dari hasil diatas jelas bahwa kedua kelompok kelas saling berdistribusi normal.
Uji ini untuk mengetahui apakah kelompok dalam sampel tersebut mempunyai varians yang sama
atau kelompok tersebut dikatakan homogen. Dalam penelitian ini, uji homogenitas menggunakan uji
F. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:
Ho
: Kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama
atau kedua kelompok
kelas tersebut homogenitas.
Ha
: Kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai varians yang sama atau kedua kelompok
kelas tersebut tidak homogenitas.
Kriteria pengujian homogenitas data postest adalah H0 di tolak jika nilai Sig. < 0,05, dan sebaliknya H0
diterima jika nilai Sig. > 0,05.
Hasil pengujian homogenitas data postest adalah sebagai beriku
Berdasarkan output di atas dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% tampak bahwa nilai Sig. = 0,611
> 0,05, jadi H0 diterima. Artinya variansi kedua kelompok adalah homogen.
Uji - t untuk dua kelompok sampel (tidak berpasangan).
Jika analisis data dalam penelitian dilakukan dengan cara membandingkan data dua kelompok sampel, atau
membandingkan data antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, atau membandingkan
peningkatan data kelompok eksperimen dengan peningkatan data kelompok kontrol, maka dilakukan
pengujian hipotesis komparasi dengan uji – t sebagai berikut:
Hipotesis yang digunakan dalam uji-t ini adalah
H0
: Rata-rata prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol sama.
Ha
: Rata-rata prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol tidak sama.
Keriteria pengujian digunakan dalam uji - t ini adalah :
Tolak H0 jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,05 dengan taraf kesalahan 5%.
Hasil pengujian kesamaan dua rata-rata data postest adalah :
Berdasarkan hasil tabel di atas nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0,017 < 0,05 sehingga H0 ditolak. Artinya bahwa
rata-rata posttest kedua sampel adalah berbeda.
Berdasarkan hasil analisis data hasil penelitian yang dibuktikan melalui analisis stastistik yang dilakukan
dengan bantuan perhitungan dengan mengunakan bantuan software PSPP menunjukan bahwa:
Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar kognitif antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan dengan Matematika GASING
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

85

Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Universitas Indraprasta PGRI, 26 Agustus 2015

Postest dilakukan pada akhir pembelajaran pada kedua kelas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan hasil belajar kognitif siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil posttest
diperoleh bahwa dari 39 siswa pada kelas eksperimen yang telah mencapai ketuntasan belajar atau lebih dari
KKM (dengan standar KKM = 71) ada 26 orang siswa, dan untuk kelas kontrol dari 38 siswa yang telah
mencapai ketuntasan belajar atau lebih dari KKM (memperoleh nilai lebih dari 71) ada 21 orang siswa.
Prosentase siswa pada kelas eksperimen, telah mencapai kriteria ketuntasan menimal (KKM) yaitu 66,66 %,
sedangkan kelas kontrol presentase siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu
55,26%.

Grafik Ketuntasan Siswa
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Eksperiment

Tuntas

Kontrol

Tidak Tuntas

Total

Gambar 4. Gafik ketuntasan siswa
Untuk mengetahui besarnnya peningkatan kemampuan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran
yang dihitung dengan rumus N-Gain, yakni:

N - Gain =

Skor Posttest -Skor Prestest
(Meltzer, 2002)
100 -Skor Prestest

Tabel berikut ini adalah hasil uji Normalitas untuk N-Gain
Hasil rata-rata nilai N-Gain untuk kelas VII-2 (Kelas Eksperimen) adalah 0,574, sedangkan hasil rata-rata
nilai N-Gain untuk kelas VII-1 (Kelas Kontrol) adalah 0,549.
Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa besarnya peningkatan untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari
pada besarnya peningkatan pada kelas kontrol.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan bantuan matematika GASING terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas VIII SMP
PGRI 396 Kelapa Dua Tangerang tahun pelajaran 2014/2015 sebagai berikut:
1.
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif STAD ( Student
Team Achievement Division ) dengan bantuan matematika GASING, yang telah mencapai ketuntasan ada 26
orang dari 39 siswa di kelas eksperimen, artinya siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 71
ada 66,66%, sedangkan siswa kelas kontrol yang telah mencapai ketuntasan ada 21 orang dari 38 siswa di
kelas kontrol, artinya siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 71 ada 55,26%.
2.
Besarnya peningkatan hasil belajar kognitif siswa yang memperoleh pengajaran dengan model pembelajaran
kooperatif STAD dengan berbantuan matematika Gasing selaku kelas eksperimen secara signifikan lebih
tinggi dari hasil belajar siswa kelas yang dikelas control.
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1.
Guru matematika kelas VIII SMP PGRI 396 Kelapa Dua Tangerang, dalam menyampaikan materi terkait
bangun ruang kubus dan balok dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan
matematika GASING sebagai salah satu alternatif didalam proses pembelajaran.
2.
Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan matematika GASING, guru
memanfaatkan waktu secara efisien khususnya pada tahapan pelaksanaan pembelajaran sehingga pelaksanaan
pembelajaran bisa maksimal.

86

Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Universitas Indraprasta PGRI, 26 Agustus 2015

DAFTAR PUSTAKA
Annastsi, A., Urbina, S. 2007. Tes Psikologi. Jakarta: PT.Indeks.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Hake,R,R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University
Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press.
Meltzer, D.E. 2002. The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Grains in
Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostice Pretest Scores. Dalam American Journal Physics,Vol
70 (12), 27 halaman
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

.

87

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62