Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Pasar Pajak USU Karona Padang Bulan Medan

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab teori merupakan pedoman berfikir bagi peneliti.Oleh karena itu seorang peneliti harus terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti tersebut menyoroti masalah yang dipilihnya. Menurut Singarimbun (1995:37), teori adalah serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjukan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena social yang menjadi aspek penelitian.

Dalam penelitian kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan dasar yang berguna untuk membantu penelitian dalam memecahkan masalah. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan-batasan tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan, dengan demikian penulis dapat melakukan teori-teori yang relevan dengan tujuan penelitian.


(2)

2.1 Strategi

2.1.1 Konsep Strategi

Strategi merupakan sebagai kosa kata yang pada mulanya berasal dari bahasa yunani, yaitu “startegos” ini berasal dari kata “stratus” yang berarti militer dan „ag‟ yang berarti memimpin (2005:8). Menurut Kotler dan Amstrong (2003:37) Strategi adalah penempatan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan penempatan serangkaian tindakan, serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran ini.

Menurut Faulkner dan Jhonson dalam Kotler dan Amstrong (2003:15) Strategi adalah arah dan cakupan organisasi yang secara ideal untuk jangka yang lebih panjang, yang menyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan yang berubah, dan secara khusus, dan dengan pasarnya, dengan pelangan untuk memenuhi harapan stakeholder.

Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert, Jr. (1995) dalam Tjiptono (2008:3). Konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang beda, yaitu:

1) Dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intends to do).

2) Dari perspektif apa yang organisasi akhirnya dilakukan


(3)

Berdasarkan perspektif yang pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya. Sedangkan berdasarkan perspektif yang kedua strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu.

Strategi menurut Ismail Solihin (2012:24), pada awalnya konsep strategi didefinisikan sebagai kumpulan cara untuk mencapai tujuan (ways to achieve ends). Sejalan dengan perkembangan konsep manajemen strategik (strategic management), strategi tidak didefinisikan hanya semata-mata sebagai cara untuk mencapai tujuan karena strategi dalam konsep manajemen strategik mencakup juga penetapan berbagai tujuan itu sendiri (melalui berbagai keputusan strategis (strategic decisions) yang dibuat oleh manajemen perusahaan) yang diharapkan akan menjamin terpeliharanya keunggulan kompetitif perusahaan. Menurut Porter dalam Solihin (2012:25) tujuan utama pembuatan strategi oleh perusahaan agar perusahaan mampu menghadapi perubahan lingkungan yang terjadi.

Menurut David (2010:18), strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang.

2.1.2 Tipe Strategis

Strategi pada tingkat bisnis bertujuan untuk mengembangkan suatu bisnis yang akan memungkinkan perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif atas pesaingnya dalam suatu pasar atau industry. David


(4)

(2006:224) menyatakan ada dua belas tipe strategi yang dapat dilakukan perusahaan yang dikelompokan dalam empat begian, yaitu :

1. Strategi Integrasi

Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal. Strategi ini memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok, atau pesaing.

a. Integrasi ke depan, yaitu memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali pada distributor atau pengecer. Strategi ini dipilih jika distributor organisasi sangat mahal, mutu distributor terbatas, organisasi bersaing dalam industry sedang bertumbuh, organisasi mempunyai modal dan keunggulan produk stabil sangat tinggi, distributor memperoleh laba yang besar.

b. Integrasi ke belakang, yaitu merujuk pada strategi mencari kepemilikan dari atau kendali besar pada perusahaan pemasok. Strategi ini sangat tepat ketika pemasok perusahaan yang ada saat ini tidak bisa diandalkan, terlampau mahal, atau tidak memenuhi kebutuhan perusahaan.

c. Integrasi horizontal, yaitu merujuk pada strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas perusahaan pesaing. Hal ini dilakukan jika organisasi dapat memperoleh karakteristik monopolistic dalam bidang atau wilayah tertentu, organisasi bersaing dalam industri yang sedang tumbuh, meningkatnya skala ekonomis memberikan keunggulan bersaing yang besar, organisasi mempunyai modal dan sumber daya


(5)

manusia yang berbakat yang diperlukan untuk perluasan perusahaan, pesaing ragu-ragu karena tidak memiliki kemampuan manajerial.

2. Strategi Intensif

Kelompok strategi ini disebut sebagai strategi intensif karena mensyratkan berbagai upaya yang intesif untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan produkyang ada saat ini ingin membaik. Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu:

a. Penetrasi pasar, yaitu berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada di pasar lewat usaha pemasaran yang lebih besar. Strategi ini banyak digunakan sendiri atau dengan kombinasi strategi lain.

b. Pengembangan pasar, yaitu memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada ke wilayah geografi baru.

c. Pengembangan produk, yaitu sebuah strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan memperbaiki produk atau jasa yang suda ada atau mengembangkan produk atau jasa yang baru.

3. Strategi Diversifikasi

Ada tiga tipe umum dari strategi ini, yaitu konsentrik (terfokus), horizontal, dan konglomerat.

a. Diversifikasi konsentrik, yaitu menambah produk atau jasa baru tetapi berkaitan. Hal ini dilakukan jika penambahan produk baru tetapi berkaitan secara signifikan akan memperkuat penjualan produk yang sudah ada.


(6)

b. Diversifikasi horizontal, menambah produk atau jasa baru tetapi tidak berkaitan dengan pelanggan yang sudah ada. Strategi ini digunakan untuk meningkatkan pendapatan.

c. Diversifikasi konglomerat, yaitu menambah produk atau jasa baru tetapi tidak berkaitan. Strategi ini tepat untuk dilakukan jika penjualan dan laba menurun.

4. Strategi Defensif

Startegi defensif adalah strategi yang bertujuan untuk bertahan. Adapun jenis dari strategi ini adalah sebagai berikut:

a. Retrenchment (penciutan), yaitu mengubah pengelompokan lewat penghematan baiaya dan aset untuk membalik penjualan dan laba yang menurun.

b. Divestasi, yaitu menjual suatu divisi atau bagian dari suatu organisasi. Strategi ini digunakan untuk mendapatkan modal guna akuisis atau investasi lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi penciutan untuk membebaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yangmembutuhkan terlalu banyak modal, atau yang tidak begitu sesuai dengan aktivitas-aktivitas perusahaan yang lain.

c. Likuidasi, yaitu menjual seluruh asset perusahaan, secara terpisah-pisah, untuk kekayaan berwujud. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan konsekuensinyabisa menjadi sebuah strategi yang sulit secara emosional. Strategi ini dilakukan apabila organisasi


(7)

telah melakukan strategi penciutan dan divestasi, dan tidak ada yang berhasil.

2.1.3 Formulasi Strategi Melalui Pendekatan SWOT

Formulasi strategi merupakan perencanaan jangka panjang perusahaan. Formulasi strategi dimulai dengan kegiatan analisi situasi. Alat analisis situasional yang banyak dilakukan dalam melakukan formulasi strategi adalah analisis SWOT.

Analisis SWOT adalah keseluruhan evaluasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan (Kotler 2009:51). Analisis situasi ini mengharuskan para manajer strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, di samping memperhatikan ancama-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal. Dari hasil analisis SWOT akan diperoleh strategi alternative perusahaan untuk membantu manajer strategis memutuskan kearah mana perusahaan dapat tumbuh dan berkembang.

Setiap perusahaan harus melakukan analisis SWOT agar mampu memenangkan persaingan bisnis. Tanpa memiliki strategi yang baik, maka usaha tersebut akan mengalami kemerosotan.

Dalam menggunakan SWOT, setelah pengklasifikasian factor internal dan factor eksternal diidentifikasi, maka selanjutnya dilakukan tahap penyusunan Matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan


(8)

Matriks Eksterna Factor Analysis Summary (EFAS). Berikut ini adalah tahap-tahap penentuan Faktor Strategis Internal (IFAS) :

1) Tentukan factor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.

2) Beri bobot masing-masing factor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh factor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

3) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing factor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh factor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variable yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik). Sedangkan variabel yang bersifat negative, kebalikanya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali, maka nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan dibawah rata-rata, maka nilainya adalah 4.

4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh factor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan masing-masing factor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).


(9)

5) Jumlahkan seluruh hasil perkalian dari bobot dan rating, dan letakan pada sub total. Setelah mendapatkan sub total pada kekuatan dan kelemahan, maka selanjutnya dicari selisih diantara keduanya untuk kemudian angka tersebut diaplikasikan pada kuadran analisis SWOT.

Tabel 2.1.3.1 Matriks Internal Factor Analysis Summary (IFAS)

Faktor-faktor Startegi Internal

Bobot Rating Bobot x Rating

Kekuatan (Strength)

Sub Total

Kelemahan (Weakness)

Sub Total 1.00

Selisih Skor Kekuatan Denagan Skor Kelemahan


(10)

Tahap-tahap penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) :

1) Tentukan factor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman perusahaan dalam kolom 1.

2) Beri bobot masing-masing factor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh factor-faktor tersebut posisi strategi perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

3) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing factor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh factor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori peluang) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik). Sedangkan variabel yang bersifat negative, kebalikanya. Contohnya, jika ancaman perusahaan besar sekali, maka nilainya adalah 1, sedangkan jika ancaman dibawah rata-rata, nilainya adalah 4. 4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh factor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing factor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5) Jumlahkan seluruh hasil perkalian dari bobot dan rating, dan letakan pada sub total. Setelah mendapatkan sub total pada kekuatan dan kelemahan, maka selanjutnya dicari selisih diantara keduanya untuk kemudian angka tersebut diaplikasikan pada kuadran analisis SWOT.


(11)

Tabel 2.1.3.2 Matriks External Factor Analysis Summary (EFAS)

Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x

Rating

Peluang (Opportunity)

Sub Total

Ancaman (Threat)

Sub Total

Total 1.00

Selisih Skor Peluang dengan Skor Ancaman

Sumber : Rangkuti (2009:24)

Setelah mendapatkan selisih skor dari kekuatan dengan kelemahan, dan peluang dengan ancaman, selanjutnya hasil dari selisih skor tersebut diaplikasikan ke Diagram Cartesius Analisis SWOT, agar diketahui berdasarkan skor tersebut, perusahaan/organisasi lebih cocok pada kuadran berapa. Diagram Cartesius Analisis SWOT dapat dilihat sebagai berikut.


(12)

Gambar 2.1.3.1 Diagram Cartesius Analisis SWOT

3. Mendukung Strategi Turn-Around 1. Mendukung Strategi Agresif

4. Mendukung Strategi Defensif 2. Mendukung Strategi Diversufikasi

Berbagai Ancaman

Sumber : Rangkuti (2009:19)

Dari Gambar 2.1.3.1 Diagram Cartesius Analisis SWOT, dapat diterangkan hal sebagai berikut :

Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan. tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah

Berbagai Peluang

Kelemahan Internal

Kekuatan Internal


(13)

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth

oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa).

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan

Question Mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan

ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut mengahadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Pada dasarnya alternative strategi yang diambil harus diarahkan pada usaha-usaha untuk mengguanakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan, memanfaatkan peluang-peluang bisnis serta mengantisipasi ancaman. Sehingga dari matriks SWOT tersebut akan diperoleh empat kelompok alternative strategi yang disebut dengan strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT (Kuncoro 2006:51).


(14)

Adapun matriks dari analisis SWOT dapat dilihat seperti berikut.

Table 2.1.3.3 Matriks Analisis SWOT

IFAS

EFAS

STRENGTH (S)

Daftar semua kekuatan yang dimiliki.

WEAKNESS (W)

Daftar semua kelemahan yang dimiliki.

OPPORTUNITIES (O)

Daftar semua peluang yang dapat diidentifikasi

Strategi SO

Gunakan semua kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada.

Strategi WO

Atasi semua kelemahan dengan memanfaatkan semua peluang yang ada.

THREATS (T)

Daftar semua ancaman yang dapat diidentifikasi

Strategi ST

Gunakan semua kekuatan untuk menghindari semua ancaman.

Strategi WT

Tekan semua kelemahan dan cegah semua ancaman.

Sumber : Kuncoro (2006) (diolah penulis)

IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary


(15)

2.1.4 Analisis Linkungan Eksternal (Peluang dan Ancaman)

Analisis lingkungan eksternal perusahaan terutama bertujuan untuk mengidentifikasi sejumlah peluang dan ancaman yang berada di lingkungan eksternal perusahaan. Peluang (opportunities) merupakan tren positif yang berada di lingkungan eksternal perusahaan dan apabila peluang tersebut dieksploitasi oleh perusahaan maka peluang usaha tersebut berpotensi untuk menghasilkan laba bagi perusahaan secara berkelanjutan.

Adapun yang dimaksud dengan ancaman (threats) adalah berbagai tren negative yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan dan apabila ancaman ini tidak diantisipasi dengan baik oleh perusahaan maka ancaman tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Perusahaan harus melakukan analisis lingkungan eksternal perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh potensi keuntungan dari peluang usaha dan meminimalkan terjadinya resiko kerugian yang ditimbulkan oleh ancaman (Solihin 2012:128).

2.1.5 Analisis Lingkungan Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

Kemampuan menemukan peluang yang menarik dan kemampuan memanfaatkan peluang tersebut adalah dua hal yang berbeda. Setiap bisnis harus mengevaluasi kekuatan dan kelemahan internalnya. Bisnis dapat mengevaluasi kekuatan dan kelemahan mereka sendiri dengan menggunakan Analisis Kekuatan dan Kelemahan (Kotler & Keller 2009:55).


(16)

Analisis terhadap lingkungan internal perusahaan bertujuan untuk mengidentifikasi sejumlah kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada sumber daya dan proses bisnis internal yang dimiliki perusahaan. Sumber daya dan proses bisnis yang bisnis internal, dikatakan memiliki kekuatan apabila sumber daya dan proses bisnis internal tersebut memiliki kemampuan yang akan menciptakan distinctive competencies sehingga perusahaan akan memperoleh keunggulan kompetitif. Sedangkan bila sumber daya dan proses bisnis internal perusahaan tidak mampu menciptakan distinctive competencies sehingga perusahaan kalah bersaing dibandingkan perusahaan pesaing, maka sumber daya dan proses bisnis internal perusahaan dikatakan memiliki berbagai kelemahan.

Perusahaan melakukan analisis kekuatan dan kelemahan sumber daya dan proses bisnis internal dengan membandingkan sumber daya dan proses bisnis internal yang dimiliki perusahaan dengan sumber daya dan proses bisnis internal yang dimiliki oleh perusahaan pesaing, baik yang menghasilkan produk yang sejenis maupun perusahaan yang menghasilkan produk subtitusi (Solihin 2012:147).


(17)

2.2 Usaha Kecil dan Menengah

2.2.1 Pengembangan UKM

UKM memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. UKM merupakan cikal bakal usaha besar. Sebagian besar usaha besar berawal dari UKM. UKM harus terus dikembangkan agar maju dan punya daya saing di depan usaha besar, sehingga tetap menjadi jantung perekonomian Indonesia yang berkembang. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Para pelaku UKM sendiri hendaknya juga punya keinginan untuk berkembang. Pemerintah hendaknya dapat memecahkan persoalan klasik yang kerap kali menerpa UKM. Yakni akses ke pasar, akses ke modal, akses ke teknologi. Selain masalah kondisi kerja, promosi usaha baru, akses ke informasi, kualitas produk dan sumberdaya manusia, layanan pengembangan usaha dan klaster, jaringan bisnis dan daya saing.

Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengembangkan UKM. Antara lain:

1. Menciptakan iklim usaha yang kondusif jika ini tugas pemerintah, yang hendaknya dilakukannya adalah mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perizinan usaha, dan keringanan pajak.

2. Bantuan permodalan jika ini tugas pemerintah, yang hendaknya diupayakan adalah memperluas skema kredit alias disediakannya pinjaman khusus, yakni yang syarat-syaratnya tidak memberatkan.


(18)

Kredit khusus ini disediakan sektir jasa keuangan formal maupun non-formal, dan bukan hanya lembaga keuangan mikro perbankan seperti bank perkreditan rakyat dan BMT, serta lembaga keuangan non-perbankan seperti leasing dan modal ventura. Termasuk di dalamnya penjaminan kreditnya.

3. Perlindungan usaha jenis-jenis usaha tertentu, terutama yang tradisional dan dilakukan oleh golongan ekonomi lemah, haruslah mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Baik melalui undang-undang maupun peraturan di bawahnya.

4. Pengembangan kemitraan perlu dikembangkan kemitraan antar-UKM dan antara antar-UKM dan pengusaha besar di maupun di luar negeri untuk menghindarkan monopoli.

5. Pelatihan pemerintah perlu meningkatkan kegiatan pelatihan bagi pelaku UKM, terutama yang menyangkut kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilan dalam pengembangan usahanya. Membentuk lembaga khusus. Yang dimaksud adalah lembaga yang mengkoordinasikan semua kegiatan pengembangan UKM. Lembaga ini sekaligus juga berfungsi mencari solusi untuk mengatasi permasalahan internal dan eksternal yang dihadapi UKM.

6. Memantapkan asosiasi asosiasi yang telah ada perlu diperkuat. Maksudnya untuk meningkatkan perannya sebagai pengembang


(19)

jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan UKM anggotanya.

7. Mengembangkan promosi guna lebih mempercepat proses kemitraan antara UKM dan usaha besar, diperlukan media khusus untuk mempromosikan produk-produk UKM.

8. Mengembangkan kerjasama yang setara maksudnya adalah kerjasama atau koordinasi yang serasi antara pemerintah dan dunia usaha (UKM) untuk menginventarisasi berbagai isu mutakhir terkait perkembangan usaha.

9. Mengembangkan sarana dan prasarana perlu disediakan lokasi usaha bagi UKM di tempat-tempat strategis

Jumlah UKM (Usaha Kecil Menengah) yang ada di Indonesia saat ini semakin bertambah banyak, namun jumlah UKM ini ternyata tidak sebanding dengan tingkat daya saing UKM tersebut, baik secara lokal maupun internasional. Kalau kita perhatikan, kebanyakan UKM di Indonesia hanya melakukan proses produksi, berdagang, dan berekonomi, sehingga membuat daya saing UKM di Indonesia tidak bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar.

Berdasarkan informasi yang di dapatkan, ternyata sekitar 70% UKM yang ada di Indonesia memulai UKM tersebut karena adanya desakan ekonomi bukan karena mereka memiliki produk


(20)

yang unik atau keterampilan pada bidang tertentu. Tentu saja kondisi ini akhirnya membuat sebagian besar dari UKM di Indonesia tidak memiliki daya saing, dimana kita ketahui bahwa untuk tetap bertahan dan berkembang di dalam dunia bisnis yang semakin ketat kita harus memiliki keterampilan, dapat bekerja secara profesional, dan mampu menciptakan inovasi-inovasi pada bisnis mereka.

Berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan kita dalam meningkatkan UKM yang dimiliki:

1. Pelaku UKM harus memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya.

Walaupun anda masih memulai UKM dan belum memiliki seorang karyawan, anda tetap harus menanamkan jiwa kepemimpinan dalam diri anda, sehingga ketika nantinya memiliki karyawan anda dapat memimpin karyawan tersebut dengan baik. Kemampuan Anda dalam memimpin, merencanakan, mengatur, dan menjalankan sebuah usaha tentunya akan memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangnan usaha itu sendiri.


(21)

2. Pelaku UKM Harus Mau Belajar Tentang Management

Pengetahuan tentang Management adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang pelaku UKM. Dengan modal management, anda akan mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam bisnis anda, dan dapat mengurangi resiko kerugian yang mungkin terjadi.

3. Pelaku UKM Harus Melakukan Marketing dan Branding

Salah satu penyebab kegagalan sebuah UKM adalah tidak melakukan marketing dan branding secara maksimal. Dua faktor ini adalah sangat penting dalam tumbuh kembangnya sebuah usaha baik skala besar ataupun skala kecil. Sebaiknya anda menciptakan sebuah logo dan juga nama perusahaan yang mudah diingat oleh orang lain, dan juga melakukan promosi agar UKM anda semakin dikenal oleh masyarakat luas. Kita jangan pernah lupa bahwa sebagus apapun produk yang anda jual bila tidak didukung oleh kegiatan promosi yang baik, orang tidak akan mengenalnya.

4. Pelaku UKM Harus Mampu Beradaptasi

Pasar yang semakin luas dan pertumbuhan UKM yang semakin banyak tentunya akan menciptakan banyak tantangan. Seorang pelaku UKM harus jeli dalam memperhatikan segala peluang dan hambatan yang mungkin datang ke hadapan anda, dan


(22)

dapat mengambil keputusan dan bertindak dengan cepat. Kemampuan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan dapat memenuhi permintaan konsumen yang semakin beragam akan membuat UKM anda dapat bertahan dan dapat berkembang ke arah yang lebih baik.

5. Pelaku UKM Harus Mampu Berinovasi

Inovasi dalam bisnis adalah sesuatu yang sangat penting, seorang pelaku UKM harus bisa berinovasi dalam menawarkan produknya ke pasar. Kebanyakan konsumen lambat laun akan bosan dengan produk yang sama dan biasa-biasa saja, mereka mau sesuatu yang berbeda. Dengan kerja keras dan kreatifitas yang anda dan tim anda miliki, mulailah untuk menawarkan produk yang berbeda atau menawarkan produk yang biasa-biasa saja dengan cara yang berbeda sehingga produk itu bisa memiliki nilai yang lebih tinggi di pasaran.

2.2.2 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas


(23)

merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah).

3. Milik Warga Negara Indonesia.

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.

5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria asset: 50 juta - 500 juta, kriteria Omzet: 300 juta - 2,5 Miliar rupiah.


(24)

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria asset: 500 juta - 10 Miliar, kriteria Omzet: >2,5 Miliar - 50 Miliar rupiah.

2.2.3 Kriteria Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh the Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the Center for Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, adalah mempunyai daya tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal birokrasi.

kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan Pengertian dan kriteria Usaha Kecil dan Menengah. Pengertian-pengertian UKM tersebut adalah,

1. Usaha Kecil

Kriteria Usaha Kecil, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri


(25)

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Menengah

Kriteria Usaha Menengah, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

2.2.4 Jenis-Jenis Usaha Kecil Dan Menengah (UKM)

Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan

menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :

1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima

2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor 4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)


(26)

2.2.5 Pedagang Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Perdagangan adalah kegiatan penyaluran barang dari produsen kepada konsumen melalui kegiatan jual beli barang.Dalam kegiatan ekonomi perdagangan termasuk dalam kegiatan distribusi.Orang yang melakukan kegiatan perdagangan dinamakan pedagang.

Dasar hukum pedagang perantara di atur dalam Kep Men No. 23/MPM/Kep/1998 tentang lembaga – lembaga usaha perdagangan. Dalam pasal 1 butir (3) di sebutkan pedagang perantara adalah:

1. Perorangan atau badan usaha 2. Pemasaran barang dan atau jasa 3. Memindahkan barang dan atau jasa 4. Produsen ke konsumen

Perdagangan atau perniagaan pada umumnya, ialah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau pada suau waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud memperoleh keuntungan.

Dalam zaman yang modern ini perdagangan adalah pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan barang-barang yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan itu.


(27)

2.2.6 Jenis-Jenis Pedagang

Jenis jenis pedagang Dilihat dari jangkauan pemasaran, tingkat kegiatan dan jumlah barang yang diperdagangkan, pedagang dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

1. Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar dari produsen atau agen dan menjualnya kepada pedagang kecil. Pedagang besar sering disebut grosir.

2. Pedagang kecil yaitu pedagang yang memasarkan barang dagangannya dalam jumlah kecil atau langsung berhubungan dengan konsumen. Pedagang kecil sering disebut pengecer.

3. Pedagang antar negara (Internsional) yaitu pedagang yang membeli barang dari suatu negara dan memasarkannya ke negara lain. Pedagang besar terdiri dari impor dan ekspor.


(1)

dapat mengambil keputusan dan bertindak dengan cepat. Kemampuan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan dapat memenuhi permintaan konsumen yang semakin beragam akan membuat UKM anda dapat bertahan dan dapat berkembang ke arah yang lebih baik.

5. Pelaku UKM Harus Mampu Berinovasi

Inovasi dalam bisnis adalah sesuatu yang sangat penting, seorang pelaku UKM harus bisa berinovasi dalam menawarkan produknya ke pasar. Kebanyakan konsumen lambat laun akan bosan dengan produk yang sama dan biasa-biasa saja, mereka mau sesuatu yang berbeda. Dengan kerja keras dan kreatifitas yang anda dan tim anda miliki, mulailah untuk menawarkan produk yang berbeda atau menawarkan produk yang biasa-biasa saja dengan cara yang berbeda sehingga produk itu bisa memiliki nilai yang lebih tinggi di pasaran.

2.2.2 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas


(2)

merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah).

3. Milik Warga Negara Indonesia.

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.

5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria asset: 50 juta - 500 juta, kriteria Omzet: 300 juta - 2,5 Miliar rupiah.


(3)

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria asset: 500 juta - 10 Miliar, kriteria Omzet: >2,5 Miliar - 50 Miliar rupiah.

2.2.3 Kriteria Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh the Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the Center for Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, adalah mempunyai daya tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal birokrasi.

kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan Pengertian dan kriteria Usaha Kecil dan Menengah. Pengertian-pengertian UKM tersebut adalah,

1. Usaha Kecil

Kriteria Usaha Kecil, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang


(4)

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Menengah

Kriteria Usaha Menengah, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

2.2.4 Jenis-Jenis Usaha Kecil Dan Menengah (UKM)

Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan

menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :

1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima

2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor 4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)


(5)

2.2.5 Pedagang Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Perdagangan adalah kegiatan penyaluran barang dari produsen kepada konsumen melalui kegiatan jual beli barang.Dalam kegiatan ekonomi perdagangan termasuk dalam kegiatan distribusi.Orang yang melakukan kegiatan perdagangan dinamakan pedagang.

Dasar hukum pedagang perantara di atur dalam Kep Men No. 23/MPM/Kep/1998 tentang lembaga – lembaga usaha perdagangan. Dalam pasal 1 butir (3) di sebutkan pedagang perantara adalah:

1. Perorangan atau badan usaha 2. Pemasaran barang dan atau jasa 3. Memindahkan barang dan atau jasa 4. Produsen ke konsumen

Perdagangan atau perniagaan pada umumnya, ialah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau pada suau waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud memperoleh keuntungan.

Dalam zaman yang modern ini perdagangan adalah pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan barang-barang yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan itu.


(6)

2.2.6 Jenis-Jenis Pedagang

Jenis jenis pedagang Dilihat dari jangkauan pemasaran, tingkat kegiatan dan jumlah barang yang diperdagangkan, pedagang dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

1. Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar dari produsen atau agen dan menjualnya kepada pedagang kecil. Pedagang besar sering disebut grosir.

2. Pedagang kecil yaitu pedagang yang memasarkan barang dagangannya dalam jumlah kecil atau langsung berhubungan dengan konsumen. Pedagang kecil sering disebut pengecer.

3. Pedagang antar negara (Internsional) yaitu pedagang yang membeli barang dari suatu negara dan memasarkannya ke negara lain. Pedagang besar terdiri dari impor dan ekspor.