Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketersediaan dan Konsumsi Kedelai di Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak.
Kedelai jenis liar (Glicine ururiencis) merupakan kedelai yang menurunkan
berbagai kedelai yang dikenal sekarang, yaitu Glycine mac (L.) Merr. Kedelai
berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara),tanaman kedelai kemudian menyebar
ke daerah Mansyuria, Jepang dan negara-negara lain di Amerika dan Afrika. Di
Indonesia, tanaman ini dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman
makanan. Selain itu kedelai juga

dikenal sebagai pupuk hijau karena dapat

meningkatkan kesuburan tanah (Purwono dan Heni, 2007).
Ketersediaan pangan merupakan kondisi pangan yang mencakup makanan
dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan serta turunannya yang
digunakan penduduk suatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. Sistem
ketersediaan pangan merupakan rangkaian dari tiga komponen utama yaitu
ketersediaan dan stabilitas pangan, kemudahan memperoleh pangan, dan

pemanfaatan pangan. Hal ini berarti bahwa faktor yang berpengaruh terhadap
ketahanan pangan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga kompenen
ketahanan pangan.
Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan dari hasil
produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor apabila kedua
sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan (UU No.8, 2012).

6
Universitas Sumatera Utara

7

Ketersediaan

pangan yang cukup berarti terpenuhinya pangan yang

cukup, bukan hanya beras melainkan juga mencakup pangan yang berasal dari
tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan pangan (Suryana, 2003).
Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh
seseorang dengan tujuan tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial. Pola
konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang dalam waktu tertentu (Farida dkk, 2010).
Konsumsi pangan menurut laura dipengaruhi oleh banyak faktor dan
pemilihan jenis maupun banyaknya pangan yang dimakan, dapat berlainan dari
masyarakat ke masyarakat dan dari negara ke negara. Akan tetapi, faktor-faktor
yang tampaknya sangat mempengaruhi konsumsi pangan di mana saja di dunia
adalah (Laura, dkk, 1985). :
1. Jenis dan banyaknya pangan yang diproduksi dan tersedia.
2. Tingkat pendapatan.
3. Pengetahuan gizi
Secara umum, faktor faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah
faktor ekonomi dan harga dimana keadaan ekonomi keluarga relatif mudah diukur
dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin,
selain pendapatan, faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah
harga pangan dan non pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan
berkurangnya daya beli yang berarti pendapatan riil berkurang. Keadaan ini
menyebabkan konsumsi pangan berkurang sedangkan faktor sosio-budaya dan
religi yaitu aspek sosial budaya berarti fungsi pangan dalam masyarakat yang


Universitas Sumatera Utara

8

berkembang sesuai dengan keadaaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan dan
pendidikan masyarakat tersebut. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai
kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan
untuk dikonsumsi. Kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan
yang menyangkut pemilihan jenis bahan pangan, pengopanen, serta persiapan dan
penyajiannya (Baliwati, 2004).

Universitas Sumatera Utara

9

Landasan Teori
Ketersediaan Pangan
Dalam Permentan Nomor 65 tahun 2010, ketersediaan pangan berfungsi
menjamin impor pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi
kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat

dipenuhi dari tiga sumber yaitu:
(1) produksi dalam negeri
(2) pemasokan pangan (impor)
(3) pengelolaan cadangan pangan (stok pangan)

Jumlah penduduk yang besar dengan keadaan kemampuan ekonomi relatif
lemah, maka kemauan untuk tetap menjadi bangsa yang mandiri di bidang pangan
harus terus diupayakan dari produk dalam negeri. Hal yang perlu disadari adalah
kemampuan memenuhi kebutuhan pangan dari produksi sendiri, khususnya bahan
pangan pokok juga menyangkut harkat martabat dan kelanjutan eksistensi bangsa.
Sedangkan impor pangan merupakan pilihan akhir, apabila terjadi kelangkaan
produksi dalam negeri.
Ketersediaan dalam lingkup pangan adalah tersedianya pangan dalam
jumlah yang cukup, aman, dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara
baik yang berasal dari

produksi sendiri, impor, cadangan pangan, maupun

bantuan pangan. Atau dapat diartikan sebagai jumlah pangan yang disediakan di
suatu wilayah mencakup produksi, impor/ekspor, bibit/benih,bahan baku industri

pangan dan non pangan,penyusutan/tercecer danyang tersedia untuk dikonsumsi.
Panen sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya
hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar

terhadap

Universitas Sumatera Utara

10

usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh
luas sempitnya panen yang digunakan (Mubyarto,1989).
Meskipun demikian, Soekartawi (1993) menyatakan bahwa bukan berarti
semakin luas panen pertanian maka semakin efisien panen tersebut. Bahkan panen
yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi yang disebabkan oleh :
1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit,
pupuk, obat - obatan dan tenaga kerja.
2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja di sekitar daerah itu yang pada
akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.
3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian tersebut.

Sebaliknya dengan panen yang luasnya relatif sempit, upaya pengawasan terhadap
penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan
modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar.
Tenaga kerja adalah semua penduduk dalam suatu negara ataupun daerah
yang

dapat memproduksi barang ataupun jasa jika ada permintaan terhadap

tenaga kerja mereka dan merekapun berpartisipasi dalam kegiatan tersebut
(Kusumosuwondo,1981).
Menurut (Simanjuntak ,1998), tenaga kerja adalah kelompok penduduk
usia kerja dimana yang mampu bekerja atau yang melakukan kegiatan ekonomi
dalam menghasilkan suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

11

Nilai tukar (exchange rate) digunakan sebagai perbandingan nilai atau

harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar
dijadikan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap harga, tingkat suku bunga,
neraca pembayaran dan transaksi berjalan. Kurs pertukaran valuta asing adalah
faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara
lain adalah “lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang yang dproduksi
dalam negeri (Sukirno, 2006).
Nilai Tukar Mata Uang, Nilai tukar ada 2, yaitu:
1. Nilai tukar nominal, adalah nilai tukar yang ditulis dengan angka nominal.
Misalnya US$ 1,00=Rp10.000. kurs antara dua Negara adalah yang dinamakan
kurs nominal.
Nilai tukar Riil atau kurs riil (riil exchange rate) adalah harga relative dari barangbarang

kedua

Negara

yang

menyatakan


tingkat

dimanakita

dapat

memperdagangkan barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang dari
suatu Negara untuk barang-barang Negara lain. Oleh karena itu nilai tukar riil juga
disebut terms of trade (Rahardja,2005).
Secara umum dapat dituliskan = Nilai tukar nominal x Harga barang domestik
Harga barang luar negeri

Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh
seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologik, psikologik,
maupun sosial.

Universitas Sumatera Utara


12

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat
hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan
pendapatan nasional (pendapatan disposabel) perekonomian tersebut. Fungsi
konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan:
C = a + bY
dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional
adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi
dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.
Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat
dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual.
Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi
marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap
tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi
marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan
pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi
perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari
umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.
Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan,

yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to
consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah
kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang
lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.
Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan
konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes

Universitas Sumatera Utara

13

menyatakan bahwa pengaruh tingkat bungaterhadap konsumsi hanya sebatas teori.
Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap
pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak
penting.Berdasarkan tiga dugaan ini,fungsi konsumsi keynes sering ditulis sebagai
berikut :
C = a + cY, C > 0, 0 < c < 1
Keterangan :
C = konsumsi
Y = pendapatan disposebel

a = konstanta
c = kecenderungan mengkonsumsi marginal(N.G Mankiw, 2003).

Harga merupakan hal yang terpenting dalam sebuah bisnis, barang yang
dijual harus ditentukan harganya sehingga seluruh pihak akan memperoleh
keuntungan dari pemberian harga yang pas, dari mulai karyawan, pemilik
perusahaan, sampai para pemegang saham juga mendapatkan hasil yang
memuaskan karena strategi penetapan harga yang pas, berikut ini adalah beberapa
pengertian tentang harga :
Menurut menurut Alex S Nitisemito (1991) Harga diartikan sebagai nilai
suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan
nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa
yang dimiliki kepada pihak lain.
Harga dibentuk oleh pasar yang mempunyai dua sisi, yaitu penawaran dan
permintaan.Harga merupakan sinyalkelangkaan (scarcity) suatu Sumberdaya yang
mengarahkan pelaku ekonomi untuk alokasi Sumberdayanya.Perpotongan kurva
penawaran dengan kurva permintaan suatu

komoditi dalam suatu pasar

Universitas Sumatera Utara

14

menentukan harga pasar komoditi tersebut, dimana

jumlah komoditi yang

diminta sama dengan jumlah komoditi yang ditawarkan.

Dengan kata lain,

keseimbangan harga pasar merupakan hasil interaksi kekuatan penawaran dan
permintaan komoditi di pasar (Nicholson, 2002).
Harga impor turut dalam fungsi permintaan impor karena faktor harga
merupakan faktor utama dalam fungsi permintaan ceteris paribus. Harga impor
sejalan dengan fungsi permintaan memiliki hubungan negatif dengan permintaan
impor itu sendiri. Dimana pada umumnya impor dilakukan dikarenakan tidak
mampunya kebijakan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga
harus turut menerima bantuan dari negara lain khususnya dalam perdagangan
internasional itu sendiri. Jadi, meskipun harga barang impor naik, apabila impor
dilakukan karena tingkat kebutuhannya yang bersifat penting maka permintaan
akan tetap naik. (Sukirno, 2005).
Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi suatu negara dan
perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakatnya, perlu diketahui tingkat
pertambahan pendapatan nasional dan besarnya pendapatan perkapita. Besarnya
pendapatan

nasional

akan

menentukan

besarnya

pendapatan

perkapita.

Pendapatan perkapita sering dianggap sebagai gambaran tingkat kesejahteraan,
sedangkan besarnya pendapatan perkapita sangat erat kaitannya dengan
pertambahan penduduk. Sehingga apabila pertambahan pendapatan nasional lebih
besar dari pada tingkat pertambahan penduduk, maka tingkat

pendapatan

penduduk meningkat. Sebaliknya apabila tingkat pertambahan pendapatan
nasional lebih kecil dari pertambahan penduduk, maka pendapatan perkapita
mengalami penurunan (Suryana, 2001).

Universitas Sumatera Utara

15

Pendapatan

perkapita

sering

kali

digunakan

sebagai

indikator

pembangunan selain untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antar negaranegara maju dengan negara sedang berkembang. Dengan kata lain, pendapatan
perkapita selain bisa memberikan

gambaran tentang laju perrtumbuhan

kesejahteraan mayarakat di berbagai negara juga dapat menggambarkan
perubahan corak tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi diantara
berbagai negara.
Menurut Thomas Robert Malthus (Dwiyanto, 2001) bahwa penduduk
cenderung meningkat secara deret ukur sedangkan penyediaan kebutuhan hidup
riil dapat meningkat secara deret hitung. Artinya pertumbuhan penduduk jauh
lebih cepat dari pertumbuhan penyediaan kebutuhan hidup riil. Hal ini kemudian
menciptakan suatu kegoncangan dan kepincangan antara jumlah penduduk dan
kemampuan untuk

menyediakan kebutuhan hidup seperti bahan pangan.

Perubahan yang tak sebanding ini memberikan berbagai permasapanen kompleks
yang memaksa otoritas kebijakanmemaksimalkan strategi dalammenghadapinya.
Industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku
atau bahan mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar
sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi
dengan mutu setinggi-tingginya (Sandi, 1985).
Pembangunan sektor industri dipengaruhi oleh beberapa faktor penunjang
yaitu (Sandi, 1985):
1. Tersedianya bahan mentah atau bahan baku
2. Bahan bakar atau energi
3. Pasar dan sarana untuk menjamin permintaan pasar dengan cepat
4. Tenaga kerja yang terampil dalam industri yang bersangkutan

Universitas Sumatera Utara

16

5. Jaringan komunikasi yang mantap
6. Suasana industri yaitu masyarakat yang tahu barang yang dihasilkan atau
suasana yang mendukung hidup produksi.
Adanya hubungan antara keberlangsungan suatu usaha industri dengan
ketersediaan bahan baku membuat jumlah industri tahu/tempe termasuk di dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kedelai di Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

17

Penelitian terdahulu
Lestari, lisa (2013) dengan penelitian Yang Berjudul “Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Ketersediaan Dan Konsumsi Pangan Strategis Di Sumatera Utara”
menggunakan metode penelitian regresi linier berganda dengan tahun periode
2001-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ketersediaan Beras Dan Cabai
Di Sumatera Utara Secara Serempak Dipengaruhi Oleh Stok, produksi, impor dan
ekspor, sedangkan secara parsial ketersediaan beras dan cabai hanya dipengaruhi
produksi.

Konsumsi beras dan cabai di Sumatera Utara secara serempak

dipengaruhi oleh jumlah penduduk, harga dan PDRB, sedangkan secara parsial
konsumsi beras dan cabai hanya dipengaruhi PDRB.
Purnamasari, Rika (2006) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai di Indonesia. Penelitiannya
menggunakan data sekunder dalam bentuk time series (data deret waktu) dengan
periode waktu 30 tahun yaitu dari tahun 1975 sampai 2004. Dalam metode
penelitian, model analisis data yang digunakan adalah persamaan simultan.
Masing-masing persamaan penelitian ini diduga dengan menggunakan metode
Two-Stage Least Square (2SLS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah
impor kedelai dipengaruhi secara nyata oleh harga kedelai internasional, jumlah
populasi,

luas panen dan jumlah konsumsi kedelai. Jumlah impor kedelai

responsif terhadap perubahan jumlah produksi dan konsumsi kedelai baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
Hasyim,Hasman (2008)Analisis Faktor Faktor Yang Menpengaruhi Ketersediaan
Beras Di Sumatera Utara Penelitian bertujuan Untuk mengetahui pengaruh luas
panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya

Universitas Sumatera Utara

18

terhadap ketersediaan beras di Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series) mulai tahun 1987
hingga 2006. Dalam penelitian ini, analisis dilakukan dengan metode Ordinary
Least Square (OLS). Alat bantu dalam mengolah data sekunder ini adalah
Program Eviews versi 4.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil
estimasi dapat diperoleh nilai koefisen determinasi (R2) sebesar 0.993 yang
berarti bahwa variasi yang terjadi pada luas panen, harga beras, harga jagung dan
ketersediaan beras tahun sebelumnya dapat menjelaskan ketersediaan beras
sebesar 99,3 % Secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel
bebas yaitu luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun
sebelumnya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap ketersediaan beras
Secara parsial variabel luas panen dan variabel harga beras memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap ketersediaan beras sedangkan kedua variabel yaitu
harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya menunjukkan pengaruh
tidak nyata terhadap ketersediaan beras.
Anggasari, Popy (2008) di dalam penelitiannya

Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi VolumeImpor Kedelai Indonesia Rataratapeningkatan GDP
(Gross Domestic Product) Indonesia adalah sebesar 5,19persen tiap tahunnya dan
rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk Indonesiaadalah sebesar 2,34 persen tiap
tahunnya. Peningkatan permintaan pangan terjadibaik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Indonesia memiliki ketergantungan impor kedelai yang cukuptinggi
dikarenakan jumlah kedelai yang diimpor lebih banyak daripada produksidalam
negeri. Pada tahun 2006, 60 persen kebutuhan kedelai dalam negeridipenuhi
melalui impor. Metode yang digunakan untuk menganalisis perkembangan

Universitas Sumatera Utara

19

produksi,konsumsi dan impor kedelai adalah metode analisis deskriptif. Metode
yangdigunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume
imporkedelai di Indonesia adalah metode analisis linear berganda dengan
menggunakanmetode Ordinary Least Square (OLS) program eviews 4.1. Dalam
penelitian ini,analisis regresi linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh
variabelproduksi kedelai domestik, harga kedelai domestik, harga kedelai luar
negeri, nilaitukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan dummy tarif impor sebesar
10 dan 5persen terhadap volume impor kedelai ke Indonesia. Selama kurun waktu
1997hingga 2006, secara umum produksi kedelai domestik cenderung
mengalamipenurunan dengan hasil yang relatif rendah. Penurunan produksi
tersebutdisebabkan oleh penurunan luas panen kedelai tiap tahunnya dan
rendahnya nilaiproduktivitas. Sementara itu, pertumbuhan permintaan kedelai
cukup pesat selamabeberapa tahun terakhir dan relatif tinggi, terutama untuk
kebutuhan konsumsiyang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan bahan
baku industri. Haltersebut memaksa Indonesia untuk melakukan impor. Dari
tahun ke tahun imporkedelai relatif tinggi, sekitar 60 persen kebutuhan dalam
negeri dipenuhi denganimpor. Volume impor kedelai secara nyata dipengaruhi
oleh harga kedelaidomestik, harga kedelai luar negeri, nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerikadan dummy penetapan tarif impor sebesar 10 persen.

Universitas Sumatera Utara

20

Kerangka Pemikiran
Ketersediaan kedelai diantaranya dapat dipengaruhi oleh Luas Panen
kedelai ,Tenaga Kerja, Pendapatan, dan Nilai Tukar. Luas Panen dan Tenaga
Kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan produksi
pertanian. Luas panen kedelai adalah luas areal pertanaman kedelai yang
berproduksi atau menghasilkan. Tenaga kerja adalah sejumlah orang yang bekerja
yang melakukan kegiatan ekonomi dalam menghasilkan suatu barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan Pendapatan dan Nilai Tukar
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan impor. Impor yang
digunakan untuk menambah kekurangan dari produksi dalam negeri untuk
memenuhi ketersediaan kedelai sendiri
Konsumsi kedelai antara lain dapat dipengaruhi oleh harga kedelai, jumlah
penduduk, jumlah industri tahu/tempe, pendapatan dan nilai tukar. Harga kedelai
impor juga merupakan salah satu faktor penentu konsumsi kedelai dikarenakan
dengan melihat harga suatu barang dapat memperbesar kemampuan konsumsi
kedelai yang ada. Baik jumlah penduduk maupun jumlah industri tahu/tempe
berpengaruh terhadap keberadaan konsumsi kedelai. Perubahan pendapatan dan
keberadaan nilai tukar yang terjadi juga mempengaruhi perubahan konsumsi
pangan termasuk kedelai.
Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

21

Luas Panen
Kedelai

Harga kedelai
impor
Jumlah Industri
Tahu/Tempe

Tenaga Kerja
Ketersediaan
Kedelai

Konsumsi
Kedelai

Jumlah
Penduduk

Pendapatan
Pendapatan
Nilai Tukar

Nilai Tukar
Rasio ketersediaan dan Konsumsi
Kedelai

Alternatif Kebijakan
Ketersediaan dan Konsumsi
Kedelai

Keterangan:
= Menyatakan pengaruh
= Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

22

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka
pemikiran maka hipotesis dalam penelitian dapat diketahui sebagai berikut:
1. Ada pengaruh yang signifikan dari luas panen kedelai, tenaga kerja,
pendapatan, dan nilai tukar terhadap ketersediaan kedelai baik secara
parsial maupun secara agregat.
2. Ada pengaruh yang signifikan dari harga kedelai impor, jumlah penduduk,
jumlah industri tahu/tempe, pendapatan, dan

nilai tukar terhadap

konsumsi kedelai baik secara parsial maupun secara agregat.

Universitas Sumatera Utara