Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketersediaan dan Konsumsi Kedelai di Sumatera Utara

(1)

Lampiran 1

Ketersediaan Kedelai di Sumatera Utara tahun 1998-2013

Tahun Ketersediaan (Ton) Luas Panen (Ha) Tenaga Kerja (Jiwa) Pendapatan (juta/kap/th) Nilai Tukar (Rp/$)

1998 54.770 42.242 2.608.706 4.361.485 11.750

1999 54.065 27.171 2.679.078 5.476.169 7.100

2000 21.583 12.113 2.650.396 5.928.518 9.725

2001 13.479 10.003 2.749.214 6.741.914 10.265

2002 11.119 9.705 2.738.193 7.482.946 9.260

2003 49.287 9.910 4.421.093 8.672.097 8.570

2004 24.608 11.706 4.126.453 9.741.566 8.985

2005 61.545 13.787 4.249.699 11.326.516 9.705

2006 41.487 6.311 4.074.774 12.684.532 9.200

2007 62.942 3.747 3.987.998 14.166.626 9.125

2008 77.096 9.597 4.203.091 16.813.290 9.666

2009 85.842 11.494 4.255.602 18.381.013 9.447

2010 92.697 7.803 4.468.816 21.236.780 9.036

2011 117.796 11.413 3.845.341 23.778.381 9.113

2012 115.495 5.475 3.834.093 26.184.746 9.718

2013 119.394 3.126 3.880.703 29.722.268 12.250

Konsumsi Kedelai di Sumatera Utara tahun 1998-2013

Tahun Konsumsi Kedelai (ton) Harga Kedelai Impor (Rp/ton) Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Industri (Unit) Pendapatan (Juta/Kap/th) Nilai Tukar (Rp/$)

1998 31.955 5.604.727 11.754.100 403 4.361.485 11.750

1999 32.179 1.383.657 11.955.400 396 5.476.169 7.100

2000 34.857 9.058.959 11.513.973 402 5.928.518 9.725

2001 40.088 2.144.949 11.247.958 385 6.741.914 10.265

2002 44.016 2.376.306 11.383.503 387 7.482.946 9.260

2003 31.199 2.200.513 11.591.182 378 8.672.097 8.570

2004 41.412 3.349.364 12.160.536 384 9.741.566 8.985

2005 55.200 2.777.740 12.326.678 398 11.326.516 9.705

2006 56.580 2.468.816 12.643.494 521 12.684.532 9.200

2007 56.580 3.031.310 12.834.371 525 14.166.626 9.125

2008 57.314 5.233.083 13.042.317 512 16.813.290 9.666

2009 58.111 4.374.414 13.248.386 458 18.381.013 9.447

2010 56.613 4.204.958 12.982.204 469 21.236.780 9.036

2011 59.993 5.200.902 13.103.596 460 23.778.381 9.113

2012 60.512 5.732.582 13.215.401 457 26.184.746 9.718

2013 61.316 7.492.145 13.326.307 413 29.722.268 12.250


(2)

Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Kedelai di Sumatera Utara th 1998-2013 Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Nilai Tukar,

Luas Panen, Tenaga Kerja, Pendapatana

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Ketersediaan

Model Summaryb

Model R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .976a .952 .935 9247.65680 .952 54.762 4 11 .000 3.189

a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar, Luas Panen, Tenaga Kerja, Pendapatan

b. Dependent Variable: Ketersediaan

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1.873E10 4 4.683E9 54.762 .000a

Residual 9.407E8 11 8.552E7

Total 1.967E10 15

a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar, Luas Panen, Tenaga Kerja, Pendapatan b. Dependent Variable: Ketersediaan


(3)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part Toler

ance VIF 1 (Constant) -13137.516 28790.512 -.456 .657

Luas

Panen 1.885 .321 .504 5.863 .000 -.201 .870 .387 .588 1.700 Tenaga

Kerja .005 .005 .095 1.069 .308 .494 .307 .070 .548 1.826 Pendapata

n .005 .000 1.156 11.969 .000 .895 .964 .789 .466 2.147 Nilai

Tukar -3.992 2.297 -.130 -1.738 .110 .218 -.464 -.115 .777 1.288 a. Dependent Variable: Ketersediaan

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimen

sion Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) Luas Panen Tenaga Kerja Pendapatan Nilai Tukar

1 1 4.406 1.000 .00 .01 .00 .00 .00

2 .494 2.987 .00 .30 .00 .07 .00

3 .076 7.611 .01 .46 .03 .73 .01

4 .020 14.822 .01 .23 .47 .00 .25

5 .004 33.101 .98 .01 .50 .20 .75


(4)

(5)

Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Kedelai di Sumatera Utara th 1998-2013

Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Nilai Tukar,

Jumlah Industri, Pendapatan, Harga Kedelai Impor, Jumlah Penduduka . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Konsumsi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .932a .868 .802 5157.16900 .868 13.178 5 10 .000 1.954 a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar, Jumlah Industri, Pendapatan, Harga Kedelai Impor,

Jumlah Penduduk

b. Dependent Variable: Konsumsi

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.752E9 5 3.505E8 13.178 .000a

Residual 2.660E8 10 2.660E7

Total 2.018E9 15

a. Predictors: (Constant), Nilai Tukar, Jumlah Industri, Pendapatan, Harga Kedelai Impor, Jumlah Penduduk


(6)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part

Tolera nce VIF 1 (Constant) -38383.848 56505.796 -.679 .512

Harga Kedelai Impor

-.001 .001 -.208 -1.393 .194 .197 -.403 -.160 .592 1.690

Jumlah

Penduduk .003 .006 .172 .485 .638 .880 .152 .056 .105 9.523 Jumlah

Industri 73.268 40.552 .328 1.807 .101 .689 .496 .207 .401 2.495 Pendapatan .001 .000 .590 1.973 .077 .851 .529 .226 .147 6.785 Nilai Tukar 1.528 1.439 .155 1.062 .313 .193 .318 .122 .616 1.625 a. Dependent Variable:

Konsumsi

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimens

ion Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions (Constant) Harga Kedelai Impor Jumlah Penduduk Jumlah Industri Pendap atan Nilai Tukar

1 1 5.670 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .185 5.538 .00 .11 .00 .00 .10 .00

3 .130 6.604 .00 .58 .00 .00 .08 .00

4 .011 22.319 .00 .23 .00 .20 .02 .41

5 .004 38.949 .04 .08 .01 .42 .01 .53

6 .000 164.173 .96 .00 .99 .38 .79 .06


(7)

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anggasari, Popy. 2008.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor Kedelai Indonesia.[Skripsi]. Program Studi Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2014. Sumatera Utara dalam Angka. Jakarta : BPS. Baliwati, 2004. Pengatar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Dewan Ketahanan Pangan,2010. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan. Jakarta :

kalangan pribadi.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Farida, dkk. 2010. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Hasyim, Hasman. 2008. Analisis Faktor Faktor Yang Menpengaruhi Ketersediaan Beras Di Sumatera Utara . Thesis. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Husodo,Siswono Yudo. 2004. Membangun Kemandirian Pangan. Jakarta : Yayasan Padamu Negeri.

Jhingan,2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : Rajawali.

Kusumosuwondo. 1981. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia (LP-FE UI).

Lestari, Lisa. 2013. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Dan Konsumsi Pangan Strategis Di Sumatera Utara . Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Laura J, dkk. 1985. Food, Nutrition and Agriculture. Jakarta : UI-Press

Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya . Ign Bayu Mahendra [penerjemah]. PT Penerbit Erlangga, Jakarta.

Nitisemito, Alex S, 1991. Manajemen Personalia – Manajemen SumberDayaManusia. Jakarta: Ghalia.


(9)

Peraturan Menteri Pertanian No 65 Tahun 2010. Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pratama, Rahardja. 2005. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, Edisi3, Jakarta

: Penerbit Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia.

Priyatno, Dwi. 2012. Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Purwono dan Heni. 2007. Budidaya 5 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya.

Purnamasari, Rika. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksidan Impor Kedelai di Indonesia. [skripsi]. Program Studi EkonomiPertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. IPB.

Sandi, I Made.1985. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta: Puri Margasari.

Simanjuntak, Payaman J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya manusia. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Soekartawi, 1993. Teori ekonomi produksi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sukirno, S. 2005. Teori Pengantar Mikro Ekonomi. Edisi dua. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta

______, 2006. Teori Pengantar Makro Ekonomi. Edisi tiga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sunaryo, T. 2001. Ekonomi Manajerial: Aplikasi Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Erlangga,

Suryana, 2001. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba Empat

---, 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. Yogyakarta : BPFE.

Supadi. 2009. Dampak Impor Kedelai Berkelanjutan terhadap Keberlangsungan Ketahanan Pangan. Bogor : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Suprapto, H. 2001. Bertanam Kedelai. Jakarta : Penebar Swadaya. Undang Undang No 8. 2012.Pangan. Jakarta : LN 1996/99; TLN 3656.


(10)

Metode Penentuan Wilayah

Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Utara. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa daerah ini merupakan daerah yang prosfektif untuk mengetahui ketersediaan dan konsumsi kedelai. Adapun yang menjadi pertimbangan di dalam penentuan wilayah adalah atas terjadinya fluktuasi dari luas areal pertanaman, produktifitas, dan produksi dari tanaman kedelai di Sumatera Utara. Dan didukung oleh domisili peneliti yang berada di Sumatera Utara.

Tabel 2.Luas Areal Pertanaman, Produktifitas, dan Produksi kedelai Sumatera Utara tahun 1998-2013.

Tahun Luas Panen(Ha) Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)

1998 42.242 10.510 44.503

1999 27.171 10.720 28.817

2000 12.113 10.630 12.881

2001 10.003 10.610 10.719

2002 9.705 10.540 10.197

2003 9.910 10.560 10.466

2004 11.706 10.540 12.333

2005 13.787 11.450 15.793

2006 6.311 11.160 7.042

2007 3.747 11.600 4.345

2008 9.597 12.140 11.647

2009 11.494 12.360 14.206

2010 7.803 12.100 9.439

2011 11.413 10.010 11.426

2012 5.475 9.900 5.419

2013 3.126 10.330 3.229


(11)

Metode Penentuan Sampel dan Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data times series dengan range tahun 1998-2013 yang dianalisis dengan alat bantuan program SPSS (Statistical Package for Social Science).

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah menggunakan data sekunder. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan jenis data sekunder yang diperoleh peneliti dari Badan Pusat Statistik, Departemen dan Dinas Pertanian dan berbagai literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya ditabulasi, kemudian dibuat hipotesis, dilanjutkan dengan metode analisis yang sesuai dengan hipotesis yang diambil. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara menggunakan model regresi linier berganda.

untuk menguji identifikasi masalah (1) akan diuji dengan menggunakan regresi, dengan persamaan :

Y = a

0

+ a

1

X

1

+ a

2

X

2

+ a

3

X

3

+ a

4

X

4

Keterangan :

+ µ

Y = Ketersediaan Kedelai (Ton) a0

X

= Konstanta Intersep 1

X

= Luas Panen Kedelai (Ha) 2

X

= Tenaga Kerja (Jiwa) 3

X

= Pendapatan (Rp) 4

µ = Standar Error = Nilai Tukar (Rp/$)


(12)

a1-a5

Secara serempak hipotesis yang digunakan adalah : = Koefisien Variabel Regresi

H0

H

= luas panen, tenaga kerja, pendapatan, dan nilai tukar secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap ketersediaan kedelai.

1 = luas panen, tenaga kerja, pendapatan, dan nilai tukar secara bersama-sama berpengaruh terhadap ketersedian kedelai.

Secara parsial hipotesis yang digunakan adalah : H0

H

= luas panen kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai. 1

H

= luas panen kedelai berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai. 0

H

= tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai. 1

H

= tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai. 0

H

= pendapatan kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai. 1

H

= pendapatan kedelai berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai. 0

H

= nilai tukar tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai. 1

Jika th ≤ t tabel, tolak H

= nilai tukar berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai. 1 ; terima H

Jika th ≥ t tabel, tolak H

0 0 ; terima H1


(13)

Dan untuk menguji identifikasi masalah (2) akan diuji dengan menggunakan regresi, dengan persamaan:

Y = a

0

+ a

1

X

1

+ a

2

X

2

+ a

3

X

3

+ a

4

X

4

Keterangan :

+ µ

Y = Konsumsi Kedelai (Ton) a0

X

= Konstanta Intersept 1

X

= Harga Kedelai Impor(Rp/Ton) 2

X

= Jumlah Penduduk (Jiwa) 3

X

= Jumlah Industri Tahu/Tempe (Unit) 4

X

= Pendapatan (Rp) 5

µ = Standar Error = Nilai Tukar(Rp/$)

a1-a5 = Koefisien Variabel Regresi

Secara serempak hipotesis yang digunakan adalah : H0

H

= harga kedelai impor, jumlah penduduk, jumlah industri tahu/tempe, pendapatan, dan nilai tukar secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap konsumsi kedelai.

1 = harga kedelai impor , jumlah penduduk, jumlah industri tahu/tempe, pendapatan, dan nilai tukar secara bersama-sama berpengaruh terhadap konsumsi kedelai.

Secara parsial hipotesis yang digunakan adalah : H0

H

= harga kedelai impor tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai. 1

H

= harga kedelai impor berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai. 0

H

= jumlah penduduk tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai. 1 = jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.


(14)

H0

H

= jumlah industri tahu/tempe tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.

1

H

= jumlah industri tahu/tempe berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai. 0

H

= pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai. 1

H

= pendapatan berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai. 0

H

= nilai tukar tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai. 1

Jika th ≤ t tabel, tolak H

= nilai tukar berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai. 1 ; terima H

Jika th ≥ t tabel, tolak H

0 0 ; terima H1

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linier, misalnya uji multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis regresi linier sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.

Uji asumsi klasik yang digunakan yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas Tidak ada ketentuan pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan


(15)

perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.

1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linier berganda.Jika ada korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu.

Multikolinieritas dapat dideteksi dengan beberapa metode,diantaranya adalah dengan melihat :

• Jika nilai toleransi atau VIF( Variance Inflation Factor) kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10.

• Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8 (Gujarati,2007).

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Pengambilan keputusannya yaitu:

• Jika ada pola tertentu,seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.


(16)

• Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, makatidak terjadi heteroskedastisitas (Priyatno,2012). 3. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesapanen yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.

Dan untuk menguji identifikasi masalah (3) akan diuji dengan membandingkan secara langsung antara ketersediaan dengan konsumsi kedelai yang terjadi di Sumatera Utara mulai tahun 1998-2013.


(17)

Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi

1. Ketersediaan kedelai adalah jumlah kedelai yang tersedia untuk dikonsumsi oleh masyarakat maupun industri.

2. Luas panen adalah luasan areal pertanian yang diusahakan untuk memproduksi jenis tanaman produksi tertentu.

3. Tenaga kerja adalah kelompok penduduk usia kerja dimana yang mampu bekerja atau yang melakukan kegiatan ekonomi dalam menghasilkan suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Nilai tukar mata uang adalah perbandingan suatu mata uang terhadap mata uang negara lain yang dinyatakan dalam satuan Rupiah per US$.

5. Konsumsi kedelai adalah sejumlah kedelai yang akan dimakan oleh masyarakat dengan tujuan pemenuhan kebutuhan hayati.

6. Harga Kedelai Impor adalah Harga Kedelai Impor (Rupiah / ton) yang diperoleh dari perkalian harga kedelai impor dalam Dollar Amerika dengan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.

7. Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan oleh aktifitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan.

8. Jumlah penduduk adalah sejumlah penduduk yang mendiami dan beraktifitas di suatu wilayah.

9. Jumlah industri tahu/tempe adalah sejumlah industri yang memakai bahan baku kedelai untuk berproduksi yang berada di suatu wilayah.


(18)

Batasan Operasional

1. Data yang diambil adalah data dalam kurun waktu 1998 sampai 2013 meliputi ketersediaan dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara.

2. Penelitian dilakukan dalam wilayah Sumatera Utara. 3. Waktu penelitian dimulai tahun 2015.


(19)

Letak Topografi dan Iklim Letak Topografi

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia,terletak pada garis 10-40 Lintang Utara dan 980-1000

a. Sebelah Utara : Provinsi Aceh

Bujur Timur. Provinsi ini berbatasan dengan daerah perairan dan laut serta dua provinsi lainnya :

b. Sebelah Timur : Negara Malaysia di Selat Malaka c. Sebelah Selatan : Provinsi Riau dan Sumatera Barat d. Sebelah Barat : Samudera Hindia

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera da sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian tumur pantai pulau Sumatera. Provinsi Sumatera Utara secara administratif terbagi dalam 25 kabupaten, 8 kota dengan 421 kecamatan yang meliputi 653 kelurahan dan 5.175 desa.

Iklim

Provinsi Sumatera Utara terletak dekat dengan garis khatulistiwa, provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian daratan Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter dia tas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 30,10C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan


(20)

sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 21,40

Keadaan Penduduk

C. Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan November sampai dengan Maret dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan bulan September, diantara kedua musim itu diselingi musim pancaroba.

Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, kemudian dari hasil SP2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Selanjutnya dari hasil Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara 12.982.204 jiwa.

Kepadatan penduduk pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 kemudian pada tahun 2000 meningkat menjadi 161 jiwa per km2 dan selanjutnya pada tahun 2010 menjadi 188 jiwa per km2

Pada tahun 2013 penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.326.307 jiwa yang terdiri dari 6.648.190 jiwa penduduk laki-laki dan 6.678.117 jiwa perempuan atau dengan ratio jenis kelamin/sex ratio sebesar 99,55. Pada tahun 2013 pendudukSumatera Utara lebih banyak tinggal di daerah pedesaan dibanding daerah perkotaan. Jumlah penduduk yang tinggal di pedesaan adalah 6,77 juta . Laju pertumbuhan penduduk selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2010 menjadi 1,22 persen per tahun.


(21)

jiwa (51,83%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 6,55 juta jiwa (49,17%).

Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengalami perubahan dari tahun 1999-2010. Akibat terjadinya krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, penduduk miskin pada tahun 1999 meningkat tajam menjadi 1,97 jiwa atau 16,74 persen dari total penduduk Sumatera Utara. Pada tahun 2003 terjadi penurunan penduduk miskin secara absolut maupun secara persentase, yaitu menjadi 1,89 juta jiwa atau 15,89 persen, sedangkan tahun 2004 jumlah dan persentase turun menjadi sebanyak 1,80 juta jiwa atau 14,93 persen, kemudian pada tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi 1,84 juta jiwa (14,68 %), namun akibat dampak kenaikan harga BBM pada bulan Maret dan Oktober 2005 penduduk miskin tahun 2006 meningkat menjadi 1,98 juta jiwa (15,66%).

Pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 1,77 juta atau 13,90 persen. Angka ini menurun pada tahun 2008 menjadi 1,61 juta jiwa atau 12,55 persen. Pada tahun 2009 angka kemiskinan ini kembali turun menjadi 1,50 juta jiwa atau 11,51 persen. Selanjutnya pada bulan September 2013 jumlah penduduk miskin menjadi 1,39 juta jiwa atau 10,39 persen.

Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja pada Agustus 2013 sebanyak 6,31 juta jiwa yang terdiri dari 5,90 juta jiwa terkategori bekerja dan sebesar 412,20 ribu jiwa terkategori pengangguran. Penduduk yang bekerja ini sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 43,45 persen. Sektor kedua terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,94 persen.


(22)

Tabel. 3 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013

No. Kabupaten/ Regency 2009 (Jiwa) 2010 (Jiwa) 2011 (Jiwa) 2012 (Jiwa) 2013 (Jiwa)

1 Nias 444.502 131.377 132.605 132.860 133.388

2 Mandailing Natal 429.889 404.945 408.731 410.031 413.475

3 Tapanuli Selatan 265.855 263.815 266.282 268.095 268.824

4 Tapanuli Tengah 323.563 311.232 314.142 318.908 324.006

5 Tapanuli Utara 271.474 279.257 281.868 283.871 286.118

6 Toba Samosir 174.453 173.129 174.748 174.865 175.069

7 Labuhan Batu 417.584 415.110 418.992 424.644 430.718

8 Asahan 700.606 668.272 674.521 677.876 681.794

9 Simalungun 859.879 817.720 825.366 830.986 833.251

10 Dairi 273.851 270.053 272.578 273.394 276.238

11 Karo 370.619 350.960 354.242 358.853 363.755

12 Deli Serdang 1.788.351 1.790.431 1.807.173 1.845.615 1.886.388

13 Langkat 1.057.768 967.535 976.582 976.885 978.734

14 Nias Selatan 273.851 289.708 292.417 294.069 295.968

15 Humbang Hasundutan 158.070 171.650 173.255 174.765 176.429

16 Pakpak Bharat 42.814 40.505 40.884 41.492 42.144

17 Samosir 132.023 119.653 120.772 121.594 121.924

18 Serdang Bedagai 642.983 594.383 599.941 604.026 605.583

19 Batu Bara 389.510 375.885 379.400 381.023 382.960

20 Padang Lawas Utara 194.774 223.531 225.621 229.064 232.746

21 Padang Lawas 186.643 225.259 227.365 232.166 237.259

22 Labuhanbatu Selatan 280.562 277.673 280.269 284.809 289.655 23 Labuhanbatu Utara 351.620 330.701 333.793 335.459 337.404

24 Nias Utara - 127.244 128.434 128.533 129.053

25 Nias Barat - 81.807 82.572 82.701 82.854

Kota/ City

26 Sibolga 96.034 84.481 85.271 85.852 85.981

27 Tanjung Balai 167.500 154.445 155.889 157.175 158.599

28 Pematang Siantar 240.939 234.698 236.893 236.947 237.434

29 Tebing Tinggi 142.717 145.248 146.606 147.771 149.065

30 Medan 2.121.053 2.097.610 2.117.224 2.122.804 2.123.210

31 Binjai 257.105 246.154 248.456 250.252 252.263

32 Padangsidimpuan 191.912 191.531 193.322 198.809 204.615

33 Gunungsitoli 0 126.202 127.382 128.337 129.403

Jumlah/Total 13.248.386 12.982.204 13.103.596 13.215.401 13.326.307 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara,2014


(23)

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar -2,01 persen, pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 0,94 persen, pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 0,85 persen, dan pada tahun pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 0,84 persen. Ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi. Dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk paling tinggi, sedangkan daerah yang memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit adalah kabupaten Pakpak Bharat.

Karakteristik Sampel Penelitian Ketersediaan Kedelai

Keadaan ketersediaan kedelai di Sumatera Utara selalu mengalami fluktuasi. Di dalam rentang tahun 1998-2013 keadaan ketersediaan kedelai dapat dikatakan mengalami peningkatan pemenuhan kebutuhan. Sejak tahun 2002 sampai 2013 selalu terjadi peningkatan di dalam pemenuhan ketersedian kedelai Sumatera Utara. Ketersediaan kedelai Sumatera Utara terendah berada di angka 11.119 ton (2002) dan tertinggi berada di angka 119.394 ton (2013). Ketersediaan didapatkan dari hasil penjumlahan jumlah produksi kedelai Sumatera Utara dengan jumlah impor kedelai Sumatera Utara di dalam kurun waktu 1998-2013.


(24)

Grafik 2. Ketersediaan Kedelai Sumatera Utara tahun 1998-2013

Tabel 4.Ketersediaan Kedelai di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013

Tahun Ketersediaan (Ton)

1998 54.770

1999 54.065

2000 21.583

2001 13.479

2002 11.119

2003 49.287

2004 24.608

2005 61.545

2006 41.487

2007 62.942

2008 77.096

2009 85.842

2010 92.697

2011 117.796

2012 115.495

2013 119.394

Sumber : BPS dan BKP Sumatera Utara,2014 0

20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

Ketersediaan Kedelai (Ton)


(25)

Konsumsi Kedelai

Keadaan konsumsi kedelai di Sumatera Utara juga mengalami fluktuasi. Tetapi secara umum keadaan konsumsi kedelai Sumatera Utara mengalami kenaikan. Konsumsi kedelai Sumatera Utara terendah berada di angka 27.034 ton (1998) dan tertinggi berada di angka 61.316 ton (2013). Dari tahun ke tahun mulai dari 1998 sampai 2013 pada umumnya terjadi peningkatan

Grafik 3. Konsumsi Kedelai Sumatera Utara tahun 1998-2013

Tabel 5. Jumlah Konsumsi Kedelai di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013

Tahun Konsumsi Kedelai (Ton) Ratio

1998 31.955 0,000

1999 32.179 0,007

2000 34.857 0,083

2001 40.088 0,150

2002 44.016 0,098

2003 31.199 -0,291

2004 41.412 0,327

2005 55.200 0,333

2006 56.580 0,025

2007 56.580 0,000

2008 57.314 0,013

2009 58.111 0,014

2010 56.613 -0,026

2011 59.993 0,060

2012 60.512 0,009

2013 61.316 0,013

Sumber : BPS dan BKP Sumatera Utara,2014 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

Konsumsi Kedelai (ton)

Konsumsi Kedelai (ton)


(26)

Dari tahun 1998 sampai dengan 2013 secara umum terjadi peningkatan di dalam konsumsi kedelai di Sumatera Utara. Terjadi penurunan yang signifikan pada tahun 2003 yang mungkin diakibatkan berubahnya konsumsi kedelai masyarakat Sumatera Utara.

Luas Panen Kedelai

Keberadaaan luas panen kedelai Sumatera Utara mengalami fluktuasi. Luas panen kedelai Sumatera Utara terendah berada di angka 3.126 Ha (2013) dan tertinggi berada di angka 42.242 Ha (1998).

Tabel 6.Luas Panen Tanaman Kedelai di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013

Tahun Luas Panen kedelai (Ha) Rasio

1998 42.242 0,00

1999 27.171 -0,55

2000 12.113 -1,24

2001 10.003 -0,21

2002 9.705 -0,33

2003 9.910 0,02

2004 11.706 0,15

2005 13.787 0,15

2006 6.311 -1,18

2007 3.747 -0,68

2008 9.597 0,61

2009 11.494 0,17

2010 7.803 -0,47

2011 11.413 0,32

2012 5.475 -1,08

2013 3.126 -0,75

Sumber : BPS Sumatera Utara,2014

Dari tahun 1998 sampai dengan 2013 secara umum terjadi penurunan luas panen tanaman kedelai di Sumatera Utara. Terjadi penurunan yang signifikan pada tahun 2002 yang mungkin diakibatkan perubahan penggunaan lahan tanaman kedelai kepada sektor lain.


(27)

Jumlah Tenaga Kerja di Bidang Pertanian

Keberadaaan jumlah tenaga kerja di bidang pertanian di Sumatera Utara mengalami fluktuasi. Jumlah tenaga kerja terendah berada di angka 2.608.706 jiwa (1998) dan tertinggi berada di angka 4.468.816 jiwa (2010)

Tabel 7.Jumlah Tenaga Kerja di bidang pertanian di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013

Tahun Tenaga Kerja (Jiwa)

1998 2.608.706

1999 2.679.078

2000 2.650.396

2001 2.749.214

2002 2.738.193

2003 4.421.093

2004 4.126.453

2005 4.249.699

2006 4.074.774

2007 3.987.998

2008 4.203.091

2009 4.255.602

2010 4.468.816

2011 3.845.341

2012 3.834.093

2013 3.880.703


(28)

Pendapatan Penduduk

Keberadaaan pendapatan penduduk di Sumatera Utara mengalami fluktuasi. Pendapatan penduduk terendah berada di angka Rp. 4.361.485 (1998) dan tertinggi berada di angka Rp.29.722.268 (2013). Pendapatan penduduk tersebut diperoleh dari pendapatan perkapita (PDRB) konstan Sumatera Utara. Dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 8.Pendapatan Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013

Tahun Pendapatan (Juta)

1998 4.361.485

1999 5.476.169

2000 5.928.518

2001 6.741.914

2002 7.482.946

2003 8.672.097

2004 9.741.566

2005 11.326.516

2006 12.684.532

2007 14.166.626

2008 16.813.290

2009 18.381.013

2010 21.236.780

2011 23.778.381

2012 26.184.746

2013 29.722.268


(29)

Nilai Tukar

Keberadaaan nilai tukar mata uang di Indonesia mengalami fluktuasi. Nilai tukar terendah berada di angka 7.100 (Rp/$) (1999) dan tertinggi berada di angka 12.250 (Rp/$)(2013). Dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 9.Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar di Indonesia Tahun 1998-2013

Tahun Nilai Tukar (Rp/$)

1998 11.750 1999 7.100 2000 9.725 2001 10.265

2002 9.260

2003 8.570

2004 8.985

2005 9.705

2006 9.200

2007 9.125

2008 9.666

2009 9.447

2010 9.036

2011 9.113

2012 9.718

2013 12.250


(30)

Harga kedelai impor

Keberadaaan harga kedelai mengalami fluktuasi, Harga kedelai terendah berada di angka Rp. 1.803.168/ton (1998) dan tertinggi berada di angka Rp. 9.650.000/ton (2013). dilihat dari tabel berikut :

Tabel 10.Harga Kedelai impor di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013

Tahun Harga Kedelai (Rp/ton)

1998 5.604.727

1999 1.383.657

2000 9.058.959

2001 2.144.949

2002 2.376.306

2003 2.200.513

2004 3.349.364

2005 2.777.740

2006 2.468.816

2007 3.031.310

2008 5.233.083

2009 4.374.414

2010 4.204.958

2011 5.200.902

2012 5.732.582

2013 7.492.145


(31)

Jumlah Penduduk

Keberadaaan jumlah penduduk di Sumatera Utara mengalami fluktuasi. Jumlah penduduk terendah berada di angka 11.754.100 jiwa (1998) dan tertinggi berada di angka 13.326.307 jiwa (2013).

Tabel 11.Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

1998 11.754.100

1999 11.955.400

2000 11.513.973

2001 11.247.958

2002 11.383.503

2003 11.591.182

2004 12.160.536

2005 12.326.678

2006 12.643.494

2007 12.834.371

2008 13.042.317

2009 13.248.386

2010 12.982.204

2011 13.103.596

2012 13.215.401

2013 13.326.307


(32)

Jumlah Industri Tahu/tempe

Keberadaaan jumlah industri tahu/tempe di Sumatera Utara mengalami fluktuasi. Jumlah industri tahu/tempe terendah berada di angka 378 unit (2003) dan tertinggi berada di angka 469 unit (2010).

Tabel 12.Jumlah Industri Tahu-Tempe di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013

Tahun Jumlah Industri (Unit)

1998 403

1999 396

2000 402

2001 385

2002 387

2003 378

2004 384

2005 398

2006 521

2007 525

2008 512

2009 458

2010 469

2011 460

2012 457

2013 413


(33)

Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Kedelai di Sumatera Utara

Dari metode analisis data diketahui bahwa variabel-variabel yang dapat mempengaruhi ketersediaan kedelai adalah Luas Panen kedelai (X1), Tenaga Kerja (X2), Pendapatan(X3), dan Nilai Tukar(X4

Namun sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:

). Dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap ketersediaan kedelai sebagai variabel terikat.

Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut.

Gambar 2. Grafik Normal Plot Ketersedian Kedelai

Berdasarkan tampilan grafik normal plot diatas terlihat bahwa titik menyebar dekat di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa model persamaan layak dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas.


(34)

Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:

Gambar 3. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Ketersediaan Kedelai

Dari grafik scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dikarenakan pada grafik terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolineraritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF masing-masing variabel seperti berikut ini:

Tabel 13. Nilai Tolerance dan VIF Ketersediaan Kedelai

Variabel Tolerance VIF

Luas Panen Kedelai 0,588 1,700

Tenaga Kerja 0,548 1,826

Pendapatan Nilai Tukar

0,466 0,777

2,147 1,288 Sumber: Analisis data sekunder dari lampiran 2


(35)

Gejala multikolinearitas tidak terjadi jika nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance> 0,1. Berdasarkan tabel 13 diatas, dapat dilihat variabel Luas Panen kedelai (X1) , Tenaga Kerja (X2), Pendapatan(X3), dan Nilai Tukar(X4) masing-masing nilai VIF-nya sebesar 1,700; 1,826; 2,147; 1,288. Dari perhitungan di atas tidak terdapat nilai VIF yang lebih besar dari 10. Sedangkan masing-masing nilai Tolerance-nya sebesar 0,588; 0,548; 0,466; 0,777. Dari perhitungan di atas tidak terdapat nilai Tolerance-nya yang lebih kecil dari 0,1 Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalam model persamaan ini.

Analisis Regresi Linier Berganda

Ketersediaan kedelai dipengaruhi variabel antara lain adalah Luas Panen kedelai, Teknologi, Tenaga Kerja, Pendapatan, dan Nilai Tukar. Untuk menguji pengaruhnya, maka perlu dilakukan pengujian dengan metode regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 baik secara serempak maupun secara parsial. Hasil regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Hasil Analisis Ketersediaan Kedelai

Variabel Koefisien Regresi T Hitung Signifikan

(Constant) -13137,516 -0,456 0,657

Luas Panen Kedelai (X1) 1,885 5,863 0,000

Tenaga Kerja (X2) 0,005 1,069 0,308

Pendapatan (X3 Nilai Tukar (X

) 4

0,005

) -3,992

11,969 -1,738

0,000 0,110

R2 0,952

Uji F

F Hitung 54,762 0,000

F Tabel 3,36

T Tabel 2,201


(36)

Dari tabel 14 diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = -13137,516 +1,885X1 +0,005X2 +0,005X3 -3,992X4

Keterangan:

+ µ

Y = Ketersediaan Kedelai (Ton) X1

X

= Luas Panen Kedelai (Ha) 2

X

= Tenaga Kerja (Jiwa) 3

X

= Pendapatan (Rp) 4

µ = Standar Error = Nilai Tukar (Rp/$)

Koefisien Determinasi (R2

Dari tabel 14 diperoleh nilai R )

2

sebesar 0,952 yang berarti 95,2 % variasi variabel terikat yaitu Ketersediaan Kedelai yang diminta dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas yaitu Luas Panen kedelai, Tenaga Kerja, Pendapatan, dan Nilai Tukar sedangkan sisanya 4,8 % lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Uji F (Uji Serempak)

Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 54,762 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 sedangkan nilai F tabel sebesar 3,36 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05%. Dengan demikian F hitung

≥ F tabel dan sig. F (0,000) ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya luas panen, tenaga kerja, pendapatan, dan nilai tukar secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai di Sumatera Utara.


(37)

Uji T (Uji Parsial)

Dari tabel 15 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel adalah Luas Panen kedelai, Tenaga Kerja, Pendapatan, dan Nilai Tukar terhadap ketersediaan kedelai di Sumatera Utara sebagai berikut:

1. Pengaruh Luas Panen Kedelai Terhadap Ketersediaan Kedelai

Koefisien regresi luas panen kedelai sebesar 1,885 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara luas panen kedelai dengan ketersediaan kedelai . Jika luas panen kedelai naik sebesar 1000 Ha, maka ketersediaan kedelai akan bertambah sebanyak 1885 ton.

Nilai T hitung variabel luas panen kedelai yang diperoleh adalah 5,863 dan nilai T tabel sebesar 2,201 maka T hitung > T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,000 maka sig. T (0,000) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1

2. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Ketersediaan Kedelai

diterima yang artinya variabel luas panen kedelai secara parsial berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai.

Koefisien regresi tenaga kerja sebesar 0,005 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara tenaga kerja dengan ketersediaan kedelai . Jika tenaga kerja naik sejumlah 1000 jiwa, maka jumlah ketersediaan kedelai akan berkurang sebanyak 5 ton.

Nilai T hitung variabel tenaga kerja yang diperoleh adalah 1,446 dan nilai T tabel sebesar 2,201 maka T hitung < T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,308 maka sig. T (0,308) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel tenaga kerja secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai.


(38)

3.Pengaruh Pendapatan Terhadap Ketersediaan Kedelai

Koefisien regresi pendapatan sebesar 0,005 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara pendapatan dengan ketersediaan kedelai . Jika pendapatan naik sebesar Rp 1.000, maka ketersediaan kedelai akan bertambah sebanyak 5 ton.

Nilai T hitung variabel Pendapatan yang diperoleh adalah 11,969 dan nilai T tabel sebesar 2,201 maka T hitung >T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,000 maka sig. T (0,000) < 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel pendapatan secara parsial berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai.

4. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Ketersediaan Kedelai

Koefisien regresi nilai tukar sebesar -3,992 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik (negatif) antara nilai tukar dengan ketersediaan kedelai. Jika nilai tukar naik sebesar 1000(Rp/$) , maka jumlah ketersediaan kedelai akan berkurang sebanyak 3992 ton.

Nilai T hitung variabel nilai tukar yang diperoleh adalah -1,738 dan nilai T tabel sebesar 2,201 maka T hitung < T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar -1,738 maka sig. T (-1,738) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel nilai tukar secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai.


(39)

Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kedelai di Sumatera Utara

Dari metode analisis data diketahui bahwa variabel-variabel yang dapat mempengaruhi ketersediaan kedelai adalah Harga kedelai Impor(X1), Jumlah Penduduk(X2), Jumlah Industri tahu/tempe(X3), Pendapatan(X4) dan Nilai Tukar(X5

Namun sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:

). Dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap konsumsi kedelai sebagai variabel terikat.

Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:

Gambar 4. Grafik Normal Plot Konsumsi Kedelai

Berdasarkan tampilan grafik normal plot diatas terlihat bahwa titik menyebar dekat di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa model persamaan layak dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas.


(40)

Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:

Gambar 5. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Konsumsi Kedelai

Dari grafik scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dikarenakan pada grafik terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolineraritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF masing-masing variabel seperti berikut ini:

Tabel 15. Nilai Tolerance dan VIF Konsumsi Kedelai

Variabel Tolerance VIF

Harga kedelai Impor 0,592 1,690

Jumlah penduduk 0,105 9,523

Jumlah industri tahu/tempe 0,401 2,495

Pendapatan 0,147 6,785

Nilai Tukar 0,616 1,625


(41)

Gejala multikolinearitas tidak terjadi jika nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance> 0,1. Berdasarkan tabel 15 diatas, dapat dilihat variabel Harga kedelai(X1), Jumlah Penduduk(X2), Jumlah Industri tahu/tempe(X3), Pendapatan(X4), dan Nilai Tukar(X5

Analisis Regresi Linier Berganda

) masing-masing nilai VIF-nya sebesar 1,690; 9,523; 2,495; 6,785; 1,625. Dari perhitungan di atas tidak terdapat nilai VIF yang lebih besar dari 10. Sedangkan masing-masing nilai Tolerance-nya sebesar 0,592; 0,105; 0,401; 0,147; 0,616. Dari perhitungan di atas tidak terdapat nilai Tolerance-nya yang lebih kecil dari 0,1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalam model persamaan ini.

Konsumsi kedelai dipengaruhi variabel antara lain adalah Harga kedelai, jumlah penduduk, jumlah industri tahu/tempe, dan Pendapatan(X4

Tabel 16. Hasil Analisis Konsumsi Kedelai

). Untuk menguji pengaruhnya, maka perlu dilakukan pengujian dengan metode regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 baik secara serempak maupun secara parsial. Hasil regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini:

Variabel Koefisien Regresi T Hitung Signifikan

(Constant) -38383,848 -0,679 0,512

Harga Kedelai Impor(X1) -0,001 -1,393 0,194

Jumlah penduduk (X2) 0,003 0,485 0,638

Jumlah industri tahu/tempe(X3

73,268

) 1,807 0,101

Pendapatan (X4) 0,001 1,973 0,077

Nilai Tukar (X5) 1,548 1,062 0,313

R2 0,868

Uji F

F Hitung 13,178 0,000

F Tabel 3,33


(42)

Sumber: Analisis data sekunder dari lampiran 3

Dari tabel 16 diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = -38383,848 -0,001X1 +0,003X2 +73,268X3 +0,01X4 +1,548X5

Keterangan:

+ µ

Y = Konsumsi Kedelai (Ton/Kap/Tahun) X1

X

= Harga Kedelai Impor (Rp/Ton) 2

X

= Jumlah Penduduk (Jiwa) 3

X

= Jumlah Industri Tahu/Tempe (Unit) 4

X

= Pendapatan (Rp) 5

µ = Standar Error = Nilai Tukar (Rp/$)

Koefisien Determinasi (R2

Dari tabel 16 diperoleh nilai R )

2

sebesar 0,868 yang berarti 86,8 % variasi variabel terikat yaitu Konsumsi Kedelai yang diminta dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas yaitu Harga kedelai impor, jumlah penduduk, jumlah industri tahu/tempe, pendapatan, dan nilai tukar sedangkan sisanya 13,2 % lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Uji F (Uji Serempak)

Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 13,178 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 sedangkan nilai F tabel sebesar 3,33 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05%. Dengan demikian F hitung

≥ F tabel dan sig. F (0,000) ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya harga kedelai impor, jumlah penduduk, jumlah industri tahu/tempe, pendapatan, dan nilai tukar secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai di Sumatera Utara.


(43)

Uji T (Uji Parsial)

Dari tabel 17 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel adalah harga kedelai, jumlah penduduk, jumlah industri tahu/tempe, pendapatan, dan nilai tukar terhadap konsumsi kedelai di Sumatera Utara sebagai berikut:

1. Pengaruh Harga Kedelai Impor Terhadap Konsumsi Kedelai

Koefisien regresi harga kedelai impor sebesar -0,001 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik (negatif ) antara harga kedelai impor dengan konsumsi kedelai . Jika harga kedelai impor naik sebesar Rp 1000 , maka konsumsi akan menurun sebanyak 1 ton.

Nilai T hitung variabel harga kedelai yang diperoleh adalah -1,393 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung < T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,194 maka sig. T (0,194) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel harga kedelai impor secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.

2. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Konsumsi Kedelai

Koefisien regresi jumlah penduduk sebesar 0,003 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus(positif) antara jumlah penduduk dengan konsumsi kedelai . Jika jumlah penduduk naik sejumlah 1000 jiwa, maka jumlah konsumsi kedelai akan bertambah sebanyak 3 ton.

Nilai T hitung variabel jumlah penduduk yang diperoleh adalah 0,485 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung < T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,638 maka sig. T (0,638) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan


(44)

H0diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel jumlah penduduk secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.

3. Pengaruh Industri tahu/tempe Terhadap Konsumsi Kedelai

Koefisien regresi jumlah industri tahu/tempe sebesar 73,268 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara jumlah industri tahu/tempe dengan konsumsi kedelai. Jika jumlah industri tahu/tempe naik sejumlah 1 unit maka konsumsi kedelai akan bertambah sebanyak 73268 ton.

Nilai T hitung variabel industri tahu/tempe yang diperoleh adalah 1,807 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung < T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,101 maka sig. T (0,101) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel industri tahu/tempe secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.

4.Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Kedelai

Koefisien regresi pendapatan sebesar 0,001 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara pendapatan dengan konsumsi kedelai . Jika pendapatan naik sebesar Rp 1.000, maka konsumsi kedelai akan bertambah sebanyak 1 ton.

Nilai T hitung variabel pendapatan yang diperoleh adalah 1,973 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung < T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,077 maka sig. T (0,077)> 0,05; sehingga dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel pendapatan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.


(45)

4.Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Konsumsi Kedelai

Koefisien regresi pendapatan sebesar 1,528 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara nilai tukar dengan konsumsi kedelai . Jika nilai tukar naik sebesar Rp 1.000/$, maka konsumsi kedelai akan bertambah sebanyak 1528 ton.

Nilai T hitung variabel pendapatan yang diperoleh adalah 1,062 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung < T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,313 maka sig. T (0,313) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel pendapatan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.


(46)

Rasio perbandingan ketersediaan dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara th.1998-2013

Tahun Ketersediaan (Ton) Konsumsi Kedelai (ton) Rasio

1998 54.770 31.955 1,71

1999 54.065 32.179 1,68

2000 21.583 34.857 0,62

2001 13.479 40.088 0,34

2002 11.119 44.016 0,25

2003 49.287 31.199 1,58

2004 24.608 41.412 0,59

2005 61.545 55.200 1,11

2006 41.487 56.580 0,73

2007 62.942 56.580 1,11

2008 77.096 57.314 1,35

2009 85.842 58.111 1,48

2010 92.697 56.613 1,64

2011 117.796 59.993 1,96

2012 115.495 60.512 1,91

2013 119.394 61.316 1,95

Sumber: diolah,2014

Dari penelitian di dapatkan bahwa terjadi fluktuasi rasio ketersediaan dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara. Rasio dengan nilai terkecil diperoleh pada nilai 0,25 (2002) dan terbesar diperoleh pada nilai 1,96 (2011).


(47)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ketersediaan kedelai di Sumatera Utara secara bersama-sama dipengaruhi nyata oleh luas panen, tenaga kerja, pendapatan, dan nilai tukar.

2. Ketersediaan kedelai di Sumatera Utara secara parsial dipengaruhi nyata oleh luas panen kedelai dan pendapatan.

3. Ketersediaan kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi nyata oleh tenaga kerja dan nilai tukar.

4. Konsumsi kedelai di Sumatera Utara secara bersama-sama dipengaruhi nyata oleh harga kedelai impor, jumlah penduduk, jumlah industri tahu/tempe,pendapatan dan nilai tukar.

5. Konsumsi kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi nyata oleh harga kedelai impor, jumlah penduduk, jumlah industri tahu/tempe, pendapatan, dan nilai tukar.

6. Rasio perbandingan ketersediaan dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara mengalami fluktuasi di tahun 1998-2013. Rasio dengan nilai terkecil diperoleh pada nilai 0,25 (2002) dan terbesar diperoleh pada nilai 1,96 (2011).


(48)

Saran

1. Kepada Pemerintah agar semakin memperhatikan pemantauan ketersedian kedelai dan pola konsumsi kedelai masyarakat agar sesuai dengan pola PPH (pola pangan harapan) dan Alternatif Kebijakan Ketersediaan dan Konsumsi Kedelai.

2. Kepada Peneliti selanjutnya disarankan untuk melanjutkan penelitian mengenai ketersediaan dan konsumsi pangan lainnya.

3. Kepada Pelaku Usaha Tani kedelai agar semakin memperbaiki kinerja usaha taninya masing-masing agar menjamin keberlangsungan ketersediaan dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara.


(49)

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar (Glicine ururiencis) merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang dikenal sekarang, yaitu Glycine mac (L.) Merr. Kedelai berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara),tanaman kedelai kemudian menyebar ke daerah Mansyuria, Jepang dan negara-negara lain di Amerika dan Afrika. Di Indonesia, tanaman ini dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan. Selain itu kedelai juga dikenal sebagai pupuk hijau karena dapat meningkatkan kesuburan tanah (Purwono dan Heni, 2007).

Ketersediaan pangan merupakan kondisi pangan yang mencakup makanan dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan serta turunannya yang digunakan penduduk suatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. Sistem ketersediaan pangan merupakan rangkaian dari tiga komponen utama yaitu ketersediaan dan stabilitas pangan, kemudahan memperoleh pangan, dan pemanfaatan pangan. Hal ini berarti bahwa faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga kompenen ketahanan pangan.

Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan dari hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan (UU No.8, 2012).


(50)

Ketersediaan pangan yang cukup berarti terpenuhinya pangan yang cukup, bukan hanya beras melainkan juga mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan pangan (Suryana, 2003).

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial. Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dalam waktu tertentu (Farida dkk, 2010).

Konsumsi pangan menurut laura dipengaruhi oleh banyak faktor dan pemilihan jenis maupun banyaknya pangan yang dimakan, dapat berlainan dari masyarakat ke masyarakat dan dari negara ke negara. Akan tetapi, faktor-faktor yang tampaknya sangat mempengaruhi konsumsi pangan di mana saja di dunia adalah (Laura, dkk, 1985). :

1. Jenis dan banyaknya pangan yang diproduksi dan tersedia. 2. Tingkat pendapatan.

3. Pengetahuan gizi

Secara umum, faktor faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga dimana keadaan ekonomi keluarga relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin, selain pendapatan, faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah harga pangan dan non pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli yang berarti pendapatan riil berkurang. Keadaan ini menyebabkan konsumsi pangan berkurang sedangkan faktor sosio-budaya dan religi yaitu aspek sosial budaya berarti fungsi pangan dalam masyarakat yang


(51)

berkembang sesuai dengan keadaaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan dan pendidikan masyarakat tersebut. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut pemilihan jenis bahan pangan, pengopanen, serta persiapan dan penyajiannya (Baliwati, 2004).


(52)

Landasan Teori Ketersediaan Pangan

Dalam Permentan Nomor 65 tahun 2010, ketersediaan pangan berfungsi menjamin impor pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu:

(1) produksi dalam negeri (2) pemasokan pangan (impor)

(3) pengelolaan cadangan pangan (stok pangan)

Jumlah penduduk yang besar dengan keadaan kemampuan ekonomi relatif lemah, maka kemauan untuk tetap menjadi bangsa yang mandiri di bidang pangan harus terus diupayakan dari produk dalam negeri. Hal yang perlu disadari adalah kemampuan memenuhi kebutuhan pangan dari produksi sendiri, khususnya bahan pangan pokok juga menyangkut harkat martabat dan kelanjutan eksistensi bangsa. Sedangkan impor pangan merupakan pilihan akhir, apabila terjadi kelangkaan produksi dalam negeri.

Ketersediaan dalam lingkup pangan adalah tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup, aman, dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan, maupun bantuan pangan. Atau dapat diartikan sebagai jumlah pangan yang disediakan di suatu wilayah mencakup produksi, impor/ekspor, bibit/benih,bahan baku industri pangan dan non pangan,penyusutan/tercecer danyang tersedia untuk dikonsumsi.

Panen sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap


(53)

usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya panen yang digunakan (Mubyarto,1989).

Meskipun demikian, Soekartawi (1993) menyatakan bahwa bukan berarti semakin luas panen pertanian maka semakin efisien panen tersebut. Bahkan panen yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi yang disebabkan oleh :

1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat - obatan dan tenaga kerja.

2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja di sekitar daerah itu yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.

3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian tersebut. Sebaliknya dengan panen yang luasnya relatif sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

Tenaga kerja adalah semua penduduk dalam suatu negara ataupun daerah yang dapat memproduksi barang ataupun jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan merekapun berpartisipasi dalam kegiatan tersebut (Kusumosuwondo,1981).

Menurut (Simanjuntak ,1998), tenaga kerja adalah kelompok penduduk usia kerja dimana yang mampu bekerja atau yang melakukan kegiatan ekonomi dalam menghasilkan suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.


(54)

Nilai tukar (exchange rate) digunakan sebagai perbandingan nilai atau harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar dijadikan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap harga, tingkat suku bunga, neraca pembayaran dan transaksi berjalan. Kurs pertukaran valuta asing adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara lain adalah “lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang yang dproduksi dalam negeri (Sukirno, 2006).

Nilai Tukar Mata Uang, Nilai tukar ada 2, yaitu:

1. Nilai tukar nominal, adalah nilai tukar yang ditulis dengan angka nominal. Misalnya US$ 1,00=Rp10.000. kurs antara dua Negara adalah yang dinamakan kurs nominal.

Nilai tukar Riil atau kurs riil (riil exchange rate) adalah harga relative dari barang-barang kedua Negara yang menyatakan tingkat dimanakita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang Negara lain. Oleh karena itu nilai tukar riil juga disebut terms of trade (Rahardja,2005).

Secara umum dapat dituliskan =

Harga barang luar negeri

Nilai tukar nominal x Harga barang domestik

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologik, psikologik, maupun sosial.


(55)

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposabel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan:

C = a + bY

dimana a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional.

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kibijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi.

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to

consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah

kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin.

Ketiga, keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes


(56)

menyatakan bahwa pengaruh tingkat bungaterhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.Berdasarkan tiga dugaan ini,fungsi konsumsi keynes sering ditulis sebagai berikut :

C = a + cY, C > 0, 0 < c < 1

Keterangan : C = konsumsi

Y = pendapatan disposebel a = konstanta

c = kecenderungan mengkonsumsi marginal(N.G Mankiw, 2003).

Harga merupakan hal yang terpenting dalam sebuah bisnis, barang yang dijual harus ditentukan harganya sehingga seluruh pihak akan memperoleh keuntungan dari pemberian harga yang pas, dari mulai karyawan, pemilik perusahaan, sampai para pemegang saham juga mendapatkan hasil yang memuaskan karena strategi penetapan harga yang pas, berikut ini adalah beberapa pengertian tentang harga :

Menurut menurut Alex S Nitisemito (1991) Harga diartikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.

Harga dibentuk oleh pasar yang mempunyai dua sisi, yaitu penawaran dan permintaan.Harga merupakan sinyalkelangkaan (scarcity) suatu Sumberdaya yang mengarahkan pelaku ekonomi untuk alokasi Sumberdayanya.Perpotongan kurva penawaran dengan kurva permintaan suatu komoditi dalam suatu pasar


(57)

menentukan harga pasar komoditi tersebut, dimana jumlah komoditi yang diminta sama dengan jumlah komoditi yang ditawarkan. Dengan kata lain, keseimbangan harga pasar merupakan hasil interaksi kekuatan penawaran dan permintaan komoditi di pasar (Nicholson, 2002).

Harga impor turut dalam fungsi permintaan impor karena faktor harga merupakan faktor utama dalam fungsi permintaan ceteris paribus. Harga impor sejalan dengan fungsi permintaan memiliki hubungan negatif dengan permintaan impor itu sendiri. Dimana pada umumnya impor dilakukan dikarenakan tidak mampunya kebijakan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional sehingga harus turut menerima bantuan dari negara lain khususnya dalam perdagangan internasional itu sendiri. Jadi, meskipun harga barang impor naik, apabila impor dilakukan karena tingkat kebutuhannya yang bersifat penting maka permintaan akan tetap naik. (Sukirno, 2005).

Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi suatu negara dan perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakatnya, perlu diketahui tingkat pertambahan pendapatan nasional dan besarnya pendapatan perkapita. Besarnya pendapatan nasional akan menentukan besarnya pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita sering dianggap sebagai gambaran tingkat kesejahteraan, sedangkan besarnya pendapatan perkapita sangat erat kaitannya dengan pertambahan penduduk. Sehingga apabila pertambahan pendapatan nasional lebih besar dari pada tingkat pertambahan penduduk, maka tingkat pendapatan penduduk meningkat. Sebaliknya apabila tingkat pertambahan pendapatan nasional lebih kecil dari pertambahan penduduk, maka pendapatan perkapita mengalami penurunan (Suryana, 2001).


(58)

Pendapatan perkapita sering kali digunakan sebagai indikator pembangunan selain untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antar negara- negara maju dengan negara sedang berkembang. Dengan kata lain, pendapatan perkapita selain bisa memberikan gambaran tentang laju perrtumbuhan kesejahteraan mayarakat di berbagai negara juga dapat menggambarkan perubahan corak tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi diantara berbagai negara.

Menurut Thomas Robert Malthus (Dwiyanto, 2001) bahwa penduduk cenderung meningkat secara deret ukur sedangkan penyediaan kebutuhan hidup riil dapat meningkat secara deret hitung. Artinya pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari pertumbuhan penyediaan kebutuhan hidup riil. Hal ini kemudian menciptakan suatu kegoncangan dan kepincangan antara jumlah penduduk dan kemampuan untuk menyediakan kebutuhan hidup seperti bahan pangan. Perubahan yang tak sebanding ini memberikan berbagai permasapanen kompleks yang memaksa otoritas kebijakanmemaksimalkan strategi dalammenghadapinya.

Industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku atau bahan mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi-tingginya (Sandi, 1985).

Pembangunan sektor industri dipengaruhi oleh beberapa faktor penunjang yaitu (Sandi, 1985):

1. Tersedianya bahan mentah atau bahan baku 2. Bahan bakar atau energi

3. Pasar dan sarana untuk menjamin permintaan pasar dengan cepat 4. Tenaga kerja yang terampil dalam industri yang bersangkutan


(59)

5. Jaringan komunikasi yang mantap

6. Suasana industri yaitu masyarakat yang tahu barang yang dihasilkan atau suasana yang mendukung hidup produksi.

Adanya hubungan antara keberlangsungan suatu usaha industri dengan ketersediaan bahan baku membuat jumlah industri tahu/tempe termasuk di dalam faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kedelai di Sumatera Utara.


(60)

Penelitian terdahulu

Lestari, lisa (2013) dengan penelitian Yang Berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Dan Konsumsi Pangan Strategis Di Sumatera Utara” menggunakan metode penelitian regresi linier berganda dengan tahun periode 2001-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ketersediaan Beras Dan Cabai Di Sumatera Utara Secara Serempak Dipengaruhi Oleh Stok, produksi, impor dan ekspor, sedangkan secara parsial ketersediaan beras dan cabai hanya dipengaruhi produksi. Konsumsi beras dan cabai di Sumatera Utara secara serempak dipengaruhi oleh jumlah penduduk, harga dan PDRB, sedangkan secara parsial konsumsi beras dan cabai hanya dipengaruhi PDRB.

Purnamasari, Rika (2006) dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai di Indonesia. Penelitiannya menggunakan data sekunder dalam bentuk time series (data deret waktu) dengan periode waktu 30 tahun yaitu dari tahun 1975 sampai 2004. Dalam metode penelitian, model analisis data yang digunakan adalah persamaan simultan. Masing-masing persamaan penelitian ini diduga dengan menggunakan metode Two-Stage Least Square (2SLS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah impor kedelai dipengaruhi secara nyata oleh harga kedelai internasional, jumlah populasi, luas panen dan jumlah konsumsi kedelai. Jumlah impor kedelai responsif terhadap perubahan jumlah produksi dan konsumsi kedelai baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Hasyim,Hasman (2008)Analisis Faktor Faktor Yang Menpengaruhi Ketersediaan Beras Di Sumatera Utara Penelitian bertujuan Untuk mengetahui pengaruh luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya


(61)

terhadap ketersediaan beras di Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series) mulai tahun 1987 hingga 2006. Dalam penelitian ini, analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Alat bantu dalam mengolah data sekunder ini adalah Program Eviews versi 4.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil estimasi dapat diperoleh nilai koefisen determinasi (R2) sebesar 0.993 yang berarti bahwa variasi yang terjadi pada luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya dapat menjelaskan ketersediaan beras sebesar 99,3 % Secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel bebas yaitu luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap ketersediaan beras Secara parsial variabel luas panen dan variabel harga beras memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap ketersediaan beras sedangkan kedua variabel yaitu harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap ketersediaan beras.

Anggasari, Popy (2008) di dalam penelitiannya Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi VolumeImpor Kedelai Indonesia Rataratapeningkatan GDP (Gross Domestic Product) Indonesia adalah sebesar 5,19persen tiap tahunnya dan rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk Indonesiaadalah sebesar 2,34 persen tiap tahunnya. Peningkatan permintaan pangan terjadibaik dari segi kuantitas maupun kualitas. Indonesia memiliki ketergantungan impor kedelai yang cukuptinggi dikarenakan jumlah kedelai yang diimpor lebih banyak daripada produksidalam negeri. Pada tahun 2006, 60 persen kebutuhan kedelai dalam negeridipenuhi melalui impor. Metode yang digunakan untuk menganalisis perkembangan


(62)

produksi,konsumsi dan impor kedelai adalah metode analisis deskriptif. Metode yangdigunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume imporkedelai di Indonesia adalah metode analisis linear berganda dengan menggunakanmetode Ordinary Least Square (OLS) program eviews 4.1. Dalam penelitian ini,analisis regresi linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh variabelproduksi kedelai domestik, harga kedelai domestik, harga kedelai luar negeri, nilaitukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan dummy tarif impor sebesar 10 dan 5persen terhadap volume impor kedelai ke Indonesia. Selama kurun waktu 1997hingga 2006, secara umum produksi kedelai domestik cenderung mengalamipenurunan dengan hasil yang relatif rendah. Penurunan produksi tersebutdisebabkan oleh penurunan luas panen kedelai tiap tahunnya dan rendahnya nilaiproduktivitas. Sementara itu, pertumbuhan permintaan kedelai cukup pesat selamabeberapa tahun terakhir dan relatif tinggi, terutama untuk kebutuhan konsumsiyang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan bahan baku industri. Haltersebut memaksa Indonesia untuk melakukan impor. Dari tahun ke tahun imporkedelai relatif tinggi, sekitar 60 persen kebutuhan dalam negeri dipenuhi denganimpor. Volume impor kedelai secara nyata dipengaruhi oleh harga kedelaidomestik, harga kedelai luar negeri, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerikadan dummy penetapan tarif impor sebesar 10 persen.


(63)

Kerangka Pemikiran

Ketersediaan kedelai diantaranya dapat dipengaruhi oleh Luas Panen kedelai ,Tenaga Kerja, Pendapatan, dan Nilai Tukar. Luas Panen dan Tenaga Kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan produksi pertanian. Luas panen kedelai adalah luas areal pertanaman kedelai yang berproduksi atau menghasilkan. Tenaga kerja adalah sejumlah orang yang bekerja yang melakukan kegiatan ekonomi dalam menghasilkan suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan Pendapatan dan Nilai Tukar merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan impor. Impor yang digunakan untuk menambah kekurangan dari produksi dalam negeri untuk memenuhi ketersediaan kedelai sendiri

Konsumsi kedelai antara lain dapat dipengaruhi oleh harga kedelai, jumlah penduduk, jumlah industri tahu/tempe, pendapatan dan nilai tukar. Harga kedelai impor juga merupakan salah satu faktor penentu konsumsi kedelai dikarenakan dengan melihat harga suatu barang dapat memperbesar kemampuan konsumsi kedelai yang ada. Baik jumlah penduduk maupun jumlah industri tahu/tempe berpengaruh terhadap keberadaan konsumsi kedelai. Perubahan pendapatan dan keberadaan nilai tukar yang terjadi juga mempengaruhi perubahan konsumsi pangan termasuk kedelai.


(64)

Keterangan:

= Menyatakan pengaruh = Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Jumlah Industri Tahu/Tempe Tenaga Kerja

Jumlah Penduduk Pendapatan

Pendapatan

Nilai Tukar Luas Panen Kedelai

Ketersediaan Kedelai

Konsumsi Kedelai

Harga kedelai impor

Alternatif Kebijakan Ketersediaan dan Konsumsi

Kedelai

Rasio ketersediaan dan Konsumsi Kedelai


(65)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian dapat diketahui sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang signifikan dari luas panen kedelai, tenaga kerja, pendapatan, dan nilai tukar terhadap ketersediaan kedelai baik secara parsial maupun secara agregat.

2. Ada pengaruh yang signifikan dari harga kedelai impor, jumlah penduduk, jumlah industri tahu/tempe, pendapatan, dan nilai tukar terhadap konsumsi kedelai baik secara parsial maupun secara agregat.


(66)

Latar Belakang

Peranan sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak pada: Menyediakan surplus pangan yang semakin besar pada penduduk yang semakin meningkat, Meningkatkan permintaan akan produk industri, dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan sektor tersier, Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus menerus, Meningkatkan pendapatan masyarakat untuk dimobilisasi pemerintah, Memperbaiki kesejahteraan masyarakat (Jhingan, 2000).

Pangan yang merupakan hasil dari pertanian adalah kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia, pemenuhan kecukupan pangan bagi seluruh rakyat merupakan kewajiban, baik secara moral, sosial maupun hukum. Selain itu juga merupakan investasi pembentukan sumberdaya manusia yang lebih baik di masa datang untuk melaksanakan pembangunan nasional, dan prasyarat bagi pemenuhan hak-hak dasar lainnya (Dewan Ketahanan Pangan,2010).

Dari sekian banyak komoditas pangan pertanian, kedelai merupakan salah satu yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Pengembangan komoditas kedelai telah gencar dilakukan karena berkaitan dengan berbagai sektor. Namun demikian, petani masih sering menganggap kedelai sebagai tanaman sampingan setelah padi (Suprapto, 2001).


(67)

Menurut Badan Pusat Statistik (2012). Kedelai di Sumatera Utara sudah dikembangkan sejak zaman orde baru. Pengembangan komoditas kedelai dipusatkan di beberapa kabupaten diantaranya Deli Serdang, Langkat, dan Tapanuli Selatan. Di dalam 12 tahun terakhir terjadi fluktuasi jumlah produksi dan jumlah permintaan kedelai. Dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 1. Produksi, Permintaan, Impor dan Rasio kedelai Sumatera Utara tahun 2003-2013

Tahun Produksi (ton) Permintaan (ton) Impor (ton) Rasio

2003 10.466 14.706 4.240 0,30

2004 12.333 15.399 3.066 0,25

2005 15.793 80.866 65.073 0,29

2006 7.042 84.056 77.014 0,12

2007 4.345 56.580 52.235 0,08

2008 11.647 57.314 45.667 0,20

2009 14.206 58.111 43.905 0,24

2010 9.439 58.617 49.178 0,17

2011 11.426 61.302 49.876 0,19

2012 5.419 4.730 0 1,15

2013 3.229 4.815 1.586 0,67

Sumber : Diolah , 2014

Grafik 1. Produksi, Permintaan, dan Impor Kedelai Sumatera Utara tahun 2003-2013

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000

Produksi (ton) Permintaan (ton) Impor (ton)


(68)

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa secara umum terjadi penurunan kemampuan produksi tanaman kedelai dari tahun ke tahun. Penurunan terdrastis dari produksi kedelai Sumatera Utara adalah pada tahun ke 5 (2007) dan ke 11 (2013). Terjadinya fluktuasi dari keadaan produksi kedelai tersebut salah satunya dapat dipengaruhi oleh keberadaan luas panen pertanaman kedelai di Sumatera Utara. Penyusutan panen pertanaman kedelai pada umumnya diakibatkan oleh alihfungsi panen.

Permintaan kedelai di Sumatera Utara juga mengalami fluktuasi. Secara garis besar terjadi peningkatan dari tahun ke tahun terhadap permintaan kedelai. Permintaan kedelai dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat maupun Industri. Kebutuhan masyarakat dari kedelai dipakai untuk pemenuhan konsumsi pangan, sedangkan kebutuhan Industri dari kedelai dipakai untuk pemenuhan konsumsi industri opanen pangan maupun pakan.

Impor kedelai dilakukan karena tidak tercukupinya permintaan kedelai dari kemampuan produksi kedelai di dalam mendukung ketersediaan kedelai di Sumatera Utara.

Ketimpangan di dalam kemampuan untuk memenuhi ketersediaan kedelai dibandingkan dengan konsumsi kedelai yang besar mempengaruhi stabilitas keadaan pangan kedelai di Sumatera Utara. Diperlukan intensifikasi ataupun ekstinfikasi di dalam menuntaskan ketimpangan tersebut..

Dari uraian permasapanen di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara.


(1)

3. Ibu DR. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan Bapak DR. Ir. Satia Negara Lubis, MEc selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU.

4. Seluruh Dosen dan Staf Pegawai Program Studi Agribisnis FP USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

5. Paktua dan Maktua Petris sekeluarga selaku orangtua penulis selama melaksanakan studi hingga selesai.

6. Keluarga besar Tanoto Foundation dan TSA Medan, terimakasih buat pengalaman dan ilmu yang dapat penulis dapatkan selama sebagai penerima beasiswa.

7. Keluarga besar Pasarbaru 34A Medan.

8. Teman-teman seperjuangan serta teman seangkatan AGB’11 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

9. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Medan, September 2015


(2)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 6

Tinjauan Pustaka ... 6

Landasan Teori ... 9

Ketersediaan Pangan ... 9

Konsumsi Pangan ... 11

Penelitian Terdahulu ... 17

Kerangka Pemikiran ... 20

Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

Metode Penentuan Wilayah ... 23

Metode Penentuan Sampel dan Pengumpulan Data ... 24

Metode Analisis Data ... 24

Uji Asumsi Klasik ... 27

Defenisi dan Batasan Operasional ... 30

Defenisi ... 30

Batasan Operasional ... 31

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 32

Letak Topografi dan Iklim ... 32

Topografi ... 32

Iklim ... 32

Keadaan Penduduk ... 33

Karakteristik Sampel Penelitian ... 36

Ketersediaan Kedelai ... 36

Konsumsi Kedelai ... 38

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ketersediaan Kedelai di Sumatera Utara ... 46


(3)

Hasil Analisis Pengaruh Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsumsi

Kedelai di Sumatera Utara ... 52

Rasio perbandingan Ketersediaan dan Konsumsi di Sumatera Utara ... 59

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

Kesimpulan ... 60

Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA


(4)

vii

DAFTAR TABEL

No. JUDUL HALAMAN

1. Produksi, Permintaan, Impor dan Rasio kedelai Sumatera Utara tahun 2003-2013

2 2. Luas Areal Pertanaman, Produktifitas, dan Produksi kedelai Sumatera Utara

tahun 1998-2013

23 3. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun

2009-2013

35 4. Ketersediaan Kedelai di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013 37 5. Jumlah Konsumsi Kedelai di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013 38 6. Luas Panen Tanaman Kedelai di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013 39 7. Jumlah Tenaga Kerja di bidang pertanian di Provinsi Sumatera Utara Tahun

1998-2013

40 8. Pendapatan Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013 41 9. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar di Indonesia Tahun 1998-2013 42 10. Harga Kedelai impor di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013 43

11. Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013 44

12. Jumlah Industri Tahu-Tempe di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998-2013 45

13. Nilai Tolerance dan VIF Ketersedian Kedelai 47

14. Hasil Analisis Ketersediaan Kedelai 48

15. Nilai Tolerance dan VIF Konsumsi Kedelai 53

16. Hasil Analisis Konsumsi Kedelai 54

17. Rasio perbandingan ketersediaan dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara th.1998-2013

59


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. JUDUL HALAMAN

1. Grafik 1. Produksi, Permintaan, dan Impor Kedelai Sumatera Utara tahun 2003-2013

2

2. Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 21

3. Grafik 2. Ketersediaan Kedelai Sumatera Utara tahun 1998-2013 37 4. Grafik 3. Konsumsi Kedelai Sumatera Utara tahun 1998-2013 38

5. Gambar 2. Grafik Normal Plot Ketersediaan Kedelai 46

6. Gambar 3. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Ketersediaan Kedelai 47

7. Gambar 4. Grafik Normal Plot Konsumsi Kedelai 52


(6)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1 Ketersediaan dan Konsumsi Kedelai di Sumatera Utara tahun 1998-2013

2 Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Kedelai di Sumatera Utara th 1998-2013

3 Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Kedelai di Sumatera Utara th 1998-2013