ANALISIS KONSEP DISTINCTION PIERRE BOURDIEU DALAM PEMILIHAN SEKOLAH BERLABEL ISLAM DI SURAKARTA | Kartikawati | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 9373 19940 1 SM

1

ANALISIS KONSEP DISTINCTION PIERRE BOURDIEU DALAM
PEMILIHAN SEKOLAH BERLABEL ISLAM DI SURAKARTA
Dyah Ayu Kartikawati, Siany Indria Liestyasari, dan Atik Catur Budiati
Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta
dyahika19@student.uns.ac.id

ABSTRACT
This study aims to explains the growth of the existence of the Islamic
labeled school in Surakarta, describes the point of view of the society in
redefining the Islamic labeled school, and explain diefferentiation classes in
society that are creates through the choice of the school. This research was
conducted Nur Hidayah Foundation and Al Firdaus Educational Foundation
Surakarta.
This research uses a type of qualitative research with phenomenology
approach. In-depth interviews were conducted with key informants namely
parents some schools labeled Islam in Surakarta and supporting informants are
the school and the foundation. Documentation use the form of the development of
the school in Surakarta data from the Central Statistics Agency Central Java at

2014, the results of questionnaires open interview with some of the parents of the
Islamic labeled school and the photos taken during the process of research.
Collecting technique informants using the technique of purposive sampling with
snowball sampling. Data analysis techniques using phenomenological data
analysis technique that consists of a grouping of data, the reduction of the data is
not important, focuses on the theme of the research and analysis of the theme of
research, and the withdrawal of the conclusion.
The results of the research are the development of the Islamic labeled
schools in Surakarta at this time has been developing quite rapidly in terms of
both number of achievements. The society of Surakarta redefining of the Islamic
labeled school as an arena for the secretion of the responsibility of the parents in
care-giving and supervision of the learning process of children. Schools labeled
Islam also is redefined as an arena to the strenght for the parents to raise or
preserves its social position in society. In the election of the Islamic labeled
school is closely related with the taste. Not a few parents who sends their kids in
Islamic labeled school on the basis prestige. The Islamic labeled school used by
the parent of the students to raise or maintain their social position in society.
Keywords : The Realm of Education, Distinction, Taste

2


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan keberadaan
sekolah berlabel Islam di Surakarta, mendeskripsikan sudut pandang masyarakat
dalam memaknai sekolah berlabel Islam, dan menjelaskan pembedaan kelas
dalam masyarakat yang tercipta melalui pemilihan sekolah. Penelitian ini
dilaksanakan di Yayasan Nur Hidayah dan Yayasan Lembaga Pendidikan Al
Firdaus Surakarta.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan kunci yaitu
orang tua murid beberapa sekolah berlabel Islam di Surakarta dan informan
pendukung ialah pihak sekolah dan yayasan. Dokumentasi berupa dokumen
tulisan yaitu data perkembangan sekolah di Surakarta dari BPS Jawa Tengah
tahun 2014, hasil angket wawancara terbuka dengan beberapa orang tua murid
sekolah berlabel Islam, dan foto-foto yang diambil selama proses penelitian.
Teknik pengambilan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan
snowball sampling. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data
fenomenologis yang terdiri dari pengelompokkan data, pengurangan data yang
tidak penting, memfokuskan pada tema penelitian, analisis tema penelitian, dan
penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian yaitu perkembangan sekolah berlabel Islam di Surakarta
pada saat ini sudah cukup pesat, baik dari segi jumlah maupun prestasi.
Masyarakat Surakarta memaknai sekolah berlabel Islam sebagai arena pelepasan
tanggung jawab orang tua dalam pengasuhan dan pengawasan proses belajar anak.
Sekolah berlabel Islam juga dimaknai sebagai arena kekuatan bagi orang tua
untuk menaikkan ataupun mempertahankan posisi sosialnya di masyarakat. Dalam
pemilihan sekolah berlabel Islam berkaitan erat dengan selera. Tidak sedikit orang
tua murid yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah berlabel Islam atas dasar
prestise. Sekolah berlabel Islam dimanfaatkan oleh para orang tua murid untuk
menaikkan ataupun mempertahankan posisi sosialnya di masyarakat.
Kata kunci : Ranah Pendidikan, Pembedaan, Selera

PENDAHULUAN

hingga Perguruan Tinggi di seluruh

Latar Belakang Masalah

Indonesia,


Perkembangan pendidikan di

swasta.

baik

negeri

Sementara

di

maupun
Surakarta,

Indonesia sudah cukup pesat, setiap

berdasarkan data dari BPS Jawa

individu sudah mulai sadar terhadap


Tengah (2014), jumlah keseluruhan

kebutuhan akan pendidikan. Hal ini

sekolah yang bernaung di bawah

ditandai

bermunculannya

Disdikpora Kota Surakarta ialah 917,

atau

yang terdiri dari 239 sekolah negeri

dengan

sekolah-sekolah


institusi-

institusi pendidikan dari jenjang, TK

dan 678 sekolah swasta.

3

Hampir

semua

sekolah

merupakan daya tarik tersendiri bagi

swasta yang baru dibuka adalah

masyarakat, khususnya para orang


sekolah berbasis keagamaan, baik itu

tua yang sedang merasa cemas

Islam, Kristen, Katholik maupun

terhadap

sekolah keagamaan lain. Sekolah-

anaknya. Sekolah berbasis agama,

sekolah tersebut marak didirikan di

khususnya Islam, merupakan salah

mana-mana dan saat ini hampir di

satu cara yang dapat ditempuh oleh


semua kompleks perumahan atau

orang tua untuk menyelamatkan

properti

sekolah-

anaknya, akan tetapi terkadang para

sekolah berbasis agama, baik Islam

orang tua memiliki pandangan yang

maupun Nasrani. Jarang sekali kita

berlawanan (Ted Slutz, 2007 dalam

menjumpai sekolah swasta yang baru


Rohman, 2011: 7).

besar

berdiri

dibuka berbasis umum (Rohman,
2011).

pola

berbasis

agama

terutama sekolah berbasis
menawarkan

pendidikan


Islam

anak-

Di wilayah Solo pun sering
ditemukan

Sekolah

pergaulan

keberadaan

sekolah-

sekolah berlabelkan Islam, baik di
tengah kota maupun

di


daerah

karakter

perumahan mewah. Misalnya, di

yang berlandaskan nilai-nilai religius

sekitar Manahan, Pasar Legi, Pasar

dan nilai-nilai luhur ketimuran dan

Kliwon,

nilai-nilai tersebut merupakan pilar

Banjarsari,

utama

penyelenggaraan

ditemukan sekolah-sekolah sejenis di

sekolah tersebut (Azra, 1998: 8

tengah perumahan di daerah Kerten.

dalam Suyatno, 2015: 2). Meskipun

Setiap menjelang tahun ajaran baru

begitu, sekolah berbasis Islam juga

sekolah-sekolah

memperhatikan nilai akademis siswa

bermunculan untuk mempromosikan

yang

umum,

sekolah masing-masing, dari yang

sehingga untuk membuat keduanya

sering kita dengar namanya hingga

balance

yang

dalam

terdiri

dari

mereka

ilmu

menggabungkan

di

sekitar
bahkan

hampir

Monumen
dapat

tersebut

tidak

juga

mulai

kita

kenal

antara ilmu umum dan agama dalam

namanya. Hal ini dapat dilihat dari

satu paket kurikulum yang integratif

banyaknya spanduk yang dipasang

(Suyatno,

untuk

2015:

2).

Hal

ini

mempromosikan

sekolah-

4

sekolah tersebut, dari yang paling

Islam justru meningkat, terbukti

besar hingga yang paling kecil.

dengan bertambahnya nama-nama

Kemudian, berdasarkan data

sekolah berlabel Islam yang jarang

yang diperoleh dari wawancara awal,

dikenal

untuk dapat bersekolah di sekolah

Fenomena tersebut cukup menarik

berbasis Islam siswa atau orang tua

untuk

siswa harus membayar uang pangkal

penulis tertarik untuk melakukan

lebih dari Rp 5.000.000,- dan uang

penelitian dengan mengambil judul

SPP lebih dari Rp 300.000,- untuk

Analisis Konsep Distinction Pierre

jenjang TK. Sementara ke setiap

Bourdieu

jenjang di atasnya orang tua harus

Sekolah

mengeluarkan uang dua kali lipat

Surakarta.

lebih banyak dari biaya administrasi

Tujuan Penelitian

di

masing-masing

jenjang

di

bawahnya.

oleh

masyarakat

diteliti.

Oleh karena

dalam
Berlabel

tetapi,

dengan

itu,

Pemilihan
Islam

di

Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan

Akan

umum.

perkembangan

keberadaan sekolah berlabel Islam di

bersekolah di sekolah berbasis agama

Surakarta,

belum menjamin akan membentuk

pandang

karakter siswa yang lebih baik

memaknai sekolah berlabel Islam,

dibandingkan sekolah lainnya. Hal

dan menjelaskan pembedaan kelas

ini dapat dilihat dan diamati dari

dalam

fenomena-fenomena

melalui pemilihan sekolah.

yang

sering

mendeskripsikan
masyarakat

masyarakat

yang

sudut
dalam

tercipta

dimuat di surat kabar maupun media

KAJIAN PUSTAKA

elektronik, di antaranya tawuran

Integrasi Islam dalam Pendidikan

antar

pelajar,

demo

mahasiswa,

Pendidikan merupakan hal

konvoi kelulusan yang tidak jarang

yang bersifat mutlak dan tidak bisa

juga melibatkan siswa-siswi sekolah

dipisahkan dari kehidupan pribadi,

berbasis

keluarga, maupun dalam kehidupan

agama,

dan

kasus

kriminalitas lainnya.

berbangsa dan bernegara. Melalui

Meskipun begitu, permintaan

pendidikan akan terbentuk pribadi-

orang tua terhadap sekolah berbasis

pribadi yang berkualitas (Khoiriyah,

5

2012:

14).

Dalam

membimbing

Islam. Akan tetapi, sekolah berlabel

seorang anak didik tidak cukup

Islam

hanya dengan mengandalkan nilai-

sistem pendidikan Islam dengan

nilai luhur saja, akan tetapi nilai-nilai

sistem

luhur tersebut akan lebih optimal

karena itu, sistem pendidikan di

apabila ditambah dengan penanaman

sekolah

nilai-nilai keagamaan, salah satunya

mengarah

yaitu agama Islam.

Terpadu. Pendidikan Islam Terpadu,

Pendidikan

kepada

pendidikan

umum.

berbasis
ke

memadukan

Oleh

Islam

lebih

Pendidikan

Islam

adalah

menurut Jaringan Sekolah Islam

proses pengubahan sikap dan tingkah

Terpadu, adalah pendidikan yang

laku seseorang atau sekelompok

memadukan sains dan agama secara

orang dalam usaha mendewasakan

berdampingan untuk membimbing

kepribadiannya melalui pengajaran

anak didiknya berkepribadian Islam

dan latihan (Sumaiyah, 2010: 5).

dan

Pendidikan

menguasai

Islam

Islam

lebih

dapat

pula

berwawasan

global

pengetahuan

diartikan sebagai usaha pembinaan

(Sumaiyah, 2010: 5).

dan potensi manusia secara optimal

Dalam

atau
umum

penyelenggaraan

sesuai dengan statusnya, dengan

pendidikannya,

berpedoman kepada syariat Islam

Islam mengintegrasikan nilai-nilai

yang disampaikan oleh Rasulullah

Islami

agar manusia dapat berperan sebagai

mengajarnya. Sekolah berlabel Islam

pengabdi Allah swt. yang setia

menerapkan sistem pendidikan yang

dengan segala aktivitasnya guna

memadukan sains dan agama secara

tercipta suatu kondisi kehidupan

berdampingan

yang ideal, aman, sejahtera, dan

peserta didiknya. Sistem pendidikan

berkualitas

yang

serta

memperoleh

sekolah

dalam

kegiatan

untuk

diterapkan

oleh

berlabel

belajar

mendidik

sekolah-

jaminan kesejahteraan hidup di dunia

sekolah tersebut dalam rangka untuk

dan akhirat (Jalaluddin, 2001 : 72

membentuk kepribadian Islam dan

dalam Sumaiyah, 2010: 5).

menguasai pengetahuan umum bagi

Sistem pendidikan Islam juga

para peserta didiknya. Meskipun

diterapkan oleh sekolah berlabelkan

mereka sekolah berbasis agama,

6

tetapi

mereka

tetap

membuat

Islam siswa memperoleh pelajaran

keduanya seimbang.

agama lebih lama, yaitu antara 4 atau

Sekolah Berlabel Islam

5 jam pelajaran agama per minggu

Sekolah berbasis keagamaan

(Tan, 2014: 52). Oleh karena itu,

atau sekolah berbasis religi adalah

dalam aplikasinya sekolah berlabel

sekolah

Islam dapat diartikan sebagai sekolah

yang

dioperasikan

berdasarkan kepentingan sekte atau

yang

agama

yang

kepentingan
tertentu

untuk

penyelenggaraan dengan memadukan

kelompok

agama

pendidikan umum dan pendidikan

Dalam

agama

ataupun

ini

pendekatan

dibuka

pelaksanaannya,
religi

menerapkan

umum.
sekolah

berbasis

memasukkan

unsur

dalam

proses

keagamaan

menjadi

kurikulum

satu

(Tim

jalinan

Mutu

JSIT

Indonesia, 2014: 5).
Sebuah

sekolah

tergolong

pembelajaran ataupun dalam materi

sekolah berbasis agama dikarenakan

pelajaran yang disampaikan dalam

menggunakan

porsi yang lebih daripada sekolah

keagamaan yang menonjol (Bibby,

umum atau public school (Hiemstra

2002; Clark, 2003; Statistics Canada,

& Brink, 2006: 1158).

2003 dalam Hiemstra & Brink, 2006:

Sekolah

agama,

1158-1159). Seperti pada sekolah-

Islam

sekolah berlabel Islam, sekolah-

menggabungkan pendidikan umum

sekolah tersebut memiliki simbol-

dengan pendidikan agama di dalam

simbol keagamaan yang menonjol

kurikulumnya. Para siswanya tidak

dalam

hanya fokus pada pelajaran agama

sehingga

saja, tetapi mereka juga mempelajari

sekolah Islam. Berdasarkan observasi

mata pelajaran umum, seperti ilmu

awal,

alam, sejarah, ilmu sosial, dan bahasa

antaranya, para siswa dan guru

asing.

terutama

sekolah

sekolah

Namun,
umum

berbasis

simbol-simbol

berlabel

proses
dapat

pembelajarannya,
dilabeli

simbol-simbol

sebagai

tersebut

di

berbeda

dengan

diwajibkan untuk memakai pakaian

yang

hanya

atau seragam yang menutup aurat,

memperoleh pelajaran agama 2 jam
per minggu, di sekolah berlabel

dan

mencanangkan

„area

wajib

7

berjilbab‟ bagi wanita di lingkungan

Sedangkan

sekolah.

sebuah ruang (spasial) yang berisi

Dengan demikian, sekolah

masyarakat

perbedaan-perbedaan

adalah

dan

berlabel Islam adalah institusi Islam

dalamnya

yang

dengan

dominasi tersembunyi (Yusuf Lubis,

memadukan secara integratif nilai

2014: 118). Pada semua masyarakat

dan ajaran agama Islam dengan

ada hal/kelompok yang mendominasi

pendidikan

suatu

dan didominasi dan perbedaan itu

bangunan kurikulum. Lain halnya

pada dasarnya adalah prinsip dasar

dengan madrasah yang bernaung di

organisasi sosial (Bell, 228 dalam

bawah

Yusuf Lubis, 2014).

diselenggarakan

umum

dalam

Kementerian

Agama

berbagai

di

Dalam

Republik Indonesia, sekolah berlabel

buku

hubungan

Distinction,

Islam berada di bawah naungan

Bourdieu juga berpendapat bahwa

Kementerian

selera, sebuah perolehan „kompetensi

Kebudayaan

Pendidikan
Republik

dan

Indonesia.

kultural‟,

digunakan

untuk

Sebab, sekolah berlabel Islam tidak

melegitimasi

sepenuhnya fokus pada pendidikan

sosial.

agama, melainkan menggabungkan

membuat „distingsi‟ sosial (Harker,

pendidikan

Mahar, & Wilkes, 1990: xii). Selera

umum

pendidikan

agama

dengan
di

dalam

perbedaan-perbedaan

Selera

merupakan

berfungsi

suatu

untuk

kecenderungan

kurikulumnya. Selain itu, sekolah

yang diperoleh untuk membedakan

berlabel Islam mempunyai simbol-

dan

simbol keagamaan yang menonjol

menetapkan dan menandai dengan

sehingga

jelas perbedaan-perbedaan melalui

dapat

dilabeli

sebagai

mengapresiasi,

sekolah Islam.

sebuah

Konsep Distinction Pierre Bourdieu

pengakuan.

Dalam

Distinction

atau

proses

pemilahan

Di

memunculkan

untuk

sini

Bourdieu

istilah
yang

dan
“kelas

perbedaan, Bourdieu mengemukakan

dominan”

strukturnya

tentang masalah hubungan dominasi,

didefinisikan oleh distribusi modal

prestise, dan perbedaan-perbedaan

ekonomi

tajam yang ada dalam masyarakat.

anggotanya

dan budaya
dan

di

antara

masing-masing

8

fraksi

kelasnya

dicirikan

oleh

lingkungan yang lain (Ritzer &

konfigurasi distribusi tertentu ini

Goodman, 2004). Penghuni posisi

yang

dalam

berkorespondensi

dengan

lingkungan

menggunakan

sebuah gaya hidup tertentu, lewat

berbagai strategi, yang mengacu

perantara habitus. Habitus ini dapat

pada

dibentuk dengan suatu cara tertentu,

tindakan‟ yang diarahkan secara

yaitu orang-orang yang menempati

objektif yang menaati aturan dan

posisi dominan di dalam kelas

membentuk pola yang koheren dan

dominan ditempatkan dalam sebuah

secara

situasi kontradiktif yang mendorong

meskipun tak mengikuti aturan yang

mereka

ditetapkan secara sadar atau tertuju

untuk

mempertahankan

perkembangan

sosial

dapat

dipahami,

pada

benda budaya dan orang-orang yang

sebelumnya oleh seorang penyusun

memproduksi benda-benda tersebut

strategi (Wacquant, 1992: 25 dikutip

(Bourdieu: 1984).

dalam Ritzer & Goodman, 2004:
memunculkan

526).

Melalui

yang

„garis

hubungan ambivalen dengan benda-

Bourdieu

tujuan

aktif

diterapkan

strategi

itulah

konsep ranah atau lingkungan yang

“penghuni posisi itu berupaya secara

dilihatnya

arena

individual atau kolektif melindungi

pertarungan : “Lingkungan adalah

atau meningkatkan posisi mereka dan

sebagai

sebuah

lingkungan

juga

perjuangan”

berupaya

memaksakan

prinsip

(Bourdieu & Wacquant, 1992: 101

perjenjangan

yang

dalam Ritzer & Goodman, 2004:

menguntungkan

terhadap

525). Lingkungan adalah sejenis

mereka

pasar kompetisi di mana berbagai

tergantung pada posisi mereka dalam

jenis modal (ekonomi, kultur, sosial,

lingkungan” (Bourdieu & Wacquant,

simbolik) digunakan dan disebarkan.

1992: 101 dalam Ritzer & Goodman,

Lingkungan juga adalah lingkungan

2004).

sendiri.

paling
produk

Strategi

agen

sangat

Selain itu, habitus juga dapat

penting; herarki hubungan kekuasaan

diartikan sebagai nilai yang meresap

di

politik

(kekuasaan)

dalam

membantuk

yang

lingkungan

politik

ke dalam pikiran, perasaan, dan

menata

semua

estetika

seseorang,

sehingga

9

mempengaruhi dan menentukan nilai

lingkungan mengkondisikan habitus.

selera seseorang. Habitus merupakan

Di sisi lain, habitus menyusun

nilai-nilai yang dibatinkan melalui

lingkungan

“ruang

dapat

bermakna yang mempunyai arti dan

seseorang

nilai (Ritzer & Goodman, 2004:

sosial-ekonomi,

527). Dengan demikian, distinction

walaupun tidak secara mutlak (Yusuf

berkaitan dengan pola hubungan

Lubis,

antara habitus dan lingkungan.

sosial”,

mencerminkan
dalam

dan

posisi

tataran

2014:

Bourdieu,

113).

habitus

Menurut

semata-mata

sebagai sesutau yang

METODE PENELITIAN

“mengusulkan” apa yang sebaiknya

Penelitian ini menggunakan

dipikirkan orang dan apa yang

jenis penelitian kualitatif dengan

sebaiknya

mereka

untuk

pendekatan fenomenologi. Teknik

dilakukan

Ritzer

Goodman,

pengambilan informan menggunakan

2004: 524). Habitus berfungsi “di

teknik purposive dengan snowball

bawah tingkat kesadaran dan bahasa,

sampling. Informan adalah orang tua

di luar jangkauan pengamatan dan

murid beberapa sekolah berlabel

pengendalian

kemauan

Islam di Surakarta, pihak sekolah dan

(Bourdieu, 1984a: 466 dikutip dalam

yayasan, yaitu Yayasan Nur Hidayah

Ritzer dan Goodman, 2004: 524).

dan Yayasan Lembaga Pendidikan

Kebiasaan atau habitus ini berperan

Al Firdaus Surakarta. Jenis data yang

sebagai struktur, tetapi orang tak

digunakan ialah data primer dan

memberikan tanggapan terhadapnya

sekunder. Data primer diperoleh dari

atau terhadap struktur eksternal yang

wawancara

mempengaruhi

informan kunci (orang tua murid

pillih
dan

oleh

secara

mekanis

mendalam

dengan

beberapa sekolah berlabel Islam di

(Ritzer dan Goodman, 2004).
menekankan

Surakarta) dan informan pendukung

pentingnya habitus dan lingkungan,

(pihak sekolah dan yayasan) serta

Bourdieu

observasi

ke

beberapa

sekolah

pada hubungan antara habitus dan

berlabel

Islam.

Data

sekunder

lingkungan. Hubungan ini berperan

diperoleh dari dokumen Badan Pusat

dalam

Statistik Jawa Tengah tahun 2014,

Dalam

memusatkan

dua

cara,

di

perhatian

satu

sisi

10

dokumen yayasan sampel, angket

“Educative Tradition and Islamic

wawancara terbuka, dan foto-foto

Schools in Indonesia” (2014), juga

yang

proses

mengemukakan bahwa ajaran Islam

data

di Indonesia dimulai sekitar abad ke-

menggunakan teknik analisis data

13 dalam bentuk pembelajaran Al-

fenomenologis

dari

Qur‟an yang bertempat di masjid-

pengelompokkan data, pengurangan

masjid desa, rumah-rumah ibadah,

data

dan

diambil

selama

penelitian.

Analisis

yang

yang

terdiri

tidak

penting,

rumah-rumah

guru

memfokuskan pada tema penelitian,

Seiring

analisis

muncullah sekolah-sekolah Islam di

tema

penelitian,

dan

berjalannya

agama.

penarikan kesimpulan.

Indonesia,

HASIL PENELITAN

madrasah, dan sekolah berlabel Islam

1) Perkembangan

Sekolah

Muhammad

Zuhdi

(2005

pesantren,

yang umumnya dianggap sebagai
lembaga

Berlabel Islam di Surakarta

seperti

waktu,

yang

memperkenalkan

Islam di Indonesia.

2)

Awalnya, sekolah berbasis

menyebutkan bahwa sekolah berlabel

Islam didominasi oleh pesantren dan

Islam

sebelum

madrasah, namun pada akhir abad

kemerdekaan negara Indonesia dan

ke-20 model lembaga pendidikan

menjadi bagian dari perkembangan

Islam telah mengalami pergeseran

bangsa

Indonesia

seiring dengan kehadiran sekolah

dengan

sekolah

dalam

Namun,

Rohman,

telah

ada

lainnya.

berlabel Islam (Hasan, 2011, 4).

Islam

Sekolah berlabel Islam merupakan

dari

sistem

model lembaga pendidikan yang

Indonesia

sampai

berusaha

berlabel

termarjinalisasi
di

bersama-sama
umum

sekolah

pendidikan

2011:

menggabungkan

antara

dikarenakan

ilmu umum dan agama dalam satu

kurangnya kepercayaan masyarakat

paket kurikulum integratif (Suyatno,

terhadap

2015). Saat ini keberadaan sekolah-

tahun

1970-an

kualitas

sekolah-sekolah
anak

sekolah berlabelkan Islam dapat

didiknya. Kemudian, Charlene Tan

ditemukan di setiap sudut Kota

sejenis

dalam

dalam

jurnalnya

pendidikan

yang

berjudul

11

Surakarta,

khususnya

di

daerah

perumahan.

dengan

orang

tua

murid

dari

beberapa sekolah berlabel Islam di

Meskipun

sempat

Surakarta yang menyatakan bahwa

termarjinalisasi, akan tetapi sekarang

alasan

eksistensi sekolah berlabel Islam

menyekolahkan

tidak kalah dengan sekolah lainnya.

berlabel Islam dikarenakan untuk

Selain itu, dari segi prestasi, murid-

sekaligus

murid sekolah-sekolah sejenis tidak

Penggunaan sistem fullday school

kalah dengan murid-murid sekolah

pada

lainnya. Hal ini dapat dilihat dari

seringkali menjadi daya tarik utama

banyaknya piala yang diperoleh dari

orang tua terhadap sekolah-sekolah

berbagai kejuaraan yang diikuti, baik

sejenis.

akademis

non-akademis,

ketidakmampuan para orang tua

serta adanya siswa sekolah berlabel

dalam mengasuh dan mendidik anak

Islam yang ikut berpartisipasi aktif

secara intensif 24 jam dalam sehari.

dalam

Mereka

maupun

ajang

Nasional

Olimpiade
(OSN).

Sains

mereka

lebih
anak

memilih

di

menitipkan

sekolah

Hal

berlabel

ini

sekolah

anak.

Islam

disebabkan

mengatakan

bahwa

Dalam

pekerjaan menuntut mereka untuk

pembelajaran pun sekolah-sekolah

selalu berada di kantor selama satu

berlabelkan Islam sudah semakin

hari penuh, dari pagi hingga sore.

inovatif,

Bahkan,

sehingga

siswa

tidak

ketinggalan zaman.
2) Pemaknaan

hal

itu

diakui

secara

langsung oleh kepala salah satu
Keberadaan

Sekolah Berlabel Islam oleh
Masyarakat Surakarta

sekolah berlabel Islam terkemuka di
Surakarta.
Sedangkan sebagian lainnya

Sebagian masyarakat Kota

memaknai sekolah berlabel Islam

Surakarta memaknai sekolah berlabel

sebagai arena kekuatan bagi orang

Islam

pelepasan

tua murid untuk menaikkan ataupun

tanggung jawab orang tua terhadap

mempertahankan posisi atau status

pengasuhan dan pengawasan anak

sosialnya di masyarakat. Makna ini

dalam proses belajar. Makna ini

berawal dari persepsi masyarakat

muncul berdasarkan hasil wawancara

yang mengatakan bahwa sekolah

sebagai

arena

12

berlabel Islam merupakan sekolah

menerapkan gaya hidup mewah,

elit dimana tempat berkumpulnya

bahkan ada beberapa sekolah yang

golongan elit masyarakat. Tingginya

mengajak

biaya pendidikan di sekolah-sekolah

menerapkan gaya hidup sederhana.

sejenis melatar belakangi munculnya

PEMBAHASAN

persepsi

1) Berkembangnya

ini.

Penggunaan

mobil

sebagai kendaraan pribadi dan gaya
hidup

yang

untuk

Sekolah

Berlabel Islam di Surakarta

paham

Mulanya, keberadaan sekolah

hedonisme dari para murid beserta

berlabel Islam tidak terlalu dikenal

orang tuanya, gaya busana para

oleh masyarakat luas, terutama bagi

orang

cukup

masyarakat pedesaan. Nama-nama

mengikuti tren dan terlalu berlebihan

sekolah berlabel Islam pun jarang

kalau hanya untuk antar jemput anak,

sekali

kecuali bagi mereka yang sekaligus

masyarakat, hanya beberapa orang

berangkat atau pulang kerja, serta

saja yang mengenal sekolah-sekolah

profesi

tersebut. Di Kota Surakarta, sebagian

tua

menganut

murid-muridnya

murid

orang

tua

yang

murid

yang

terdengar

di

telinga

sebagian besar merupakan pegawai

besar

instansi terkemuka di Surakarta pun

mengetahui

dapat menunjukkan bahwa sebagian

pendidikan di Indonesia hanyalah

besar murid-muridnya berasal dari

sekolah negeri dan sekolah swasta

kalangan atas. Oleh karena itu, tidak

umum. Sedangkan untuk pendidikan

sedikit

yang

agama Islam, mereka lebih mengenal

di

pesantren daripada sekolah berlabel

orang

menyekolahkan

tua
anak-anaknya

sekolah-sekolah berlabelkan Islam

Islam.

atas

dasar

memanfaatkan
Islam

untuk

masyarakatnya
bahwa

Padahal

hanya
lembaga

sekolah-sekolah

prestise.

Mereka

berlabelkan Islam telah ada sejak

sekolah

berlabel

sebelum

kemerdekaan

bangsa

menaikkan ataupun

Indonesia. Bahkan, menjadi bagian

mempertahankan posisi atau status

dari perkembangan bangsa Indonesia

sosialnya

bersama-sama dengan sekolah umum

di

dalam

masyarakat

sekitarnya. Meskipun begitu, tidak

lainnya

semua murid beserta orang tuanya

dengan pesantren.

dan

berdiri

bersamaan

13

Selain itu, sekolah-sekolah

Pada

akhirnya,

ketenaran

berlabel Islam justru berlokasi di

sekolah-sekolah berlabelkan Islam

daerah perkotaan, yang seharusnya

pun menggeser dominasi pesantren

lebih

dikenal

dari dunia pendidikan Islam. Justru

masyarakat dibandingkan pesantren

banyak orang tua yang lebih tertarik

dan madrasah yang akrab dengan

untuk menyekolahkan anak-anaknya

daerah pedesaan ataupun pinggiran

di sekolah berlabel Islam daripada di

kota. Akan tetapi pada kala itu

sekolah lainnya. Hal ini dipengaruhi

hingga

sekolah

oleh keadaan masyarakat yang sudah

berlabel Islam masih termarjinalisasi

semakin jauh dari kata “beradab” dan

dari sistem pendidikan di Indonesia

pergaulan anak zaman sekarang yang

dan masih kalah pamor dengan

identik dengan kenakalan remaja.

pesantren

Dalam hal ini pendidikan agama

mudah

tahun

dan

untuk

1970-an,

sekolah

lainnya

(Zuhdi, 2005 dalam Rohman, 2011:

diperlukan

2).

mereka dari hal-hal negatif tersebut,
Namun,

“melindungi”

ini

sebab apabila berkenaan dengan

terbalik,

moral pendidikan umum saja masih

keberadaan sekolah berlabel Islam

kurang. Seperti yang diungkapkan

sudah

oleh

keadaan

baru-baru

untuk

berbanding

semakin

masyarakat

dikenal

Surakarta.

oleh

Ibu

NY

bahwa

agama

Pendirian

merupakan pondasi kehidupan yang

sekolah-sekolah berlabelkan Islam

harus ditanamkan kepada anak sedari

pun sudah marak di setiap sudut Kota

dini untuk melindungi mereka dari

Surakarta.

pengaruh

Nama-nama

setiap

buruk

lingkungan

sekolah berlabel Islam sudah tidak

sekitarnya. Di sisi lain, para orang

asing lagi di telinga masyarakat, dari

tua

yang sudah lama berdiri hingga yang

memperoleh pendidikan umum dan

baru merintis. Dalam kurun waktu

agama secara sekaligus. Oleh karena

tiga tahun terakhir ini, sudah cukup

itu, mereka memilih sekolah berlabel

banyak sekolah berlabel Islam di

Islam yang menawarkan kurikulum

Surakarta yang didirikan (wawancara

terpadu, di mana pendidikan umum

dengan Ketua JSIT Surakarta).

dan

juga

agama

ingin

anak-anaknya

diberikan

secara

14

bersamaan

sehingga

tidak

berat

mengembangkan potensinya, baik

sebelah (wawancara dengan Ketua

yang

Jaringan Sekolah Islam Terpadu atau

spiritual, intelektual, dan emosional,

JSIT Kota Surakarta).

maupun

Selain

sosial.

aspek

Pada

moral,

dasarnya,

segi

jumlah

sekolah ialah tempat di mana anak-

Islam,

prestasi

anak memperoleh bimbingan dan

murid-murid sekolah berlabel Islam

pengajaran untuk mengembangkan

juga mengalami perkembangan. Saat

potensi yang dimilikinya. Selain itu,

ini, prestasi yang dicapai oleh murid

sekolah dapat membantu orang tua

sekolah-sekolah sejenis tidak kalah

dalam memberikan ilmu yang tidak

memuaskannya dengan murid-murid

bisa diberikannya secara intensif

sekolah umum. Sudah banyak murid

kepada anak, dan hanya sekolah yang

sekolah-sekolah berlabel Islam yang

dapat memberikannya, misalnya ilmu

menjuarai beberapa perlombaan, baik

matematika,

tingkat

tingkat

pengetahuan sosial, dan sebagainya.

nasional. Selain itu, guru-guru di

Lembaga pendidikan formal atau

sekolah

berlabel

Islam

sudah

sekolah

membuat

inovasi

dalam

metode

bervariasi, ada sekolah umum dan

pembelajarannya sehingga murid-

ada pula yang berbasis agama.

muridnya tidak ketinggalan zaman.

Sekolah

2) Sekolah

Islam

tergolong sekolah berbasis agama di

merupakan Arena Pelepasan

Indonesia. Meskipun berbasis agama,

Tanggung Jawab Orang Tua

sekolah berlabel Islam tidak hanya

terhadap Pengasuhan Anak

fokus pada pendidikan agama anak,

sekolah

dari

menyangkut

berlabel

daerah

maupun

Berlabel

Menurut Yusuf (2001: 54
dalam

Ningsih,

Indonesia

berlabel

melainkan

juga

Islam

fokus

alam,

cukup

ialah

pada

sekolah

pendidikan umum mereka. Dalam

pendidikan

aplikasinya, semua mata pelajaran

sistematis

dan semua kegiatan di sekolah

melaksanakan program bimbingan,

berlabel Islam tidak lepas dari nilai

mengajar, dan latihan dalam rangka

ajaran Islam. Sekolah berlabel Islam

membantu

menggunakan

merupakan
formal

2014),

di

pengetahuan

lembaga

yang

secara

siswa

agar

mampu

kurikulum

terpadu,

15

sehingga ilmu yang diperoleh murid-

anaknya di sekolah berlabel Islam

murid sekolah-sekolah sejenis tidak

adalah sekaligus untuk menitipkan

berat sebelah (Tan; Tim Mutu JSIT

anak. Di samping itu, di sekolah-

Indonesia, 2014).

sekolah

sejenis

anak

juga

Namun, pada kenyataannya

memperoleh ilmu umum dan ilmu

peran sekolah, khususnya sekolah

agama secara sekaligus, sementara

berlabel Islam, sudah menyimpang

orang

dari yang seharusnya, yaitu sebagai

memberikannya

tempat

selama

belajar

anak

mengembambangkan

untuk

tua

24

tidak

mampu

secara

intensif

jam/hari.

Pendidikan

potensinya.

agama yang diberikan oleh sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, “peran”

pun tidak sekedar teori, tetapi anak-

sekolah berlabel Islam ialah sebagai

anak

pelepasan tanggung jawab orang tua

mengamalkan

terhadap pengasuhan terhadap anak.

diperoleh dalam kehidupan sehari-

Selain itu, sekolah justru berfungsi

harinya.

sebagai pengganti orang tua dalam

3) Pembedaan

juga

dibiasakan
ilmu

agama

Kelas

pengawasan proses belajar anak.

Tercipta Melalui

Para orang tua memanfaatkan sistem

Sekolah

fullday school yang diterapkan oleh
sebagian

yang

Pemilihan

Pembedaan kelas sosial di
antara masyarakat tidak terlepas dari

Islam untuk menggantikan peran

selera. Pada kenyataannya, setiap

mereka sebagai pengasuh sekaligus

orang pun memiliki selera yang

pengawas anak dalam kehidupan

berbeda-beda dan terkadang selera

sehari-hari mereka. Seperti yang

kita ditolak oleh selera orang lain.

diungkapkan oleh Ibu SM, bahwa dia

Namun

merasa diuntungkan dengan adanya

perbedaan selera ini tidak dapat

diterapkan

fullday
oleh

berlabel

Islam.

terangan,

dia

alasannya

sekolah

yang

berlabel

sistem

besar

untuk

school

bagaimanapun

juga,

yang

dihindari lagi oleh satu sama lain

sekolah-sekolah

hingga nanti pada akhirnya akan ada

Secara
mengakui

menyekolahkan

terang-

perundingan untuk saling menerima

bahwa

selera

masing-masing

anak-

1984:

56).

Begitu

(Bourdieu,
pula

dalam

16

memilih sebuah sekolah, hal tersebut

lebih

merupakan persoalan selera. Para

menyekolahkan

orang tua tidak begitu saja memilih

sekolah manapun yang mereka sukai

sebuah

untuk

dan cenderung bergengsi, seperti

namun

sekolah berlabel Islam. Di sisi lain,

matang

para pekerja kasar lebih memilih

sekolah

menyekolahkan
diperlukan

anak,

pertimbangan

banyak

memilih

untuk

anak-anaknya

di

yang dipengaruhi oleh beberapa

menyekolahkan

faktor dan seringkali disesuaikan

sekolah negeri karena biaya yang

dengan

cenderung

selera

mereka

masing-

anak-anaknya

lebih

murah,

di

bahkan

masing. Ada yang lebih memilih

kemungkinan

menyekolahkan

sekolah

bantuan dari pemerintah. Hal ini

negeri dan ada pula yang lebih

seringkali terjadi di seluruh daerah

memilih menyekolahkan anak di

dan yang berperan sebagai „kelas

sekolah swasta, baik yang umum

dominan‟ di sini ialah masyarakat

maupun yang berbasis agama. Selera

daerah itu sendiri, tidak terkecuali

tersebut merupakan suatu bentuk

Kota Surakarta.

anak

di

apresiasi para orang tua terhadap
sekolah

yang

dipilih

dan

pada

besar

memperoleh

Oleh karena itu, masyarakat
memiliki

peran

penting

dalam

akhirnya selera tetap berfungsi untuk

penentuan posisi sosial seseorang di

membuat perbedaan sosial di antara

lingkungan sekitarnya. Kedudukan

para orang tua murid (Bourdieu,

tersebut seringkali dijadikan patokan

1984).

oleh setiap kalangan masyarakat
Selera atau pola-pola orang

untuk merepresentasikan diri mereka

tua dalam memilihkan sekolah untuk

sendiri. Persepsi masyarakat yang

anak-anaknya juga merupakan wujud

mengatakan bahwa sekolah berlabel

produksi suatu gaya hidup. Setiap

Islam

fraksi (guru, pejabat, dokter, pekerja

cukup bergengsi dan elit karena

kasar, dan sebagainya) memiliki

faktor

selera

dimanfaatkan

yang

berbeda

dalam

merupakan

biaya

memilihkan sekolah untuk anak-anak

kalangan

mereka. Misalnya, para pejabat yang

menaikkan

sekolah

tidak
oleh

masyarakat
atau

yang

jarang
beberapa
untuk

mempertahankan

17

posisi

sosialnya

di

masyarakat.

beserta para orang tuanya pun dapat

Pemilihan sekolah berlabel Islam

dikatakan tidak biasa, terutama untuk

adalah wujud presentasi diri bagi

ukuran anak SD, seperti McDonald,

beberapa pelaku untuk mendapat

Daegu Korean Grill, dan lain-lain.
Di dalam penelitian ini, aktor

pengakuan dari kelas dominan, yang
tidak

lain

adalah

masyarakat

(penghuni

posisi)

memanfaatkan

sekitarnya bahwa mereka menduduki

ranah pendidikan untuk mencapai

kelas sosial tinggi.

tujuan

Keputusan para orang tua

mereka,

menaikkan

yaitu

atau

untuk

mempertahankan

di

posisi sosial mereka di masyarakat.

sekolah berlabel Islam merupakan

Sekolah berlabel Islam merupakan

habitus mereka untuk memperoleh

perwujudan dari ranah pendidikan,

sebuah posisi sosial di lingkungan

yang dimana berfungsi sebagai arena

masyarakatnya. Dewasa ini, motivasi

kekuatan bagi para pelakunya. Ranah

sebagian besar orang tua di Surakarta

pendidikan

menyekolahkan anak di sekolah-

sebagai kekuatan untuk mencapai

sekolah sejenis dikarenakan prestise.

sebuah

Selain tingginya biaya pendidikan di

pendidikan adalah arena perjuangan

sekolah-sekolah berlabelkan Islam,

masyarakat Kota Surakarta untuk

gaya hidup yang diterapkan oleh

memenangkan suatu posisi sosial

murid-muridnya

orang

dalam sebuah kompetisi. Di arena

tuanya menunjukkan bahwa sekolah-

tersebut berbagai jenis modal, seperti

sekolah tersebut merupakan sekolah

uang,

elit. Penggunaan mobil dan busana-

temurun,

busana yang sedang ngetren serta

digunakan dan disebarkan untuk

bermerk merupakan modal ekonomi

mencapai sebuah posisi. Banyak dari

mereka untuk mendapat pengakuan

para orang tua murid yang juga

sebagai

menyekolahkan

untuk

menyekolahkan

dan

„kalangan

anak

para

atas‟

dari

masyarakat Surakarta. Selain itu,
tempat

nongkrong

para

murid

sekolah-sekolah berlabelkan Islam

sekolah

dikonseptualisasikan

posisi

mobil,

sosial.

Ranah

kebudayaan

lingkungan

turun

sosial,

anak-anaknya

berlabel

Islam

dll,

di

karena

mengikuti jejak saudara-saudaranya,

18

sehingga

dapat

dikatakan

turun

temurun.

mereka mengabaikan kemampuan
mereka. Sebab, keputusan untuk

Selain mereka yang berasal

menyekolahkan anak di sekolah-

dari lingkungan elit, para orang tua

sekolah sejenis merupakan pilihan

yang berasal dari lingkungan yang

alternatif sehingga posisi sosialnya di

biasa saja juga mulai berbondong-

masyarakat dapat meningkat.

bondong

SIMPULAN DAN SARAN

untuk

menyekolahkan

anak-anaknya di sekolah berlabel

Berdasarkan

tujuan

Islam. Penggunaan sekolah berlabel

penelitian,

Islam

kesimpulan mengenai

sebagai

sekolah

swasta

maka

dapat

diambil

keberadaan

alternatif merupakan strategi mereka

sekolah berlabel Islam di Surakarta

untuk

sosial

sebagai berikut: (1) perkembangan

tinggi di mata masyarakat umum.

sekolah berlabel Islam berawal dari

Sedangkan mereka yang berasal dari

munculnya ajaran Islam pada abad

lingkungan elit, menyekolahkan anak

ke-13,

di sekolah berlabel Islam ialah untuk

kemunculan

mempertahankan atau „memperjelas‟

pendidikan Islam formal pada masa

posisi

sebelum

memperoleh

sosialnya

posisi

di

lingkungan

sekitarnya.

yang

disusul

dengan

lembaga-lembaga

kemerdekaan

Indonesia,

salah satunya ialah sekolah berlabel

Pilihan untuk menggunakan
sekolah

berlabel

sekolah

swasta

Islam

Meskipun

termarjinalisasi

dari

sempat
sistem

untuk

pendidikan Indonesia, namun pada

meningkatkan posisi sosialnya di

akhir abad ke-20 sekolah berlabel

masyarakat sudah dipertimbangkan

Islam mulai berkembang. Pada saat

secara mendalam oleh para orang

ini, sekolah berlabel Islam sudah

tua.

berkembang cukup pesat dari segi

Mereka

alternatif

sebagai

Islam.

menyadari

bahwa

sekolah-sekolah tersebut memberi

jumlah

tuntutan

sistem

terkecuali sekolah-sekolah berlabel

pendidikannya. Tidak semua orang

Islam di Surakarta. (2) Sebagian

mampu untuk melibatkan diri dengan

besar masyarakat Kota Surakarta

sekolah-sekolah

memaknai sekolah berlabel Islam

materiil

dalam

sejenis,

namun

maupun

prestasi,

tidak

19

sebagai arena pelepasan tanggung

selama berada di sekolah-sekolah

jawa orang tua dalam pengasuhan

berlabelkan Islam pun mereka tidak

dan pengawasan proses belajar anak

secara langsung memperoleh posisi

dengan memanfaatkan sistem fullday

tersebut,

school

menyesuaikan

yang

diterapkan

oleh

melainkan

harus

diri

dengan

elitnya

sehingga

kebanyakan sekolah berlabel Islam.

lingkungan

Kemudian,

lainnya

memperoleh

memaknai sekolah berlabel Islam

masyarakat.

sebagai arena kekuatan bagi orang

DAFTAR PUSTAKA

tua murid untuk menaikkan ataupun

Badan Pusat Statistik. (2014). Jawa

mempertahankan posisi atau status

Tengah dalam Angka 2014.

sosialnya

Semarang:

sebagian

di

masyarakat.

(3)

pengakuan

Pembedaan kelas di masyarakat juga

Statistik

dapat tercipta melalui pemilihan

Tengah.

dari

Badan

Pusat

Provinsi

Jawa

sekolah. Dalam pemilihan sebuah

Bourdieu, Pierre. (1984). Distinction:

sekolah seringkali dipengaruhi oleh

A Social Critique of The

setiap orang tua dan selera antara

Judgement

satu dengan lainnya tidaklah sama.

Cambridge:

Sekolah berlabel Islam merupakan

University Press.

sekolah

swasta

alternatif

yang

of

Taste.
Harvard

Harker, Richard., Mahar, Charleen.,

dijadikan sebagai arena perjuangan

&

untuk para orang tua atau aktor

(1990). (Habitus x Modal) +

menaikkan

mempertahankan

Ranah = Praktik : Pengantar

di

Paling Komprehensif kepada

posisi

atau

sosialnya

Keputusan

orang

menyekolahkan

anak

masyarakat.
tua

untuk

di

sekolah

berlabel adalah strategi mereka untuk

Wilkes,

Chris.

(Eds).

Pemikiran Pierre Bourdieu.
Yogyakarta: Jalasutra.
Hasan, Noorhaidi. (2009). Islamizing

mencapai posisi sosial yang mereka

Formanl

inginkan. Modal yang digunakan dan

Integrated Islamic School and

disebarkan

New

terdiri

dari

modal

ekonomi dan modal budaya. Namun,

Education:

Trend

Education

in

Formal

Institution

in

20

Indonesia. Artikel. Singapore:

Pedurungan

S.

Jurnal.

Rajaratnam

School

International

of

Studies.

library.walisongo.ac.id

Diperoleh pada 26 Oktober

diakses

2016 pukul 20.05 WIB, dari

Januari 2016 pukul 07.40

https://dr.ntu.edu.sg/handle/1

WIB.
Suyatno.

0220/6103.
Hiemstra, John L. & Brink, Robert

Ritzer,

Semarang.

pada

(2015).

Terpadu

tanggal

Sekolah
dalam

27

Islam

Konsepsi

A. (2006). The Advent of A

Kelas

Public Pluriformity Model:

Indonesia.

Faith-Based School Choice in

download.portalgaruda.org

Alberta. Canadian Journal of

diakses

Education, 29 (4), 1157-

Januari 2016 pukul 15.40

1190. Diperoleh pada 13

WIB.

Menengah

Muslim
Jurnal.

pada

tanggal

10

Agustus 2016 pukul 18.32

Tan, Charlene. (2014). Educative

WIB, dari http://www.csse-

Tradition and Islamic Schools

scee.ca.

in

Indonesia.

Journal

of

Goodman,

Arabic and Islamic Studies,

Teori

14 (3), 47-62. Diperoleh pada

Sosiologi Modern (Edisi Ke-

6 Agustus 2016 pukul 11.37

6). Jakarta: Kencana.

WIB,

George.
Douglas

&
J.

(2004).

Rohman, A. (2011). Pengelolaan
Sekolah

Berbasis

Skripsi.

Diperoleh

Religi.

dari

https://www.lancaster.ac.uk.
Tim Mutu JSIT Indonesia. (2014).

pada

Standar

Mutu:

Kekhasan

tanggal 20 Juli 2016 pukul

Sekolah

Islam

Terpadu.

12.09

Jakarta: JSIT Indonesia.

WIB,

dari

eprints.ums.ac.id.
Sumaiyah,

Euis.

Implementasi

Yusuf

Lubis,

Akhyar.

(2014).

(2010).

Postmodernisme: Teori dan

Konsep

Metode.

Pendidikan Islam Terpadu di
SMP Islam Terpadu PAPB

Press.

Jakarta:

Rajawali