TAP.COM - PENGARUH FREKUENSI PERENDAMAN DALAM ... - IPB REPOSITORY

PENGARUH FREKUENSI PERENDAMAN DALAM AIR
TAWAR TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN
IKAN KERAPU BEBEK Cromileptes altivelis

RISSA MARITSA OKTARINA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
PENGARUH FREKUENSI PERENDAMAN DALAM AIR TAWAR
TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN KERAPU BEBEK
Cromileptes altivelis
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

RISSA MARITSA OKTARINA
C 14104057

RINGKASAN

RISSA MARITSA OKTARINA. Pengaruh Frekuensi Perendaman dalam Air
Tawar terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis.
Dibimbing oleh MIA SETIAWATI dan ING MOKOGINTA.
Kegiatan dipping (perendaman) ikan kerapu bebek dalam air tawar
merupakan salah satu kegiatan penanganan yang dilakukan untuk mengurangi
parasit pada tubuh ikan dan diduga dapat meningkatkan nafsu makan pada ikan.
Kegiatan ini dapat menyebabkan stres pada ikan yang dapat meningkatkan
kebutuhan energi sehingga mengurangi tingkat pertumbuhan ikan. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi perendaman
dalam air tawar yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan ikan kerapu bebek
Cromileptes altivelis serta mengetahui frekuensi perendaman optimum yang tidak

menghambat pertumbuhan ikan.
Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini yaitu perlakuan A : ikan
direndam air tawar sebanyak 1x30 hari, perlakuan B : ikan direndam air tawar
sebanyak 2x30 hari, perlakuan C : ikan direndam air tawar sebanyak 3x30 hari,
dan perlakuan D : kontrol yaitu tidak direndam air tawar. Perendaman dalam air
tawar dilakukan selama 20 menit. Enam ekor ikan dengan bobot berkisar 25,49 ±
0,78 gram, dipelihara dalam akuarium berukuran 40 x 60 x 45 cm yang diisi air
laut dengan kisaran salinitas 29 - 31 ppt dan ketinggian air 35 cm. Ikan diberi
pakan 3 kali sehari secara at satiation selama 67 hari masa pemeliharaan. Pakan
yang digunakan mengandung kadar protein sebesar 46,1 % bobot kering dan
energi sebesar 3148,42 kkal/kg.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan frekuensi
perendaman dalam air tawar 1x30 hari menghasilkan bobot rata-rata akhir sebesar
64,85 ± 0,44 gram, laju pertumbuhan harian 1,41 ± 0,07 %, retensi protein 17,42 ±
0,42 %, dan efisiensi pakan sebesar 47,86 ± 2,88 % yang lebih tinggi
dibandingkan perlakuan dengan frekuensi perendaman dalam air tawar 2x30 hari,
3x30 hari, dan kontrol. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa frekuensi
perlakuan perendaman dalam air tawar memberikan pengaruh terhadap kinerja
pertumbuhan ikan kerapu bebek dan frekuensi perendaman yang optimum adalah
perlakuan A dengan frekuensi perendaman 1x30 hari selama 20 menit.


PENGARUH FREKUENSI PERENDAMAN DALAM AIR
TAWAR TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN
IKAN KERAPU BEBEK Cromileptes altivelis

RISSA MARITSA OKTARINA

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

Judul Skripsi

: Pengaruh Frekuensi Perendaman dalam Air Tawar

terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Kerapu Bebek
Cromileptes altivelis

Nama Mahasiswa

: Rissa Maritsa Oktarina

Nomor Pokok

: C 14104057

Disetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Mia Setiawati, M.Si.
NIP. 131 999 588

Prof. Dr. Ing Mokoginta

NIP. 131 284 821

Diketahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc.
NIP. 131 578 799

Tanggal Lulus

:

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Frekuensi
Perendaman dalam Air Tawar terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Kerapu Bebek
Cromileptes altivelis” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Ir. Mia Setiawati, M.Si. selaku dosen pembimbing I dan pembimbing
akademik, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, dorongan
semangat dan pengarahannya serta saran selama penelitian dan penyusunan
skripsi.
2. Prof. Dr. Ing Mokoginta selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan serta saran selama penulisan skripsi.
3. Dr. M. Agus Suprayudi dan Dr. Dinamella Wahjuningrum selaku penguji
tamu yang telah memberikan banyak saran dan kritik dalam penulisan skripsi.
4. Pak Wasjan dan Mbak Retno atas bimbingannya selama penelitian.
5. Mama, Papa, Mbak Pipit, Mas Nanda, Bu Tuti, Om Priy, dan Mas Ongko atas
dukungan dan doanya.
6. Muhammad Firly Talib yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan kasih
sayangnya.
7. Teman-teman seperjuangan BDP’41, Agnis, Dyah, Martha, Deby, Dewi,
Nafisah, Fiska, Sarah, Ema, Andy, Hendy, Yuli, dan yang lainnya.
8. Keluarga besar BDP serta semua pihak yang telah mendukung dan membantu
dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saran dan
kritik penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan informasi

bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2009

Rissa Maritsa Oktarina

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang, Banten tanggal 31 Oktober 1986 dari
pasangan Bapak Suwarto dan Ibu Marlina. Penulis merupakan anak ketiga dari
tiga bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMU Negeri 1
Purbalingga dan lulus tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Institut Pertanian
Bogor dan memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah melakukan magang di
Yohanes Fish Farm di Ciseeng, Bogor. Penulis pernah melakukan kegiatan
praktek lapang udang vaname Litopenaeus vannamei di PT. Centralpertiwi Bahari
Rembang, Jawa Tengah dan PT. Surya Windu Kartika Banyuwangi, Jawa Timur.
Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Nutrisi Ikan semester genap
2008, dan mata kuliah Teknologi Pemberian dan Pembuatan Pakan semester

ganjil 2008. Selain itu, penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa
Akuakultur (HIMAKUA) periode 2006/2007. Tugas akhir dalam pendidikan
tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Frekuensi
Perendaman dalam Air Tawar terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Kerapu
Bebek Cromileptes altivelis”.

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
2.1 Kebutuhan Nutrien Ikan Kerapu Bebek ..................................

2.2 Perendaman Air Tawar ...........................................................
2.3 Nafsu Makan dan Lingkungan ................................................
2.3 Osmoregulasi dan Energi ........................................................
2.4 Gambaran Darah Ikan .............................................................

3
3
4
6
7
8

III. BAHAN DAN METODE ................................................................ 10
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................. 10
3.2 Pemeliharaan Ikan Uji dan Pengumpulan Data ..................... 10
3.3 Parameter Uji ......................................................................... 11
3.3.1 Konsumsi Pakan ............................................................ 11
3.3.2 Laju Pertumbuhan Harian ............................................. 11
3.3.3 Survival Rate ................................................................. 12
3.3.4 Efisiensi Pakan .............................................................. 12

3.3.5 Retensi Lemak ............................................................... 12
3.3.6 Retensi Protein .............................................................. 12
3.3.7 Gambaran Darah ........................................................... 13
3.4 Analisa Statistik ..................................................................... 13
3.5 Analisa Kimia ........................................................................ 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 14
4.1 Hasil ....................................................................................... 14
4.2 Pembahasan............................................................................. 16
V. KESIMPULAN ................................................................................. 20
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 20
5.2 Saran ....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 21

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Bobot rata-rata awal ( W o ), Bobot rata-rata akhir ( W t ), Konsumsi
Pakan (KP), Laju Pertumbuhan Harian (LPH), Efisiensi Pakan (EP),
Retensi Protein (RP), Retensi Lemak (RL), dan Survival Rate (SR)......... 15

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Nilai rataan gambaran darah selama pemeliharaan...................................... 14

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil analisa kualitas air............................................................................... 25
2. Hasil analisa proksimat bahan penyusun pakan........................................... 25
3. Komposisi pakan uji ikan kerapu bebek Cromileptis altivelis..................... 25
4. Prosedur analisis proksimat (Takeuchi, 1988) ............................................. 26
5. Prosedur analisa gambaran darah................................................................. 30
6. Prosedur pembuatan pakan uji ..................................................................... 32
7. Hasil analisa proksimat ikan perlakuan........................................................ 33
8. Bobot rata-rata ikan awal dan ikan akhir ..................................................... 33
9. Konsumsi pakan selama pemeliharaan ........................................................ 33
10. Laju pertumbuhan harian ........................................................................... 34
11. Efisiensi pakan ........................................................................................... 34
12. Retensi protein ........................................................................................... 34
13. Retensi lemak ............................................................................................. 36
14. Survival Rate .............................................................................................. 37
15. Analisa statistik .......................................................................................... 38

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis merupakan salah satu jenis ikan
karang yang populer dan digemari konsumen, ikan ini juga memiliki nilai jual
tinggi terutama di pasar Asia. Berdasarkan informasi pasar, diperoleh data bahwa
harga kerapu bebek hidup ukuran konsumsi Rp. 350.000,00 per kilogram
(Anonimous, 2008). Permintaan ikan kerapu yang terus meningkat tidak dapat
mengandalkan hasil penangkapan dari alam, tetapi harus diupayakan melalui
usaha budidaya. Sampai saat ini usaha pembesaran budidaya ikan kerapu telah
banyak dilakukan, khususnya dalam keramba jaring apung (KJA).
Pemeliharaan ikan kerapu bertujuan untuk mencapai produksi maksimal
secara berkesinambungan, baik dalam jumlah, mutu maupun ukuran. Sebagai
salah satu spesies ikan yang dibudidayakan di perairan laut, kerapu bebek
berpotensi menghadapi masalah hama dan penyakit. Berdasarkan kondisi tersebut,
perlu diperhatikan beberapa hal yaitu pakan dan pengendalian hama dan penyakit.
Pemberian pakan yang tidak sesuai, membuat ikan mudah terserang penyakit
sehingga produksi rendah. Oleh karena itu, keseimbangan formulasi pakan serta
pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan sangat penting bagi
keberhasilan pemeliharaan ikan (Watanabe, 1988). Pengendalian berbagai jenis
hama dan penyakit akan membantu menunjang kelangsungan hidup dan
peningkatan

produksi,

kegiatan

yang sering

dilakukan

adalah

dipping

(perendaman) di air tawar. Kegiatan ini selain dapat menghilangkan parasit yang
menempel pada tubuh ikan juga diduga dapat meningkatkan nafsu makan ikan.
Perubahan salinitas media hidup ikan yang terjadi saat perendaman juga
mempengaruhi tekanan osmotik ikan secara langsung dan melibatkan penggunaan
energi yang besar untuk melakukan pengaturan kerja osmotik (Sucipto et al.,
2008).
Kegiatan pemindahan ikan pada saat perendaman dalam air tawar sangat
berpengaruh terhadap keseimbangan antara air dan garam dalam tubuh ikan.
Keseimbangan ini berkaitan dengan proses osmoregulasi. Menurut Fujaya (2002),
osmoregulasi dapat terjadi karena adanya penyesuaian keseimbangan antara
substansi tubuh dan lingkungan serta perbedaan tekanan osmosis antara cairan

2

tubuh dengan lingkungannya, dimana cairan akan mengalir dari tekanan osmosis
rendah ke tekanan osmosis yang lebih tinggi. Kegiatan perendaman dalam air
tawar dapat menyebabkan ikan laut menjadi stres karena terjadi perubahan kondisi
lingkungan yang ekstrim, dalam hal ini adalah perubahan salinitas yang drastis.
Perubahan ini mengakibatkan berubahnya pola osmoregulasi pada ikan. Pola
osmoregulasi yang terjadi pada ikan air laut adalah cairan dalam tubuh ikan akan
mengalir keluar menuju lingkungannya karena tekanan osmosis pada air laut lebih
tinggi dibandingkan dengan tekanan osmosis cairan dalam tubuh ikan, jika ikan
air laut dipindahkan pada media air tawar maka pola osmoregulasi akan terjadi
sebaliknya. Hal inilah yang menyebabkan ikan menjadi stres. Sebagai respon dari
stres ikan akan mengalami peningkatan plasma katekholamin dan kortikosteroid
yang berdampak pada penurunan kadar protein otot, peningkatan glukosa darah,
serta kandungan elektrolit tubuh menjadi tidak stabil. (Mazeaud and Mazeaud,
1977 dalam Pickering, 1981). Untuk mengatasi stres, ikan melakukan adaptasi
terhadap perubahan lingkungan dengan cara meningkatkan metabolisme tubuh.
Proses adaptasi dengan cara meningkatkan metabolisme tubuh memerlukan
banyak energi, sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan rendah serta mudah
terserang penyakit karena sebagian besar energi digunakan untuk beradaptasi.
Perendaman ikan air laut pada air tawar diduga dapat meningkatkan nafsu
makan ikan, sehingga dapat memacu kinerja pertumbuhan ikan jika dilakukan
pada frekuensi yang tepat. Oleh karena itu, penelitian untuk melihat kinerja
pertumbuhan ikan akibat perendaman dalam air tawar perlu dilakukan.

1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi perendaman
dalam air tawar yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan ikan kerapu bebek
Cromileptes altivelis serta mengetahui frekuensi perendaman dalam air tawar
optimum yang tidak menghambat pertumbuhan ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebutuhan Nutrien Ikan Kerapu Bebek
Ikan membutuhkan

nutrien

untuk

pertumbuhan

dan

mendukung

kelangsungan hidupnya sama halnya seperti hewan lainnya. Nutrien dapat
diperoleh dari makanan yang dimakan oleh ikan. Makanan mengandung nutrien
(protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin) dan merupakan sumber energi
esensial bagi pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan ikan. Kekurangan dari
bahan di atas dapat menyebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan atau ikan
mudah terkena penyakit (NRC, 1993).
Kualitas dari pakan dipengaruhi oleh tingkat nutrisi yang dibutuhkan oleh
ikan karena ikan memerlukan makanan untuk mendapatkan energi, jumlah energi
berkaitan dengan efisiensi pakan (Milamena et al., 2002). Protein memegang
peranan paling penting dari jaringan dan organ tubuh hewan termasuk senyawa
nitrogen seperti asam nukleat, enzim, hormon, vitamin, dan lain sebagainya.
Kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ukuran ikan, suhu
air, feeding rate, ketersediaan dan kualitas pakan alami, kandungan energi yang
dapat dicerna dari pakan dan kualitas dari protein secara keseluruhan (Furuichi,
1988). Protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimal pada juvenil ikan
estuary grouper adalah 40 – 50% (NRC, 1993). Hal ini didukung dengan hasil
penelitian yang dilakukan Williams et al (2004), bahwa kadar protein pada pakan
untuk kerapu bebek ukuran fingerlings sebaiknya tidak kurang dari 44 % bobot
kering.
Lemak merupakan senyawa organik kompleks yang tidak larut dalam air
namun larut dalam pelarut organik seperti eter, benzena, dan kloroform. Ikan
memanfaatkan lemak untuk energi, struktur sel, dan memelihara keutuhan dari
biomembran (Furuichi, 1988). Kadar lemak yang dibutuhkan dalam pakan kerapu
bebek berkisar antara 9 – 11 % (Laining et al., 2002 dalam Laining et al., 2004).
Pada pakan, keseimbangan antara protein dan lemak sangat penting untuk
mengurangi pemanfaatan protein sebagai sumber energi sehingga dapat membuat
pakan dengan harga yang cukup efektif.

4

Ikan sama halnya seperti hewan lain memanfaatkan karbohidrat sebagai
salah satu sumber energi. Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat
sebagai sumber energi masih lebih rendah dibandingkan hewan lain dan
kemampuan ikan omnivora untuk memanfaatkan karbohidrat lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan karnivora seperti ikan kerapu. Kebutuhan karbohidrat
yang optimal pada ikan omnivora berkisar 30 – 40% sedangkan ikan karnivora
berkisar 10 – 20% (Furuichi, 1988). Namun, kerapu bebek mampu memanfaatkan
glukosa sebagai sumber karbohidrat sebesar 16 % (Usman, 2002 dalam Laining et
al., 2004).
Vitamin penting untuk pertumbuhan, kesehatan, reproduksi, dan
pemeliharaan, namun dalam pakan dibutuhkan dengan jumlah yang sedikit
berkisar antara 0,2 – 0,5 % (Lovell, 1989). Secara umum, mineral bermanfaat
untuk menjalankan struktur komponen jaringan, berfungsi sebagai metabolisme
sel, dan mempunyai peran yang penting dalam osmoregulasi dan mempertahankan
keseimbangan asam basa (Jobling, 2001).

2.2 Perendaman dalam Air Tawar
Kegiatan

dipping

(perendaman)

merupakan

salah

satu

kegiatan

penanganan yang dilakukan dengan cara merendam ikan ke dalam air tawar yang
bertujuan untuk mengurangi parasit pada tubuh ikan. Kegiatan ini biasa dilakukan
di keramba jaring apung (KJA) secara rutin, pada umumnya setiap seminggu
sekali. Lamanya perendaman ikan disesuaikan dengan kepadatan ikan serta
penggunaan

aerasi.

Ikan

yang

akan

direndam

diangkat

dari

wadah

pemeliharaannya dan ditempatkan pada wadah berupa ember atau sterofoam yang
diisi air tawar. Berdasarkan informasi dari petani ikan di Kepulauan Seribu, ikan
dengan kepadatan tinggi dan direndam tanpa aerasi dilakukan selama ± 3 menit,
sedangkan jika menggunakan aerasi direndam selama ± 5 menit. Namun jika
dilakukan pada kepadatan rendah perendaman dapat dilakukan lebih lama.
Kegiatan perendaman sangat berkaitan dengan handling (penanganan)
seperti penangkapan dan pemindahan ikan serta pembiusan ikan yang
berpengaruh terhadap keseimbangan antara air dan garam dalam tubuh ikan
(Eddy, 1981). Selain itu, kegiatan handling selalu menyebabkan respon stres

5

secara fisiologi dengan meningkatnya plasma katekholamin dan kortikosteroid
yang berdampak pada kadar protein otot rendah, glukosa darah meningkat, serta
kandungan elektrolit tubuh tidak stabil. (Mazeaud dan Mazeaud, 1981). Stres
dalam bentuk apapun dapat meningkatkan kebutuhan energi ikan serta
mengurangi tingkat pertumbuhan ikan. Energi yang digunakan untuk mengatasi
stres tidak dapat digunakan lagi untuk pertumbuhan. Stres secara kimia maupun
fisik dapat disebabkan oleh akumulasi sisa feses, oksigen rendah, kepadatan,
penanganan, polusi air, kualitas pakan yang kurang baik, dan lain-lain (Halver,
1988).
Respon hematologi yang terjadi pada saat ikan air laut ditangkap dan
diberikan perlakuan stres terjadi sangat cepat. Pada kondisi stres, ikan ini
cenderung untuk meningkatkan ion-ion dan cairan osmolaritas (Wells et al, 1984
dalam Montgomery dan Wells, 1993). Beberapa indikator stres dini dapat dilihat
dari kadar glukosa darah, persentase hemoglobin (Smith dan Ramos, 1976 dalam
Mazeaud dan Mazeaud, 1981). Semua hal di atas dapat menyebabkan
pertumbuhan ikan rendah serta mudah terserang penyakit serta kematian
(Mazeaud dan Mazeaud, 1981).
Perpindahan ikan salmon dari air laut ke air tawar tentu saja meningkatkan
afinitas oksigen dari darah (Maxime et al, 1990 dalam Jensen, 1993). Air laut
memiliki massa jenis oksigen yang lebih rendah dibandingkan dengan air tawar
disebabkan karena adanya stimulus ventilasi yang meningkat. Perubahan salinitas
juga dapat menimbulkan efek terhadap konduksi difusi dari insang. Pemindahan
ikan dari air laut ke air tawar secara cepat telah dipelajari secara intensif pada
beberapa jenis ikan stenohaline dengan tujuan untuk mengetahui perpindahan
garam yang terjadi di dalam tubuh yang ditandai dengan berkurangnya kadar ion
Na+ dan Cl-. Sebagai contoh, ikan laut stenohaline, Holocanthus ciliaris dapat
bertahan hidup selama beberapa minggu pada air tawar yang telah ditingkatkan
konsentrasi kalsiumnya sekitar 5 – 25 mm/liter (Evans, 1975 dalam Eddy, 1981).
Pengembangan dan pengaplikasian uji perendaman ikan air laut pada air tawar
dilakukan untuk melihat kondisi akibat pengaruh dari stressor terhadap
kemampuan osmoregulasi ikan. Kegunaan perendaman air tawar dengan adanya
pengukuran ketidakseimbangan homeostatik, dapat membantu kegiatan perikanan

6

untuk menentukan kondisi yang lebih baik serta meningkatkan kelangsungan
hidup ikan dalam menghadapi perubahan lingkungan (Wedemeyer dan McLeay,
1981).

2.3 Nafsu Makan dan lingkungan
Nafsu makan merupakan keinginan untuk memuaskan atau memenuhi
kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh untuk memakan suatu makanan. Nafsu
makan berkaitan erat dengan pertumbuhan. Pada ikan, nafsu makan dipengaruhi
oleh faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik yang berpengaruh terhadap nafsu
makan ikan antara lain cahaya, suhu, oksigen, pH, salinitas, senyawa nitrogen,
polutan, dan zat yang beracun. Sedangkan faktor biotik antara lain kepadatan
populasi, struktur sosial seperti keseragaman ukuran serta seks rasio, predator, dan
gangguan dari manusia (Kestemont dan Baras, 2001).
Faktor suhu sangat penting berperan dalam meningkatkan nafsu makan
ikan, makanan yang dimakan oleh ikan akan meningkat seiring dengan
peningkatan suhu dan akan mencapai puncaknya lalu turun secara dramatis
kurang lebih sebelum mencapai suhu optimal (Brett, 1979 dalam Kestemont dan
Baras, 2001). Ikan sangat didominasi oleh metabolisme aerob, maka kandungan
oksigen terlarut merupakan faktor pembatas lingkungan yang paling potensial
(Fry, 1971 dalam Kestemont dan Baras, 2001), khususnya pada suhu tinggi
(Jobling, 1997 dalam Kestemont dan Baras, 2001). Konsentrasi yang tidak
mematikan dari senyawa nitrogen (nitrit), bergantung pada suhu, oksigen, dan pH
yang dapat berpengaruh terhadap struktur insang dan epidermal mucus (Kamstra
et al, 1996 dalam Kestemont dan Baras, 2001), namun efeknya terhadap pakan
masih jarang ditemukan. Sedangkan efek yang disebabkan oleh pH tergantung
pada penyesuaian diri ikan. Efek langsung dari kepadatan yaitu perubahan tingkah
laku yang disebabkan kebutuhan energi yang sangat diperlukan untuk pertahanan
terhadap kompetitor.
Faktor biotik seperti struktur sosial tidak hanya dipengaruhi oleh
kepadatan populasi ikan tetapi juga keseragaman ukuran ikan dan seks rasio
(McCarthy et al, 1992 dalam Kestemont dan Baras, 2001). Manusia merupakan
faktor biotik yang penting dalam lingkungan akuakultur. Tingkah laku ikan dapat

7

dipengaruhi oleh hal yang rutin dilakukan, seperti penanganan ikan, pembersihan
wadah pemeliharaan, tindakan pencegahan dan pengobatan penyakit, serta
pengadaan pakan.

2.4 Osmoregulasi dan energi
Perubahan lingkungan yang terjadi secara tiba-tiba dapat menimbulkan
stres. Salah satunya dilihat dari keseimbangan air dan garam dalam tubuh ikan
yang mempengaruhi kondisi fisiologi yang menyebabkan stres. Sebagian besar
hewan akuatik mempertahankan keseimbangan antara air dan garam dalam tubuh
agar tetap stabil dengan melakukan osmoregulasi. Osmoregulasi merupakan upaya
hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan
lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose (Fujaya, 2002).
Jika kandungan elektrolit didalam tubuhnya berbeda dengan lingkungan, maka
dilakukan beberapa mekanisme regulasi untuk mempertahankan keseimbangan air
dan garam tersebut. Perpindahan ikan air laut ke air tawar secara cepat dapat
menyebabkan stres. Efek dari stres dapat membuat proses osmoregulasi
mengalami gangguan karena perubahan keseimbangan air dan garam (Irianto,
2005). Perubahan yang terjadi pada proses osmoregulasi menyebabkan
peningkatan kebutuhan energi ikan untuk beradaptasi dengan perubahan
lingkungan dan mengurangi alokasi energi untuk pertumbuhan (Halver, 1988).
Energi tersebut digunakan untuk mengatur menjaga agar osmoregulasi berjalan
normal.
Ikan air laut yang kehilangan banyak air secara osmotik melalui insang,
harus melepaskan garam banyak meminum air laut dan memproduksi sedikit urine
sebagai cara beradaptasi. Mekanisme pengaturan garam dan ion bagi ikan
stenohaline sangat tidak fleksibel karena dibatasi oleh media hidupnya, baik ikan
air laut maupun air tawar. Ikan air laut biasanya dapat mentolerir salinitas
dibawah media hidupnya namun harus lebih tinggi dibandingkan dengan salinitas
darahnya. Sedangkan ikan air tawar biasanya dapat mentolerir salinitas dibawah
salinitas darahnya. Beberapa ikan estuari dan ikan yang bermigrasi, seperti
salmon, mampu beradaptasi terhadap perubahan salinitas dari air tawar ke air laut
atau sebaliknya (Royce, 1972).

8

2.4 Gambaran Darah Ikan
Parameter darah merupakan salah satu indikator adanya perubahan kondisi
pada kesehatan ikan, baik karena faktor infeksi akibat mikroorganisme atau
karena faktor non infeksi oleh lingkungan, nutrisi, dan genetik. Darah ikan
tersusun dari sel-sel darah yang tersuspensi dalam plasma dan diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh melalui sistem sirkulasi tertutup. Pada tubuh ikan, darah
berfungsi untuk mengedarkan nutrien yang berasal dari pencernaan makanan ke
sel-sel tubuh, menyuplai oksigen ke sel-sel dan jaringan tubuh serta mengangkut
hormon dan enzim ke organ yang membutuhkan (Lagler et al., 1977 dalam
Indriastuti, 2006). Menurut Fujaya (2002), darah berfungsi sebagai pembawa
oksigen, karbondioksida, sari-sari makanan maupun hasil metabolisme. Pada ikan,
darah mengalir dengan membawa oksigen dari insang ke jaringan dan ion seperti
Na+ dan Cl- yang berperan dalam osmoregulasi. Selain itu, darah juga membawa
hormon dan vitamin, terutama dalam plasma.
Sel-sel darah ikan terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit). Jumlah dan proporsi komponen masingmasing darah relatif stabil bila ikan dalam keadaan sehat. Menurut Amlacher
(1970) dalam Setiawati dkk (2007), darah dapat mengalami perubahan yang serius
khususnya bila terkena infeksi. Selain itu, kekurangan atau kelebihan makanan
dapat mempengaruhi komposisi darah (perubahan pada level protein total, kadar
hemoglobin, dan total eritrosit).
Eritrosit pada ikan merupakan sel darah dengan jumlah terbanyak. Eritrosit
ikan berbentuk oval sampai bundar berukuran 7-36 mikron dengan inti bulat telur
yang berfungsi mengikat oksigen dan sitoplasma merah muda (Lagler et al., 1977
dalam Indriastuti, 2006). Umumnya, ikan memiliki jumlah eritrosit berkisar 1,05 x
106 – 3,0 x 106 sel/mm3 (Roberts (1978) dalam Irianto (2005)). Rendahnya jumlah
eritrosit menunjukkan ikan menderita anemia atau kerusakan ginjal. Sedangkan
tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam kondisi stres (Nabib dan
Pasaribu, 1989). Menurut Dellman dan Brown (1989) dalam Ashry (2007), faktorfaktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah jenis kelamin, perbedaan induk
(genetik), kondisi nutrisi, aktifitas fisik, dan umur.

9

Hemoglobin merupakan suatu molekul protein di dalam eritrosit yang
terdiri atas protoporfirin, globin, dan besi bervalensi 2 (ferro). Hemoglobin dalam
darah merupakan alat transportasi oksigen dan karbondioksida. Fungsi utama dari
hemoglobin adalah mengikat oksigen yang kemudian digunakan untuk proses
katabolisme sehingga dihasilkan energi serta mencegah keasaman darah yang
terlalu tinggi (Lagler et al., 1977 dalam Indriastuti, 2006). Kadar hemoglobin
normal pada ikan menurut Nabib dan Pasaribu (1989) berkisar antara 8 – 9 gr %,
sedangkan menurut Lagler et al.(1977) dalam Ashry (2007) kadar hemoglobin
dalam darah ikan teleostei berkisar antara 3,7 – 7 gr %.

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2008 sampai Juni 2008.
Analisis proksimat ikan dan pakan uji dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan dan
analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Sedangkan pemeliharaan ikan dan perlakuan perendaman dalam air tawar
dilakukan di Pusat Studi Ilmu Kelautan (PSIK) IPB, Ancol, Jakarta Utara.

3.2 Pemeliharaan Ikan Uji dan Pengumpulan Data
Ikan uji yang digunakan adalah ikan kerapu bebek berasal dari Balai
Budidaya Laut Lampung dengan bobot berkisar 25,49 ± 0,78 gram. Setelah masa
aklimatisasi untuk adaptasi, ikan dipuasakan selama 24 jam untuk menghilangkan
sisa pakan dalam saluran pencernaan, kemudian ikan ditimbang dan dimasukkan
ke dalam akuarium uji. Jumlah ikan per akuarium adalah 6 ekor. Ikan dipelihara
dalam 12 akuarium yang berukuran 40 x 60 x 45 cm yang diisi air laut dengan
kisaran salinitas 29 - 31 ppt dan ketinggian air 35 cm. Wadah pemeliharaan
disusun dalam satu sistem resirkulasi dan satu buah bak tandon. Suhu air dijaga
dengan menggunakan thermostat yang dipasang pada tandon dan kondisi air di
akuarium diukur setiap hari dengan thermometer, yaitu kisaran suhu 28 - 32oC.
Hasil analisa kualitas air terdapat pada Lampiran 1.
Ikan diberi pakan berbentuk pellet sebanyak 3 kali sehari pada pukul
06.00, 12.00, dan 18.00 secara at satiation selama masa pemeliharaan. Pakan yang
digunakan mengandung kadar protein sebesar 46,1 %, lemak 13,82 %, abu 13,14
%, serat kasar 0,64 %, BETN 16,62 %, energi sebesar 3148,42 kkal/kg, serta C/P
rasio sebesar 6,83 kkal/gr protein. Komposisi pakan uji didasarkan atas kebutuhan
dasar nutrisi ikan kerapu. Hasil analisa bahan penyusun pakan dan komposisi
pakan uji masing-masing terdapat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Selain itu,
untuk menjaga kualitas air tetap baik dilakukan penyiponan setiap hari dan
pergantian air sebanyak 25 % dari volume air akuarium secara teratur setiap 2 hari
sekali.

11

Terdapat 3 macam perlakuan perendaman ikan uji di air tawar selama 20
menit, masing-masing yaitu perlakuan A dengan frekuensi perendaman air tawar
sebanyak 1x30 hari, perlakuan B dengan frekuensi perendaman air tawar
sebanyak 2x30 hari, setiap 15 hari sekali, dan perlakuan C dengan frekuensi
perendaman air tawar sebanyak 3x30 hari setiap 10 hari sekali, serta D sebagai
kontrol yang tidak diberikan perlakuan perendaman air tawar selama
pemeliharaan. Perendaman ikan dilakukan dengan air tawar sebanyak 5 liter.
Pemeliharaan ikan dilakukan selama 67 hari. Penimbangan jumlah pakan
yang diberikan dilakukan per 10 hari atau sesudah diberikan perlakuan untuk
mengetahui nafsu makan ikan. Sampling dilakukan pada awal dan akhir
pemeliharaan dengan cara menimbang bobot ikan dan menghitung bobot
biomassa pada masing-masing perlakuan. Pada akhir perlakuan diambil ikan
sampel untuk analisa proksimat guna mengetahui komposisi tubuh ikan untuk
mengetahui retensi protein dan retensi lemak. Prosedur analisa terdapat pada
Lampiran 4.
Pengambilan sampel darah dilakukan pada akhir masa pemeliharaan untuk
mengetahui gambaran darah ikan pada ikan sampel dari setiap perlakuan.
Prosedur analisa gambaran darah terdapat pada Lampiran 5.

3.3 Parameter Uji
3.3.1 Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan dihitung dengan cara menimbang total pakan yang
dikonsumsi oleh ikan selama perlakuan pemberian pakan.
3.3.2 Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian dihitung berdasarkan persamaan :

 Wt
LPH (%) =  t
1 x 100%
 Wo



Keterangan :

W t = bobot rata-rata individu pada waktu t (gram)
W o = bobot rata-rata individu pada waktu awal (gram)

t

= waktu pemeliharaan (hari)

12

3.3.3 Survival Rate (SR)
Tingkat Kelangsungan Hidup dihitung dengan menggunakan rumus :
SR 

Keterangan :

Nt
x 100%
No

Nt = jumlah ikan uji pada akhir pengamatan (ekor)
No = jumlah ikan uji pada awal pengamatan (ekor)

3.3.4 Efisiensi Pakan (EP)
Efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan rumus :
EP =
Keterangan :

Wt  Wd   Wo
F

x 100%

Wt = bobot total ikan pada akhir pemeliharaan
Wo = bobot total ikan pada awal pemeliharaan
Wd = bobot total ikan yang mati selama masa pemeliharaan
(gram)
F = jumlah pakan yang diberikan (gram)

3.3.5 Retensi Lemak
Retensi lemak dihitung dengan menggunakan rumus :
RL (%) =
Keterangan :

F  I 
L

x 100%

F = jumlah lemak tubuh pada akhir pemeliharaan
I = jumlah lemak tubuh pada awal pemeliharaan
L = jumlah lemak yang dikonsumsi ikan

3.3.6 Retensi Protein
Retensi protein dihitung dengan menggunakan rumus :
RP (%) =
Keterangan :

F  I  x 100%
P

F = jumlah protein tubuh pada akhir pemeliharaan
I = jumlah protein tubuh pada awal pemeliharaan
L = jumlah protein yang dikonsumsi ikan

13

3.3.7 Gambaran Darah
Parameter gambaran darah yang diamati adalah total eritrosit dan kadar
hemoglobin.

3.4 Analisa Statistik
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan memiliki 3 ulangan.
Sebagai perlakuan yaitu frekuensi perendaman dalam air tawar yang berbeda.
Parameter yang diuji yaitu konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, survival
rate, efisiensi pakan, retensi lemak, dan retensi protein. Pengaruh perlakuan
terhadap parameter uji diketahui dengan menggunakan analisis ragam dengan
tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

3.5 Analisa Kimia
Analisa kimia yang dilakukan adalah analisa proksimat. Analisa proksimat
dilakukan terhadap pakan, tubuh ikan sebelum perlakuan, dan tubuh ikan setelah
perlakuan. Analisa proksimat pakan yang dilakukan yaitu analisa kadar protein,
kadar air, kadar abu, kadar lemak, serat kasar. Sedangkan analisa proksimat ikan
yang dilakukan antara lain analisa kadar protein, kadar lemak, dan kadar air
(Takeuchi, 1988). Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu, salinitas, pH,
kadar oksigen terlarut (DO), alkalinitas, total organic matter (TOM), dan total
ammonia nitrogen (TAN).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh selama pemeliharaan ikan kerapu bebek yang
diberikan perlakuan perendaman dalam air tawar dilihat dari status total eritrosit
dan kadar hemoglobin dalam darah terdapat pada Gambar 1.

2,00

6,00

1,50

5,10

5,00

5,00

1,21

1,24

1,19

1,00
0,50

Hb (Gr %)

TE (106sel/mm 3)

1,61

4,73
4,13

4,00
3,00
2,00
1,00

0,00

0,00

A (1x/30hr) B (2x/30hr) C (3x/30hr) D (kontrol)
Perlakuan

(i)

A (1x/30hr)

B (2x/30hr)

C (3x/30hr)

D (kontrol)

Perlakuan

(ii)

Gambar 1. Nilai rataan gambaran darah selama pemeliharaan
(i) total eritrosit (106sel/mm3)
(ii) kadar hemoglobin (Gr %)
Pengamatan yang dilakukan pada saat ikan kerapu bebek Cromileptes
altivelis diberikan perlakuan perendaman air tawar yaitu keluarnya lendir ikan
yang berlebih serta tingkah laku ikan yang diam tidak banyak bergerak. Hasil
pengamatan darah yang terdapat pada Gambar 1 (i), dapat dilihat bahwa total
eritrosit setelah pemeliharaan, baik yang diberikan perlakuan perendaman air
tawar dengan frekuensi 1x30 hari, 2x30 hari, 3x30 hari, dan kontrol memiliki
kisaran nilai rataan yang berbeda. Total eritrosit tertinggi terdapat pada perlakuan
dengan frekuensi 1x30 hari dan total eritrosit paling rendah terdapat pada
perlakuan kontrol. Kadar hemoglobin pada Gambar 1 (ii) memiliki nilai tertinggi
pada perlakuan perendaman air tawar dengan frekuensi 1x30 hari dan kadar
hemoglobin terendah terdapat pada perlakuan perendaman air tawar dengan
frekuensi 3x30 hari.
Hasil yang didapat setelah pemeliharaan ikan uji selama 67 hari yang
diberikan perlakuan perendaman dalam air tawar terhadap parameter kinerja
pertumbuhan terdapat pada Tabel 1.

15

Tabel 1. Bobot rata-rata awal ( W o ), Bobot rata-rata akhir ( W t ), Konsumsi Pakan
(KP), Laju Pertumbuhan Harian (LPH), Efisiensi Pakan (EP), Retensi
Protein (RP), Retensi Lemak (RL), dan Survival Rate (SR)

Parameter
KP (gr)

W o (gr)
W t (gr)
LPH (%)
Δ LPH (%)*
RP (%)
RL (%)
EP (%)
Δ EP (%)*
SR (%)
Ket

Perlakuan (frekuensi perendaman air tawar)
A
B
C
D
(1x30 hari)
(2x30 hari)
(3x30hari)
(kontrol)
a
a
a
a
352,77 ± 7,56
309,89 ± 40,13
313,28 ± 38,98
314,88 ± 44,96
a
a
a
a
25,57 ± 0,83
25,85 ± 1,03
25,05 ± 0,39
25,69 ± 1,28
64,85 ± 0,44
1,41 ± 0,07

a

a

52,51 ± 6,75
1,06 ± 0,24

b

b

46,86 ± 1,06
0,85 ± 0,02

b

b

(150,31)
a
17,42 ± 0,42
c
7,26 ± 0,20
a
47,86 ± 2,88

(113,29)
b
11,14 ± 0,85
d
3,50 ± 0,52
a
47,55 ± 5,60

(90,94)
d
9,25 ± 0,22
b
9,05 ± 0,28
b
35,61 ± 2,10

(154,32)
a
83,33 ± 0,00

(153,33)
a
100,00 ± 0,00

(114,81)
a
91,67 ± 11,79

47,19 ± 2,81

b

b

0,94 ± 0,13
(100)
c
9,86 ± 0,19
a
16,50 ± 0,97
b
31,01 ± 4,94
(100)
a
91,67 ± 11,79

: Huruf superscript dibelakang nilai standar deviasi yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang
tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan selang kepercayaan 95%.
* menunjukkan perbandingan prosentase perubahan nilai rataan (Δ) perlakuan terhadap kontrol pada
parameter uji laju pertumbuhan harian (LPH) dan efisiensi pakan (EP)

Perlakuan perendaman ikan kerapu bebek di air tawar memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap parameter konsumsi pakan
(KP), namun memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P