LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI (1)

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL II
(UJI ZAT WARNA GOLONGAN 1 ZAT WARNA DIREK, ASAM DAN BASA,
GOLONGAN 2 ZAT WARNA BEJANA, BELERANG, BEJANA-BELERANG DAN
GOLONGAN 3 ZAT WARNA PIGMEN, NAFTOL DAN REAKTIF)

NAMA

: Nurul Fitria

NPM

: 13020038

GRUP

: 3K2

TANGGAL

: 20-10-2015


DOSEN

: Luciana S. Teks, MPd

ASISTEN

: 1. Kurniawan, S.T.
2. Eka O., S,Si.T.

POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2015

I.

MAKSUD DAN TUJUAN
Agar praktikan dapat memahami dan mengidentifikasi :
1. Zat warna pada selulosa golongan I yaitu zat warna direk, asam dan basa.
2. Zat warna pada selulosa golongan II yaitu zat warna belerang, bejana dan

bejana-belerang.
3. Zat warna pada selulosa golongan III dan IV yaitu zat warna naftol, pigmen
dan reaktif.

II.

TINJAUAN PUSTAKA
Identifikasi zat warna pada selulosa digolongkan menjadi empat golongan dan
cara pengujian dilakukan berturut-turut dari zat warna golongan satu sampai zat
warna golongan empat.
Golongan I = Zat warna yang luntur dalam larutan amonia atau asam asetat encer
mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna direk, asam, basa,
dan direk dengan pengerjaan iring.
Golongan II = Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan Natrium
hidrosulfit dalam suasana alkali dan warna kemb ali ke warna semula (asli) oleh
oksidasi dengan udara. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna
bejana, belerang, bejana belerang, dan oksidasi.
Golongan III = Zat warna yang rusak oleh reduksi dengan Natrium hidrosulfit dalam
suasana alkali dan larutan ekstraksinya dalam amonia atau asam asetat tidak dapat
mencelup kembali kain kapas putih. Zat warna yang termasuk dalam golongan ini

adalah zat warna direk dengan iring logam, direk dengan iring formaldehid, direk
diazotasi dan dibangkitkan dengan naftolat.
Golongan IV = Zat warna yang tidak luntur dalam pelarut organik Dimetilformamida
(DMF) 1:1 adan DMF 100% . Termasuk golongan ini adalah zat warna pigmen dan
reaktif.
Prinsip pengujian dari uji zat warna pada selulosa ini adalah contoh uji dilunturkan
warnanya dengan pereaksi tertentu dan larutan ekstraksinya diamati daya celupnya
atau karakteristik khusus lainnya. Identifikasi zat warna pada selulosa digolongkan

menjadi empat golongan dan cara pengujian dilakukan berturut-turut dari
golongan zat warna satu sampai dengan zat warna golongan empat.

1. Zat warna golongan I
Zat warna yang luntur dalam larutan ammonia atau asam asetat encer
mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna asam, basa,
direk dan direk dengan pengerjaan iring.
-

Zat warna direk
Zat warna direk umumnya adalah senyawa azo yang disulfonasi, zat warna

ini disebut juga zat warna substantif karena mempunyai afinitas yang besar
terhadap selulosa. Beberapa zat warna direk umumnya mempunyai
ketahanan luntur yang kurang baik terhadap pencucian sedangkan
ketahanan terhadap sinar cukup, tidak tahan oksidasi dan rusak oleh zat
pereduksi.

Sifat-sifat umum zat warna direk :
1. Zat warna direk memiliki sifat yang tidak tahan terhadap oksidasi dan akan
merusak oleh reduksi.
2. Zat warna direk memiliki gugus pelarut sulfonat sehingga mudah larut
dalam air.
3. Afinitas zat warna direk terhadap serat tekstil disebabkan adanya ikatan
hydrogen dan ikatan sekunder seperti ikatan Van der Waals.
4. Zat warna direk memiliki nilai ketahanan luntur warna terhadap gosokan
dan pencucian yang rendah.
-

Zat warna asam
Zat warna asam mengandung asam-asam mineral atau asam-asam organic
dan dibuat dalam bentuk garam-garam natrium dari asam organik dengan

gugus anion yang merupakan gugus pembawa warna (kromofor) yang
aktif. Struktur kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk
merupakan senyawa yang mengandung gugus sulfonat atau karboksilat
sebagai gugus pelarut. Zat warna asam dapat mencelup serat-serat
binatang, poliamida dan poliakrilat berdasarkan ikatan elektovalen atau
ikatan ion.

-

Zat warna basa
Zat warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif atau
kation. Zat warna basa merupakan suatu garam basa yang dapat
membentuk garam dengan asam. Asam dapat berasal dari hidroklorida
atau oksalat. Zat warna basa mampu mencelup serat-serat protein

sedangkan pada serat poliakrilat yang mempunyai gugus-gugus asam
dalam molekulnya akan berlaku atau bersifat seperti serat-serat protein
terhadap zat warna basa.
2. Zat warna golongan II
Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan natrium hidrosulfit

dalam suasana alkali dan warna kembali kewarna semula oleh oksidasi dengan
udara. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah zat warna bejana,
belerang, bejana-belerang dan oksidasi.
-

Zat warna bejana
Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam
pencelupannya harus diubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa
leuko tersebut memiliki substantifitas terhadap selulosa sehingga dapat
tercelup. Adanya oksidator atau oksigen dari udara, bentuk leuko yang
tercelup dalam serat tersebut akan teroksidasi kembali kebentuk semula
yaitu pigmen zat warna bejana. Senyawa leuko zat warna golongan
indigoida larut dalam alkali lemah sedangkan golongan antrakwinon hanya
larut dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah warnanya dalam larutan
hipoklorit. Umumnya zat warna turunan indigoida dan karbasol warna
hamper hilang dalam uji hipoklorit dan didalam larutan pereduksi
warnanya menjadi kuning. Ikatan zat warna bejana dengan serat antara lain
ikatan hidrogen dan ikatan sekunder seperti gaya-gaya Van der Waals.

-


Zat warna belerang
Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang
sebagai kromofor. Sturktur molekulnya merupakan molekul yang
kompleks dan tidak larut dalam air oleh karena itu dalam pencelupannya
diperlukan reduktor natrium sulfide dan soda abu untuk melarutkannya.
Unutk membentuk zat warna semula maka perlu proses oksidasi baik
dengan udara maupun dengan bantuan oksidator-oksidator lainnya.

-

Zat warna hidron (bejana-belerang)
Zat warna hidron mempunyai sifat-sifat antara zat warna bejana dan zat
warna belerang. Zat warna ini juga mempunyai warna yang spesifik yaitu
berwarna biru. Reduktor yang digunakan adalah reduktor lemah seperti
Na2S dan Na2CO3.

-

Zat warna oksidasi

Zat warna oksidasi pada umumnya mengandung senyawa aniline dalam
struktur molekulnya dengan warna hitam aniline. Spesifikasi zat warna ini
selain tahan gosok nya kurang baik yaitu warna yang berubah menjadi
kehijauan apabila tereduksi oleh SO2.

3. Zat warna golongan III
Zat warna golongan III adalah zat warna yang rusak dalam larutan Natrium
Hidrosulfit yang bersifat alkali dan larutan ekstraksinya didalam air, airamonia atau asam asetat tidak mencelup kembali serat kapas putih atau warna
tidak kembali kewarna asli setelah oksidasi. Zat warna yang termasuk dalam
golongan ini adalah: zat warna direk dengan pengerjaan iring logam, zat warna
diek dengan pengerjaan iring formaldehida, zat warna naftol, zat warna azo
yang tidak larut dan zat warna yang diazotasi atau dibangkitkan.
-

Zat warna direk dengan iring logam
Zat warna direk pada umumnya mempunyai ketahanan yang kurang baik
terhadap pencucian. Untuk memperbaikinya maka dilakukan pengerjaan
iring yang pada prinsipnya memperbesar molekul zat warna dalam serat.
Sehingga zat warna akan lebih sukar bermigrasi. Pemgerjaan iring dapat
dilakukan dengan penggunaan garam-garam logam seperti krom, tembaga,

cobalt, nikel, besi dan lain-lain.

-

Zat warna direk dengan iring formaldehida
Beberapa zat warna direk dikerjakan dengan iring formalidehida untuk
memperbaiki tahan cucinya karena terbentuknya jembatan metilen antara
beberapa zat warna.

-

Zat warna naftol
Zat warna naftol merupakan zat warna yang terbentuk dalam serat pada
waktu pencelupan dan merupakan hasil reaksi antara senyawa naftol
dengan garam diazonium (kopling). Sifat dari zat warna naftol yaitu: tidak
larut dalam air, luntur dalam piridin pekat mendidih, bersifat poligenetik
dan monogenetik, karena mengandung gugus azo maka tidak tahan
terhadap reduktor.

4. Zat wana golongan IV

Zat warna yang sukar dilunturkan dalam berbagai pelarut seperti ammonia,
asam asetat dan piridina. Termasuk dalam golongan ini adalah zat warna
pigmen dan reaktif.
-

Zat warna pigmen
Zat warna pigmen adalah zat warna yang hanya mengandung kromofor
saja sehingga pada pencelupannya perlu dibantu dengan zat pengikat yang
disebut binder. Unsure-unsur yang terdapat didalam zat warna pigmen
antara lain garam-garam organic, oksida organic, gugus azo, logam
berwarna dan lain-lain. Zat warna ini luntur dalam dimetil formadida pekat
dan dimetil formmida 1:1. Kecuali untuk zat warna pigmen ftalosianin
atau yang berasal dari zat warna pigmen anorganik.

-

Zat warna reaktif

Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan serat,
sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu zat

warna ini mempunyai ketahanan cuci yang baik. zat warna ini baik dibandingkan
dengan zat warna direk. Sifat umum dari zat warna reaktif yaitu: larut dalam air,
berikatan kovalen dengan serat, karena kebanyakan gugusnya azo maka zat warna
ini mudah rusak oleh reduktor kuat dan tidak tahan terhadap oksidator yang
mengandung klor (NaOCl).
III.

ALAT BAHAN DAN PEREAKSI
ALAT

:

-

Tabung reaksi

- Pipet tetes

-

Rak tabung reaksi

- Pipet ukur

-

Batang pengaduk

- Kertas saring

-

Gelas piala

- Sendok

-

Pembakar Bunsen

- Kertas lakmus

-

Kassa

-

Kaki tiga

PEREAKSI

:

-

Amonia 10%

-

Natrium klorida

-

Asam asetat 10%

-

Asam asetat glasial

-

Natrium hidrosulfit

-

Natrium hidroksida 10%

-

Natrium karbonat

-

Natrium sulfit

-

Asam klorida 16%

-

Stannum klorida 10%

-

Natrium Hipoklorit 10%

-

Timbale asetat

-

Paraffin

-

Piridina 100%

-

DMF 1:1

-

DMF 100%

-

Asam klorida 1%

-

Natrium hidroksida 5%

-

Asam sulfat pekat

-

Asam sulfat 0,2%

BAHAN

IV.

:

-

Kain yang sudah dicelup

-

Kain kapas, wol dan akrilat

CARA KERJA
IV.1
Uji Zat Warna Golongan 1
4.1.1 Zat Warna Direk
-

Contoh uji dimasukkan kedalam tabung reaksi.

-

Ditambahkan ± 4 ml ammonia 10%.

-

Dididihkan sehingga sebagian besar zat warna terekstraksi.

-

Contoh uji diambil dari larutan ekstrak zat warna.
 Catatan : sebaiknya larutan ekstraksi dibagi dua satu bagian untuk uji
zw direk dan satu bagian lagi untuk uji zw asam.

-

Kapas putih, wol putih dan akrilat putih dimasukkan masing-masing ± 10
mg kemudian ditambahkan 5-10 mg NaCl.

-

Dididihkan selama 0,5-1,5 menit kemudian dibiarkan menjadi dingin.

-

Kain-kain tersebut diambil dicuci dengan air, diamati warnanya.

-

Pencelupan kembali kain kapas lebih tua dibandingkan dengan wol dan
akrilat menunjukkan zw direk.

4.1.2 Zat Warna Asam
Apabila dalam uji zw direk terjadi pelunturan warna tetapi tidak mencelup
kembali kain kapas atau hanya menodai dengan warna yang sangat muda,
maka dikerjakan pengujian untuk zw asam.
-

Larutan ekstraksi yang diperoleh dari larutan ammonia dinetralkan dengan
asam asetat 10% (diperiksa dengan kertas lakmus atau kertas pH).

-

Ditambahkan lagi lagi ± 1 ml asam asetat 10%.

-

Kain-kain kapas, wol dan akrilat dimasukkan lalu dididihkan selama satu
menit.

-

Kain-kain tersebut diambil, dicuci dengan air diamati warnanya.

-

Pencelupan kembali kain wol putih oleh larutan ekstraksi dalam suasana
asam menunjukkan adanya zw asam.

4.1.3 Zat Warna Basa
Apabila dalam uji zw direk tidak terjadi pelunturan atau hanya luntur
sedikit maka dilakukan pengujian zw basa,
-

Contoh uji dimasukkan kedalam tabung reaksi.

-

Ditambahkan ± 1 ml asam asetat glasial ditambahkan 3-5 ml air dididihkan
sampai terjadi ekstraksi.

-

Contoh uji diambil dan hasil ekstraksi dibagi menjadi 2 bagian.

-

Kain-kain kapas, wol dan akrilat dimasukkan.

-

Dididihkan selama 1-1,5 menit.

-

Pencelupan kembali kain akrilat dengan warna tua menunjukkan adanya
zat warna basa.

IV.2

Uji Zat Warna Golongan 2

-

Contoh uji dimasukkan kedalam tabung reaksi.

-

Ditambahkan 2-3 ml air, ditambahkan ± 2 ml NaOH 10%, dididihkan
selama 1 menit, ditambahkan Na2S2O4 dididihkan lagi selama 1 menit.

-

Contoh uji dikeluarkan diangin-angin atau dioksidasi dengan udara.

-

Warna kembali kewarna semula maka menunjukkan zw golongan II.

4.2.1 Zat Warna Belerang
-

Contoh uji dimasukkan kedalam tabung reaksi.

-

Ditambahkan 2-3 ml air natrium karbonat dipanaskan kemudian
dimasukkan Na2S.

-

Dipanaskan sampai mendidih selama 1-2 menit.

-

Contoh uji diambil, dimasukkan kapas putih dan NaCl didihkan selama 12 menit.

-

Kapas tersebut diambil, diletakkan diatas kertas saring atau dicuci dengan
air dibiarkan terkena udara.

-

Kain kapas akan tercelup kembali dengan warna yang sama dengan warna
contoh asli tetapi lebih muda.
Uji penentuan 1

-

Contoh uji dididihkan dalam 3 ml larutan NaOH 10% kemudian dicuci
bersih (2 kali dengan air mengalir).

-

Contoh uji dimasukkan ditambahkan ± 2 ml HCl 16%.

-

Dididihkan selama 0,5-1 menit dibiarkan dingin.

-

Ditambahkan ± 3 ml SnCl2 10%.

-

Kertas timbale asetat diletakkan pada mulut tabung.

-

Warna coklat atau hitam pada kertas Pb Ac menunjukkan zw belerang.

4.2.2 Zat Warna Bejana
-

Contoh uji dimasukkan ditambahkan ± 2 ml air dan NaOH 10%.

-

Dididihkan dan ditambahkan Na2S2O4.

-

Dididihkan selama 1 menit.

-

Contoh uji diambil dimasukkan kapas putih dan NaCl dididihkan selama
1-1,5 menit, dibiarkan dingin.

-

Kain kapas tersebut diambil diletakkan diatas kertas saring dan dibiarkan
kena udara.

-

Kapas tercelup kembali dengan warna contoh asli tetapi lebih muda.
Uji penentuan 1

-

Contoh uji dimasukkan kedalam paraffin dalam kui porselen.

-

Apabila padata paraffin pada kertas saring berwarna maka menunjukkan
adanya zw bejana.

 Zw belerang tidak mewarnai paraffin.
4.2.3 Zat Warna Bejana-Belerang
-

Contoh uji dikerjakan seperti pada pengujian zw bejana dan belerang.

-

Kain yang dicelup dengan zw bejana-belerang akan mencelup kembali
kain kapas pada uji bejana dna positif untuk uji belerang.
 Dapat diamati dari hasil uji sebelumnya.
Uji penentuan 1

-

Contoh uji dikerjakan seperti penetuan 1 zw belerang.

-

Kain yang dicelup dengan zw bejana-belerang akan memberikan noda
coklat atau hitam.

IV.3
-

Uji Zat Warna Golongan 3 dan 4
Contoh uji dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan ± 300 ml air,
± 2 ml NaOH 10% dan Na2S2O4.

-

Dipanaskan sampai mendidih selama 3 menit.

-

Semua zat warna golongan III akan rusak, ditandai dengan perubahan
warna terhadap contoh uji atau larutan ekstraksi menjadi putih, abu-abu,
kuning atau jingga warna tidak kembali setelah oksidasi

4.3.1 Zat Warna Naftol
-

Contoh uji dimasukkan kedalam tabung reaksi.

-

Ditambahkan 1-2 ml piridina 100% dididihkan selama ± 1 menit.

-

Pewarnaan dalam piridina menunjukkan adanya zw naftol.
Uji penentuan 1

-

Contoh uji dimasukkan kedalam tabung reaksi.

-

Ditambahkan 1 ml NaOH 1% dalam 3 ml alcohol dididihkan.

-

Ditambahkan Na2S2O4 dipanaskan atau dididihkan (warna akan tereduksi).

-

Didinginkan, contoh uji diambil diamati warnanya.

-

Warna rusak menunjukkan adanya zat warna naftol atau reaktif (dengan
oksidasi warna akan kembali).

-

Kedalam filtrate dimasukkan kapas putih dan NaCl dididihkan selama 2
menit.

-

Kapas berwarna kuning dan berpendar dibawah sinar uv ultra lembayaung
menunjukkan zw naftol.

4.3.2 Zat Warna Pigmen
-

Contoh uji dimasukkan kedalam 3 ml lartan DMF 1:1.

-

Dididihkan selama ± 2 menit diamati warnanya.

-

Pengerjaan 1 dan 2 diulangi dengan DMF 100%.

-

Pewarnaan muda dalam larutan DMF 1:1 dan pewarnaan tua dalam DMF
100% menunjukkan adanya zat warna pigmen.
Uji penentuan 1

-

Contoh uji dimasukkan kedalam 3 ml larutan HCl 1% dididihkan selama ±
5 menit.

-

Dicuci bersih.

-

Diambil seratnya, diamati dibawah mikroskop.

-

Bila terdapat partikel-partikel zw pada permukaanm serat menunjukkan zw
pigmen dengan zat pengikat.

-

Bila partikel warna terdapat diseluruh serat menunjukkan zat warna
pigmen dengan pencelupan polimer.

4.3.3 Zat Warna Reaktif
-

Contoh uji dimasukkan kedalam 3 ml larutan DMF 1:1 dididihkan selama
2 menit.

-

Pengerjaan 1 diulangi dalam 3 ml larutan DMF 100%.

-

Damati warna kedua larutan ekstraksinya.

-

Ekstraksi DMF 1:1 akan terwarnai sangat muda.

-

Ektraksi DMF 100% tidak terwarnai menunjukkan zw reaktif.
Uji penentuan 1

-

Contoh uji dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 3 ml larutan
NaOH 5%.

-

Dididihkan selama 2 menit.

-

Diasamkan dengan larutan H2SO4 pekat (± 2- 3 tetes).

-

Dimasukkan serat wol dididihkan.
Pewarnaan pada serat wol menunjukkan zw reaktif.

V.

DATA PERCOBAAN
Terlampir

VI.

DISKUSI
ZAT WARNA GOLONGAN I
Zat warna golongan I adalah zat warna yang luntur dalam larutan amonia
atau asam asetat encer mendidih. Zat warna yang termasuk golongan ini adalah
zat warna direk, asam, basa, dan direk dengan pengerjaan iring. Prinsip
pengujiannya sendiri contoh uji dilunturkan warnanya dengan pereaksi tetentu dan
larutan ekstraksinya diamati daya celupnya atau kharakteristik khusus lainnya.
-

Direk

Pada pengujian ini, praktikan diberi 3 lembar kain kapas (selulosa) yang telah
dicelup dengan menggunakan zat warna golongan I. Tugas praktikan disini adalah
menentukan zat warna apakah yang digunakan untuk mencelup kain selulosa
tersebut. Pada pengujian zat warna direk, contoh uji dilarutkan dalam amonia 10%
kemudian dipanaskan dan lunturannya dibagi dua untuk pengujian zat warna direk
dan zat warna asam. Pada uji zat warna direk, lunturan ditambah dengan NaCl dan
dimasukkan kapas putih, wool, dan akrilat kedalamnya kemudian dipanaskan lagi.
Penggunaan zat warna direk ditunjukkan oleh pencelupan dengan warna tua pada
kain kapas putih. Zat warna direk dapat dipakai mencelup serat kapas kaena dapat
berikatan dengan gugus hidroksil dari selulosa dengan ikatan hidrogen. Kekuatan
ikatan hidrogen umumnya tidak terlalu kuat, dapat putus dalam suhu tinggi, oleh
karenanya tahan luntur hasil pencelupan zat warna direk sangat rendah terutama
dalam pencucian panas. Selain ikatan hidrogen, kekuatan ikatan zat warna direk
dengan serat ditunjang dengan ikatan van der waals namun relatif sangat lemah.
Selain itu zat warna direk mempunyai afinitas dan substantifitas yang lebih besar
terhadap selulosa. Penambahan elektrolit seperti NaCl sangat berpengaruh sebab
elektrolit berfungsi untuk menambahkan penyerapan zat warna. Selulosa
bermuatan negatif tapi disisi lain zat warna direk cenderung bermuatan negative
juga sehingga terjadi tolak menolak. Elektrolit akan mengion dalam air dan ion
positifnya akan menetralkan selulosa sehingga zat warna terserap.
-

Asam

Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena memiliki gugus
pelarut sulfonat atau karbosilat dalam struktur molekulnya. Gugus-gugus tersebut
juga berfungsi sebagai gugus fungsi untuk mengadakan ikatan ionik dengan

tempat-tempat positif dalam serat wol atau sutera. Kain wol dapat tercelup oleh
zat warna asam karena adanya tempat-tempat positif pada kain wol. Tempat
positif ini yaitu pada gugus amina yang merupakan gugus fungsi yang berperan
untuk mengadakan ikatan dengan ion zat warna berupa ikatan ionik
(elektrovalen). Netralkan larutan ekstraksi yang diperoleh dari larutan amonia
dengan asam asetat 10% (periksa dengan kertas lakmus atau kertas pH) pastikan
larutan bersuasana asam karena supaya terbentuk muatan positif yang nyata pada
serat, akibat adanya ion H+ yang terserap gugus amina dari wol.
-

Basa

Dalam bentuk basa, zat warna basa termasuk zat warna yang tidak larut, tetapi
dalam larutan yang bersifat asam zat warna akan berubah menjadi bentuk garam
yang mudah larut. Zat warna basa secara alami bersifat kationik, sehingga dapat
digunakan untuk mencelup serat akrilat, dimana zat warna basa akan berikatan
secara ionik dengan gugus-gugus sulfonat atau karboksilat yang ada dalam serat
sehingga tahan lunturnya cukup baik. Dalam pencelupan larutan harus diatur pH
nya dengan menggunakan asam asetat agar terbentuknya kation zat warna basa.
Sebaiknya pH yang digunakan yaitu sebesar 4,5, apabila terlalu besar maka
kelarutan zat warna akan berkurang dan warna akan berubah kearah yang lebih
pendek sehingga menimbulkan warna yang muda dan menyulitkan untuk
pengamatan. Sedangkan apabila pH rendah terbentuknya muatan negatif pada
gugus karboksilat pada serat akan lebih sulit, sehingga laju pencelupan akan lebih
lambat dan akan terjadi penurunan kekuatan bahan yang dicelup. Pada saat uji
penentuan zat warna basa ditambahkan NaOH dan eter, lapisan eter berada di atas
lalu lapisan eter dipindahkan menggunakan pipet ke tabung reaksi yang baru,
setelah itu beri penambahan asam asetat, eter yang berwarna berada di bawah itu
berarti positif zat warna basa hal ini dikarenakan terjadi endapan zat warna basa.
ZAT WARNA GOLONGAN II
Zat warna yang berubah warnanya karena reduksi dengan natrium
hidrosulfit dalam suasana alkali dan warna kembali semula oleh oksidasi dengan
udara.

-

Belerang

Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang sebagai
kromofor. Struktur molekul zat warna belerang merupakan struktur yang tidak
larut dalam air. Maka dari itu diperlukan gugus pelarut saat proses pencelupan.
Pada zat warna belerang tidak menggunakan reduktor kuat seperti Natrium
Hidrosulfit, melainkan menggunakan Na2S hal ini dikarenakan zat warna belerang
tidak tahan reduktor kuat, karena Natrium Hidrosulfit akan menyerang gugus
kromofor zat warna belerang ini membuat zat warna belerang menjadi tidak
berwarna.
Zat warna belerang dapat dilarutkan dengan penambahan reduktor lemah Na2S
yang akan mereduksi jembatan disulfide membentuk asam leuco serta
penambahan alkali lemah Na2CO3 yang berfungsi untuk merubah asam leuco yang
tidak larut menjadi garam leuco yang larut. Lalu dilakukan penambahan NaCl
sebagai pendorong penyerapan zat warna, garam leuco akan masuk kedalam poripori serat kapas.
Selulosa + 2n D-S-Na → Selulosa 2n D-S-Na
Dilakukan pengoksidasian oleh udara agar garam leuco zat warna belerang dalam
serat dirubah menjadi zat warna belerang yang tidak larut dan berikatan secara
fisika dengan serat.
Selulosa.2n D-S-Na →(On) Selulosa.n(D-S-S-D)
Uji penentuan dengan menggunakan kertas pb asetat, dengan menggunakan asam
klorida maka gas hidrogen sulfide dilepaskan yang bisa diidentifikasi dari
banunya yang khas, dan dari menghitamnya kertas saring yang telah dibasahi
larutan timbel asetat.
-

Bejana

Zat warna bejana tidak larut dalam air, untuk melarutkannya zat warna bejana
dirubah menjadi asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco yang larut.
Suatu reduktor dapat membantu senyawa untuk di bejana kan. Artinya dirubah
menjadi bentuk leuco, yakni bentuk zat warna bejana yang tereduksi yang akan
larut dalam larutan alkali. Senyawa leuco memiliki substantivitas terhadap
selulosa, sehingga dapat mencelupnya. Penambahan NaOH yang berfungsi untuk
melarutkan leuco zat warna bejana dan untuk merubah asam leuco yang tidak larut

menjadi garam leuco yang larut. Dipanaskan agar proses berlangsung dengan
cepat, lalu dilakukan penambahan Na2S2O4 yang berfungsi sebagai reduktor untuk
mereduksi zat warna bejana menjadi asam leuco. Proses pencelupan
membutuhkan bantuan NaCl yang berfungsi sebagai pendorong penyerapan zat
warna. Uji penentuan menggunakan lilin parafin zat warna bejana berwarna di
paraffin, terwarnai secara permanen hal ini karena zat warna bejana terus
teroksidasi sehingga zat warna bejana nya permanen di paraffin. Pada uji dengan
NaOCl 5% 10 menit zat warna yang tidak rusak di NaOCl itu hanya zat warna
bejana sedangkan zat warna reaktif dan belerang rusak di NaOCl.
-

Bejana-belerang

Pada pengujian zat warna bejana-belerang posisi kain sebagai contoh uji berada di
tengah-tengah maksudnya pada uji zat warna bejana kain kapas tercelup namun
warnanya jauh lebih muda dibandingkan lunturannya, sedangkan pada uji zat
warna belerang kertas Pb asetat nya terwarnai hitam. Pada pengujian parafin
hasilnya positif.
ZAT WARNA GOLONGAN 3 DAN 4
Zat warna golongan III adalah zat warna yang rusak oleh reduksi dengan
natrium hidrosulfit dalam suasana alkali dan larutan ekstraksinya dalam ammonia
atau asam asetat tidak mencelup kembali kain kapas putih.
-

Nafthol

Zat warna naftol adalah zat warna azo yang pembuatannya simultan dengan
pencelupan, artinya naftol itu bukan zat warnanya. Komponen utama dalam zat
warna naftol adalah Naftol dan Garam Diazonium. Naftol tidak larut dalam air,
untuk penaftolan harus diubah menjadi naftolat dengan menambahkan NaOH.
Setelah penaftolan, lalu dibangkitkan dengan garam diazonium sehingga terjadi
proses kopling serat dengan garam diazonium. Proses pencelupan ditambahkan
NaCl karena afinitas naftolat sangat kecil sehingga perlu dibantu dengan
penambahan NaCl sebagai pendorong penyerapan zat warna, sehingga naftolat
akan masuk kedalam pori-pori serat kapas. Contoh uji dimasukkan kedalam
tabung reaksi. Ditambahkan 1 ml NaOH 1% dalam 3 ml alcohol dididihkan.
Ditambahkan Na2S2O4 dipanaskan atau dididihkan (warna akan tereduksi).
Didinginkan, contoh uji diambil diamati warnanya. Warna rusak menunjukkan

adanya zat warna naftol atau reaktif (dengan oksidasi warna akan kembali).
Kedalam filtrate dimasukkan kapas putih dan NaCl dididihkan selama 2 menit.
Kapas berwarna kuning dan berpendar dibawah sinar uv ultra lembayaung
menunjukkan zw naftol. Kapas yang digunakan dalam percobaan ini yaitu kapas
nafthol, yang apabila disinari uv berpendar maka positif nafthol. Pengujian pada
lelehan paraffin menunjukkan hal positif yaitu paraffin terwarnai namun warna
akan hilang karena sangat mudah tereduksi (temporer).
Zat warna golongan IV adalah zat warna yang luntur dalam pelarut organik DMF
1:1 dan DMF 100%.
-

Pigmen

Zat warna pigmen berupa kromogen zat warna yang tidak mempunyai gugus yang
dapat berikatan dengan serat. Pada proses pencapan perlu dibantu dengan binder
untuk pengikat antara serat dan zat warna, sehingga tahan lunturnya tergantung
kekuatan lapisan binder terhadap zat warnanya. Untuk uji pertama zat warna
dilarutkan dengan DMF 100% dan DMF 1:1, pada DMF 1:1 menunjukkan warna
muda sedangkan pada DMF 100% menunjukkan warna tua. Kemudian dilakukan
uji penentuan dengan mikroskop, karena zat warna pigmen hanya berada di
permukaan serat maka saat pengamatan dengan menggunakan mikroskop partikelpartikel zat warna pigmen berada dipermukaan serat, seperti bergerombol.
Kemudian dilakukan pengujian 2 untuk zat warna pigmen yang berwarna biru
dengan asam nitrat pekat menunjukkan warna violet dan dengan asam sulfat pekat
menunjukkan warna hijau hal tersebut terjadi karena zat warna pigmen akan rusak
oleh asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat yang menyebabkan zat warna pada
bahan berubah sehingga terjadi penurunan panjang gelombang pada zat warna
tersebut.
-

Reaktif

Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan
serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat.
Pengujian zat warna reaktif menggunakan DMF 1:1 yang akan menunjukkan
warna muda sedangkan dengan DMF 100% tidak berwarna. Dilakukan uji
penentuan yaitu dengan mencelup wol dalam suasana asam karena pada zat warna

reaktif pada wol dengan suasana asam akan menghasilkan warna yang lebih tua
dibandingkan dengan serat kapas. Zat warna reaktif rusak di NaOCl 5%.
VII.

SIMPULAN
Hasil praktikum yang telah dilakukan berdasarkan contoh uji yang diberikan:
Zat warna golongan 1:
- Sampel no 35 teridentifikasi zat warna direk
- Sampel no 31 teridentifikasi zat warna asam
- Sampel no 27 teridentifikasi zat warna basa
Zat warna golongan 2:
- Sampel no 40 teridentifikasi zat warna bejana
- Sampel no 10 teridentifikasi zat warna belerang
- Sampel no 14 teridentifikasi zat warna hydron
Zat warna golongan 3 dan 4
- Sampel no 41 teridentifikasi zat warna reaktif
- Sampel no 13 teridentifikasi zat warna pigmen
- Sampel no 61 teridentifikasi zat warna nafthol

VIII. DAFTAR PUSTAKA
Ir. Rasyid Djufri, dkk. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan
Pencapan.Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung. 1976.
Moerdoko,Wibowo, dkk. Evaluasi Tekstil Bagian Kimia. 1975. Bandung :
Institut Teknologi Tekstil.
http://dokumen.tips/documents/uji-zat-warna-pada-selulosa.html (diunduh
pukul 19.39 jumat 16 okt 2015)