PENGERTIAN ILMU HADITS DAN CABANG CABANG

PENGERTIAN ILMU HADITS DAN CABANG-CABANGNYA

MAKALAH
Disusun guna memenuhi Tugas
Mata Kuliah : ulumul hadits
Dosen Pengampu : M. Dhofir

Disusun oleh :

1. Zulia Nadziroh

(1310110368)

2. Putri Indah Permatasari (1310110378)
3. M. Fauzun Ni’am

(1310110381)

4. Mujib Amirul Wahid

(13101103)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PAI
2014

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seperti yang telah diketahui, banyak istilah untuk menyebut nama-nama hadits
sesuai dengan fungsinya dalam menetapkan syari’at agama islam. Ada hadits
shahih, dan dhaif. Masing-masing memiliki persyaratan sendiri-sendiri.
Persyaratan itu ada yang berkaitan dengan persambungan sanad, kualitas perawi
yang dilalui hadits, dan ada pula yang berkaitan dengan kandungan hadits itu
sendiri. Maka persoalan yang ada dalam ilmu hadits ada dua. Pertama berkaitan
dengan sanad, kedua berkaitan dengan matan. Ilmu yang berkaitan dengan sanad
akan mengantar kita menelusuri apakah sebuah hadits itu bersambung sanadnya
atau tidak, dan apakah para perawi yang dicantumkan didalam sanad hadits itu
orangnya terpercaya atau tidak. Adapun ilmu yang berkaitan dengan matan akan
membantu kita dalam mengetahui apakah informasi yang terkandung didalamnya
berasal dari Nabi atau tidak.


2. Rumusan masalah
a. Bagaimana pengertian ulumul hadits ?
b. Bagaimana penjelasan ilmu hadits dirayah?
c. Bagaimana penjelasan ilmu hadits riwayah?
d. Apa saja cabang-cabang ilmu hadits ?

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Ulumul Haditst
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan ilmu
ialah”pengetahuan ,atau dalam istilah lain mengetahui sesuatu dengan sebenarnya” (Louis
ma’lif . 1987 : 527 ). Sedangkan yang dimaksud dengan haditst ialah segala sesuatu yang
di sandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan,perbuatan, taqrir (ketetapan)
maupun sifat serta kepribadian dan akhlak Nabi baik sebelum maupun sesudah beliau di
utus menjadi Rasul, baik untuk menetapkan hukum syara’ atau tidak .
Jadi yang di maksud Ulumul Hadits ialah suatu ilmu yang berkaitan dengan
haditst,baik dari segi periwayatan,penerimaan dan macam – macamnya. Dalam hubungan
ini perlu adanya ketelitian dalam mempelajari ilmu haditst ini.1
Adapun pembagian dan pembahasan ilmu hadits,secara singkat dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu ilmu hadits dirayah dan ilmu hadits riwayah.


2. Ilmu Haditst Dirayah
Menurut ibnu Akfan,seperti dikutip oleh Habsyi Ash-shiddieqy (1987:21)
memberikan definisi hadits dirayah sebagai berikut :
‫علم الحديث الخاص بالدراية علم يبحث فيه حقيقة الرواية وشروطها وانواعها واحكامها واحوال الرواة‬
‫وشروطهم واصناف المرويات ومايتعلق بها‬
“ilmu hadits dirayah adalah ilmu yang dari padanya diketahui hakekat riwayat, syarat – syarat
dan macam – macam yang diriwayatkan dan segala yang berpautan dengan itu.”2
Ilmu hadits dirayah biasanya juga disebut sebagai ilmu musthalah al hadits, ilmu usul alhadits, ulum al hadits, dan qowa’id al-tahdits. Al-Tirmizi mendefinisikan ilmu ini
dengan :
‫قَ َوانِيْنُ تُحد يد ري بها احوال متن وسند وكيفية التحمل وا داء وصفات الرجال و غير ذلك‬
“Undang-undang atau kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan sanad dan matan, cara
menerima dan meriwayatkan, sifat-sifat perawi, dan lain-lain.”3

1
2
3

Umar,ilmu haditst. Hal 17
Ibid 1 hal 18
Drs. Munzier Suparta. Ilmu hadits.hal 25


Dari beberapa pengertian diatas, dapat diketahui bahwa obyek pembahasan ilmu
hadits dirayah, adalah keadaan para perawi dan marwinya. Keadaan para perawi baik
yang menyangkut pribadinya, seperti akhlak, tabi’at dan keadaan hafalannya. Maupun
yang menyangkut persambungan dan terputusnya sanad. Sedang keadaan marwi adalah
dari sudut keshahihan, kedhaifannya, dan dari sudut lain yang berkaitan dengan keadaan
matan.
Dengan mempelajari ilmu hadits dirayah ini banyak sekali faedah yang diperoleh, antara
lain :
a. Mengetahui pertumbuhan dan oerkembangan hadits dan ilmu hadits sejak masa rasul
SAW sampai sekarang.
b. Dapat mengetahui tokoh-tokoh serta usaha-usaha yang telah mereka lakukan dalam
mengumpulkan, memelihara dan meriwayatkan hadits.
c. Mengetahui kaedah-kaedah yang dipergunakan oleh para ulama’ dalam
mengklasifikasikan hadits lebih lanjut.
d. Dapat mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai dan kriteria-kriteria hadits sebagai
pedoman dalam beristinbat.
Dari beberapa faedah diatas apabila diambil intisarinya maka faedah mempelajari ilmu
hadits dirayah adalah untuk mengetahui kualitas sebuah hadits apakah ia maqbul (diterima)
dan mardud(ditolak) baik dilihat dari sudut sanad maupun matannya.4

3. Ilmu Hadits Riwayah
Seperti hadits dirayah, ilmu hadits riwayahpun dalam pembahasannya
mempunyai beberapa variasi dalam mendefinisikannya, dibawah ini diuraikan
pendapat beberapa ahli hadits antara lain :
‘ajaj al- khatib(1976:7) memberikan definisi ilmu hadits riwayah sebagai berikut :
‫علم الحديث رواية هو العلم الذي يقوم علل نقل ماا ضيف الل النبل صلل ه عليه وسلم من قول اوفعل‬
‫اوتقريراوصفة خلقية او خلقية نقل دقيقا‬
“ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang membahas tentang pemindahan segala sesuatu
yang disandarkan pada nabi saw baik berupa perkataan, perbuatan, penetapan (taqrir)

4

ibid 2 hal 27-28

maupun sifat-sifat kepribadian dan prilaku dengan pengutipan atau pemindahan yang
teliti dan cermat.”5

Sedangkan menurut ibn al-Akfani sebagaimana dikutip oleh asuyuti
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ilmu hadits riwayah adalah :
‫علم يشتمل علياقوال النبل صلل ل عليه وسلم وافعاله ورواتهاوضبطها وتحريرالفاظها‬

“Ilmu pengetahuan yang mencakup perkataan dan perbuatan nabi saw baik
periwayatannya pemeliharaannya, maupun penulisan atau pembukuan lafadzlafadznya.”
Obyek ilmu haditst Riwayah ialah bagaimana cara menerima,menyampaikan
kepada orang lain,dan memindahkan atau mendewankan.Demikian menurut pendapat
as-suyuthi.Dalam menyampaikan dan membukukan haditst hanya disebutkan apa
adanya,baik yang bertkaitan dengan matan maupun sanadnya.Ilmu ini tidak
membicarakan tentang syadz (kejanggalan) dan ‘illat (kecacatan) matan
haditst.Demikian pula ilmu ini tidak membahas tentang kualitas para perawi,baik
keadilan,kedabitan atau fasikannya.
Adapun faedah mempelajari ilmu hadits Riwayah adalah untuk menghindari
adanya penukilan yang salah dari sumbernya yang pertama yaitu Nabi SAW.6
Dengan melihat uraian ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah diatas,
tergambar adanya kaitan yang sangat erat, antara yang satu dengan yanh lainnya. Hal
ini karena, setiap ada periwayatan hadits tentu ada kaidah-kaidah yang dipakai dan
diperlukan, baik dalam penerimaannya maupun penyampaiannya kepada pihak lain.
Sejalan dengan perjalanan ilmu hadits riwayah, ilmu hadits dirayah juga terus
berkembang menuju kesempurnaannya, sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan
langsung dengan perjalanan hadits riwayah. Oleh karena itu, tidak mungkin ilmu
hadits riwayah berdiri tanpa ilmu hadits dirayah begitu juga sebaliknya.7
4. Cabang-Cabang Ilmu Hadits


5
6
7

Ibid 1 hal 20
Ibid 2 hal 24-25
Ibid 2 hal 29

Dari ilmu hadits riwayah dan dirayah ini pada perkembangan berikutnya
muncullah cabang-cabang ilmu hadits lainnya seperti ilmu rijal al-hadits, ilmu al
jarhwa al-ta’dil, ilmu tarikh al-ruwah, ilmu ‘ilal al-hadits, ilmu al-nasikh wa almansukh, ilmu asbab wurud al-hadits, dan ilmu mukhtalif al-hadits. Secara singkat
cabang-cabang diatas akan diuraikan sebagai berikut:

a. Ilmu Rijal al-Hadits
Yaitu ilmu yang membahas para perawi hadits, baik dari sahabat, dari tabi`in, mupun
dari angkatan-angkatan sesudahnya. Hal yang terpenting di dalam ilmu Rijal al-Hadits adalah
sejarah kehidupan para tokoh tersebut, meliputi masa kelahiran dan wafat mereka, negeri
asal, negeri mana saja tokoh-tokoh itu mengembara dan dalam jangka berapa lama, kepada
siapa saja mereka memperoleh hadits dan kepada siapa saja mereka menyampaikan Hadits.

‫علم يعرف به رواة الحديث من حيث انهم رواة للحد يث‬
“ilmu untuk mengetahui para perawi hadits dalam kapasitasnya sebagai perawi
hadits”.
Ada beberapa istilah untuk menyebut ilmu yang mempelajari persoalan ini. Ada yang
menyebut Ilmut Tarikh, ada yang menyebut Tarikh al-Ruwat, ada juga yang menyebutnya
Ilmu Tarikh al-Ruwat.8
b. Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dil
Para ahli hadits mendefinisikan al jarh dengan :
‫الطعن فل راوي الحديث بمايسلب اويخل بعدالته اوضبطه‬
“kecacatan pada perawi hadits disebabkan oleh sesuatu yang dapat merusak keadilan atau
kedabitan perawi.”
Sedangkan al-ta’dil yang secara bahasa berarti at-tasywiyah (menyamakan), menurut istilah
berarti :
‫عكسه هو تزكية الراوي والحكم عليه بانه عد ل اوضابط‬
“lawan dari al-jarh yaitu pembersihan atau pensucian perawi dan ketetapan bahwa ia adil
atau dabit”
Jadi dapat disimpulkan bahwa Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dil adalah Ilmu yang
menerangkan tentang hal cacat-cacat yang dihadapkan kepada para perawi dan tentang
penta`dilannya (memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan
tentang martabat-martabat kata-kata itu. Maksudnya al-Jarh (cacat) yaitu istilah yang

8

Subhi al-shalih.ulum al hadits wal musthalakhuhu.hal 110

digunakan untuk menunjukkan “sifat jelek” yang melekat pada periwayat hadits seperti,
pelupa, pembohong, dan sebagainya. Apabila sifat itu dapat dikemukakan maka dikatakan
bahwa periwayat tesebut cacat. Hadits yang dibawa oleh periwayat seperti ini ditolak, dan
haditsnya di nilai lemah (dha`if). Maksudnya al-Ta`dil (menilai adil kepada orang lain) yaitu
istilah yang digunakan untuk menunjukkan sifat baik yang melekat pada periwayat, seperti,
kuat hafalan, terpercaya, cermat, dan lain sebagainya.
Orang yang mendapat penilaian seperti ini disebut `adil, sehingga hadits yang di
bawanya dapat di terima sebagai dalil agama. Haditsnya dinilai shahih. Sesuai dengan
fungsinya sebagai sumber ajaran Islam, maka yang diambil adalah hadits shahih.
c. Ilmu tarikh ar-ruwah
Ilmu tarikh ar-ruwah ialah:
‫العلم الذي يعرف برواة لحديث من الناحية التل تتعلق برواي تهم للحديث‬
"Ilmu untuk mengetahui para perawi haditst yang berkaitan dengan usaha periwayatan
mereka terhadap haditst”
Dengan ilmu ini akan diketahui keadaan dan identitas para perawi,seperti
kelahirannya,wafatnya,guru-gurunya,masa atau waktu mereka mendengar haditst dari

gurunya,siapa yang meriwayatkan haditst darinya,tempat tinggal mereka,tempat mereka
mengadakan lawatan, dll.
Jadi ilmu tarikh al ruwah ini merupakan senjata yang ampuh untuk mengetahui
keadaan rawi yang sebenarnya,terutama untuk membongkar kebohongan para perawi.
Mengetahui tanggal lahir dan wafatnya juga sangat penting untuk menolak pengakuan para
perawi yang mengaku pernah bertemu dengannya.
d. Ilmu ‘ilal al haditst
Kata ‘ilal adalah bentuk jama’ dari kata al ‘illah yang menurut bahasa berarti al
maradh (penyakit /sakit). Menurut muhadditsin istilah ‘illah berarti sebab yang tersembunyi
atau sama-samar yang berakibat tercemarnya haditst.Akan tetapi yang kelihatan adalah
kebalikannya yakni tidak terlihat adanya kecacatan.Adapun yang dimaksud dengan ilmu
‘illah haditst meburut muhaddistin adalah:
‫علم يبحث عن اسسباب الحفية الغامضة من حيث انهاتقدح فل صحة الحديث كوصل منقطع ورفع موقوف‬
‫وادخال حديث فل حديث وماشابه ذلك‬

“ilmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi,yang dapat mencacatkan
keshahihan haditst,seperti mengatakan muttashil terhadap haditst yang

munqathiq,menyebut marfu’ terhadap haditst yang mauquf ,memasukkan haditst ke
dalam haditst lain,dan hal-hal yang seperti itu.”

Menurut al Hakim, ilmu ‘ilal haditst ialah ilmu yang berdiri sendiri,selain dari ilmu
shahih dan dhaif,jarh dan ta’dil. Ia menerangkan ‘ilal haditst yang tidak termasuk kedalam
bahasan jarh,sebab haditst yang majruh adalah haditst yang gugur dan tidak di pakai.
Al-hakim menyebutkan, bahwa dasar penetapan ‘ilal hadits adalah hafalan yang
sempurna, pemahaman yang mendalam dan pengetahuan yang cukup.

e. Ilmu Nasikh dan Mansukh Hadits
Yaitu ilmu yang membahas Hadits-hadits yang bertentangan dan tidak mungkin
diambil jalan tengah. Hukum hadits yang satu menghapus (menasikh) hukum Hadits yang
lain (mansukh). Yang datang dahulu disebut mansukh, dan yang muncul belakangan
dinamakan nasikh. Nasikh inilah yang berlaku selanjutnya.
(١٠٦ :٢̸ ‫ما ننسخ من اية اوننسها نات بخير منها اومثلها الم تعلم ا ل علل كل شلء قد ير )البقرة‬
“ayat mana saja yang kami nasakhkan, atau kami jadikan (manusia) lupa kepadanya,
kami datangkan yang lebih baik dari padanya atau yang sebanding dengannya. Tiadalah
kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu. (QS Al
baqarah(2) :106)
Untuk mengetahui nasakh dan mansukh ini bisa melalui beberapa cara :
1. Dengan penjelasan dari nash atau syari’itu sendiri, yang dalam hal ini ialah
rasulullah .
2. Dengan penjelasan dari para sahabat
3. Dengan mengetahui tarikh keluarnya haditst serta sebab wurud hadits. Dengan
demikian akan diketahui mana yang datang terlebih dahulu dan mana yang datang
kemudian.
f. Ilmu asbab wurud al-hadits
Kata asbab adalah jama’ dari kata sabab. Menurut ahli bahasa diartikan dengan “al-habl”
(tali), saluran yang artinya jelas sebagai : “segala yang menghubungkan satu benda dengan
benda lainnya”.

Al-Suyuthi merumuskan pengertian asbab wurud al-hadits dengan: “Sesuatu yang
membatasi arti suatu hadits’ baik berkaitan dengan arti umum atau khusus, mutlak atau
muqayyad, dinasakhan dan seterusnya” atau, “Suatu arti yang dimaksud oleh sebuah hadits
saat kemunculannya”.
Dari uraian pengertian tersebut, asbab wurud al-hadits dapat diberi pengertian yakni
“suatu ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang sebab-sebab Nabi SAW. Menuturkan
sabdanya dan waktu beliau menuturkan itu.” Seperti sabda Rasul SAW. Tentang kesucian air
lautdan apa yang ada di dalamnya. Ia bersabda: “Laut itu suci airnya dan suci bangkainya”.
Hadits ini dituturkan oleh Rasul SAW. Saat berada di tengah lautan dan ada salah seorang
sahabat yang merasa kesulitan berwudhu karena tidak mendapatkan air (tawar).
Urgensi asbab al-wurud terhadap hadits, sebagai salah satu jalan untuk memahami
kandungan hadits. Ini terlihat dari beberapa faedahnya, antara lain, dapat mentakhsis arti
yang umum, membatasi arti yang mutlak, menjelaskan kemusykilan, dan menunjukkan illat
suatu hukum. Maka dengan memahami asbab wurud hadits ini,dapat dengan mudah
memahami apa yang dimaksud atau yang dikandung oleh suatu hadits.
g. Ilmu Garib al-hadits
Yaitu ilmu yang membahas dan menjelaskan hadits Rasulullah saw yang sukar diketahui
dan dipahami orang banyak karena telah berbaur dengan bahasa arab pasar (umum). Ilmu
ini bisa juga diartikan sebagai ilmu yang menerangkan mkna kalimat yang terdapat dalam
matan hadits yang sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum.
Menurut Ibnu Al-Shalah, yang dimaksud dengan Gharib Al-Hadits ialah:
‫حاديث من ا لفاظ الغامضة البعيدة منالفهم لقلة لستعملها‬

‫عبارة عما وقع فل متو‬

“Ungkapan dari lafazh-lafazh yang sulit dan rumit untuk dipahami yang terdapat dalam
matan hadits karena (lafazh tersebut jarang digunakan).
Rasul sefasih-fasihnya orang Arab yang diutus oleh Allah SWT. untuk menghadapi
kaumnya yang terdiri dari bermacan-macam suku dan kabilah. Sehingga Rasul ketika
berhadapan dengan kabilah tertentu akan menggunakan bahasa dari kaum yang dihadapinya.
Kemudian pada perkembangan selanjutnya, banyak bangsa-bangsa non-Arab memeluk islam
sehingga banyak juga orang-orang yang kurang memahami istilah atau lafazh-lafazh tertentu
yang gharib (asing). Oleh karena itu ilmu ini dimunculkan atas usaha para ulama untuk
memudahkan dalam memahami hadits-hadits yang mengandung lafazh-lafazh yang gharib
tersebut.

Memahami makna kosa kata (mufradat) matan hadits merupakan langkah pertama
memahami suatu hadits dan untuk istinbath hukum. Oleh karena itu ilmu ini akan banyak
menolong untuk menuju ke pemahaman tersebut.
Para muhaddisin ketika menghadapi lafazh-lafazh yang gharib dan sulit untuk
menjelaskannya, juga menyerahkan kepada ahli bahasa (gharib al-hadits).
Ada beberapa cara untuk menafsirkan hadits-hadits yang mengandung lafazh yang gharib,
antara lain :
1. Dengan hadits yang sanadnya berlainan dengan matan yang mengandung lafazh yang
gharib tersebut.
2. Dengan penjelasan para sahabat yang meriwayatkan hadits
3. Penjelasan dari rawi selain sahabat
h. Ilmu at-Tashif wa at-Tahrif
Ilmu at-Tashif wa at-Tahrif adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menerangkan tentang
hadits yang sudah diubah titik atau syakalnya.
Suatu contoh , dalam suatu riwayat disebutkan bahwa salah seorang yang meriwayatkan
hadits dari nabi saw dari bani sulaimah, adalah ‘utbah ibn al-Bazr, padahal yang
sebenarnya ‘itbah ibn al-Nazr. Dalam hadits ini terjadi perubahan sebutan al-Nazr
menjadi al-Bazr.
i. Ilmu mukhtalif al-hadits
‫العلم الذي يبحث فل ا حاديث التل ظاهرها متعل را فيزيل تعارضها او يوفق بينها كمايبحث فل ا حاديث‬
‫التل يشكا فهمهااوتصورها فل فعاشكالها ويوضح حقيقتها‬
“ilmu yang membahas hadits-hadits yang menurut lahirnya saling bertentangan atau
berlawanan, kemudian bertentangan dihilangkan dan dikompromikan antara
keduanya, sebagaimana membahas hadits-hadits yang sulit dipahami kandungannya,
dengan menghilangkan kesulitannya serta menjelaskan hakikatnya”.
Ilmu ini berusaha mempertemukan dua atau lebih hadits yang bertentangan
maknanya. Adapun cara-cara mengompromikan maknanya dengan men-taqyid

kemuthlakan hadits, men-takhsish keumumannya, atau dengan memilih sanad yang
yang lebih kuat.9
C. PENTUP
SIMPULAN
a.

Ulumul Hadits adalah ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadits Nabi SAW.

b. Ilmu Hadits Riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara periwayatan,
pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadits Nabi SAW. Objek kajiannya adalah
Hadits Nabi SAW dari segi periwayatan dan pemeliharaannya.
c.

Ilmu Hadits Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang kumpulan kaidah-kaidah dan
masalah-masalah untuk mengetahui keadaan rawi dan marwi dari segi di terima atau di
tolaknya. Rawi adalah orang yang menyampaikan Hadits dari satu orang kepada yang
lainnya; Marwi adalah segala sesuatu yang diriwayatkan, yaitu segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW atau kepada Sahabat dan Tabi`in. Ilmu Hadits Dirayah inilah
yang selanjutnya disebut dengan Ulumul Hadits.

d.

Cabang-cabang Ulumul Hadits diantaranya adalah:



Ilmu Rijal al-Hadits


Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dil


Ilmu Mukhtalif al-Hadits


Ilmu `Ilalil Hadits


Ilmu Gharibul-Hadits


Ilmu Nasikh dan Mansukh Hadits


Ilmu Asbab Wurud al-Hadits


Ilmu Mushthalah Ahli Hadits
DAFTAR PUSTAKA
Subhi al-shalih, ulum al hadits wal musthalakhuhu, Bairut: Dar Al-‘Ulum AlMalayin, 1977, cet Ke-9
Umar, ilmu hadits. Nora media enterprise, kudus 2011
Drs. Munzier Suparta. Ilmu hadits, PT Raja Grafndo Persada, Jakarta, 2002
cet Ke-3

9

Ibid2 hal 44