VI. KITAB HAJI DAN UMRAH

VI. KITAB HAJI DAN 'UMRAH.

HAJI (asal ma'nanya): Menyengaja sesuatu. Haji yang dimaksud di sini (menurut syara')
ialah: Menyengaja. mengunjungi Ka'bah (Rumah Suci) untuk melakukan beberapa
amal ibadat, dengan syarat-syarat yang tertentu, sebagaimana yang akan
diterangkan di bawah ini.
PERMULAAN WAJ1B HAJI.
Pendapat ulama menentukan permulaan wajib haji ini tidak sama, sebahagian
mengatakan pada tahun keenam; yang lain me-ngatakan pada tahun kesembilan Hijrah,
Haji diwajibkan atas orang yang kuasa, satu kali seumur hidupnya.
Firman Allah s.w.t. :
"Allah mewajibkan haji ke Rumah Suci (Ka'abah) atas semua manusia yang kuasa
pergi ke sana". Al Imran 97.
Sabda Rasulullah s.a.w. ;
Islam itu ditegakkan di atas 5 dasar: 1. Menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Allah, dan bahwasanya Nabi Muhammad itu pesuruh Allah, 2. Mengerjakan sembahyang
yang lima waktu, 3. Membayar zakat, 4. Mengerjakan haji, 5. Berpuasa pada bulan
Ramadhan". Sepakat ahli Hadis.
Sabda Rasulullah s.a.w. : Dari Abu Hurairah: Rasulullah s.a.w. telah berkata dalain pidato
beliau : "Hai manusia! Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kamu mengerjakan
ibadat haji, maka hen-daklah kamu kerjakan. Seorang sahabat bertanya: Apakah tiap

tahun, ya Rasulullah? Beliau diam tidak menjawab dan yang bertanya itu mendesak
sampai tiga kali. Kemudian Rasulullah s.a.w. berkata: Kalau saya jawab "ya",. sudah
tentu menjadi wajib tiap-tiap tahun, sedang kamu tidak akan kuasa mengerjakannya,
biarkanlah saja apa yang saya tinggalkan" (artinya jangan ditanya karena boleh jadi
jawabannya mem-beratkan kamu). Riwayat Ahmad, Muslim dan Nasai.
Haji wajib dikerjakan dengan segera; artinya orang yang telah mencukupi syarat-syarat yang
akan datang tetapi masih dilalaikannya juga (tidak dikerjakannya di tahun itu), maka ia berdosa
dengan melalaikannya itu.

Sabda Rasulullah s.a.w. :
Dari Ibnu Abbas, telah berkata Nabi Besar s.a.w.: "Hendaklah kamu bersegera mengerjakan haji, maka sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari, sesuatu halangan yang
akan merintanginya". Riwayat Ahmad.
SYARAT-SYARAT WAJIB HAJI.
1. Islam, (tidak wajib bahkan tiada sah haji orang kafir).
2. Berakal, (tidak wajib haji atas orang gila dan orang bodoh).
3.

Baligh, (sampai umur 15 tahun, atau baligh denean tanda-tanda lain, tidak wajib haji atas kanakkanak).

4. Merdeka (tidak wajib haji atas orang yang tidak kuasa).


Pengertian "kuasa" ada 2 macam :
1. Kuasa mengerjakan haji dengan sendirinya, dengan beberapa
syarat yang berikut :
a. Mempunyai bekal (belanja) yang cukup untuk pergi ke Makkah dan kembalinya.
b. Ada kendaraan yang pantas dengan keadaannya, baik kepunyaan sendiri atau dengan jalan
menyewa. Syarat ini, bagi orang yang jauh tempatnya dari Makkah dua marhalah (80, 640
km). Orang yang jarak tempatnya dari Makkah kurang dari itu sedang 'ia kuat berjalan
kaki, maka ia wajib mengerjakan haji, Adanya kendaraan tidak menjadi syarat kepadanya,
(keterangan ayat yang di atas Ali 'Imran: 97). Belanja dan ken-daraan itu sudah lebih dari
utang dan belanja orang-orang yang dalam tanggungannya sewaktu pergi dan sampai
kembalinya.

c. Aman sentausa perjalanan, artinya biasanya di masa itu orang-orang yang melalui
jalan itu selamat sentausa; tetapi kalau lebih banyak yang celaka atau sama banyak
yang celaka dan yang selamat, tidak wajib pergi haji, ma-lahan haram pergi, kalau
lebih banyak yang celaka dari pada yang selamat.
d. Syarat wajib haji bagi perempuan, hendaklah ia ber-jalan bersama-sama dengan
muhrimnya atau bersama-sama dengan suaminya, atau bersama-sama dengan perempuan yang dipercayai.
Sabda Rasulullah s.a.w. :

Dari Ibnu 'Abbas: Nabi besar s.a.w. berkata: "Tidak boleh bagi perempuan bepergian
melainkan beserta muhrimnya dan tidak pula boleh bagi laki-laki mendatangi perempuan
itu melainkan apabila ia beserta muhrimnya". Bertanya seorang laki-laki: Ya Rasulullah
sesungguhnya saya bermaksud akan pergi berperang dan isteriku bermaksud akan pergi
haji. Jawab Rasulullah s.a.w.: "Pergilah bersama-sama dengan isterimu" - naik haji Riwayat Bukhari.
Orang buta wajib pergi haji, apabila ada orang yang memimpin-nya sebagaimana keadaan
perempuan, ditemani muhrimnya atau suaminya.
Kuasa mengerjakan haji yang bukan dikerjakan oleh yang bersangkutan, tetapi dengan
jalan mengganti dengan orang lain. Umpamanya seorang yang telah meninggal dunia,
sedangkan ia sewaktu hidupnya telah mencukupi syarat-syarat wajib haji, maka hajinya
wajib dikerjakan oleh orang lain. Ongkos me-ngerjakannya diambilkan dari harta
peninggalannya. Maka wajiblah atas ahli warisnya mencarikan orang yang akan
mengerjakan hajinya itu, serta membayar ongkos orang yang mengerjakannya. Ongkosongkos itu diambilkan dari harta peninggalannya, sebelum dibagi, caranya sama dengan
hal mengeluarkan utang-piutangnya kepada manusia.

Sabda Rasulullah s.a.w. :
Dari Ibnu 'Abbas, bahwa seorang perempuan dari kabilah Juhainah telah datang kepada Nabi
s.a.w. katanya: Sesungguhnya ,ibuku telah bernazar akan pergi haji, tetapi tidak dia pergi
sampai dia mati, apakah boleh saya kerjakan haji untuk dia? Jawab Nabi: "Ya, boleh.'
Kerjakanlah olehmu hajinya. Bagaimana pendapatmu kalau ibumu sewaktu mati

meninggalkan utang, bukanlah engkau yang membayarnya? Hendaklah kamu bayar hak
Allah, sebab hak Allah itu lebih utama disempurnakan". Riwayat Bukhari.
ORANG LEMAH.
Orang lemah yang tidak kuat pergi mengerjakan haji, karena sudah tua atau karena
penyakit lemah tidak berdaya atau dengan sebab lain-lain, kalau ia- mampu membayar
ongkos sesederhananya yang biasa berlaku di waktu itu kepada orang yang akan
mengerjakan hajinya, maka ia wajib haji, lantaran ia terhitung orang kuasa dengan jalan
mengongkos orang.
Sabda Rasulullah s.a.w. :
Dari Ibnu 'Abbas, bahwasanya seorang perempuan dari kabilah Khasy'am telah bertanya
kepada Nabi s.a.w.: sesungguhnya bapak saya telah mendapat kewajiban haji sedang ia sudah
tua, tidak dapat tetap di atas untanya. Jawab Rasulullah s.a.w.: "Hendaklah engkau kerjakan
hajinya". Riwayat Jama'ah Ahli Hadis.
Kalau orang lain - baik anak atau lainnya - yang suka menolong untuk memberi wang buat
ongkos haji seseorang, tidak-lah wajib diterima, karena pemberian uang itu sering akan
menjadi kemegahan bagi yang memberi, disebut-sebut sampai menyakiti yang ditolong;
kecuali dengan pertolongan tenaga, berarti orang itu sanggup mengerjakan hajinya, maka ia
wajib menerima, karena pertolongan tenaga ada lebih mudah, dan celaannya kurang daripada
pertolongan wang.