BAB II KEWENANGAN KANTOR URUSAN AGAMA DALAM MEMASTIKAN KEABSAHAN IDENTITAS CALON MEMPELAI A. Tata Cara Kantor Urusan Agama Dalam Melakukan Pengesahan Pencatatan Perkawinan - Tinjauan Yuridis Pembatalan Pernikahan Akibat Menggunakan Dokumen/Keterangan Pals

  

BAB II

KEWENANGAN KANTOR URUSAN AGAMA DALAM

MEMASTIKAN KEABSAHAN IDENTITAS CALON MEMPELAI

A. Tata Cara Kantor Urusan Agama Dalam Melakukan Pengesahan

Pencatatan Perkawinan Kantor Urusan Agama merupakan unit kerja yang bernaung dan membantu

  kegiatan Kementerian Agama Kabupaten atau Kota terutama dalam bidang urusan agama Islam. Di dalam Negara RI yang berdasarkan hukum, segala sesuatu yang bersangkut paut dengan penduduk harus dicatat, seperti halnya kelahiran, kematian, termasuk juga perkawinan. Perkawinan berhubungan erat dengan masalah kewarisan, kekeluargaan sehingga perlu dicatat untuk menjaga agar ada tertib hukum.

  “Dalam bidang kepenghuluan Kantor Urusan Agama menyelenggarakan Pencatatan Nikah dan Rujuk, beserta pelaporannya secara berkala dengan program kerja yang terukir dan terarah. Di bidang keluarga sakinah, Kantor Urusan Agama bersama Badan Pembinaan, Penasehatan, dan Pelestarian Perkawinan menyelenggarakan Pembinaan dan sosialisasi tentang Program Keluarga Sakinah. Baik secara individual ataupun kolektif melalui pembinaan rutin secara terencana dan tekordinasi dengan instansi lain yang setingkat dengan Kantor Urusan Agama Kecamatan. Di bidang produk pangan halal Kantor Urusan Agama bersama Majelis Ulama Indonesia memfasilitasi penerbitan sertifikat halal sekaligus mengadakan pembinaan mengenai prosedur pangan halal secara regulasi hukum. Dalam arti hak-hak umat sebagai konsumen dapat terlindungi sekaligus pengembangan usaha produsen pangan dapat dipacu untuk dapat bersaing lebih baik lagi di tingkat daerah maupun tingkat nasional atau bahkan internasional. Di bidang ibadah sosial Kantor Urusan Agama mengadakan pemutakhiran data secara periodic terhadap sarana agama, kegiatan keagamaan baik secara organisasi maupun kelompok masyarakat untuk menjamin ketentraman ibadah umat Islam pada khususnya dan umat agama lain pada umumnya. Di bidang kemitraan umat Islam, Kantor Urusan Agama melakukan kegiatan yang proaktif meraih dan menyatukan berbagai perbedaan yang terdapat pada unsur masyarakat muslim. Terdapatnya keberagaman

  30 pemahaman jika tidak dibina dengan baik maka dapat menjadi pemicu adanya perselisihan dan perpecahan dikalangan umat. ”

  50 Pegawai Pencatat Nikah (PPN) mempunyai kedudukan yang jelas dalam

  peraturan perundang-undangan di Indonesia yaitu Undang-undang Nomor 22 Tahun 1946 jo Undang-undang Nomor 32 Tahun 1954. Sampai sekarang PPN adalah satu- satunya pejabat yang berwenang mencatat perkawinan yang dilangsungkan menurut hukum agama Islam dalam wilayahnya. Untuk memenuhi ketentuan itu maka setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan dibawah pengawasan PPN karena PPN mempunyai tugas dan kedudukan yang kuat menurut hukum, ia adalah Pegawai Negeri yang diangkat oleh Menteri Agama pada tiap-tiap Kantor Urusan Agama Kecamatan.

  Berikut definisi model N dalam istilah pencatatan perkawinan atau kode yang digunakan Kementrian Agama Republik Indonesia yang mengacu pada persyaratan pernikahan :

  1. N1 adalah surat keterangan untuk nikah. Isinya identitas calon suami dan calon istri (nama, umur, pekerjaan, agama, kebangsaan, alamat)

  2. N2 adalah asal usul mempelai. Isinya tentang identitas orang tua, suami, dan istri.

  3. N3 adalah surat persetujuan mempelai. Isinya pernyataan persetujuan untuk menikah dari kedua calon mempelai.

  4. N4 adalah surat keterangan izin orang tua. Isinya pernyataan persetujuan dari orang tua kedua calon mempelai.

  5. N5 adalah surat keterangan orang tua bila salah satu calon mempelai masih dibawah umur 21 tahun.

  6. N6 adalah surat keterangan janda atau duda.

  7. N7 adalah pemberitahuan kehendak menikah.

  8. N8 adalah pemberitahuan tentang kesalahan dan pemberitahuan adanya kesalahan atau kekurangan tentang persyaratan pernikahan.

  9. N9 adalalah penolakan pernikahan.

  

51

50 Rohendi Muhtar, Problem Pegawai KUA,

http://rohendimuhtar.blogspot.com/2011/01/makalah-upkp-goliii-staff-karya-tulis.html, Diakses

Tanggal 18 Mei 2012.

  Untuk merencanakan perkawinan masyarakat harus melakukan persiapan- persiapan sebagai berikut :

  1. Masing-masing calon mempelai saling mengadakan penelitian apakah mereka saling cinta/setuju dan apakah kedua orang tua mereka menyetujui/ merestuinya. Ini erat kaitannya dengan surat-surat persetujuan kedua calon mempelai dan surat izin orang tua bagi yang belum berusia 21 tahun.

  2. Masing-masing berusaha meneliti apakah ada halangan perkawinan baik menurut hukum munakahat maupun menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. (untuk mencegah terjadinya penolakan atau pembatalan perkawinan).

  3. Calon mempelai supaya mempelajari ilmu pengetahuan tentang pembinaan rumah tangga hak dan kewajiban suami istri dan sebagainya.

  52 Adapun surat-surat yang diperlukan dan harus dilengkapi untuk

  melangsungkan pernikahan yaitu sebagai berikut :

  a. Perkawinan Sesama Warga Negara Indonesia

  1. Foto Copy dan Kartu Keluarga (KK) untuk calon Pengantin masing- masing 1 (satu) lembar.

  2. Surat pernyataan belum pernah menikah (masih gadis/jejaka) di atas segel/materai bernilai minimal Rp.6000,- (enam ribu rupiah) diketahui Rt, Rw dan lurah setempat.

  3. Surat keterangan untuk nikah dari kelurahan setempat yaitu Model N1, N2, N4, baik calon Suami maupun calon Istri.

  4. Pas photo calon Pengantin ukuran 2x3 masing-masing 4 (empat) lembar, bagi anggota ABRI/TNI/POLRI berpakaian dinas.

  5. Bagi yang berstatus duda/janda harus melampirkan Surat Talak/Akta Cerai dari Pengadilan Agama, jika Duda/Janda mati harus ada surat kematian dan surat Model N6 dari Lurah setempat.

  6. Harus ada Izin/Dispensasi dari Pengadilan Agama bagi :

  • calon pengantin laki-laki yang umurnya kurang dari 19 tahun;
  • calon pengantin perempuan yang umurnya kurang dari 19 tahun; - laki-laki yang mau berpoligami.
  • 51 Anne Ahira, Pencatatan Perkawinan Di Kantor Urusan Agama, http://www.anneahira.com/pencatatan-perkawinan.htm, Diakses tangal 17 Mei 2012. 52 Alwi, Prosedur Pernikahan Dan Rujuk Di KUA, http://m-alwi.com/prosedur-pernikahan- dan-rujuk-di-kua.html, Diakses tanggal 17 Mei 2012.

      7. Ijin orang tua (Model N5) bagi calon pengantin yang umurnya kurang dari 21 tahun baik calon pengantin laki/perempuan.

      8. Bagi anggota TNI/POLRI dan sipil TNI/POLRI harus ada izin kawin dari pejabat atasan/komandan.

      9. Bagi calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan ke luar wilayah kecamatan tempat tinggalnya (berdasarkan KTP) harus ada surat rekomendasi nikah dari KUA setempat.

      10. Kedua calon pengantin mendaftarkan diri ke KUA yang mewilayahi tempat dilangsungkannya akad nikah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) hari kerja dari waktu melangsungkan pernikahan. Apabila kurang dari 10 (sepuluh) hari kerja, harus melampirkan surat Dispensasi Nikah dari Camat setempat.

      11. Bagi WNI keturunan, selain syarat-syarat tersebut dalam poin 1 s/d 10 harus melampirkan foto copy akte kelahiran dan status kewrganegaraannya (K1).

      12. Surat keterangan tidak mampu dari Lurah/Kepala Desa bagi mereka yang tidak mampu.

      b. Perkawinan Campuran

      1. Akte Kelahiran/Kenal Lahir

      2. Surat tanda melapor diri (STMD) dari kepolisian

      3. Surat Keterangan Model K ii dari Dinas Kependudukan (bagi yang menetap lebih dari satu tahun).

      4. Tanda lunas pajak bangsa asing (bagi yang menetap lebih dari satu tahun).

      5. Keterangan izin masuk sementara (KIMS) dari kantor imigrasi

      6. Foto copy passport

      7. Surat Keterangan dari kedutaan/perwakilan Diplomatik yang bersangkutan.

      8. Semua surat-surat yang berbahasa asing harus diterjemahkan ke dalam

      53 bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi.

      Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang menerima pemberitahuan kehendak nikah meneliti dan memeriksa berkas-berkas yang ada apakah sudah memenuhi syarat atau belum, apabila masih ada kekurangan syarat maka diberitahukan adanya kekurangan tersebut. Setelah itu dilakukan pemeriksaan terhadap calon suami, calon 53 Ibid istri dan wali nikahnya. Jika calon suami/istri atau wali nikah bertempat tinggal di luar wilayah KUA Kecamatan dan tidak dapat hadir untuk diperiksa, maka pemeriksaannya dilakukan oleh PPN yang mewilayahi tempat tinggalnya. Apabila setelah diadakan pemeriksaan nikah ternyata tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan baik menurut hukum munakahat maupun menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku maka PPN berhak menolak pelaksanaan pernikahan dengan cara memberikan surat penolakan beserta alasannya. Setelah pemeriksaan dinyatakan memenuhi syarat maka calon suami, calon istri dan wali nikahnya menandatangani Daftar Pemeriksaan Nikah. Setelah itu yang bersangkutan membayar biaya administrasi pencatatan nikah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

      Setelah persyaratan dipenuhi PPN mengumumkan kehendak nikah pada papan pengumuman di KUA Kecamatan tempat pernikahan akan dilangsungkan dan KUA Kecamatan tempat tingal masing-masing mempelai. PPN tidak boleh melaksanakan akad nikah sebelum lamapau 10 hari kerja sejak pengumuman, kecuali seperti yang diatur dalam pasal 3 ayat (3) PP No. 9 Tahun 1975 yaitu apabila terdapat alasan yang sangat penting misalnya salah seorang calon mempelai akan segera bertugas keluar negeri, maka dimungkinkan yang bersangkutan memohon.

      Ketentuan Pelaksanaan Akad Nikah :

      1. Pelaksanaan Upacara Akad Nikah

    • Di Balai Nikah/ Kantor - Di Luar Balai Nikah : Rumah calon mempelai, masjid atau gedung dll.

      2. Pemeriksaan Ulang : Sebelum pelaksanaan upacara akad nikah PPN/Penghulu terlebih dahulu memeriksa/mengadakan pengecekan ulang persyaratan nikah dan administrasinya kepada kedua calon pengantin dan walinya untuk melengkapi kolom yang belum terisi pada waktu pemeriksaan awal di kantor atau apabila ada perubahan ata dari hasil pemeriksaan awal. Setelah itu PPN/Penghulu menetapkan dua orang saksi yang memenuhi syarat.

      4. Pemberian Izin : Sesaat sebelum akad nikah dilangsungkan dianjurkan bagi ayah untuk meminta izin kepada anaknya yang masih gadis atau anak terlebih dahulu minta/memberikan izin kepada ayah atau wali, dan keharusan bagi ayah meminta izin kepada anaknya untuk menikahkan bila anak berstatus janda.

      5. Sebelum pelaksanaan ijab qabul sebagaimana lazimnya upacara akad nikah bisa didahului dengan pembacaan khutbah nikah, pembacaan istighfar dan dua kalimat syahadat.

      6. Penandatanganan Akta Nikah oleh kedua mempelai, wali nikah, dua orang saksi dan PPN yang menghadiri akad nikah.

      7. Pembacaan Sighat Ta’lik talak (optional).

      8. Penandatanganan ikrar Ta’lik Talak.

      9. Penyerahan Mas kawin/mahar.

      10. Penyerahan Buku Nikah/ Kutipan Akta Nikah.

      11. Nasihat Perkawinan.

    54 Kantor Urusan Agama (KUA) dalam melaksanakan bimbingan perkawinan

      12. Do’a penutup.

      juga melakukan pencatatan perkawinan. Dengan semakin banyaknya frekuensi tugas KUA ini diperlukan sumber daya manusia handal dan kredibel yang mampu memahami dan membenahi administrasi nikah dengan baik serta mampu mempertanggungjawabkan seluruh aktifitas kegiatan yang telah dilaksanakan di lingkungannya secara transparan.

      Dalam hal pencatatan perkawinan atau dalam pembuatan akta perkawinan KUA dituntut bertanggung jawab penuh terhadap akta pernikahan yang dibuatnya.

      Apabila akta pernikahan yang dibuat ternyata dibelakang hari mengandung masalah maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah karena kesalahan atau kelalaian KUA atau 54 Alwi, Loc. Cit. kesalahan penghadap yang tidak memberikan keterangan yang benar. Apabila akta pernikahan yang dibuat atau diterbitkan oleh KUA mengandung cacat hukum karena kelalaian maupun kesengajaan maka KUA dalam hal ini harus memberikan pertanggungjawaban secara moral dan secara hukum. Dan tentunya hal ini harus terlebih dahulu dapat dibuktikan. Dan apabila terbukti melakukan kesalahan dalam menjalankan tugasnya Pegawai KUA dapat dikenakan sanksi dan dapat diberhentikan secara tidak hormat.

      Menurut Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979, PNS dapat diberhentikan secara tidak hormat apabila : a. Melanggar sumpah/Janji PNS, sumpah/janji jabatan Negeri atau peraturan disiplin PNS.

      b. Dihukum penjara, berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena dengan sengaja melakukan tindakan pidana kejahatan, yang diancam dengan pidana penjara setinggi- tingginya 4 (empat) tahun, atau diancam dengan pidana yang lebih berat.

      Disamping sebab-sebab tersebut diatas seorang PNS dapat juga diberhentikan dengan tidak hormat karena : a. Melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan.

      b. Melakukan tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 161 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yaitu tindak pidana kejahatan berat sepert kejahatan terhadap keamanan Negara, kejahatan yang melanggar martabat presiden dan lain-lain. c. Melakukan usaha atau kegiatan yang bertujuan mengubah Pancasila, dan Undang-undang Dasar 1945 atau terlibat dalam gerakan atau

      55 kegiatan yang menentang Negara dan atau pemerintah.

      Oleh karena itu KUA tidak mungkin membuat suatu akta pernikahan yang mengandung cacat hukum dengan cara yang disengaja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa diluar sepengetahuan KUA, orang atau pihak yang meminta dibuatkan akta pernikahan memberikan keterangan-keterangan dan menyerahkan surat-surat dan dokumen-dokumen palsu sehingga setelah dibuat kedalam suatu akta maka ketika dikeluarkan akta tersebut menjadi akta pernikahan yang mengandung keterangan palsu.

    B. Kendala Yang Dihadapi KUA Dalam Upayanya Mengesahkan Pencatatan Perkawinan

    1. Paparan Data

      Berikut hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Medan Selayang yaitu Bapak Agus Salim S.Ag :

      Dalam mengesahkan pencatatan perkawinan KUA hampir tidak menemukan kendala. Karena dalam upayanya tersebut petugas pencatat nikah hanya memberikan mediasi pada kedua calon mempelai yang akan melangsungkan pernikahan. Mengenai pemalsuan identitas apabila hal tersebut terjadi maka pernikahan statusnya dapat dibatalkan. Seperti halnya apabila si penghadap menggunakan alamat yang bersifat sementara, hal tersebut otomatis tidak bisa diselidiki. Satu hal lagi yang susah terdeteksi adalah apabila perceraiannya terjadi di luar, maka petugas pencatat nikah 55 Rozali Abdullah, Hukum Kepegawaian, C.V Rajawali, Jakarta, 1986, Hal. 63. harus tetap bertanya dan secara administrasi ada pengumuman kehendak nikah yang dapat juga dijadikan sebagai alat menjaring laporan dari masyarakat. Meskipun pada dasarnya pengumuman tersebut tidak efektif.

      Setiap pembatalan perkawinan KUA akan mengirimkan surat penolakan nikah. Penolakan nikah ini ada karena kekurangan atau kesalahan, ada N8 (pemberitahuan tentang kesalahan dan pemberitahuan adanya kesalahan atau kekurangan tentang persyaratan pernikahan), ada N9 (penolakan perkawinan) pada formulirnya. Hal sama dilakukan untuk penghadap yang belum cukup umur yaitu 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki. Tetapi kalau misalnya masih tetap diinginkan untuk dilangsungkan pernikahan, walaupun umurnya masih kurang maka harus ditempuh dengan izin atau penetapan dari Pengadilan Agama. Karena kalau berkenaan dengan baligh menurut agama sudah mutlak dibatalkan.

    2. Analisa Data

      Dari apa yang telah dipaparkan oleh Kepala KUA diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi KUA :

      1. Kendala tradisi, yaitu apabila terjadi pernikahan yang dilakukan oleh anak dibawah umur dan masih duduk dibangku sekolah. Hal ini bisa dimintakan surat izin dari orang tua sebagaimana yang diatur dalam “Pasal 6 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi : Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua

      56

      puluh satu) tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua.” Sebagaimana data penolakan nikah diatas bahwa kasus penolakan nikah banyak terjadi karena perkawinan dibawah umur. Namun itu, tidak menjadi kendala yang berarti bagi KUA karena masih bisa diatasi dengan menganjurkan pihak yang terkait untuk meminta dispensasi ke Pengadian Agama.. jadi KUA tidak bisa melangsungkan perkawinannya sampai ada putusan Pengadilan Agama bahwa mereka mendapatkan dispensasi.

      2. Kendala Administratif, yaitu apabila terjadi pemalsuan identitas dan status, seperti contohnya calon pria dinyatakan masih jejaka namun ternyata sudah beristri. Selain itu, KUA akan merasa kesulitan jika ternyata calon mempelai pria telah beristri dan bercerai yang dilakukan di luar negeri. Dengan demikian status sebenarnya akan sulit terdeteksi. Demikian keluhan yang diungkapkan Kepala KUA pada saat wawancara.

      3. Kendala Sosial, yaitu adanya pengumuman kehendak nikah yang dipasang 10 hari sejak pendaftaran nikah dinilai kurang efektif karena tidak ada orang yang mau membacanya. Apalagi pengumuman tersebut hanya dipasang di kantor KUA, sehingga orang yang berkepentigan tidak akan datang kesana hanya untuk membaca pengumuman kehendak nikah. Bahkan, orang yang mempunyai kepentingan pun jarang yang mau membaca pengumuman tersebut. Karena itulah tidak pernah terjadi pengaduan kepada masyarakat jika 56 ternyata perkawinan yang akan dilaksanakan tidak memenuhi syarat atau Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1. terdapat penghalang nikah. Jadi, pengumuman kehendak nikah sama sekali tidak difungsikan oleh masyarakat.

      4. Kendala psikologis, yaitu berdasarkan data dari kasus yang diteliti dapat diketahui bahwa terdapat penyembunyian status dari sudah menikah menjadi belum menikah demi melangsungkan perkawinan yang kedua dengan wanita lain. KUA tidak akan mengetahui hal itu jika tidak ada pengkuan dari yang bersangkutan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak adanya kejujuran seseorang dalam memberikan keterangan menjadi kendala bagi upaya KUA untuk menghindari terjadinya pembatalan perkawinan. Selain itu, ketidakefektifan pengumuman kehendak nikah yang diharapkan adanya pengaduan tidak dapat mendukung upaya KUA tersebut.

    C. Upaya Yang Dilakukan KUA Agar Tidak Terjadi Pemalsuan data

    1. Paparan Data

      Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Medan Selayang, Agus Salim, S.Ag

      Setelah persiapan surat-surat mengenai data kedua calon mempelai yang akan melangsungkan pernikahan sudah dilakukan secara matang maka kedua calon mempelai yang hendak menikah tersebut memberitahukan kehendaknya kepada PPN yang mewilayahi tempat akan dilangsungkannya akad nikah sekurang-kurangnya 10 hari kerja sebelum akad nikah dilangsungkan. Hal ini dilakukan agar PPN dapat memeriksa dan mempelajari terlebih dahulu apakah data tersebut sudah memehuhi syarat atau tidak. Pemberitahuan kehendak nikah berisi data tentang nama kedua calon mempelai, hari dan tanggal pelaksanaan akad nikah, data mahar/maskawin dan tempat pelaksanaan upacara akad nikah (di Balai Nikah/ Kantor atau di rumah calon mempelai, masjid gedung, dll). Pemberitahuan kehendak nikah dapat dilakukan oleh calon mempelai, wali (orang tua) atau wakilnya dengan membawa surat-surat yang diperlukan.

      Selain itu PPN menanyakan kepada mempelai pria mengenai persyaratan administrasi yang harus diserahkan kepada KUA, untuk diperiksa cocok atau tidak dengan keterangan diakta. Atau dengan mencocokkan surat keterangan yang satu dengan yang lainnya, contohnya nama di dalam Ijazah disamakan dengan nama yang tercantum di kartu keluarga, akta kelahiran, KTP. Karena itu sebelum akad nikah dilangsungkan memang ada keharusan bahwa data harus di crosh check lagi.

      Pemeriksaan tersebut harus dilakukan untuk kedua calon mempelai dan juga wali.

      Kemudian ketika akad nikah akan dilaksanakan juga harus diperiksa lagi berkenaan dengan syarat rukunnya yang diumumkan kepada saksi. Namun dalam hal ini tidak banyak terjadi karena waktunya terbatas. Padahal ini sangatlah perlu untuk mangetahui apakah syarat-syaratnya sudah cukup dan juga apakah masih terdapat kesalahan. Jadi untuk mengecek kembali seharusnya memang dilakukan lagi ketika ada saksi, kebanyakan saksi itu cuma melihat terjadinya peristiwa tapi tidak mengetahui kebenarannya. Kelemahan yang sebenarnya pada KUA itu adalah tidak mengetahui tentang kebenaran, melainkan hanya mengetahui terjadinya peristiwa akad.

      Ada N1 yaitu surat keterangan untuk menikah, ini juga dapat dijadikan sebagai bukti bahwa calon mempelai sudah pernah menikah dan juga sebagai bukti apabila yang bersangkutan sudah memiliki anak. Maka itu semua syarat administrasi haruslah terpenuhi secara lengkap apabila persyaratan tidak lengkap maka petugas berhak untuk tidak melaksanakan proses selanjutnya. Pembatalan perkawinan bisa saja tidak terjadi dikarenakan KUA tidak mengetahui kedustaan orang yang bersangkutan. Namun hal tersebut dapat dicegah sebelum terjadinya akad. Petugas berhak menanyakan tentang kebenaran pengakuan calon mempelai kepada saksi.

      Apabila saksi sudah menyatakan benar maka tidak akan menjadi masalah.

      Selanjutnya petugas harus dapat memastikan dengan jelas mengenai jenis kelamin calon mempelai. Karena Islam melarang menikahkan banci atau menikahkan kelamin yang sejenis. Dalam hal ini KUA harus jeli, caranya dapat dengan mendengarkan dari suara. Suara itu tidak bisa dirubah, karena pita suara laki-laki dan perempuan berbeda. Selama tidak jelas apakah calon mempelai itu laki-laki atau wanita maka tidak boleh dinikahkan. Disini saksi bertindak sebagai hakim, yaitu sebagai pembenar dan mengesahkan. KUA berkedudukan sebagai saksi pada acara akad nikah, bukan sebagai wali. Apabila belum terjadi pembenaran oleh saksi maka akad nikah tidak dapat dilaksanakan. Sebab itu juga saksi harus dituntut adil dan pintar.

      KUA harus memastikan bahwa calon mempelai dalam keadaan yang berakal. Kalau memang sudah nampak gejala tidak berakalnya maka harus ada jaminan bahwa keterangan tersebut benar adanya yaitu dengan dimintakan bukti atau keterangan dari rumah sakit jiwa. Jadi apabila secara kasat mata sudah terlihat gejala bahwa yang bersangkutan sudah tidak waras maka pernikahan harus dibatalkan sementara sampai ada rekomendasi atau keterangan yang jelas dari rumah sakit jiwa. Yang bersangkutan boleh menikah apabila sudah ada pernyataan dari rumah sakit jiwa bahwa yang bersangkutan sudah diobati atau dintyatakan sembuh atau waras.

    2. Analisis Data

      Berdasarkan paparan data hasil wawancara dan deskripsi pemeriksaan pada saat pendaftaran dan sebelum akad di atas dapat diketahui bahwa upaya-upaya yang dilakukan KUA untuk menghindari pemalsuan data ialah sebagai berikut :

      

    1. Memeriksa kelengkapan administrasi pendaftaran dan melakukan

    pemeriksaan status/kebenaran data pada berkas pendaftaran pada saat pendaftaran.

      Orang yang mendaftar nikah ke KUA ialah wali dan calon mempelai wanita. Itu diharapkan pihak KUA, yaitu supaya pihak KUA juga dapat langsung meneliti apakah benar calon mempelai wanita adalah anak kandung dari wali atau wali adalah wali yang sah bagi calon mempelai wanita.

    2. Memasang pengumuman kehendak nikah.

      Sebenarnya KUA sudah berusaha untuk menjalankan peraturan perundang- undangan yang mengatur mengenai keharusan memasang pengumuman kehendak nikah. Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 berikut : “ Setelah dipenuhinya tatacara dan syarat-syarat pemberitahuan serta tiada sesuatu halangan perkawinan, Pegawai

      Pencatatan menyelenggarakan pengumuman tentang pemberitahuan kehendak melangsungkan perkawinan dengan cara menempelkan surat pengumuan menurut formulir yang ditetapkan pada kantor Pencatatan Perkawinan pada

      57

      suatu tempat yang sudah ditentukan dan mudah dibaca oleh umum.” Maksud pengumuman tersebut adalah memberi kesempatan kepada umum untuk mengetahui dan mengajukan keberatan-keberatan bagi dilangsungkannya suatu perkawinan apakah yang demikian itu diketahuinya bertentangan dengan hukum agamanya dan kepercayaannya itu atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya. Menuurut peneliti, usaha KUA untuk memasang pengumuman kehendak nikah dengan tujuan supaya orang yang mengajukan keberatan-keberatan karena ditemukan adanya kekeliruan atau kesalahan yang disengaja dalam perkawinan yang akan dilangsungkan tersebut kurang maksimal. Mengapa KUA tidak memasang pengumuman kehendak nikah tersebut ditempat-tempat lain di wilayah kedua calon mempelai. Menurut pengakuan Kepala KUA bahwa belum pernah ada pengaduan keberatan perkawinan karena membaca pengumuman.

    3. Memeriksa kembali kebenaran pernyataan calon mempelai atau wali pada saat pendaftaran sebelum proses akad nikah dilaksanakan.

      Sebagaima analisis sebelumnya, bahwa pemeriksaan dengan pertanyaan hanya 57 mengandalkan kejujuran, sedangkan tidak ada yang dapat dijadikan sebagai Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1975 Nomor 12. jaminan bagi kebenaran keterangan yang disampaikan, kecuali akan ada akibatnya dikemudian hari jika tebongkar kebohongannya itu. Bahkan pihak KUA pun tidak dapat menjamin kebenarannya. Namun, apa yang telah dilakukan KUA tersebut telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam peraturan perundang-undangan, khususnya yang terkait dengan syarat- syarat administratif dan pemeriksaan perkawinan. Demikian itu supaya ada yang memberikan pernyataan atau pengakuan jika mengetahui adanya syarat- syarat atau rukun perkawinan yang belum atau tidak terpenuhi. Selanjutnya ialah mengenai metode pemeriksaan nikah. Metode pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran syarat nikah yang digunakan KUA ialah dengan cara mengajukan pertanyaan. Pertanyaan dan pernyataan atau pengakuan mengenai status, anak keberapa, pernah menikah atau belum, dan sebagainya sebagaimana yang tersebut dia atas diajukan kepada calon mempelai wania dan wali. Menurut peneliti, metode pemeriksaan nikah dengan cara bertanya sangat rawan dengan kebohongan. Pada saat pemeriksa perkawinan menanyakan status calon mempelai pria, misalnya apakah pernah menikah atau belum, dia bisa menjawab “belum” meskipun ternyata dia sudah menikah. Apabila pertanyaan yang diajukan pemeriksa perkawinan berkaitan dengan hubungan calon mempelai wanita dengan calom mempelai pria atau dengan wali, hal itu masih bisa dicek kebenarannya melalui ijazah, akta kelahiran, dan sebagainya. Tetapi apabila pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan status jejaka/duda atau perawan/janda apakah dapat dibuktikan dengan

    mudah? Bagaimana jika pendaftar nikah tidak membawa akta cerai dengan suami atau istri sebelumnya, atau jika orang tersebut telah menikah secara sirri? Ternyata hal tersebut memang menjadi salah satu kendala bagi KUA. Dengan demikian, memeriksa dengan cara mengajukan pertanyaan dinilai kurang efektif. Demikian juga pemeriksaan dengan menggunakan pengakuan.

      Pengakuan tidak serta merta dipercaya, perlu ada bukti untuk itu. Namun, apabila terjadi kebohongan seperti itu, kesalahan pemeriksaan tidak sepenuhnya ada pada pihak KUA. Kebenaran dan kesalahan pemeriksaan juga tergantung pada pemerintah desa ditempat tinggal calon mempelai wanita, karena pemerintah desa dinilai lebih tahu kondisi rakyatnya. Jadi, harus ada kerjasama antara pihak KUA dan pemerintah desa. Selain itu masyarakat sangat perlu diberi pemahaman mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan perkawinan, terutama faktor apabila sering terjadi penolakan/pembatalan perkawinan disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat terhadap hukum islam dan peraturan perundang-undangan tentang perkawinan. Dengan demikian akan tercipta kesamaan pemahaman antara KUA, pemerintah desa dan masyarakat. Demikian itu akan dapat mempermudah tugas KUA.

      Berkaitan dengan memeriksa perkawinan dengan mengidentifikasi suara, menurut peneliti adalah salah satu cara yang dapat dipergunakan. Oleh Karena itu KUA harus menghadirkan kedua calon mempelai dalam majelis nikah untuk kemudian diteliti statusnya sebagai laki-laki atau perempuan. Dengan menghadirkan kedua calon mempelai terebut, KUA dapat mengidentifikasi apakah calon mempelai laki-laki dan perempuan benar-benar laki-laki dan perempuan., karena perkawinan harus terjadi antara laki-laki dan perempuan, bukan banci, homoseksual atau lesbian. KUA memiliki cara tersendiri untuk mengidentifikasi jenis kelamin kedua calon mempelai yaitu dengan mengenali pita suara. Pita suara yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dapat dijadikan alat identifikasi kebenaran jenis kelamin kedua calon mempelai.

      Menurut peneliti pita suara merupakan sebagian kecil upaya namun tidak mungkin juga dapat diterapkan dan dijadikan pegangan mengingat ada juga perempuan yang berwajah dan bersuara besar seperti laki-laki. Oleh karena itu, mengenali jenis kelamin dengan pita suara harus disertai dengan bukti- bukti lain, seperti meminta keterangan/pengakuan dari kedua calon mempelai, menghadirkan saksi, sumpah dan sebagainya yang dapat membuktikan kebenaran jenis kelamin kedua calon mempelai. Hal ini juga berguna demi menjaga kewibawaan dan keprofesionalan KUA dalam menjalankan tugasnya.

      

    4. Mengumumkan kepada saksi bahwa kedua calon mempelai dapat segera

    dinikahkan dengan sebelumnya memberitahu saksi mengenai fungsi dan

    tugasnya dalam proses akad nikah.

      Sebelum akad nikah dilaksanakan, penghulu memeberikan pegarahan dan penjelasan kepada seluruh hadirin yang dijadikan sebagai saksi bahwa mereka bertugas mengawasi apakah rukun dan syarat perkawinan yang akan dilaksanakan tersebut telah terpenuhi atau apakah terdapat halangan-halangan perkawinan. Penghulu menjelaskan bahwa para saksi berhak menunda atau membatalkan akad nikah jika mereka mengetahui ada rukun atau syarat yang tidak terpenuhi atau terdapat penghalang perkawinan. Apabila saksi menyatakan tidak sah, maka penghulu (Kepala KUA) tidak akan meresmikan perkawinan tersebut. Jumlah minimal saksi adalah dua orang, dengan syarat- syarat tertentu, diantaranya saksi harus laki-laki, muslim, minimal berusia 19 tahun, berakal, merdeka, dan adil, sebagaimana yang diatur dalam pasal 19

      58

      ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007. Berdasarkan keterangan Kepala KUA dalam paparan di atas, bahwa penghulu menjadikan seluruh orang yang hadir di majelis perkawinan sebagai saksi dengan mengutamakan orang laki-laki muslim dan dewasa. Apabila terdapat orang- orang perempuan dan anak-anak kecil, maka penghulu akan menyuruhnya mundur ke belakang. Hanya orang laki-laki muslim dan dewasa yang berhak di depan dan sebagai saksi. Menjadikan semua yang hadir di majelis perkawinan sebagai saksi tidak lah bertentangan dengan peraturan perundang- undangan maupun hukum Islam. Peraturan perundang-undangan menganjurkan saksi berjumlah dua orang. Namun tidak menjadi masalah apabila jumlah saksi lebih dari dua orang. Justru dengan kesaksian banyak orang, maka kemungkinan dusta sangat kecil sekali karena kemungkinan orang banyak yang bersepakat dalam kebohongan amatlah kecil. Sedangkan memberitahu para saksi mengenai fungsi dan tugasnya dalam majelis 58 perkawinan merupakan cara yang bagus supaya saksi benar-benar berfungsi Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 5. sebagai saksi. Tugas dan fungsinya perlu disampaikan untuk mengantisipasi adanya saksi yang kurang atau tidak memahami kedudukan, tugas, fungsi, dan wewenangnya dalam proses akad nikah. Demikian itu perlu diantisipasi karena tidak semua masyarakat adalah orang-orang berpendidikan. Penghulu beserta para Pegawai Pencatat lain tentu memahami kondisi masyarakat di daerah-daerah yang termasuk wilayahnya.

    5. Memberitahu kepada seluruh hadirin mengenai syarat dan rukun nikah.

      Memberitahu kepada seluruh hadirin mengenai syarat dan rukun nikah tersebut tidak lain supaya mereka juga dapat mengidentifikasi apakah benar kedua calon mempelai adalah pasangan yang sah atau terdapat hal-hal yang menjadi penghalang perkawinan atau tidak. Sama halnya dengan memberitahu saksi mengenai fungsi dan tugasnya dalam majelis perkawinan, memberitahu para hadirin sebagai saksi nikah mengeni rukun dan syarat nikah merupakan salah satu upaya menghindari terjadinya pembatalan perkawinan. Setelah para saksi mengetahui dan memahami tentang rukun dan syarat perkawinan, maka diharapkan mereka benar-benar melaksanakan tugasnya sebagai saksi dengan mengawasi dan meneliti jalannya proses akad nikah. Jadi, sebenarnya orang yang sangat berperan dalam Majelis Perkawinan adalah saksi. Tidak heran jika dalam pasal 19 ayat (3) Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007 disebutkan bahwa PPN, Penghulu dan/atau Pembantu PPN dapat dijadikan

      59

      sebagai saksi. Hal itu karena mereka dipandang lebih mengetahui dan lebih memahami hukum daripada masyarakat awam.

      6. Melakukan penolakan nikah jika ditemukan penghalang nikah.

      Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa KUA pernah pernah menolak perkawinan karena terdapat pemalsuan identitas. Pada saat pendaftaran nikah dalam kasus tersebut diatas dinyatakan bahwa calon mempelai pria masih jejaka (belum pernah menikah). Akan tetapi, setelah akad nikah dilakukan terdapat tuntutan dari istri pertama yang mengaku tidak pernah diberi tahu tentang pernikahan tersebut. KUA dalam hal ini melakukan pembatalan pernikahan dengan mengajukan gugatan melalui Pengadilan Agama. Diantara syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007 ialah putusan pengadilan berupa izin bagi suami

      60

      yang hendak beristri lebih dari seorang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa upaya KUA untuk menghindari terjadinya pembatalan perkawinan dengan cara mengajukan gugatan sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

      7. Menanyakan setuju tidaknya calon mempelai untuk menikah.

      Di antara syarat perkawinan sesuai yang diatur dalam pasal 6 ayat (1) Undang-undang perkawinan No.1 Tahun 1974 ialah bahwa perkawinan harus

      59 60 Ibid Ibid

      61

      berdasarkan persetujuan kedua mempelai. Oleh karena itu, pada saat pemeriksaan perkawinan penghulu juga menanyakan mengenai setuju atau tidaknya calon mempelai untuk menikah. Apabila kedua calon mempelai atau salah satunya tidak bekehendak untuk menikah, maka perkawinan tidak dapat dilangsungkan. Ini menunjukkan bahwa KUA memperhatikan dan melaksanakan aturan yang telah ditetapkan di dalam peraturan perundang- undangan.

Dokumen yang terkait

2.1 Bahan Medikamen dalam Perawatan Saluran Akar - Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Porphyromonas gingivalis (In Vitro)

0 0 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Porphyromonas gingivalis (In Vitro)

0 0 6

Perbedaan Inklinasi Insisivus Pada Pasien Maloklusi Klas I Dan Klas II Skeletal Dengan Pola Pernafasan Normal dan Pernafasan Melalui Mulut

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pernafasan - Perbedaan Inklinasi Insisivus Pada Pasien Maloklusi Klas I Dan Klas II Skeletal Dengan Pola Pernafasan Normal dan Pernafasan Melalui Mulut

0 0 12

Perbedaan Inklinasi Insisivus Pada Pasien Maloklusi Klas I Dan Klas II Skeletal Dengan Pola Pernafasan Normal dan Pernafasan Melalui Mulut

0 0 14

1. Mohon kesediaan Saudara untuk mengisi angket dengan memberikan identitas dan jawaban Saudara. 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut Saudara paling tepat. - Pengaruh Pemberian Tugas Oleh Guru Kepada Siswa Terhadap Pemanfaatan Koleksi Pad

1 1 31

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Sekolah - Pengaruh Pemberian Tugas Oleh Guru Kepada Siswa Terhadap Pemanfaatan Koleksi Pada Perpustakaan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan

0 0 29

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Daya Terima Beras Analog Dari Tepung Ubi Kayu Sebagai Pangan Pokok Di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupate Dairi Tahun 2014

0 0 7

Lampiran 1 : Bagan Penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III

0 0 25

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri - Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Gangguan Aman Nyaman: Nyeri pada Post Sectio Caesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan

0 0 25