63 PKM KELOMPOK TANI PADI DAN KELOMPOK TANI HORTIKULTURA DI DESA PUNGGUR KECIL KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

Buletin Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 15, No. 1, Juni 2018, Hal 63 – 72
p-ISSN: 1412 – 7156, e-ISSN: 2579-9495

PKM KELOMPOK TANI PADI DAN KELOMPOK TANI HORTIKULTURA
DI DESA PUNGGUR KECIL KECAMATAN SUNGAI KAKAP
KABUPATEN KUBU RAYA
Yulisa Fitrianingsih1*, Riadi Budiman2, Herda Desmaiani1, Ochih Saziati1
1
Prodi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
2
Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
*

e-mail: [email protected]
Jalan Prof. Hadari Nawawi Pontianak, Kalimantan Barat 78124
ABSTRACT
Farmer groups in Punggur Kecil Village do not have rice milling machine, which causing
high cost production. In addition, agricultural activities resulted unprocessed agricultural
waste and causing acidic soils. On the other hand, agricultural waste has great potential for
biomass as an alternative source of energy and soil conditioner. An alternative solution is

provided to help farmers for processing agricultural waste, namely SUMBER, and for rice
milling rice milling or rice huller. The objectives of this program are: a) To create
independent farmer groups in the production processes of agricultural products. b) To
processing agricultural waste into biomass c) To trigger community to actively involved in
finding solution regarding agricultural waste problem which could reduce pollution from
agricultural waste. d) applying biomass from agricultural waste as a soil conditioner that can
increase the pH of agricultural soils.
Keywords: Agricultural waste, biomass, horticulture, rice
PENDAHULUAN
Desa Punggur Kecil memiliki luas wilayah ±10.128 Ha, dengan jumlah penduduk
14.276 jiwa. Mata pencaharian sebagian besar dari sektor pertanian dan perkebunan berpola
sederhana/tradisional. Komoditi unggulan di Desa Punggur Kecil adalah padi/sawah, kelapa,
jagung dan buah-buahan musiman. Krisis ketersediaan alat pertanian seperti penggiling padi,
perontok padi dan pemipil jagung menjadi masalah yang belum terselesaikan untuk para
petani di Desa Punggur Kecil. Masyarakat kelompok tani harus mengolah hasil pertanian
menggunakan jasa penggilingan dengan membayar Rp 500/Kg dan harus menunggu 12 jam
bahkan 24 jam jika musim panen tiba. Hal ini tentu saja membuat kegiatan produksi
pertanian menjadi tidak efisien dan efektif. Selain harus menyewa alat penggilingan padi,
kelompok tani juga harus menyewa alat perontok padi dan pemipil jagung sehingga semakin
menambah besar biaya produksi.

Saat musim panen tiba, banyak sekali limbah pertanian yang dihasilkan seperti jerami,
sekam, rumput dan dedaunan. Sebagian dimanfaatkan oleh petani untuk pupuk atau bahan
bakar dan sebagian hanya ditumpuk tidak dimanfaatkan. Pemanfaatan limbah menjadi pupuk
dan bahan bakar dilakukan oleh petani dengan cara sederhana. Limbah digunakan sebagai
bahan bakar kemudian abu dan arang sisa pembakaran digunakan untuk pupuk. Metode yang
digunakan belum efisien karena proses pembakaran limbah dilakukan di tempat terbuka.
Proses pembakaran tidak sepenuhnya terkendali sehingga panas yang dihasilkan kurang, abu
dan arang sisa pembakaran tersebar dan menyebabkan pencemaran udara.

63

Buletin Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 15, No. 1, Juni 2018, Hal 63 – 72
p-ISSN: 1412 – 7156, e-ISSN: 2579-9495

Pada saat proses penggilingan juga akan dihasilkan sekam padi sebagai limbah yang
tidak memiliki nilai. Limbah ini biasanya hanya ditumpuk dan kemudian dibakar. Kelompok
tani belum menyadari bahwa limbah tersebut berpotensi sebagai biomassa yang dapat
dimanfaatkan kembali untuk pertanian khususnya memperbaiki kondisi fisik-kimia tanah.
Hal ini dikarenakan minimnya keterampilan dan pengetahuan kelompok tani terhadap

pemanfaatan limbah hasil pertanian. Pengolahan lahan pertanian yang kurang unsur hara
tanah dan rendahnya pH tanah (pH 3-5) sebagai akibat pertanian di lahan gambut juga
menjadi masalah penting yang dihadapi oleh kelompok tani di Desa Punggur Kecil. Hal yang
biasa dilakukan oleh petani untuk menaikkan pH tanah adalah dengan cara membakar lahan
pertanian agar dihasilkan abu. Namun, pembakaran secara terus menerus untuk kegiatan
pertanian dapat menyebabkan pencemaran udara.
Mitra yang terlibat dalam kegiatan PKM adalah kelompok tani di Desa Punggur Kecil
yaitu Kelompok Tani Padi Harapan Jaya I dan Kelompok Tani Hortikultura Usaha Timur
Jaya. Luas sawah yang dikelola adalah ± 25 Ha dan untuk lahan pertanian hortikultura seluas
± 5 Ha. Jumlah gabah yang digiling per harinya ± 500 Kg dan sekam yang dihasilkan ± 120
Kg. Solusi yang ditawarkan adalah menekan biaya produksi dan waktu dengan memberikan
sentuhan teknologi alat-alat penunjang kegiatan pertanian yaitu penggiling padi (rice huller),
perontok padi dan pemipil jagung. Dengan mengolah hasil panen sendiri, pendapatan petani
dapat meningkat. Selain itu, ditawarkan juga alat pengolah limbah pertanian yang dikenal
dengan nama SUMBER [1]. SUMBER adalah alat yang digunakan untuk membakar limbah
pertanian (jerami, sekam, cangkang buah dan serasah) dalam sebuah wadah tertutup.
Sehingga proses pembakaran lebih efisien, panas yang dihasilkan dapat dikumpulkan dan
disalurkan dengan lebih efisien dan abu serta arang hasil pembakaran dapat lebih baik
mutunya dan terkumpul dalam sebuah wadah sehingga mudah dimanfaatkan.
Abu dan arang dari pembakaran sekam memiliki banyak kegunaan baik di dunia

pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Arang sekam mempunyai keuntungan selain
dapat digunakan sebagai penggembur tanah pertanian juga mudah menyerap air dan
menyimpan oksigen yang baik untuk akar. Bahkan pemberian arang sekam padi dengan
dosis tertentu dapat meningkatkan pH tanah dan ketersediaan nutrisi dalam tanah [2] [3] [4].
Berdasarkan hal tersebut, maka produksi arang dari sekam padi dapat mengatasi
permasalahan yang dialami oleh Kelompok Tani di Desa Punggur Kecil yang memiliki lahan
dengan pH tanah yang masam.
Pemberian abu sekam padi dengan dosis 4,5 ton/ha cocok untuk mendapatkan hasil
panen yang tinggi dari kacang tunggak yang ditanam di tanah regosol berpasir [5]. Hasil
penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian abu sekam dosis 2-6 ton/ha mampu
meningkatkan kandungan silikat daun antara 18,49-29,43% dan menurunkan kandungan
amilosa biji pada lima varietas sekitar 4,19-6,92%. Pemberian abu sekam dosis 2-6 ton/ha
mampu meningkatkan kandungan prolin daun antara 27,56-70,63% dan protein biji antara
2,35-16,71% [6]. Jadi, solusi diarahkan kepada penggunaan teknologi pengolahan limbah
pertanian menjadi produk arang yang bermanfaat untuk lahan pertanian sehingga mampu
mengatasi permasalahan di lapangan.

64

Buletin Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak

Vol 15, No. 1, Juni 2018, Hal 63 – 72
p-ISSN: 1412 – 7156, e-ISSN: 2579-9495

METODE PENGABDIAN
Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah metode eksperimen dan partisipatori.
Metode eksperimen diperlukan untuk menentukan kelayakan dan keberhasilan produk
khususnya arang berdasarkan pengujian skala laboratorium. Keberhasilan kegiatan ini
dengan menggunakan metode partisipatori sangat ditentukan oleh partisipasi dari masyarakat
yang menjadi sasaran dari kegiatan ini. Masyarakat akan dilibatkan secara langsung dalam
kegiatan ini mulai dari proses perencanaan, running alat dan aplikasi.
Metode Eksperimen
Guna mendukung kualitas produk maka diperlukan pengujian skala laboratorium
terhadap arang yang dihasilkan untuk parameter pH.
Metode Partisipatori
Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku kelompok tani
dilakukan penyuluhan dan pelatihan tentang teknologi rice huller, SUMBER, perontok padi
dan pemipil jagung supaya tercipta kelompok tani yang mandiri dan produktif. Penyuluhan
menjelaskan kepada masyarakat tentang cara penggunaan alat rice huller, perontok padi dan
pemipil jagung serta teknik mengolah limbah pertanian untuk dijadikan arang menggunakan
SUMBER. Tahapan metode partisipatori yang juga dilakukan pada kegiatan ini adalah

melakukan pertemuan dan diskusi dengan ketua kelompok tani terkait pelaksanaan kegiatan
dan permasalahan yang sedang dihadapi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahapan yang sudah dilakukan dalam kegiatan PKM adalah tahap persiapan dan
perencanaan, pembuatan alat, running alat, pengujian dan aplikasi produk, sosialisasi dan
pelatihan serta monitoring.
Tahap Persiapan dan Perencanaan
Tahap persiapan dimulai dengan melakukan konfirmasi dan perizinan ulang kepada
kedua mitra, dan koordinasi internal dengan anggota tim beserta mahasiswa Prodi Teknik
Lingkungan Universitas Tanjungpura. Tujuannya adalah untuk merencanakan jadwal dan
kesiapan mitra dalam tahapan berikutnya karena kegiatan ini bersifat partisipatori yang
melibatkan anggota kelompok tani. Pada tahap perencanaan ini juga dilakukan analisis
kembali terhadap permasalahan yang dialami mitra dan ditemukan masalah baru yaitu
Kelompok Tani Hortikultura Usaha Timur Jaya mengalami kesulitan jika panen jagung tiba.
Selain harus membayar uang sewa, mitra juga harus mengantri karena alat sewa yang
terbatas. Sedangkan mitra kelompok tani padi Harapan Jaya I belum memiliki alat perontok
padi. Karena sampai saat ini mereka masih menyewa alat tersebut.

65


Buletin Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 15, No. 1, Juni 2018, Hal 63 – 72
p-ISSN: 1412 – 7156, e-ISSN: 2579-9495

Gambar 1. Koordinasi Perizinan dengan Mitra Kelompok Tani
Pembuatan Alat
Pembuatan alat dilakukan secara bertahap meliputi pembelian bahan-bahan yang
diperlukan, perakitan alat, finishing hingga pengujian alat. Pembuatan alat memakan waktu
selama 2 bulan mulai dari Mei hingga Juni. Alat yang pertama dibuat adalah SUMBER.
Kemudian Perontok padi dan pemipil jagung. Alat yang telah selesai dirakit kemudian dicat
dan diberi identitas alat yaitu “PKM UNTAN 2018”.

Gambar 2. Proses Perakitan Alat

Gambar 3. Proses Finishing Alat
Alat-alat yang telah selesai dibuat selanjutnya diuji untuk mengetahui apakah sudah
berfungsi dengan baik. Khusus untuk alat SUMBER, pengujian alat menggunakan jerami
dan sekam guna mengetahui durasi waktu pembakaran hingga menghasilkan produk arang.
Pengambilan bahan baku di daerah Arteri Supadio Kabupaten Kubu Raya yang berjarak ± 6


66

Buletin Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 15, No. 1, Juni 2018, Hal 63 – 72
p-ISSN: 1412 – 7156, e-ISSN: 2579-9495

km dari Universitas Tanjungpura. Jerami dan sekam yang diambil dalam kondisi kering agar
mudah dibakar.

Gambar 4. Pengambilan Bahan Baku Jerami dan Sekam
Jerami yang telah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam alat SUMBER bagian
sisi luar lalu dibakar. Sementara sekam dimasukkan ke dalam tabung tertutup yang berada di
bagian tengah alat SUMBER. Jerami ditambah terus menerus hingga sekam di dalam tabung
berubah menjadi arang. Berdasarkan hasil uji coba, waktu yang diperlukan untuk mengubah
sekam menjadi arang ± 8 jam.

Gambar 5. Uji Coba Alat SUMBER
Setelah 8 jam dan SUMBER dibiarkan kembali ke suhu normal, produk arang
dikeluarkan dari tabung. Berdasarkan Gambar 6, proses pembakaran sekam belum merata.

Sekam yang berada di bagian tengah tabung belum sempurna menjadi arang, karena

67

Buletin Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 15, No. 1, Juni 2018, Hal 63 – 72
p-ISSN: 1412 – 7156, e-ISSN: 2579-9495

warnanya masih kekuning kuningan. Oleh karena itu, untuk pembakaran selanjutnya perlu
dilakukan pengadukan sekam di dalam tabung agar proses pembakarannya merata.

Gambar 6. Produk Arang dari Alat Sumber
Selain SUMBER, dilakukan juga uji coba pemakaian untuk alat-alat lain yaitu rice huller,
perontok padi dan pemipil jagung. Semua alat menunjukkan kondisi yang baik sehingga siap
untuk diserahkan kepada mitra.

Gambar 7. Uji Coba Alat Rice Huller dan Perontok Padi
Sosialisasi dan Pelatihan
Sosialisasi dan pelatihan dilakukan selama ± 3 jam yang diawali oleh sambutan dari
tim PKM dan perwakilan dari mitra kelompok tani Harapan Jaya I dan kelompok tani Usaha

Timur Jaya. Kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi dan pelatihan. Adapun jumlah peserta
yang mengikuti kegiatan sosialisasi di masing-masing lokasi Mitra adalah sebanyak 35
orang. Pada saat sosialisasi berlangsung, para anggota kelompok tani terlihat sangat antusias
mulai dari diskusi, tanya jawab, hingga pelatihan penggunaan dan perawatan alat. Sebelum
acara sosialisasi dilakukan, alat-alat yang telah siap untuk diserahkan diangkut menggunakan
pick up.

68

Buletin Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 15, No. 1, Juni 2018, Hal 63 – 72
p-ISSN: 1412 – 7156, e-ISSN: 2579-9495

Gambar 8. Proses Pengangkutan Alat ke Lokasi Mitra

Gambar 9. Sosialisasi dan Pelatihan di Lokasi Kelompok Tani Usaha Timur Jaya

Gambar 10. Sosialisasi dan Pelatihan di Lokasi Kelompok Tani Harapan Jaya I
Untuk kelengkapan administrasi dan bukti penyerahan alat, dilakukan
penandatanganan berita acara dan serah terima alat rice huller dan perontok padi oleh Ketua

Kelompok Tani Padi Harapan Jaya I yaitu Bapak Senilam selaku Mitra 1 dan alat SUMBER
serta pemipil jagung oleh Ketua Kelompok Tani Hortikultura yaitu Bapak Hasan Ahmad
selaku Mitra 2. Kedua mitra merespon positif terkait kegiatan PKM yang dilakukan dan

69

Buletin Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 15, No. 1, Juni 2018, Hal 63 – 72
p-ISSN: 1412 – 7156, e-ISSN: 2579-9495

berharap dapat menjalin kerjasama lebih lanjut karena masih ada beberapa kendala yang
perlu mendapat bantuan.

Gambar 11. Penandatangan Berita Acara dan Serah Terima Alat

Monitoring
Kegiatan monitoring dilakukan dengan tujuan untuk melihat kondisi alat-alat yang
telah diberikan serta berdiskusi dengan mitra mengenai manfaat yang mereka rasakan setelah
diberikan bantuan alat-alat pertanian. Kegiatan monitoring juga memberikan dampak positif
terhadap hubungan kemitraan dengan kelompok tani yaitu terjalinnya komunikasi yang baik
dan intensif sehingga keberlanjutan kegiatan tetap terjaga.

Gambar 12. Kegiatan Monitoring ke Lokasi Mitra
Saat tim PKM melakukan kegiatan monitoring ke lokasi mitra, alat SUMBER sedang
digunakan oleh mitra kelompok tani hortikultura Usaha Timur Jaya untuk membakar limbah
pertanian sekaligus untuk menghasilkan arang dari sekam padi. Hasil dari kegiatan
monitoring akan direncanakan penyempurnaan teknologi SUMBER agar asap yang
dihasilkan tidak lepas ke lingkungan dan dapat dimanfaatkan.

70

Buletin Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 15, No. 1, Juni 2018, Hal 63 – 72
p-ISSN: 1412 – 7156, e-ISSN: 2579-9495

Gambar 13. Penggunaan Alat SUMBER oleh Mitra Kelompok Tani Hortikultura

KESIMPULAN
Kelompok tani di Desa Punggur Kecil Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan
Barat mengalami beberapa masalah terkait kegiatan pertanian diantaranya tidak tersedianya
alat-alat pertanian sehingga mengharuskan untuk membayar sewa dengan biaya tinggi,
limbah pertanian yang tidak dimanfaatkan serta kondisi tanah pertanian di lahan gambut
dengan pH yang rendah. Limbah pertanian seperti jerami, sekam dan serasah memiliki
potensi besar sebagai sumber biomassa, sehingga solusi yang ditawarkan disesuaikan dengan
kondisi permasalahan di lokasi mitra, ketersediaan bahan dan kemampuan dalam
penggunaan alat. Transfer ilmu berupa sosialisasi dan penyerahan alat-alat pertanian yaitu
rice huller, SUMBER, perontok padi dan pemipil jagung kepada mitra mampu untuk
meningkatkan kemandirian dan produktivitas kelompok tani dalam mengolah hasil
pertanian.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi yang telah mendanai kegiatan PKM ini.
PUSTAKA
[1] J. Cespedes, “The SUMBER Project,” Lund University, Sweden, 2013.
[2] F. Silva, A. Bertonha, P. Freitas, A. Muniz and R. Ferreira, “Aplicação de cinza da casca
de arroz e de água residuária de fecularia de mandioca na cultura de aveia,” R. Agroneg.
Meio Amb., vol. 1, pp. 25-36, 2008.
[3] M. Pinto, L. Vahl, G. Islab O and L. Timm, “Casca de Arroz Queimada Como Corretivo
de Acidez do Solo. In : CONGRESSO BRASILEIRO DE CI NCIA DO SOLO,” in 32.
Fortaleza, Anais Fortaleza, 2009.
[4] W. Sandrini, “Alterações químicas e microbiológicas do solo decorrentes da adição de
cinza de casca de arroz,” Universidade Federal de Pelotas, Pelotas, 2010.
[5] J. Priyadharshini and T. Seran, “Paddy Husk Ash As a Source of Potassium for Growth
and Yield of Cowpea (Vigna unguiculata L.),” The Journal of Agricultural Sciences, vol.
4, no. 2, pp. 67-76, 2009.

71

Buletin Al Ribaath, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Vol 15, No. 1, Juni 2018, Hal 63 – 72
p-ISSN: 1412 – 7156, e-ISSN: 2579-9495

[6] A. Rahayu and T. Harjoso, “Aplikasi Abu Sekam pada Padi Gogo (Oryza sativa L.)
Terhadap Kandungan Silikat dan Prolin Daun serta Amilosa dan Protein Biji,” Biota, vol.
16, no. 1, pp. 48-55, 2011.

72