ANALISIS YURIDIS PERLAWANAN PELAKSANAAN ATAS EXECUTORIAL TITEL HAK TANGGUNGAN PADA PENGADILAN NEGERI IMPLEMENTATION RESISTANCE JURIDICAL REVIEW OF MORTGAGE EXECUTORIAL TITLE IN STATE COURT

ANALISIS YURIDIS PERLAWANAN PELAKSANAAN ATAS EXECUTORIAL TITEL HAK TANGGUNGAN PADA PENGADILAN NEGERI IMPLEMENTATION RESISTANCE JURIDICAL REVIEW OF MORTGAGE EXECUTORIAL TITLE IN STATE COURT

Yosua Rinaldi dan

Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana

Martin Roestamy

Universitas Djuanda Bogor Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35, Bogor 16720 E-mail : magister.hukum@unida.ac.id Korespondensi : Yosua Rinaldi, Tel. e-mail :

Jurnal

Abstract : The Implementation Execution Mortagage Rights must be done to get the

rest of the repayment of bank debtors. The mortgage becomes obstructed and delayed Vol. 8, No. 2, which will take tiume, effort and cost for the bank. Indefication of this research are: 1)

Living Law,

what are the capacities executorial title associated with the determination of the

hlm. 161- 182

Chairman of the District Court?; 2) How constraints execution executorial title by Deed of Encumbrances Encumbrance (APHT)?; 3) How does the concept of synergy

with the implementation of civil law executorial title in execution of the security rights? The method used in the research is normative juridicial approach, the law conceived as norms, rules, principles or dogmas or jurispudence. The results of this research are: 1) Execution of Confiscation of secure inherent rights of dependents basically be required not longer, because the implementation of the confiscation of execution in the execution of a security interest to elimate the spirit of the mortgage;

2) Constraints execution executorial title by Deed of Encumbrances Encumbrance (APHT) is the existence of a lawsuit resistance from lender a security interest; 3) The

enactment of Act Mortgage has made it clear that the execution parate not longer needed by the District Court.

Keywords : Implementation of Execution Executorial Title, Mortgage, Collateral Secur

Abstrak : Proses pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan harus dilakukan bank untuk mendapatkan sisa pelunasan utang debitur. Hak Tanggungan tersebut menjadi terhambat dan tertunda yang akan menyita waktu, tenaga dan biaya bagi pihak bank. Identifikasi penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana kedudukan titel eksekutorial dikaitkan dengan penetapan Ketua Pengadilan Negeri?; 2) Bagaimana kendala-kendala dengan timbul perlawanan atas pelaksanaan eksekusi titel eksekutorial dengan Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT)?; 3) Bagaimana kepastian hukum dengan adanya perlawanan dikaitkan dengan hukum acara perdata? Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu hukum dikonsepsikan sebagai norma, kaidah, asas atau dogma-dogma/yurisprudensi. Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Sita eksekusi terhadap jaminan yang melekat hak tanggungan pada dasarnya tidak diperlukankan lagi, karena pelaksanaan sita eksekusi dalam proses eksekusi hak tanggungan menghilangkan semangat undang-undang hak tanggungan; 2) Kendala- kendala dengan timbul perlawanan atas pelaksanaan titel eksekutorial dengan Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT) adalah Adanya gugatan perlawanan dari pemberi hak jaminan; 3) Lahirnya Undang-Undang Hak Tanggungan telah memperjelas bahwa parate eksekusi tak perlu lagi melalui pengadilan negeri.

Kata Kunci : Perlawanan, Pelaksanaan Executorial Titel, Hak Tanggungan

162 Yosua Rinaldi Perlawanan Pelaksanaan Atas Executorial Titel..

PENDAHULUAN

adanya agunan kepada debitur sebagai jaminan atas kredit yang diberikan. Dalam

Eksistensi bank memberikan peran praktek perbankan sehari-hari, agunan

penting dalam perekonomian masyarakat tersebut dapat diikat dengan lembaga

diantaranya melalui pemberian dana bagi jaminan Gadai berdasarkan Kitab

masyarakat. Bank sebagai lembaga

Hukum Perdata perbankan di Indonesia merupakan salah

Undang-undang

(selanjutnya disingkat KUHPerdata) dan satu media sebagai upaya mewujudkan

lembaga jaminan Fidusia berdasarkan pembangunan yang berkesinambungan,

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 guna mewujudkan masyarakat Indonesia

Tentang Fidusia, apabila agunan tersebut yang adil dan makmur berdasarkan

merupakan benda bergerak, atau dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

lembaga Hak Tanggungan berdasarkan Perbankan Indonesia dalam melakukan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 usahanya berasaskan demokrasi ekonomi

Tentang Hak Tanggungan atas Tanah dengan menggunakan prinsip kehati-

Beserta Benda-benda yang Berkaitan hatian, fungsi utamanya adalah sebagai

dengan Tanah (selanjutnya disingkat penghimpun

Undang-Undang Hak Tanggungan), apabila masyarakat dan bertujuan menunjang

agunan tersebut berupa tanah dan atau pelaksanaan pembangunan nasional dalam

bangunan.

rangka meningkatkan

pemerataan,

Akan tetapi, lembaga jaminan yang pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas

disebutkan terakhir lebih disukai oleh nasional

bank, karena nilai agunan berupa tanah kesejahteraan rakyat banyak.

dan atau bangunan mempunyai collateral Bank memperoleh sumber dana dari

coverage yang relatif stabil dari pada masyarakat dalam bentuk simpanan dan

lembaga jaminan lainnya. Nilai agunan menyalurkannya

kembali

kepada

berupa tanah dan atau bangunan biasanya masyarakat dalam bentuk kredit . Dalam

akan mengalami peningkatan nilai jual pelaksanaannya,

tidak

semua

(nilai ekonomis) dari tahun ke tahun pengembalian kredit yang disalurkan

terutama di kota-kota besar . Berbeda kepada masyarakat dapat berjalan dengan

dengan nilai agunan berupa barang lancar sebagaimana mestinya. Adakalanya

bergerak yang biasanya justru mengalami bank, karena suatu sebab tertentu harus

penurunan atau penyusutan seiring dengan menghadapi resiko kerugian yang timbul

waktu. Bank juga sebagai akibat kegagalan dari debitur

bertambahnya

beranggapan bahwa jaminan yang bersifat dalam

memenuhi

kewajibannya

kebendaan berupa tanah, akan lebih berdasarkan Perjanjian Kredit. Resiko ini

memberikan rasa aman dan kepastian disebut sebagai resiko kredit (credit risk) .

hukum dalam pelaksanaan eksekusinya Apabila resiko ini tidak dimitigasi dengan

apabila debitur cidera janji atau baik oleh bank, maka jumlah kredit

wanprestasi terhadap kewajibannya. bermasalah bank akan meningkat dan

Suatu kredit dapat digolongkan sebagai selanjutnya akan meningkatkan persentase

kredit bermasalah ketika kredit tersebut Non Performing Loan (NPL) terhadap total

termasuk ke dalam kategori Kurang Lancar, pinjaman, dimana hal ini akan berpengaruh

Diragukan dan Macet dilihat berdasarkan negatif terhadap tingkat kesehatan bank

prospek usaha, kinerja (performance), dan tersebut.

kemampuan membayar yang dimiliki oleh Untuk memitigasi resiko kredit, bank

debitur. Penggolongan kualitas kredit ini melakukan berbagai upaya diantaranya

didasarkan pada ketentuan Pasal 12 ayat melakukan proses seleksi dan evaluasi

(1) Peraturan Bank Indonesia Nomor yang ketat dalam pemberian kredit kepada

7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas debitur, menutup asuransi terhadap kredit

Aktiva Bank Umum, sebagaimana yang yang diberikan, hingga mensyaratkan

Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 8 Nomor 1, Januari 2016 163

mestinya. Faktor Nomor

kemudian beberapa kali diubah melalui PBI

sebagaimana

permasalahan tersebut meliputi berbagai 9/6/PBI/2007 dan terakhir kali diubah

hal, antara lain adalah ketidaksesuaian melalui PBI Nomor 11/2/PBI/2009.

substansi hukum Undang-Undang Hak Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Tanggungan yang mengatur tentang parate

Undang-Undang Hak Tanggungan, apabila eksekusi Hak Tanggungan itu sendiri, debitur cidera janji, pemegang Hak

tindakan dan paradigma dari aparat Tanggungan pertama mempunyai hak

penegak hukum, serta budaya hukum yang untuk menjual objek Hak Tanggungan atas

ada pada masyarakat termasuk juga kekuasaan sendiri melalui pelelangan

sebagai pihak umum

paradigma

debitur

serta mengambil pelunasan tereksekusi Hak Tanggungan. piutangnya dari hasil penjualan tersebut .

Dalam aspek substansi hukum, Konsep ini dalam Kitab Undang-undang

konsistensi terhadap pengaturan tentang Hukum Perdata (selanjutnya dalam tulisan

parate eksekusi Hak Tanggungan yang ini disebut KUHPerdata) dikenal sebagai

diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Hak Parate Eksekusi sebagaimana dimaksud

Tanggungan masih perlu dipertanyakan dalam Pasal 1178 ayat (2) KUHPerdata.

kembali, mengingat dalam Penjelasan Dengan konsep parate eksekusi, pemegang

Umum Angka 9 dari Undang-Undang Hak Hak Tanggungan tidak perlu meminta

Tanggungan disebutkan bahwa konsep persetujuan terlebih dahulu kepada

parate eksekusi Hak Tanggungan yang pemberi Hak Tanggungan, dan tidak perlu

dimaksud dalam undang-undang tersebut juga meminta penetapan pengadilan

tetap mengacu kepada Pasal 224 Herziene setempat apabila akan melakukan eksekusi

Reglement (selanjutnya atas Hak Tanggungan yang menjadi

Indonesisch

disingkat HIR).

26 Undang-Undang Hak cidera janji . Pemegang Hak Tanggungan

jaminan utang debitur dalam hal debitur

Pasal

Tanggungan menegaskan bahwa selama dapat langsung datang dan meminta

belum ada peraturan perundang-undangan kepada Kepala Kantor Lelang untuk

yang mengaturnya (mengenai eksekusi melakukan pelelangan atas objek Hak

dan hal lain dalam Pasal 14 Undang- Tanggungan yang bersangkutan.

Undang Hak Tanggungan), peraturan Konsep ini merupakan terobosan atas

mengenai eksekusi hypotheek yang ada proses eksekusi yang ada sebelum lahirnya

pada mulai berlakunya Undang-Undang Undang-Undang Hak Tanggungan, dimana

Hak Tanggungan, berlaku terhadap eksekusi atas grosse akta hipotik hanya

eksekusi Hak Tanggungan. Ketentuan ini dapat dilakukan melalui eksekusi di

permasalahan Pengadilan Negeri yang memakan waktu

akan

menimbulkan

tersendiri dalam praktik eksekusi Hak yang lama dan biaya eksekusi yang relatif

Tanggungan di lapangan, mengingat lebih besar dibandingkan dengan parate

apabila eksekusi Hak Tanggungan tetap eksekusi Hak Tanggungan.

mengacu kepada Pasal 224 HIR tersebut, Namun demikian, dalam praktiknya

maka eksekusi tersebut tetap harus segala kemudahan dan kelebihan parate

berdasarkan penetapan dari Ketua eksekusi Hak Tanggungan berdasarkan

setempat (fiat Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan

Pengadilan

Negeri

pengadilan). Seharusnya pelaksanaan tersebut

parate eksekusi tidak mendasarkan pada dimanfaatkan oleh bank sebagai alternatif

Pasal 224 HIR dan 258 Rechtsreglement penyelesaian kredit bermasalah yang

Buiten Gewesten (selanjutnya disingkat dijamin dengan Hak Tanggungan.

RBG) seperti yang disebutkan oleh Banyak faktor permasalahan yang

Penjelasan Umum Angka 9 tersebut. menyebabkan proses parate eksekusi Hak

Kondisi ini diperparah lagi dengan adanya Tanggungan tersebut tidak dapat berjalan

sikap pengadilan, dalam hal ini Mahkamah

164 Yosua Rinaldi Perlawanan Pelaksanaan Atas Executorial Titel..

Agung yang tidak membenarkan penjualan dan Aktiva Non Produktif. Khusus untuk objek hipotik oleh kreditur melalui lelang

dalam status tanpa ada Penetapan dari Ketua Pengadilan

kredit

bermasalah

kolektibilitas macet, bank harus membuat Negeri setempat. Hal ini termuat dalam

cadangan PPA sebesar 100% (seratus Putusan Mahkamah Agung Republik

persen) dari total nilai kredit tersebut Indonesia No. 3021/K/Pdt/1984 tertanggal

dikurangi dengan nilai agunan.

30 Januari 1986. Putusan Mahkamah Agung Proses pelaksanaan eksekusi Hak ini malah membuat rancu pelaksanaan

Tanggungan harus dilakukan bank untuk eksekusi berdasarkan parate eksekusi Hak

mendapatkan sisa pelunasan utang debitur. Tanggungan.

Bank melakukan penyelamatan kredit Dalam putusan tersebut Mahkamah

semata-mata untuk membantu debitur Agung menyatakan bahwa berdasarkan

dalam menyelesaikan kewajiban hutangnya Pasal 214 HIR pelaksanaan lelang akibat

Apabila langkah grosse akte hipotik yang memakai irah-irah

kepada

bank.

penyelamatan kredit tersebut tidak seharusnya dilaksanakan atas perintah

berhasil maka langkah akhir dalam Ketua Pengadilan Negeri. Putusan ini juga

penyelesaian kredit bermasalah tersebut menyatakan bahwa parate eksekusi yang

adalah dengan parate eksekusi yaitu dilakukan

dengan pelelangan umum dan melalui persetujuan Ketua Pengadilan Negeri

penjualah di bawah tangan. Bank sejatinya meskipun didasarkan pada Pasal 1178 ayat

berada di posisi yang kuat dengan (2)

memegang bukti sertifikat Hak Tanggungan melawan

Title Eksekutorial konsekuensi hukum batalnya hasil lelang

sebagaimana diatur dalam pasal 14 ayat (2) yang telah dilakukan.

Undang-Undang Hak Tanggungan. Tetapi, Faktor permasalahan tersebut pada

iktikad tidak baik yang dilakukan oleh akhirnya membuat perbankan tidak dapat

debitur bermasalah dengan melakukan menjalankan eksekusi hak tanggungan

perlawanan dalam pelaksanaan eksekusi dengan mudah sesuai dengan cita-cita

Hak Tanggungan mengakibatkan proses pembentukan

pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan Tanggungan sebagaimana yang tercantum

Undang-Undang

Hak

tersebut menjadi terhambat dan tertunda dalam Penjelasan Umum Undang-Undang

yang akan menyita waktu, tenaga dan biaya Hak Tanggungan. Padahal kemudahan

bagi pihak bank. Sehingga pihak bank perlu untuk melakukan eksekusi terhadap

hukum untuk jaminan sangat membantu bank dalam

melakukan tindakan

menanggulangi masalah tersebut agar tidak menyelesaikan kredit macet atau kredit

terjadi lagi di kemudian hari. bermasalahnya. Bank akan semakin mengalami kerugian apabila kredit macet

METODE PENELITIAN

tersebut tidak dapat diselesaikan dalam Metode pendekatan yang digunakan jangka waktu yang relatif cepat. Hal ini

pada penelitian ini terdiri dari Pendekatan disebabkan

yuridis normative dan Pendekatan yuridis menanggung kerugian atas kredit macet

sosiologis (empiris) sedangkan teknik dan tersebut, bank juga harus mencadangkan

alat pengumpulan data yang dilakukan sejumlah dana tertentu selama kredit

pendekatan yang macet tersebut belum terselesaikan.

tergantung

pada

peneliti. Untuk Berdasarkan Pasal 44 ayat (1) dari

dilaksanakan

oleh

pendekatan yuridis normatif, teknik Peraturan

pengumpulan data dilakukan melalui 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas

penelaahan data yang dapat diperoleh Aktiva Bank Umum, Bank wajib

melalui peraturan perundang-undangan, membentuk

Penyisihan Penghapusan buku teks, jurnal, hasil penelitian. Aktiva (PPA) terhadap Aktiva Produktif

Sedangkan untuk pendekatan yuridis

Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 8 Nomor 1, Januari 2016 165

empirik, teknik

Setelah menerima permohonan itu, ketua dilakukan terhadap data dan bahan non

pengumpulan data

pengadilan negeri akan memeriksa bukti hukum. Data tersebut dapat berupa data

yang diajukan. Apabila ketua pengadilan hasil penelitian (langsung) dari lapangan

negeri mengabulkan permohonan itu, maka atau data hasil penelitian pihak lain yang

negeri akan berkaitan dan sudah teruji secara ilmiah.

ketua

pengadilan

menindaklanjuti dengan menerbitkan surat teguran (aanmaning) agar debitur dalam

PEMBAHASAN

waktu 8 (delapan) hari sebagaimana

A. Kedudukan

Titel

Eksekutorial

ditentukan dalam Pasal 196 HIR/207 RBg

Dikaitkan Dengan Penetapan Ketua

segera memenuhi kewajibannya untuk

Pengadilan Negeri

membayar utangnya secara sukarela. Apabila debitur tetap lalai untuk memenuhi

Berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat

jadwal yang (1) huruf a dan b serta ayat (2) UUHT ditentukan, atas perintah/penetapan ketua tersebut telah diatur adanya 3 (tiga) cara pengadilan negeri akan dilakukan sita eksekusi yang dapat ditempuh oleh eksekusi terhadap tanah yang menjadi kreditor/pemegang

obyek hak tanggungan yang diikuti pula terhadap obyek Hak Tanggungan bilamana dengan dikeluarkannya penetapan lelang. debitur/pemberi Hak Tanggungan cidera

janji (wanprestasi), yaitu:

Panitera/Sekretaris pengadilan negeri akan mengajukan

Selanjutnya

1) Eksekusi berdasarkan hak pemegang permohonan pejabat/juru lelang untuk Hak Tanggungan pertama untuk dijadwalkan lelangnya. Dalam hal ini yang menjual obyek Hak Tanggungan bertindak sebagai penjual/pemohon lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

panitera/sekretaris Undang-undang ini (Parate Eksekusi),

adalah

pihak

pengadilan negeri, sementara pihak atau

kreditur sebagai pihak pemohon eksekusi

2) Eksekusi

menunggu hasil pelaksanaan eksekusi eksekutorial yang terdapat dalam

berdasarkan

titel

(lelang) yang dilakukan oleh pengadilan sertifikat

negeri. Bagaimana kedudukan sita dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

Hak

Tanggungan

Jaminan yang melekat hak tanggungan ini ayat (2) undang-undang ini, dan

terlebih dahulu membahas sedikit tentang

3) Eksekusi melalui penjualan obyek Hak

penyitaan.

Tanggungan secara di bawah tangan

bahwa Tujuan atas

Perlu

diketahui

dilakukannya Penyitaan adalah pemegang Hak Tanggungan.

kesepakatan pemberi

dan

a. agar gugatan tidak illusoir (tidak Berdasarkan ketiga cara eksekusi

dipindahkan kepada orang lain atau tersebut,

tidak di bebani dengan sewa- membutuhkan yang namanya sita jaminan,

sementara satu

diantaranya

yaitu

b. merupakan upaya hukum bagi berdasarkan

title

eksekutorial

penggugat untuk menjamin dan membutuhkan sita Jaminan.

kepentingannya atas Kreditur cukup membawa sertifikat

melindungi

keutuhan dan keberadaan harta Hak Tanggungan yang memakai irah-irah

kekayaan tergugat sampai putusan "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

memperoleh kekuatan hukum tetap, Yang Maha Esa" ke pengadilan negeri dan

bermaksud untuk langsung

c. upaya

menghindari tindakan iktikad buruk eksekusi hak tanggungan kepada ketua (bad faith) tergugat dengan berusaha pengadilan negeri di wilayah mana obyek melepaskan diri memenuhi tanggung hak tanggungan itu berada. jawab perdata (civil liability) yang

166 Yosua Rinaldi Perlawanan Pelaksanaan Atas Executorial Titel..

mesti dipikulnya atas wanprestasi yang dalam perjanjian kredit yang mana dilakukannya.

memiliki

sifat

yang memberikan

diutamakan atau Pengadilan, secara hukum harta

d. Dengan adanya penyitaan melalui

kedudukan

yang

mendahului kepada pemegangnnya, selalu kekayaan

tergugat berada dan mengikuti objeknya yang dijaminkan dalam ditempatkan dibawah penjagaan dan

tangan siapa pun objek itu berada, pengawasan Pengadilan, sampai ada

memenuhi asas spesialitas dan publisitas, perintah

sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan pencabutan sita.

pengangkatan

atau

memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Hak Tanggungan menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4

Begitu pun jika dikaitkan dengan Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas

tujuan dilakukannya sita, maka juga Tanah Beserta Benda-benda yang berkaitan

terlihat sangat jelas bahwa tidak mungkin dengan Tanah (UUHT), adalah hak jaminan

jaminan ini menjadi illusoir dimana yang dibebankan pada hak atas tanah

jaminan dipindah tangankan atau tidak ada sebagaimana dimaksud dalam UUPA,

pada saat akan dieksekusi, karena sekali berikut atau tidak berikut benda-benda lain

lagi bahwa hak tanggungan selalu yang merupakan satu kesatuan dengan

mengikuti objeknya yang dijaminkan dalam tanah itu. untuk pelunasan utang tertentu.

tangan siapa pun objek itu berada. yang memberikan kedudukan vang

Berbeda ketika jaminan tersebut diutamakan kepada kreditur tertentu

didasarkan pada Pasal 1131 dan Pasal terhadap kreditur-kreditur lain. Rumusan

1132 KUH Perdata. Didalam Pasal 1131 Pasal 1 butir 1 UUHT tersebut dapat

KUHPerdata menentukan bahwa: diketahui bahwa pada dasarnya suatu hak

“Segala kebendaan si berutang, baik tanggungan adalah suatu bentuk jaminan

yang bergerak maupun yang tidak pelunasan utang, dengan hak mendahulu,

bergerak, baik yang sudah ada maupun dengan objek jaminannya berupa hak-hak

yang baru akan ada di kemudian atas tanah yang diatur dalam UUPA.

hari,menjadi tanggungan untuk segala Penjelasan di atas dapat disimpulkan

perikatan perseorangan“. bahwa Hak Tanggungan adalah jaminan

Pada Pasal 1132 KUHPerdata menentukan untuk pelunasan utang yang mana di dalam

bahwa:

hak tanggungan tersebut melekat prinsip “Kebendaan tersebut menjadi jaminan memberikan kedudukan yang diutamakan bersama-sama bagi semua orang yang

atau mendahului kepada pemegangnnya, mengutangkan kepadanya; pendapatan

selalu mengikuti objeknya yang dijaminkan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi

dalam tangan siapa pun objek itu berada, menurut keseimbangan, yaitu menurut

memenuhi asas spesialitas dan publisitas, besar kecilnya piutang masing-masing,

sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan kecuali apabila diantara para berpiutang

memberikan kepastian hukum kepada itu ada alasan-alasan yang sah untuk

pihak-pihak yang berkepentingan, serta

didahulukan“.

mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Rumusan Pasal 1131 dan Pasal 1132 Apabila mengananalisis penjelasan di

KUHPerdata dapat diketahui bahwa atas maka terlihat secara jelas bagaimana

kebendaan siberhutang itu secara umum tidak pentingnya kedudukann sita jaminan

menjadi jaminan atas utang siberutang, dan terhadap jaminan yang telah melekat Hak

hasil penjualan benda jaminan dibagi Tanggungan.

diantara para kreditur seimbang dengan tanggungan adalah jaminan yang memang

piutangnya masing-masing. para kreditur telah disiaapkan untuk pelunasan suatu

itu mempunyai kedudukan yang sama, utang tertentu berdasarkan yang disetujui

Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 8 Nomor 1, Januari 2016 167

tidak ada yang lebih didahulukan dalam dibagi lagi sebagai berikut: (1) Hukum pemenuhan piutangnya.

materil dibagi menjadi hukum materil yang Jaminan yang diatur sebagaimana

mengandung unsur-unsur materil; hukum dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132

materil yang mengandung unsur-unsur KUHPerdata dalam praktek perkreditan

formil. (2) Hukum formil dibagi menjadi: tidak memuaskan bagi bank sebab

hukum formil yang mengandung unsur- menimbulkan rasa khawatir dan kurang

unsur materil; hukum formil yang menjamin pengembalian kredit yang

mengandung unsur-unsur formil. diberikan.

Eksekusi pada dasarnya adalah Oleh karena itu menurut penulis,

tindakan melaksanakan atau menjalankan dalam hak tanggungan sertifikat Hak

keputusan pengadilan. Menurut Pasal 195 Tanggungan yang memakai irah-irah "Demi

eksekusi adalah Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang

HIR,

pengertian

putusan hukum oleh Maha Esa" yang dimaksud sama dengan

menjalankan

pengadilan. "Hak menjalankan putusan putusan yang mempunyai kekuatan Hukum

hakim" sebagaimana diatur dalam Hukum tetap adalah untuk mempermudah dalam

Acara Perdata merupakan keseluruhan proses eksekusi yang sifat putusannya

yang mengatur sama dengan putusan yang bersifat

ketentuanketentuan

tentang yang dapat dipergunakan untuk Kondemnatoir. Misalnya ketika debitur

memaksa seorang yang dikalahkan tidak mau menyerahkan atau tidak mau

perkaranya untuk melakukan apa yang mengosongkan sebuah rumah, maka

diwajibkan kepadanya sesuai dengan amar berdasarkan sertifikat hak tanggungan

putusan hakim, bilamana pihak yang yang memakai irah-irah "Demi Keadilan

dikalahkan tidak melakukannya secara Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa"

sukarela, maka pihak yang dimenangkan langsung dapat melakukan eksekusi.

dengan mengajukan dapa melaksanakan isi putusan kepada Ketua Pengadilan Negeri

B. Kendala-kendala Dengan Timbulnya

dimana perkara tersebut diajukan dengan

Upaya Hukum Dalam Pelaksanaan

bantuan alat-alat paksa.

Eksekusi Titel Eksekutorial Hak

Menurut penulis eksekusi terjadi

Tanggungan

sebagai upaya terakhir dari kreditor untuk Eksekusi menurut Herowati Poesoko

mendapatkan hak-haknya apabila debitor dalam pandangan yang berlaku umum

wanprestasi. Pengertian wanprestasi atau senatiasa dikaitkan dengan eksekusi

breach of contract, menurut Subekti adalah putusan

"Apabila si berutang (debitor) tidak berkekuatan hukum tetap, atau dikaitkan

melakukan apa yang dijanjikannya, maka dengan suatu akta dengan titel eksekutorial

dikatakan ia melakukan "wanprestasi", yang masuk dalam kategori Hukum Perdata

artinya debitor alpa atau lalai atau ingkar Formil. Hukum Perdata sendiri menurut

janji atau melanggar perjanjian, bila ia

H.F.A. Vollmar secara substansif Hukum melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak Perdata dibagi menjadi Hukum Materil dan

boleh dilakukannya.

Formil. Hukum perdata materil ialah Setiap perikatan yang lahir dari aturan-aturan Hukum yang mengatur hak- perjanjian memuat seperangkat hak dan

hak dan kewajiban-kewajiban perdata itu kewajiban yang harus dilaksanakan atau sendiri, sedangkan Hukum Perdata Formil

ditepati oleh para pihak dinamakan sebagai menentukan

prestasi. Menepati (nakoming) berarti pemenuhan hak-hak materil tersebut dapat

memenuhi isi perjanjian, atau dalam arti dijamin. Hukum Perdata formil itu sebagian

yang lebih luas "melunasi" (betaling) besar adalah identik dengan yang disebut

pelaksanaan perjanjian, yaitu memenuhi Hukum Acara Perdata. Menurut mazhab

dengan sempurna segala isi, tujuan dari historis, pembagian di atas masih harus

168 Yosua Rinaldi Perlawanan Pelaksanaan Atas Executorial Titel..

ketentuan sesuai dengan kehendak yang tanggungan, dibubuhkan irah-irah dengan telah disetujui oleh para pihak.

"DEMI KEADILAN Wanprestasi dianggap sebagai suatu

kata-kata:

BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA kegagalan untuk melaksanakan janji yang

ESA,” untuk memberikan kekuatan telah disepakati disebabkan debitor tidak

eksekutorial yang sama dengan putusan melaksanakan kewajiban tanpa alasan yang

pengadilan yang sudah mempunyai dapat diterima oleh hukum. Adapun bentuk

kekuatan hukum tetap. Selain itu, sertipikat wanprestasi yang dilakukan oleh debitor

hak tanggungan tersebut dinyatakan dapat berupa 4 (empat) macam, yaitu:

sebagai pengganti grosse acte hypotheek, tidak melakukan apa yang disanggupi akan

yang untuk eksekusi hipotik atas tanah dilakukannya; melaksanakan apa yang

syarat dalam dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana

ditetapkan

sebagai

melaksanakan ketentuan Pasal 224 dijanjikan;

HIR/Pasal 258 RBG.

dijanjikannya tetapi terlambat; melakukan

grosse akta sesuatu yang menurut perjanjian tidak

Fungsi

eksekusi

hipotik/sertipikat hipotik sampai dengan boleh dilakukannya. Atau dapat dikatakan

sertipikat hak tanggungan tetap mengacu bahwa sama sekali tidak memenuhi

pada Pasal 224 HIR/258 RBg., yang prestasi; tidak tunai memenuhi prestasi;

merupakan fungsi terlambat memenuhi prestasi; keliru

eksekusinya

kewenangan ex officio Ketua Pengadilan memenuhi prestasi.

Negeri memerintahkan dan memimpin Eksekusi dilakukan terhadap sertipikat

jalannya eksekusi, bukan hanya terbatas hak tanggungan yang di dalamnya memuat

atas pengeluaran surat penetapan yang irah-irah

memerintahkan eksekusi. Fungsi ex officio KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN

tersebut meliputi:

YANG MAHA ESA. Sertipikat hak

a. mulai dari tindakan executorial beslag; tanggungan yang demikian mempunyai

b. pelaksanaan pelelangan, termasuk kekuatan

segala proses dan prosedur yang putusan pengadilan, demikian diatur dalam

eksekutorial

sebagaimana

diisyaratkan tata cara pelelangan; Pasal 14 UUHT dan penjelasannya.

c. sampai kepada tindakan pengosongan Prosedur eksekusi dengan pertolongan

dan penyerahan barang yang dilelang hakim tersebut adalah prosedur eksekusi

kepada pembeli lelang; atau yang ada dalam Hukum Acara Perdata

penyerahan dan sebagaimana diatur dalam Pasal 224

d. sampai

pada

penguasaan pelaksanaan secara nyata HIR/Pasal 258 RBg. Penggunaan prosedur

barang yang dieksekusi pada eksekusi ini dengan tegas dapat dibaca dalam

riil.

Penjelasan Umum Nomor 9 UUHT, seperti berikut ini. Salah satu ciri hak tanggungan

Fiat eksekusi merupakan eksekusi yang kuat adalah mudah dan pasti dalam

yang dilaksanakan oleh Kantor Lelang pelaksanaan eksekusinya. Walaupun secara

Negara setelah mendapat persetujuan dari umum ketentuan tentang eksekusi telah

Ketua Pengadilan Negeri setempat. diatur dalam Hukum Acara Perdata yang

Penetapan Ketua pengadilan Negeri berlaku,

tersebut bukanlah merupakan putusan memasukkan secara khusus ketentuan

Pengadilan Negeri yang diputus melalui tentang eksekusi hak tanggungan dalam

gugatan perdata, tetapi merupakan jalan undang-undang ini, yaitu yang mengatur

pintas. Terhadap permohonan fiat eksekusi lembaga parate executie sebagaimana

ini pihak Pengadilan Negeri cukup dimaksud dalam Pasal 224 HIR/Pasal 258

melakukan pemeriksaan terhadap syarat- RBg. Sehubungan dengan itu, pada

syarat formal yang telah ditentukan. sertipikat hak tanggungan yang berfungsi

Berdasarkan fiat eksekusi dari Ketua sebagai surat tanda bukti adanya hak

Pengadilan Negeri tersebut yang biasanya

Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 8 Nomor 1, Januari 2016 169

disusuli dengan terbitnya surat perintah

Syarat Umum:

penjualan lelang, maka Kantor Lelang

a. Permohonan Lelang; merupakan penjual atas obyek Hak

b. Daftar barang yang akan diajukan Tanggungan di muka umum. Namun

lelang;

sebelum Ketua

Pengadilan

Negeri

Syarat khusus:

menerbitkan fiat eksekusi biasanya didahului dengan pemberian peringatan

a. Salinan/fotocopy Perjanjian Kredit; (aanmaning) kepada debitor agar dalam

b. Salinan/fotocopy Sertipikat Hak jangka waktu tertentu dia memenuhi

Tanggungan;

Perincian prosedur tersebut dilalui, maka Ketua

kewajibunnya secara sukarela. Setelah

c. Salinan/fotocopy

Hutang/jumlah kewajiban debitor yang Pengadilan Negeri mengeluarkan surat

harus dipenuhi;

perintah penjualan lelang atas obyek hak

bukti bahwa jaminan yang ditujukan kepada Kantor debitor wanprestasi, berupa peringatan- Lelang Negara untuk melaksanakan peringatan maupun pernyataan dari pihak penjualan lelang secara umum. Prosedur

d. Salinan/fotocopy

kreditor;

yang demikian berlaku terhadap eksekusi berdasarkan Sertipikat Hak Tanggungan.

e. Asli/fotocopy bukti kepemilikan

hak.

Berkaitan dengan eksekusi Hak Tanggungan maka penulis memandang

2. Penjualan Lelang Berdasarkan Pasal

perlu untuk mengemukakan pelaksanaan

20 ayat (1) huruf b jo. Pasal 14 ayat

eksekusi Hak Tanggungan melalui Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Penjualan Lelang tunduk pada Pasal 224 (KPKNL). Salah satu tugas pelayanan yang

HIR, Pasal 258 RGB apabila tidak dilakukan oleh KPKNL adalah melayani

diperjanjikan kuasa menjual sendiri. pengguna jasa lelang untuk menjual barang

Sehingga dalam penjualan lelang tersebut melalui tata cara lelang.

pemegang hak tanggungan harus meminta Dalam pelaksanaan lelang eksekusi hak

bantuan kepada Ketua Pengadilan Negeri tanggungan KPKNL melakukan 2 (dua) cara

untuk dimintakan fiat dan penetapan eksekusi, yaitu:

eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri dan selanjutnya Pengadilan Negeri yang akan

1. Berdasarkan ketentuan Pasal 6

mengajukan permohonan lelang kepada

UUHT KPKNL.

Apabila debitor cidera janji, pemegang hak Dokumen Lelang Eksekusi Pengadilan: tanggungan pertama mempunyai hak

untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas

a. Permohonan Lelang; kekuasaan sendiri melalui pelelangan

b. Daftar Barang yang akan dilelang. umum

serta mengambil pelunasan

Syarat khusus:

piutangnya dari hasil penjualan tersebut.

a. Salinan/fotocopy Putusan dan/atau Hak untuk menjual obyek hak tanggungan

Penetapan Pengadilan

atas kekuasaan sendiri merupakan salah

Penetapan satu

b. Salinan/fotocopy

Aanmaning/teguran kepada tereksekusi diutamakan yang dipunyai oleh pemegang

dari Ketua Pengadilan;

hak tanggungan atau pemegang hak tanggungan pertama dalam hal terdapat

c. Salinan/fotocopy Penetapan Sita lebih dari satu pemegang hak tanggungan.

oleh Ketua Pengadilan;

Dokumen persyaratan untuk mengajukan

d. Salinan/fotocopy Berita Acara Sita; Lelang Eksekusi berdasarkan Pasal 6

Perincian Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996

e. Salinan/fotocopy

Hutang/Jumlah Kewajiban tereksekusi (UUHT).

yang harus dipenuhi;

170 Yosua Rinaldi Perlawanan Pelaksanaan Atas Executorial Titel..

Untuk harga limit yang dengan cara Lelang kepada termohon eksekusi;

f. Salinan/fotocopy

Pemberitahuan

menjual di bawah tangan.

g. Asli dan/atau fotocopy bukti Tahapan dalam melakukan eksekusi pemilikan hak.

hak tanggungan berdasarkan Sertipikat Dalam Lelang Eksekusi ada faktor

Hak Tanggungan sebagaimana yang telah terdesak di mana Penjual sangat

penulis uraikan di atas merupakan suatu membutuhkan sementara pembeli tidak.

penulis dalam Hal ini berakibat harga lelang eksekusi

kendala

menurut

prakteknya. Hal ini didasarkan pada cenderung di bawah nilai wajar, atau di

proses eksekusi bawah harga pasar. Rendahya harga barang

pemikiran

bahwa

berdasarkan title eksekutorial tersebut yang dijual melalui lelang eksekusi, juga

memerlukan waktu yang cukup lama dan akibat biaya yang harus dikeluarkan. Untuk

biaya. Mengingat walaupun secara teoritis pemegang

hakim hanya memeriksa syarat-syarat mengajukan permohonan eksekusi melalui

formal namun tidak tertutup kemungkinan pengadilan harus memperhitungkan biaya

terjadinya perlawanan oleh pihak yang eksekusi termasuk di dalamnya biaya

merasa dirugikan dalam pelaksanaan pengumuman melalui harian/surat kabar

eksekusi tersebut. Selain hal tersebut dan

sebelum memberikan penetapan eksekusi memperhitungkan

hakim harus terlebih dahulu harus pengosongan (Eksekusi Riil Pasal 200 ayat

pengeluaran biaya

memberikan teguran dan memanggil (11) HIR, bea lelang, dan BPHTB).

debitor secara layak.

Citra Lelang sendiri oleh sebagian Eksekusi obyek hak tanggungan secara orang seringkali mendapat kecaman,

paksa melalui Pengadilan Negeri tidak karena penetapan harga limit oleh penjual

selalu berjalan dengan baik. Terdapat atas barang yang dilelang dianggap terlalu

beberapa kendala yang dihadapi kreditor rendah atau harga limit lelang hanya

dalam menjalankan eksekusi secara paksa, mengutamakan kepentingan (tagihan)

sehingga hasilnya tidak sesuai harapan. kreditor saja.

Salah satu kendala bagi eksekusi obyek Dalam kenyataanya barang yang

hak tanggungan melalui pengadilan adalah menjadi obyek lelang juga telah semakin

adanya gugatan perlawanan dari pemberi besar dan/atau semakin kompleks.

hak jaminan dengan alasan dia keberatan Sehingga peran jasa penilai (appraisal) atau

atas surat paksa, tanahnya telah disewakan perusahaan jasa penilai pada waktu

sebelum dijaminkan, barang jaminan sekarang ini menjadi suatu kebutuhan yang

merupakan harta gono-gini, atau harga penting dalam menetapkan harga limit

lelang terlalu rendah.

barang yang akan dilelang. Kebutuhan jasa Menurut Retnowulan Sutantio dalam penilai ini menjadi sangat urgent

M. Khoidin menjelaskan bahwa terdapat (mendesak) pada lelang eksekusi karena

pula kendala teknis bagi eksekusi obyek sangat terkait dengan rasa keadilan dan

hak tanggungan atas perintah Pengadilan kepastian hukum.

Negeri,

seringkali diajukan gugatan/bantahan dari debitor atau pihak

yaitu

Akan tetapi dalam UUHT ternyata ketiga, pembeli kesulitan melakukan

belum mengatur penggunaan penilaian pengosongan atas obyek hak tanggungan

atau appraisal dalam penetapan harga limit yang telah dibeli dari pelelangan, karena

terendah barang yang akan dilelang. Harga pihak Pengadilan Negeri melakukan

limit diatur dalam Pasal 29 PMK. No. 40 penangguhan pengosongan dan sulit

Tahun 2006 Dalam pelaksanaan lelang mencari pembeli lelang atau peminat

eksekusi, harga limit serendahrendahnya pembeli lelang sedikit. Sedangkan J. Satrio

ditetapkan sama dengan nilai likuidasi. berpandangan pada saat

ini ada

Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 8 Nomor 1, Januari 2016 171

keengganan sementara orang untuk ikut diminta untuk dieksekusi melebihi jumlah serta dalam lelang obyek hak jaminan atau

hutang yang terdapat dalam grosse akta. Di untuk menjadi pembeli dalam suatu

samping itu jumlah hutangnya tidak pasti eksekusi. Keengganan orang membeli

juga dapat diterima sebagai alasan melalui lelang disebabkan oleh mahalnya

pengajuan partij verzet. Alasan hukum biaya lelang serta pengosongan atas barang

lainnya untuk melakukan perlawanan ini yang

oleh debitor adalah penetapan pengadilan kesulitan dan bahkan harus mengajukan

dibeli kadangkala

mengalami

menimbulkan kerugian atas hak atau gugatan ke pengadilan.

termohon eksekusi Rendahnya animo peminat lelang

kepentingan

sebagaimana dimaksud Pasal 378 Rv. sangat berpengaruh

Hambatan-hambatan yang timbul eksekusi, mengingat apabila tidak ada

pada jalannya

eksekusi hak peserta lelang atau obyek jaminan yang

dalam

pelaksanaan

tanggungan sebagaimana yang telah akan dilelang tidak laku, tentu akan sangat

diuraikan di atas, menurut penulis merugikan kreditor. Akibat sedikit atau

merupakan suatu kendala hukum yang bahkan tidak ada peminat lelang, maka

telah dapat diprediksi sebelumnya oleh seringkali bank (kreditor) terpaksa

pihak bank selaku kreditor, mengingat membeli sendiri obyek lelang. Pembelian

kendala tersebut merupakan suatu barang jaminan yang dilakukan oleh bank

peristiwa hukum yang telah pernah terjadi tersebut tidak dilakukan secara langsung,

suatu proses melainkan melalui pihak ketiga “orang

sebelumnya

dalam

pelaksanaan eksekusi hak tanggungan, suruhan”, yang dapat berasal dari pegawai

sehingga menurut penulis pihak bank bank, pejabat bank atau orang lain yang

selaku kreditor seharusnya telah dapat diberi dana oleh bank untuk rnembeli

mengambil langkah-langkah antisipasi agar barang jaminan. Dilihat dari aspek hukum

dapat diminilisir perbuatan ini adalah batal, sekalipun di

kendala

tersebut

kemungkinan untuk terjadi. dalam perjanjian kredit atau perjanjian

Berikut ini contoh kasus objek jaminan jaminan dicantumkan klausula bahwa bank

yang telah diikat dengan Hak Tanggungan boleh memiliki barang jaminan, maka

namun adanya upaya hukum yang klausula tersebut batal demi hukum. Selain

dilakukan oleh debitor dan pihak ketiga hal tersebut pembelian demikian biasanya

melalui Gugatan di PT. Bank Panin, Tbk terjadi dengan harga yang sangat murah

Kantor Cabang Bogor:

sehingga merugikan debitor selaku pemilik barang jaminan yang dilelang.

1. Kronologis debitur Ari Sulitio

Selain hal tersebut di atas pelaksanaan Bahwa debitur pada tahun 2008 eksekusi

mendapat fasilitas kredit Pinjaman Tanggungan sebagai pengganti grosse akta

Angsuran Kredit Serbaguna sebesar Rp. hipotik menurut M. Khoidin dapat dilawan

1.200.000.000,- (satu miliar dua ratus juta oleh debitor selaku pihak termohon

rupiah) dengan objek jaminan Sertipikat eksekusi atau oleh orang lain, yang

Hak Milik No. 352/Bekasi Timur atas nama diajukan kepada.

Bapak debitur yang dijaminkan kepada PT. Perlawanan oleh termohon eksekusi

Bank Panin Cabang Bogor sesuai dengan disebut sebagai perlawanan pihak (partij

Akta Pemberian Hak Tanggungan No. verzet). Menurut Yahya Harahap dalam M.

13/2008 pada tanggal 9 Januari 2008 yang Khoidin dalil pokok yang dijadikan alasan

dibuat dihadapan PPAT Purnamawati untuk mengajukan partij verzet atas

Santosa, SH., di kemudian hari debitur telah eksekusi berdasarkan Pasal 224 HIR adalah

lalai atau tidak dapat memenuhi mengenai keabsahan formal dan alasan

kewajibannya kepada PT. Bank Panin materil yang menyangkut besarnya jumlah

Cabang Bogor, dengan dasar itu kreditur hutang yang pasti. Jumlah hutang yang

memohon sita eksekusi terhadap tanah

172 Yosua Rinaldi Perlawanan Pelaksanaan Atas Executorial Titel..

berikut bangunan tersebut dengan rincian Hak Tanggungan No. 1151/2003 Jo. Akta hutang

Pemberian Hak Tanggungan No. 1.433.157.288,95 (satu miliar empat ratus

161/2003. Pada saat fasilitas kredit tiga puluh tiga juta seratus lima puluh tujuh

berlangsung timbul gugatan perdata dari ribu dua ratus delapan puluh delapan

pihak ketiga (Penggugat) atas objek rupiah sembilan puluh lima sen). Pada

dengan perihal tahun 2010 telah dilakukan sita eksekusi

jaminan

dimaksud

Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh juru sita Pengadilan Negeri Bekasi dan

oleh debitur karena terbit sertifikat No. selanjutnya

1024/Cipayung Datar sama dengan sebagaimana dimaksud Risalah Lelang No.

dilakukan

pelelangan

sertifikat No. 1022/Cipayung milik pihak 506/2010 tanggal 29 Desember 2010 yang

ketiga (Penggugat) tersebut. Dalam proses diterbitkan

berjalan gugatan Mahkamah Agung dengan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)

oleh

Kantor Pelayanan

Putusan No. 885 K/Pdt/2007 bulan Bekasi. Bahwa berdasarkan lelang tersebut

Oktober 2007 putusan kasasi memutus telah ditetapkan pemenang lelang atas

bahwa menyatakan Sertifikat Hak Milik No. objek tersebut dan hasil lelang tersebut

nama Suheli diperuntukkan untuk pelunasan semua

1022/Cipayung

atas

(Penggugat) berdasarkan Gambar Situasi kewajiban debitur di PT. Bank Panin Tbk.

No. 938/1975 tanggal 1 Juni 1991 adalah Kantor Cabang Bogor. Setelah terjadinya

sah menurut hukum; Menyatakan Akta Jual pelelangan tersebut debitur mengajukan

Beli No. 9 tahun 2002 dan Sertifikat Hak Gugatan

Tanggungan No. 260/2002 Jo. Akta 70/Pdt.G/2014.PN.BKS tanggal 10 Februari

Pemberian Hak Tanggungan No. 37/2002 2014 dan No. 53/Pdt.G/2015/PN.BGR

serta Sertifikat Hak Tanggungan No. tanggal 30 Oktober 2015 dengan dasar

1151/2003 Jo. Akta Pemberian Hak Perbuatan Melawan Hukum, menurut dalil

161/2003 tidak gugatan debitur bahwa PT. Bank Panin

Tanggungan

No.

mempunyai kekuatan hukum. Bahwa telah bersengkokol karena pemenang

perkara ini menyebabkan tidak ada lelang adalah karyawan bank sendiri dan

kepastian hukum bagi PT. Bank Panin Tbk. menjual kembali kepada pihak lain dengan

Kantor Cabang Bogor dan merugikan bagi harga yang lebih mahal dengan dasar itu

bank untuk menjamin pelunasan hutang debitur menggugat PT. Bank Panin Tbk.

debitur untuk eksekusi objek jaminan bagi Kantor Cabang Bogor. Atas peristiwa

debitur yang telah dinyatakan lalai karena tersebut

PT. Bank Panin dalam penerbitan hak menghalang-halangi atau membatalkan

tanggungan telah berdasarkan ketentuan- hasil lelang atas objek jaminan yang telah

ketentuan hukum dan Undang-Undang dilakukan oleh PT. Bank Panin Tbk. Kantor

yang berlaku.

Cabang Bogor melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)

C. Kepastian Hukum Terhadap Title

Bekasi.

Eksekutorial Hak Tanggungan

1. Upaya Hukum Terhadap Title

2. Kronologis debitur Tedy Supriatna Eksekutorial Hak Tanggungan

Debitur atas nama Teddy Supriyatna Upaya hukum adalah upaya yang mendapatkan fasilitas PJPA pada bulan

diberikan oleh Undang-Undang kepada Januari 2002 dengan plafond sebesar Rp.

seseorang atau badan hukum untuk dalam 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah)

hal tertentu melawan putusan hakim. dengan objek jaminan dengan Sertifikat

Dalam Hukum Acara Perdata dikenal dua Hak Milik No. 1024/Cipayung Datar

macam upaya hukum, yaitu upaya hukum berdasarkan Sertifikat Hak Tanggungan No.

biasa dan upaya hukum luar biasa. 260/2002 Jo. Akta Pemberian Hak

Upaya hukum biasa adalah perlawanan Tanggungan No. 37/2002 serta Sertifikat

terhadap putusan perstek, banding dan

Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 8 Nomor 1, Januari 2016 173

kasasi. Pada asasnya, upaya hukum ini benar dan pemilik sejati dari barang yang menangguhkan eksekusi. Pengecualiannya

disita, namun oleh karena ia telah adalah apabila putusan tersebut dijatuhkan

terlambat mengajukan perlawanan, maka dengan ketentuan dapat dilaksanakan

perlawanan yang diajukannya akan tidak terlebih dahulu (uitvoerbaar bij voorraad

berhasil dan dinyatakan tidak dapat ex Pasal 180 (1) HIR), maka meskipun

diterima (Putusan Mahkamah Agung diajukan upaya biasa namun eksekusi

tertanggal 24 Januari 1980 No. 393 berjalan terus.

K/Sip/1975 termuat dalam Yurispudensi Berbeda dengan upaya hukum biasa,

Indonesia 1979-1, halaman 224, Putusan mengenai upaya hukum luar biasa pada

Mahkamah Agung tertanggal 15 April 1981 asasnya tidak menangguhkan eksekusi.

No. 1281K/Sip/1979 termuat dalam Yang termasuk upaya hukum luar biasa

Yurispudensi Indonesia 1981-1 halam adalah perlawanan pihak ketiga terhadap

305). Barang yang telah dilelang itu akan sita eksekutorial dan peninjauan kembali.

tetap ada pada pembeli pelelangan tersebut, dan terhadap barang yang telah

Jadi meskipun diajukan perlawanan diserahkan kepada pihak yang menang

pihak ketiga terhadap sita eksekutorial akan tetap ditangan yang menerima barang

atau diajukan permohonan peninjauan tersebut. Jalan apakah yang harus

kembali. Maka eksekusi berjalan terus. Hal ditempuh oleh orang sesungguhnya berhak

mana dapat dibaca dari ketentuan Pasal atas barang tersebut. Ia dapat mengajukan

207 ayat 3 HIR dan Pasal 66 ayat 2 Undang-

Tergugat yang Undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun

Gugatan

kepada

dahulu/Tergugat semula, yaitu orang yang 1985. Perlawanan pihak ketiga terhadap

merugikannya untuk mendapatkan sesuatu sita eksekutorial baru akan menangguhkan

ganti rugi.

eksekusi yang bersangkutan, apabila dengan mudah dan segera terlihat bahwa

Eksekusi obyek hak tanggungan oleh perlawanan yang diajukan tersebut benar- Undang-Undang Hak Tanggungan diatur benar beralasan, misalnya apabila BPKB

secara sistematis dan terpadu. Undang- mobil atau sertipikat tanah yang akan

Undang Hak Tanggungan adalah ketentuan dilelang adalah jelas tertulis atas nama

Hukum Materiil Perdata sedangkan pihak ketiga. Perlawanan pihak ketiga

HIR/RBG adalah ketentuan Hukum Acara diajukan oleh seorang yang semula bukan

Perdata, ini berarti ketentuan tentang merupakan pihak dalam berpekara yang

eksekusi dalam Hukum Acara Perdata bersangkutan, akan tetapi oleh karena ia

dipinjam oleh Hukum Materiil Perdata. adalah pemilik barang yang akan dilelang

Akibat hukum dari hal ini adalah atau akan diserahkan kepada Penggugat

eksekusi obyek hak jadi oleh karena barang itu adalah miliknya

pelaksanaan

tanggungan hanya sah apabila didasarkan dan bukan milik Tergugat, maka ia

Pasal 224 HIR/ Pasal 258 RBG sedangkan mengajukan upaya hukum tersebut. Yang

seluruh ketentuan Undang-Undang Hak harus dibuktikan oleh pihak ketiga tersebut

Tanggungan tentang eksekusi belum adalah bahwa barang tersebut merupakan

berlaku. Dengan demikian pelaksanaan barang miliknya. Apabila pihak ketiga

eksekusi obyek hak tanggungan berdasar tersebut berhasil membuktikan bahwa

Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan barang itu adalah miliknya maka sita akan

adalah tanpa dasar hukum akibatnya diperintahkan untuk diangkat.

pelaksanaan eksekusi tersebut tidak sah. Sehubungan

tidak sahnya Dalam hal perlawanan diajukan secara

dengan

pelaksanaan eksekusi menurut Pasal 6 terlambat, yaitu dimana barang tersebut

Undang-Undang Hak Tanggungan maka sudah dilelang atau sudah diserahkan

debitor dan/atau pihak ketiga yang merasa kepada pihak yang menang, maka pelawan

dirugikan dapat mengajukan upaya akan gigit jari. Mungkin pelawan adalah

hukum. Jenis upaya hukum yang dapat sesungguhnya merupakan pihak yang

174 Yosua Rinaldi Perlawanan Pelaksanaan Atas Executorial Titel..

diajukan adalah Perlawanan (Verzet) untuk penjual atau penetapan provisional atau melawan proses eksekusi hak tanggungan.

putusan dari lembaga peradilan. Verzet

Menurut penulis bahawa upaya hukum eksekusi masih berlangsung sedangkan

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25