FENOMENA MODERNISASI DI INDONESIA: MEMBANGUN TRUST SOCIETY MELALUI KAPITAL SOSIAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF ISLAM
FENOMENA MODERNISASI DI INDONESIA: MEMBANGUN
TRUST SOCIETY MELALUI KAPITAL SOSIAL DITINJAU DARI
PERSPEKTIF ISLAM
Oleh
H. Catur Wahyudi
FISIP Universitas Merdeka Malang
ABSTRAK
Kapital sosial selain menjadi norma, juga menjadi kepercayaan sosial dan juga sebagai
pertukaran menjadikan entitas masyarakat semakin menguatkan kelompok masyarakat
tersebut. Keberadaan sosial kapital dalam lingkungan masyarakat mampu membentuk entitas
masyarakat tersebut menjadi lain dengan lingkungan lainnya. Modernisasi yang terus
berkembang terus menjadi pendorong dalam pengikisan terhadap norma-norma yang berlaku
dalam komunitas masyarakat. Oleh sebab itu trust society yang telah terbentuk harus terjaga
oleh satu struktur kapital sosial yang mapan. Islam memandangnya sebagai kondisi masyarakat
madani. Dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang notabene memeluk agama
Islam, kapital sosial telah terbentuk dalam interaksi masyarakat. Zakah, infaq, dan sedekah
yang dianjurkan oleh Islam menjadi rutinitas sosial serta rutinitas spritual bagi masyarakat. Oleh
sebab itu, kerukunan dan keguyuban masyarakat tekelompok dalam kelompok-kelompok
yasinan maupun tahlilan, dan lain sebagainya.
Kata Kunci : Modernisasi, Kepercayaan Sosial, Society, Kapital Sosial.
social development”. Aplikasi social capital
PENDAHULUAN
Popularitas
(social
capital)
kapital
sosial
terkait masalah sosial menurut Lawang
beberapa
tahun
(2005: 88-89) bersifat multiguna (multi-
konsep
pada
terakhir mewarnai dinamika perspektif di
purpose)
kalangan
kemampuan praksis dari kapital sosial
pemerhati
ilmu-ilmu
sosial,
dan
multi
sebab
khususnya di kalangan pengembang teori-
selalu
teori sosiologi. Sebelumnya telah dikenal
lainnya untuk mengatasi masalah sosial
berbagai
secara berdaya guna, seperti kemiskinan,
bentuk
kapital,
yaitu
natural
bersama-sama
pespektif,
dengan
capital, financial capital, physical capital,
ketidakberdayaan,
marginalitas,
human capital, dan human made capital
nilai
kapital
(producced assets). World Bank (The World
diperhitungkan
Bank,
kapital lainnya.
sebagai
1998)
“…a
memaknai
society
social
includes
capital
kapital
dari
kapital
dimana
sosial
bersama-sama
selalu
dengan
the
institutions, the relationships, the attitudes
Sementara itu, modernisasi memiliki
and values that govern interactions among
potensi
yang
dapat
melemahkan
atau
people and contribute to economic and
sebaliknya menguatkan kapital sosial. Ibnu
1
Khaldun (1332-1406 M) melihat fenomena
tertuju
modernisasi
ditetapkannya
sebagai
perkembangan
pada
pencapaian
sendiri,
tujuan
sehingga
yang
dalam
peradaban, merupakan hasil dari proses
setiap tindakan manusia pasti memiliki
tamaddun (semacam tranformasi pemikiran
unsur rasionalitasnya‖ (Lawang, 2005: 90).
yang lebih sehat), lewat ashabiyah (group
Hambatan-hambatan
feeling), perwujudan kompleksitas produk
manusia
pikiran kelompok manusia yang mengatasi
tersebut acapkali bisa ditembus, maka
negara, ras, suku, atau agama, yang
pilihan tindakan tetap dilakukan, acapkali
membedakannya
lainnya,
pula
dengan
dihindarinya. Perihal hambatan yang sulit
sendirinya. Sejalan dengan hal itu, makalah
ditembus lazimnya berupa struktur sosial
ini akan menyajikan fenomena potensi
makro obyektif yang biasanya bersifat taken
modernisasi dalam kapital sosial yang
of granted.
kendatipun
satu
tidak
dengan
monolitik
dibangun melalui nilai-nilai ke-Islam-an.
dalam
tidak
Konsepsi
yang
dihadapi
tindakan-tindakannya
dapat
kapital
ditembus
sosial
maka
menurut
dulu
Fukuyama (1995, 1999) pada dasarnya
bagaimana konsep Islam tentang kapital
adalah segala ihwal jaringan sosial yang
sosial, agar fenomenanya dapat digali dari
mempunyai makna. Aspek-aspek jaringan
berbagai
sosial, norma sosial, pertukaran dan norma
Untuk
itu,
perlu
contoh
dikaji
kasus
terlebih
yang
ada
di
sosial yang menghubungkan kebersamaan
Indonesia.
dalam rangka mencapai tujuan bersama,
REVIEW
KONSEP
KAPITAL
SOSIAL
DALAM KHASANAH MODERNISASI
masuk dalam kategori ini. Kapital sosial
dalam
perbincangan
ilmu-ilmu
sosial
Literatur yang banyak dikutip terkait
menjadi pusat diskursus penting. Hal ini
dengan konsep kapital sosial adalah artikel
dapat disimak dari perjalanan terminologi ini
klasik James Coleman (2000: 13-39) ketika
hingga memasuki wacana akademis akhir
berbicara tentang fungsi dan struktur dalam
abad ini.
sosial,
Dalam studi yang dilakukan Putnam
pertanyaan yang hendak dijawab adalah
(1993), pertama kali wacana kapital sosial
apakah
terkandung
dikemukakan bukan oleh teoritisi ilmu sosial
dalam struktur sosial itu demikian absolut
namun oleh seorang praktisi pendidikan
menentukan tindakan manusia? Jawaban
Hanifan yang pada tahun 1916 yang
Coleman ―tidak demikian, dan tidak juga
menemukan pentingnya campur tangan dan
tindakan manusia itu tidak dikendalikan oleh
keterlibatan masyarakat untuk keberhasilan
struktur sosial, tindakan manusia selalu
pendidikan dalam sekolah. Aspek-aspek
menjelaskan
konsep
determinisme
kapital
yang
2
kemauan baik, kesertaan, simpati, dan
kritik
terhadap
konsep
pertalian sosial dalam sebuah masyarakat
beberapa
amat menentukan dicapainya pemenuhan
batasan kapital sosial.
teoritisi
kapital
memberikan
sosial
variasi
kebutuhan bersama. Temuan itu untuk
Berbeda dengan kapital fisikal dalam
beberapa saat tidak banyak mempengaruhi
teori ekonomi yang merujuk konstruksi uang
perhatian para teoritisi ilmu-ilmu sosial.
dan
Baru setelah 34 tahun, yaitu awal tahun
terletak
1950-an
membesar
seorang
sosiolog
Kanada
finansial,
kekuatan
pada
daya
tatkala
kapital
sosial
dongkraknya
diutilisasikan
yang
dalam
yang
interaksi sosial, semakin dipergunakan dan
dari
sering menjadi basis interaksi masyarakat,
komunitas pinggiran kota. Berikutnya pada
semakin besar timbunan atau stok kapital
tahun 1960-an sosiolog perkotaan, Jacobs
sosial. Apabila kapital fisikal menunjuk pada
mengangkat
aspek-aspek
mengangkat
menjadi
tema
kapital
karakteristik
sosial
keanggotaan
persoalan
batas-batas
fisikal
manusia
kota. Pada tahun 1970-an ekonom Loury
keterampilan yang dikuasai oleh manusia,
menganalisis
kapital sosial menunjuk pada "tandem nilai
sosial
di
pada
sumberdaya
interaksi ketetanggaan dalam komunitas
hukum-hukum
merujuk
dan
hubungan
dan
kawasan kumuh dalam perspektif kapital
kolektivitas"
sosial.
manusia. Kapital sosial, menurut Putnam
Sosiolog Bourdieu (1986) pada tahun
dalam
kekayaan
antar
(2000), ruangan sosialnya terletak di antara
bentuk-bentuk
dua medan kesadaran interaksi dua pihak
sumber-sumber sosial dan ekonomi yang
yang membangun pertukaran kepercayaan.
dapat
Dengan kata lain kapital sosial bukan
1980-an
menganalisis
ditimbulkan dari jaringan sosial.
Coleman
(2000)
melakukan
pernah
dilakukan
hal
Hanifan
yang
terletak
untuk
tetapi
pada
terpusat
masing-masing
pada
radius
manusia,
interseksi
menganalisis konteks sosial pendidikan.
terjadinya proses interaksi sosial antar
Pada akhir era 1990-an, Putnam (1993)
aktor. Kapital sosial yang paling esensial
menganalisis peran kapital sosial dalam
adalah trust dan trustworthies. Keduanya
proses
kelola
berperan
(good
(lubricant) sehingga kinerja dan dinamik
Amerika.
kapital sosial itu menjadi stabil. Pada
Kemudian peran kapital sosial dalam proses
akhirnya kapital sosial dimaknai sebagai
modernisasi
suatu
demokratisasi
pemerintahan
governance)
yang
di
dan
Italia
dan
tata
amanah
dan
kapitalisme
di
Asia,
memberikan
nilai
mutual
iklim
trust
pelumasan
(kepercayaan)
Amerika dan Eropa yang ditulis Fukuyama
antara anggota masyarakat dan masyarakat
(1999; 2000). Dari rangkaian temuan dan
terhadap pemimpinnya, kapital sosial juga
3
merupakan institusi sosial yang melibatkan
kemampuan
jaringan (network), norma-norma (norms),
kemandirian masyarakat dan menjalankan
dan kepercayaan sosial (social trust) yang
fungsi yang baik, kualitas pemahaman
mendorong kolaborasi sosial (koordinasi
terhadap hak dan kewajiban tiap orang,
dan kooperasi) untuk kepentingan bersama.
struktur
Lebih jauh Putnam memaknainya dengan
mekanisme sumber-sumber yang potensial
contoh asosiasi horisontal yang tidak hanya
dalam
memberikan manfaat desirable outcome
kemasyarakatan
(hasil
Berdasarkan temuan penelitian, Woolcock
pendapatan
yang
diharapkan)
institusi
dan
tambahan).
menganalisis
kapital
sosial
adalah
konsep
“Kualitas
menumbuhkan
yang
terbuka,
membangkitkan
melainkan juga undesirable outcomes (hasil
Satu konsep lain yang dekat dengan
institusi
secara
Narayan
(2000:
daya
berkelanjutan.
225-35)
sosial
mengelompokkan dalam empat perspektif,
yaitu
:
komunitarian
(communitarian),
jaringan
kualitas
(institutional) dan sinergi (sinergy).
mewujudkan
kemampuan
perlu
untuk
dan
prestasi
dalam
kapital
Masyarakat”. Menurut Dahlan (1993: 3-22),
masyarakat
dan
(network),
Perwujudan
institusional
kapital
sosial
dapat
bersama. Hal ini mencakup ciri-ciri yang
ditengarai sebagai sumber daya aktual dan
berhubungan
potensial yang dimiliki oleh seseorang
dengan
kelangsungan
masyarakat itu sendiri. Kualitas masyarakat
berasal
ditelaah atas beberapa kelompok dengan
terlembagakan
detail sebagai berikut : (1) kehidupan
menerus dalam bentuk pengakuan dan
bermasyarakat yang memiliki keserasian
perkenalan timbal balik (atau dengan kata
sosial,
lain, keanggotaan dalam kelompok sosial)
kesetiakawanan
sosial,
disiplin
dari
jaringan
serta
yang
berlangsung
yang
kehidupan
berbagai bentuk dukungan kolektif. Lebih
demokrasi,
politik
melalui
keterbukaan
partisipasi
politik,
terbuka,
ketersediaan
prasarana
akses
kepemimpinan
komunikasi
level
untuk
jauh
dijelaskan
yang
merupakan
kepada
terus
sosial, dan kualitas komunikasi sosial, (2)
sosial
memberikan
sosial
bahwa
sesuatu
sarana
dan
dengan
yang
politik,
serta
budaya,
maupun
berhubungan
yaitu
ekonomi,
bentuk-bentuk
kehidupan kelompok, serta (4) adanya
kekayaan sumber daya alamnya. Bourdieu
kualitas
(1986) tidak saja mengembangkan konsep
kemasyarakatan
kemutakhiran
dengan
institusi
pranata
mempelajari
dan
kualitas,
kapital
budaya,
lokal
kapital
sosial
dan
institusi
sosial
keberadaan media massa, (3) eksistensi
lembaga
berupa
kapital
yang
lainnya,
anggotanya
melainkan
maupun
dua kapital
lainnya, yaitu kapital ekonomi dan kapital
4
sosial
dan
Penjelasan
hubungan
antar
Bourdieu
tentang
ketiganya.
adalah kebudayaan itu dari dirinya
masing-
sendiri bukanlah kapital jika orang tidak
masing kapital adalah seperti berikut :
berusaha
a. Kapital ekonomi, merupakan kapital
kebudayaan itu. Jadi, nilai kapital suatu
yang dapat segera dan langsung ditukar
kebudayaan tergantung pada orang,
dengan uang dan dapat dilembagakan
bukan pada kebudayaan itu sendiri; (2)
dalam bentuk hak kepemilikan. Dalam
kapital
kebudayaan
konteks ini, dapat dibedakan kapital
wujud
yang
uang dan kapital kepemilikan. Kapital
ijazah/legitimasi, maka ia merupakan
uang
kapital
lebih
merupakan
alat
tukar
untuk
menguangkan
itu
nyata
mempunyai
dalam
kebudayaan.
Ini
dapat
sedangkan kapital kepemilikan lebih
dibenarkan
bersifat
yang
keilmuan
uang
dipercayai orang sebagai kapital untuk
sebenarnya bukan kapital dalam arti
bisa bekerja (human capital), artinya
yang sebenarnya, melainkan sarana
apa
untuk dapat mengembangkan kapital
mencerminkan
fisik dan kapital manusia.
dalam bentuk keahlian atau kepakaran
kapital
fisik
sesuangguhnya,
maka
b. Kapital budaya, merupakan kapital yang
jika
bentuk
merupakan
yang
atau
ijazah/legitimasi
sertifikat
disertifikasikan
kemampuan
ketrampilan.
yang
itu
manusia
Inipun
juga
dalam kondisi-kondisi tertentu dapat
dipengaruhi oleh kemampuan pasar
ditukar dengan kapital ekonomi dan
untuk menyerap tenaga manusia atau
dapat
kepercayaan pasar. Dalam hal inipun
dilembagakan
dalam
bentuk
kualifikasi pendidikan atau keilmuan.
ternyata
Mengacu
pada
ada
bersifat mandiri, oleh karena itu, kapital-
beberapa
kesimpulan
dapat
kapital tersebut memiliki hubungan satu
ditegaskan, yaitu : (1) sesuatu yang
sama lain, dan malah dapat pula
bersifat atau ada hubungannya dengan
dipertukarkan; dan (3) kapital budaya
kebudayaan yang tidak dapat ditukar
memiliki 3 jenis kapital, yang menunjuk
dengan kapital ekonomi, tidak dapat
pada keadaan (state) yang memiliki 3
disebut dengan kapital budaya, atau
dimensi, yaitu : dimensi manusia secara
dengan kata lain, kebudayaan yang
fisik
mempunyai nilai ekonomik dan secara
berupa apapun yang dihasilkan manusia
potensial dan aktual dapat ditukarkan
atau
dengan uang sajalah yang disebut
menjadikannya
dengan kapital budaya. Pertanyaannya
berproduksi
definisi
ini,
yang
kapital
(badan),
budaya
dimensi
karya-karya
obyek
manusia
sebagai
atau
bukanlah
titik
ekonomi
yang
yang
tumpu
sejalan
5
dengan
manusia
sebagai
dilembagakan
homo
dalam
atau
bentuk
elit
baru
titel
economicus, dan dimensi institusional,
bangsawan
yang
khususnya yang dimanifestasikan pada
diperhitungkan atau kehormatan yang
pendidikan atau keilmuannya.
dapat menimbulkan kepercayaan pihak
lain dalam pertukaran kapital ekonomi.
c. Jika kapital budaya lebih menunjuk
pada keadaan, maka menurut Bourdieu,
Dari keragaan pandangan-pandangan di
kapital sosial lebih menunjuk pada
atas, kapital sosial dalam kajian ini dapat
kondisi atau persyaratan yang mungkin
distrukturasikan dalam dua aras kapital
dapat
untuk
sosial, yaitu makro dan mikro. Studi yang
diaktualisasikan menjadi kekuatan tukar
dilakukan Krisna dan Schrader (1999)
dengan kapital-kapital lainnya, misalnya
secara
kapital ekonomi, kapital politik, dan
merekontruksi aneka kapital sosial dalam
sebagainya.
pada
dimensi makro dan mikro. Pada tataran
akhirnya menunjuk pada kewajiban-
mikro kapital sosial dibedakan menjadi dua
kewajiban sosial (‖koneksi‖) yang dalam
jenis yaitu dimensi kognitif dan struktural.
kondisi tertentu dapat ditukar dengan
Lebih
kapital
diperhatikan pada gambar berikut :
menjadi
potensi
Kapital
ekonomi,
sosial
dan
dapat
lebih
lanjut
terperinci
penjelasan
mencoba
ini
dapat
Gambar 1.
Peta Konsep Jenis dan Hirarki Kapital Sosial
Lensa Makro
Lensa Mikro
Level
desentralisasi
Kognitif
Struktural
Aturan main
* Nilai-nilai
Kepercayaan
Solidaritas
Pertukaran
* Struktur
organisasi
horisontal
* Norma Sosial
* Perilaku
* Sikap-sikap
* Transparansi
proses
pengambilan
keputusan
bersama
Tipe
Rejim
* Akuntabilitas
dari pemimpin
* Praktek tindakan
kolektif &
Derajad
partisipasi
dalam proses
pengambilan
keputusan
Kerangka
hukum
6
Sumber : diadaptasikan dari Anirudh Krishna and Elizabeth Shrader, 1999 : 9
Sementara itu Krishna dan Uphoff
Negara sedang berkembang, yaitu : (1)
(1999), dalam pemetaan pengukuran kapital
kapital sosial sebagai kepercayaan sosial
sosial, membagi dalam dua kategori besar :
(social trust) (Fukuyama, 1995: 26), (2)
(a)
kapital
kapital
sosial
struktural
yang
di
sosial
sebagai
pertukaran
dalamnya terdiri dari peraturan (rules),
(reciprocity) (Putnam, 1993: 172), (3) kapital
peranan (roles), jaringan sosial (social
sosial
network), prosedur; dan (b) kapital sosial
(Fukuyama,
dimensi kognitif terdiri dari kapital sosial
kapital sosial sebagai norma (norms) atau
yang berorientasi kepada orang lain antara
kewajiban Sosial (Fukuyama, 1999: 148-
lain
resiprositas
149). Kajian kapital sosial di Indonesia telah
(reciprocity), solidaritas (solidarity). Kapital
menjadi perhatian Subejo (2004: 77-86),
sosial
:
kepercayaan
kognitif
tindakan
(trust),
yang
terdiri
dari
sebagai
1999:
jaringan
(networks)
201-202),
serta
(4)
berorientasi
pada
dengan mempertimbangkan elemen utama
kerjasama,
sifat
social capital yang terdiri dari norms,
kedermawanan atau sifat pemurah. Ahli lain
reciprocity,
Bullen dan Onyx (1998: 6-8) berdasar
sebenarnya hal tersebut secara historis
rangkaian penelitian di lima komunitas di
bukan merupakan fenomena baru dan asing
New South Wales Australia, menyarankan
bagi masyarakat di Indonesia dan hal
delapan
tersebut
indikator
kapital
sosial
tanpa
trust,
lebih
dan
network,
berakar
maka
kuat
dan
mengkategorisasikan pada hirarki kognitif
terinstitusikan dalam kehidupan sehari-hari
dan struktural. Kedelapan indikator tersebut
masyarakat di daerah pedesaan, yang
adalah
pada
secara umum dikenal dengan kegiatan
komunitas lokal; (b) proaktivitas dalam
―saling tolong-menolong‖ atau secara luas
kegiatan sosial; (c) perasaan percaya dan
terwadahi dalam tradisi ―gotong royong‖.
:
(a)
derajad partisipasi
aman; (d) tingkat koneksi atau hubungan
Tradisi gotong royong memiliki aturan
ketetanggaan; (e) tingkat koneksi keluarga
main yang disepakati bersama (norm),
dan pertemanan; (f) derajad toleransi pada
menghargai
keragaman; (g) nilai-nilai pedoman hidup;
masing-masing
(h) dan jaringan kerja.
kontribusi dan dalam waktu tertentu akan
Dari berbagai temuan dan kajian
mengenai kapital sosial,
telah mampu
menerima
suatu
prinsip
timbal-balik
pihak
memberikan
kompensasi/reward
bentuk
dari
sistem
dimana
sebagai
resiprositas
mendefinikasikan sejumlah indikasi potensi
(reciprocity), ada saling kepercayaan antar
kapital sosial dalam kenyataan dinamika
pelaku
modernisasi
mematuhi semua bentuk aturan main yang
yang
terjadi
di
sejumlah
bahwa
masing-masing
akan
7
telah
disepakati
kerjasama
(trust),
tersebut
serta kegiatan
diikat
kuat
oleh
royong bisa mencakup material, tenaga,
uang dan social spirit. Secara umum
hubungan-hubungan spesifik antara lain
aktivitas
mencakup
sentral sebagai mutual help antar anggota
kekerabatan--kinship,
pertetanggan--neighborship
dan
gotong
masyarakat
royong
memiliki
tema
yang mana masing-masing
pertemanan—friendship sehingga semakin
pihak terlibat saling memberikan kontribusi
menguatkan
dan
jaringan
antar
pelaku
(network).
sebagai
mendapatkan
reward-nya
gain
dari
mereka
aktivitas
yang
Tradisi gotong royong secara nyata
dikerjasamakan. Semangat timbal balik--
telah melembaga dan mengakar kuat, ini
reciprocity melekat kuat sebagai penunjuk
diwujudkan
bahwa
proses
dengan
fair.
dalam
keseharian
berbagai
masyarakat
aktivitas
Indonesia.
kerjasama
Dalam
berlangsung
praktek
nyata
Khususnya di pedesaan Jawa, praktek
keseharian, timbal balik memiliki spektrum
gotong
royong
walaupun
cenderung
yang fleksibel dari timbal balik yang sangat
mengalami penurunan baik
dari sudut
ketat (strict reciprocity) sampai dengan
pandang lingkup aktifitas maupun jumlah
timbal
orang yang terlibat, namun secara umum
reciprocity).
masih mendapatkan apresiasi positif oleh
dalam kasus-kasus tertentu terjadi ketidak
warga masyarakat. Hal ini nampaknya juga
seimbangan antara kontribusi dan gain
dipengaruhi oleh salah satu karakteristik
yang diperoleh pihak terlibat dalam jangka
khusus yaitu keeratan hubungan sosial
panjang, namun karena warga masyarakat
yang dimiliki oleh masyarakat Jawa.
masih memegang prinsip generosity, hal itu
Salah
seorang
peneliti
terkemuka
tentang masyarakat pedesaan, Scott (1976)
telah
mengkategorikan
balik
yang
longgar
(non-strict
Dan bukan tidak mungkin
diterima sebagai hal yang biasa dengan
kebesaran hati.
masyarakat
Semangat kesepadanan, dan rasa
pedesaan Jawa sebagai salah satu dari
timbang
masyarakat
yang
masyarakat dari golongan kurang mampu
memiliki tradisi communitarian paling kuat.
atau terbelakang secara sosial dan ekonomi
Kegiatan
untuk memperoleh gain yang lebih besar
pedesaan
gotong
di
royong
dunia
terekspesikan
rasa
memungkinkan
anggota
dalam berbagai aktivitas mulai dari yang
dibandingkan
bersifat (1) sosial, (2) sosial dan personal
diberikan kepada kelompoknya. Aktivitas
serta (3) personal yang diwujudkan dalam
gotong royong dalam berbagai dimensinya
bentuk pertukaran (exchange). Ditinjau dari
memberikan implikasi semangat dan value
bentuk
untuk
yang
dikerjasamakan,
gotong
saling
dengan
kontribusi
memberikan
yang
jaminan/self8
guarantying atas hak dan kelangsungan
mempostulatkan utilitas maksimum dan nilai
hidup antar sesama warga masyarakat
kegunaan ekonomi sebagai thesis penting
yang
dalam teorinya. Akan tetapi, konsep kapital
masih
melekat
cukup
kuat
di
pedesaan. Hal ini juga dapat diacu sebagai
sosial
salah satu strategi tradisional dalam social
sebagai
safety net. Subejo dan Iwamoto (2003)
akumulasi material dan ekspansi kapital
memberikan
praktek
serta maksimisasi keuntungan ekonomi,
gotong royong yang dilembagakan sebagai
melainkan lebih dimaknai sebagai prasyarat
tradisi
sebagai
terjadinya sebuah tata-ekonomi sehat yang
―institutionalized stabilizers‖ karena aktivitas
rasional dan operasional. Dengan demikian,
tersebut
proses
kapital sosial hanya memberikan energi
keberlanjutan (sustainability) dan menjamin
(social energy) bagi berjalannya sebuah
stabilitas secara ekonomi dan sosial pada
sistem sosial-kemasyarakatan.
oleh
terminologi
warga
pada
pedesaan
memungkinkan
kehidupan rumah tangga di pedesaan.
tidak
serta
merta
instrumen
dimanfaatkan
penting
kearah
Dalam perspektif ekonomi neo-klasik,
Faktanya, modernisasi telah mengikis kultur
individu-individu
pedesaan menjadi urban, bisa jadi gotong
untuk
royong sebagai kapital sosial telah berubah,
menentukan pilihan-pilihan atas tindakan
menurun kadar kualitasnya atau menjelma
sosial yang hendak diputuskannya. Artinya,
menjadi kelembagaan baru yang masih
setiap
mempertahankan nilai-nilai dari gotong-
menimbang
royong tersebut.
memanfaatkan stok kapital sosial tersebut,
KEPERCAYAAN
(TRUST)
DALAM
BANGUNAN MASYARAKAT HARMONI
Secara
dipandang
penting
umum,
sebagai
dalam
stok
kapital
sosial
kapital
pembangunan
yang
ekonomi
masyarakat negara dunia ketiga maupun
masyarakat negara industri maju sekalipun.
Analisis kapital sosial, sebagai stok kapital
dalam sebuah masyarakat memang sulit
dipisahkan dari theoretical way of thinking
yang dikembangkan oleh mazhab ekonomi
neo-klasik
(Black,1997),
yang
mendapat
berpikir
secara
individu
kesempatan
rasional
memiliki
kebebasan
―untung-ruginya‖
terutama
pada
saat
membuat
keputusan
dalam
dalam
mereka
hendak
membentuk
suatu
peradaban masyarakat yang efisien dan
efektif.
Kapital
sosial
(bersama-sama
dengan berbagai bentuk kapital ekonomi
lainnya seperti uang, kapital fisikal seperti
tanah dan mesin-mesin, keterampilan dan
kemampuan atau human capital, serta
kapital
lingkungan-ekologis)
bermakna
instrumental bagi pencapaian sebuah tatamasyarakat ideal. Melalui perspektif ini,
penggunaan teori-teori pilihan rasional (the
rational choice theory) menjadi sangat
9
mengoperasionalisasikan
Fenomena lainnya, ditunjukkan oleh kajian-
dan memfungsikan kapital sosial (Litle,
kajian informal economy, banyak temuan
1991: 35-52, Hecter and Kanazawa, 1997:
mengungkapkan bahwa sektor
191-214).
perkotaan
relevan
dalam
Dari perspektif fungsionalisme, kapital
dunia
ketiga
informal
tumbuh
dan
berkembang sebagai akibat dari adanya
sosial yang berintikan struktur ikatan-ikatan
perluasan
sosial yang berurat-berakar secara luas,
Jaringan tersebut memungkinkan sektor
memiliki makna yang bersifat multi-aras.
informal
Portes (1998: 1-24) menyatakan primordial
tenaga kerja dari pedesaan. Kapital sosial
social ties sebagai bentuk kapital sosial
yang dipunyai oleh kaum migran desa-kota
―primitif‖ yang telah ada sejak lama, dan
itu
dari sinilah pemaknaan akan kapital sosial
mengalokasikan sumberdaya manusia ke
berlangsung. Ikatan primordialisme tersebut
unit-unit
terjalin
ikatan
kapasitas untuk berkembang (Gertz, 1968,
kekeluargaan. Fenomena yang nampak
Gaughan & Ferman, 1998: 15-25, Reenoy,
pada masa Orde Baru, kapital sosial telah
1990, Lyn, 1999: 467-487).
dalam
jaringan
dan
jaringan
menyerap
secara
dimanfatkan secara ―tidak layak‖, dimana
sosial
tepat
usaha
Menurut
secara
dan
desa-kota.
berlebihan
efisien
yang
masih
perspektif
mampu
memiliki
strukturalisme,
trust dan jejaring sosial dibangun secara
trust yang melandasi bangunan ikatan
eksklusif untuk membentuk emperium bisnis
sosial
dan politik berbasis kerabat dan kroni.
menguntungkan
Sementara
sosial
tingkat individual, sehingga kapital sosial
dibentuk oleh dan sesuai selera pemilik
bermakna sebagai asset sosial-ekonomi
otoritas kekuasaan
mengukuhkan
yang dikuasai dan dilakukan oleh individu.
kepentingan-kepentingan kroni tersebut di
Dalam perkembangannya, sebagian analis
ruang bisnis dan politik. Kapital sosial pada
berpendapat bahwa ikatan-ikatan sosial
masa
tersebut
itu
itu,
norma-norma
demi
dimanipulasi
menjadi
asset
itu
akan
lebih
elemen
memberikan
banyak
komunitas
keuntungan
di
tidak
ekonomi kelompok tertentu dan bukan
hanya kepada individu semata, namun lebih
menjadi asset publik. Terlepas dari insiden
kepada kolektivitas. Dalam konteks ini,
buruk pemanfaatan kapital sosial oleh
kapital sosial bermakna sebagai kapital
kekuasaan
Baru,
kolektif yang menopang bangunan sebuah
makna kapital sosial dalam pengertian
sistem sosial. Sejumlah fakta dari studi-
traditional ties and social networking tetap
studi
memiliki relevansi penting dalam kehidupan
menjelaskan bahwa jaringan ikatan sosial
sosial
dibentuk
ekonomi-politik
Indonesia
pada
Orde
umumnya.
sosiologi
secara
pembangunan
sengaja
yang
sebagai
10
infrastuktur
–
komunitas
purposively
Kapital Sosial dan Nilai-nilai Ke-Islam-an
constructed institutions (Dharmawan, 2002).
Islam memiliki landasan kuat untuk
Dari pemaknaan di atas, kapital sosial
melahirkan
memungkinkan
secara
tersebut, komitmen pada kontrak sosial dan
sumber-sumber
norma yang telah disepakati bersama.
kehidupan (sources of livelihoods) dengan
Membangun masyarakat dalam kacamata
lebih baik, sehingga terbentuk masyarakat
Islam
yang lebih sejahtera secara sosial-ekonomi
kewajiban bagi setiap muslim. Bangunan
(ukurannya : harmonis secara sosial, bebas
sosial masyarakat muslim itu ciri dasarnya :
konflik,
ta’awun (tolong-menolong), takaful (saling
bersama
orang-orang
menyongsong
tingkat
makmur
kerjasama
secara
ekonomi,
yang
tinggi,
demokratis,
santun, egaliter, dan sebagainya).
sosial
dan
merupakan
Bangunan
mencirikan
beradab
ke-kholifah-an,
tadhomun
(memiliki
masyarakat
yang
subtitusi
society),
bagi
sumberdaya atau kapital lainnya.
di
atas
disebut
masyarakat madani , di dunia Barat dikenal
dengan
komplementer
hal-hal
1
sumberdaya yang memiliki kemampuan
maupun
tugas
yang
solidaritas).
jelas bahwa dimensi kepercayaan (trust)
kapital
adalah
menanggung),
Berdasarkan uraian di atas, menjadi
dalam
masyarakat
istilah
adalah
masyarakat
sipil
masyarakat
(civil
dengan
tatanan sosial yang baik, berazas pada
prinsip moral yang menjamin keseimbangan
KAPITAL SOSIAL DALAM PERSPEKTIF
antara hak dan kewajiban individu dengan
ISLAM : FENOMENA DI INDONESIA
hak dan kewajiban sosial. Pelaksanaannya
Faktanya,
bangsa tidak
pembangunan
hanya
berkaitan
suatu
studi menunjukkan bahwa pembangunan
tidak saja didorong oleh faktor ketersediaan
alam,
besarnya
kapital
finansial atau tingginya investasi ekonomi
dan
industrialisasi,
melainkan
juga
bertautan dengan matra sosial, khususnya
kapital sosial yang hanya dapat diwujudkan
melalui usaha membangun masyarakat
yang berperadaban.
lain
dengan
terbentuknya
dengan
kapital ekonomi (finansial), Beberapa hasil
sumberdaya
antara
1
Perdebatan atas istilah-istilah tersebut tetap saja
terjadi,
bukan
selayaknya
disini
untuk
memperdebatkan istilah-istilah tersebut yang bisa jadi
tidak terdapatkan titik temunya. Penulis mengambil
pengertian konsep masyarakat madani dari
pandangan Nurcholis Madjid dalam artikel Menuju
Masyarakat Madani yang dimuat pada situs Edi
Cahyono’s Page, yaitu masyarakat berbudi luhur atau
berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan pandangan
Robert N. Bellah dalam Beyond Belief (New York :
Harper & Row, 1976, hal. 150-151),
bahwa
peradaban yang dibangunan Nabi tersebut disebut
sebagai masyarakat yang untuk zaman dan tempatnya
sangat modern, sehingga setelah Nabi sendiri wafat
tidak bertahan lama. Timur Tengah dan umat
manusia saat itu belum siap dengan prasarana social
yang diperlukann untuk menopang suatu tatanan
social yang modern sebagaimana telah dirintis Nabi.
11
pemerintahan yang tunduk pada aturan dan
Merujuk pada banyak pakar politik (seperti
undang-undang
Anderson,
dengan
sistem
yang
Halliday,
Entelis,
Gerges,
secara
Tessler, Al-Braizat, Rose, Esposito dan Voll,
formal mengatur hubungan sosial antar
Mousalli dll), serta studi lapangan, Mujani
komponen masyarakat. Postulat naqliyah
menjelaskan bahwa : (1) masyarakat Islam
dari
memiliki kapital sosial yang cukup bagi
transparan.
Masyarakat
khazanah
madani
ajaran
Islam,
mendokumentasikan dengan baik 15 abad
tumbuhnya
silam, bagaimana masyarakat seperti itu
modern, (2) tingkat civic engagement di
ditumbuhkembangkan dalam kapital sosial
kalangan Muslim Indonesia cukup tinggi
yang kuat, dibuktikan dengan komitmen
mencapai 38,9%; sebanyak 26 % terlibat
masyarakatnya
tinggi
dalam kelompok arisan; 15,5 % terlibat di
nilai-nilai peradaban, sebuah masyarakat
organisasi tingkat desa; 8,7 % di organisasi
yang sarat dengan nilai dan moral, maju,
pekerja; 5 % di koperasi; dan 2 % terlibat di
beradab dan sangat menghargai nilai-nilai
klub
kemanusiaan.
realitas
masyarakat Muslim Indonesia pada tataran
prakteknya pada masyarakat muslim di
sikap terhadap kelompok tertentu, seperti
Indonesia dewasa ini ?
komunis, Kristen, Islamis Muslim, Cina,
yang
menjunjung
Bagaimana
Pertama, dalam kaitan kapital sosial
olah
demokrasi
raga,
(3)
dan
peradaban
tingkat
toleransi
Hindu, Budha dan seterusnya, tampak
dengan
rendah, namun tidak melemahkan karakter
culture
peradaban yang terkandung dalam nilai-
dalam konteks Indonesia, penelitian Saiful
nilai masyarakat yang demokratis, dan (4)
Mujani
dukungan
sebagai
kapital
menggunakan
politik,
pendekatan
(2003)
civic
memperlihatkan
bahwa
masyarakat
Islam
Indonesia
pertumbuhan peradaban masyarakat yang
terhadap institusi politik relatif rendah,
modern dan demokratis berakar dari kultur
meskipun
demokrasi itu sendiri, yang mencakup :
tinggi, baik secara konvensional maupun
keterlibatan
non-konvensional.
kewargaan
yang
bersifat
sekular (secular civic engagement), sikap
tingkat
partisipasinya
cukup
Kedua, dalam kaitan kapital sosial
saling percaya sesama warga (interpersonal
sebagai kapital
budaya,
trust), toleransi, keterlibatan politis (political
pandangan
engagement), dukungan terhadap sistem
mencermati
demokrasi, dan partisipasi politik (political
perkembangan Muhammadiyah lewat amal
participation). Penelitian tersebut menolak
usahanya yang tidak sedikit, terutama
tesis yang menyatakan bahwa Islam tidak
dengan adanya sekolah-sekolah. Sebagai
sejalan dengan demokrasi dan civil society.
ORMAS Islam, Muhammadiyah sejak lama
Amin
Rais
patut
(2009)
pertumbuhan
disimak
dalam
dan
12
telah mengembangkan doktrin yang disebut
aktivitas kolektif tersebut mempunyai efek
dengan
ganda,
menggembirakan
amal
saleh.
terdapat
kecenderungan
bahwa
Organisasi berfungsi untuk memobilisasikan
orang yang aktif dalam kegiatan tersebut
atau dalam bahasa Muhammadiyah, untuk
ternyata
menggembirakan
kolektif
organisasi ―sekuler‖, aktivis NU tersebut
Muhammadiyah
umumnya aktif juga di organisasi Karang
(Rasul,
amal
saleh
2010).
membuktikan
potensinya
dalam
pengembangan kapital sosial masyarakat,
juga
aktif
dalam
organisasi-
Taruna, PKK, dan klub-klub olah raga
maupun seni budaya.
kemampuan
Ketiga, kapital sosial juga memiliki
organisasinya mensemangati beramal dari
entitas dalam konteks kapital ubudiyah.
berbagai individu Muslim yang dipadukan
Melalui
lewat
Ramadanpun, menurut pandangan Hidayat
yang
ditandai
oleh
sebuah
organisasi,
melalui
berbagai
amalan
di
bulan
pembagian kerja yang rapih. Apa yang tidak
Nahwi
mungkin dikerjakan melalui kemampuan
memberikan
individual,
kapital sosial masyarakat. Dikatakanya,
akhirnya
dapat
dilaksanakan
Rasul
(2010)
hikmah
ternyata
bagi
juga
pemupukan
dengan baik melalui organisasi. Dipandang
bilamana
dari
dikerjakan dengan serius, melalui ibadah di
sisi
kapital
sosial,
terbangunnya
amalan-amalan
tersebut
gerakan amal saleh secara kolektif tersebut
bulan
di antaranya diwujudkan melalui usaha
kesalehan
mendirikan sekolah-sekolah berbasis pada
kesantunan, keberadaban, kerukunan, dan
kekuatan jamaah di Muhammadiyah. Hal
kepedulian terhadap sesama manusia. Nilai
tersebut merupakan trust atau kepercayaan
hikmah semacam itu dapat menjadi kapital
dari jamaah kepada pemimpin-pemimpin
sosial
Muhammadiyah
hidup
ekonomi global yang mengancam akibat
bermewah-
gagalnya sistem kapitalisme global dalam
mewah, jauh dari korupsi, ikhlas, tekun
mensejahterakan masyarakat dunia. Kapital
bekerja, dan tidak banyak bicara. Demikian
sosial dalam perspektif Islam dapat pula
halnya alam tradisi NU, sejumlah kegiatan
dirupakan dalam bentuk jaringan sosial dan
kolektif yang berbasis pada kerjasama dan
sikap manusia untuk bekerja sama, yang
saling
melalui
bisa muncul dalam pelbagai cara, seperti
aktivitas yasinan, manakiban, tahlilan, tujuh
memenuhi kewajiban, penghormatan dan
harian bagi orang yang meninggal, haul,
kesetiaan, solidaritas, kepercayaan dan
dan lain-lain. Dalam penelitian Saiful Mujani
pelayanan.
(2003) menyajikan temuan bahwa berbagai
mengkaji proses ritual korban memiliki
sederhana
atau
percaya
yang
jauh
dapat
umumnya
dari
dikenali
Ramadan
mampu
sosial,
dalam
wujudnya
menghadapi
Ahmad
meningkatkan
badai
Sahidah
adalah
krisis
(2009)
13
kandungan berbagai unsur kapital sosial
menjadi integral dengan nilai-nilai Islam. ZIS
tersebut. Bisa jadi setiap orang mampu
(Zakah, Infaq dan Sedekah) memiliki aturan
selalu melakukan kurban pada setiap Idul
main
Adha, terdapat pula cara perkongsian (7
memahami
orang
dengan
menyuburkan
kepedulian
1
secara
(norm),
masyarakatpun
menghargai
prinsip
yang
timbal-balik dimana masing-masing pihak
emosional
dan
memberikan kontribusi dan dalam waktu
Pembagian
tertentu akan menerima kompensasi/reward
kolektif.
daging kurban menggambarkan pelayanan
sebagai
yang
resiprositas
sempurna,
dan
lembu)
ekor
ikatan
tertentu
karena
mereka
yang
suatu
bentuk
dari
sistem
(reciprocity),
ada
saling
terlibat tak berharap pamrih (didasarkan
kepercayaan antar pelaku bahwa masing-
rasa tulus ikhlas). Pembagian kerjapun
masing akan mematuhi semua bentuk
tertata
bapak
aturan main yang telah disepakati (trust),
menyembelih dan menguliti hewan yang
serta kegiatan kerjasama tersebut diikat
dikurbankan,
kuat
sedemikian
rupa,
kaum
sedangkan
kaum
ibu
oleh
hubungan
spesifik,
seperti
memotongnya untuk dimasukkan ke dalam
kekerabatan-kinship,
kantong
ibadah-
neighborship dan pertemanan—friendship
ibadah yang lain, ritual kurban mempunyai
sehingga semakin menguatkan jaringan
signifikansi yang luas dalam konsep kapital
antar pelaku (network).
plastik.
Dibandingkan
sosial, karena mempunyai makna edukasi
Kekuatan
pertetanggan-
nilai-nilai
tersebut
juga
yang bisa menggugah anak-anak hingga
dilandaskan pada ajaran Islam mengenai fi-
orang dewasa terlibat di dalamnya.
sabilillah, berkurban, persaudaraan sesama
Keempat, dalam kaitan kapital sosial
muslim,
cinta
sesama
manusia
dan
Islam
rahmatan lil ’alamiin. Para aktivis ZIS
memiliki aktivitas nyata yang diwujudkan
tidaklah asing dengan hadits berikut ini,
melalui program ZIS (Zakah, Sedekah dan
bahwa ‖Rasulullah SAW mengecam orang
Infaq)
yang
menumbuhkan
yang
kesejahteraan
kapital
bernilai
ekonomi,
bagi
ummah
peningkatan
(Suharto,
2008).
dapat
tetangganya
tidur
tidak
nyenyak
dapat
sementara
tidur
karena
indikasi-indikasi
kelaparan‖. Orang jenis ini oleh Rasulullah
kapital sosial yang terdiri atas : norma,
SAW disebut sebagai tidak beriman. Fakta
kerjasama permanen, kepercayaan dan
keberhasilan
jaringan; maka tradisi Islam dalam tolong
Indonesia, seperti Dompet Dhuafa, BMT-
menolong yang diwujudkan melalui zakah,
BMT ; merupakan fenomena adanya kapital
infaq,
sosial dalam perspektif Islam yang patut
Dengan
obyektif
menggunakan
dan
sedekah
bagaimana
merupakan
kapital
sosial
fakta
itu
lembaga-lembaga
ZIS
di
dipahami.
14
Uraian nilai-nilai Islam di atas,
baru
merupakan
‖kapital
sosial
laten‖.
distrust in society bisa dilakukan dengan
cara menanamkan dan menumbuhkan trust
Sedangkan upaya pembangunan komunitas
pada beragam aras, yaitu :
madani
1) Trust pada aras individu, disini trust
atau
masyarakat
yang
berperadaban, merupakan usaha menggali
ditanamankan
dan
memunculkan
menjadi
manifes,
banyak
bagian
tak
kapital
sosial
laten
terpisahkan dari moralitas dan adab yang
yakni
mewujudkan
selalu melekat pada karakter setiap
pesan/ajaran Islam benar-benar menjadi
ikutan
sebagai
orang,
didukung
individu;
2) Trust
pada
aras
kelompok
eksistensinya di sebuah komunitas. Tanpa
kelembagaan,
proses
sistematis,
bagaimana menjaga amanah (promise
selamanya kapital sosial islami hanyalah
keeping) di tingkat kelompok-kelompok
sebuah potensi, hanya menjadi materi
sosial secara efektif.
pemupukan
ceramah
secara
keagamaan,
atau
diwujudkan
secara parsial, tidak menyeluruh.
adalah
dan
proses
3) Trust pada aras sistem yang abstrak
(ideologi,
religi)
membantu
setiap
individu dalam merealisir trust dalam
Menggagas Trust Society di Indonesia
kehidupan kemasyarakatan.
Dalam bangunan masyarakat madani
Bila moralitas trust menjelma menjadi
atau masyarakat ideal yang dicita-citakan
perilaku bersama (collective behavior) atau
oleh Islam, kepercayaan (trust) adalah
aksi kolektif, maka trust society tak mustahil
sumberdaya yang memiliki kemampuan
akan mudah terwujud. Meski demikian, trust
subtitusi
tak
maupun
komplementer
bagi
akan
sumberdaya atau kapital lainnya. Mengingat
sendirinya
mayoritas
penduduk
conditions,
Muslim,
kontek
Indonesia
adalah
ke-Indonesia-anpun
tumbuh
dapat
berkembang
tanpa
yang
dengan
adanya
dengan
favorable
mendukungnya
baik.
Dalam
untuk
hal
ini,
membangun trust society menjadi perhatian
Narayan
yang
merupakan salah satu essential contributor
perlu
terus
dikuatkan.
Dengan
(1999)
menilai
bahwa
trust
memasukkan konsep trust ke dalam pola
factor
hubungan
sosial
kesejahteraan
maka
secara signifikan membantu terciptanya
Indonesia,
harmoni kehidupan sosial dan integrasi
semestinya akan bisa lebih baik di masa
sosial (a unity in diversity). Menjadi penting
depan.
adanya institusi formal dan informal yang
sosial
kemasyarakatan
bangunan
Upaya
dan
struktur
Indonesia,
masyarakat
mereduksi
ciri
moralitas
yang
menjamin
trust
mempengaruhi
suatu
agar
masyarakat
berfungsi
tingkat
dan
secara
15
operasional. Adapun institusi informal yang
tumbuh bila fungsi-fungsi organisasi, seperti
bisa
: lembaga pendidikan, lembaga hukum,
menumbuhkan
memenuhi
criteria;
trust
(1)
semestinya
interpersonal
pasar,
ikut
menyumbang
energi
bagi
relations berkembang kondusif, (2) norms
tumbuh
and values yang dikukuhkan bersama-sama
moralitas
serta diyakini dan ditaati oleh masyarakat,
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnhya,
dan (3) adanya social sanctions yang
maka model trust society yang dapat
mengikat orang atau kelompok agar tak
dihipotesakan nampak seperti tabel berikut
berbuat semaunya. Selanjutnya pada sisi
ini :
kelembagaan
formal,
trust
akan
dan
berkembangnya
trust
dalam
atmosfer
masyarakat.
bisa
Tabel 1:
Model Hipotesis Kualitas Trust Society
KUALITAS MORAL TRUST
MORAL DIS-TRUST
MORAL TRUST
Masyarakat dis-integrasi
Masyarakat dis-integrasi,
dengan kondisi masyarakat
masih memiliki potensi moral
DIS-INTEGRASI
saling curiga
saling percaya
Masyarakat integrasi namun
Masyarakat integrasi, masih
kondisi masyarakat saling
dengan potensi moral saling
INTEGRASI
curiga
percaya yang tinggi
Sumber : diolah dari berbagai sumber
KUALITAS INTEGRASI
SOSIAL
Studi
(2002)
yang
tentang
dilakukan
realitas
Tadjoeddin
di
ranah (individu, kelompok, dan sistemik)
kawasan konflik (Maluku, Poso, Sampit,
harus dapat digerakkan secara optimal, baik
Aceh),
kondisi
pada level kelembagaan informal maupun
masyarakatnya pada derajat integrasi sosial
formal. Tentunya berbagai langkah tersebut
sangat rendah dan derajat distrust yang
perlu dilakukan kajian awal (baseline) agar
tinggi, ditandai oleh adanya konflik sosial
terpetakan realitas konflik dan saling curiga
yang meluas, akibat rasa saling curiga yang
masyarakat, penyebab-penyebabnya dan
amat-sangat
keadaan
institusi-institusi kunci yang dimungkinkan
semacam itu, solusi hipotetiknya adalah
memiliki kontribusi untuk menciptakan moral
mengusahakan
distrust
berkesimpulan
tinggi.
masyarakat
untuk menumbuhkan trust pada berbagai
bahwa
Dengan
terwujudnya
masyarakat
maupun
dis-integrasi.
Dengan
integratif yang didukung dnegan potensi
demikian, proses relasi-relasi sosial baru
moral trust yang tinggi pula, yakni trust
dapat
society. Dengan demikian, seluruh usaha
respon atau dukungan yang realistik dalam
direkayasa
untuk
mendapatkan
16
menumbuhkan trust society di kawasan
indikasi kapital sosial yang terdiri atas:
tersebut. Pola ini bisa jadi typical untuk
norma, kerjasama permanen, kepercayaan
menggerakkan iklim kemasyarakatan yang
dan jaringan; maka tradisi Islam dalam
kondusif di Indonesia, dimana nilai-nilai ke-
tolong menolong yang diwujudkan melalui
Islam-an dalam kapital sosial memiliki
berbagai ibadah ritual dan kultural umat
kontribusi yang patut diaktualisasikan.
Islam di Indonesia, seperti : zakah, infaq,
PENUTUP
sedekah, tahlilan, manaqiban, kesalehan
Berdasarkan review konsep kapital
sosial,
dapat
indikasi
didefinikasikan
potensi
kapital
sejumlah
sosial
dalam
kolektif,
ibadah
di
bulan
Romadon,
berkurbann pada saat Idul Adha, dan
sejenisnya,
merupakan fakta obyektif
yang
bagaimana kapital sosial itu menjadi integral
sedang
dengan nilai-nilai Islam. Berbagai kegiatan
berkembang, yaitu : (1) kapital sosial
ubudiyah dan kesesalehan sosial tersebut
sebagai kepercayaan sosial (social trust),
memiliki
(2)
masyarakatpun
kenyataan
terjadi
dinamika
di
modernisasi
sejumlah
kapital
sosial
Negara
sebagai
pertukaran
aturan
main
tertentu
memahami
(norm),
(reciprocity), (3) kapital sosial sebagai
menghargai
jaringan (networks), serta (4) kapital sosial
masing-masing
sebagai norma (norms) atau kewajiban
kontribusi dan dalam waktu tertentu akan
Sosial.
menerima
Kajian kapital sosial di Indonesia telah
menjadi
Bilamana
suatu
prinsip
dan
timbal-balik
pihak
memberikan
kompensasi/reward
bentuk
dari
dimana
sistem
sebagai
resiprositas
sejumlah
peneliti.
(reciprocity), ada saling kepercayaan antar
mempertimbangkan
elemen
pelaku
perhatian
bahwa
masing-masing
akan
utama social capital yang terdiri dari norms,
mematuhi semua bentuk aturan main yang
reciprocity,
telah
trust,
dan
network,
maka
disepakati
(trust),
eksistensi kapital sosial secara historis
kerjasama
bukan merupakan fenomena baru dan asing
hubungan spesifik, seperti kekerabatan-
bagi masyarakat di Indonesia, dan hal
kinship,
tersebut
pertemanan—friendship sehingga semakin
lebih
berakar
kuat
dan
tersebut
serta kegiatan
diikat
kuat
oleh
pertetanggan-neighborship
dan
terinstitusikan dalam kehidupan sehari-hari
menguatkan
masyarakat di daerah pedesaan, yang
(network). Kekuatan nilai-nilai tersebut juga
secara umum dikenal dengan kegiatan
dilandaskan pada ajaran Islam mengenai fi-
―saling tolong-menolong‖ atau secara luas
sabilillah, berkurban, persaudaraan sesama
terwadahi dalam tradisi ―gotong royong‖.
muslim,
Dengan
menggunakan
indikasi-
cinta
jaringan
sesama
antar
pelaku
manusia
dan
rahmatan lil ’alamiin.
172
Dalam bangunan masyarakat madani
oleh Islam, kepercayaan (trust) adalah
Ahmad Sahidah, Kurban dan Modal Sosial,
Bening online, dikutip dari Harian
Seputar Indonesia, Kamis 26
November 2009
sumberdaya yang memiliki kemampuan
Amien
atau masyarakat ideal yang dicita-citakan
subtitusi
maupun
komplementer
bagi
sumberdaya atau kapital lainnya. Oleh
sebab itu, membangun trust society menjadi
perhatian
yang
Sebagaimana
perlu
telah
terus
dikuatkan.
dipahami,
bahwa
hilangnya rasa saling percaya antar individu
atau antar kelompok serta miskinnya trust
dalam pengertian ―ketidakmampuan dalam
mengemban amanah‖ (lower degree of
social
accountability),
baik
secara
interpersonal maupun institusional, akan
berakibat pada dua hal penting, yaitu : (1)
proses disintegrasi sosial yang menajam;
dan
(2)
proses
pemburukan
ekonomi
sebagai akibat in-efisiensi kelembagaan
dan transaksi yang makin serius. Melihat
pentingnya posisi dan peranan trust dalam
kehidupan
sosial
kemasyarakatan
Indonesia, maka kajian trust society menjadi
agenda mendesak dalam sosiologi. Melihat
potensi
Indonesia
penduduknya
adalah
yang
muslim,
terbesar
maka
mengintegrasikan tradisi atau budaya Islam
sebagai proses membangun masyarakat
Indonesia amat dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‘anul Karim, Al-Qur’an Terjemah
Indonesia, PT. Sari Agung, Jakarta,
1997
Rais,
Muhammadiyah
dan
Kesalehan Kolektif, dalam Almisar
Hamid : ‖Faktor Modal Sosial
Gerakan Muhammadiyah‖, makalah
diskusi dosen FISIP Unmuh Jakarta,
27 Pebruari 2009
Anirudh Krishna & Elizabeth Shrader,
Social
Capital
Assessment,
Prepared for the Conference on
Social
Capital
and
Poverty
Reduction
the
World
Bank,
Washington D.C., 22-24 Juni 1999
‗Abdul Rahman Ibn Khaldun, Muqodimah
Ibnu Khaldun, al-Qohirah : Darul
Fajri liltirot. 1425 H
Arya
Hadi
Dharmawan,
Kemiskinan
Kepercayaan (The Poverty of Trust),
Stok Modal Sosial dan Disintegrasi
Sosial, Makalah Seminar dan
Kongres
Nasional
IV
Ikatan
Sosiologi Indonesia (ISI) bertemakan
―Menggalang Masyarakat Indonesia
Baru yang Berkemanusiaan‖, Bogor
27-29 Agustus 2002
Bourdieu P., The Form of Capital, dalam
Richardson J. G. (ed), Handbook of
Theory and Research for The
Sociological of Education, New York
: Greenwood, 1986
Black, J, Oxford Dictionary of Economics,
Oxford university Press, New York,
1997
Coleman, James, ―Social Capital in the
Creation
of
Human
Capital‖,
dipublikasikan oleh Dasgupta P. &
Ismail Serageldin : Capital Social : A
Multifaceted Perspective, 2000
Dahlan, M. Alwi, Menjabarkan Kulaitas dan
Martabat Manusia dan Masyarakat,
hal. 3-22; disajikan dalam: Sofian
Effendi et al. (eds), Membangun
Martabat Manusia: Peranan IlmuIlmu Sosial dalam Pembangunan,
3
18
Gajah Mada University Press Cet.2,
1993
Edi Suharto, Islam, Modal Sosial dan
Pengentasan
Kemiskinan,
Disampaikan pada ‖Indonesia Social
Economic Outlook‖, Dompet Dhuafa,
Jakarta, 8 Januari 2008
Fukuyama, Trust : The Social Virtues & The
Creation of Prosperity, New York :
Free Press, 1995,
Fukuyama, The Great Disruption : Human
Nature and the Reconstruction of
Social Order, Touchstone, 1999
Gaughan
&
Ferman,
Toward
an
Understanding of the Informal
Economy. The Annals of the
American Academy of Political and
Social Science, Vol. 493, 1988
Geertz, Clifford, Peddlers and Princes:
Social Change and Economic
Modernisation in Two Indonesian
Towns, Chicago : Chicago University
Press, 1968
Hechter dan Kanazawa, Sociological
Rational Choice Theory,
Annual
Review of Sociology, Vol. 23, 1997
Hidayat Nahwi Rasul, Puasa Mempertebal
Modal Sosial, Nuansa Persada
online, 18 Januari 2010
Lin,
M., Social networks and Status
Attainment, Annual Review of
Sociology,Vol. 25, 1999
Little, D., Rational Choice Models and Asian
Studies, Journal of Asian Studies,
Vol. 50/1, 1991
Narayan, Deepa & Lant Pritchett, Social
Capital : Evidence and Implications,
dalam Dasgupta P. & Ismail
Serageldin : Capital Social : A
Multifaceted Perspective,
tahun
2000
Narayan, D., dalam Bonds and Bridges
Social
Capital
and
Poverty,
Washington D.C : World Bank, 1999
Nurcholis Madjid, Menuju Masyarakat
Madani artikel dimuat pada situs Edi
Cahyono‘s Page, yaitu masyarakat
berbudi luhur atau berakhlak mulia
Portes, Alejandro, Social Capital : Its
Origins and Aplications in Modern
Sociology, Annual Review Social,
1998, Volume 24
Reenoy, The Informal Economy: Meaning,
Measurement
and
Social
Significance, Elinkwijk bv. Utrecht,
The Netherlands, 1990
Robert N. Bellah, Beyond Belief, New York :
Harper & Row, 1976
Robert M. Z. Lawang, Kapital Sosial,
Jakarta : FISIP UI Press, 2005
Robert D. Putnam, Leonardi R. dan Nanetti
R., Making Democracy Work : Civic
Traditions in Modern Italy, Princeton
: Princeton University Press, 1993
Saiful Mujani, Ritual
Nahdhiyin,
Modal
Sosial
dan Demokrasi, temuan
penelitian Pusat Pengkajian Islam
dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta
tahun 2001 dan 2002, disajikan pada
wawancara Burhanudin dengan
Saiful Mujani, 13 Juli 2003
Scott, James C, The Moral Economy of The
Peasant: Rebellion and Subsistence
in Southeast Asia, New Heaven and
London, Yale University Press, 1976
Subejo, Peranan Kapital Sosial dalam
Pembangunan Ekonomi : Suatu
Pengantar untuk Studi Kapital Sosial
di Pedesaaan Indonesia, Artikel
dalam Jurnal Agro Ekonomi Vol.11.
No.1 Juni 2004
Subejo, Iwamoto, dan Noriaki, Labor
Institutions in Rural Java: A Case
Study in Yogyakarta Province,
Working Paper Series No. 03-H-01,
Departm
TRUST SOCIETY MELALUI KAPITAL SOSIAL DITINJAU DARI
PERSPEKTIF ISLAM
Oleh
H. Catur Wahyudi
FISIP Universitas Merdeka Malang
ABSTRAK
Kapital sosial selain menjadi norma, juga menjadi kepercayaan sosial dan juga sebagai
pertukaran menjadikan entitas masyarakat semakin menguatkan kelompok masyarakat
tersebut. Keberadaan sosial kapital dalam lingkungan masyarakat mampu membentuk entitas
masyarakat tersebut menjadi lain dengan lingkungan lainnya. Modernisasi yang terus
berkembang terus menjadi pendorong dalam pengikisan terhadap norma-norma yang berlaku
dalam komunitas masyarakat. Oleh sebab itu trust society yang telah terbentuk harus terjaga
oleh satu struktur kapital sosial yang mapan. Islam memandangnya sebagai kondisi masyarakat
madani. Dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang notabene memeluk agama
Islam, kapital sosial telah terbentuk dalam interaksi masyarakat. Zakah, infaq, dan sedekah
yang dianjurkan oleh Islam menjadi rutinitas sosial serta rutinitas spritual bagi masyarakat. Oleh
sebab itu, kerukunan dan keguyuban masyarakat tekelompok dalam kelompok-kelompok
yasinan maupun tahlilan, dan lain sebagainya.
Kata Kunci : Modernisasi, Kepercayaan Sosial, Society, Kapital Sosial.
social development”. Aplikasi social capital
PENDAHULUAN
Popularitas
(social
capital)
kapital
sosial
terkait masalah sosial menurut Lawang
beberapa
tahun
(2005: 88-89) bersifat multiguna (multi-
konsep
pada
terakhir mewarnai dinamika perspektif di
purpose)
kalangan
kemampuan praksis dari kapital sosial
pemerhati
ilmu-ilmu
sosial,
dan
multi
sebab
khususnya di kalangan pengembang teori-
selalu
teori sosiologi. Sebelumnya telah dikenal
lainnya untuk mengatasi masalah sosial
berbagai
secara berdaya guna, seperti kemiskinan,
bentuk
kapital,
yaitu
natural
bersama-sama
pespektif,
dengan
capital, financial capital, physical capital,
ketidakberdayaan,
marginalitas,
human capital, dan human made capital
nilai
kapital
(producced assets). World Bank (The World
diperhitungkan
Bank,
kapital lainnya.
sebagai
1998)
“…a
memaknai
society
social
includes
capital
kapital
dari
kapital
dimana
sosial
bersama-sama
selalu
dengan
the
institutions, the relationships, the attitudes
Sementara itu, modernisasi memiliki
and values that govern interactions among
potensi
yang
dapat
melemahkan
atau
people and contribute to economic and
sebaliknya menguatkan kapital sosial. Ibnu
1
Khaldun (1332-1406 M) melihat fenomena
tertuju
modernisasi
ditetapkannya
sebagai
perkembangan
pada
pencapaian
sendiri,
tujuan
sehingga
yang
dalam
peradaban, merupakan hasil dari proses
setiap tindakan manusia pasti memiliki
tamaddun (semacam tranformasi pemikiran
unsur rasionalitasnya‖ (Lawang, 2005: 90).
yang lebih sehat), lewat ashabiyah (group
Hambatan-hambatan
feeling), perwujudan kompleksitas produk
manusia
pikiran kelompok manusia yang mengatasi
tersebut acapkali bisa ditembus, maka
negara, ras, suku, atau agama, yang
pilihan tindakan tetap dilakukan, acapkali
membedakannya
lainnya,
pula
dengan
dihindarinya. Perihal hambatan yang sulit
sendirinya. Sejalan dengan hal itu, makalah
ditembus lazimnya berupa struktur sosial
ini akan menyajikan fenomena potensi
makro obyektif yang biasanya bersifat taken
modernisasi dalam kapital sosial yang
of granted.
kendatipun
satu
tidak
dengan
monolitik
dibangun melalui nilai-nilai ke-Islam-an.
dalam
tidak
Konsepsi
yang
dihadapi
tindakan-tindakannya
dapat
kapital
ditembus
sosial
maka
menurut
dulu
Fukuyama (1995, 1999) pada dasarnya
bagaimana konsep Islam tentang kapital
adalah segala ihwal jaringan sosial yang
sosial, agar fenomenanya dapat digali dari
mempunyai makna. Aspek-aspek jaringan
berbagai
sosial, norma sosial, pertukaran dan norma
Untuk
itu,
perlu
contoh
dikaji
kasus
terlebih
yang
ada
di
sosial yang menghubungkan kebersamaan
Indonesia.
dalam rangka mencapai tujuan bersama,
REVIEW
KONSEP
KAPITAL
SOSIAL
DALAM KHASANAH MODERNISASI
masuk dalam kategori ini. Kapital sosial
dalam
perbincangan
ilmu-ilmu
sosial
Literatur yang banyak dikutip terkait
menjadi pusat diskursus penting. Hal ini
dengan konsep kapital sosial adalah artikel
dapat disimak dari perjalanan terminologi ini
klasik James Coleman (2000: 13-39) ketika
hingga memasuki wacana akademis akhir
berbicara tentang fungsi dan struktur dalam
abad ini.
sosial,
Dalam studi yang dilakukan Putnam
pertanyaan yang hendak dijawab adalah
(1993), pertama kali wacana kapital sosial
apakah
terkandung
dikemukakan bukan oleh teoritisi ilmu sosial
dalam struktur sosial itu demikian absolut
namun oleh seorang praktisi pendidikan
menentukan tindakan manusia? Jawaban
Hanifan yang pada tahun 1916 yang
Coleman ―tidak demikian, dan tidak juga
menemukan pentingnya campur tangan dan
tindakan manusia itu tidak dikendalikan oleh
keterlibatan masyarakat untuk keberhasilan
struktur sosial, tindakan manusia selalu
pendidikan dalam sekolah. Aspek-aspek
menjelaskan
konsep
determinisme
kapital
yang
2
kemauan baik, kesertaan, simpati, dan
kritik
terhadap
konsep
pertalian sosial dalam sebuah masyarakat
beberapa
amat menentukan dicapainya pemenuhan
batasan kapital sosial.
teoritisi
kapital
memberikan
sosial
variasi
kebutuhan bersama. Temuan itu untuk
Berbeda dengan kapital fisikal dalam
beberapa saat tidak banyak mempengaruhi
teori ekonomi yang merujuk konstruksi uang
perhatian para teoritisi ilmu-ilmu sosial.
dan
Baru setelah 34 tahun, yaitu awal tahun
terletak
1950-an
membesar
seorang
sosiolog
Kanada
finansial,
kekuatan
pada
daya
tatkala
kapital
sosial
dongkraknya
diutilisasikan
yang
dalam
yang
interaksi sosial, semakin dipergunakan dan
dari
sering menjadi basis interaksi masyarakat,
komunitas pinggiran kota. Berikutnya pada
semakin besar timbunan atau stok kapital
tahun 1960-an sosiolog perkotaan, Jacobs
sosial. Apabila kapital fisikal menunjuk pada
mengangkat
aspek-aspek
mengangkat
menjadi
tema
kapital
karakteristik
sosial
keanggotaan
persoalan
batas-batas
fisikal
manusia
kota. Pada tahun 1970-an ekonom Loury
keterampilan yang dikuasai oleh manusia,
menganalisis
kapital sosial menunjuk pada "tandem nilai
sosial
di
pada
sumberdaya
interaksi ketetanggaan dalam komunitas
hukum-hukum
merujuk
dan
hubungan
dan
kawasan kumuh dalam perspektif kapital
kolektivitas"
sosial.
manusia. Kapital sosial, menurut Putnam
Sosiolog Bourdieu (1986) pada tahun
dalam
kekayaan
antar
(2000), ruangan sosialnya terletak di antara
bentuk-bentuk
dua medan kesadaran interaksi dua pihak
sumber-sumber sosial dan ekonomi yang
yang membangun pertukaran kepercayaan.
dapat
Dengan kata lain kapital sosial bukan
1980-an
menganalisis
ditimbulkan dari jaringan sosial.
Coleman
(2000)
melakukan
pernah
dilakukan
hal
Hanifan
yang
terletak
untuk
tetapi
pada
terpusat
masing-masing
pada
radius
manusia,
interseksi
menganalisis konteks sosial pendidikan.
terjadinya proses interaksi sosial antar
Pada akhir era 1990-an, Putnam (1993)
aktor. Kapital sosial yang paling esensial
menganalisis peran kapital sosial dalam
adalah trust dan trustworthies. Keduanya
proses
kelola
berperan
(good
(lubricant) sehingga kinerja dan dinamik
Amerika.
kapital sosial itu menjadi stabil. Pada
Kemudian peran kapital sosial dalam proses
akhirnya kapital sosial dimaknai sebagai
modernisasi
suatu
demokratisasi
pemerintahan
governance)
yang
di
dan
Italia
dan
tata
amanah
dan
kapitalisme
di
Asia,
memberikan
nilai
mutual
iklim
trust
pelumasan
(kepercayaan)
Amerika dan Eropa yang ditulis Fukuyama
antara anggota masyarakat dan masyarakat
(1999; 2000). Dari rangkaian temuan dan
terhadap pemimpinnya, kapital sosial juga
3
merupakan institusi sosial yang melibatkan
kemampuan
jaringan (network), norma-norma (norms),
kemandirian masyarakat dan menjalankan
dan kepercayaan sosial (social trust) yang
fungsi yang baik, kualitas pemahaman
mendorong kolaborasi sosial (koordinasi
terhadap hak dan kewajiban tiap orang,
dan kooperasi) untuk kepentingan bersama.
struktur
Lebih jauh Putnam memaknainya dengan
mekanisme sumber-sumber yang potensial
contoh asosiasi horisontal yang tidak hanya
dalam
memberikan manfaat desirable outcome
kemasyarakatan
(hasil
Berdasarkan temuan penelitian, Woolcock
pendapatan
yang
diharapkan)
institusi
dan
tambahan).
menganalisis
kapital
sosial
adalah
konsep
“Kualitas
menumbuhkan
yang
terbuka,
membangkitkan
melainkan juga undesirable outcomes (hasil
Satu konsep lain yang dekat dengan
institusi
secara
Narayan
(2000:
daya
berkelanjutan.
225-35)
sosial
mengelompokkan dalam empat perspektif,
yaitu
:
komunitarian
(communitarian),
jaringan
kualitas
(institutional) dan sinergi (sinergy).
mewujudkan
kemampuan
perlu
untuk
dan
prestasi
dalam
kapital
Masyarakat”. Menurut Dahlan (1993: 3-22),
masyarakat
dan
(network),
Perwujudan
institusional
kapital
sosial
dapat
bersama. Hal ini mencakup ciri-ciri yang
ditengarai sebagai sumber daya aktual dan
berhubungan
potensial yang dimiliki oleh seseorang
dengan
kelangsungan
masyarakat itu sendiri. Kualitas masyarakat
berasal
ditelaah atas beberapa kelompok dengan
terlembagakan
detail sebagai berikut : (1) kehidupan
menerus dalam bentuk pengakuan dan
bermasyarakat yang memiliki keserasian
perkenalan timbal balik (atau dengan kata
sosial,
lain, keanggotaan dalam kelompok sosial)
kesetiakawanan
sosial,
disiplin
dari
jaringan
serta
yang
berlangsung
yang
kehidupan
berbagai bentuk dukungan kolektif. Lebih
demokrasi,
politik
melalui
keterbukaan
partisipasi
politik,
terbuka,
ketersediaan
prasarana
akses
kepemimpinan
komunikasi
level
untuk
jauh
dijelaskan
yang
merupakan
kepada
terus
sosial, dan kualitas komunikasi sosial, (2)
sosial
memberikan
sosial
bahwa
sesuatu
sarana
dan
dengan
yang
politik,
serta
budaya,
maupun
berhubungan
yaitu
ekonomi,
bentuk-bentuk
kehidupan kelompok, serta (4) adanya
kekayaan sumber daya alamnya. Bourdieu
kualitas
(1986) tidak saja mengembangkan konsep
kemasyarakatan
kemutakhiran
dengan
institusi
pranata
mempelajari
dan
kualitas,
kapital
budaya,
lokal
kapital
sosial
dan
institusi
sosial
keberadaan media massa, (3) eksistensi
lembaga
berupa
kapital
yang
lainnya,
anggotanya
melainkan
maupun
dua kapital
lainnya, yaitu kapital ekonomi dan kapital
4
sosial
dan
Penjelasan
hubungan
antar
Bourdieu
tentang
ketiganya.
adalah kebudayaan itu dari dirinya
masing-
sendiri bukanlah kapital jika orang tidak
masing kapital adalah seperti berikut :
berusaha
a. Kapital ekonomi, merupakan kapital
kebudayaan itu. Jadi, nilai kapital suatu
yang dapat segera dan langsung ditukar
kebudayaan tergantung pada orang,
dengan uang dan dapat dilembagakan
bukan pada kebudayaan itu sendiri; (2)
dalam bentuk hak kepemilikan. Dalam
kapital
kebudayaan
konteks ini, dapat dibedakan kapital
wujud
yang
uang dan kapital kepemilikan. Kapital
ijazah/legitimasi, maka ia merupakan
uang
kapital
lebih
merupakan
alat
tukar
untuk
menguangkan
itu
nyata
mempunyai
dalam
kebudayaan.
Ini
dapat
sedangkan kapital kepemilikan lebih
dibenarkan
bersifat
yang
keilmuan
uang
dipercayai orang sebagai kapital untuk
sebenarnya bukan kapital dalam arti
bisa bekerja (human capital), artinya
yang sebenarnya, melainkan sarana
apa
untuk dapat mengembangkan kapital
mencerminkan
fisik dan kapital manusia.
dalam bentuk keahlian atau kepakaran
kapital
fisik
sesuangguhnya,
maka
b. Kapital budaya, merupakan kapital yang
jika
bentuk
merupakan
yang
atau
ijazah/legitimasi
sertifikat
disertifikasikan
kemampuan
ketrampilan.
yang
itu
manusia
Inipun
juga
dalam kondisi-kondisi tertentu dapat
dipengaruhi oleh kemampuan pasar
ditukar dengan kapital ekonomi dan
untuk menyerap tenaga manusia atau
dapat
kepercayaan pasar. Dalam hal inipun
dilembagakan
dalam
bentuk
kualifikasi pendidikan atau keilmuan.
ternyata
Mengacu
pada
ada
bersifat mandiri, oleh karena itu, kapital-
beberapa
kesimpulan
dapat
kapital tersebut memiliki hubungan satu
ditegaskan, yaitu : (1) sesuatu yang
sama lain, dan malah dapat pula
bersifat atau ada hubungannya dengan
dipertukarkan; dan (3) kapital budaya
kebudayaan yang tidak dapat ditukar
memiliki 3 jenis kapital, yang menunjuk
dengan kapital ekonomi, tidak dapat
pada keadaan (state) yang memiliki 3
disebut dengan kapital budaya, atau
dimensi, yaitu : dimensi manusia secara
dengan kata lain, kebudayaan yang
fisik
mempunyai nilai ekonomik dan secara
berupa apapun yang dihasilkan manusia
potensial dan aktual dapat ditukarkan
atau
dengan uang sajalah yang disebut
menjadikannya
dengan kapital budaya. Pertanyaannya
berproduksi
definisi
ini,
yang
kapital
(badan),
budaya
dimensi
karya-karya
obyek
manusia
sebagai
atau
bukanlah
titik
ekonomi
yang
yang
tumpu
sejalan
5
dengan
manusia
sebagai
dilembagakan
homo
dalam
atau
bentuk
elit
baru
titel
economicus, dan dimensi institusional,
bangsawan
yang
khususnya yang dimanifestasikan pada
diperhitungkan atau kehormatan yang
pendidikan atau keilmuannya.
dapat menimbulkan kepercayaan pihak
lain dalam pertukaran kapital ekonomi.
c. Jika kapital budaya lebih menunjuk
pada keadaan, maka menurut Bourdieu,
Dari keragaan pandangan-pandangan di
kapital sosial lebih menunjuk pada
atas, kapital sosial dalam kajian ini dapat
kondisi atau persyaratan yang mungkin
distrukturasikan dalam dua aras kapital
dapat
untuk
sosial, yaitu makro dan mikro. Studi yang
diaktualisasikan menjadi kekuatan tukar
dilakukan Krisna dan Schrader (1999)
dengan kapital-kapital lainnya, misalnya
secara
kapital ekonomi, kapital politik, dan
merekontruksi aneka kapital sosial dalam
sebagainya.
pada
dimensi makro dan mikro. Pada tataran
akhirnya menunjuk pada kewajiban-
mikro kapital sosial dibedakan menjadi dua
kewajiban sosial (‖koneksi‖) yang dalam
jenis yaitu dimensi kognitif dan struktural.
kondisi tertentu dapat ditukar dengan
Lebih
kapital
diperhatikan pada gambar berikut :
menjadi
potensi
Kapital
ekonomi,
sosial
dan
dapat
lebih
lanjut
terperinci
penjelasan
mencoba
ini
dapat
Gambar 1.
Peta Konsep Jenis dan Hirarki Kapital Sosial
Lensa Makro
Lensa Mikro
Level
desentralisasi
Kognitif
Struktural
Aturan main
* Nilai-nilai
Kepercayaan
Solidaritas
Pertukaran
* Struktur
organisasi
horisontal
* Norma Sosial
* Perilaku
* Sikap-sikap
* Transparansi
proses
pengambilan
keputusan
bersama
Tipe
Rejim
* Akuntabilitas
dari pemimpin
* Praktek tindakan
kolektif &
Derajad
partisipasi
dalam proses
pengambilan
keputusan
Kerangka
hukum
6
Sumber : diadaptasikan dari Anirudh Krishna and Elizabeth Shrader, 1999 : 9
Sementara itu Krishna dan Uphoff
Negara sedang berkembang, yaitu : (1)
(1999), dalam pemetaan pengukuran kapital
kapital sosial sebagai kepercayaan sosial
sosial, membagi dalam dua kategori besar :
(social trust) (Fukuyama, 1995: 26), (2)
(a)
kapital
kapital
sosial
struktural
yang
di
sosial
sebagai
pertukaran
dalamnya terdiri dari peraturan (rules),
(reciprocity) (Putnam, 1993: 172), (3) kapital
peranan (roles), jaringan sosial (social
sosial
network), prosedur; dan (b) kapital sosial
(Fukuyama,
dimensi kognitif terdiri dari kapital sosial
kapital sosial sebagai norma (norms) atau
yang berorientasi kepada orang lain antara
kewajiban Sosial (Fukuyama, 1999: 148-
lain
resiprositas
149). Kajian kapital sosial di Indonesia telah
(reciprocity), solidaritas (solidarity). Kapital
menjadi perhatian Subejo (2004: 77-86),
sosial
:
kepercayaan
kognitif
tindakan
(trust),
yang
terdiri
dari
sebagai
1999:
jaringan
(networks)
201-202),
serta
(4)
berorientasi
pada
dengan mempertimbangkan elemen utama
kerjasama,
sifat
social capital yang terdiri dari norms,
kedermawanan atau sifat pemurah. Ahli lain
reciprocity,
Bullen dan Onyx (1998: 6-8) berdasar
sebenarnya hal tersebut secara historis
rangkaian penelitian di lima komunitas di
bukan merupakan fenomena baru dan asing
New South Wales Australia, menyarankan
bagi masyarakat di Indonesia dan hal
delapan
tersebut
indikator
kapital
sosial
tanpa
trust,
lebih
dan
network,
berakar
maka
kuat
dan
mengkategorisasikan pada hirarki kognitif
terinstitusikan dalam kehidupan sehari-hari
dan struktural. Kedelapan indikator tersebut
masyarakat di daerah pedesaan, yang
adalah
pada
secara umum dikenal dengan kegiatan
komunitas lokal; (b) proaktivitas dalam
―saling tolong-menolong‖ atau secara luas
kegiatan sosial; (c) perasaan percaya dan
terwadahi dalam tradisi ―gotong royong‖.
:
(a)
derajad partisipasi
aman; (d) tingkat koneksi atau hubungan
Tradisi gotong royong memiliki aturan
ketetanggaan; (e) tingkat koneksi keluarga
main yang disepakati bersama (norm),
dan pertemanan; (f) derajad toleransi pada
menghargai
keragaman; (g) nilai-nilai pedoman hidup;
masing-masing
(h) dan jaringan kerja.
kontribusi dan dalam waktu tertentu akan
Dari berbagai temuan dan kajian
mengenai kapital sosial,
telah mampu
menerima
suatu
prinsip
timbal-balik
pihak
memberikan
kompensasi/reward
bentuk
dari
sistem
dimana
sebagai
resiprositas
mendefinikasikan sejumlah indikasi potensi
(reciprocity), ada saling kepercayaan antar
kapital sosial dalam kenyataan dinamika
pelaku
modernisasi
mematuhi semua bentuk aturan main yang
yang
terjadi
di
sejumlah
bahwa
masing-masing
akan
7
telah
disepakati
kerjasama
(trust),
tersebut
serta kegiatan
diikat
kuat
oleh
royong bisa mencakup material, tenaga,
uang dan social spirit. Secara umum
hubungan-hubungan spesifik antara lain
aktivitas
mencakup
sentral sebagai mutual help antar anggota
kekerabatan--kinship,
pertetanggan--neighborship
dan
gotong
masyarakat
royong
memiliki
tema
yang mana masing-masing
pertemanan—friendship sehingga semakin
pihak terlibat saling memberikan kontribusi
menguatkan
dan
jaringan
antar
pelaku
(network).
sebagai
mendapatkan
reward-nya
gain
dari
mereka
aktivitas
yang
Tradisi gotong royong secara nyata
dikerjasamakan. Semangat timbal balik--
telah melembaga dan mengakar kuat, ini
reciprocity melekat kuat sebagai penunjuk
diwujudkan
bahwa
proses
dengan
fair.
dalam
keseharian
berbagai
masyarakat
aktivitas
Indonesia.
kerjasama
Dalam
berlangsung
praktek
nyata
Khususnya di pedesaan Jawa, praktek
keseharian, timbal balik memiliki spektrum
gotong
royong
walaupun
cenderung
yang fleksibel dari timbal balik yang sangat
mengalami penurunan baik
dari sudut
ketat (strict reciprocity) sampai dengan
pandang lingkup aktifitas maupun jumlah
timbal
orang yang terlibat, namun secara umum
reciprocity).
masih mendapatkan apresiasi positif oleh
dalam kasus-kasus tertentu terjadi ketidak
warga masyarakat. Hal ini nampaknya juga
seimbangan antara kontribusi dan gain
dipengaruhi oleh salah satu karakteristik
yang diperoleh pihak terlibat dalam jangka
khusus yaitu keeratan hubungan sosial
panjang, namun karena warga masyarakat
yang dimiliki oleh masyarakat Jawa.
masih memegang prinsip generosity, hal itu
Salah
seorang
peneliti
terkemuka
tentang masyarakat pedesaan, Scott (1976)
telah
mengkategorikan
balik
yang
longgar
(non-strict
Dan bukan tidak mungkin
diterima sebagai hal yang biasa dengan
kebesaran hati.
masyarakat
Semangat kesepadanan, dan rasa
pedesaan Jawa sebagai salah satu dari
timbang
masyarakat
yang
masyarakat dari golongan kurang mampu
memiliki tradisi communitarian paling kuat.
atau terbelakang secara sosial dan ekonomi
Kegiatan
untuk memperoleh gain yang lebih besar
pedesaan
gotong
di
royong
dunia
terekspesikan
rasa
memungkinkan
anggota
dalam berbagai aktivitas mulai dari yang
dibandingkan
bersifat (1) sosial, (2) sosial dan personal
diberikan kepada kelompoknya. Aktivitas
serta (3) personal yang diwujudkan dalam
gotong royong dalam berbagai dimensinya
bentuk pertukaran (exchange). Ditinjau dari
memberikan implikasi semangat dan value
bentuk
untuk
yang
dikerjasamakan,
gotong
saling
dengan
kontribusi
memberikan
yang
jaminan/self8
guarantying atas hak dan kelangsungan
mempostulatkan utilitas maksimum dan nilai
hidup antar sesama warga masyarakat
kegunaan ekonomi sebagai thesis penting
yang
dalam teorinya. Akan tetapi, konsep kapital
masih
melekat
cukup
kuat
di
pedesaan. Hal ini juga dapat diacu sebagai
sosial
salah satu strategi tradisional dalam social
sebagai
safety net. Subejo dan Iwamoto (2003)
akumulasi material dan ekspansi kapital
memberikan
praktek
serta maksimisasi keuntungan ekonomi,
gotong royong yang dilembagakan sebagai
melainkan lebih dimaknai sebagai prasyarat
tradisi
sebagai
terjadinya sebuah tata-ekonomi sehat yang
―institutionalized stabilizers‖ karena aktivitas
rasional dan operasional. Dengan demikian,
tersebut
proses
kapital sosial hanya memberikan energi
keberlanjutan (sustainability) dan menjamin
(social energy) bagi berjalannya sebuah
stabilitas secara ekonomi dan sosial pada
sistem sosial-kemasyarakatan.
oleh
terminologi
warga
pada
pedesaan
memungkinkan
kehidupan rumah tangga di pedesaan.
tidak
serta
merta
instrumen
dimanfaatkan
penting
kearah
Dalam perspektif ekonomi neo-klasik,
Faktanya, modernisasi telah mengikis kultur
individu-individu
pedesaan menjadi urban, bisa jadi gotong
untuk
royong sebagai kapital sosial telah berubah,
menentukan pilihan-pilihan atas tindakan
menurun kadar kualitasnya atau menjelma
sosial yang hendak diputuskannya. Artinya,
menjadi kelembagaan baru yang masih
setiap
mempertahankan nilai-nilai dari gotong-
menimbang
royong tersebut.
memanfaatkan stok kapital sosial tersebut,
KEPERCAYAAN
(TRUST)
DALAM
BANGUNAN MASYARAKAT HARMONI
Secara
dipandang
penting
umum,
sebagai
dalam
stok
kapital
sosial
kapital
pembangunan
yang
ekonomi
masyarakat negara dunia ketiga maupun
masyarakat negara industri maju sekalipun.
Analisis kapital sosial, sebagai stok kapital
dalam sebuah masyarakat memang sulit
dipisahkan dari theoretical way of thinking
yang dikembangkan oleh mazhab ekonomi
neo-klasik
(Black,1997),
yang
mendapat
berpikir
secara
individu
kesempatan
rasional
memiliki
kebebasan
―untung-ruginya‖
terutama
pada
saat
membuat
keputusan
dalam
dalam
mereka
hendak
membentuk
suatu
peradaban masyarakat yang efisien dan
efektif.
Kapital
sosial
(bersama-sama
dengan berbagai bentuk kapital ekonomi
lainnya seperti uang, kapital fisikal seperti
tanah dan mesin-mesin, keterampilan dan
kemampuan atau human capital, serta
kapital
lingkungan-ekologis)
bermakna
instrumental bagi pencapaian sebuah tatamasyarakat ideal. Melalui perspektif ini,
penggunaan teori-teori pilihan rasional (the
rational choice theory) menjadi sangat
9
mengoperasionalisasikan
Fenomena lainnya, ditunjukkan oleh kajian-
dan memfungsikan kapital sosial (Litle,
kajian informal economy, banyak temuan
1991: 35-52, Hecter and Kanazawa, 1997:
mengungkapkan bahwa sektor
191-214).
perkotaan
relevan
dalam
Dari perspektif fungsionalisme, kapital
dunia
ketiga
informal
tumbuh
dan
berkembang sebagai akibat dari adanya
sosial yang berintikan struktur ikatan-ikatan
perluasan
sosial yang berurat-berakar secara luas,
Jaringan tersebut memungkinkan sektor
memiliki makna yang bersifat multi-aras.
informal
Portes (1998: 1-24) menyatakan primordial
tenaga kerja dari pedesaan. Kapital sosial
social ties sebagai bentuk kapital sosial
yang dipunyai oleh kaum migran desa-kota
―primitif‖ yang telah ada sejak lama, dan
itu
dari sinilah pemaknaan akan kapital sosial
mengalokasikan sumberdaya manusia ke
berlangsung. Ikatan primordialisme tersebut
unit-unit
terjalin
ikatan
kapasitas untuk berkembang (Gertz, 1968,
kekeluargaan. Fenomena yang nampak
Gaughan & Ferman, 1998: 15-25, Reenoy,
pada masa Orde Baru, kapital sosial telah
1990, Lyn, 1999: 467-487).
dalam
jaringan
dan
jaringan
menyerap
secara
dimanfatkan secara ―tidak layak‖, dimana
sosial
tepat
usaha
Menurut
secara
dan
desa-kota.
berlebihan
efisien
yang
masih
perspektif
mampu
memiliki
strukturalisme,
trust dan jejaring sosial dibangun secara
trust yang melandasi bangunan ikatan
eksklusif untuk membentuk emperium bisnis
sosial
dan politik berbasis kerabat dan kroni.
menguntungkan
Sementara
sosial
tingkat individual, sehingga kapital sosial
dibentuk oleh dan sesuai selera pemilik
bermakna sebagai asset sosial-ekonomi
otoritas kekuasaan
mengukuhkan
yang dikuasai dan dilakukan oleh individu.
kepentingan-kepentingan kroni tersebut di
Dalam perkembangannya, sebagian analis
ruang bisnis dan politik. Kapital sosial pada
berpendapat bahwa ikatan-ikatan sosial
masa
tersebut
itu
itu,
norma-norma
demi
dimanipulasi
menjadi
asset
itu
akan
lebih
elemen
memberikan
banyak
komunitas
keuntungan
di
tidak
ekonomi kelompok tertentu dan bukan
hanya kepada individu semata, namun lebih
menjadi asset publik. Terlepas dari insiden
kepada kolektivitas. Dalam konteks ini,
buruk pemanfaatan kapital sosial oleh
kapital sosial bermakna sebagai kapital
kekuasaan
Baru,
kolektif yang menopang bangunan sebuah
makna kapital sosial dalam pengertian
sistem sosial. Sejumlah fakta dari studi-
traditional ties and social networking tetap
studi
memiliki relevansi penting dalam kehidupan
menjelaskan bahwa jaringan ikatan sosial
sosial
dibentuk
ekonomi-politik
Indonesia
pada
Orde
umumnya.
sosiologi
secara
pembangunan
sengaja
yang
sebagai
10
infrastuktur
–
komunitas
purposively
Kapital Sosial dan Nilai-nilai Ke-Islam-an
constructed institutions (Dharmawan, 2002).
Islam memiliki landasan kuat untuk
Dari pemaknaan di atas, kapital sosial
melahirkan
memungkinkan
secara
tersebut, komitmen pada kontrak sosial dan
sumber-sumber
norma yang telah disepakati bersama.
kehidupan (sources of livelihoods) dengan
Membangun masyarakat dalam kacamata
lebih baik, sehingga terbentuk masyarakat
Islam
yang lebih sejahtera secara sosial-ekonomi
kewajiban bagi setiap muslim. Bangunan
(ukurannya : harmonis secara sosial, bebas
sosial masyarakat muslim itu ciri dasarnya :
konflik,
ta’awun (tolong-menolong), takaful (saling
bersama
orang-orang
menyongsong
tingkat
makmur
kerjasama
secara
ekonomi,
yang
tinggi,
demokratis,
santun, egaliter, dan sebagainya).
sosial
dan
merupakan
Bangunan
mencirikan
beradab
ke-kholifah-an,
tadhomun
(memiliki
masyarakat
yang
subtitusi
society),
bagi
sumberdaya atau kapital lainnya.
di
atas
disebut
masyarakat madani , di dunia Barat dikenal
dengan
komplementer
hal-hal
1
sumberdaya yang memiliki kemampuan
maupun
tugas
yang
solidaritas).
jelas bahwa dimensi kepercayaan (trust)
kapital
adalah
menanggung),
Berdasarkan uraian di atas, menjadi
dalam
masyarakat
istilah
adalah
masyarakat
sipil
masyarakat
(civil
dengan
tatanan sosial yang baik, berazas pada
prinsip moral yang menjamin keseimbangan
KAPITAL SOSIAL DALAM PERSPEKTIF
antara hak dan kewajiban individu dengan
ISLAM : FENOMENA DI INDONESIA
hak dan kewajiban sosial. Pelaksanaannya
Faktanya,
bangsa tidak
pembangunan
hanya
berkaitan
suatu
studi menunjukkan bahwa pembangunan
tidak saja didorong oleh faktor ketersediaan
alam,
besarnya
kapital
finansial atau tingginya investasi ekonomi
dan
industrialisasi,
melainkan
juga
bertautan dengan matra sosial, khususnya
kapital sosial yang hanya dapat diwujudkan
melalui usaha membangun masyarakat
yang berperadaban.
lain
dengan
terbentuknya
dengan
kapital ekonomi (finansial), Beberapa hasil
sumberdaya
antara
1
Perdebatan atas istilah-istilah tersebut tetap saja
terjadi,
bukan
selayaknya
disini
untuk
memperdebatkan istilah-istilah tersebut yang bisa jadi
tidak terdapatkan titik temunya. Penulis mengambil
pengertian konsep masyarakat madani dari
pandangan Nurcholis Madjid dalam artikel Menuju
Masyarakat Madani yang dimuat pada situs Edi
Cahyono’s Page, yaitu masyarakat berbudi luhur atau
berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan pandangan
Robert N. Bellah dalam Beyond Belief (New York :
Harper & Row, 1976, hal. 150-151),
bahwa
peradaban yang dibangunan Nabi tersebut disebut
sebagai masyarakat yang untuk zaman dan tempatnya
sangat modern, sehingga setelah Nabi sendiri wafat
tidak bertahan lama. Timur Tengah dan umat
manusia saat itu belum siap dengan prasarana social
yang diperlukann untuk menopang suatu tatanan
social yang modern sebagaimana telah dirintis Nabi.
11
pemerintahan yang tunduk pada aturan dan
Merujuk pada banyak pakar politik (seperti
undang-undang
Anderson,
dengan
sistem
yang
Halliday,
Entelis,
Gerges,
secara
Tessler, Al-Braizat, Rose, Esposito dan Voll,
formal mengatur hubungan sosial antar
Mousalli dll), serta studi lapangan, Mujani
komponen masyarakat. Postulat naqliyah
menjelaskan bahwa : (1) masyarakat Islam
dari
memiliki kapital sosial yang cukup bagi
transparan.
Masyarakat
khazanah
madani
ajaran
Islam,
mendokumentasikan dengan baik 15 abad
tumbuhnya
silam, bagaimana masyarakat seperti itu
modern, (2) tingkat civic engagement di
ditumbuhkembangkan dalam kapital sosial
kalangan Muslim Indonesia cukup tinggi
yang kuat, dibuktikan dengan komitmen
mencapai 38,9%; sebanyak 26 % terlibat
masyarakatnya
tinggi
dalam kelompok arisan; 15,5 % terlibat di
nilai-nilai peradaban, sebuah masyarakat
organisasi tingkat desa; 8,7 % di organisasi
yang sarat dengan nilai dan moral, maju,
pekerja; 5 % di koperasi; dan 2 % terlibat di
beradab dan sangat menghargai nilai-nilai
klub
kemanusiaan.
realitas
masyarakat Muslim Indonesia pada tataran
prakteknya pada masyarakat muslim di
sikap terhadap kelompok tertentu, seperti
Indonesia dewasa ini ?
komunis, Kristen, Islamis Muslim, Cina,
yang
menjunjung
Bagaimana
Pertama, dalam kaitan kapital sosial
olah
demokrasi
raga,
(3)
dan
peradaban
tingkat
toleransi
Hindu, Budha dan seterusnya, tampak
dengan
rendah, namun tidak melemahkan karakter
culture
peradaban yang terkandung dalam nilai-
dalam konteks Indonesia, penelitian Saiful
nilai masyarakat yang demokratis, dan (4)
Mujani
dukungan
sebagai
kapital
menggunakan
politik,
pendekatan
(2003)
civic
memperlihatkan
bahwa
masyarakat
Islam
Indonesia
pertumbuhan peradaban masyarakat yang
terhadap institusi politik relatif rendah,
modern dan demokratis berakar dari kultur
meskipun
demokrasi itu sendiri, yang mencakup :
tinggi, baik secara konvensional maupun
keterlibatan
non-konvensional.
kewargaan
yang
bersifat
sekular (secular civic engagement), sikap
tingkat
partisipasinya
cukup
Kedua, dalam kaitan kapital sosial
saling percaya sesama warga (interpersonal
sebagai kapital
budaya,
trust), toleransi, keterlibatan politis (political
pandangan
engagement), dukungan terhadap sistem
mencermati
demokrasi, dan partisipasi politik (political
perkembangan Muhammadiyah lewat amal
participation). Penelitian tersebut menolak
usahanya yang tidak sedikit, terutama
tesis yang menyatakan bahwa Islam tidak
dengan adanya sekolah-sekolah. Sebagai
sejalan dengan demokrasi dan civil society.
ORMAS Islam, Muhammadiyah sejak lama
Amin
Rais
patut
(2009)
pertumbuhan
disimak
dalam
dan
12
telah mengembangkan doktrin yang disebut
aktivitas kolektif tersebut mempunyai efek
dengan
ganda,
menggembirakan
amal
saleh.
terdapat
kecenderungan
bahwa
Organisasi berfungsi untuk memobilisasikan
orang yang aktif dalam kegiatan tersebut
atau dalam bahasa Muhammadiyah, untuk
ternyata
menggembirakan
kolektif
organisasi ―sekuler‖, aktivis NU tersebut
Muhammadiyah
umumnya aktif juga di organisasi Karang
(Rasul,
amal
saleh
2010).
membuktikan
potensinya
dalam
pengembangan kapital sosial masyarakat,
juga
aktif
dalam
organisasi-
Taruna, PKK, dan klub-klub olah raga
maupun seni budaya.
kemampuan
Ketiga, kapital sosial juga memiliki
organisasinya mensemangati beramal dari
entitas dalam konteks kapital ubudiyah.
berbagai individu Muslim yang dipadukan
Melalui
lewat
Ramadanpun, menurut pandangan Hidayat
yang
ditandai
oleh
sebuah
organisasi,
melalui
berbagai
amalan
di
bulan
pembagian kerja yang rapih. Apa yang tidak
Nahwi
mungkin dikerjakan melalui kemampuan
memberikan
individual,
kapital sosial masyarakat. Dikatakanya,
akhirnya
dapat
dilaksanakan
Rasul
(2010)
hikmah
ternyata
bagi
juga
pemupukan
dengan baik melalui organisasi. Dipandang
bilamana
dari
dikerjakan dengan serius, melalui ibadah di
sisi
kapital
sosial,
terbangunnya
amalan-amalan
tersebut
gerakan amal saleh secara kolektif tersebut
bulan
di antaranya diwujudkan melalui usaha
kesalehan
mendirikan sekolah-sekolah berbasis pada
kesantunan, keberadaban, kerukunan, dan
kekuatan jamaah di Muhammadiyah. Hal
kepedulian terhadap sesama manusia. Nilai
tersebut merupakan trust atau kepercayaan
hikmah semacam itu dapat menjadi kapital
dari jamaah kepada pemimpin-pemimpin
sosial
Muhammadiyah
hidup
ekonomi global yang mengancam akibat
bermewah-
gagalnya sistem kapitalisme global dalam
mewah, jauh dari korupsi, ikhlas, tekun
mensejahterakan masyarakat dunia. Kapital
bekerja, dan tidak banyak bicara. Demikian
sosial dalam perspektif Islam dapat pula
halnya alam tradisi NU, sejumlah kegiatan
dirupakan dalam bentuk jaringan sosial dan
kolektif yang berbasis pada kerjasama dan
sikap manusia untuk bekerja sama, yang
saling
melalui
bisa muncul dalam pelbagai cara, seperti
aktivitas yasinan, manakiban, tahlilan, tujuh
memenuhi kewajiban, penghormatan dan
harian bagi orang yang meninggal, haul,
kesetiaan, solidaritas, kepercayaan dan
dan lain-lain. Dalam penelitian Saiful Mujani
pelayanan.
(2003) menyajikan temuan bahwa berbagai
mengkaji proses ritual korban memiliki
sederhana
atau
percaya
yang
jauh
dapat
umumnya
dari
dikenali
Ramadan
mampu
sosial,
dalam
wujudnya
menghadapi
Ahmad
meningkatkan
badai
Sahidah
adalah
krisis
(2009)
13
kandungan berbagai unsur kapital sosial
menjadi integral dengan nilai-nilai Islam. ZIS
tersebut. Bisa jadi setiap orang mampu
(Zakah, Infaq dan Sedekah) memiliki aturan
selalu melakukan kurban pada setiap Idul
main
Adha, terdapat pula cara perkongsian (7
memahami
orang
dengan
menyuburkan
kepedulian
1
secara
(norm),
masyarakatpun
menghargai
prinsip
yang
timbal-balik dimana masing-masing pihak
emosional
dan
memberikan kontribusi dan dalam waktu
Pembagian
tertentu akan menerima kompensasi/reward
kolektif.
daging kurban menggambarkan pelayanan
sebagai
yang
resiprositas
sempurna,
dan
lembu)
ekor
ikatan
tertentu
karena
mereka
yang
suatu
bentuk
dari
sistem
(reciprocity),
ada
saling
terlibat tak berharap pamrih (didasarkan
kepercayaan antar pelaku bahwa masing-
rasa tulus ikhlas). Pembagian kerjapun
masing akan mematuhi semua bentuk
tertata
bapak
aturan main yang telah disepakati (trust),
menyembelih dan menguliti hewan yang
serta kegiatan kerjasama tersebut diikat
dikurbankan,
kuat
sedemikian
rupa,
kaum
sedangkan
kaum
ibu
oleh
hubungan
spesifik,
seperti
memotongnya untuk dimasukkan ke dalam
kekerabatan-kinship,
kantong
ibadah-
neighborship dan pertemanan—friendship
ibadah yang lain, ritual kurban mempunyai
sehingga semakin menguatkan jaringan
signifikansi yang luas dalam konsep kapital
antar pelaku (network).
plastik.
Dibandingkan
sosial, karena mempunyai makna edukasi
Kekuatan
pertetanggan-
nilai-nilai
tersebut
juga
yang bisa menggugah anak-anak hingga
dilandaskan pada ajaran Islam mengenai fi-
orang dewasa terlibat di dalamnya.
sabilillah, berkurban, persaudaraan sesama
Keempat, dalam kaitan kapital sosial
muslim,
cinta
sesama
manusia
dan
Islam
rahmatan lil ’alamiin. Para aktivis ZIS
memiliki aktivitas nyata yang diwujudkan
tidaklah asing dengan hadits berikut ini,
melalui program ZIS (Zakah, Sedekah dan
bahwa ‖Rasulullah SAW mengecam orang
Infaq)
yang
menumbuhkan
yang
kesejahteraan
kapital
bernilai
ekonomi,
bagi
ummah
peningkatan
(Suharto,
2008).
dapat
tetangganya
tidur
tidak
nyenyak
dapat
sementara
tidur
karena
indikasi-indikasi
kelaparan‖. Orang jenis ini oleh Rasulullah
kapital sosial yang terdiri atas : norma,
SAW disebut sebagai tidak beriman. Fakta
kerjasama permanen, kepercayaan dan
keberhasilan
jaringan; maka tradisi Islam dalam tolong
Indonesia, seperti Dompet Dhuafa, BMT-
menolong yang diwujudkan melalui zakah,
BMT ; merupakan fenomena adanya kapital
infaq,
sosial dalam perspektif Islam yang patut
Dengan
obyektif
menggunakan
dan
sedekah
bagaimana
merupakan
kapital
sosial
fakta
itu
lembaga-lembaga
ZIS
di
dipahami.
14
Uraian nilai-nilai Islam di atas,
baru
merupakan
‖kapital
sosial
laten‖.
distrust in society bisa dilakukan dengan
cara menanamkan dan menumbuhkan trust
Sedangkan upaya pembangunan komunitas
pada beragam aras, yaitu :
madani
1) Trust pada aras individu, disini trust
atau
masyarakat
yang
berperadaban, merupakan usaha menggali
ditanamankan
dan
memunculkan
menjadi
manifes,
banyak
bagian
tak
kapital
sosial
laten
terpisahkan dari moralitas dan adab yang
yakni
mewujudkan
selalu melekat pada karakter setiap
pesan/ajaran Islam benar-benar menjadi
ikutan
sebagai
orang,
didukung
individu;
2) Trust
pada
aras
kelompok
eksistensinya di sebuah komunitas. Tanpa
kelembagaan,
proses
sistematis,
bagaimana menjaga amanah (promise
selamanya kapital sosial islami hanyalah
keeping) di tingkat kelompok-kelompok
sebuah potensi, hanya menjadi materi
sosial secara efektif.
pemupukan
ceramah
secara
keagamaan,
atau
diwujudkan
secara parsial, tidak menyeluruh.
adalah
dan
proses
3) Trust pada aras sistem yang abstrak
(ideologi,
religi)
membantu
setiap
individu dalam merealisir trust dalam
Menggagas Trust Society di Indonesia
kehidupan kemasyarakatan.
Dalam bangunan masyarakat madani
Bila moralitas trust menjelma menjadi
atau masyarakat ideal yang dicita-citakan
perilaku bersama (collective behavior) atau
oleh Islam, kepercayaan (trust) adalah
aksi kolektif, maka trust society tak mustahil
sumberdaya yang memiliki kemampuan
akan mudah terwujud. Meski demikian, trust
subtitusi
tak
maupun
komplementer
bagi
akan
sumberdaya atau kapital lainnya. Mengingat
sendirinya
mayoritas
penduduk
conditions,
Muslim,
kontek
Indonesia
adalah
ke-Indonesia-anpun
tumbuh
dapat
berkembang
tanpa
yang
dengan
adanya
dengan
favorable
mendukungnya
baik.
Dalam
untuk
hal
ini,
membangun trust society menjadi perhatian
Narayan
yang
merupakan salah satu essential contributor
perlu
terus
dikuatkan.
Dengan
(1999)
menilai
bahwa
trust
memasukkan konsep trust ke dalam pola
factor
hubungan
sosial
kesejahteraan
maka
secara signifikan membantu terciptanya
Indonesia,
harmoni kehidupan sosial dan integrasi
semestinya akan bisa lebih baik di masa
sosial (a unity in diversity). Menjadi penting
depan.
adanya institusi formal dan informal yang
sosial
kemasyarakatan
bangunan
Upaya
dan
struktur
Indonesia,
masyarakat
mereduksi
ciri
moralitas
yang
menjamin
trust
mempengaruhi
suatu
agar
masyarakat
berfungsi
tingkat
dan
secara
15
operasional. Adapun institusi informal yang
tumbuh bila fungsi-fungsi organisasi, seperti
bisa
: lembaga pendidikan, lembaga hukum,
menumbuhkan
memenuhi
criteria;
trust
(1)
semestinya
interpersonal
pasar,
ikut
menyumbang
energi
bagi
relations berkembang kondusif, (2) norms
tumbuh
and values yang dikukuhkan bersama-sama
moralitas
serta diyakini dan ditaati oleh masyarakat,
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnhya,
dan (3) adanya social sanctions yang
maka model trust society yang dapat
mengikat orang atau kelompok agar tak
dihipotesakan nampak seperti tabel berikut
berbuat semaunya. Selanjutnya pada sisi
ini :
kelembagaan
formal,
trust
akan
dan
berkembangnya
trust
dalam
atmosfer
masyarakat.
bisa
Tabel 1:
Model Hipotesis Kualitas Trust Society
KUALITAS MORAL TRUST
MORAL DIS-TRUST
MORAL TRUST
Masyarakat dis-integrasi
Masyarakat dis-integrasi,
dengan kondisi masyarakat
masih memiliki potensi moral
DIS-INTEGRASI
saling curiga
saling percaya
Masyarakat integrasi namun
Masyarakat integrasi, masih
kondisi masyarakat saling
dengan potensi moral saling
INTEGRASI
curiga
percaya yang tinggi
Sumber : diolah dari berbagai sumber
KUALITAS INTEGRASI
SOSIAL
Studi
(2002)
yang
tentang
dilakukan
realitas
Tadjoeddin
di
ranah (individu, kelompok, dan sistemik)
kawasan konflik (Maluku, Poso, Sampit,
harus dapat digerakkan secara optimal, baik
Aceh),
kondisi
pada level kelembagaan informal maupun
masyarakatnya pada derajat integrasi sosial
formal. Tentunya berbagai langkah tersebut
sangat rendah dan derajat distrust yang
perlu dilakukan kajian awal (baseline) agar
tinggi, ditandai oleh adanya konflik sosial
terpetakan realitas konflik dan saling curiga
yang meluas, akibat rasa saling curiga yang
masyarakat, penyebab-penyebabnya dan
amat-sangat
keadaan
institusi-institusi kunci yang dimungkinkan
semacam itu, solusi hipotetiknya adalah
memiliki kontribusi untuk menciptakan moral
mengusahakan
distrust
berkesimpulan
tinggi.
masyarakat
untuk menumbuhkan trust pada berbagai
bahwa
Dengan
terwujudnya
masyarakat
maupun
dis-integrasi.
Dengan
integratif yang didukung dnegan potensi
demikian, proses relasi-relasi sosial baru
moral trust yang tinggi pula, yakni trust
dapat
society. Dengan demikian, seluruh usaha
respon atau dukungan yang realistik dalam
direkayasa
untuk
mendapatkan
16
menumbuhkan trust society di kawasan
indikasi kapital sosial yang terdiri atas:
tersebut. Pola ini bisa jadi typical untuk
norma, kerjasama permanen, kepercayaan
menggerakkan iklim kemasyarakatan yang
dan jaringan; maka tradisi Islam dalam
kondusif di Indonesia, dimana nilai-nilai ke-
tolong menolong yang diwujudkan melalui
Islam-an dalam kapital sosial memiliki
berbagai ibadah ritual dan kultural umat
kontribusi yang patut diaktualisasikan.
Islam di Indonesia, seperti : zakah, infaq,
PENUTUP
sedekah, tahlilan, manaqiban, kesalehan
Berdasarkan review konsep kapital
sosial,
dapat
indikasi
didefinikasikan
potensi
kapital
sejumlah
sosial
dalam
kolektif,
ibadah
di
bulan
Romadon,
berkurbann pada saat Idul Adha, dan
sejenisnya,
merupakan fakta obyektif
yang
bagaimana kapital sosial itu menjadi integral
sedang
dengan nilai-nilai Islam. Berbagai kegiatan
berkembang, yaitu : (1) kapital sosial
ubudiyah dan kesesalehan sosial tersebut
sebagai kepercayaan sosial (social trust),
memiliki
(2)
masyarakatpun
kenyataan
terjadi
dinamika
di
modernisasi
sejumlah
kapital
sosial
Negara
sebagai
pertukaran
aturan
main
tertentu
memahami
(norm),
(reciprocity), (3) kapital sosial sebagai
menghargai
jaringan (networks), serta (4) kapital sosial
masing-masing
sebagai norma (norms) atau kewajiban
kontribusi dan dalam waktu tertentu akan
Sosial.
menerima
Kajian kapital sosial di Indonesia telah
menjadi
Bilamana
suatu
prinsip
dan
timbal-balik
pihak
memberikan
kompensasi/reward
bentuk
dari
dimana
sistem
sebagai
resiprositas
sejumlah
peneliti.
(reciprocity), ada saling kepercayaan antar
mempertimbangkan
elemen
pelaku
perhatian
bahwa
masing-masing
akan
utama social capital yang terdiri dari norms,
mematuhi semua bentuk aturan main yang
reciprocity,
telah
trust,
dan
network,
maka
disepakati
(trust),
eksistensi kapital sosial secara historis
kerjasama
bukan merupakan fenomena baru dan asing
hubungan spesifik, seperti kekerabatan-
bagi masyarakat di Indonesia, dan hal
kinship,
tersebut
pertemanan—friendship sehingga semakin
lebih
berakar
kuat
dan
tersebut
serta kegiatan
diikat
kuat
oleh
pertetanggan-neighborship
dan
terinstitusikan dalam kehidupan sehari-hari
menguatkan
masyarakat di daerah pedesaan, yang
(network). Kekuatan nilai-nilai tersebut juga
secara umum dikenal dengan kegiatan
dilandaskan pada ajaran Islam mengenai fi-
―saling tolong-menolong‖ atau secara luas
sabilillah, berkurban, persaudaraan sesama
terwadahi dalam tradisi ―gotong royong‖.
muslim,
Dengan
menggunakan
indikasi-
cinta
jaringan
sesama
antar
pelaku
manusia
dan
rahmatan lil ’alamiin.
172
Dalam bangunan masyarakat madani
oleh Islam, kepercayaan (trust) adalah
Ahmad Sahidah, Kurban dan Modal Sosial,
Bening online, dikutip dari Harian
Seputar Indonesia, Kamis 26
November 2009
sumberdaya yang memiliki kemampuan
Amien
atau masyarakat ideal yang dicita-citakan
subtitusi
maupun
komplementer
bagi
sumberdaya atau kapital lainnya. Oleh
sebab itu, membangun trust society menjadi
perhatian
yang
Sebagaimana
perlu
telah
terus
dikuatkan.
dipahami,
bahwa
hilangnya rasa saling percaya antar individu
atau antar kelompok serta miskinnya trust
dalam pengertian ―ketidakmampuan dalam
mengemban amanah‖ (lower degree of
social
accountability),
baik
secara
interpersonal maupun institusional, akan
berakibat pada dua hal penting, yaitu : (1)
proses disintegrasi sosial yang menajam;
dan
(2)
proses
pemburukan
ekonomi
sebagai akibat in-efisiensi kelembagaan
dan transaksi yang makin serius. Melihat
pentingnya posisi dan peranan trust dalam
kehidupan
sosial
kemasyarakatan
Indonesia, maka kajian trust society menjadi
agenda mendesak dalam sosiologi. Melihat
potensi
Indonesia
penduduknya
adalah
yang
muslim,
terbesar
maka
mengintegrasikan tradisi atau budaya Islam
sebagai proses membangun masyarakat
Indonesia amat dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‘anul Karim, Al-Qur’an Terjemah
Indonesia, PT. Sari Agung, Jakarta,
1997
Rais,
Muhammadiyah
dan
Kesalehan Kolektif, dalam Almisar
Hamid : ‖Faktor Modal Sosial
Gerakan Muhammadiyah‖, makalah
diskusi dosen FISIP Unmuh Jakarta,
27 Pebruari 2009
Anirudh Krishna & Elizabeth Shrader,
Social
Capital
Assessment,
Prepared for the Conference on
Social
Capital
and
Poverty
Reduction
the
World
Bank,
Washington D.C., 22-24 Juni 1999
‗Abdul Rahman Ibn Khaldun, Muqodimah
Ibnu Khaldun, al-Qohirah : Darul
Fajri liltirot. 1425 H
Arya
Hadi
Dharmawan,
Kemiskinan
Kepercayaan (The Poverty of Trust),
Stok Modal Sosial dan Disintegrasi
Sosial, Makalah Seminar dan
Kongres
Nasional
IV
Ikatan
Sosiologi Indonesia (ISI) bertemakan
―Menggalang Masyarakat Indonesia
Baru yang Berkemanusiaan‖, Bogor
27-29 Agustus 2002
Bourdieu P., The Form of Capital, dalam
Richardson J. G. (ed), Handbook of
Theory and Research for The
Sociological of Education, New York
: Greenwood, 1986
Black, J, Oxford Dictionary of Economics,
Oxford university Press, New York,
1997
Coleman, James, ―Social Capital in the
Creation
of
Human
Capital‖,
dipublikasikan oleh Dasgupta P. &
Ismail Serageldin : Capital Social : A
Multifaceted Perspective, 2000
Dahlan, M. Alwi, Menjabarkan Kulaitas dan
Martabat Manusia dan Masyarakat,
hal. 3-22; disajikan dalam: Sofian
Effendi et al. (eds), Membangun
Martabat Manusia: Peranan IlmuIlmu Sosial dalam Pembangunan,
3
18
Gajah Mada University Press Cet.2,
1993
Edi Suharto, Islam, Modal Sosial dan
Pengentasan
Kemiskinan,
Disampaikan pada ‖Indonesia Social
Economic Outlook‖, Dompet Dhuafa,
Jakarta, 8 Januari 2008
Fukuyama, Trust : The Social Virtues & The
Creation of Prosperity, New York :
Free Press, 1995,
Fukuyama, The Great Disruption : Human
Nature and the Reconstruction of
Social Order, Touchstone, 1999
Gaughan
&
Ferman,
Toward
an
Understanding of the Informal
Economy. The Annals of the
American Academy of Political and
Social Science, Vol. 493, 1988
Geertz, Clifford, Peddlers and Princes:
Social Change and Economic
Modernisation in Two Indonesian
Towns, Chicago : Chicago University
Press, 1968
Hechter dan Kanazawa, Sociological
Rational Choice Theory,
Annual
Review of Sociology, Vol. 23, 1997
Hidayat Nahwi Rasul, Puasa Mempertebal
Modal Sosial, Nuansa Persada
online, 18 Januari 2010
Lin,
M., Social networks and Status
Attainment, Annual Review of
Sociology,Vol. 25, 1999
Little, D., Rational Choice Models and Asian
Studies, Journal of Asian Studies,
Vol. 50/1, 1991
Narayan, Deepa & Lant Pritchett, Social
Capital : Evidence and Implications,
dalam Dasgupta P. & Ismail
Serageldin : Capital Social : A
Multifaceted Perspective,
tahun
2000
Narayan, D., dalam Bonds and Bridges
Social
Capital
and
Poverty,
Washington D.C : World Bank, 1999
Nurcholis Madjid, Menuju Masyarakat
Madani artikel dimuat pada situs Edi
Cahyono‘s Page, yaitu masyarakat
berbudi luhur atau berakhlak mulia
Portes, Alejandro, Social Capital : Its
Origins and Aplications in Modern
Sociology, Annual Review Social,
1998, Volume 24
Reenoy, The Informal Economy: Meaning,
Measurement
and
Social
Significance, Elinkwijk bv. Utrecht,
The Netherlands, 1990
Robert N. Bellah, Beyond Belief, New York :
Harper & Row, 1976
Robert M. Z. Lawang, Kapital Sosial,
Jakarta : FISIP UI Press, 2005
Robert D. Putnam, Leonardi R. dan Nanetti
R., Making Democracy Work : Civic
Traditions in Modern Italy, Princeton
: Princeton University Press, 1993
Saiful Mujani, Ritual
Nahdhiyin,
Modal
Sosial
dan Demokrasi, temuan
penelitian Pusat Pengkajian Islam
dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta
tahun 2001 dan 2002, disajikan pada
wawancara Burhanudin dengan
Saiful Mujani, 13 Juli 2003
Scott, James C, The Moral Economy of The
Peasant: Rebellion and Subsistence
in Southeast Asia, New Heaven and
London, Yale University Press, 1976
Subejo, Peranan Kapital Sosial dalam
Pembangunan Ekonomi : Suatu
Pengantar untuk Studi Kapital Sosial
di Pedesaaan Indonesia, Artikel
dalam Jurnal Agro Ekonomi Vol.11.
No.1 Juni 2004
Subejo, Iwamoto, dan Noriaki, Labor
Institutions in Rural Java: A Case
Study in Yogyakarta Province,
Working Paper Series No. 03-H-01,
Departm