GAMBARAN KARAKTERISTIK ANAK DAN KARAKTERISTIK KELUARGA ANAK MALNUTRISI DI WILAYAH PERKOTAAN KOTA SURAKARTA Listyani Hidayati, Setiyo Purwanto Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Siti Zulaekah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammady

GAMBARAN KARAKTERI STI K ANAK DAN KARAKTERI STI K KELUARGA
ANAK MALNUTRI SI DI WI LAYAH PERKOTAAN
KOTA SURAKARTA
Listyani Hidayati, Setiyo Purwanto
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Siti Zulaekah
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadyah Surakarta
ABSTRAK
Malnutrisi merupakan masalah utama yang menimpa anak-anak di
dunia, yang membahayakan baik bagi anak-anak tersebut maupun
negara. Beberapa akar permasalahan malnutrisi adalah kemiskinan,
tingkat pendidikan yang rendah, serta rendahnya akses ke pusat-pusat
pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran karakteristik anak dan karakteristik keluarga anak
malnutrisi di kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Jenis penelitian
ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan crossectional.
Populasi pada penelitian ini yaitu anak batita yang mengalami
malnutrisi atau beresiko malnutrisi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lokasi penelitian merupakan wilayah padat penduduk dengan

tingkat ekonomi berada pada tingkat ekonomi yang rendah. Pola makan
dan pola asuh ibu terhadap anak di wilayah ini masih kurang baik..
Selain itu rata-rata tingkat konsumsi energi, vitamin C, besi dan seng
anak tidak baik, sedangkan tingkat konsumsi protein dan vitamin A
anak sudah baik. Hasil pemeriksaan menunjukkan 25 % anak malnutrisi
menderita anemia dan frekuensi sakit pada anak malnutrisi masih
sering terutama frekuensi batuk pilek.
Kata kunci: anak malnutrisi, karakteristik anak, karakteristik
keluarga, Surakarta
ABSTRACT

Malnutrition is a major problem that befall children in the world, which
is harmful to both the children and the country. Some of the root causes
of malnutrition are poverty, low education levels and low access to
health care centers. The purpose of this study is to describe the
characteristics of the child and family characteristics of malnourished
children in the district of Pasar Kliwon Kota Surakarta. This research is
an observational study with cross-sectional approach. The population
was malnourished toddler or at risk of malnutrition. The results showed
12 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2012: 11 - 20


that the study locationwasoverpuppulation areas with economic levels
are at a low level. Food Style and parenting style of children in the
region was still not good. In addition the average rate of energy
consumption, vitamin C, iron and zinc of children were not good, while
the rate of consumption of protein and vitamins A child had been good.
Test results showed 25% of malnutrition children wereanemia and
frequency of pain in malnutrition children was often especially the
frequency of cough and cold.
Keywords: malnutrition
characteristics, Surakartas

child,

PENDAHULUAN
Malnutrisi merupakan masalah
utama yang menimpa anak-anak di
dunia, yang membahayakan baik bagi
anak-anak tersebut maupun negara.
Malnutrisi dapat membebani sebuah

negara miskin hingga 3% dari
pendapatan kotor negara. Akar
permasalahan
malnutrisi adalah
kemiskinan, tingkat pendidikan yang
rendah, serta rendahnya akses ke
pusat-pusat pelayanan kesehatan
(Khan,
et
al.,
2007).
Fakta
menunjukkan bahwa angka kematian
akibat penyakit infeksi pada anak
yang malnutrisi 3 hingga 27 kali lebih
besar daripada anak-anak yang
gizinya baik, sehingga malnutrisi
merupakan
faktor
risiko

yang
signifikan penyebab kematian pada
anak (UNS/SCN, 2005).
Beberapa
hasil
penelitian
menunjukkan
malnutrisi
sangat
berkaitan dengan defisiensi berbagai
mikronutrien, baik vitamin maupun
mineral. Kekurangan mikronutrien
ini secara bersama-sama merupakan
sebuah masalah kesehatan yang
sangat besar kontribusinya terhadap
siklus
terjadinya
penurunan
perkembangan dan pertumbuhan.
Salah satu tanda-tanda kurang gizi

adalah lambatnya pertumbuhan yang
dicirikan dengan kehilangan lemak
tubuh dalam jumlah berlebihan, baik

child

characteristics,

family

pada anak-anak maupun orang
dewasa. Malnutrisi pada anak
dicirikan oleh 3 bentuk yaitu
stunting, wasting dan undernutrition
berat badan kurang menurut tinggi
badan (BB/TB) (Gibson, 2005).
Malnutrisi
tingkat
berat
bermula dari kejadian kurang gizi

tingkat ringan dalam waktu yang
lama
dan
tidak
mendapatkan
penanganan yang baik, sehingga
menangani anak yang kurang gizi
adalah masalah yang sangat penting
dan harus ditangani secara serius.
Selain itu masa anak-anak adalah
masa pertumbuhan yang sangat cepat
(growth
spurt),
yang
sangat
membutuhkan zat-zat gizi baik
makronutrien maupun mikronutrien
dalam jumlah maupun kualitas yang
memadai.
Malnutrisi merupakan akibat

dari multifaktor. Menurut Pongou, et
al. (2006), kebijakan ekonomi makro
tentang pangan merupakan faktor
mendasar penyebab malnutrisi pada
anak.
Hal yang sama terjadi di
negara Indonesia, krisis ekonomi
yang terjadi beberapa tahun yang lalu
sangat berdampak pada status
ekonomi keluarga dan kemudahan
untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan, demikian pula dengan
akses untuk memperolah pangan
yang baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Hasil kajian Muller and

Gambaran Karakteristik Anak Dan Karakteristik Keluarga Anak Malnutrisi... (Hidayati, dkk.) 13


Crawinkel
(2005)
menyebutkan
bahwa pengenalan awal terhadap
makanan pertama yang rendah
kulaitas dan kuantitasnya, rendahnya
pemberian
ASI
eksklusif
dan
tingginya frekuensi penyakit pada
masa awal bayi merupakan alasanalasan sebab terjadinya lambatnya
pertumbuhan.
Pemilihan anak usia dini di
wilayah Surakarta sebagai subjek
dalam penelitian ini, didasarkan pada
penelitian sebelumnya bahwa tingkat
konsumsi zat gizi Fe, vitamin C dan
vitamin B1, dan Zn masih rendah
yaitu dibawah 80% dari Angka

Kecukupan
Gizi
(AKG)
yang
dianjurkan. Selain itu jumlah anak
yang mengalami malnutrisi dengan
kategori stunted sebesar
57,61%,
underweight 46,74%, wasted 9,78%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran karakteristik
anak dan karakteristik keluarga anak
malnutrisi di kecamatan Pasar
Kliwon Kota Surakarta.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
penelitian
observasional
dengan
pendekatan crossectional. Penentuan

populasi dilakukan secara purposive
dengan kriteria inklusi yaitu anak
mengalami malnutrisi atau beresiko
malnutrisi : berat badan kurang
menurut umur, berdasarkan kriteria
dari WHO-NCHS, anak tidak cacat
secara fisik, tidak ada kelainan
kongenital serta ada pernyataan
kesediaan dari responden untuk
menjalani
pemeriksaan
atau
wawancara
selama
penelitian
berlangsung.
Kriteria eksklusi
ditetapkan bila terdapat tanda-tanda
yang berkaitan dengan mata pada
xerophthalmia, kadar Hb2-3

tahun digunakan alat microtoise
dengan ketelitian 0.1 cm. Data
Psikomotor Anak. diukur dengan
menggunakan test Denver II yang
dilakukan oleh peneliti Kemampuan
perkembangan diukur berdasarkan
kemampuan motorik kasar, motorik
halus dan perkembangan bahasa.
Hasil survei konsumsi makanan
dengan metode multiple 24 hour
recall
diolah
dengan
program
Nutrisurvey, kemudian dikonversikan
ke dalam unsur kalori dan zat gizi
baik zat gizi makro maupun zat gizi
mikro.
Untuk menilai tingkat
konsumsi,
data
asupan
ini
dibandingkan
dengan
RDA
(Recommended Dietary Allowances).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran
Penelitian

Umum

Wilayah

Kecamatan
Pasar
Kliwon
merupakan sebuah kecamatan di
wilayah Kota Surakarta yang terletak

121 m di atas permukaan laut dengan
luas wilayah 1.923 Ha. Jarak dari
ibukota kecamatan ke ibukota
Kabupaten Sukoharjo kurang lebih 23
Km. Kecamatan Pasar Kliwon terbagi
menjadi 9 Kelurahan, yaitu : Gajahan,
Kedung Lumbu, Semanggi, Sangkrah,
Buluwarti, Pasar Kliwon, Kauman,
Kampung Baru, dan Joyosuran
Jumlah penduduk di Kelurahan
Semanggi pada Tahun 2009 sebanyak
33.572 jiwa, terdiri dari 16.727
(49,8%) jiwa laki-laki dan 16.845
(50,2%) jiwa perempuan. Jumlah
Kepala Keluarga (KK)
sebanyak
8.567 KK, dengan rata-rata per KK
terdiri dari 4 jiwa. Kelompok umur
terbesar adalah umur 0-4 tahun
sebanyak 3.906 jiwa dan terkecil
adalah umur 50-59 tahun sebanyak
2.847 jiwa. Mata pencaharian
penduduk sebagian besar adalah
sebagai pedagang 25,6%, diikuti
dengan pensiunan sejumlah 19,3%
dan buruh bangunan 16,8%.
Karakteristik Keluarga
Karakteristik keluarga pada
penelitian
ini
meliputi
data
pendapatan keluarga, umur ayah,
umur ibu dan jumlah anak. Secara
umum tingkat sosial ekonomi
keluarga subjek penelitian berada
pada tingkat menengah kebawah.
Banyak warga yang mencari nafkah di
luar kota Surakarta. Beberapa subjek
tinggal bersama nenek atau berasal
dari keluarga yang sudah tidak utuh
lagi karena alasan perceraian atau
pernikahan lebih dari satu. Secara
lengkap karakteristik keluarga subjek
dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambaran Karakteristik Anak Dan Karakteristik Keluarga Anak Malnutrisi... (Hidayati, dkk.) 15

Tabel 1.
Diskripsi Karakteristik Keluarga
Variabel

Minimal

Maksimal

Rata-rata

Standar Deviasi

Pendapatan Keluarga (Rp)
Umur Ibu (tahun)
Umur Ayah (tahun)
Status Gizi Ibu (IMT)
Jumlah Anak
Jumlah keluarga

400.000,00
19,00
20,00
14.95
1
3

2000.000,00
53,00
60,00
34,48
7
12

861.337,50
31,34
34,36
23,42
2,56
5,58

381.124,35
6,78
7,41
4,70
1,34
1,93

Tabel 1 menunjukkan bahwa
rata-rata pendapatan keluarga subjek
penelitian adalah Rp 816.333,50, nilai
ini masih dibawah nilai Upah
Minimal Regional (UMR)
Kota
Surakarta yaitu Rp 915.900,- . Hal ini
berarti tingkat ekonomi subjek
penelitian yaitu anak-anak malnutrisi
di Kecamatan Pasar Kliwon berada
pada tingkat ekonomi yang rendah.
Apabila dilihat dari karakreristik
umur ayah dan ibu serta jumlah anak,
menunjukkan bahwa usia rata-rata
mereka berada pada kisaran usia
produktif dan tergolong usia dewasa
dengan rata-rata jumlah anak antara
2 sampai 3.
Tabel 1 juga
menunjukkan bahwa wilayah ini
merupakan
wilayah
padat
penduduk,hal ini terlihat dari jumlah
keluaraga rata-rata 5 – 6 orang dalam
satu rumah. Apabila dilihat dari
status gizi ibu tampak bahwa ratarata ibu mempunyai status gizi yang
normal.

Karakteristik Anak Malnutrisi
Malnutrisi merupakan akibat
dari multifaktor. Menurut Pongou, et
al. (2006), kebijakan ekonomi makro
tentang pangan merupakan faktor
mendasar penyebab malnutrisi pada
anak.
Hal yang sama terjadi di
negara Indonesia, krisis ekonomi
yang terjadi beberapa tahun yang lalu
sangat berdampak pada status
ekonomi keluarga dan kemudahan
untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan, demikian pula dengan
akses untuk memperolah pangan
yang baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya.
Subjek dalam penelitian
ini
adalah anak yang berumur 1-3 tahun
yang mengalami malnutrisi dan
beresiko malnutrisi dengan indeks
BB/U (Zscore kurang dari -1,0 SD.
Gambaran
karakteristik
anak
malnutrisi secara lengkap dapat
dilihat
pada
Tabel
2.

Tabel 2.
Diskripsi Karakteristik Anak Malnutrisi
Variabel
Umur anak (bulan)
Berat Badan Lahir Kg)
Frekuensi makan (kali)
Usia mendapatkan MPASI (bulan)
Usia Berhenti minum ASI (bulan)

Minimal
12,85
1,25
1
0
0

Apabila dilihat dari Tabel 2,
tampak bahwa umur rata-rata subjek
yang mengalami malnutrisi di lokasi

Maksimal
36,30
4,00
5
28,00
30,00

Rata-rata
25,23
2,90
2,76
4,47
15,90

Standar Deviasi
7,02
0,47
0,66
3,99
9,57

penelitian adalah 25,23 bulan dengan
rata-rata berat badan lahir 2,90 kg.
Apabila dilihat dari pola makan dan

16 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2012: 11 - 20

pola asuh terlihat bahwa frekuensi
makan subjek rata-rata 2,76 kali
sehari. Angka ini masih kurang
apabila
dibandingkan
dengan
frekuensi makan yang seharusnya
untuk anak balita yaitu 3-5 kali
sehari. Usia mendapatkan Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MPASI)
juga relatif lebih awal yaitu pada usia
4,47 bulan dari usia yang seharusnya
6 bulan. Selain itu usia dihentikannya
pemberian ASI juga relative lebih
awal yaitu pada usia anak 15,90 bulan
dari usia yang seharusnya yaitu 24
bulan.
Hasil ini menunjukkan bahwa
pola makan dan pola asuh ibu
terhadap anak masih kurang baik,
sehingga
memerlukan
beberapa
upaya
untuk
memperbaikinya
diantaranya
dengan
pemberian
pendidikan gizi.
Penelitian ini
memberikan indikasi bahwa pola
makan anak dan pola asuh ibu
terhadap anak mempunyai peran
dalam terjadinya malnutrisi di lokasi
ini. Hasil kajian Muller and
Crawinkel
(2005)
menyebutkan
bahwa pengenalan awal terhadap
makanan pertama yang rendah
kulaitas dan kuantitasnya, rendahnya
pemberian
ASI
eksklusif
dan
tingginya frekuensi penyakit pada
masa awal bayi merupakan alasanalasan sebab terjadinya lambatnya
pertumbuhan.
Bloss, et al., (2004) menyatakan
bahwa di Kenya, prevalensi anak
yang malnutrisi: stunting 47%,
undernutrition 30% dan wasting 7%,
dan faktor-faktor yang menjadi
prediktor bagi terjadinya malnutrisi
di Kenya adalah pemberian makanan
yang lebih awal pada saat bayi,
vaksinasi memproteksi stunting,

tinggal bersama orang tua angkat,
faktor-faktor ini secara signifikan
dapat meningkatkan risiko stunting.
Hasil penelitian Deolalikar (2005)
menemukan bahwa ada perbedaan
yang cukup besar tentang kejadian
malnutrisi pada anak berdasarkan
gender, wilayah geografis dan status
ekonomi, sedangkan hasil kajian Gur,
et al (2006) beberapa faktor yang
berhubungan
dengan
kejadian
malnutrisi di Istanbul adalah yaitu
faktor umur,
jumlah anggota
keluarga, pendapatan keluarga.
Tingkat Konsumsi Zat Gizi Anak
Malnutrisi
Gizi kurang adalah bentuk dari
malnutrisi sebagai akibat kekurangan
ketersediaan zat gizi yang dibutuhkan
oleh jaringan tubuh (WHO, 2004).
Tubuh membutuhkan mikronutrien
dari makanan karena tubuh tidak
dapat membuat seluruh mikronutrien
ini untuk kenormalan fungsi tubuh.
Mikronutrien ini termasuk vitamin A,
vitamin B, vitamin C, folat, seng,
kalsium, iodium dan besi.
Tingkat asupan energi dan
protein dikatakan asupan baik jika
prosentasenya adalah 90% – 119 %
AKG dan asupan tidak baik jika
prosentasenya adalah 119% AKG. Untuk asupan besi dan
seng dikatakan asupan cukup jika
prosentasenya adalah ≥ 65 % AKG
dan dikatakan asupan kurang jika
prosentasenya adalah < 65 % AKG
(Hardinsyah dkk, 2004). Pada
penelitian ini tingkat kecukupan zat
gizi zat yang dinilai adalah energi,
protein, vitamin A, vitamin C, Fe dan
Zn.

Gambaran Karakteristik Anak Dan Karakteristik Keluarga Anak Malnutrisi... (Hidayati, dkk.) 17

Tabel 3.
Deskripsi Tingkat Konsumsi Zat Gizi Anak Malnutrisi
Variabel
Tingkat konsumsi energi (%)
Tingkat konsumsi protein (%)
Tingkat konsumsi Vitamin A (%)
Tingkat konsumsi Vitamin C (%)
Tingkat konsumsi Besi (%)
Tingkat konsumsi Seng (%)

Minimal
24,38
22,80
9,63
2,75
5,00
6,10

Tabel 3 menunjukkan bahwa
rata-rata tingkat konsumsi energi,
vitamin C, besi dan seng anak tidak
baik, sedangkan tingkat konsumsi
protein dan vitamin A anak sudah
baik.
Gambaran Status Besi Dan
Pada Subjek

Vitamin A

Pada penelitian ini status besi
dinilai melalui pemeriksaan kadar
hemoglobin dan kadar feritin darah
subjek, sedangkan status vitamin A
dinilai melalui pemeriksaan kadar
retinol darah. Hasil pemeriksaan Hb

Maksimal
227,89
252,00
297,77
218,25
175,00
91,46

Rata-rata
86,09
101,80
122,66
63,41
60,27
37,66

Standar Deviasi
29,55
43,23
75,72
48,21
42,37
22,36

menunjukkan bahwa 25 % anak
malnutrisi menderita anemia.
Selain kadar Hb, indikator untuk
menentukan status besi adalah
melihat kadar feritin dalam plasma
atau serum. Penentuan kadar feritin
merupakan indikator awal yang
cukup
memuaskan
dalam
memberikan gambaran cadangan zat
besi dalam tubuh. Bila cadangan
besi dalam darah menurun, maka
dapat dipastikan kadar Hb akan
berkurang,
karena ada dugaan
hubungan bahwa ada hubungan yang
erat antara kadar Hb dan kadar
feritin (Franchini, et al., 2007).

Tabel 4.
Gambaran Status Besi dan Vitamin Subjek
Variabel
Kadar Hemoglobin (mg/dL)
Kadar Feritin (umol/dL)
Kadar Retinol (umol/dL)

Minimal
9,00
1,91
0,49

Hubungan antara anemia
dengan status vitamin A/retinol juga
telah diungkapkan oleh beberapa
kajian penelitian.
Hasil kajian
tersebut menunjukkan bahwa anemia
dapat disebabkan oleh karena
kekurangan vitamin A, yang dalam
hal ini vitamin A berperan dalam
modulasi eritropoiesis. Vitamin A
berperan menstimulasi transkripsi
eritropoietin yaitu hormon yang
berperan merangsang eritropoiesis
dengan meningkatkan jumlah sel
progenitor yang terikat untuk

Maksimal
13,50
54,49
2,51

Rata-rata
11,50
17,19
1,61

Standar Deviasi
0,93
10.89
0,47

eritropoiesis (Neumann, et al., 2003;
Ramakrishnan, et al.,2004, Thurlow,
et al., 2005).
Gambaran Tingkat Morbiditas
Subjek
Morbiditas merupakan tingkat
kesakitan
atau
menurunnya
kesehatan yang dialami anak. Pada
penelitian ini tingkat morbiditas
dilihat dari lamanya sakit batuk, pilek
dan batuk pilek. Pada penelitian ini
tingkat morbiditas dilihat dari

18 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2012: 11 - 20

lamanya sakit batuk, pilek dan batuk

pilek

Tabel 5.
Diskripsi Lama Sakit Anak Malnutrisi
Variabel
Batuk (hari)
Pilek (hari)
Batuk pilek (hari)

Minimal

Maksimal

Rata-rata

Standar Deviasi

0,00
0,00
0.00

11,00
21,00
17,00

0,80
4,35
5,06

1,95
5,17
4,82

Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa frekuensi sakit
pada anak malnutrisi masih sering
terutama frekuensi batuk pilek.
Menurut Victora et al. (1999)
menyatakan bahwa kurang gizi pada
anak menurunkan sistem imun yang
akhirnya akan meningkatkan risiko
terjadinya penyakit infeksi. Keadaan
kurang gizi mempunyai efek terhadap
mekanisme pertahanan terhadap
antigen, serta berpengaruh juga
terhadap respon imun yang lebih
khusus. Penurunan respon seperti
itulah yang menyebabkan virus
dengan mudah menginfeksi dan
bereplikasi,
sehingga
timbullah
penyakit infeksi pada anak tersebut.
Kaitan penyakit infeksi dengan
keadaan gizi kurang merupakan
hubungan
timbal
balik,
yaitu
hubungan sebab akibat. Penyakit
infeksi dapat memperburuk keadaan
gizi, dan keadaan gizi yang jelek
dapat mempermudah terkena infeksi
(Supariasa,
2001).
Pernyataan
tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yoon et al.
(1997) yang menyatakan bahwa
penurunan berat badan (berdasarkan
indeks berat badan menurut umur)
meningkatkan risiko terkena ISPA
sebesar 1,7 kali.
Beberapa faktor lain yang
diduga berpengaruh terhadap tingkat
morbiditas balita
adalah tingkat
pendapatan orang tua, lingkungan

fisik, konsumsi zat gizi, jarak
kelahiran anak. Selain itu tingkat
pendiidkan orangtua dan perawatan
balita juga berpengaruh terhadap
tingkat morbiditas balita (Rahayu,
2009; Citra, 2003).
SIMPULAN DAN SARAN
Wilayah penelitian merupakan
wilayah padat penduduk dengan
tingkat ekonomi berada pada tingkat
ekonomi yang rendah. Pola makan
dan pola asuh ibu terhadap anak di
wilayah ini masih kurang baik.. Selain
itu
rata-rata
tingkat konsumsi
energi, vitamin C, besi dan seng anak
tidak
baik,
sedangkan
tingkat
konsumsi protein dan vitamin A anak
sudah baik. Hasil pemeriksaan
menunjukkan 25 % anak malnutrisi
menderita anemia.dan
frekuensi
sakit pada anak malnutrisi masih
sering terutama frekuensi batuk
pilek.
Dari hasil penelitian ini
peneliti memberikan saran untuk
tindak
lanjut
dari
penelitian
diantaranya
dengan
melakukan
beberapa upaya pencegahan dampak
yang lebih berbahaya dari malnutrisi
dan anemia seperti pemberian
suplementasi
mikronutrien
atau
pemberian pendidikan gizi pada
subjek.

Gambaran Karakteristik Anak Dan Karakteristik Keluarga Anak Malnutrisi... (Hidayati, dkk.) 19

DAFTAR PUSTAKA
Bloss, E., Wainaina, F., Bailey, RC. Prevalence and Predictors of Underweight,
Stunting, and Wasting among Children Aged 5 and Under in Western
Kenya. Journal of Tropical Pediatrics; 50(5):260-270.
Citra,P; Yusuf, IM; Facthan,ACH. 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat morbiditas balita di wilayah kelurahan Jodipan Kecamatan
Blimbing Kota Malang, Skripsi. Universitas Negeri Malang.
Deolalikar, AB. 2005. Poverty and Child Malnutrition in Bangladesh . Journal
of Developing Societies, Vol. 21, No. 1-2, 55-90
Franchini, M., Salvagno, GL., Montagnana, M., Lippi, G., 2007. Serum ferritin
levels correlate with haemoglobin concentration: a report on 589
outpatients from a single centre. Blood Transfus ; 5:244-245
Hardinsyah, Dodik, B., Retnaningsih, Tin, H. 2004. Modul Pelatihan Ketahanan
Pangan ”Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan”. Pusat Studi Kebijakan
Pangan dan Gizi. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat
Institut Pertanian Bogor.
Gibson.

2005. Only A Small Proportion Of Anemia In Northeast Thai
Schoolchildren Is Associated With Iron Deficiency. Am. J. Clin. Nutr.;
82: 380 - 387.

Gür, E., Can, G., Akku, S., Ercan, G., Arvas, A., Güzelöz, S., and Çifçili , S.
2006. Undernutrition a Problem among Turkish School Children?:
Which Factors have an Influence on It? Journal of Tropical Pediatrics;
52(6):421-426.
Kaur, PRD ;Garg,B.S. 2006. Epidemiological correlates of nutritional anemia in
adolescent girls in rural wardha. Indian Journal of Community
Medicine. (Serial online) 31(4): 155-8
Khan, AA., Bano, N.,Salam, A. 2007. Child Malnutrition in South Asia, A
comparative Perspective. South Asian Survey; 14(1): 129-145.
Müller, O., Krawinkel, M. 2005. Malnutrition and health in developing
countries. Can. Med. Assoc. J., 173: 279 - 286.
Neumann, CG., NO.Bwibo, SP. Murphy,M Sigman, 2003. Animal Source Foods
Improve Dietary Quality, Micronutrient Status,Growth and Cognitive
Function in Kenyan School Children: Background, Study Design and
Baseline Findings J. Nutr. 133: 3941S–3949S.
Pongou, R. Salomon, JA., Ezzati, M. 2006. Health impacts of macroeconomic
crises and policies: determinants of variation in childhood malnutrition

20 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 13, No. 1, April 2012: 11 - 20

trends in Cameroon. International Journal of Epidemiology , 35:648–
656
Rahayu,R. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Morbiditas Balita
di Wilayah Desa Pagerjo Kecamatan Ngadirojo kabupaten Malang.
Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial UM.
Ramakrishnan, U., Nancy Aburto, George McCabe, and Reynaldo Martorell.
2004. Multimicronutrient Interventions but Not Vitamin A or Iron
Interventions Alone Improve Child Growth: Results of 3 MetaAnalyses. J. Nutr. 134: 2592–2602.
Ramakrishnan, U., Neufeld, LM., Flores, R., Rivera,J., Martorell, R. 2009.
Multiple micronutrient supplementation during early chilhood increase
child sizeat2 y of age among high compliers. Am J Clin Nutr;89:112531.
Supariasa, IDN; Bakri, B; Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
Tarleton, JL., Haque, R., Mondal, D., Shu, J., Farr, BM., Petri, WA. 2006.
Cognitive Effects Of Diarrhea, Malnutrition, And EntamoebaHistolytica
Infection On School Age Children InDhaka, Bangladesh. Am. J. Trop.
Med. Hyg., 74(3): 475–481.
Thurlow, RA., Pattanee Winichagoon, Timothy Green, Emorn Wasantwisut,
Tippawan Pongcharoen, Karl B Bailey, And Rosalind S
UNS/SCN. 2005. 2005. Crisis Situations Report n° 6 – Summary. United
Nations System Standing Committee on Nutrition. Geneva.
UNICEF. 2004. Micronutrient Initiative: Vitamin and Mineral Deficiency. A
Global Progress Report. Ottawa.
Victora, CG; Kirkwood, BR; Ashworth, A; Black, RE; Rogers, S; Sazawal, S;
Campbell, H; and Gove, S. 1999. Potential interventions for the
prevention of childhood pneumonia in developing countries: improving
nutrition. American Journal of Clinical Nutrition. 70: 309-320.
WHO. 2004. Malnutrition: The Global Picture. WHO. Geneva.
Yoon, PW; Black, RE; Moulton, LH and Becker, S. 1997. The Effect of
Malnutrition on the Risk of Diarrheal and Respiratory Mortality in
Children < 2 Y Of Age In Cebu, Philippines. American Journal of
Clinical Nutrition. 65: 1070-1077.
Zulaekah, S., Purwanto, S., Hidayati, L. 2011. Perkembangan Motorik, Status
Gizi dan Kadar Hb Anak Malnutrisi di Kota Surakarta. Laporan
Penelitian
Reguler Kompetitif UMS. Surakarta.

Gambaran Karakteristik Anak Dan Karakteristik Keluarga Anak Malnutrisi... (Hidayati, dkk.) 21