EROPA DAN ASIA KERJASAMA EKONOMI ANTARA

EROPA DAN ASIA : KERJASAMA EKONOMI ANTARA UNI EROPA
DAN INDONESIA MELALUI ASEM
(ASIA-EUROPE MEETING)
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Studi Kawasan Eropa
Dosen Pengampu: Firstyarinda Valentina Indraswari, S.Sos.,

Disusun Oleh :
Annisa Ridhatul Khatimah 135120400111045
Iman Patria Yudha

135120400111041

Ria Silalahi

135120400111056

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan Eropa dan Asia sudah terjalin sejak lama sejak abad ke-15 di saat
Marcopolo berlayar hingga menemukan daratan Asia. Kemudian, hubungan Eropa dan Asia
berkembang ditandai dengan dijajahnya negara-negara Asia di Eropa seperti Indonesia oleh
Spanyol, Portugis, Belanda dan Inggris. Pada masa ini hubungan Eropa dan Asia dalam
lingkup benua yang negara-negaranya menjajah dan benua yang negara-negaranya dijajah.
Namun, kemudian, hubungan itu berubah menjadi hubungan kerjasama mitra strategis pasca
perang dunia II dan ketika negara-negara Asia mulai banyak yang merdeka.
Kebangkitan Asia merupakan hal yang sangat penting secara global. Kebangkitan
inilah yang kemudian dilirik Uni Eropa (UE) ketika menghadapi berbagai tantangan dan
salah satunya adalah menjalin hubungan yang baik dengan kawasan yang begitu beragam dan
dinamis ini. Sehingga, Uni Eropa tentu menjalin kemitraan strategis dengan beberapa negara
yang disebut sebagai emerging super power state di Asia yaitu Cina, India, Jepang dan
melakukan negosiasi tentang kemitraan yang baru dan perjanjian perdagangan bebas dengan
Korea Selatan serta negara-negara Asia Tenggara1.
Hubungan kerjasama antar dua regional, Eropa dan Asia, semakin erat dengan

adanya upaya-upaya kerjasama antara Uni Eropa dengan beberapa forum atau organisasi di
Asia. Terbukti bahwa saat ini Uni Eropa sedang meningkatkan dukungannya untuk integrasi
regional melalui Pertemuan Asia-Eropa (ASEM), dan mengintensifkan kerjasama dengan
Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN), Forum Regional ASEAN (ARF) dan
Perhimpunan Negara-Negara Asia Selatan untuk Kerjasama Regional (SAARC)2. Berbicara
mengenai hubungan Eropa dan Asia, ASEM adalah salah satu contoh menarik dari
interregionalism3.
ASEM banyak sekali melakukan pertemuan-pertemuan ataupun forum-forum dialog
untuk membahas berbagai persoalan antar negara. Negara-negara Asia maupun Eropa ini juga
1 Delegasi untuk Indonesia dan Brunei Darussalam.2015. Asia dan EU. Diakses melalui
http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/asia_eu/index_id.htm
2 Ibid.,
3 Notulensi Lab HI.2015. UE dan Indonesia. Seminar Kemenlu Indonesia di Universitas Brawijaya 4
November 2015, diskusi panel dengan pembicara Evi Fitriani P.hD, Dosen HI UI. Hlm 5-6. Diakses melalui
http://labhi.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/Notulensi-Seminar-Kemlu-Indonesia-UE-dan-ASEM.pdf

sangat mendapatkan manfaat baik secara multilateral maupun bilateral.

Contohnya,


Indonesia dan Uni Eropa, dimana hubungan kerjasama perdagangan keduanya dipercayai
semakin meningkat dengan dimudahkannya dialog yang transparan melalui ASEM.
Berdasarkan kerjasama Uni Eropa dan Asia melalui ASEM inilah yang melatarbelakangi
penulis untuk menjelaskan bagaimana kerjasama intreregional ini lebih lanjut. Selain itu,
penulis juga akan menjelaskan bagaimana kemudian hubungan kerjasama ekonomi Uni
Eropa dengan salah satu anggota Asia yaitu Indonesia melalui ASEM (Asia-Europe Meeting).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan kerjasama antara Uni Eropa dan Asia ?.
2. Bagaimana kerjasama ekonomi antara Uni Eropa dan Indonesia melalui ASEM (AsiaEurope Meeting) ?.
1.3 Tujuan
1. Memahami hubungan kerjasama antara Uni Eropa dan Asia.
2

Memahami kerjasama ekonomi antara Uni Eropa dan Indonesia melalui ASEM (AsiaEurope Meeting).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kerjasama Inter-regionalisme Asia-Eropa
2.1.1 Perkembangan Regionalisme
Perkembangan regionalisme ditandai dengan empat tahapan yang menjadi

momentum perkembangannya. Empat gelombang dalam studi regionalisme yaitu gelombang
1 pada tahun 1950-1960 an oleh Spinelli, Mitrany, Haas, Balassa. Regionalisme gelombang
satu ini disebut sebagai regionalisme tradisional yang terjadi di era sebelum perang dingin.
Motif-motif regionalisme di era ini lebih bersifat politis, karena pasca perang dunia II negaranegara di dunia memandang security sebagai susatu yang penting4. Sehingga dibutuhkan
suatu “collective security” yang dianggap mampu menjamin keamanan bersama. Contoh
regionalisme pada era ini terbentuk adanya blok barat dan blok sekutu serta gerakan non
blok (GNB). Pada tahap ini, regionalisme yang dimaksud masih dalam bentuk region dimana
batas-batas geografis masih belum jelas.
Gelombang 2 pada tahun 1970 oleh Haas di mana karakteristiknya pesimis
terhadap regionalisme5. Gelombang II ini sangat kental dengan pemikiran kaum realis. Kaum
realis yang pesimis terhadap regionalisme menganggap organisasi internasional tidak lebih
sebagai institusi antar negara yang hanya memainkan sedikit peran dimana cakupan global
atau regional tidak terlalu penting karena bagaimanapun hubungan internasional adalah
struggle of power. Kondisi ini membuat regionalisme tidak berhasil berkembang.
Gelombang 3 pada tahun 1990-an di mana studi regionalisme kembali populer dan
pemikir-pemikirnya antara lain adalah Moravsick, Hurrel dan Fawcett, Hettne, Breslin,
Higgit yang berfokus pada new regionalism. Fenomena pasca perang dingin ini disebabkan
oleh beberapa faktor seperti berakhirnya perang dingin yang menandai juga berakhirnya
blok-blok yang ada. Kemudian, hal itu membawa konsekuensi pada timbulnya keinginan
untuk mewujudkan kerjasana internasional yang lebih dilandasi akan motif-motif ekonomi.

Salah satu contohnya adalah dengan adanya free trade Area seperti AFTA (Asean Free Trade
Area)6.
Gelombang 4 pada 2000 an oleh Hurrel, Fawcett,Gilson, Risse, Acharya, Telo,
Ruland, Fitriani yang melihat bagaimana regionalism di Asia jauh lebih berkembang
4 Mansfield, Edward.1999. Summary : International Relations- Political Economy, Waves of Regionalism. Vol
53. Diakses melalui http://www.summaryhub.com/social-science/international-relations/121-politicaleconomy/146-the-new-wave-of-regionalism
5 Ibid.,
6 Ibid.,

daripada di EU, regionalism di Asia memiliki style sendiri dan tidak mengacu pada Uni Eropa
(UE) dan Pola yang terjadi di UE tidak diadopsi di Asia karena memiliki norma dan value
sendiri. Kemudian, gelombang keempat memperlihatkan bahwa studi regionalisme banyak
melihat studi tentang interregionalism (antar region) dan tidak hanya fokus pada old atau new
regionalism7. ASEM adalah salah satu contoh dari interregionalism. ASEM Hingga tahun
2015 ini ASEM terdiri dari 51 negara dan dua anggota yaitu European Commission dan
ASEAN Secretariat. Jadi, anggota ASEM tidak hanya negara8.
2.1.2 Bentuk- Bentuk Regionalisme
Kerjasama antar negara-negara yang berada dalam suatu kawasan untuk mencapai
tujuan regional bersama adalah salah satu tujuan utama terbentuknya regionalisme. Ketika
membentuk organisasi regional atau menjadi anggota organisasi regional, negara-negara

tersebut telah mengupayakan bentuk kerjasama intra-regional. Dengan kata lain, negaranegara dalam suatu kawasan telah melakukan distribusi kekuasaan diantara mereka untuk
mencapai tujuan bersama. Bentuk Integrasi ini dibagi menjadi dua tingkat yaitu bentuk
pertama yang disebut sebagai integrasi dangkal (shallow integration) yang hanya mengacu
pada upaya regional untuk mengurangi kendala-kendala perdagangan. Bentuk kedua berupa
integrasi dalam (deep integration) yang bertujuan untuk mencapai kesatuan ekonomi dan
fiskal secara menyeluruh (full economic and monetary union). Bentuk berikutnya adalah
'inter-regionalism' dan 'regional transnationalism'. Bentuk kedua megacu pada proses
kerjasama yang melibatkan aktor-aktor ekstra regional (termasuk pula aktor-aktor non negara
seperti MNC) yang memiliki kesamaan kepentingan ekonomi, politik dan kultural.
Bentuk selanjutnya adalah hubungan bi-regional (dua kawasan) dan transregional
(antar kawasan). Hingga kini, paling tidak, tercatat lima hubungan bi-regional dan
transregional yang mencakup kawasan Amerika, Eropa, Asia Pasifik, dan Afrika. Bentuk
ketiga dari regionalisme adalah hubungan antara kelompok regional dengan single power.
Hubungan ini merupakan bentuk campuran yang menyerupai hubungan antar kawasan.
Namun dalam banyak kasus hubungan ini, single power kerapkali memainkan peranan
dominan dalam kerjasama tersebut. Hal ini misalnya terlihat cukup jelas mengenai peran AS
yang begitu menonjol dan cenderung dominan di Eropa dan kadang mengganggu hubungan
transatlantik AS dengan beberapa negara Uni Eropa9.
7 Mansfield, Edward.1999.Loc.Cit
8 Notulen Lab HI.2015. UE dan Indonesia. Loc.Cit.,

9 Nitisha.2015. Regionalism : Definitions, Characteristics, and Types of Regionalism. Diakses melalui
http://www.yourarticlelibrary.com/society/indian-society/regionalism-definitions-characteristics-and-types-of-

2.1.3 Regionalisme dan Interdependensi
Akhir Perang Dunia membuat dominasi superpower hilang sehingga kekuatan
regional mulai mencoba mendominasi. Interdependensi antar region memunculkan konflik
keamanan dari dalam sekaligus ancaman intervensi dari luar. Keadaan ini memunculkan
kebutuhan untuk keamanan politik walaupun usaha ini diselubungi dengan institusi ekonomi.
Kemudian, interdependensi adalah ciri khusus yang jelas terlihat dalam regionalisme.
Teori ini menyertai 3 pandangan utama tentang interdependensi dan kerjasama.
Pandangan pertama, neofungsionalisme , berpendapat bahwa peningkatan interdependensi
akan memunculkan kerjasama yang pada akhirnya membuahkan integrasi politik. Pandangan
kedua, neoliberal-institusionalisme memandang keberadaan institusi sebagai jawaban atas
kebutuhan collective action. Institusi ini penting mengingat banyaknya keuntungan yang
dapat diberikan kepada negara-negara yang tergabung di dalamnya. Pandangan ini kemudian
fokus pada pola interaksi strategis yang dilakukan para aktor untuk meningkatkan kerjasama.
Pandangan terakhir , konstruktivisme, menitikberatkan pada identitas regional sehingga lebih
memandang regionalisme dari tatanan sosial daripada ekonomi. Pandangan ini menjelaskan
bagaimana negara-negara membangun konstruksi sosial untuk meningkatkan integrasi dan
kohesi regional10.

2.1.4

Tahapan sejarah kerjasama inter-regional

Tahapan kerjasama intra-regional pertama adalah Asia Pacific Economic Cooperation
(APEC) yang terbentuk 1989 lalu dan merupakan pengaturan trans-regional yang meliputi
kawasan Asia Pasifik, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Hubungan kedua, adalah Asia
Europe Meeting (ASEM) yang terbentuk 1996 yang merupakan pengaturan bi-regional Asia
dan Eropa. ASEM yang melibatkan 10 negara Asia dan 15 negara anggota Uni Eropa.
Hubungan ketiga, Kerja sama Eropa dan Amerika Latin yang tergabung dalam The EuropeanLatin America Summit, kerja sama ini dibentuk tahun 1999 dan merupakan kerja sama dua
kawasan antara 15 negara anggota Uni Eropa dan 33 negara Amerika latin dan Karibia.
Hubungan keempat, adalah The Africa-UE Summit yang didirikan pada tahun 2000 dan 34
melibatkan 52 negara Afrika dan 15 negara Eropa dan terakhir adalah The East Asia-Latin

regionalism/47359/
10 Kompas.2011.Regionalisme : Sejarah Perkembangan Integrasi Eropa.
http://regional.kompasiana.com/2011/06/10/regionalisme-sejarah-perkembangan-integrasi-eropa/

America Forum (EALAF) yang diluncurkan 2001 lalu meliputi 13 negara Asia Timur,
Australia, Selandia Baru dan 12 negara Amerika Latin11.

2.2 Asia dan Uni Eropa ( Sejarah Kerjasama)
Benua Asia dan Eropa sebenarnya berada pada satu daratan yang sama yang
dibatasi oleh pegunungan. Secara tradisional batas-batas geografis Eropa dan Asia
didefinisikan sebagai garis yang ditarik sepanjang Pegunungan Ural. Akan tetapi, garis
perbatasan ini menjadi kontroversi karena tidak ada batas tektonik atau pesisir yang jelas
antara dua benua. Guerrina berpendapat bahwa batas-batas tersebut dibangun untuk
memisahkan Eropa terhadap peradaban lain.12
Hubungan Eropa dan Asia telah berlangsung sejak lama yang dimulai dengan
hubungan dagang, hubungan kolonial pada abad 16 dan dilanjutkan dengan hubungan
bilateral pasca kemerdekaan. Kemudian, pembentukan European Community (EC) pada
tahun 1958 dan ASEAN pada tahun 1968 dan dialog antar kedua organisasi kawasan tersebut
melengkapi kegiatan dalam pengembangan hubungan kedua kawasan tersebut. Perjanjian
Maastricht yang kemudian disempurnakan dengan perjanjian Amsterdam telah memperkuat
dasar dan komitmen pemgembangan kerjasama luar negeri UE dengan Asia yang berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam Common Foreign and Security Policy (CFSP)13. Selain antara
EC-ASEAN, Eropa tidak mengadakan hubungan lainnya dengan Asia, guna mengisi
kekosongan economic linkage dengan Asia dalam berbagai bidang, terutama dalam bidangbidang ekonomi, perdagangan, investasi, teknologi, pendidikan, politik dan keamanan.
Namun, jika ingin melihat sejarah awal terbentuknya hubungan kerja sama antara
Uni Eropa dan Asia, kita akan mundur ke periode waktu yang sangat jauh dimana kita akan
berbicara tentang Asia dan Eropa terlebih dahulu. Menurut Takeda, terdapat tiga tahap

pembangunan (stages of development) antara Eropa dan Asia. Tahap pertama yakni sekitar
abad ke tiga belas ketika Eropa, dengan bantuan buku karya Marcopolo yang berjudul The
Description of the World, mencari dan menemukan Asia.Tahap kedua meliputi abad
kedelapan belas dan kesembilan belas.Negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, Jerman,
dan Portugal, datang ke Asia untuk menjajah. Ini adalah periode revolusi industri dan juga
periode penjajahan. Sementara tahap ketiga adalah titik awal ketika pertemuan Asia-Eropa
11 Banyu Perwita, AA & Yani, Yanyan M. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung. Hlm 103-110.

12Guerrina.2015. Relation Between Europe and Asia. Diakses melalui
http://testpolitics.pbworks.com/w/page/25861647/Relations%20Between%20Europe%20and%20Asia pada 04
Desember 2015 pukul 09.16 WIB
13 Agus R. Rahman, “Prospek ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia”, dalam Edison Muchlis
M. ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia, P2P-LIPI, Jakarta, 2001, hal. 165.

(ASEM) diadakan di Bangkok.14 Penjelasan Takeda tersebut merupakan perkembangan
sejarah hubungan antara Eropa dan Asia secara umum. Namun, secara khusus, sebelum
terbentuknya ASEM, tepatnya pada tahun 1992 sudah terbentuk Europe-East Asia Economic
Summit.15
Hubungan Eropa-Asia yang semakin erat tentu tidak terlepas dari kebangkitan Asia

itu sendiri. Kebangkitan Asia merupakan hal yang sangat penting secara global. Kebangkitan
inilah yang kemudian dilirik Uni Eropa (UE) ketika menghadapi berbagai tantangan dan
salah satunya adalah menjalin hubungan yang baik dengan kawasan yang begitu beragam dan
dinamis ini. Uni Eropa saat ini sedang mendalami kemitraan strategis dengan beberapa
negara yang disebut sebagai emerging super power state di Asia yaitu Cina, India, Jepang dan
melakukan negosiasi tentang kemitraan yang baru dan perjanjian perdagangan bebas dengan
Korea Selatan serta negara-negara Asia Tenggara. Dialog reguler dengan cakupan luas
dilakukan, yang semakin mengarah kepada kerjasama dan persamaan pendapat tentang
permasalahan global, permasalahan keamanan regional serta kebijakan peraturan-peraturan
dan masalah perekonomian lainnya. Berbagai kesepakatan yang mencakup masalah
pariwisata sampai penelitian nuklir telah dicapai atau sedang dibahas16.
Namun, kerjasama Asia-Eropa tidak hanya sebatas perdagangan. Asia yang
notabene

merupakan negara-negara industri berpenghasilan tinggi dan negara-negara

berkembang, tapi juga merupakan tempat tinggal dua pertiga dari masyarakat miskin dunia
membuat kerjasama pembangunan tetap merupakan prioritas utama dalam agenda Uni Eropa
di Asia. Sehingga, lebih dari lima milyar euro telah dialokasikan untuk Asia oleh Uni Eropa
untuk periode 2007-2013. Kemudian, kerjasama lebih lanjut meliputi pembuatan kebijakan
untuk mengatasi tantangan bersama, seperti perubahan iklim, pembangunan yang
berkesinambungan, keamanan dan stabilitas, tata pemerintahan dan hak asasi manusia, serta
pencegahan dan penanggulangan bencana alam dan bencana kemanusiaan17.
2.3 Kerjasama Asia-Eropa Melalui ASEM
2.3.1 Sejarah
Asia-Europe Meeting (ASEM) didirikan di Bangkok tahun 1996. Dimana, Pada
tahun 1994 Perdana Menteri Singapura saat itu, Goh Chok Tong selaku Ketua ASEAN,
14Isami Takeda.1996. Transcript of a speech delivered in Athens,Greece. in November 1996, diakses dari
http://www.mofa.go.jp/j_info/japan/opinion/takeda.html pada 02 Desember 2015 pukul 14.45 WIB

15Geoffrey Allen Pigman. 2007. The World Economic Forum: A Multi-Stakeholder Approach to Global
Governance, New York: Routledge, hal.16
16 Delegasi untuk Indonesia dan Brunei Darussalam.2015.Loc.Cit.,
17 Ibid

menyampaikan ide kepada PM Perancis, Edouard Balladur, untuk membentuk suatu
"Konferensi Tingkat Tinggi" Asia-Eropa agar hubungan Asia dan Eropa semakin kuat. Tindak
lanjut ide ini terjadi pada tahun 1996 ketika dilakukan dengar pendapat dari 16 anggota Uni
Eropa dan tujuh anggota ASEAN ditambah Jepang, Tiongkok, dan Republik Korea. Menterimenteri yang mengurusi perekonomian, luar negeri, keuangan, teknologi, migrasi, dan
lingkungan hidup terlibat dalam acara ini18.

Hingga saat ini keanggotaan ASEM terus

berkembang hingga mencakup 53 mitra (partners) yang terdiri dari 21 negara Asia, 30 negara
Eropa, Sekretariat ASEAN, dan Uni Eropa.

Gambar 1 : Keanggotaan ASEM19

2.3.2 Peran dan Tujuan
ASEM merupakan forum dialog dan kerjasama antar-kawasan Asia dan Eropa yang
ditujukan untuk menciptakan kemitraan dan kemajuan Asia-Eropa, memperkuat dialog yang
setara dan membangun saling pengertian kedua kawasan. Sifat kerja sama ASEM adalah
18 Aggarwal, Vinod K./Koo. 2005. Min Gyo: The Evolution of APEC and ASEM: Implications of the New East
Asian Bilateralism. In: European Journal of East Asian Studies, Vol. 4, No. 2, S. 234-261..
19 ASEM. ASEM : Info Member. Diakses melalui http://www.aseminfoboard.org/members

informal, non-binding, multi-dimensional dan evolutionary. Fokus ASEM pada tiga pilar
kerja sama yaitu politik; ekonomi; dan sosial-budaya. Gabungan keanggotaan ASEM
merepresentasi 57% GDP dunia dan 66% perdagangan dunia20.
2.3.3 Mekanisme Kerja
ASEM dirancang sebagai forum pembicaraan informal antara negara-negara Eropa
dan Asia. Pertemuan para menteri berlangsung setiap tahun, sedangkan pertemuan antara
kepala-kepala pemerintahan/negara (KTT) diadakan setiap dua tahun (sejak 1996), dengan
tempat berganti-gantian antara Eropa dan Asia. Berikut adalah daftar KTT yang telah dan
akan berlangsung21 :
1.

Bangkok (Thailand; 1996)

2.

London (Inggris; 1998)

3.

Seoul (Korea Selatan; 2000)

4.

Kopenhagen (Denmark; 2002)

5.

Hanoi (Vietnam; 2004)

6.

Helsinki (Finlandia; 2006)

7.

Peking (RRC; 2008)

8.

Brussel (Belgia; 2010)

9.

Vientiane (Laos; 2012)
10.Milan (Italia; 2014)
Kemudian, dibawah KTT ASEM, terdapat mekanisme pertemuan Menteri Luar

Negeri ASEM (ASEM Foreign Ministers Meeting/FMM) yang dilangsungkan 2 tahun sekali,
berselang-seling dengan jadwal KTT ASEM. Hasil kesepakatan para Pemimpin ASEM dan
Menteri Luar Negeri ASEM tersebut ditindaklanjuti pada pertemuan Pejabat Tinggi (Senior
Officials) ASEM yang diadakan lazimnya 2 (dua) kali dalam setahun22.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, karakteristik ASEM adalah merupakan kerjasama
inter-regionalisme yang lemah. Hal itu dikarenakan ASEM tidak memiliki konstitusi seperti
treaty atau agreement pendirian organisasi dan juga ASEM tidak memiliki sekretariat, badan
eksekutif, dan mekanisme birokrasi yang jelas dalam menggerakkan organisasi.

ASEM

hanya bisa disebut sebagai organisasi longgar atau forum inter-regional. Karena format
ASEM yang longgar maka dapat dikatakan bahwa ASEM belum memiliki suatu bentuk
20 Kemlu.2015.Asia-Europe Meeting. Diakses melalui http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?
Name=RegionalCooperation&IDP=17&P=Regional&l=id
21 Robles. 2008. Alfredo C.: The Asia-Europe Meeting : the theory and practice of interregionalism. London
[u.a.] : Routledge.. ISBN 0-415-45223-6 (hardback) / ISBN 0-203-93326-5 (ebook)
22 Ibid.,

kerangka kerjasama yang sesuai dalam membangun kerjasama antara regional. Koordinasi
proses pelaksanaan ASEM ditangani oleh Menteri-menteri Luar Negeri dan staf-staf senior
dari ASEM itu sendiri. Staf-staf tersebut juga dibantu oleh grup-grup kecil dari Eropa dan
Asian Coordinators (komisi UE, perwakilan dari Asia Tenggara dan Asia Timur Laut. Secara
bergiliran setiap tahun). Kordinator-koordinator tersebut mengadakan pertemuan setiap kali
dan setiap dibutuhkan (dua atautiga kali setahun) dan memisahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan politik dan ekonomi.
2.3.4 Isu yang dibahas
Pada perkembangannya cakupan kerja sama ASEM terus diperluas. Di bidang
ekonomi terdapat mekanisme ASEM Finance / Economic Ministers Meeting dan ASEM
Transport Ministers Meeting serta pertemuan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ASEM.
Kemudian, Forum kerjasama sosial-budaya ASEM dicerminkan antara lain melalui ASEM
Culture’s Minister Meeting dan ASEM Education Ministers Meeting. Lalu, untuk
memperkuat kerja sama sosial budaya ASEM, ASEM membentuk Asia Europe Foundation
(ASEF) yang berstatus sebagai lembaga nirlaba yang bergerak dalam berbagai kegiatan sosial
budaya misalnya Model ASEM, ASEM Journalist Colloquium. Kerja sama ASEM
selanjutnya diperkaya dengan mekanisme kerjasama non-pemerintah yang meliputi
kerjasama parlemen, bisnis dan masyarakat madani (civil society) yang antara lain terdiri dari
forum antar-kalangan pebisnis (Asia-Europe Business Forum/AEBF); antar-Parlemen (Asia
Europe Parliamentary Partnership Meeting/ASEP) dan antar-masyarakat madani (AsiaEurope People’s Forum / AEPF)23.
2.3.5

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan ASEM

1. Ada proses Enlarging dan Deepning.
Proses enlarging bisa dikatakan sebagai proses meluasnya kerjasama melalui
pertambahan anggota. Contohnya, ASEAN memanfaatkan dukungan Cina,
Korea Selatan, Jepang untuk mendorong diterimanya keanggotaan Myanmar
dan Laos dalam ASEM24.
2. ASEM bisa dikatakan sebagai cara EU mendekati Cina.

23 Ibid.,
24 Delegasi untuk Indonesia dan Brunei Darussalam.2015. Op.Cit.,

ASEM bisa dikatakan sebagai cara EU mendekati Cina dapat menggambarkan
bahwa interregionalism dapat memfasilitasi upaya mencapai foreign policy.
Melalui keanggotaan ASEM pada 2015 ini Eurasia benar-benar terhubung25.
2.3.6 Signifikansi ASEM
1. Terwujudnya interregionalisme melalui ASEM merupakan bentuk baru dari
pola hubungan internasional26.
2. ASEM dapat menghubungkan negara-negara non ASEAN dengan ASEAN
serta dapat menghubungkan Eropa dan non Eropa. Melalui kerjasama yang
meluas ini ASEM dianggap penting dan mampu mendorong pembentukan
identitas di Asia sendiri27.
3. ASEM tidak melibatkan Amerika Serikat28
4. Kerjasama dalam tiga pillar (pilar ekonomi, politik, budaya) dan tiga jalur
(government to government, academic to academic, dan people to people)29.
5. Menjadikan ASEM menjadi forum interregional yang komprehensif30.
6. Menjadi wadah memperjuangkan kepentingan nasional dan regional, serta
7. memfasilitasi confidence building measures (adanya physicological barriers
antara Asia dan EU, dengan adanya ASEM bisa membentuk kepercayaan diri31.
2.3.7 Perspektif Ekonomi Politik Internasional dalam memandang hubungan EUAsia
Dalam Hubungan Internasional, khususnya dalam bidang ekonomi politik
internasional, terdapat perspektif yang komperhensif untuk menganalisis tentang bagaimana
fenomena- fenomena dapat terjadi dan dapat membentuk suatu kerangka pemikiran.
Terutama, pasca runtuhnya Bretton Woods yang memicu munculnya ketidakstabilan ekonomi
dunia, krisis minyak dan stagflasi yang terjadi dalam kurun waktu yang berdekatan,
membuktikan bahwa perspektif IPE (international political economy) mulai muncul untuk
menganalisis fenomena ini dalam lingkup Hubungan Internasional. Sehingga, tidak heran jika

25 Ibid.,
26 Notulensi Lab HI.2015. UE dan Indonesia.Op.Cit.,
27 Ibid.,
28 Ibid.,
29 Ibid.,
30 Ibid.,
31 Ibid.,

hubungan EU dan Asia menjadi sebuah implikasi dari fenomena dan juga dapat dianalisis
dengan perspektif IPE32.
Terdapat empat tonggak besar yang menjadi fondasi perspektif ini dalam
mengalisis hubungan suatu fenomena terutama hubungan EU-Asia. Meski, cenderung ke
arah Asia Timur, akan tetapi fenomena tersebut secara garis besar dapat diterapkan secara
keseluruhan di benua Asia pada umumnya. Adapun keempat faktor tersebut yaitu 1. distribusi
kekuasaan dunia dengan referensi khusus kepada negara hegemony, 2. struktur, fungsi dan
konsekuensi dari lembaga-lembaga internasional, 3. dampak dari ide-ide, keyakinan, dan
nilai-nilai, serta 4. efek politik domestik. Keempat faktor tersebut memiliki kecenderungan
hubungan EU-Asia bisa mencapai ranah ekonomi politik yang mana mencakup diplomasi
ekonomi dan bahkan memiliki interpretasi yang berbeda sehingga memungkinkan hubungan
dapat terjadi. Salah satu prpspektif yang mampu menjelaskan hubungan antara Asia dan
Eropa adalah perspektif Neo-Liberal33.
Neo-liberalism
Neo-liberalism mencoba merevisi teori pendahulunya yakni teori liberal. Dalam
teori liberal, profit atau keuntungan dalam ekonomi pada sebuah kerjasama masih sangat
kental di dalam pasar internasional. Hal yang membuatnya berbeda adalah kekuatan neoliberalism yang lebih memiliki kecenderungan atas norma bahwa aktor individu lebih
dominan. Dalam hal ini, individu diyakini dapat berkompetisi tanpa ada batasan dan
hambatan dari negaranya. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah institusi internasional dalam
penerapannya34.
Kemudian, kaum neoliberal memiliki pilihan yang berbeda dari kaum
merkantilisme, pencapaian kesejahteraan ekonomi melalui perdagangan bebas dan pertukaran
ekonomi terbuka melawan pencapaian kekuatan melalui kekuatan militer dan perluasan
wilayah. Dengan kata lain, negara-negara dapat memilih jalan pembangunan ekonomi dan
perdagangan dan kemudian menjadi negara pedagang seperti yang dilakukan Jerman Barat
dan Jepang setelah Perang Dunia II35.
Contoh penerapan perspektif Ekonomi Politik Internasional khususnya
neoliberalisme dalam hubungan EU dan Asia adalah hubungan interdepensi antar satu sama
lain yang diwadahi oleh suatu forum kerjasma

melalui ASEM (Asia-Europe Meeting)

32 Dent, Chirtopher. The European Union and East Asia : An Economic Relationship.2002.New York :
Routledge.Hlm 6-8.
33 Ibid.,
34 Ibid.,
35 Ibid,

dengan melibatkan tidak hanya negara, tapi pebisnis bahkan masyarakat. Keterlibatan inivudu
dapat dipahami melalui seiring dengan berkembangnya Foreign Direct Invesment (FDI) di
kawasan Asia, membuat EU tertarik menanamkan sahamnya melalui investor-investornya.
Terlebih, pada saat

krisis Asia Timur, Bank Eropa menginvestasikan sahamnya untuk

meredam krisis36.
2.4 Studi Kasus : Kerjasama Ekonomi antara Republik Indonesia dan Uni Eropa
(UE) melalui ASEM

Gambar 2 : Indonesia dan Uni Eropa perbarui kerjasama37

2.4.1 Presepsi Indonesia terhadap Uni Eropa
Menurut Duta Besar Indonesia, Maruli Tua, presepsi Indonesia terhadap UE adalah
Indonesia menganggap bahwa UE merupakan kekuatan poros dunia secara politik, ekonomi,
dan sosial yang memiliki 28 angota. Uni Eropa juga merupakan pelopor HAM dan demokrasi
sepanjang sejarah. Dari segi ekonomi, internal marketnya saja terdapat US $ 18.46 trilliun.
Beberapa negara seperti jerman, Inggris, Perancis dan Italia masuk ke dalam G20 dan G8.
Institusi pendidikan juga sangat maju dan standar yang tinggi38.
2.4.2 Perspektif Uni Eropa terhadap Indonesia
36 Ibid,
37 Intana, Lia. 2013. Uni Eropa Perbarui Kerjasama dengan Indonesia. Diakses melalui
http://swa.co.id/business-strategy/management/uni-eropa-perbarui-kerja-sama-dengan-indonesia
38 Notulensi Lab HI.2015. UE dan Indonesia. Loc.Cit., Diskusi panel dengan pembicara Maruli Tua. Hlm 2.
Diakses melalui http://labhi.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/Notulensi-Seminar-Kemlu-Indonesia-UEdan-ASEM.pdf

Uni Eropa menganggap Indonesia merupakan negara yang aktif dalam kerjasama
internasional, negara yang demokratis dalam penegakan hukum. Indonesia pernah direview
oleh Human Rights Council, yang mengatakan bahwa Indonesia sudah terbuka. Kemudian,
meskipun Indonesia merupakan negara yang sebagian besar populasinya Islam, tetapi,
negara ini sangat toleransi dalam perbedaan. Contoh lain, Indonesia pada saat sengketa
pemilu 2014, tidak lagi menyelesaikan secara pertumpahan darah atas nama kepentingan
kelompok amun secara jalur hukum dan institusi. Apresiasi besar Uni Eropa pada Indonesia
adalah atss pencapaiannya sebagai

satu-satunya negara ASEAN yang masuk kedalam

anggota G20. Sehingga, Indonesia dapat dikatakan sebagai role model negara-negara yang
majemuk39. Oleh karena itu, menurut Catherin Ashton, Indonesia merupakan key partner di
Asia Tenggara, mitra penting di tataran Internasional.
Hubungan Indonesia dan Uni Eropa memang yang paling utama adalah kerjasama
perdagangan dan saat ini meluas kedalam bentuk pariwisata. Contohnya, kerjasama UE dan
Indonesia digunakan untuk menyelesaikan Eco Partnership Agreement. 30,1 Miliar
merupakan hasil dari perdagangan Indonesia dengan Uni eropa. Sehingga, jika kita melihat
neraca perdagangan dengan Uni Eropa, pertama adalah Singapura, kedua, Malaysia dan
Thailand, kemudian ketiga, Indonesia. Investasi Indonesia di UE juga meningkat dan
fasilitas perdagangan juga tengah ditingkatkan40.
2.4.3 Kontribusi ASEM bagi Kerjasama Ekonomi Indonesia-Eropa
Berdasarkan tujuannya (dari ASEM itu sendiri) kita mengetahui bahwa ASEM
merupakan suatu alat yang digunakan untuk mempererat hubungan antara kedua kawasan,
Asia dan Eropa terutama bagi Indonesia dan Uni Eropa untuk lebih meningkatkan atau
mempererat hubungan kerja sama diantara kedua belah pihak.

ASEM dapat dikatakan

mempermudah hubungan diantara kedua belah pihak tersebut dengan cara “membuka” suatu
forum dialog atau pertemuan-pertemuan tingkat tinggi diantara negara-negara anggota.
Forum dialog ini sangat bermanfaat bagi Indonesia dikarenakan dialog yang ada tidak hanya
sekedar dialog tapi memfasilitasi berbagai macam kepentingan yang ingin dicapai. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya ASEM memiliki agenda antara lain : di bidang ekonomi
terdapat mekanisme ASEM Finance / Economic Ministers Meeting dan ASEM Transport
Ministers Meeting serta pertemuan Direktur Jenderal Bea dan Cukai ASEM. Kemudian,
Forum kerjasama sosial-budaya melalui ASEM Culture’s Minister Meeting dan ASEM
39 Ibid
40 Ibid

Education Ministers Meeting. Lalu, untuk memperkuat kerja sama sosial budaya ASEM,
ASEM membentuk Asia Europe Foundation (ASEF) yang berstatus sebagai lembaga nirlaba
yang bergerak dalam berbagai kegiatan sosial budaya misalnya Model ASEM, ASEM
Journalist Colloquium. Kerjasama ASEM selanjutnya juga diperkaya dengan mekanisme
kerjasama non-pemerintah yang meliputi kerjasama parlemen, bisnis dan masyarakat madani
(civil society) yang antara lain terdiri dari forum antar-kalangan pebisnis (Asia-Europe
Business

Forum/AEBF);

antar-Parlemen

(Asia

Europe

Parliamentary

Partnership

Meeting/ASEP) dan antar-masyarakat madani (Asia-Europe People’s Forum / AEPF)41.
Selain itu, dalam melaksanakan hubungannya melalui ASEM, UE melakukan suatu
pendekatan-pendekatan tertentu untuk membantu Indonesia dalam mengatasi persoalannya
seperti dalam bantuan keuangannya, melalui ASEM Trust Fund, untuk faktor-faktor
kehutanan, swasembada perdagangan bahkan pula irigasi. Sedangkan bagi Indonesia, ASEM
dijadikan suatu wadah untuk menyampaikan permasalahan yang ada dalam melakukan
hubungan dengan Eropa ataupun tentang masalah yang dihadapi oleh Indonesia itu sendiri.
Kemudian, melalui forum ini dapat dilihat bahwa ASEM telah melakukan suatu
perencanaan untuk memperlancar arus perdagangan dan investasi dua arah di kawasan AsiaEropa terutama bagi Indonesia dan Eropa itu sendiri yang disebut TFAP (Trade Facilitation
Action Plan). Melalui TFAP ini kerjasama ekonomi Indonesia dan Eropa dapat diatur
berdasarkan bidang-bidang prioritas kerjasama dalam kerangka TFAP yang meliputi:
prosedur ke pabean, standar, testing, sertifikasi, peraturan akreditasi dan tehnik, hak-hak
milik intelektual, mobilitas kalangan bisnis dan kegiatan-kegiatan perdagangan lainnya.
Selain TFAP ini ada juga Asia-Europe Business Forum (Forum Bisnis Asia-Eropa/AEBF).
Sebagai sebuah forum wakil-wakil dunia usaha swasta dari negara-negara yang tergabung
dalam ASEM. AEBF ini dijadikan suatu mitra dialog bagi ASEM, khususnya forum menterimenteri ekonomi ASEM guna dapat saling menerima masukan terutama dalam masalah
perdagangan dan investasi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan ASEM

memberikan suatu keuntungan bagi Indonesia-Eropa melalui kontribusinya dengan
membentuk beberapa bentuk forum tertentu, terutama dalam bidang ekonomi, dan
keuntungannya adalah adanya suatu bentuk transparansi dari persoalan-persoalan ataupun
kendala-kendala yang dihadapi oleh kedua negara. Dilihat dari keuntungan yang didapatkan
oleh kedua belah pihak tersebut, ASEM dapt memberikan kontribusi yang sangat besar
dalam kerjasama ekonomi antara Indonesia-Eropa. ASEM dapat membuka “mata” negaranegara Eropa terhadap Indonesia dan Indonesia pun dapat merasa aman dalam melakukan
41 Ibid.,

hubungannya dengan Eropa karena sebelumnya diadakan dialog terlebih dahulu tentang
segala sesuatunya sehingga memuaskan kedua belah pihak42.
2.4.4 Prospek Kerjasama UE dan Indonesia dalam bidang perdagangan

Grafik : Perdagangan Indonesia-Uni Eropa tahun 2008-201043

Tabel : Barang ekspor-impor Indonesia atas EU44

42 ASEAN, Peace Stability Courage Dynamism Purity Prosperity, Asia-Europe Meeting (ASEM),
http://www.yahoo.com/Asia-Europe Meeting.
43 Delegasi untuk Indonesia dan Uni Eropa.Loc.Cit.,
44 Ibid.,

Permasalahan Indonesia dengan Uni Eropa yang paling utama adalah masalah
perdagangan. Misalnya, pada tahun 2007, garuda dilarang masuk Eropa. Namun, kemudian
Garuda berusaha men- apply untuk sertifikasi internasional. Kemudian, udang Indonesia juga
ditolak oleh Uni Eropa. Karena udang Indonesia dianggap terkontaminasi antibiotik. Lalu,
Palm oil juga pada akhirnya yang Indonesia gunakan adalah palm oil standar Eropa.
Sehingga kemudian, Indonesia dan Malaysia membentuk koalisi untuk menyamakan standar
dengan Uni Eropa.

Memang, Uni eropa menerapkan standar yang sangat tinggi untuk

produk-produk yang masuk ke UE. Untuk menetapkan non-tarif-barier, bentuk-bentuk
perlindungan konsumen di UE sangat banyak dari komunitas-komunitas. Oleh karena itu,
untuk mengekspor barang di tingkat global mau tidak mau Indonesia harus memiliki
standard kualitas produk bertaraf internasional terutama standar Uni Eropa. Contohnya,
Indonesia hingga saat ini terus membenahi bagaimana kayu-kayunya bisa masuk ke Uni
Eropa. Upaya lain meningkatkan kerjasma antara Indonesia dan Uni Eropa adalah
peningkatan People to People contact dengan meingkatkan beasiswa Erasmus Mundus dan
melakukan interfaith dialogue dan Interfaith scholarship45.

2.4.4 Tantangan Kerjasama UE dan Indonesia
Tantangan kerjasama ekonomu Indonesia-Eropa adaah terletak pada standar tinggi
yang ditetapkan oleh Uni Eropa. Dosen studi kawasan Eropa Universitas Brawijaya, Aswin
Ariyanto Azis, mengatakan bahwa No more direct bilateral aid from EU, Indonesia is no
longer on EU’s GSP. Hal itu dikarenakan Indonesia sudah dianggap negara middle class,
jadi, bukan lagi negara penerima bantuan. Sehingga, barang-barang Indonesia sudah bukan
lagi dianggap dari barang-barang negara berkembang. Jadi, tantangan negrara Indonesia
adalah bagaimana meningkatkan kerjasama perdaganan dan menghindari bantuan luar negeri
dari Uni Eropa. Dan satu-satunya negara ASEAN yang menandatangi FTA dengan UE baru
45 Notulen Lab HI.2015. Loc.Cit Diskusi panel dengan pembicara Dosen HI Universitas Brawijaya, Aswin
Ariyanto Azis, S.I.P, M.Devst. hlm 3-4.

Singapore46 saja sehingga prospek kerjasama perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni
Eropa menjadi tnatangan tersendiri.Tantangan kerjasma ini sejalan dengan upaya
kepemimpinan Jokowi saat ini. Upaya Jokowi dalam meningkatkan pembangunan ekonomi
yang mapan tergabung ke dalam 4 pillar, yaitu trade, investment, tourism, dan development
cooperation. Oleh karena itu, Indonesia harus mempersiapkan pembangunan ekonomi yang
mapan demi kerjasama dengan UE yang lebih baik47.

KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan mengenai hubungan kerjasama ekonomi antara Eropa dan
Asia serta studi kasus tentang kerjasama ekonomi Uni Eropa dan Indonesia maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Hubungan Eropa dan Asia sudah sangat lama terjalin mulai dari zaman penjajahan
hingga menjadi kerjasama dalam bentu mitra dagang. Kerjasama Eropa dan Asia
semakin berkembang dan terintegrasi ditandai dengan adanya kerjasama melalui

46 Ibid.
47 Ibid.,

forum interregional seperti ASEM (Asia-Europe Meeting) dan adanya kebangkitan
negara-negara Asia seperti Jepang, Cina dan Korea Selatan.
2. Kerjasama melalui ASEM (Asia Europe Meeting) sangat berkontribusi bagi
kerjasama ekonomi antar negara-negara di dalamnya terutama Uni Eropa dan
Indonesia. Uni Eropa memandang Indonesia sebagai salah satu mitra strategis terbaik
di Asia Tenggara dan Indonesia pun menganggap Uni Eropa merupakan mitra
strategis global. Sehingga, kedua belah pihak selalu mengupayakan berbagaimacam
kerjasama untuk menghilangkan hambatan-hambatan terutama hambatan perdagangan
seperti standardisasi produk.

DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, Vinod K./Koo. 2005. Min Gyo: The Evolution of APEC and ASEM: Implications
of the New East Asian Bilateralism. In: European Journal of East Asian Studies, Vol.
4, No. 2, S. 234-261.
ASEAN. Peace Stability Courage Dynamism Purity Prosperity, Asia-Europe Meeting
(ASEM). Diakses melalui http://www.yahoo.com/Asia-Europe Meeting.

ASEM. ASEM : Info Member. Diakses melalui http://www.aseminfoboard.org/members

Banyu Perwita, AA & Yani, Yanyan M. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. PT.
Remaja Rosdakarya. Bandung. Hlm 103-110.
Delegasi untuk Indonesia dan Brunei Darussalam.2015. Asia dan EU. Diakses melalui
http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/asia_eu/index_id.htm pada 04 Desember
2015 pukul 09.16 WIB
Dougherty, James E. & Robert L. Pfaltzgraff. 1997. Contending Theories. New York: Harper
and Row Publisher. Hamzah, Andi.Hlm 417.
Geoffrey Allen Pigman. 2007. The World Economic Forum: A Multi-Stakeholder Approach
to Global Governance, New York: Routledge, hal.16
Guerrina.2015. Relation Between Europe and Asia. Diakses melalui
http://testpolitics.pbworks.com/w/page/25861647/Relations%20Between%20Europe
%20and%20Asia pada 1 Desember 2015 pukul 14.16 WIB
Holsti, K.J. 1992. Politik Internasional: Suatu Kerangka Teoritis. Bandung: Binacipta. Hlm
650.
Intana, Lia. 2013. Uni Eropa Perbarui Kerjasama dengan Indonesia. Diakses melalui
http://swa.co.id/business-strategy/management/uni-eropa-perbarui-kerja-samadengan-indonesia pada 5 Desember 2015 pukul 10.45 WIB
Isami Takeda.1996. Transcript of a speech delivered in Athens,Greece. in November 1996,
diakses dari http://www.mofa.go.jp/j_info/japan/opinion/takeda.html pada 02
Desember 2015 pukul 14.45 WIB
Kemlu.2015.Asia-Europe Meeting. Diakses melalui
http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?
Name=RegionalCooperation&IDP=17&P=Regional&l=id pada 04 Desember 2015
pukul 09.16 WIB

Kompas.2011.Regionalisme : Sejarah Perkembangan Integrasi Eropa.
http://regional.kompasiana.com/2011/06/10/regionalisme-sejarah-perkembanganintegrasi-eropa/ pada 02 Desember 2015 pukul 09.30 WIB

Kusumohamidjojo, Budiono. 1987. Hubungan Internasional: Kerangka Suatu Analisis.
Bandung: Binacipta.

M. ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia, P2P-LIPI, Jakarta, 2001, hal. 165.
Mansfield, Edward.1999. Summary : International Relations- Political Economy, Waves of
Regionalism. Vol 53. Diakses melalui http://www.summaryhub.com/socialscience/international-relations/121-political-economy/146-the-new-wave-ofregionalism pada 02 Desember 2015 pukul 09.30 WIB
Nitisha.2015. Regionalism : Definitions, Characteristics, and Types of Regionalism. Diakses
melalui http://www.yourarticlelibrary.com/society/indian-society/regionalismdefinitions-characteristics-and-types-of-regionalism/47359/ pada 04 Desember 2015
pukul 09.16 WIB
Notulensi Lab HI.2015. UE dan Indonesia. Seminar Kemenlu Indonesia di Universitas
Brawijaya 4 November 2015, diskusi panel dengan pembicara Evi Fitriani P.hD,
Dosen HI UI. Diakses melalui http://labhi.ub.ac.id/wpcontent/uploads/2015/11/Notulensi-Seminar-Kemlu-Indonesia-UE-dan-ASEM.pdf
pada 20 November 2015 pukul 09.10 WIB
Robles. 2008. Alfredo C.: The Asia-Europe Meeting : the theory and practice of
interregionalism. London [u.a.] : Routledge.. ISBN 0-415-45223-6 (hardback) /
ISBN 0-203-93326-5 (ebook)