Pergeseran paradigma proses pendidikan d

Pergeseran paradigma proses pendidikan dari pengajaran ke pembelajaran telah
memberi tantangan baru bagi guru dalam melaksanakan tugasnya di kelas. Peserta didik yang
akan difasilitasi untuk dapat mencapai hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan tidak
semuanya memiliki karakteristik dan kemampuan yang sama. Demikian pula dengan unsur
penunjang belajar selain guru yang tidak seragam dimiliki oleh setiap sekolah. Kedua hal
yang telah disebutkan ini akan dapat menjadi hambatan belajar bagi siswa jika tidak diatasi
secara tepat. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah menggunakan
berbagai pendekatan, metode, media dan sarana pendukung lainnya yang disesuaikan dengan
jenis dan sifat hambatan belajar yang dihadapi oleh peserta didik.
Aktifitas belajar mengajar yang berlangsung dalam kelas dikendalikan dan dikontrol
langsung oleh guru. Oleh sebab itu maka guru dituntut untuk lebih kreatif mengamati
berbagai persoalan yang terjadi saat proses berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan
tersebut diharapkan guru akan mampu melakukan berbagai inovasi pembelajaran, baik
berupa pendekatan maupun metode, media atau hal lain yang dapat diterapkan saat mengajar
sesuai dengan karakteristik bahan ajar serta kondisi siswa yang diajar.
Mata pelajaran kimia seperti halnya pelajaran lainnya memiliki karakteristik tertentu.
Ilmu kimia merupakan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat
dijelaskan dengan logika matematika. Sebagian aspeknya bersifat kasat mata yang dapat
dibuat fakta kongkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak akan tetapi
kebenarannya tetap dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga rasionalitasnya
dapat dirumuskan atau diformulasikan. Karakteristik ini harus dipahami oleh guru kimia

sebagai dasar untuk menyusun strategi pembelajarannya. Dengan mempelajari karakteristik
setiap materi/konsep yang akan diajarkan oleh seorang guru kimia, maka diharapkan dapat
memilih model, pendekatan, dan metode yang sesuai serta mengembangkan berbagai media
pembelajaran yang dapat memudahkan siswa untuk memahaminya.

Salah satu konsep kimia yang aplikasinya sangat umum ditemui pada proses yang
terjadi disekitar kita adalah konsep asam basa. Dalam industri besar ataupun industri rumah
tangga, banyak proses-proses yang produksinya atau kualitas produksinya sangat bergantung
pada tingkat keasaman atau kebasaan mediumnya. Misalnya pada pembuatan tahu, kualitas
pembentukan tahu (proses pengendapan) ditentukan keasaman larutan mediumnya. Demikian
pula dalam tubuh kita terdapat sistem yang sangat rumit yang secara ketat dikendalikan oleh
keasaman darah dimana jika terjadi deviasi sedikit saja terhadap tingkat kesaman darah dapat
berakibat fatal bahkan kematian. Kenyataan ini kiranya dapat menjadi alasan akan
pentinganya konsep larutan penyangga perlu untuk diajarkan dengan berbasis pada masalahmasalah

yang ada di lingkungan sekitar karena aplikasinya yang sangat luas dalam

kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah
akan berimbas pada ketertarikan siswa untuk mempelajari kimia dan pada akhirnya
berpengaruh pada peningkatan hasil belajarnya.

3. Perumusan dan Pemecahan Masalah
a.

Rumusan Masalah
Apakah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah akan dapat

meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI.IPA.1 SMA Negeri 4 Palopo ?
b. Bentuk tindakan
Menerapkan model pembelajaran berbasis masalah sesuai dengan sintaksnya.
Masalah yang dipilih adalah masalah yang ada di sekitar siswa yang relevan dengan konsep
c.

larutan penyangga.
Indikator keberhasilan
Kecenderungan siswa untuk giat mengikuti setiap petunjuk guru selama belajar yang
dibuktikan dengan hasil observasi dan adanya peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan
hasil belajar sebelum dilakukan tindakan yang dibuktikan dengan hasil evaluasi setiap siklus.

4. Tujuan
Berdasrkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang hendak dicapai dalam penbelitian

ini adalah untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan
hasil belajar kimia siswa kelas XI.IPA.1 SMA Negeri 4 Palopo./
5. Manfaat
Hasil penelitian ini daharapkan dapat bermanfaat bagi :
a.

Siswa untuk meningkatkan motivasi belajar yang akan

berdampak pada

peningkatan hasil belajarnya.
b.

Sebagai salah satu referensi bagi guru untuk senantiasa melakukan inovasi dalam
membelajarkan siswa.

c.

Memberikan sumbangan informasi yang berharga yang dapat dijadikan sebagai sebuah
pilihan jenis model pembelajaran bagi mata pelajaran lain


6. Kajian Pustaka
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Menurut Slavin (dalam Trianto, 2009), belajar secara umum diartikan sebagai
perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan
atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Menurut Hilgard
(dalam Sanjaya, W., 2008), belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan baik latihan di laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah
sekedar mengumpulkan pengetahuan melainkan proses mental yang terjadi dalam diri
seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental terjadi
karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.
Penjelasan lain tentang belajar dikemukakan oleh Gagne (dalam Pamungkas, D.,
2006), bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan
dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan

kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan

tingkah laku pada orang tersebut. Tingkah laku yang dimaksud terdiri atas unsur obyektif
yaitu unsur yang dapat diamati dan unsur subyektif yaitu unsur yang tidak tampak tetapi
dapat diketahui berdasarkan tingkah laku yang tampak. Seseorang yang sedang berpikir
tampak dari raut wajahnya sedangkan proses berpikirnya itu sendiri tidak tampak.
Tingkah laku manusia terdiri dari beberapa aspek. Hasil belajar akan tampak pada
setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut yaitu: pengetahuan, pemahaman, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etika, sikap, dan lain-lain. Jika
seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau
beberapa aspek tingkah laku tersebut.
Trianto (2009:17) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan aspek kegiatan
manusia yang kompleks yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara
sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakekatnya adalah
usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Secara implisit, jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah
dari seorang guru dan siswa, di mana keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah
menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Gagne (dalam Margaret, 1994), mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat
acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses
belajar, yang sifatnya internal. Proses yang terjadi dalam pembelajaran yaitu proses

penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi

internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa
proses pembelajaran

meliputi

delapan fase yaitu; (1) motivasi, (2) pemahaman, (3)

pemerolehan, (4) penyimpanan, (5) ingatan kembali, (6) generalisasi, (7) perlakuan dan (8)
umpan balik.
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, memberikan definisi
tentang pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkingan belajar. Ciri utamanya adalah inisiasi, fasilitasi, dan
peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran
adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.

b. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah atau dikenal pula dengan istilah Problem Based
Learning (PBL) merupakan sebuah inovasi pendidikan. Berdasarkan definisi dari Wikipedia,
”problem based learning is student-centered instructional strategy in which students
colaboratively solve problems and reflect on their experiences”. PBL adalah sebuah strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa, strategi ini mengkolaborasikan antara pemecahan
masalah dan refleksi terhadap suatu pengalaman. Pendapat Barrows, H dan Kelson (dalam
Taufiq, 2009) Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran.
Dalam kurikulumnya dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat
pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan
memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau
menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.

Rumusan lain dari Dutch (dalam Taufiq, 2009) mengatakan bahwa PBL merupakan metode
instruksional yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok
untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa
keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL
mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta
menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

Berdasarkan ketiga pengertian di atas, tersirat bahwa materi pelajaran terutama
bercirikan masalah. Dalam PBL, sebelum pembelajaran dimulai, siswa akan diberikan
masalah-masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia
nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan siswa. Tugas guru hanya
sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencari dan menemukan solusi yang
diperlukan, dan juga sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajaran.
Wina Sanjaya (2006) menjelaskan bahwa hakikat masalah dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang
diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan
tersebut dapat dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh
karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang
bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu
sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

c.

Kerangka Pikir

PenerapanModel
Pembelajaran PBM


Partisipasi/AktifitasBelajar
Meningkat

HasilBelajar Kimia
Meningkat

7. Metode Penelitian
a. Subyek , Tempat dan Waktu
Subyek

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI.IPA.1 SMA Negeri 4

Palopo yang berjumlah 31 orang pada tahun pelajaran 2011/2012.
b. Skenario
Penelitian ini menggunakan empat tahap/fase yakni : fase perencanaan, fase
pelaksanaan , fase observasi , dan fase refleksi. Deskripsi kegiatan untuk setiap fase
adalah sebagai berikut:
-


Siklus 1

1) Persiapan
1)

Membuat desain pembelajaran sesuai dengan konsep yang diajarkan.

2)

Menyiapkan fasilitas pendukung dalam pembelajaran berbasis masalah

3)

Membuat tes evaluasi hasil belajar kimia.

2) Pelaksanaan
Melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah.
3) Observasi dan Evaluasi
1) Ovservasi

Pada akhir penyajian materi, dilakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui respon
siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan.
2) Evaluasi
Selesai satu pokok bahasan , diberikan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar kimia
siswa terhadap proses pembelajaran yang diilaksanakan pada siklus 1.
4) Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil tes hasil belajar kimia siswa dan hasil
observasi siswa untuk mencantumkan tindakan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil
yang diperoleh pada siklus 1, maka dibuat perencanaan tindakan pada siklus 2.

-

Siklus 2

1. Persiapan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala jenis keperluan dalam melaksanakan
siklus 2. Hal-hal yang perlu disiapkan adalah desain pembelajaran, fasilitas pendukung ,
dan tes evaluasi hasil belajar kimia.
2. Pelaksanaan
Melaksanakan

proses

belajar

mengajar

sesuai dengan desain pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis siswa.
3. Observasi dan Evaluasi
a.

Observasi
Setiap akhir mata pelajaran diberikan sesi tanya jawab tentang respon siswa terhadap teknik
atau metode pembelajaran yang diterapkan

b. Evaluasi
Selesai pokok bahasan, diberikan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar kimia siswa
dengan model pembelajaran yang digunakan.
4. Refleksi
Pada

tahap ini

dilakukan

analisis terhadap hasil belajar kimia berdasarkan tes yang

dilakukan dan observasi kegiatan siswa untuk menentukan dan melihat perbandingan tes
awal dengan tes akhir.
c.

Kriteria Keberhasilan
Indikator untuk mengukur keberhasilan tindakan yang dilakkan dalam penelitian ini
sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya adalah:

1. Partisipasi dan aktifitas siswa pada setiap langkah pembelajaran memenuhi criteria minimal
baik berdasarkan hasil pengamatan pada lembar observasi siswa.

2. Hasil belajar yang dicapai setelah dilakukan tindakan minimal mencapai ketuntasan belajar
secara klasikal sebesar 80% dari seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran.
8.

Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung mulai pekan keempat bulan Juli 2011
sampai dengan pekan ketiga bulan Agustus 2011. Jumlah pekan seluruhnya adalah empat
pekan dimana setiap pekan sesuai dengan jadawal mengajar dilakukan 2 kali pertemuan
seperti dalam tabel 1 berikut :
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No
Waktu
1
Peken IV Juli dan
pekan I Agustus 2011
2
Pekan II dan III
Agustus 2011

Materi/Sub Materi Pelajaran
Pengertian dan sifat larutan penyanga

Ket.
Siklus 1

Larutan Penyangga dalam kehidupan seharihari

Siklus II

9. Daftar Pustaka
Amir, T. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Pranada
Media Group.
Arikunto, Suharsimi dkk, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta.
BSNP. 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta.
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher.
Pamungkas, Dudy. 2009. Teori Belajar yang Melandasi Proses Pembelajaran. Online.
(http://www.docstoc.com/21640769/Teori-Belajar-yang-Melandasi-Proses-Pembelajaran/).
Diakses 5 Oktober 2010.
Sofya, Emmawaty. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kimia Berbasis Elektronik dan
Tidak Berbasis Elektronik Dalam Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA. Laporan Penelitian. Lampung: Jurusan
Pendidikan Kimia FKIP Unila.
Suparman, Atwi. 1991. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Wina Sandjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Pranada Media Group.
Wikipedia. 2010. Problem Based Learning. Online (http://en.wikipedia.org/wiki/) Diakses 30
Oktober 2010.