DEMOKRASI DI INDONESIA PADA TAHUN 1950

DEMOKRASI DI INDONESIA PADA TAHUN 1950 REFORMASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia

Disusun oleh :
1. Budi Prakoso (06)
2. Dian Angela Novitasari (07)
3. Fatma Nirmala (10)
4. Julia Nur Rahmawati (17)
5. Lia witahyati (18)
6. Tiara Faikha Suci (

)

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur penulis memanjatkan kehadirat Tuhan Yang
Mahaesa yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan

penyusunan

makalah


yang

berjudul

“PERUBAHAN

DEMOKRASI DI INDONESIA PADA TAHUN 1950 SAMPAI REFORMASI”
ini tanpa ada halangan suatu apapun.
Penyusunan laporan ini tidak lain dengan adanya bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Bapak Gunadi Agung, selaku guru pengampu mata pelajaran Sejarah

2.

Indonesia.
Orang tua, yang senantiasa memberikan dukungan dan dorongan kepada


3.

kami.
Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Mahaesa senantiasa melimpahkan berkah, rahmat, dan
perlindungan-Nya atas semua budi luhur dan nama baik dari semua pihak tersebut
diatas
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Kaliwungu, Agustus 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demokrasi telah menjadi istilah yang sangat diagungkan dalam sejarah

pemikiran manusia tentang tatanan sosio-politik yang ideal. Ajaran demokrasi
merupakan ide besar para filsuf untuk mengkonstruksi rasionalitas kekuasaan
yang sulit dijinakkan. Kekuasaan menjadi tema sentral dalam ide demokrasi.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sudah sejak lama
menerapkan demokrasi sebagai dasar pemerintahan Indonesia. Namun
samapai saat ini, negara Indonesia belum memiliki kejelasan yang tepat
tentang arti demokrasi itu sendiri. Jika kita melihat sistem demokrasi dalam
struktur pemerintahan Indonesia dari level negara, provinsi, kabupaten,
hingga kecamatan hampir dapat dipastikan demokrasi ini hanya sampai pada
pembuatan kebijakan. Sementara jika mencari demokrasi yang merupakan
ciri bahwa negara Indonesia mempunyai ciri demokrasi itu sendiri dapat
dilihat di level desa.
Hal ini sebagaimana seperti yang ditulis oleh Moh. Hatta, “Di desa-desa
sistem yang demokrasi masih kuat dan hidup sehat sebagai bagian adat
istiadat yang hakiki.” Dasarnya adalah pemilikan tanah yang komunal yaitu
setiap orang yang merasa bahwa ia harus bertindak berdasarkan persetujuan
bersama. Struktur demokrasi yang hidup dalam diri bangsa Indonesia harus
berdasarkan demokrasi asli yang berlaku di desa. Gambaran dari tulisan ini
tidak lain merupakan pola-pola demokrasi tradisional yang dilambangkan
oleh musyawarah dalam pencapaian keputusan dan gotong royong dalam

pelaksanaan keputusannya tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa demokrasi
desa memuat baik kepemimpinan.
Mungkin jika kita menanyakan tentang arti demokrasi, kebanyakan
orang akan mengatakan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Hal ini sering diartikan sebagai semua keinginan rakyat adalah
yang paling benar. Dan ada juga yang mengatakan bahwa kehendak rakyat

adalah kehendak Tuhan. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan konsep
demokrasi itu sendiri. Sebagai contoh bila ada dua pendapat yang saling
bertentangan dari rakyat, pastinya kedua pendapat itu tidak mesti
dilaksanakan. Oleh karena itu, perlu adanya sosok pemimpin yang dapat
memimbing dan memutuskan pendapat yang terbaik yang bisa digunakan.
Untuk itu, makalah yang kami susun ini akan membahas tentang
bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini, yang berdasarkan
pada Undang-Undang Dasar 1945.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?
2. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini?
C. TUJUAN
1. Mengetahui perkembangan demokrasi di Indonesia.

2. Mengetahui bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia saat ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Dalam sejarah Negara Republik Indonesia, perkembangan demokrasi
telah mengalami pasang surut. Masalah pokok yang dihadapi bangsa
Indonesia adalah bagaimana meningkatkan kehidupan ekonomi dan
membangun kehidupan sosial politik yang demokratis dalam masyarakat.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dibagi dalam empat periode:
1. Demokrasi pada masa Revolusi (1945-1950)
Tahun 1945-1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda
yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi
belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya
revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi
kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang
berbunyi sebelum MPR, DPR, dan DPA dibentuk menurut UUD ini
segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh KNIP.
Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang
absolut pemerintah mengeluarkan:

a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP
b.

berubah menjadi lembaga legislatif.
Maklumat Pemerintah tanggal 3

c.

Pembentukan Partai Politik.
Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan

Nopember

1945

tentang

sistem pemerintahn presidensiil menjadi parlementer.
2.


Demokrasi pada masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950
sampai 1959, dengan menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai
landasan konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa kejayaan
demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen demokrasi dapat
ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi

dalam proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini
diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepad pihak
pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya.
Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan contoh
konkret dari tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi. Ada
hampir 40 partai yang terbentuk dengan tingkat otonomi yang tinggi
dalam proses rekruitmen baik pengurus, atau pimpinan partainya maupun
para pendukungnya.
Masa demokrasi liberal atau parlementer, presiden sebagai lambang
atau berkedudukan sebagai kepala negara bukan sebagai kepala
eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen akuntabilitas politik

sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal
disebabkan:
1) Dominannya partai politik.
2) Landasan sosial ekonomi yang masih lemah.
3) Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS
1950.
Atas dasar kegagalan itu maka presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5
Juli 1959:
1) Bubarkan konstituante.
2) Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950.
3) Pembentukan MPRS dan DPAS.
b. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah
menunjukkan gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal
itu terjadi karena partai politik sangat orientasi pada kepentingan
ideologinya sendiri dan dan kurang memperhatikan kepentingan politik
nasional secara menyeluruh.disamping itu Soekarno melontarkan
gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan dan gotong

royong.

Politik pada masa ini diwarnai oleh tolak ukur yang sangat kuat
antara ketiga kekuatan politik yang utama pada waktu itu, yaitu:
presiden Soekarno, Partai Komunis Indonesia, dan Angkatan Darat.
Karakteristik

yang

utama

dari

demokrasi

menggabungkan sistem kepartaian, dengan

terpimpin

adalah:


terbentuknya DPR-GR

peranan lembaga legislatif dalam sistem politik nasionall menjadi
sedemikian lemah, Basic Human Right menjadi sangat lemah, masa
demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari semnagt anti kebebasan
pers, sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.
VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua
kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom dengan ciri:
1) Dominasi presiden.
2) Terbatasnya peran partai politik.
3) Berkembangnya pengaruh PKI.
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
1) Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang
dipenjarakan.

2) Peranan parlemen lemah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden
dan presiden membentuk DPRGR.
3) Jaminan HAM lemah.
4) Terjadi sentralisasi kekuasaan.
5) Terbatasnya peranan pers.
6) Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur).
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh
3.

PKI yang menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.
Demokrasi pada masa Orde Baru (1966-1998)
Wajah demokrasi mengalami pasang surut sejalan dengan
perkembangan tingkat ekonomi, poltik dan, ideologi sesaat atau
temporer. Tahun-tahun awal pemerintahan Orde Baru ditandai oleh

adanya kebebasan politik yang besar. Presiden Soeharto yang
menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI dan menerapkan
model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi
Pancasila (Orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi
inilah yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila.
Dalam masa yang tidak lebih dari tiga tahun ini, kekuasaan seolah-olah
akan didistribusikan kepada kekuatan masyarakatan. Oleh karena itu
pada kalangan elit perkotaan dan organisasi sosial politik yang siap
menyambut pemilu 1971, tumbuh gairah besar untuk berpartisipasi
mendukung program-program pembaruan pemerintahan baru.
Perkembangan yang terlihat adalah semakin lebarnya kesenjangan
antara kekuasaan negara dengan masyarakat. Negara Orde Baru
mewujudkan dirinya sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom, dan
sementara masyarakat semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan
danproses formulasi kebijakan.
Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat
Perintah 11 Maret 1966. Orde Baru bertekad akan melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Awal Orde baru
memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang melalui
Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil
menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987,
1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini
dianggap gagal sebab:
a. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada.
b. Rekrutmen politik yang tertutup.
c. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis.
d. Pengakuan HAM yang terbatas.
e. Tumbuhnya KKN yang merajalela.
Sebab jatuhnya Orde Baru:
a. Hancurnya ekonomi nasional (krisis ekonomi).
b. Terjadinya krisis politik.
c. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba.

d.
4.

Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden

Soeharto untuk turun jadi Presiden.
Demokrasi pada masa Reformasi (1998-sekarang)
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan
lengsernya Presiden Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan
kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang
dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan
negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak
dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena
dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan kehidupan kenegaraan
di era Orde Baru.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini
adalah demokresi Pancasila, tentu saja dengan karakteristik tang berbeda
dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun
1950-1959. Pertama, Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih
demokratis dari yang sebelumnya. Kedua, ritasi kekuasaan dilaksanakan
dari mulai pemerintahan pusat sampai pada tingkat desa. Ketiga, pola
rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara
terbuka. Keempat, sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya
kebebasan menyatakan pendapat
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan
kekuasaan dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada
tanggal 21 Mei 1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang
demokratis antara lain:
a. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokokb.

pokok reformasi.
Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang

c.

Referandum.
Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara
yang bebas dari KKN.

d.

Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan

e.
f.

Presiden dan Wakil Presiden RI.
Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum
sudah dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang telah kami susun, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Demokrasi adalah suatu paham yang menegaskan bahwa pemerintahan
suatu negara di pegang oleh rakyat, karena pemerintahan tersebut pada
2.

hakikatnya berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Demokrasi di Indonesia mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang
terbagi menjadi empat periode, yakni: Demokrasi Parlementer (19451959), Demokrasi Terpimpin (1959-1966), Demokrasi Pancasila Era
Orba (1966-1999), dan Demokrasi Pancasila Era Reformasi (1999sekarang).

B. SARAN
Sebagai warga negara Indonesia yang telah menerapkan Demokrasi
Pancasila, hendaknya kita dapat menjalankan hak dan kewajibannya serta
berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Sudah
seharusnya kita saling bergotong royong demi mewujudkan bangsa Indonesia

yang demokratis seperti yang telah dicita-citakan oleh pahlawan-pahlawan
bangsa ini.

DAFTAR PUSTAKA
https://tifiacerdikia.wordpress.com/lecture/lecture-1/ilmukewarganegaraan/perkembangan-demokrasi-di-indonesia/
https://hilalfarisy.wordpress.com/2012/03/21/sejarah-perkembangan-demokrasidi-indonesia/
https://hilalfarisy.wordpress.com/2012/03/21/sejarah-perkembangan-demokrasidi-indonesia/